BAB I PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG MASALAH Al Qur’an sebagai kitab suci yang diturunkan oleh Allah SWT kepada Nabi Muhammad SAW adalah merupakan kitab suci yang didalamnya berisi petunjuk bagi mereka (orang-orang) yang bertaqwa, sebagaimana yang terdapat dalam Qs. Al-Baqoroh : 2 yang berbunyi :
Kitab (Al Quran) Ini tidak ada keraguan padanya; petunjuk bagi mereka yang bertaqwa.(Al-Baqarah : 2).1 Bahkan juga sebagai petunjuk bagi seluruh manusia, sebagaimana terdapat dalam Qs. Al-Baqoroh : 184, yang berbunyi :
(yaitu) dalam beberapa hari yang tertentu. Maka barangsiapa diantara kamu ada yang sakit atau dalam perjalanan (lalu ia berbuka), maka (wajiblah baginya berpuasa) sebanyak hari yang ditinggalkan itu pada hari-hari yang lain. dan wajib bagi orang-orang yang berat menjalankannya (jika mereka tidak berpuasa) membayar fidyah, (yaitu) 1
Departemen Agama RI, Al Qur’an dan Terjemahannya (Semarang: CV. Asy Syifa’,1999),h. 8
1
2
: memberi makan seorang miskin barangsiapa yang dengan kerelaan hati mengerjakan kebajikan, maka itulah yang lebih baik baginya dan berpuasa lebih baik bagimu jika kamu mengetahui. (Al-Baqarah : 184).2 Agar Al-Qur’an bisa berfungsi menjadi petunjuk maka mengerti dan memahami isi yang terkandung didalamnya menjadi sangatlah penting bagi setiap manusia terutama umat Islam. Memahami isi Al Qur’an bisa dilakukan dengan banyak cara,
melalui terjemah Al-Qur’an,
tafsir
Al-Qur’an,
ceramah/pengajian maupun melalui tulisan Al-Qur’an asli dalam bahasa arab dengan membacanya secara langsung. Walaupun untuk bisa mengerti dan memahami Al-Qur’an bisa dilakukan dengan cara diluar membaca secara langsung dari tulisan Al-Qur’an dalam bahasa arab tetapi bisa membacanya secara langsung tetap menjadi sangat penting. Penting karena dalam rangka bisa mengerti dan memahami Al-Qur’an dengan utuh sesuai dengan yang dimaksudkan oleh Al-Qur’an yang diturunkan dalam bahasa arab maka diperlukan kemampuan membaca Al-Qur’an dan mengerti bahasa Al-Qur’an. Dikarenakan banyak sekali kata-kata dan istilah dalam bahasa Arab yang tidak bisa diterjemahkan secara tepat dan tepat kedalam bahasa selain bahasa Arab termasuk bahasa Indonesia. Di samping itu, kemampuan seseorang untuk bisa membaca Al-Qur’an juga menjadi sangat penting karena oleh Rasulullah SAW dikemukakan bahwa ibadah seorang muslim yang paling utama adalah membaca Al-Qur’an dengan baik dan benar maka proses yang harus dilakukan oleh orang tersebut adalah belajar membaca Al-Qur’an. Sehingga belajar membaca Al-Qur’an menjadi sebuah proses yang penting dan mutlak dilakukan oleh seseorang agar bisa membaca Al Qur’an. Dalam rangka untuk lebih meningkatkan minat belajar membaca belajar Al-Qur’an serta meningkatkan minat memahami kandungan yang ada didalamnya maka Nabi Muhammad SAW, memberi berbagai motivasi kepada umatnya agar ia mau belajar Al-Qur’an. Diantara motivasi yang diberikannya adalah dengan memposisikan dan menggolongkan umat Islam yang mau belajar Al-Qur’an tersebut menjadi bagian dari umatnya yang 2
Departemen Agama RI, Al-Qur’an …, h.44
3
terbaik.3 Dengan demikian, dapat diambil pengertian bahwa kualitas keislaman seseorang banyak ditentukan oleh kemampuan dirinya dalam mamahami isi dan kandungan Al-Qur’an, kemampuannya dalam membaca kitab suci Al-Qur’an serta termasuk mengajarkannya kepada orang lainya, yang semuanya itu hanya bisa dimiliki oleh seseorang apabila ia telah melalui proses awalnya yaitu belajar membaca kitab suci Al-Qur’an. Dalam kenyataannya, terutama di Indonesia, masih sangat banyak orang yang mengaku beragama Islam tetapi belum bisa membaca Al-Qur’an apalagi membacanya dengan benar sesuai dengan ilmu tajwid. Oleh karena itu, menjadi tugas setiap muslim yang menginginkan dirinya menjadi bagian dari golongan umat terbaik dan berkualitas untuk berusaha agar dirinya masing-masing mau belajar membaca Al-Qur’an. Dalam lingkungan masyarakat muslim di Indonesia sudah sangat banyak muncul kesadaran akan pentingnya belajar membaca Al Qur'an sehingga di berbagai tempat atau lingkungan masyarakat yang membentuk dan mendirikan tempat maupun kelompok belajar membaca Al Qur’an, yang disebut dengan Taman Pendidikan Al-Qur’an. Suatu hal yang perlu disadari oleh setiap orang atau siapapun yang bermaksud untuk belajar membaca Al Qur’an agar dalam belajarnya bisa efektif dan hasilnya bisa baik maka tentu tidak bisa hal itu dilakukan dengan asal belajar membaca Al-Qur’an. Hal ini sangat diperlukan adanya metode khusus agar bisa lebih mudah dalam mempelajarinya, lebih cepat prosesnya serta lebih baik hasilnya. Hal ini penting dikarenakan ketika mempelajari tentang sesuatu maka konsep idealnya adalah harus menentukan terlebih dahulu metode yang tepat agar cepat menguasai, cepat berhasil apalagi kalau akan menerapkannya pada anak-anak, untuk bisa mengajarkannya kepada anak-anak dengan lebih baik memerlukan pendekatan tersendiri dengan tujuan agar anak-anak tidak merasa terbebani atau merasa berat untuk belajar membaca Al Qur’an. Terlebih lagi tulisan dalam kitab suci Al-Qur’an menggunakan tulisan dalam bahasa Arab. 3 Abu Fajar Al Qalami dan Abdul Wahid Al Banjari, Terjemah Riyadhush Sholihin, (Jakarta : Gitamedia Press, 2004),cet.1, h. 374.
4
Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama Nurul Jihad Bekasi, dalam proses belajar Al-Qur’an, dapat dibuktikan bahwa anak-anak dalam jangka waktu yang relatif singkat sudah bisa membaca Al-Qur’an dengan baik dan benar, bahkan bisa menghafal beberapa surah yang terdapat di dalam Al-Qur’an. Hal ini bisa dilakukan tentu dikarenakan adanya pemilihan dan penerapan metode yang baik, sesuai dan tepat. Hal itulah yang melatarbelakangi penulis untuk mengetahui lebih banyak mengenai berbagai hal yang berhubungan dengan proses belajar Baca Tulis Al Qur’an di Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama Islam Nurul Jihad Bekasi. Sehubungan dengan alasan diatas, maka penulis merasa perlu mengangkat judul skripsi ini : ”Strategi Pembelajaran Baca Tulis Al-Qur’an Pada Kegiatan Ekstrakulikuler Dalam Meningkatkan Kemampuan Membaca Dan Menulis Al-Qur’an Siswa.” (Studi kasus di Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama Islam Nurul Jihad Bekasi).
B. Identitifikasi Masalah Berdasarkan uraian yang telah dikemukakan pada latar belakang di atas, dapat diidentifikasikan masalah sebagai berikut : 1. Terbatasnya waktu yang tersedia dalam kegiatan ekstrakurikuler baca tulis Al-Qur’an. 2. Kemampuan baca tulis Al-Qur’an siswa yang tidak merata. 3. Kurangnya pencapaian kompetensi siswa yang berkaitan dengan baca tulis Al-Qur’an, sehingga mempengaruhi pelajaran inti. 4. Sarana yang dimiliki oleh sekolah dalam menunjang kegiatan baca tulis alqur’an masih terbatas.
C. Pembatasan Masalah Penelitian ini di batasi hanya pada kegiatan ekstrakulikuler baca tulis Al-Quran.
5
D. Perumusan Masalah Berdasarkan pembatasan masalah yang telah diungkapkan sebelumnya, maka masalah yang hendak dirumuskan untuk diteliti adalah : 1. Bagaimana strategi pembelajaran baca tulis Al-Qur’an pada kegiatan ekstrakulikuler dalam meningkatkan kemampuan membaca dan meulis AlQuran di Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama Islam Nurul Jihad Bekasi? 2. Apa faktor pendukung dan penghambat strategi pembelajaran baca tulis AlQur’an pada kegiatan ekstrakulikuler dalam meningkatkan kemampuan membaca dan meulis Al-Quran di Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama Islam Nurul Jihad Bekasi?
E. Tujuan Penelitian Penelitian ini dibuat : 1. Untuk mengetahui strategi pembelajaran baca tulis Al-Quran pada kegiatan ekstrakulikuler dalam meningkatkan kemampuan membaca dan menulis AlQuran di SLTPI Nurul Jihad. 2. Untuk mengetahui faktor pendukung dan penghambat strategi pembelajaran baca tulis Al-Qur’an pada kegiatan ekstrakulikuler dalam meningkatkan kemampuan membaca dan meulis Al-Quran di Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama Islam Nurul Jihad Bekasi.
F. Manfaat Penelitian 1. Memberikan masukan tentang berbagai strategi pembelajaran kepada guru baca tulis Al-Quran, agar dapat memilih strategi pembelajaran yang tepat untuk meningkatkan kemamapuan siswa dalam membaca dan menulis AlQuran pada kegiatan ekstrakulikuler di sekolah. 2. Bagi sekolah tersebut untuk meningkatkan strategi pembelajaran khususnya pembelajaran baca tulis Al-Quran.
6
BAB II TINJAUAN TEORITIS DAN KERANGKA BERFIKIR
A. Strategi Pembelajaran Ekstrakurikuler Baca Tulis Al-Qur’an 1. Pengertian Strategi Kata strategi berasal dari bahasa Yunani yang berarti rencana atau tindakan yang terdiri atas seperangkat langkah-langkah untuk memecahkan masalah atau mencapai tujuan. 4 Sedangkan
menurut Abin Syamsuddin
Makmun strategi adalah suatu garis-garis besar haluan untuk bertindak dalam usaha mencapai sasaran yang telah ditentukan. 5 Adapun menurut pakar psikologi pendidikan Australia, Michael J. Lawson (1991) mengartikan strategi adalah produser mental yang berbentuk tatanan langkah yang menggunakan upaya ranah cipta untuk tujuan tertentu. 6 Definisi lain dikemukakan dalam kamus besar Bahasa Indonesia strategi adalah rencana yang cermat mengenai kegiatan untuk mencapai sasaran tertentu.7 Makna strategi secara umum berarti suatu garis besar haluan untuk bertindak dalam usaha pencapain sasaran yang telah direncanakan. 8 4
Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan Dengan Pendekatan Baru ( Bandung : PT Remaja Rosdakarya,2002 ),h.214 5 Abin Syamsudin Makmun, Psikologi Kependidikan ( Bandung : PT Remaja Rosdakarya, 2001),h.220 6 Muhibbin Syah,Psikologi Pendidikan Dengan Pendekatan Baru ( Bandung : PT Remaja Rosdakarya,2002 ),h.214 7 Diknas, Kamus Besar Bahasa Indonesia, ( Jakarta: Balai Pustaka,2002 ),h.377 8 Basyirudin Usman, Metodologi Pembelajaran Pendidikan Agama Islam (Jakarta :Ciputat Press,2002),h.22
6
7
Strategi juga dapat diartikan sebagai usaha rencana tentang tata cara pendayagunaan dan penguraian potensi dan sarana yang ada untuk meningkatkan efektivitas dan efisiensi.” 9 Jadi strategi adalah suatu tujuan yang ingin dicapai melalui metode khusus yang digunakan, teknik pelaksanaan dan tolak ukur yang sudah ditetapkan dalam rangka pencapaian tujuan tertentu.
2. Pengertian Pembelajaran Pembelajaran adalah aktivitas manusiawi yang berlangsung sejak awal manusia. Adapun hakikat pembelajaran adalah membelajarkan siswa menggunakan asas pendidikan maupun teori belajar merupakan penentu utama keberhasilan pendidikan. Konsep pembelajaran adalah suatu proses lingkungan seseorang secara sengaja dikelola untuk memungkinkan ia turut serta dalam tingkah laku tertentu dalam kondisi-kondisi khusus atau menghasilkan respon terhadap situasi tertentu, pembelajar merupakan subset khusus dari pendidikan.7 Istilah pembelajaran dalam bahasa Inggris disebut instruction yang menurut Tardif, mengartikan instruction sebagai proses kependidikan yang sebelum direncanakan dan diarahkan untuk mencapai tujuan. 8 Pembelajaran merupakan proses interaksi antara peserta didik dengan lingkungannya, sehingga terjadi perubahan perilaku kearah yang lebih baik lagi. Dalam interaksi tersebut banyak sekali faktor yang mempengaruhinya, baik faktor internal yang datang dari lingkungan. Dalam pembelajaran, tugas guru yang paling utama adalah mengkodisikan lingkungan agar menunjang terjadinya perubahan perilaku bagi peserta didik. Pembelajaran adalah suatu kegiatan yang harus dikerjakan guru dan siswa agar tujuan pembelajaran tercapai secara efektif dan efesien selain itu strategi pembelajaran juga dapat diartikan suatu prosedur pembelajaran yang 9 Slameto,Proses Belajar Mengajar Aksara,1991),h.90 7 Slameto, Proses Belajar…,h.71
Dalam
Sistem
Kreditur
(Jakarta:
Bumi
8
digunakan secara bersama-sama untuk menimbulkan hasil belajar pada siswa. Istilah lain yang juga memiliki kemiripan dengan strategi adalah pendekatan (approach). Sebenarnya pendekatan berbeda baik dengan strategi maupun metode. Pendekatan dapat diartikan sebagai titik tolak atau sudut pandang kita terhadap proses pembelajaran. Istilah pendekatan merujuk kepada pandangan tentang terjadinya suatu proses yang sifatnya masih sangat umum. Oleh karena itu, strategi dan metode pembelajaran yang digunakan dapat bersumber atau tergantung dari pendekatan tertentu. Roy Killen, misalnya, mencatat ada dua pendekatan dalam pembelajaran, yaitu pendekatan yang bersifat pada guru
(teacher-centred approaches).
Pendekatan yang berpusat pada guru menurunkan strategi pembelajaran langsung,
pembelajaran
dedukatif
atau
pembelajaran
ekspositori.
Sedangkan, pendekatan pembelajaran yang berpusat pada siswa menurunkan strategi pembelajaran discovery dan inkuiri serta strategi pembelajaran induktif.9 a. Pemilihan Metode Pembelajaran Untuk supaya pencapaian tujuan tersebut dapat dicapai secara efektif dan efesien, maka dalam pemilihan dan penetapan suatu metode untuk
digunakan
dalam
kegiatan
pembelajaran
harus
mempertimbangkan berbagai faktor, yaitu : 1. Tujuan Pembelajaran, kaitan metode dengan tujuan pembelajaran yaitu didasarkan atas kondisi bahwa metode sebagai cara untuk mencapai tujuan pembelajaran, sehingga metode apa yang akan kita gunakan banyak dipengaruhi oleh kondisi tujuan pembelajaran itu sendiri. Tujuan pembelajaran disini menyangkut kemampuan yang harus dimiliki warga belajar setelah selesai mengikuti kegiatan pembelajaran. Menurut Bloom diungkapkan bahwa kemampuan yang terdapat pada tujuan pembelajaran dapat dikelompokkan ke dalam 8 Irfan Abd Gafar, Muhamad Jamil. B, Re-formulasi Rancangan Pembelajaran Pendidikan Agama Islam (Jakarta: Nurmsani,2003),h.10 9 Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan (Jakarta : Kencana Prenada Media,2006).,hh- 124-125
9
tiga ranah yaitu ranah kognitif, afektif dan ranah psikomotorik. Untuk setiap ranah terdapat tingkatan-tingkatan kemampuan yang berkisar dari kualitas yang rendah sampai pada kualitas kemampuan yang tinggi. Tahapan untuk ranah kognitif yaitu menyangkut pengetahuan pemahaman, aplikasi, analisis, sintesis dan evaluasi. Tahapan untuk ranah afektif yaitu menyangkut penerimaan, memberikan respon, penilaian, organisasi dan pemeranan. Tahapan untuk ranah psikomotorik yaitu persepsi kesiapan, respon terpimpin, mekanisme (complex overt response). 2. Bahan/Materi Pembelajaran, pengaruh bahan belajar terhadap penetapan metode pada hakekatnya merupakan kelanjutan dari pengaruh tujuan pembelajaran. Gagne mengungkapkan bahwa bahan belajar terdiri dari konsep, prinsip, prosedur, dan fakta atau kenyataan yang ada. Dari setiap jenis bahan belajar tersebut memiliki tingkatan kesulitan yang terdiri dari bahan belajar dasar, kelanjutan dan tinggi. Berdasarkan keragaman bahan belajar tersebut maka dituntut adanya variasi metode dalam kegiatan pembelajaran sesuai dengan jenis bahan belajar itu sendiri. Metode-metode tertentu ada yang dapat digunakan untuk membahas seluruh bahan belajar, tetapi ada metode-metode terteeentu yang hanya tepat digunakan untuk bahan-bahan tertentu pula. 3. Sumber Belajar, faktor sumber belajar juga merupakan salah satu faktor yang harus dipertimbangkan sdalam pemilihan suatu metode. Kondisi sumber belajar menyangkut kondisi diri yang mempengaruhi baik yang bersifat internal mapun eksternal. Kondisi internal yaitu menyangjut pemahaman terhadap bahan
kajian,
pemahaman
penggunaan metode kemampuan mengelola kegiatan pemeblajaran, sedangkan kondisi di luar diri sumber belajar tersebut yang dapat mempengaruhi terhadap pengelolaan kegiatan pembelajaran. 4. Warga Belajar, dalam kegiatan pembelajaran sebagai masukan mentah yang akan merubah melalui proses pembelajaran. Kondisi
10
warga belajar memiliki karakteristik pribadi yang dimilikinya yaitu menyangkut : jenis kelamin, usia, latar belakng sosial ekonomi, pengalaman dan keadaan psikisnya. Keragaman kondisi warga belajar mengakibatkan perlu adanya pemilihan dan penentuan metode pembelajaran yang akan digunakan. 5. Sarana/Fasilitas Belajar, sarana dalam pembelajaran diartikan segala macam
fasilitas
yang
dapat
menunjang
dan
melengkapi
terselenggaranya kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Sarana tersebut dapat berfungsi sebagai : fasilitas atau alat belajar dan sumber belajar. 6. Waktu Pembelajaran, faktor waktu adalah menyangkut jumlah dalam kegiatan pembelajaran, serta menyangkut kondisi waktu kegiatan pembelajaran. Penggunaan metode dalam kegiatan pembelajaran perlu disesuaikan dengan waktu. Walaupun sumber belajar dapat menetapkan metode yang dianggap paling tepat berdasarkan kecenderungan program pembelajaran tertentu, namun apabila metode tersebut membutuhkan waktu yang cukup lama sedangkan waktu yang tersedia sangat terbatas, maka metode tersebut kurang tepat untuk digunakan.Ketepatan metode dengan jumlah waktu yang tersedia akan menjurus kepada tercapainya tujuan pembelajaran dengan baik.10
3. Srategi Pembelajaran Baca Tulis Al-Qur’an Dalam proses pembelajaran dikenal beberapa istilah yang memiliki kemiripan makna, sehingga seringkali orang merasa bingung untuk membedakannya.
Istilah-istilah
tersebut
adalah:
(1)
pendekatan
pembelajaran, (2) strategi pembelajaran, (3) metode pembelajaran; (4) teknik pembelajaran; (5) taktik pembelajaran; dan (6) model pembelajaran. Berikut ini akan dipaparkan istilah-istilah tersebut, dengan harapan dapat memberikan kejelasaan tentang penggunaan istilah tersebut. 10
Ihat Hatimah, Strategi Pembelajaran (Bandung : CV. Andira,2000),hh.12-15
11
Pendekatan pembelajaran dapat diartikan sebagai titik tolak atau sudut pandang kita terhadap proses pembelajaran, yang merujuk pada pandangan tentang terjadinya suatu proses yang sifatnya masih sangat umum, di dalamnya mewadahi, menginsiprasi, menguatkan, dan melatari metode pembelajaran dengan cakupan teoretis tertentu. Dilihat dari pendekatannya, pembelajaran terdapat dua jenis pendekatan, yaitu: (1) pendekatan pembelajaran yang berorientasi atau berpusat pada siswa (student centered approach) dan (2) pendekatan pembelajaran yang berorientasi atau berpusat pada guru (teacher centered approach). Dari pendekatan pembelajaran yang telah ditetapkan selanjutnya diturunkan ke dalam strategi pembelajaran. Newman dan Logan mengemukakan empat unsur strategi dari setiap usaha, yaitu: 1. Mengidentifikasi dan menetapkan spesifikasi dan kualifikasi hasil (out put) dan sasaran (target) yang harus dicapai, dengan mempertimbangkan aspirasi dan selera masyarakat yang memerlukannya. 2. Mempertimbangkan dan memilih jalan pendekatan utama (basic way) yang paling efektif untuk mencapai sasaran. 3. Mempertimbangkan dan menetapkan langkah-langkah (steps) yang akan dtempuh sejak titik awal sampai dengan sasaran. 4. Mempertimbangkan dan menetapkan tolok ukur (kriteria) dan patokan ukuran (standard) untuk mengukur dan menilai taraf keberhasilan (achievement) usaha. Jika kita terapkan dalam konteks pembelajaran, keempat unsur tersebut adalah: 1. Menetapkan spesifikasi dan kualifikasi tujuan pembelajaran yakni perubahan profil perilaku dan pribadi peserta didik. 2. Mempertimbangkan dan memilih sistem pendekatan pembelajaran yang dipandang paling efektif. 3. Mempertimbangkan dan menetapkan langkah-langkah atau prosedur, metode dan teknik pembelajaran.
12
4. Menetapkan norma-norma dan batas minimum ukuran keberhasilan atau kriteria dan ukuran baku keberhasilan. Sementara itu, Kemp mengemukakan bahwa strategi pembelajaran adalah suatu kegiatan pembelajaran yang harus dikerjakan guru dan siswa agar tujuan pembelajaran dapat dicapai secara efektif dan efisien. Selanjutnya, dengan mengutip pemikiran J.R David, menyebutkan bahwa dalam strategi pembelajaran terkandung makna perencanaan. Artinya, bahwa strategi pada dasarnya masih bersifat konseptual tentang keputusankeputusan yang akan diambil dalam suatu pelaksanaan pembelajaran. Dilihat dari strateginya, pembelajaran dapat dikelompokkan ke dalam dua bagian pula, yaitu: (1) exposition-discovery learning dan (2) groupindividual learning.. Ditinjau dari cara penyajian dan cara pengolahannya, strategi pembelajaran dapat dibedakan antara strategi pembelajaran induktif dan strategi pembelajaran deduktif. Strategi pembelajaran sifatnya masih konseptual dan untuk mengimplementasikannya
digunakan berbagai
metode pembelajaran
tertentu. Dengan kata lain, strategi merupakan “a plan of operation achieving something” sedangkan metode adalah “a way in achieving something”. Jadi, metode pembelajaran dapat diartikan sebagai cara yang digunakan untuk mengimplementasikan rencana yang sudah disusun dalam bentuk kegiatan nyata dan praktis untuk mencapai tujuan pembelajaran. Terdapat beberapa metode pembelajaran yang dapat digunakan untuk mengimplementasikan strategi pembelajaran, diantaranya: (1) ceramah; (2) demonstrasi; (3) diskusi; (4) simulasi; (5) laboratorium; (6) pengalaman lapangan; (7) brainstorming; (8) debat, (9) simposium, dan sebagainya. Selanjutnya metode pembelajaran dijabarkan ke dalam teknik dan gaya pembelajaran. Dengan demikian, teknik pembelajaran dapat diatikan sebagai cara yang dilakukan seseorang dalam mengimplementasikan suatu metode secara spesifik. Misalkan, penggunaan metode ceramah pada kelas dengan jumlah siswa yang relatif banyak membutuhkan teknik tersendiri, yang tentunya secara teknis akan berbeda dengan penggunaan metode
13
ceramah pada kelas yang jumlah siswanya terbatas. Demikian pula, dengan penggunaan metode diskusi, perlu digunakan teknik yang berbeda pada kelas yang siswanya tergolong aktif dengan kelas yang siswanya tergolong pasif. Dalam hal ini, guru pun dapat berganti-ganti teknik meskipun dalam koridor metode yang sama. Sementara taktik pembelajaran merupakan gaya seseorang dalam melaksanakan metode atau teknik pembelajaran tertentu yang sifatnya individual. Misalkan, terdapat dua orang sama-sama menggunakan metode ceramah, tetapi mungkin akan sangat berbeda dalam taktik yang digunakannya. Dalam penyajiannya, yang satu cenderung banyak diselingi dengan humor karena memang dia memiliki sense of humor yang tinggi, sementara yang satunya lagi kurang memiliki sense of humor, tetapi lebih banyak menggunakan alat bantu elektronik karena dia memang sangat menguasai bidang itu. Dalam gaya pembelajaran akan tampak keunikan atau kekhasan dari masing-masing guru, sesuai dengan kemampuan, pengalaman dan tipe kepribadian dari guru yang bersangkutan. Dalam taktik ini, pembelajaran akan menjadi sebuah ilmu sekalkigus juga seni (kiat). Apabila antara pendekatan, strategi, metode, teknik dan bahkan taktik pembelajaran sudah terangkai menjadi satu kesatuan yang utuh maka terbentuklah apa yang disebut dengan model pembelajaran. Jadi, model pembelajaran pada dasarnya merupakan bentuk pembelajaran yang tergambar dari awal sampai akhir yang disajikan secara khas oleh guru. Dengan kata lain, model pembelajaran merupakan bungkus atau bingkai dari penerapan suatu pendekatan, metode, dan teknik pembelajaran.11 Berkenaan dengan model pembelajaran, Bruce Joyce dan Marsha Weil (Dedi Supriawan dan A. Benyamin Surasega, 1990) mengetengahkan 4 (empat) kelompok model pembelajaran, yaitu: (1) model interaksi sosial; (2) model pengolahan informasi; (3) model personal-humanistik; dan (4) 11 Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan (Jakarta : Kencana Prenada Media,2006).,h.141
14
model modifikasi tingkah laku. Kendati demikian, seringkali penggunaan istilah
model pembelajaran
tersebut diidentikkan dengan
strategi
pembelajaran. Di luar istilah-istilah tersebut, dalam proses pembelajaran dikenal juga istilah desain pembelajaran. Jika strategi pembelajaran lebih berkenaan dengan pola umum dan prosedur umum aktivitas pembelajaran, sedangkan desain pembelajaran lebih menunjuk kepada cara-cara merencanakan suatu sistem lingkungan belajar tertentu setelah ditetapkan strategi pembelajaran tertentu.
Jika
dianalogikan
dengan
pembuatan
rumah,
strategi
membicarakan tentang berbagai kemungkinan tipe atau jenis rumah yang hendak dibangun (rumah joglo, rumah gadang, rumah modern, dan sebagainya), masing-masing akan menampilkan kesan dan pesan yang berbeda dan unik. Sedangkan desain adalah menetapkan cetak biru (blue print) rumah yang akan dibangun beserta bahan-bahan yang diperlukan dan urutan-urutan langkah konstruksinya, maupun kriteria penyelesaiannya, mulai dari tahap awal sampai dengan tahap akhir, setelah ditetapkan tipe rumah yang akan dibangun.12 Berdasarkan uraian di atas, bahwa untuk dapat melaksanakan tugasnya secara profesional, seorang guru dituntut dapat memahami dan memliki keterampilan yang memadai dalam mengembangkan berbagai model pembelajaran yang efektif, kreatif dan menyenangkan, sebagaimana diisyaratkan dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan. Mencermati
upaya
reformasi
pembelajaran
yang
sedang
dikembangkan di Indonesia, para guru atau calon guru saat ini banyak ditawari dengan aneka pilihan model pembelajaran, yang kadang-kadang untuk kepentingan penelitian (penelitian akademik maupun penelitian tindakan) sangat sulit menermukan sumber-sumber literarturnya. Namun, jika para guru (calon guru) telah dapat memahami konsep atau teori dasar pembelajaran yang merujuk pada proses (beserta konsep dan teori) 12 Wina Sanjaya, Teori-belajar-menurut,http://hilmanswork.wordpress.com/2009/04/15 (24 Maret 2011
15
pembelajaran sebagaimana dikemukakan di atas, maka pada dasarnya guru pun dapat secara kreatif mencobakan dan mengembangkan model pembelajaran tersendiri yang khas, sesuai dengan kondisi nyata di tempat kerja masing-masing, sehingga pada gilirannya akan muncul model-model pembelajaran versi guru yang bersangkutan, yang tentunya semakin memperkaya khazanah model pembelajaran yang telah ada. 13
a. Teori Belajar Menurut Islam Kemampuan untuk belajar merupakan sebuah karunia Allah yang mampu membedakan manusia dangan makhluk yang lain. Allah menghadiahkan akal kepada manusia untuk mampu belajr dan menjadi pemimpin di dunia ini. Pendapat yang mengatakan bahwa belajar sebagai aktifitas yang tidak dapat dari kehidupan manusia, ternyata bukan berasal dari hasil renungan manusia semata. Ajaran agama sebagai pedoman hidup manusia juga menganjurkan manusia untuk selalu malakukan kegiatan belajar. Dalam AlQur’an, kata al-ilm dan turunannya berulang sebanyak 780 kali. Seperti yang termaktub dalam wahyu yang pertama turun kepada baginda Rasulullah SAW yakni Al‘Alaq ayat 1-5. Ayat ini menjadi bukti bahwa Al-Qur’an memandang bahwa aktivitas belajar merupakan sesuatu yang sangat penting dalam kehidupan manusia. Kegiatan belajar dapat berupa menyampaikan, menelaah,mencari, dan mengkaji, serta meniliti. Selain Al-Qur’an, Al Hadist juga banyak menerangkan tentang pentingnya menuntut ilmu. Misalnya hadist berikut ini : “Mencari ilmu itu wajib bagi setiap muslim; carilah ilmu walaupun di negeri cina; carilah ilmu sejak dalam buaian hingga ke liang lahat; para ulama itu pewaris Nabi; pada hari kiamat ditimbanglah tinta ulama dengan dara syuhada, maka tinta ulama dilebihkan dari ulama”
13 Wina Sanjaya, Teori belajar menurut Islam,http://hilmanswork.wordpress.com/2009/04/15/
16
b. Arti Penting Belajar menurut Al-Qur’an 1. Bahwa orang yang belajar akan mendapatkan ilmu yang dapa digunakan untuk memecahkan segala masalah yang dihadapinya di kehidupan dunia. 2. Manusia dapat mengetahui dan memahami apa yang dilakukannya karena Allah sangat membenci orang
yang tidak memiliki
pengetahuan akan apayang dilakukannya karena setiap apa yang diperbuat akan dimintai pertanggungjawabannya. 3. Dengan ilmu yang dimilikinya, mampu mengangkat derajatnya di mata Allah SWT.
c. Cara Belajar 1. Belajar melalui imitasi Di awal perkembangannya, seorang bayi hanya mengikuti apa yang dilakukan ibunya dan orang-orang yang berada di dekatnya. Ketika dewasa, tingkat perkembangan manusia semakin kompleks meskipun meniru masih menjadi salah satu cara untuk belajar. Tetapi, sumber belajar itu tidak lagi berasal dari orang tua ataupun orangorang yang berada di dekatnya melainkan orang-orang yang sudah mereka kenal misalnya, orang terkenal, penulis, ulama dan lain-lain. Di dalam Islam, dapat ditemui juga hal yang demikian. Mari kita lihat sepasang saudara kembar, Qabil dan Habil. Banyak juga di dalam AlQur’an yang mencoba menerangkan tentang salah satu varian yang seperti demikian. Karena tabiat manusia yang cenderung untuk meniru, maka teladan yang baik merupakan sesuatu yang sangat penting dalam membentuk perilaku manusia. 2. Pengalaman Praktis dan trial and error.
17
Dalam hidup, manusia terkadang menghadapi situasi yang menuntutnya untuk cepat tanggap terhadapa permasalahan yang ada tanpa ada pembelajaran sebelumnya. Sehingga, manusia terkadang mencoba-coba segala cara untuk menyelesaikan masalah tersebut. 3. Berfikir Berfikir merupakan salah satu pilihan manusia untuk mencoba memperoleh informasi. Dengan berfikir, manusia dapat belajar dengan melakukan trial and error secara intelektual (Ustman Najati, 2005). 14 Dalam proses berfikir, manusia sering menghadirkan beberapa macam solusi atas permasalah yang didapatkannya sebelum akhirnya mereka menjatuhkan pilihan pada satu solusi. Oleh karena itu, para psikolog mengatakan bahwa berfikir merupakan proses belajar yang paling tinggi. Dalam Al-Qur’an, banyak sekali ayat yang memerintahkan manusia untuk selalu menggunakan akal dan memahami dan merenungi segala ciptaan dan kebesaran Allah di alam ini. Antara lain seperti Q.S.Al-Ghasyiah : 17-20, Q.S.Qaf : 6-10, Q.S. Al-An’am: 95, Q.S. Al-Anbiya : 66-67. Selanjutnya, salah satu metode yang dapat memperjelas dan memahami sebuah pemikiran seseorang adalah dengan menggunakan diskusi, dialog, konsultasi dan berkomunikasi dengan orang lain (Utsman Najati, 2005). Hal senada juga pernah diungkapkan oleh salah satu Vygotsky, yang menyatakan bahwa perkembangan kognitif seseorang akan berkembang apabila dia berinteraksi dengan orang lain, dengan demikian, belajar manusia dapat berkembang ketika kognitif mereka berkembang. Ustman Najati menyatakan bahwa aktivitas berfikir manusia saat belajar tidak selalu menghasilkan pemikiran yang benar. Adakalanya kesalahan mewawrnai proses penetuan solusi atas masalah yang dihadapi. Dan dalam kondisi seperti ini, manusia sering 14
Ustman Najati , Teori Belajar menurut Islam, http://fisikaumm.blogspot.com
18
mengalami hambatan dan berfikir statis dalam berpikir, dan tidak mau menerima pendapat-pendapat dan pikiran-pikiran baru.15
4. Sarana Belajar a. Sarana Fisik. Terdapat dua panca indera manusia yang membantunya untuk melakukan kegiatan belajar yakni, mata dan telinga. Tidak bisa dipungkiri kedua panca indera ini menjadi sesuatu yang mutlak digunakan ketika belajar. Dua panca indera ini pula sering disebutkan dalam Al-Qur’an. Meskipun demikian, indra peraba, perasa, dan penciuman juga mampu memberikan kontribusi pada saat belajar. b. Sarana Psikis. Akal dan qalb merupakan bagian dari saran psikis. Akal dapat diartikan sebagai daya pikir atau potensi intelegensi (Bastaman,1997).16 Akal identik dengan daya pikir otak yang mengantarkannya pada pemikiran yang logis dan rasional. Sedangkan qalb mempunyai dua arti, yakni fisik dan metafisik. Qalbu dalam arti fisik adalah jantung dan dana dalam arti metafisik adalah karunia Tuhan yang halus yang bersifat rohaniah dan ketuhanan yang ada hubungannya dengan jantung.
d. Konsep Belajar menurut Tokoh-tokoh Islam. 1. Al-Ghazali. Dalam pemahaman beliau, seorang filsuf pendidikan di kalangan Islam, pendekatan belajar dalam mencari ilmu dapat dilakukan dengan melakukan dua pendekatan, yakni ta’lim insani dan ta’lim rabbani. Ta’lim insani adalah belajar dengan bimbingan 15 16
Utsman Najati, Teori Belajar menurut Islam, http://hilmanswork.wordpress.com Bastaman, Teori-Belajar-Menurut-Islam, http://hilmanswork.wordpress.com.
19
manusia. Pendekatan ini merupakan hal yang lazim dilakukani oleh manusia dan biasanya menggunakan alat indrawi yang diakui oleh orang yang berakal. Menurut Al Ghazali, dalam proses belajar mengajar sebenarnya terjadi eksplorasi pengetahuan sehingga menghasilkan perubahan-perubahan perilaku. Dalam proses ini, anak didik akan mengalami proses mengetahui yaitu proses abstraksi. Al Ghazali kemudian membagi abstraksi ini menjadi empat tahap, yakni terjadi pada indra, terjadi pada al-khayal. Menurut Al-Zarnuji, belajar bernilai ibadah dan mengantarkan seseorang untuk memperoleh kebahagiaan duniawi dan ukhrawi. Karenanya, belajar harus diniati untuk mencari ridha Allah, kebahagiaan akhirat, mengembangkan dan melestarikan Islam, mensyukuri nikmat akal, dan menghilangkan kebodohan.17 Dimensi duniawi yang dimaksud adalah sejalan dengan konsep pemikiran para ahli pendidikan, yakni menekankan bahwa proses belajar-mengajar hendaknya mampu menghasilkan ilmu yang berupa kemampuan
pada
tiga
ranah
yang
menjadi
tujuan
pendidikan/pembelajaran, baik ranah kognitif, afektif, maupun psikomotorik. Adapun dimensi ukhrawi, Al-Zarnuji menekankan agar belajar adalah proses untuk mendapat ilmu, hendaknya diniati untuk beribadah. Artinya, belajar sebagai manifestasi perwujudan rasa syukur manusia sebagai seorang hamba kepada Allah SWT yang telah mengaruniakan akal. Lebih dari itu, hasil dari proses belajarmengajar yang berupa ilmu (kemampuan dalam tiga ranah tersebut), hendaknya dapat diamalkan dan dimanfaatkan sebaik mungkin untuk kemaslahatan diri dan manusia. Buah ilmu adalah amal. Pengamalan serta pemanfaatan ilmu hendaknya dalam koridor keridhaan Allah, yakni untuk mengembangkan dan melestarikan agama Islam dan menghilangkan kebodohan, baik pada dirinya maupun orang lain. 17
Al-Zarnuji, Teori-Belajar-Menurut-Islam http://hilmanswork.wordpress.com.
20
Inilah buah dari ilmu yang menurut Al-Zarnuji akan dapat menghantarkan kebahagiaan hidup di dunia maupun akhirat kelak. Dalam konteks ini, para pakar pendidikan Islam termasuk al-Zarnuji mengatakan bahwa para guru harus memiliki perangai yang terpuji. Guru disyaratkan memiliki sifat wara’ (meninggalkan hal-hal yang terlarang), memiliki kompetensi (kemampuan) dibanding muridnya, dan berumur (lebih tua usianya). Di samping itu, al-Zarnuji menekankan pada “kedewasaan” (baik ilmu maupun umur) seorang guru. Hal ini senada dengan pernyataan Abu Hanifah ketika bertemu Hammad, seraya berkata: “Aku dapati Hammad sudah tua, berwibawa, santun, dan penyabar. Maka aku menetap di sampingnya, dan akupun tumbuh dan berkembang.
e. Pendekatan-Pendekatan dalam Teori Pendidikan. Pendidikan dapat dilihat dalam dua sisi yaitu: (1) pendidikan sebagai praktik dan (2) pendidikan sebagai teori. Pendidikan sebagai praktik yakni seperangkat kegiatan atau aktivitas yang dapat diamati dan disadari dengan tujuan untuk membantu pihak lain (baca: peserta didik) agar memperoleh perubahan perilaku. Sementara pendidikan sebagai teori yaitu seperangkat pengetahuan yang telah tersusun secara sistematis
yang berfungsi untuk menjelaskan,
menggambarkan,
meramalkan dan mengontrol berbagai gejala dan peristiwa pendidikan, baik yang bersumber dari pengalaman-pengalaman pendidikan (empiris) maupun hasil perenungan-perenungan yang mendalam untuk melihat makna pendidikan dalam konteks yang lebih luas. Diantara keduanya memiliki keterkaitan dan tidak bisa dipisahkan. Praktik pendidikan seyogyanya berlandaskan pada teori pendidikan.
Demikian
pula,
teori-teori
pendidikan
seyogyanya
bercermin dari praktik pendidikan. Perubahan yang terjadi dalam praktik pendidikan dapat mengimbas pada teori pendidikan. Sebaliknya, perubahan dalam teori pendidikan pun dapat mengimbas pada praktik
21
pendidikan. Terkait dengan upaya mempelajari pendidikan sebagai teori dapat dilakukan melalui beberapa pendekatan, diantaranya: (1) pendekatan sains; (2) pendekatan filosofi; dan (3) pendekatan religi. (Uyoh Sadulloh, 1994). 18
1. Pendekatan Sains Pendekatan sains yaitu suatu pengkajian pendidikan untuk menelaah dan dan memecahkan masalah-masalah pendidikan dengan menggunakan disiplin ilmu tertentu sebagai dasarnya. Cara kerja pendekatan sains dalam pendidikan yaitu dengan menggunakan prinsip-prinsip dan metode kerja ilmiah yang ketat, baik yang bersifat kuantitatif maupun kualitatif sehingga ilmu pendidikan dapat diiris-iris menjadi bagian-bagian yang lebih detail dan mendalam. Melalui pendekatan sains ini kemudian dihasilkan sains pendidikan atau ilmu pendidikan, dengan berbagai cabangnya, seperti: (1) sosiologi pendidikan; suatu cabang ilmu pendidikan sebagai aplikasi dari sosiologi dalam pendidikan untuk mengkaji faktor-faktor sosial dalam pendidikan; (2) psikologi pendidikan; suatu cabang ilmu pendidikan sebagai aplikasi dari psikologi untuk mengkaji perilaku dan perkembangan individu dalam belajar; (3) administrasi atau manajemen pendidikan; suatu cabang ilmu pendidikan sebagai aplikasi dari ilmu manajemen untuk mengkaji tentang upaya memanfaatkan berbagai sumber daya agar tujuan-tujuan pendidikan dapat tercapai secara efektif dan efisien; (4) teknologi pendidikan; suatu cabang ilmu pendidikan sebagai aplikasi dari sains dan teknologi untuk mengkaji aspek metodologi dan teknik belajar yang efektif dan efisien; (5) evaluasi pendidikan; suatu cabang ilmu pendidikan sebagai aplikasi dari psikologi pendidikan dan statistika untuk menentukan tingkat keberhasilan belajar siswa; (6) bimbingan dan konseling, suatu cabang ilmu pendidikan sebagai aplikasi dari 18
Uyoh Sadulloh, Teori-Belajar-Menurut-Islam,http://hilmanswork.wordpress.com.
22
beberapa disiplin ilmu, seperti: sosiologi, teknologi dan terutama psikologi. Tentunya masih banyak cabang-cabang ilmu pendidikan lainnya yang terus semakin berkembang yang dihasilkan melalui berbagai kajian ilmiah.
2. Pendekatan Filosofi Pendekatan filosofi yaitu suatu pendekatan untuk menelaah dan memecahkan masalah-masalah pendidikan dengan menggunakan metode filsafat. Pendidikan membutuhkan filsafat karena masalah pendidikan tidak hanya menyangkut pelaksanaan pendidikan semata, yang hanya terbatas pada pengalaman. Dalam pendidikan akan muncul masalah-masalah yang lebih luas, kompleks dan lebih mendalam, yang tidak terbatas oleh pengalaman inderawi maupun fakta-fakta faktual, yang tidak mungkin dapat dijangkau oleh sains. Masalah-masalah tersebut diantaranya adalah tujuan pendidikan yang bersumber dari tujuan hidup manusia dan nilai sebagai pandangan hidup. Nilai dan tujuan hidup memang merupakan fakta, namun pembahasannya tidak bisa dengan menggunakan cara-cara yang dilakukan oleh sains, melainkan diperlukan suatu perenungan yang lebih
mendalam.
Cara kerja pendekatan filsafat dalam pendidikan dilakukan melalui metode berfikir yang radikal, sistematis dan menyeluruh tentang pendidikan, yang dapat dikelompokkan ke dalam tiga model: (1) model filsafat spekulatif; (2) model filsafat preskriptif; (3) model filsafat analitik. Filsafat spekulatif adalah cara berfikir sistematis tentang segala yang ada, merenungkan secara rasional-spekulatif seluruh persoalan manusia dengan segala yang ada di jagat raya ini dengan asumsi manusia memliki kekuatan intelektual yang sangat tinggi dan berusaha mencari dan menemukan hubungan dalam keseluruhan alam berfikir dan keseluruhan pengalaman Filsafat preskriptif
23
berusaha untuk menghasilkan suatu ukuran (standar) penilaian tentang nilai-nilai, penilaian tentang perbuatan manusia, penilaian tentang seni, menguji apa yang disebut baik dan jahat, benar dan salah, bagus dan jelek. Nilai suatu benda pada dasarnya inherent dalam dirinya, atau hanya merupakan gambaran dari fikiran kita. Dalam konteks pendidikan, filsafat preskriptif memberi resep tentang perbuatan atau perilaku manusia yang bermanfaat. Filsafat analitik memusatkan pemikirannya
pada
kata-kata,
istilah-istilah,
dan
pengertian-
pengertian dalam bahasa, menguji suatu ide atau gagasan untuk menjernihkan dan menjelaskan istilah-istilah yang dipergunakan secara hati dan cenderung untuk tidak membangun suatu mazhab dalam sistem berfikir (disarikan dari Uyoh Sadulloh, 1994).19 Terdapat beberapa
aliran
dalam
filsafat,
diantaranya:
idealisme, materialisme, realisme dan pragmatisme (Ismaun, 2001). Aplikasi aliran-aliran filsafat tersebut dalam pendidikan kemudian menghasilkan filsafat pendidikan, yang selaras dengan aliran-aliran filsafat tersebut. Filsafat pendidikan akan berusaha memahami pendidikan dalam keseluruhan, menafsirkannya dengan konsepkonsep umum, yang akan membimbing kita dalam merumuskan tujuan dan kebijakan pendidikan. Dari kajian tentang filsafat pendidikan selanjutnya dihasilkan berbagai teori pendidikan, diantaranya: (1) perenialisme; (2) esensialisme; (3) progresivisme; dan (4) rekonstruktivisme. (Ella Yulaelawati, 2003).20 Perenialisme lebih menekankan pada keabadian, keidealan, kebenaran dan keindahan dari pada warisan budaya dan dampak sosial tertentu. Pengetahuan dianggap lebih penting dan kurang memperhatikan kegiatan sehari-hari.
Pendidikan
yang menganut
faham
ini
menekankan pada kebenaran absolut , kebenaran universal yang tidak 19 2
Uyoh Sadulloh, teori-belajar-menurut-islam, http://hilmanswork.wordpress.com. Ismaun, teori-belajar-menurut-islam, http://hilmanswork.wordpress.com.
24
terikat pada tempat dan waktu. Aliran ini lebih berorientasi ke masa lalu. 3. Essensialisme, Menekankan pentingnya pewarisan budaya dan pemberian pengetahuan dan keterampilan pada peserta didik agar dapat menjadi anggota masyarakat yang berguna. Matematika, sains dan mata pelajaran lainnya dianggap sebagai dasar-dasar substansi kurikulum yang berharga untuk hidup di masyarakat. Sama halnya dengan perenialisme, essesialisme juga lebih berorientasi pada masa lalu. Eksistensialisme menekankan pada individu sebagai sumber pengetahuan tentang hidup dan makna. Untuk memahami kehidupan seseorang
mesti
memahami
dirinya
sendiri.
Aliran
ini
mempertanyakan : bagaimana saya hidup di dunia? Apa pengalaman itu? 4. Progresivisme, menekankan pada pentingnya melayani perbedaan individual, berpusat pada peserta didik, variasi pengalaman belajar dan proses. Progresivisme merupakan landasan bagi pengembangan belajar peserta didik aktif. 5. Rekonstruktivisme
merupakan
elaborasi
lanjut
dari
aliran
progresivisme. Pada rekonstruktivisme, peradaban manusia masa depan sangat ditekankan. Di samping menekankan tentang perbedaan individual seperti pada progresivisme, rekonstruktivisme lebih jauh menekankan tentang pemecahan masalah, berfikir kritis dan sejenisnya. Aliran ini akan mempertanyakan untuk apa berfikir kritis, memecahkan masalah, dan melakukan sesuatu? Penganut aliran ini menekankan pada hasil belajar dari pada proses. 6. Pendekatan Religi Pendekatan religi yaitu suatu pendekatan untuk menyusun teori-teori pendidikan dengan bersumber dan berlandaskan pada ajaran agama. Di dalamnya berisikan keyakinan dan nilai-nilai tentang kehidupan yang dapat dijadikan sebagai sumber untuk
25
menentukan tujuan, metode bahkan sampai dengan jenis-jenis pendidikan. Cara kerja pendekatan religi berbeda dengan pendekatan sains maupun filsafat dimana cara kerjanya bertumpukan sepenuhnya kepada akal atau ratio, dalam pendekatan religi, titik tolaknya adalah keyakinan (keimanan). Pendekatan religi menuntut orang meyakini dulu terhadap segala sesuatu yang diajarkan dalam agama, baru kemudian mengerti, bukan sebaliknya. Terkait dengan teori pendidikan Islam, Ahmad Tafsir (1992) dalam bukunya “ Ilmu Pendidikan dalam Persfektif Islam” mengemukakan dasar ilmu pendidikan Islam yaitu Al-Quran, Hadis dan Akal. Al-Quran diletakkan sebagai dasar pertama dan Hadis Rasulullah SAW sebagai dasar kedua. Sementara akal digunakan untuk membuat aturan dan teknis yang tidak boleh bertentangan dengan kedua sumber utamanya (Al-Qur’an dan Hadis), yang memang telah terjamin kebenarannya. Dengan demikian, teori pendidikan Islam tidak merujuk pada aliranaliran filsafat buatan manusia, yang tidak terjamin tingkat kebenarannya. Berkenaan dengan tujuan pendidikan Islam, World Conference on Muslim Education (Hasan Langgulung, 1986) merumuskan bahwa : “ Education should aim at balanced growth of the total personality of man through Man’s spirit, intelellect the rational self, feelings and bodily senses. Education should therefore cater for the growth of man in all its aspects, spirituals, intelectual, imaginative, physical, scientific, linguistic, both individually and collectively, and motivate all these aspects toward goodness and attainment of perfection. The ultimate aim of Muslim Education lies in the realization of complete submission to Allah on the level of individual, the community and humanity at large.”21 Sementara itu, Ahmad Tafsir (1992) merumuskan tentang tujuan umum pendidikan Islam yaitu muslim yang sempurna dengan ciri-ciri : (1) memiliki jasmani yang sehat, kuat dan berketerampilan; (2) memiliki kecerdasan dan kepandaian dalam arti mampu 21
Hasan Langgulung,Teori-teori Islam, http://hilmanswork.wordpress.com/2009/04/15
26
menyelesaikan secara cepat dan tepat; mampu menyelesaikan secara ilmiah dan filosofis; memiliki dan mengembangkan sains; memiliki dan mengembangkan filsafat dan (3) memiliki hati yang takwa kepada Allah SWT, dengan sukarela melaksanakan perintah Allah SWT dan menjauhi larangannya dan hati memiliki hati yang berkemampuan dengan alam gaib. 22 Dalam teori pendidikan Islam, dibicarakan pula tentang hal-hal yang berkaitan dengan substansi pendidikan lainnya, seperti tentang sosok guru yang islami, proses pembelajaran dan penilaian yang islami, dan sebagainya. (selengkapnya lihat pemikiran Ahmad Tafsir dalam bukunya Ilmu Pendidikan dalam Persfektif Islam). Mengingat kompleksitas dan luasnya lingkup pendidikan, maka untuk menghasilkan teori pendidikan yang lengkap dan menyeluruh kiranya tidak bisa hanya dengan menggunakan satu pendekatan saja. Oleh karena itu, diperlukan pendekatan holistik dengan memadukan ketiga pendekatan di atas yang terintegrasi dan memliki hubungan komplementer, saling melengkapi antara satu dengan yang lainnya. Pendekatan semacam ini biasa disebut pendekatan multidisipliner. Strategi pembelajaran Al-Qur’an mencakup delapan aspek, yaitu peragaan, minat, perhatian, apersepsi, korelasi konsentrasi, kooperasi, indivudualisasi dan evaluasi, diantaranya : Peragaan, salah satu kegiatan yang tidak boleh diabaikan adalah dalam keseluruhan proses pembelajaran adalah peragaan. Substansi peragaan adalah suatu cara yang dilakukan oleh guru dengan maksud memberikan kejelasan secara realita terhadap pesan yang disampaikan sehingga dapat dimengerti dan dipahami oleh siswa. Maksud dari kegiatan ini dilakukan terutama untuk menciptakan suasana pemahaman terhadap materi pelajaran lebih mendalam dan berkesan dengan menekankan penerapan konsep belajar sambil melakukan. Tedapat dua peragaan yang dapat diterapkan guru dalam proses pembelajaran. 22
Ahmad Tafsir, Teori-teori Islam http://hilmanswork.wordpress.com/2009/04/15.
27
4. Pengertian Ekstrakurikuler Menurut Moh. Uzer Usman Ekstrakurikuler adalah kegiatan yang dilakukan diluar yang telah ditetapkan dalam susunan program seperti kegiatan pengayaan, perbaikan yang berkaitan dengan program kurikuler atau kegitan lain yang bertujuan menetapkan pembentukan kepribadian seperti kegiatan palang merah Indonesia, Baca Tulis Al-Qur’an (rohani Islam), dan
kesenian, olahraga. 24 Sedangkan menurut Nana Syaodih
Sukmadinata ekstrakurikuler adalah pendidikan di luar sekolah bagi interaksi pendidikan yang berlangsung di masyarakat dari sangat formal yang seperti dengan pendidikan di sekolah maupun dalam bentuk-bentuk kursus-kursus, sampai dengan pendidikan yang kurang formal seperti ceramah dan sarasehan.25 Abdurahman An-Nahlawi arti ekstrakurikuler adalah suatu kegiatan tambahan yang dilaksanakan dalam dunia persekolahan ditujukan untuk menggali potensi dan memotivasi siswa dalam bidang tertentu. Karena itu, aktifitas ekstrakurikuler harus disesuaikan dengan hobi sehingga dengan kegiatan yang disukainya itu, maka siswa akan mengenal indentitas dirinya sendiri. Kegiatan ini pun ditujukan untuk membangkitkan semangat dinamika dan optimisme siswa sehingga mereka mencintai sekolahnya dan menyadari posisisnya di tengah masyarakat.26 Pada dasarnya kegiatan ekstrakurikuler adalah kegiatan tambahan belajar adari kurikulum yang telah ditentukan dan dimaksudkan untuk menggali dan memotivasi siswa dalam biadang tertentu. Aktifitas belajar artinya rangkaian usaha atau kegiatan yang dilakukan secara kontinu, terintegrasi dan diarahkan untuk mencapai proses pendidikan. 27 24
Moh.Uzer Usman, Menjadi Guru Profesinal, ( Bandung : PT Remaja Rosdakarya,2001),h.148 25 Nana Syaodih Sukmadinata,Bimbingan Konseling, (Bandung:PT Remaja Rosdakarya,2003),h.78 26 Abdurrahman An-Nahlawi, Pendidikan Islam di Rumah, Sekolah dan Masyarakat, (Jakarta Gema Insani Press,1996 ),h.187 27 Usman Efendi dan Jahaya SP,Pengantar Psikologi Pendidikan,Umum (Bandung : Angkasa,1984),h.3
28
Kegiatan ekstrakurikuler adalah suatu kegiatan sebagai bentuk usaha secara otomatis akan melibatkan subjek yang melakukan usaha (siswa). Bentuk usaha itu sendiri (belajar) dan hasil dari usaha. Dengan demikian dapat dikatakan ekstrkurikuler itu berhasil atau tidak tergantung kepada siswanya itu sendiri. Karena siswa dipandang sebagai titik pusat terjadinya proses belajar. Siswa sebagai subjek yang berkembang melalui pengalaman belajar.28 a. Tujuan Ekstrakurikuler 1). Mengoptimalisasikan bakat, 2). Mengoptimalisasikan minat, 3). Mengoptimalisasikan kreativitas, 4). Kompetensi dan kebiasaan dalam kehidupan, 5). Kemampuan sosial, 6). Kemampuan kehidupan keagamaan, 7). Kemampuan belajar, 8). Kemampuan wawasan dan perencanaan karir, 9). Kemampuan pemecahan masalah, 10). Kemandirian.29 Ekstrakurikuler adalah kegiatan yang dilakukan siswa sekolah, atau universitas di luar jam belajar kurikulum standar. Kegiatan ini ada di setiap jenjang pendidikan dari sekolah dasar sampai unversitas. Kegiatan ekstrakurikuler bertujuan agar siswa dapat mengembangkan kepribadian, bakat, dan kemampuannya di berbagai di luar bidang akademiknya. Kegiatan ini diadakan secara swadaya dari pihak sekolah maupun siswa-siswi itu sendiri untuk merintis di luar jam pelajaran sekolah.30 Kegiatan ekstrakurikuler secara terprogram akan memberikan arah pembentukan kepribadian pada kegiatan sebagai berikut : a). Rutin, yaitu kegiatan yang dilakukan secara terjadwal seperti kegiatan upacara bendera, (rohani Islam ), senam, dll 28
Sumadi Suryabrata, Psikologi Pendidikan (Jakarta : PT. Rajawali Press,1993),h.2 Conny R Semiawan, 2007 April 07, http://ontoekkoe.multiply.com. 30 SMANSA, Kegiatan ekstrakurikuler, Semarang . http//id.wikipedia.org .com /wiki.
29
29
b). Spontan, yaitu kegiatan yang tidak terjadwal dalam kejadian khusus seperti pembentukan perilaku memberi salam, membuang sampah pada tempatnya, antri dll c). Keteladanan adalah kegaitan dalam bentuk perilaku sehari-hari seperti : berpakaian rapi, berbahasa baik, rajin membaca, memuji kebaikan dan keberhasilan prang laian, dan datang tepat waktu. Berdasarkan judul skripsi penulis, yang berkaitan tentang masalah Baca Tulis Al-Qur’an, maka pengertian Baca Tulis Al-Qur’an adalah suatu kegiatan rohani yang diadakan dan diselenggarakan di luar jam sekolah untuk membentuk pribadi muslim yang intelek, cerdas, dalam
hal
membentengi
keimanan diri
dari
dan
ketaqwaannya.
hal-hal
yang
Sehingga
negatif
dan
mampu mampu
mengaplikasikan dirinya berdasarkan ilmu pendidikan agama Islam yang mereka miliki.
5. Pengertian Membaca Pengertian membaca adalah melihat serta memahami isi dari apa yang tertulis (dengan melisankan atau hanya dihati).31 Membaca juga mempunyai pengertian sebagai jembatan menuju pemahaman, pengamalan, dan
penerapan
Al-Qur’an
dalam
kehidupan
sehari-hari.32
Dalam
mengembangkan kemampuan membaca anak, guru mengembangkan sistem pembelajaran iqra yang dapat meningkatkan perkembangan kemampuan membaca Al-Qur’an lebih dini, guru memberi kesempatan anak memperoleh pengalaman yang luas dalam mendengarkan dan membaca. Di dalam membaca Al-Qur’an, ada tata caranya jadi tidak sembarangan membaca. Adapun tata cara membaca Al Qur’an adalah kita harus membacanya dengan tumaninah dan tadabbur (memperhatikan isinya) dan membacanya secara terus menerus, yaitu pembaca tarqiq bila bacaan itu 31 Departemen Pendididkan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia (Jakarta : Balai Pustaka, 2005),ed.ke-3,h. 83 32 Ahmad Syarifuddin, Mendidik Anak Membaca, Menulis, dan Mencintai Al-Qur’an (Jakarta : Gema Insani, 2005),cet ke-2,h.49
30
termasuk bacaan yang harus dibaca tarqiq dan dibaca tebal (tafkhim) bilamana bacaan itu termasuk bacaan tafkhim. Juga dibaca pendek apabila bacaan itu harus dibaca pendek; yang dibaca panjang dipanjangkan; yang dibaca jelas (izhar) maka harus dibaca jelas, yang dibaca dengung maka harus di baca dengung; yang dibaca samara (ikhfa) harus disamarkan. Dan, huruf yang dibaca harus sesuai dengan tempat keluarnya (makharijul-huruf) dan janganlah mencampuradukkan antara yang satu dan yang lainnya (misalnya, bacaan idzhar harus dibaca izhar, jangan dibaca ikhfa, dan lainnya). Dari keterangan tersebut, memberikan pengertian bahwa dalam membaca Al Qur’an tidak bisa terlepas dari ilmu tajwid. 33
6. Pengertian Menulis Tulis adalah ada huruf (angka dan sebagainya) yang dibuat (digurat dan
sebagainya)
dengan
pena
(pensil,
cat,
dan
sebagainya). 34
Keterampilan membaca dan menulis mungkin dikembangkan secara terpisah, tetapi lebih sering keduanya berjalan seiring. Untuk membentuk berbagai kata kita membutuhkan tangan yang terampil, untuk membentuk kalimat dan menyampaikan cerita kita membutuhkan keterampilan bahasa dan pengorganisasian yang baik. Untuk mengungkapkan sesuatu dengan benar atau menyampaikan cerita yang menarik perhatian pendengar kita memerlukan kreatifitas. Untuk belajar menulis dengan anak harus dapat menggunakan alat tulis yang terampil, latihan yang terbaik adalah dengan menggunakan pensil dengan menelusuri, meniru, menggunakan titik-titik adalah latihan tulis yang baik. Anak-anak mempelajari sesuatu denan cara melakukannya dan mereka akan berbuat sesuka hati sebelum akhirnya mengerti bahwa untuk menulis, seseorang harus membentuk huruf-huruf dan mengeja kata-kata, sepanjang tahun prasekolah, menulis untuk bersenang-senang, 33 Otong Surasman, Metode Insani: Kunci Praktis Membaca Al Qur’an Baik dan Benar (Jakarta : Gema Insani,2002),hh.22-23 34 Abdullah Abdurrahman Saleh, Teori-teori Pendidikan Berdasarkan Al Qur’an (Jakarta: : Modern English,1991)
31
dan belajar mengendalikan pensil adalah hal yang lebih penting daripada membentuk huruf dan kata secara benar biarkan ketertarikan dan keterampilan anak yang menentukan setiap langkah. Berikan sebuah pensil dan sobekan kertas kepada anak, ini adlah usah pertama. Garisgaris melengkung saling berhubungandan memiliki bentuk yang mirip huruf. Berikanlah pujian karena ia telah berhasil menulis huruf yang mirip dengan yang ada dibuku. Satu hal yang perlu diketahui menulis adalah motori kasar setiap anak akan berbeda hasil tulisannya, jangan takut atau resah pada anak-anak yang memiliki tulisan yang tidak rapi atau masih besar-besar, kita coba terangkan dan berikan pengertian dan ajarkan secara pelan-pelan. Untuk dapat menulis seorang anak harus dapat menggunakan alat tulis dengan terampil. Latihan yang terbaik adalah menggunakan
pensil
dengan
terampil,
menelusuri,
meniru,
menggabungkan titik-titik adalah latihan menulis yang sangat baik.
7. Pengertian Al-Qur’an Menurut Al Farra, kata Al Qur’an berakar pada kata Al Qarain, jamak dari Qarinah yang berarti kavan. Menurut Imam Asy’ari kata Al Qur’an berasal dari kata Qarana yang berarti menggabungkan dan menurut Imam Lehyani Al Qur’an berasal dari kata Qaraa yang berarti membaca. Islam mengatakan, bahwa Al Qur’an adalah kalam Allah yang diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW melalui malaikat Jibril. 35 Pengertian lain dari Alqur’asn, bahwa Al Qur’an sering disebut sebagai Hudan Lin Nas, kitab suci yang berisi petunjuk-petunjuk bagi manusia untuk dapat hidup bahagia di dunia dan di akhirat, meskipun secara garis besar saja, yang rinciannya dapat ditemukan pada sunnah Rosul bagi ilmu keduniaan, kita tinggal mengikuti petunjuk yang amat penting serta berharga itu serta menggali maknanya yang lebih dalam, baik ilmu keduniaannya maupun keakhiratannya. 35 Achmad Bajuri, Al Qur’an dan Ilmu Pengetahuan Kealaman (Yogyakarta : Dana Bhakti Prima Jasa, 1996),h.176
32
Pengertian tentang Al Qur’an, ada juga yang mengartikan Al Qur’an sebagai sumber hukum Islam yang pertama (syariah), yang meletakkan elemen-elemen yang fundamental dari sebuah piagam hakhak asasi manusia yang mana memiliki kekuatan mengikat, baik tanggungjawab moral maupun hukum.36 Al-Qur’an adalah firman Allah yang di-nuzul-kan kepada Nabi Muhammad yang dinukil secara mutawatir, dan dipandang beribadah membacanya. Al-Qur’an memuat hukum-hukum yang mencakup hukum keyakinan (ahkâm i’tiqâdiyyah), hukum akhlak (ahkâm khulqiyyah), dan hukum amaliah (ahkâm ‘amaliyyah).37 Hukum yang terkandung dalam Al-Qur’an dibedakan menjadi dua: Hukum ibadah dan hukum muamalah. Hukum ibadah mencakup shalat, zakat, puasa, haji, dan nazar. Adapun hukum muamalah, menurut Abd Al-Wahab Khalaf, mencakup hal-hal berikut: a). Hukum keluarga (al-ahwal al-syaikhsiyyah), yaitu hukum yang mengatur hubungan individu dengan individu lain dalam keluarga dan kekerabatan. Jumlahnya sekitar 70 ayat. b). Hukum kebendaan (ahkâm al-madaniyyah), yaitu hukum yang mengatur tukar-menukar harta, seperti ijarah, rahn, kafalah, dan syirkah. Jumlahnya sekitar 70 ayat. c). Hukum jinayah (ahkâm jinaiyyah), yaitu hukum yang mengatur pelanggaran dan sanksi yang dilakukan oleh mukalaf. Tujuannya menjaga hidup manusia dan hartanya. Jumlahnya sekitar 30 ayat. d). Lembaga peradilan (ahkâm al-murafa’at), yaitu hukum yang mengatur syarat-syarat hakim, sanksi dan sumpah. Jumlahnya sekitar 10 ayat. e). Hukum perundang-undangan (al-ahkâm al-dusturiyyah), yaitu hukum yang berhubungan dengan interaksi antara pemimpin dan rakyat. Jumlahnya sekitar 10 ayat. 36 Ziauddin Ahmad, Al Qur’an Kemiskinan dan Pemerataan Pendapatan (Yogyakarta : Dana Bhakti Prima Yasa,1998),h. 1 37 ‘Abd Al-Wahhâb Khalâf, Mashâdir Al-Tasyri Al-Islâmiy fimâ lâ Nashasha fih (Kuwait : Dâr Al-Qalam, t.t.),h. 32.
33
f). Hukum negara (al-ahkâm al-dawliyyah), yaitu hukum yang mengatur hubungan kenegaraan; hubungan antarnegara. Jumlahnya sekitar 25 ayat. g). Hukum ekonomi (al-ahkâm al-iqtishâdiyyah wa al-mâliyyah), yaitu hukum yang mengenai hubungan antara kaya dan miskin dan antara individu dan kelompok. Jumlahnya sekitar 10 ayat. 38 Sebagai kitab suci, Al-Qur’an sangat akomodatif terhadap hukumhukum yang hidup dan berkembang di masyarakat Arab pra-Islam. Hukum-hukum yang diakomodasi Al-Qur’an di antaranya poligami (seorang suami memiliki banyak istri) yang terdapat dalam surat AnNisa’ ayat 3, pokok-pokok hukum waris yang terdapat dalam surat AnNisa’ ayat 7-14, dan memasukkan wanita pada anggota keluarga yang mendapat waris, dibatalkannya saling mewarisi yang disebabkan oleh adopsi (Al-Ahzâb : 4-5), sanksi potong tangan bagi pencuri (Al-Mâidah : 38), yang sebagian ulama mengartikannya dipenjara karena sama-sama mencegah pelakunya dari mencuri lagi seperti halnya jika ia dipotong tangannya.
8. Pengertian metode baca dan tulis Al-Qur’an Prinsip pengajaran Al Qur’an pada dasarnya bisa dilakukan dengan berbagai macam metode. Diantaranya adalah : a). Metode Musyafahah ‘adu lidah” adalah dengan cara guru membaca terlebih dahulu, kemudian disusul anak atau murid. Dengan metode ini, guru dapat menerapkan cara membaca huruf dengan benar melalui lidahnya. Sedangkan anak dapat melihat dan menyaksikan langsung praktik keluarnya huruf dari lidah guru untuk ditirukannya. b). Metode Sorogan atau ‘ardul qira’ah ‘setoran bacaan’ adalah murid membaca di depan guru, sedangkan guru menyimaknya. 38 ‘Abd Al-Wahhâb Khalâf, ‘Ilm Ushûl Al-Fiqh (Cet. Ke-9; Jakarta: Al-Majlis Al-A’li Syuûn Al-Diniyyah, 1972),hh. 32-33.
34
c). Guru
mengulang-ulang
bacaan,
sedang
anak
atau
murid
menirukannya kata per kata dan kalimat per kalimat juga secara berulang-ulang hingga terampil dan benar. Dari ketiga metode ini, metode yang banyak diterapkan dikalangan anak-anak pada masa kini ialah metode yang kedua, karena metode ini terdapat sisi positif yaitu aktifnya murid (cara belajar siswa aktif).39 Metode semi SAS (Struktural Analitik Sintetik) adalah penggunaan kata atau kalimat, yang tidak mengikutkan bunyi mati/sukun, umpama jalasa, kataba. 40 Metode Al-Huda, cara menggunakannya adalah dengan pendekatan pengenalan huruf bahasa arab, tanda baca, dibantu dengan huruf latin sebab bagi pelajar pemula belum tahu huruf arab.41 Ada juga metode yang lainnya yaitu metode Dallang, dan cara mengajarkan metode ini adalah : a). Berdo’a sebelum mulai belajar b). Membuka bukunya seperti buku umumnya, tapi saat belajar membaca
seperti membaca Al Qur’an (misal hal 2 dan 3 mulai membaca dari hal 3 lajur kebawah kemudian hal 2) c). Ikuti lagu penuntun agar memudahkan ingatan terutama untuk “Kata
Dasar” dan “Harokah” dengan panduan lagu “Gundul-gundul Pacul” d). Ba To Ro Na Ro Dho Qo Sa Ka Ta Ja Wa e). A Da Mu Da Mu Di La Ma Ghu Ya Ghu Yu I Di I Di
La Ma
La Ma Ma Lu Ma Lu f). Amalkan bila sudah bisa dan ajarkan kepada yang belum bisa. Ada juga metode Amma,dinamakan metode AMMA karena diilhami oleh keinginan penulis untuk memudahkan para muslim pemula dan muallaf yang dibina yayasan AMMa dalam belajar membaca Al Qur’an.42 39
Ahmad Syarifuddin, Loc.cit., h. 81 Muhadjir Sulthon, Al Barqy Sistem 8 Jam (Surabaya : Penasuci, 1999), h. iv 41 Abd. Qorib Syarief, Metode Cepat Membaca Al Qur’an Al Huda (Jakarta : Hecca Mitra Utama, 2005), h.1 42 Surya Madya et all, Kiat Mudah dan Cepat Baca Al Qur’an (Metode AMMA), (Jakarta : Team AMMA,2003), hh.7-8 40
35
Agar dapat membaca Al Qur’an secara baik dan benar dengan metode AMMA, ada kiat-kiatnya sendidi. Di buku disebutkan ada 10 kiat yaitu :
1. Berniat (tekad) yang sungguh-sungguh 2. Meluangkan waktu yang cukup 3. Pengajar yang profesional 4. Dibaca langsung (tidak dieja) 5. Mengenal dan memahami perbedaan huruf Hijaiyah yang tidak bertitik dan yang bertitik 6. Mengenal dan memahami perubahan huruf apabila dirangkai di awal, di tengah dan di akhir kata 7. Mengenal dan memahami tanda baca 8. Menguasai terapan ilmu tajwid di Kunci 6 s/d 16 9. Dibaca secar berulang-ulang 10. Dipelajari secara intensif/kontinu.43 Lain lagi cara membaca Al Qur’an dengan metode Quantum Daarut Tauhid. Adapun penggunaan metode ini yaitu dengan cara: 1. Memberikan motivasi kepada peserta bahwa belajar membaca Al Qur’an adalah sesuatu yang sangat mudah dan tidak membutuhkan waktu yang lama. 2. Sebelum memberikan materi, pemateri hendaknya memberikan aturan/tata tertib kepada peserta selama mengikuti kegiatan belajar. Hal ini sangat penting agar hasil yang akan dicapai bisa maksimal, aturannya adalah sebagai berikut : a).Peserta harus punya niat yang ikhlas (karena Allah) dalam mengikuti kegiatan belajar membaca Al Qur’an. Tidak merasa terpaksa ataupun hal yang lainnya. 43
Surya Madya et all , Kiat Mudah …,h. xii
36
b). Peserta tidak boleh ada yang menulis selama kegiatan berlangsung, hal ini agar peserta bisa konsentrasi dalam mengikuti materi yang disampaikan oleh pemateri. c). Peserta harus mau berbicara/melafazkan setiap yang dituntunkan oleh pemateri dari materi tersebut. 3. Pemateri tidak mengajarkan dahulu tentang makharijul huruf kepada peserta
mengenai
huruf-huruf
hijaiyah
dan
sebelum
materi
disampaikan, pemateri hendaknya msatu sampai tiga orang peserta yang dijadikan standar apakah peserta sudah menguasai materi apa belum, peserta yang dijadikan standar adalah peserta yang punya kemampuan terendah dari peserta yang hadir dalam kemampuan membaca Al Qur’an. 4. Pemateri untuk memberikan hafalan huruf-huruf hijaiyah kepada peserta yaitu dengan menghafalkan kata-kata lembaganya metode Daarut Tauhid, yaitu : SO TO DO DO
:
SA SA SA JA
RO KO PA KA LA
:
BA HA YA
NA AMA HA WA
:
A A A GO
DA DA DO DO
:
TA TO JA HA HO
5. Setelah mereka hafal kata-kata lembaga yang terdiri dari huruf-huruf hijaiyah, selanjutnya pemateri memberikan cantolan-cantolan untuk memudahkan peserta mengingat huruf dan agar peserta tidak lupa lagi dengan apa yang dihafalnya. 6. Selanjutnya pemateri barulah mengajarkan harakat fathah, kasrah, dhammah dan tangwin setelah benar-benar peserta dapat menghapal huruf hijaiyah. 7. Selanjutnya pemateri mengajarkan tentang huruf-huruf hijaiyah yang punya bentuk banyak seperti huruf HA, MIM, KAF dan ‘AIN. 8. Selanjutnya pemateri mengajarkan tentang huruf-huruf yang berekor dan huruf-huruf yang sombong, ini adalah untuk mengajarkan kepada
37
peserta
bagaimana
cara
membaca
huruf
hijaiyah
ketika
disambung/dirangkai. 9. Selanjutnya pemateri mengajarkan kepada peserta cara membaca panjang pendek dengan memakai harakat(baris). 10. Selanjutnya pemateri mengajarkan cara membaca sukun (mati) dan tasydid dengan menggunakan istilah RAJA untuk tasydid, TENTARA untuk sukun dan RAKYAT untuk huruf hijaiyah yang tidak berharakat atau istilah MATAHARI untuk tasydid, BULAN untuk sukun dan BINTANG untuk huruf hijaiyah yang tidak berharakat. 11. Selanjutnya pemateri mengajarkan panjang pendek dengan memakai huruf mad yaitu ALIF, YA dan WAU. 12. Terakhir pemateri mengajarkan peserta membaca langsung dengan ayat-ayat Al Qur’an, yaitu dengan cara ayat-ayat tersebut huruf perhuruf dengan mencoba dirubah-rubah dari huruf yang satu kepada huruf yang lainnya, demikian pula dengan merubah-rubah harakatnya. Demikianlah secara ringkas gambaran cara menggunakan sistem 150
menit
metode
Daarut
Tauhid.44
Metode
lainnya
yang
mengungkapkan tentang baca dan tulis Al Qur’an adalah metode Tunjuk silang. Dikatakan metode tunjuk silang karena didalam ,metode ini penerapannya digunakan paduan abjad Latin-Arab. Huruf-huruf Al Qur’an yang tertulis dalam huruf dan bahasa Arab dibaca dari kanan ke kiri. Sebaliknya bila huruf Al Qur’an tersebut ditulis dalam huruf-huruf latin akan tampak adanya persilangan letak huruf yang saling tunjuk. Bila dihubungkan akan membentuk garis tanda silang (X).karena : 1. Huruf awal pada huruf Al Qur’an yang terletak di kanan diterakan oleh huruf awal latinnya tapi letaknya di kiri. 2. Huruf akhir pada huruf Al Qur’an diterakan oleh huruf akhir pada huruf latin, tetapi letaknya berbeda tempat. Huruf Al Qur’an di kiri dan latin di kanan. 44
Miftahudin, Sistem 150 menit Metode Quantum Daarut Tauhid,….,h.12-14
38
Pola pendidikan Islami adalah pola pendidikan Qur’ani yang diaplikasikan
Rasulullah
SAW.
dalam
kehidupan
sehari-hari,
diantaranya melalui metode-metode pendidikan yang dicontohkan oleh beliau. Menurut Drs. Syahidin, M.Pd. (199:39-40) metode pendidikan Qur’ani adalah suatu cara atau tindakan-tindakan dalam lingkup peristiwa pendidikan yang terkandung dalam Al-Qur’an dan As-Sunah. Dalam konsep ini segala bentuk upaya pendidikan didasarkan kepada nilai-nilai yang terdapat dalam Al-Qur’an dan As-Sunah. Ciri khusus dalam metode Qur’ani adalah penyajiannya dapat menyentuh berbagai aspek keperibadian murid, dimana pesan nilai disajikan melalui berbagai bentuk penyajiannya yang dapat menyentuh berbagai ranah (domain) peserta didik. Dalam pola pendidikan Qur’ani dapat dikembangkan pula berbagai metode lain yang sesuai dengan prinsip dan tujuan pendidikan serta sifat dari materi pendidikannya. Karena itu konsep pendidikan Qur’ani bersifat terbuka dan adaptif terhadap konsep yang selaras dengan prinsip-prinsip dasar Qur’an tentang pendidikan. Metode pendidikan Qur’ani memiliki prinsip : 1) Prinsip kasih sayang 2) Prinsip keterbukaan 3) Prinsip keseimbangan, dan 4) Prinsip integritas/keterpaduan.45 Adapun aplikasi metode pendidikan Qur’ani beserta contohcontoh dan dalilnya adalah sebagai berikut :
a) Metode Kisah Qur’ani Secara terminologis, kisah Qur’ani adalah pemberitaan AlQur’an tentang hal ihwal umat yang telah lalu, nubuwat (kenabian) yang terdahulu, dan peristiwa yang telah terjadi. Al-Qur’an banyak 45 Abdullah Abdurrahman Saleh, Teori-teori Pendidikan Berdasarkan Al Qur’an (Jakarta : Modern English,1991),h.16
39
berisi keterangan tentang kejadian masa lalu, sejarah bangsa-bangsa, keadaan negeri-negeri, dan peninggalan atau jejak setiap umat. AlQur’an menceritakan semua keadaan itu dengan cara yang menarik dan mempesaona, dengan bahasa yang mudah dipahami. Kisah dalam Al-Qur’an merupakan peristiwa yang benar-benar terjadi pada orangorang terdahulu, dan merupakan peristiwa sejarah yang dapat dibuktikan kebenarannya secara filosofis dan ilmiah melalui saksisaksi berupa peninggalan orang-orang terdahulu, seperti Ka’bah di Mekkah, Masjidil Aqsa di Palestina, Piramida dan Sphink di Mesir, dan sebagainya. Firman Allah :
“Kisah-kisah dalam Al-Qur’an itu bukanlah cerita yang dibuatbuat,
akan
tetapi
membenarkan
terhadap
kitab-kitab
sebelumnya. Dan Al-Qur’an itu menjelaskan tentang segala sesuatu, dan sebagai petunjuk dan rahmat bagi kaum yang beriman.” (Qs. Yusuf : 111). 46
Al-Qur’an menceritakan suatu generasi ke generasi lainnya bagaikan mata rantai tidak terputus, bahkan lebih jauh dari itu bukan sekedar menceritakan peristiwa-peristiwa yang sudah terjadi, karena peristiwa yang akan terjadi diakhiratpun digambarkannya secara gambling, seperti dialog dua orang yang bersahabat di dunia, kemudian mereka bertemu di akhirat dalam tempat yang berbeda, yang satu sebagai penghuni neraka, dan yang satunya lagi penghuni 46
Al-Qur’an dan Terjemah, Jakarta : Departemen Agama RI
40
surga, sebagaimana terdapat dalam surat Al-A’raaf : 44, yang berbunyi :
Dan penghuni-penghuni surga berseru kepada penghunipenghuni neraka (dengan mengatakan): "Sesungguhnya kami dengan Sebenarnya Telah memperoleh apa yang Tuhan kami menjanjikannya kepada kami. Maka apakah kamu Telah memperoleh dengan Sebenarnya apa (azab) yang Tuhan kamu menjanjikannya (kepadamu)?" mereka (penduduk neraka) menjawab: "Betul". Kemudian seorang penyeru (malaikat) mengumumkan di antara kedua golongan itu: "Kutukan Allah ditimpakan kepada orang-orang yang zalim, Kisah Qur’ani membawa dampak posistif secara langsung terjadap kewajiban murid. Di antara dampaknya adalah : a. Dampak terhadap emosi murid : 1). Tertanamnya kebencian terhadap kedoliman, dan kecintaan terhadap kebajikan. 2). Tertanamnya rasa takut akan siksa Allah SWT dan tumbuhnya harapan terhadap rahmat Allah. b. Dampak terhadap motivasi murid : 1). Memperkuat rasa percaya diri, dan kebanggaan terhadap ajaran agama Islam.
41
2). Menumbuhkan
keberanian,
sanggup
mempertahankan
kebenaran, dan meningkatkan rasa keingintahuan. c. Dampak terhadap penghayatan murid : 1). Timbulnya kesadaran melaksanakan perintah agama, 2). Munculnya rasa keikhlasan, kesabaran, dan tawakal. d. Dampak terhadap pola pikir murid : 1). Melatih berpikir kritis 2). Melatih berpikir realistis 3). Melatih berpikir analitis 4). Melatih berpikir analogis Dalam pendidikan Islam, kisah-kisah dalam Al-Qur’an mempunyai fungsi edukatif yang sangat berharga dalam suatu proses penanaman nilai-nilai ajaran Islam. Penyampaiannya tidak dapat diganti dengan bentuk lain, kecuali dengan bahasa lisan. Di antara fungsi edukatif Kisah Qur’ani, ialah dapat dijadikan sebagai bahan pelajaran dan sekaligus sebagai metode pelajaran.
b) Metode Ibrah Mauizah Metode ibrah ialah suatu cara yang dapat membuat kondisi psikis
seorang
mempengaruhi
(siswa)
mengetahui
perasaannya,
yang
intisari
diambil
dari
perkara
yang
pengalaman-
pengalaman orang lain atau pengalaman hidupnya sendiri, sehingga sampai pada tahap perenungan, penghayatan, dan tafakur yang menumbuhkan amal perbuatan. Sedangkan pelajaran melalui tutur kata yang berisi nasihat-nasihat dan peringatan tentang baik-buruknya sesuatu. Cara semacam ini sangat efektif bila guru memperlihatkan situasi dan kondisi murid. Banyak nasihat guru yang diabaikan muridnya disebabkan guru kurang memperhatikan situasi dan kondisi yang sedang dihadapi muridnya.
42
c) Metode Targhib-tarhib Metode Targhib adalah strategi atau cara untuk meyakinkan seseorang murid terhadap kekuasaan dan kebenaran Allah melalui janji-Nya, disertai dengan bujukan dan rayuan untuk melakukan amal shalih. Bujukan yang dimaksud adalah kesenangan duniawi akibat melaksanakan perintah Allah serta menjauhi larangan-Nya. Adapun Tarhib adalah strategi untuk meyakinkan seorang murid terhadap kekuasaan dan kebenaran Allah melalui ancaman siksaan sebagai akibat melakukan perbuatan yang dilarang oleh Allah, atau tidak melaksanakan perintah Allah.
d) Metode Tajribi (Latihan Pengalaman) Latihan pengalaman dan pembiasaan diisyaratkan dalam AlQur’an sebagai salah satu cara yang digunakan dalam pendidikan. Allah dan Rasul-Nya telah memberikan tuntunan untuk menerapkan sesuatu perbuatan dengan cara pembiasaan. Latihan pengalaman dimaksudkan sebagai latihan terus-menerus, sehingga siswa terbiasa melakukan sesuatu sepanjang hidupnya. Suatu saat setelah latihan selesai, maka siswa terbiasa dan merasakan bahwa melakukan sesuatu tersebut tidak menjadi beban, bahkan menjadi kebutuhan hidupnya.
e) Metode Uswah Hasanah (Keteladanan) Salah
satu
metode
pendidikan
yang
dianggap
besar
pengaruhnya terhadap keberhasilan proses belajar-mengajar adalah metode
pendidikan
dengan
keteladanan.
Dimaksud
metode
keteladanan disini, yaitu suatu metode pendidikan dengan cara memberikan contoh yang baik kepada para peserta didik, baik dalam ucapan maupun dalam perbuatan. Manusia telah diberi kemampuan untuk
meneladani
para
Rasul
Allah
dalam
menjalankan
kehidupannya. Di antara Rasul Allah yang harus kita contoh adalah Nabi Muhammad SAW, karena beliau telah menunjukkan bahwa
43
pada dirinya terdapat suatu keteladanan yang mencerminkan kandungan
Al-Qur’an
secara
utuh.
Contoh
bentuk
Metode
Keteladanan, yaitu : a. Keteladanan Disengaja Peneladanan
kadangkala
diupayakan
dengan
cara
disengaja, yaitu pendidik sengaja memberi contoh yang baik kepada
para
peserta
didiknya
supaya
dapat
menirunya.
Umpamanya guru memberikan contoh untuk membaca yang baik agar para murid menirunya, imam membaikkan shalatnya dalam mengerjakan shalat yang sempurna kepada ma’mumnya, dan sebagainya. b. Keteladanan Tidak Disengaja Dalam hal ini, pendidik tampil sebagai figur yang dapat memberikan contoh-contoh yang baik dalam kehidupan seharihari. Bentuk pendidikan semacam ini keberhasilannya banyak bergantung kepada kualitas kesungguhan realitas karakteristik pendidikan
yang diteladani,
seperti kualitas
keilmuannya,
kepemimpinannya, keikhlasannya, dan lain sebagainya. Dalam kondisi pendidikan seperti ini, pengaruh teladan berjalan secara langsung tanpa disengaja. Oleh karena itu, setiap orang yang diharapkan
(termasuk
guru)
hendaknya
memelihara
tingkahlakunya, disertai kesadaran bahwa ia bertanggungjawab di hadapan Allah dalam segala hal yang diikuti oleh orang lain (termasuk murid) sebagai pengagumnya. f) Metode Qiro’ati Metode qiro’ati adalah cara mengajar membaca al-qur’an dengan buku qiraati dan menawarkan pengajaran yang sistematis dan mendetail. Metode ini diantaranya mengajarkan bacaan gharib (bacaan yang langka/aneh) dalam al-qur’an yang tidak terdapat dalam metode yang lain. Metode qiro’ati adalah yang mujawwad murattal (mengajarkan tajwid dan cara baca tartil), dilakukan secara klasikal
44
yaitu beberapa murid membaca dan menyimak bersama dalam satu ruangan. Adapun sasarannya adalah untuk anak sekitar 4-6 tahun, 612 tahun dan mahasiswa. Metode pembelajaran qiro’ati memiliki cirri-ciri sebagai berikut : a. Praktis, b. Sederhana (realis, tidak teoris), c. Sedikit demi sedikit (tidak menambah sebelum bisa dengan lancar). d. Merangsang murid untuk saling berpacu. e. Tidak menuntun membaca. f. Waspada atau teliti dalam bacaan salah terutama pada bacaan yang salah kaprah. 47
9. Manfaat Baca Tulis Al-Qur’an Membaca Al-Qur’an mempunyai beberapa manfaat. Al-Qur’an secara tegas menyebutkan tentang hal tersebut sebagaimana yang dijelaskan dalam surat Al-Baqoroh : 121, sebagai berikut :
Orang-orang yang Telah kami berikan Al Kitab kepadanya, mereka membacanya dengan bacaan yang sebenarnya, mereka itu beriman kepadanya. dan barangsiapa yang ingkar kepadanya, Maka mereka Itulah orang-orang yang rugi. Dalam ayat ini dijelaskan bahwa membaca Al-Qur’an merupakam kegiatan yang mulia dan terdapat banyak manfaat sertakeuntungan sehingga akan merugi orang-orang yang mengabaikannya. Membaca Al-Qur’an adalah jalan untuk mengingat Allah SWT dan memohon do’a kepada-Nya.Karena dalam membaca Al-Qur’an terjadi hubungan antara manusia dengan Allah SWT.
47
http://www.qiraati.org/index.php?opion=com_content&task=view&id=21&itemid=26.
45
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Tujuan Penelitian Penelitian ini dimaksudkan untuk meneliti atau mengetahui strategi pembelajaran baca tulis al-qur’an pada kegiatan ekstrakurikuler dalam meningkatkan kemampuan membaca dan menulis al-qur’an di SLTPI Nurul Jihad Bekasi.
B. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di SLTPI Nurul Jihad Bekasi. Waktu pelaksanaan kegiatan penelitian ini adalah pada semester genap tahun pelajaran 2008/2009.
C. Metode Penelitian Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif dan metode yang digunakan adalah metode deskriptif. Menurut Hadari Nawawi yang dimaksudkan dengan penelitian deskriptif adalah “prosedur atau cara memecahkan penelitian dengan dengan memaparkan keadaan obyek yang diselidiki (seseorang, lembaga, masyarakat) sebagaimana adanya berdasarkan fakta-fakta yang aktual pada saat sekarang ini.”1 1 Hadari Nawawi dan HM. Martini, Instrumen Penelitian Bidang Sosial, (Yogyakarta : Gajah Mada Universty Press,1987),h.67
45
46
Sedangkan metode penelitian deskriptif yang digunakan adalah metode deskriptif analisis yaitu, salah satu metode yang dapat digunakan dalam prosedur pemecahan masalah yang diselidiki dengan menggambarkan dan melukiskan keadaan subyek dan obyek penelitian (seseorang, lembaga, masyarakat dan lain-lain) pada saat sekarang ini berdasarkan fakta-fakta yang tampak atau sebagaimana adanya. 2 Secara singkat dapat dikatakan bahwa metode deskriptif analisis merupakan langkah-langkah melakukan representasi obyektif tentang gejala-gejala yang terdapat di dalam masalah yang diselidiki.3
D. Populasi dan Sampel Populasi adalah sekelompok orang, benda atau hal yang menjadi sumber pengambilan sampel. Sedangkan sampel adalah sekumpulan yang memenuhi syarat tertentu yang berkaitan dengan masalah penelitian. 4 Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa SLTP I Nurul Jihad Bekasi, yang mengikuti ekstrakurikuler baca tulis Al-Qur’an, berjumlah 27 orang. Dikarenakan jumlah populasi penelitian ini sedikit, yaitu 27 orang, maka teknik sampling yang digunakan dalam penelitian ini adalah Total Quality Sampling atau sensus. Istilah lain dari sampling adalah sampel jenuh, dimana semua anggota populasi dijadikan sampel.5 Hal ini adalah suatu teknik sampling yang memberikan kesempatan atau peluang yang sama bagi setiap unsur atau anggota populasi untuk dipilih menjadi sampel. Penentuan didasarkan pada pendapat Suharsimi Arikunto yang mengatakan bahwa “apabila subyeknya kurang dari 100, lebih baik diambil semua sehingga penelitiannya merupakan penelitian populasi, selanjutnya jika jumlah subyeknya besar dapat diambil antara 10-15% atau lebih tergantung dari kemampuan peneliti.6 2
Hadari Nawawi dan HM. Martini, Instrumen Penelitian …,h.63 Husen Umar, Metode Penelitian Untuk Skripsi dan Tesis Bisnis,(Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada,2001),cet. 4,h.22 4 Departemen Pendidikan dan Kebudayaan RI, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Edisi II,h.695. 5 Sugiyono, Metode Penelitian Administrasi, (Bandung : CV.Alfabeta,1998),h.98. 6 Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek (Jakarta : PT. Rineka Cipta,1993),cet.3,h.128. 3
47
E. Teknik Pengumpulan Data Untuk memperoleh data yang diperlukan sesuai dengan permasalah maka digunakan teknik pengumpulan data sebagai berikut :
1. Observasi yaitu yang dilakukan adalah teknik observasi partisipasi (pengamatan). Observasi dilakukan sebagai teknik pengumpulan data dengan alasan, bahwa data-data yang berkaitan dengan penelitian yang terdapat dilokasi hanya dapat dikumpulkan melalui pengamatan. Adapun data yang diambil adalah data sekunder yaitu data yang diperlukan, berupa hasil wawancara dengan para siswa.
2. Wawancara Yaitu dengan bentuk pertanyaan berupa lisan, dengan pedoman wawancara yang telah dipersiapkan secara tuntas dan teknik wawancara yang dipakai adalah teknik wawancara langsung, yaitu wawancara yang dilakukan sebagai alat, alasan penggunaan teknik ini adalah karena data yang dikumpulkan dalam penelitian berupa data kualitatif yang langsung didapatkan dari sumbernya, maka teknik wawancaralah yang paling tepat dan mendalam untuk mengumpulkan datanya. Adapun yang akan diwawancarai adalah guru dan para siswa yang mengikuti kegiatan ekstra kurikuler.
3. Dokumentasi Teknik dokumentasi digunakan untuk mengumpulkan data-data tentang sekolah, guru, dan pembelajaran serta siswa yang ada pada SMP I Nurul Jihad Bekasi.
F. Teknik Analisis Data Dalam penelitian kualitatif, analisis data dilakukan dengan cara mencari dan menyusun data secara sistematis data yang diperoleh melalui
48
wawancara, catatan lapangan dan bahan – bahan lain sehingga dapat dengan mudah dipahami dan temuannya dapat diinformasikan kepada orang lain.10 Analisis data dalam penelitian ini dilakukan dengan beberapa tahapan diantaranya : 1. Pengumpulan informasi, melalui observasi, wawancara, dan rekaman kegiatan. 2. Reduksi, langkah ini adalah untuk memilih informasi yang sesuai dengan masalah penelitian untuk kemudian dipalajari oleh peneliti. 3. Penyajian, setelah informasi dipilih maka disajikan dalam bentuk deskripsi. 4. Tahap akhir adalah menarik kesimpulan yang dapat diceritakan kepada orang lain.
7. sugiyono, Metode penelitian pendekatan kualitatif dan kuantitatif............,h.334
49
BAB IV DESKRIPSI DATA DAN PEMBAHASAN TEMUAN
A. Gambaran Umum SMP I Nurul Jihad Bekasi 1. Latar Belakang Sejarah Berdirinya Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama Islam Nurul Jihad Bekasi di mana Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama Islam Nurul Jihad Bekasi berada dilokasi pemukiman yang prestisius di Bekasi. Semula ia merupakan persawahan tadah hujan dengan rumah-rumah penduduk yang sangat sederhana. Kemudian merubahnya dan menatanya dengan apik, terdiri dari rumah-rumah tempat tinggal lengkap dengan Jalan-jalan yang lebar dengan pepohonan di kanan. Dii pemukiman inilah Yayasan Pendidikan Islam Nurul Jihad Bekasi mengembangkan sekolah Islam. Pada waktu itu hanya Madrasah Ibtidaiyah dan Taman Kanak-kanak, kemudian berkembang dan melebarkan sayapnya dengan dibangunnya Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama dan
Sekolah
Menengah
Umum
(Badruzzaman Busyairi,
Berkhidmat Untuk Umat dan Bangsa, Reka Studiografis)1. Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama Islam Nurul Jihad Bekasi ini letaknya berdampingan dengan Taman Kanak-kanak Islam. Pada awalnya sekolah ini terletak di sebuah Taman Kanak-kanak dengan peralatan yang sederhana. Kantornya bergabung dengan kantor Taman Kanak-kanak 1
Profil SMP I Nurul Jihad Bekasi, (Bekasi:SMP I Nurul Jihad, 2006),h.3
49
50
dengan muridnya yang berjumlah 55 orang, terbagi dalam dua ruangan. Dipimpin oleh Syahrial Liza yang juga kepala Madrasah Ibtidaiyah. 2 Tahun kedua (TP1995/1996), keadaan mulai berubah, diantaranya Kepala sekolah dipercayakan kepada Bapak Drs Sudarmo, kemudian perhatian masyarakat meningkat tajam. Muridnya menjadi bertambah 4 kali lipat dari sebelumnya, menjadi 210 murid yang lokasinya masih berada di Taman Kanak-kanak dan kelas tertinggi baru sampai kelas 3. Tahun ketiga (TP1996/1997), ruang kepala sekolah sudah ada titik perubahan yakni menempati gedung tersendiri yakni Gedung Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama Islam Nurul Jihad Bekasi. Bangunannya megah. Fasilitasnya bagus. Hal ini semakin mendorong kepala sekolah dan para guru, semakin tekun mendidik murid-muridnya yang mencapai 380 orang. Waktu belajar di sekolah ini adalah pagi hari, hal ini mengingat di pagi hari kondisi para siswa dan siswi baik fisik maupun mental masih segar. Untuk data lebih lengkap tentang perkembangan siswa, guru, dan karyawan. Visi yakni mewujudkan cendikiawan muslim yang bertaqwa kepada Allah SWT. Misi, tindakan yang dilakukan untuk mewujudkan visi tersebut.3 Pelaksanaan kegiatan ekstrakurikuler baca dan tulis Al-Qur’an terhadap siswa merupakan salah satu bagian dari sekian banyak kegiatan ekstra kurikuler yang merupakan kegiatan pendidikan diluar mata pelajaran untuk membantu pengembangan siswa sesuai dengan kebutuhan, potensi, bakat, dan minat mereka melalui kegiatan yang secara khusus diselenggarakan oleh pendidik
dan
atau
tenaga
kependidikan
yang
berkemampuan
dan
berkewenangan di Sekolah Menengah Pertama Islam Nurul Jihad Bekasi.
2 3
Hasil Wawancara dengan Bapak Endang Suparman Kepala Sekolah, 3 Oktober 2011. Hasil Observasi langsung di SLTPI Nurul Jihad.
51
B. ANALISIS DATA 1. Strategi
pembelajaran
baca
tulis
Al-Quran
pada
kegiatan
ekstrakulikuler dalam meningkatkan kemampuan membaca dan menulis Al-Quran di SLTPI Nurul Jihad. Dalam Meningkatkan Prestasi Belajar Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam sesuai dengan program yang telah ditentukan, maka kegiatan ekstrakurikuler baca dan tulis Al-Qur’an di Sekolah Menengah Pertama Islam Nurul Jihad Bekasi adalah : Pelaksanaan kegiatan ekstrakurikuler baca dan tulis Al-Qur’an terhadap siswa merupakan salah satu bagian dari sekian banyak kegiatan ekstrakurikuler yang adalah kegiatan pendidikan diluar mata pelajaran untuk membantu pengembangan siswa sesuai dengan kebutuhan, potensi, bakat,dan
minat
mereka
melalui
kegiatan
yang
secara
khusus
diselenggarakan oleh pendidik dan atau tenaga kependidikan yang berkemampuan dan berkewenagan disekolah. Dan karenanya menjadi sub pendidikan yang tidak dapat dipisahkan antara satu dengan yang lainnya di Sekolah Menengah Pertama Islam Nurul Jihad Bekasi.4 Secara umum kegiatan pembelajaran baca tulis Al-Qur’an di Sekolah Menengah Pertama Islam Nurul Jihad Bekasi sudah diprogramkan, yakni sebagai kegiatan yang dipilih oleh siswa sebagai kegiatan pengembangan diri diluar mata pelajaran, dimana setiap siswa harus mengikuti pelajaran tambahan yang diadakan pada waktu-waktu yang telah ditentukan disamping dikelas masing-masing, pembelajaran baca tulis AlQur’an diperuntukkan bagi siswa secara umum.5 Berdasarkan data atau informasi yang telah dapat dikumpulkan sebagaimana diuraikan diatas, kiranya ada beberapa temuan yang dapat dikemukakan. Dengan menggunakan predikat kualitatif, maka hasil dari pengamatan langsung dan beberapa wawancara dengan para responden menunjukkan bahwa 4 5
Hasil observasi langsung di SLTPI Nurul Jihad pada Tanggal 3 Oktober 2008 Ibid.,
52
kemampuan siswa dalam menulis, membaca Al-qur’an yang sangat beragam. Untuk menulis Al-Qur’an, dari 6 siswa semua sudah mencapai ±85% yang sudah dapat membaca dengan bagus, dan ±75% sudah dapat menulis dengan bagus, kemampuan siswa dalam menulis Al-Qur’an yang relatif sudah mencapai tarap bagus mungkin disebabkan seringnya mempelajari tulisan Arab , dan dalam membaca mereka dikategorikan bagus dikarenakan dalam melafazkannya memang sangat jelas bagi anak seusianya. Dan ini dikarenakan karena adanya pengulangan pada setiap akan memulai pembelajaran sehingga mereka terlatih membacanya kemudian menulisnya.6 Pada prinsipnya banyak metode atau cara yang dapat digunakan untuk kegiatan pembelajaran terutama pembelajaran baca tulis Al-Qur’an. Hal ini tersebut tergantung pada relevansi tujuannya, sudut pandang atau perspektif yang digunakan, serta tingkat pemahaman dan tingkat penguasaan yang diinginkan. Metode belajar mengajar di Sekolah Menengah Pertama Islam Nurul Jihad Bekasi pada dasarnya sama dengan yang lain yang sudah berjalan yakni (klasikal dan privat), sebagaimana yang kita pahami hanya satu hal yang harus diperhatikan adalah pencapaian target khusus dimana para siswa harus dapat menguasai pelajaran sesuai dengan target pembelajaran harian. Ada dua target yang harus dicapai dalam Sekolah Menengah Pertama Islam Nurul Jihad Bekasi a). Siswa yang lulus dapat siap belajar dijenjang selanjutnya tanpa adanya kesulitan b). Siswi lebih mengenal dunia Islam karena setiap hari mereka dididik dengan cara serba islami, sekaligus dapat beribadah praktis. Ada beberapa metode yang digunakan dalam pembelajaran baca tulis Al-Qur’an di Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama Nurul Jihad Bekasi, diantaranya : 6
Hasil Wawancara dengan siswa di SLTPI Nurul Jihad Bekasi
53
A. Strategi Peningkatan Membaca Al-Qur’an menggunakan beberapa metode, diantaranya : a. klasikal Dalam mengajarkan membaca pada anak dengan cara klasikal adalah pertama-tama seorang guru menjelaskan . Kemudian membuat kalimat sesuai dengan bacaan yang ada di dalam buku yang anak gunakan. Untuk mengimbangi bacaan tersebut setiap pertemuan guru mencoba mengenalkan huruf hijaiyyah kemudian untuk satu hari berikutnya guru menambahkan 2 huruf lagi kemudian mengevaluasi dan begitu seterusnya sampai anak kenal dan mengetahui semua huruf abjad A sampai dengan Z. Dalam pembelajaran semacam ini guru mengevaluasi kegiatan baca ini dengan cara setiap akhir bulan dan mencoba mengadakan perlombaan. Dengan mengadakan perlombaan disini bukan berarti hanya ingin bersenang-senang akan tetapi agar mereka tertarik terhadap baca tulis Al-Qur’an sehingga apa yang telah disampaikan oleh guru tidak hilang begitu saja, sehingga dari sinilah guru akan melihat sejauh mana minat mereka dalam mempelajari baca tulis Al-Qur’an.7 Setelah selesai pada pembahasan satu guru pun melanjutkan ke pembahasan berikutnya. Didalam pembahasan ini guru menyampaikan tidak jauh berbeda. Namun, dalam bahasan ini ada beberapa bahasan yang diulang penyampaiannya, misalnya guru mengajarkan awalan, akhiran, dan sisipan kata-kata menerangkan dengan jelas secara bertahap. Jangan sekali-kali mengajarkan secara keseluruhan, selain anak bingung juga anak akan merasa bosan.8 b. Demontrasi. Dalam mendalami materi baca tulis Al-Qur’an disajikan VCD tentang “cara praktis membaca Al-Qur’an” dan disajikan juga kaset “pengajian Al-Qur’an dan terjemahan “ Zuz Amma setelah itu 7 8
Wawancara dengan guru ekstrakurikuler Ibu Dewi lestari Tanggal 4 Oktober 2008 Hasil pengamatan langsung dilapangan pada tanggal 16 Oktober 2008
54
diadakan penampilan siswa dalam hubungan baca tulis Al-Qur’an yaitu menyusun huruf-huruf Al-Qur’an sehingga menjadi satu surat. Dalam mengajarkan membaca sangat diperlukan cara untuk mempermudah anak dalam mengingat
huruf. Metode yang cocok
untuk memudahkan anak mengingat kembali
huruf adalah
menggunakan metode pendalaman. Pengenalan membaca yang efektif adalah mengenalkan seluruh bunyi suku kata dasar yang menjadi pembentuk kata dalam bahasa Indonesia. c. privat. Selain secara klasikal pembelajaran Al- qur’an di SMPI Nurul Jihad Bekasi, menggunakan cara privat, yaitu anak disuruh baca buku “Bacalah 1” satu persatu setiap pertemuan 1 halaman bagi yang benar dan lancar atau masih keliru bacanya maka guru mengulangi di pertemuan berikutnya. Siapa yang sudah tamat bacalah 1 maka guru memberi “Bacalah 2” dan setelah selesai bacalah 2, maka anak diajarkan baca lewat majalah, Koran dan sejenisnya bahkan bagi anakanak yang benar-benar lancar. d. Membaca cerita. proses belajar baca dan tulis Al-Qur’an ini dapat memberikan kesempatan kepada mereka untuk menggali segala kemampuan diri mereka dan dapat menggali segala kemampuan mereka diri mereka dan dapat menggali ilmu lebih luas, karena tidak berpatok hanya pada guru saja melainkan siswa/i dapat lebih aktif untuk mencari tambahan, pengetahuan, misalnya siswa lebih banyak membaca cerita pendek mengenai sejarah Al-Qur’an.10 e. Information search. Pelaksanaan strategi pengembangan baca dan tulis Al-Qur’an lebih menitikberatkan pada peserta didik untuk mencapai segala kemampuan yang mereka miliki, karena mereka yang mempunyai kompetensi adalah mereka yang studi, merekalah yang harus aktif 10
Wawancara langsung dengan siswa pada tanggal 17 0ktober 2008
55
dalam pembelajaran sehingga sungguh menguasai kompetensi yang diharapkan. Belajar Al-Qur’an sangat menarik, karena bisa mencari informasi bahan belajar serta dapat bertukar fikiran dengan orang lain, sehingga dari sinilah akan terlihat segala kemampuan yang dimiliki oleh para peserta didik terutama dalam baca dan tulis AlQur’an. Tentu saja dalam hal ini para guru memakai berbagai macam strategi dalam pelaksanaan pengembangan baca tulis AlQuran diharapkan para siswa mampu untuk menjalankannya. f. Metode Praktek dan latihan Subtansi latihan adalah usaha untuk mengaplikasikan dan juga untuk mengetahui dampak perkembangan yang dialami siswa selama pembelajaran baca tulis berlangsung, pada tahap ini siswa diharuskan untuk membaca bacaan Al-Qur’an lalu melaksanakan latihan menulis ayat Al-Qur’an.9
2. Strategi peningkatan menulis Al-Qur’an menggunakan bebrapa metode, diantaranya : a. Imla. Metode imla ialah metode pembelajaran penulisan Al-Quran dengan cara dikte. Keberhasilan metode imla ditunjang oleh kemampuan siswa tentang makhorijul huruf dan tajwid. b. Demonstrasi Dalam mendalami materi penulisan Al-Qur’an ini, disajikan juga metode demonstrasi, dimana seorang guru memberikan contoh penulisan huruf-huruf hijaiyah yang benar baik secara langsung maupun tidak langsung ( menggunakan audio visual ). Dalam metode ini guru dapat menggunakan audio visual dalam penyampaian materi, sehingga proses pembelajaran menjadi lebih menarik dan dapat menungkatkan daya ingat para peserta didik. 9
Wawancara Langsung Dengan Guru Ekstrakurikuler Pada Tanggal 20 Oktober 2008
56
c. Kaligrafi Penulisan kaligrafi merupakan penulisan huruf arab dengan indah. Dalam pelaksanaan penulisan kaligrafi ini seorang guru memberikan contoh penulisan kaligrafi kepada para siswa, kemudian siswa mengikuti apa yang dicontohkan oleh guru. Selain itu para siswa di berikan kebebasan untuk berkreasi dalam upaya meningkatkan kreativitas para siswa dalam penulisan kaligrafi.11 d. mewarnai Metode pembelajaran menulis, untuk dapat menulis seorang anak harus dapat menggunakan alat tulis dengan terampil. Latihan yang terbaik adalah menggunakan pensil atau krayon dengan terampil. Menelusuri, meniru, menggunakan titik-titik dan mewarnai adalah latihan menulis yang sangat baik. Dalam belajar menulis seorang anak harus dapat menggunakan alat tulis dengan terampil. Latihan yang terbaik adalah menggunakan pensil atau bolpoint dengan terampil. Menelusuri, meniru, menggambungkan, adalah latihan menulis yang sangat baik. Jadi, yang harus dilakukan oleh guru atau orang tua adalah jadikan anak sebagai subyek pembelajaran itu sendiri biarkan mereka aktif mencari tahu. Pancinglah mereka agar mengejar informasinya. Dari hasil pengamatan lapangan langsung dikelas dan lingkungan sekolah, bahwa diterapkannya metode baca dan tulis Al-qur’an di Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama Islam Nurul Jihad Bekasi berjalan dengan baik,dapat dikatakan bahwanya dalam penerapan ini memang lebih dititik beratkan pada guru agama dalam menyampaikan bahan-bahan pengajaran dan juga dapat memberi kesempatan - kesempatan pada murid untuk dapat kesempatan atas segala kemampuan yang mereka miliki dalam baca dan tulis Al-Qur’an, sehingga mereka dapat membaca secara tartil sesuai dengan apa yang diharapkan. Ketika melakukan pengamatan ini, terlihat disana gerak-gerik cara siswa dalam mempelajari baca tulis Al-Quran, dan ternyata mereka sangat antusias sekali terhadap pelaksanaan baca dan tulis 11
Wawancara Langsung Dengan Guru Ekstrakurikuler …..
57
Al-Qur’an. Apabila dilhat dari proses belajar didalam kelas penulis melihat bahwasannya guru itu benar-benar dapat menarik minat siswa, segala kekreatifan, antusias, dan nalar mereka baik mereka mempunyai kemampuan wawasan dan kemampuan belajar, serta mempunyai kesiapan dalam belajar dan dapat merealisasikannya dengan baik dan penuh tanggungjawab. Dalam hal ini guru berperan untuk membantu individu dan upaya mencapai segala potensi seorang guru juga harus mampu, memotivasi siswa melakukan sesuatu sesuai dengan kebutuhan individualnya. Untuk memberikan kesempatan kepada para siswa/siswi sesuai dengan minat dan kebutuhannya masing-masing setelah adanya proses belajar, yang akan menghasilkan tingkah laku manusia. Pada dasar timbulnya, karena adanya rangsangan dari luar yang hasilnya dapat dirasakan oleh setiap para siswa/siswi karena mereka mempunyai ciri-ciri baik fisik maupun psikis yang membedakan antara satu sama lainnya yang mana setiap siswa/siswi mempunyai perbedaan dalam diri mereka masing-masing, seperti : kemampuan potensial, yang didalamnya terdapat bakat dan kecerdasan yang sebetulnya pada hakikatnya bakat merupakan hasil interaksi antar faktor bawaan lingkungan. Oleh karena itu semua tidak tetap, melainkan dapat berubah, namun sampai seberapa besar perubahan itu terjadi pada diri seseorang, belum dapat dipastikan dan semua ini merupakan tanggungjawab guru untuk memberikan rangsangan kepada para peserta didik terhadap segala berbagai macam contoh untuk dapat diterapkan dilingkungan sekolah dan masyarakat.11 Terhitungnya bahwa siswa/i sangat melaksanakan metode baca dan tulis Al-Qur’an ini, ketika peneliti melakukan pengamatan langsung dikelas, para siswa/siswi saling berpacu dalam mengeluarkan segala macam kemampuan yang mereka miliki.12 Sebagai suri tauladan bagi siswa/siswi didiknya, tidak terlepas dari hambatan dan dukungan dari 11 12
Wawancara langsung dengan guru ektrakurikuler pada tanggal 20 Oktober 20008 Observasi langsung dilingkungan SMPI Nurul Jihad pada tanggal 20 Oktober 2008
58
berbagai pihak. Hambatan dan dukungan itu dijadikan titik tolak untuk melakukan langkah selajutnya, karena proses pendidikan merupakan proses menciptakan anak didik kearah kedewasaan. Hal itu tentu saja memerlukan waktu, tenaga dan fikiran, dan faktor-faktor yang dapat memperlancar proses tersebut untuk mencapai hasil yang maksimal. 13 2. Faktor pendukung dan penghambat strategi pembelajaran baca tulis Al-Qur’an pada kegiatan ekstrakulikuler dalam meningkatkan kemampuan membaca dan menulis Al-Qur’an disekolah lanjutan tingkat pertama Islam Nurul Jihad Bekasi Berdarsarkan hasil wawancara , terdapat beberapa factor yang berpengaruh terhadap pembelajaran baca tulis Al-Quran di SMP Nurul Jihad , yang secara substansi mempengaruhi tingkat keberhasilannya . Faktor-faktor yang pendukung antara lain adalah sebagai berikut : a) Sarana musholla yang disediakan oleh sekolah untuk menunjang kegiatan operasional kegiatan agama terutama pembelajaran baca tulis Al-Quran. b) Adanya kesadaran siswa untuk mengikuti kegiatan / program keagamaan baca tulis Al-Quran. c) Adanya kemauan yang besar dari siswa untuk belajar. d) Adanya metode yang variatif dan cukup memadai untuk pelaksanaan pembelajaran baca tulis Al-Quran. e) Tersedianya banyak buku-buku sumber tentang baca tulis Al-Quran. f) Adanya perangkat audio video dalam mendukung kegiatan / program pembelajaran baca tulis Al-Quran , seperti VCD, TV. 12 Selain factor-faktor pendukung tersebut , pembelajaran baca tulis Al-Quran yang diberikan kepada siswa di SMP Nurul Jihad pun tidak terlepas dari hambatan-hambatan sebagai berikut : 1.
Sarana yang dimiliki oleh sekolah dalam menunjang kegiatan pembelajaran baca tulis Al-Quran masih terbatas. Masjid sebagai alat
13 15
Wawancara dengan guru Pendidikan Agama Islam Wawancara lagsung dengan guru ekstrakulikuler pada tnggal 20 oktober 2011.
59
untuk mengelola kegiatan terlalu kecil namun dipergunakan untuk mengelola hamper semua kegiatan. Sedangkan kebutuhan dan kelengkapan sarana dalam menunjang kegiatan dan kelancaran kegiatan. 2. Masih rendahnya kuantitas siswa yang mengikuti pembelajaran baca tulis Al-Quran di sekolah dengan berbagai alasan , sehingga berpengaruh terhadap kesulitan terjangkau dan terpantaunya siswa kemampuan membaca dan menulis Al-Quran secara umum. 3. Terbatasnya waktu yang tersedia sehingga berakibat kepada rendahnya frekuensi kegiatan dan bentuk pembelajarn yang dilaksanakan. 13 Memperhatikan hasil analisis data diketahui bahwa sistematika dan efisiensi serta efektifitas metode yang dilakukan guru dalam pembelajaran baca tulis Al-Quran belum memuaskan . Dalam kegiatan ini pula dinyatakan metode belum menarik dan menyenangkan . Hasil akhirnya adalah hasil belajar siswa masih belum sesuai harapan . Dengan demikian dapat dikatakan bahwa tinggi rendahnya hasil belajar siswa dalam pembelajaran baca tulis Al-Quran berhubungan dan atau banyak ditentukan oleh factor metode yang digunakan oleh guru . Hal ini juga menunjukan bahwa secara umum metode guru dalam penyajian pembelajaran baca tulis Al-Quran masih sangat peril ditingkatkan. Pertanyannya
adalah
bagaimana
menemukan
cara
terbaik
untuk
menyampaikan berbagai konsep yang diajarkan di dalam pembelajaran , sehingga semua siswa dapat menggunakan dan mengingatnya lebih lama konsep tersebut. Langkah –langkah atau upaya yang dilakukan oleh guru dalam rangka mengatasi permasalahan tersebut yaitu meminta pihak sekolah dan peran dari komite siswa untuk melengkapi sarana pembelajaran yang telah ada kemudian untuk para siswa yang memiliki kemampuan yang masih rendah 16
Wawancara langsung dengan guru baca tulis Al-Quran…….
60
guru memberikan waktu khusus agar mereka dapat menungkatkan kemampuannya sehingga todak tertionggal denan siswa-siswa lainnya.14 Ketika kita mengungkapkan suatu bahasa, apakah itu tertulis maupun, diucapkan otaklah yang memproses kata-kata sehingga menjadi kalimat-kalimat yang dipahami. Jadi, pengungkapan bahasa merupakan fungsi otak. Tetapi otak tidak mungkin dapat memproses bahasa apabila tidak ada informasi yang masuk. Membaca merupakan bahasa tulisan yang dilambangkan oleh simbol-simbol tersebut melalui mata dan telinga. Mata dan telinga tidak mampu mengerti simbol-simbol abstrak ini. Simbolsimbol ini melewati mata dan telinga sebagai rangsangan kimia dan menuju otak yang akan menafsirkan. Pengenalan dan pengertian hanya akan terjadi di otak, tanpa memperhatikan dari mana rangsangan itu berasal. Begitupun fungsi lidah yang mengucapkan dan tangan yang menulis semuanya itu diproses di dalam otak. Hal ini sesuai dengan yang dikemukakan oleh Zulkipli bahwa akselerasi perkembangan bahasa anak terjadi sebagai hasil dari perkembangan
fungsi simbolis.
Dalam
hal
ini menetapkan
perkermbangan bahasa berdasarkan batas-batas umur, bukan masalah yang mudah, sebab perkembangan bahasa itu sendiri tidak selalu sama karena sering ada penyimpangan disana-sini. Bila pengembangan simbol bahasa telah berkembang maka hal ini memungkinkan anak memperluas kemampuannya memecahkan persoalan yang dihadapi dan memungkinkan anak belajar dari bahasa ucapan orang lain. 15 Menurut Dr. Gates kata-kata ucapan sampai ke telinga akan melalui gelombang suara dan tulisan melalui gelombang cahaya. Semua bahasa, apakah itu tertulis maupun mengerti simbol-simbol abstrak, simbol-simbol ini hanya melewati mata dan telinga sebagai rangsangan-rangsangan kimiawi dan menuju otak yang akan menafsirkannya pengenalann dan pengertian hanya terjadi di otak, tanpa memperhatikan dari mana rangsangan itu berasal. Jadi, agar otak mudah menyerap dan mengingat kembali informasi simbol-simbol huruf maka 14 17
ibid; Zulkipli, Psikologi Perkembangan Anak (Bandung : PT.Remaja Rosdakarya,1986),h.156
61
informasi yang disajikan harus lengkap yaitu dalam wujud gambar, suara, bentuk dan perasaan. . Bahwasannya guru mempunyai tanggungjawab yang besar dalam membangkitkan pelaksanaan baca dan tulis Al-Qur’an di Sekolah Lanjutan Tingakt Pertama Islam Nurul Jihad Bekasi. Dalam hal ini guru mempunyai peranan yang sangat penting dalam memberikan stimulus kepada siswa yang mana stimulus harus dibuat sedemikian rupa untuk memancing adanya kemauan untuk belajar baca dan tulis Al-Qur’an, dengan diberikannya stimulus itu secara langsung dengan sendirinya siswa akan merespon segala rangsangan dalam belajar. Berlangsungnya proses belajar yang baik tergantung seperti apa stimulus yang diberikan untuk para siswa sehingga akan dapat menghasilkan yang baik, karena pembelajaran pada siswa timbul apabila siswa merasa tertarik dari penjelasan yang diberikan oleh guru yang memberikan pelajaran. Proses pembelajaran baca dan tulis Al-Qur’an di Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama Nirul Jihad Bekasi berjalan dengan baik dan efektif. Ini dilihat setelah diadakan wawancara dari beberapa orang responden. Bahwasannya dilaksanakannya proses belajar baca dan tulis Al-Qur’an ini dapat memberikan kesempatan kepada mereaka untuk menggali segala kemampuan diri mereka dan dapat menggali segala kemampuan mereka segala akan menghasilkan prestasi belajar yang lebih baik lagi dan dapat menggali ilmu lebih luas, karena tidak berpatok hanya pada guru saja melainkan siswa/i dapat lebih aktif untuk mencari tambahan, pengetahuan, misalnya siswa lebih banyak membaca cerita pendek mengenai sejarah Al-Qur’an. Pelaksanaan metode baca dan tulis Al-Qur’an lebih menitikberatkan pada peserta didik untuk mencapai segala kemampuan yang mereka meliki, karena mereka yang mempunyai kompetensi adalah mereka yang studi, merekalah yang harus aktif dalam pembelajaran sehingga sungguh menguasai kompetensi yang diharapkan. Belajar metode Al-Qur’an sangat menarik, karena bisa mencari informasi bahan belajar serta dapat bertukar fikiran dengan orang lain,
62
sehingga dari sinilah akan terlihat segala kemampuan yang dimiliki oleh para peserta didik terutama dalam baca dan tulis Al-Qur’an. Langkah-langkah yang dilakukan guru tidak terlepas dari pendukung dan penghambatnya, adapun faktor yang dapat mempengaruhi pelaksanaan metode bacaa tulis Al-Qur’an adalah bersumber dari berbagai pihak antara lain : faktor intern yang menjadi pendukung dan penghambat guru dalam menjalankan metode baca tulis Al-Qur’an adalah kesiapan siswa dalam belajar, motivasi, dan karakteristik siswa. Adapun untuk faktor eksternnya adalah guru, lingkungan, tujuan pembelajaran, dan kegiatan ekstrakurikuler dalam menyalurkan minat dan hobi siswa. Sebagai suri tauladan bagi siswa/siswi didiknya, tidak terlepas dari hambatan dan dukungan dari berbagai pihak. Hambatan dan dukungan itu dijadikan titik tolak untuk melakukan langkah selajutnya, karena proses pendidikan merupakan proses menciptakan anak didik kearah kedewasaan. Hal itu tentu saja memerlukan waktu, tenaga dan fikiran, dan faktor-faktor yang dapat memperlancar proses tersebut untuk mencapai hasil yang maksimal. Pada dasar timbulnya, karena adanya rangsangan dari luar yang hasilnya dapat dirasakan oleh setiap para siswa/siswi karena mereka mempunyai ciri-ciri baik fisik maupun psikis yang membedakan antara satu sama lainnya yang mana setiap siswa/siswi mempunyai perbedaan dalam diri mereka masing-masing, seperti : kemampuan potensial, yang didalamnya terdapat bakat dan kecerdasan
yang sebetulnya pada hakikatnya bakat
merupakan hasil interaksi antar faktor bawaan lingkungan. Oleh karena itu semua tidak tetap, melainkan dapat berubah, namun sampai seberapa besar perubahan itu terjadi pada diri seseorang, belum dapat dipastikan dan semua ini merupakan tanggungjawab guru untuk memberikan rangsangan kepada para peserta didik terhadap segala berbagai macam contoh untuk dapat diterapkan dilingkungan sekolah dan masyarakat.
63
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
A. KESIMPULAN 1. Strategi pembelajaran baca dan tulis Al-Qur’an di Sekolah Menengah Pertama Islam Nurul Jihad Bekasi. Pelaksanaan metode baca dan tulis AlQur’an lebih menitikberatkan pada peserta didik untuk mencapai segala kemampuan yang mereka meliki, karena mereka yang mempunyai kompetensi adalah mereka yang studi, merekalah yang harus aktif dalam pembelajaran sehingga sungguh menguasai kompetensi yang diharapkan. Belajar metode Al-Qur’an sangat menarik, karena bisa mencari informasi bahan belajar serta dapat bertukar fikiran dengan orang lain, sehingga dari sinilah akan terlihat segala kemampuan yang dimiliki oleh para peserta didik terutama dalam baca dan tulis Al-Qur’an. Selain itu juga ada beberapa strategi peningkatan dalam membaca Al-Qur’an diantaranya : klasikal, demonstrasi, privat, membaca cerita dan information search. Adapun strategi peningkatan menulis Al-Quran diantaranya : Imla, demonstrasi, mewarnai dan kaligrafi. 2. Faktor pendukung dan penghambat dalam mengembangkan baca dan tulis Al-Qur’an di Sekolah Menengah Pertama Islam Nurul Jihad Bekasi. Faktor intern yang menjadi pendukung dan penghambat guru dalam menjalankan metode baca tulis Al-Qur’an adalah kesiapan siswa dalam belajar, motivasi, dan karakteristik siswa. Adapun untuk faktor eksternnya adalah guru, lingkungan, tujuan pembelajaran, dan kegiatan ekstrakurikuler dalam
63
64
menyalurkan minat dan hobi siswa. Sebagai suri tauladan bagi siswa/siswi didiknya, tidak terlepas dari hambatan dan dukungan dari berbagai pihak. Hambatan dan dukungan itu dijadikan titik tolak untuk melakukan langkah selajutnya, karena proses pendidikan merupakan proses menciptakan anak didik kearah kedewasaan. Hal itu tentu saja memerlukan waktu, tenaga dan fikiran, dan faktor-faktor yang dapat memperlancar proses tersebut untuk mencapai hasil yang maksimal. Pada dasar timbulnya, karena adanya rangsangan dari luar yang hasilnya dapat dirasakan oleh setiap para siswa/siswi karena mereka mempunyai ciri-ciri baik fisik maupun psikis yang membedakan antara satu sama lainnya yang mana setiap siswa/siswi mempunyai perbedaan dalam diri mereka masing-masing, seperti : kemampuan potensial, yang didalamnya terdapat bakat dan kecerdasan yang sebetulnya pada hakikatnya bakat merupakan hasil interaksi antar faktor bawaan lingkungan.
B. SARAN Berdasrkan temuan-temuan dalam penelitian , maka diajukan saran-saran sebagai berikut : 1. Kepada guru hendaknya tidak fanatik terhadap pemakaian suatu metode tertentu saja. Sebagai sikap yang baik, hendaknya guru senantiasa berupaya memperbaiki dan meningkatkan komunikasinya dalam penyajian materi demi efektifnya pembelajaran dengan selalu bersedia mencoba , mengadakan eksperimen pemakaian bermacam-macam metode , memilih dan menilai mana yang kiranya paling baik dan paling tepat digunakan , sehingga pembelajaran dapat berlangsung lebih baik dan dapat lebih berhasil. 2. kepada sekolah yang diteliti lebih mendorong pemaksimalan pembelajaran, sehingga minimal lulusannya mengerti bacaan dan tulisan Al-Quran dan dapat mempraktekannya di masyarakat. 3. Diharapkan agar siswa turut menciptakan iklim belajar yang kondusif sehingga metode guru akan menjadi lebih sismetis , efisien, komunikatif dan efektif untuk mencapai tujuan secara optimal . Selain itu , siswa juga
65
diharapkan dapat mencari bagaimana cara belajar yang bagus dan cocok untuk dirinya sendiri untuk kemudian mengkonsultasikannya kepada guru.
66
DAFTAR PUSTAKA Aqib Zainal, Profesionalisme Guru Dalam Penbelajaran, Surabaya : Insan cendekia, 2002. Departemen Agama Republik Indonesia, Al-Qur’an dan Terjemah, Semarang :CV Alwaah, 1995. Muhaimin, Paradigma Pendidikan Agama Islam, Bandung : PT. Remaja Rosdakarya, 2000. Muhammad Jamil B Irpan Abd. Gafar, Re-Formulasi Rancangan Penbelajaran Pembelajaran Pendidikan Agama Islam, Jakarta : Nur Insani, 2003. Patton Patricia, EQ di Tempat Kerja, Jakarta : Pustaka Delapratasa, 2001. Pemerintah, Undang-undang Sisdiknas,, Jakarta : Cemerlang , 2003. Sudjana Nana, Dasar-dasar Proses Belajar Mengajar, Bandung : Sinar Baru AlGensindo Offset, 2002. Tafsir Ahmad, Ilmu Pendidikan Dalam Perspektif Islam, Bandung : PT. Remaja Rosdakarya, 2002 Tim Penyusun, Modul Dirasah Islamiyah Pendidkan Kader Mubaligh, Jakarta : Koordinasi Dakwah Islam, DKI Jakarta, 1997. Tu’u Tulus, Peran Disiplin PadaPperilaku dan Prestasi Siswa, Jakarta : Gramedia, 2004. Usman Moh. Uzer, Menjadi Guru Profesional, Bandung : PT. Remaja Rosdakarya, 2004. Winkel. Ws, Psikologi Pengajaran, Jakarta : PT. Gramedia, 1996. Departemen Agama RI, Al Qur’an dan Terjemahannya Semarang: CV. Asy Syifa’, 1999 Abdul Wahid Al Banjari Abu Fajar Al Qalami, Terjemah Riyadhush Sholihin, Jakarta : Gitamedia Press, 2004 Syah Muhibbin, Psikologi Pendidikan Dengan Pendekatan Baru Bandung : PT Remaja Rosdakarya, 2002. Makmun Abin Syamsudin, Psikologi Kependidikan Rosdakarya, 2001.
Bandung : PT Remaja
67
Diknas, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta: Balai Pustaka,2002. Usman Basyirudin, Metodologi Pembelajaran Pendidikan Agama Islam Jakarta :Ciputat Press,2002 Slameto, Proses Belajar Mengajar Dalam Sistem Kreditur Jakarta: Bumi Aksara, 1991. Irfan Abd Gafar, Muhamad Jamil. B, Re-formulasi Rancangan Pembelajaran Pendidikan Agama Islam Jakarta: Nurmsani,2003. Sanjaya Wina, Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan Jakarta : Kencana Prenada Media,2006. Ihat Hatimah, Strategi Pembelajaran Bandung : CV. Andira,2000. Usman
Moh.Uzer, Menjadi Rosdakarya,2001.
Guru
Profesinal,
Bandung
:
PT
Remaja
Sukmadinata Nana Syaodih, Bimbingan Konseling, Bandung:PT Remaja Rosdakrya,2003. An-Nahlawi Abdurrahman, Pendidikan Islam di Rumah, Sekolah dan Masyarakat, Jakarta : Gema Insani Press,1996. Jahaya SP Usman Efendi dan, Pengantar Psikologi Pendidikan,Umum Bandung : Angkasa,1984. Sumadi Suryabrata, Psikolodi Pendidikan Jakarta : PT. Rajawali Press,1993. Conny R Semiawan, 2007 April 07, http://ontoekkoe.multiply.com. SMANSA Semarang . http//id.wikipedia.org .com /wiki/kegiatan ekstrakurikuler Departemen Pendididkan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia Jakarta : Balai Pustaka, 2005 Ahmad Syarifuddin, Mendidik Anak Membaca, Menulis, dan Mencintai Al-Qur’an Jakarta : Gema Insani, 2005. Otong Surasman, Metode Insani: Kunci Praktis Membaca Al Qur’an Baik dan Benar Jakarta : Gema Insani,2002. Abdullah Abdurrahman Saleh, Teori-teori Pendidikan Berdasarkan Al Qur’an Jakarta : Modern English,1991.
68
DESAIN KISI-KISI VARIABEL
Indikator 1
Sub Indikator 2
1. Merencanakan dengan menyusun materi STRATEGI
Perencanaan
PEMBELAJARAN
pembelajaran.
2. Menentukan metode pembelajaran. 3. Menentukan media pembelajaran. 4. Menentukan evaluasi pembelajaran. 1. Membaca 1. Membaca secara teliti 2. Membaca secara tartil 3. Mengenal perbedaan huruf 4. Mengenal huruf hijaiyyah
BACA TULIS AL-QUR’AN
5. Mengenalkan hukum tajwid Proses
2. Menulis 6. Mengenalkan huruf hijaiyyah 7. Mengenalkan huruf dan hukum tajwid 8. Mengenalkan dan memahami perbedaan hurf dan kalimat hijaiyyah.
9. Mengenalkan dan memahami tanda baca 10. Membiasakan belajar menulis setiap saat 1. Hasil dari membaca dan menulis sudah maksimal 2. Siswa-siswi dapat memahami huruf hijaiyyah dan tajwid
Evaluasi
3. Dapat membedakan huruf hijaiyyah 4. Dapat memahami kalimat dan isi dari bacaan yang dipelajari
5. Hasil dari pelajaran BTAQ sudah mencapai hasil yang maksimal
69
PEDOMAN WAWANCARA KEPALA SEKOLAH Nama
:
Jabatan
:
Hari/Tanggal
:
Tempat Wawancara
:
Waktu
:
1. Sejak kapan Bapak bertugas sebagai guru baca tulis Al-Qur’an di sekolah ini ? 2. Rencana apasaja yang akan bapak terapkan di sekolah ini berkaitan dengan baca tulis Al-Qur’an? 3. Apakah rencana Bapak sudah cermat dalam pembelajaran baca tulis Al-Qur’an? 4. Bisakah bapak terangkan mengenai langkah-langkah pelaksanaan pembelajaran baca tulis Al-Qur’an yang Bapak lakukan ? 5. Apakah kegiatan/aktivitas ini di dukung sepenuhnya oleh semua siswa dan guru serta orang tua murid? 6. Apakah menurut Bapak dengan adanya Baca Tulis Al-Qur’an membantu dalam proses pembelajaran di kelas? 7. Penunjang-penunjang apa saja yang menjadikan pembelajaran baca tulis AlQur’an di sekolah ini terlaksana ?
70
HASIL WAWANCARA DENGAN KEPALA SEKOLAH Bapak Gunawan JW, ST, M.Pd. 1.Saya mulai bertugas disini sudah 4 tahun yang lalu. 2.Rencana yang saya terapkan disini adalah , dengan menerapkan baca iqro sebelum pelajaran dilaksanakan, sehingga siswa terbiasa untuk membaca AlQuran. Dengan adanya baca iqra di awal maka para siswa terbiasa di rumah untuk membaca Al-Quran. 3.Insya Allah sudah, karena jika saya perhatikan para siswa sebagian sudah dapat membaca Al-Quran. 4.Langkah-langkah yang direrapkan adalah pertama-tama siswa harus membawa buku iqra dan Al-Quran, selanjutnya para siswa membaca dan salah satu dari mereka memimpin di depan kelas, lalu siswa yang lainnya mengikuti begitu seterusnya, dengan adanya seperti itu maka para siswa ada rasa malu jika tidak bisa membacanya. 5.Alhamdulillah semua mendukung, apalagi para orang tua dengan adanya seperti ini para orang tua tidak takut anaknya tidak bisa membaca Al-Quran. 6.Pasti, karena dengan adanya BTAQ ini para siswa dapat membaca Al-Quran, sehingga bisa membantu dalam pembelajaran khususnya pendidikan agama islam. 7.Faktor pendukung dan penghambat dalam pembelajaran baca tulis Al-Quran di sekolah menengah Nurul Jihad Bekasi. Faktor interen yang menjadi pendukung dan penghambat guru dalam menjalankan metode baca tulis Al-Quran adalah kesiapan siswa dalam belajar, motivasi,dan karakteristik siswa. Adapun untuk
71
factor eksternnya adalah guru, lingkungan, tujuan pembelajaran, dan kegiatan ekstrakulikuler dalam menyalurkan minat dan hobi siswa.
Mengetahui Kepala SMPI Nurul Jihad Bekasi
Gunawan JW, ST, M.Pd.
72
PEDOMAN WAWANCARA GURU
Nama
:
Jabatan
:
Hari/Tanggal
:
Tempat Wawancara
:
Waktu
:
1. Sejak kapan Bapak bertugas sebagai guru baca tulis Al-Qur’an di sekolah ini ? 2. Bisakah Ibu terangkan mengenai pelaksanaan baca tulis Al-Quran disekolan ini? 3. Apakah yang menjadi minat siswa untuk mengikuti kegiatan ekstra kurikuler BTAQ? 4. Apakah dampak yang terjadi pada siswa setelah mengikuti pelajaran BTAQ di Sekolah? 5. Metode apa yang Ibu terapkan mengenai proses pelaksanaan pembelajaran baca tulis Al-Qur’an ? 6. Apakah kegiatan ini di dukung sepenuhnya oleh semua siswa dan guru serta orang tua murid? 7. Apakah Faktor pendukung dan penghambat dalam proses pembelajaran di kelas? 8. Langkah-langkah apa sajakah yang ibu lakukan untuk mengatasi permasalahan yang dihadapi oleh siswa tersebut? 9. Bagaimanakah perhatian kepala sekolah mengenai kegiatan pembelajaran baca tulis Al-Quran ini?
73
HASIL WAWANCARA DENGAN GURU Ibu Ria Dahlia S.Pd.I.
1. Saya bertugas disin sudah 5 tahun, sejak tahun 2005 sampai sekarang. 2. Proses pembelajaran baca tulis Al-Quran dilaksanakan dengan tetap mengacu pada petunjuk dan arah yang telah ditentukan dan digariskan dalam kurikulum . Pembelajarannya sendiri tidak dilaksanakan setiap hari , karena baca tulis AlQuran merupakan salah satu kegiatan ekstrakulikuler . Jadi kegiatan tersebut hanya dilaksanakan seminggu sekali 3. Yang menjadi minat siswa dalam mengikuti BTAQ ini adalah subtansi latihan adalah usaha untuk mengaplikasikan dan juga untuk mengetahui dampak perkembangan yang dialami siswa sel;ama pembelajaran baca tulis berlangsung, pada tahap ini siswa diharuskan untuk membaca bacaan Al-Qur’an lalu melaksanakan latihan menulis ayat Al-Qur’an. 4. Dampak yang didapat adalah Bahwasannya dilaksanakannya proses belajar baca dan tulis Al-Qur’an ini dapat memberikan kesempatan kepada mereka untuk menggali segala kemampuan diri mereka dan dapat menggali segala kemampuan mereka diri mereka dan dapat menggali ilmu lebih luas, karena tidak berpatok hanya pada guru saja melainkan siswa/i dapat lebih aktif untuk mencari tambahan, pengetahuan, misalnya siswa lebih banyak membaca cerita pendek mengenai sejarah Al-Qur’an. 5. Metode yang dilaksanakan di sekolah ini adalah metode baca yang disampaikan dalam bentuk klasikal, pendalaman materi dan juga dalam bentuk privat. Selain
74
itu disampaikan juga dengan metode praktek dan latihan sehingga para siswa dapat memahami . 6. Alahamdilillah kegiatan ini sepenuhnya didukung oleh semua kalangan mulai dari guru, orangtua dan siswa . Mereka semua turut berperan aktif dalam pelaksanaan pembelajaran baca tulis Al-Quran ini. 7. Faktor penunjangnya yaitu : sraana mushalla yang disediakan oleh sekolah untuk menunjang pembelajaran baca tulis Al-Quran .Kemudian adanya kesdaran siswa untuk mengikuti kegiatan keagamaan pembelajaran baca tulis Al-Quran . Selain itu didukung juga oleh metode yang variatif dan cukup untuk memadai untuk pelaksanaan pembelajaran baca tulis Al-Quran. Adanya bukubuku sumber tentang baca tulis Al-Quran dan adanya perangkat audio visual dalam mendukung pembelajaran baca tulis Al-Quran seperti VCD dan TV. Sedangkan yang menjadi factor penghambat kegiatan pembelajaran yaitu sarana yang masih terbatas, kemampuan siswa yang masih rendah dan terbatasnya waktu yang btersedia sehingga berakibat pada rendahnya frekuensi kegiatan dan bentuk pembelajaran yang dilaksanakan. 8. Langkah-langkah yang saya lakukan yaitu meminta pihak sekolah dan peran dari komite siswa
untuk melengkapi sarana pembelajaran
yang telah ada
kemudian untuk para siswa yang memiliki kemampuan yang masih rendah saya memberikan waktu khusus agar mereka dapat meningkatkan kemampuannya sehingga tidak tertinggal dengan siswa-siswa lainnya. 9. Alhamdulillah
kepala
sekolah
selalu
memperhatikan
dan
mengikuti
perkembangan pembelajaran , beliau selalu berusaha untuk mengarahkannya.
75
Beliau juga mengadakan evaluasi pada setiap akhir bulan dan selalu menanyakan kendala-kendala yang dihadapi dalam pelaksanaan pembelajaran untuk dicari jalan keluarnya bersama-sama
Mengetahui Guru BTAQ SMPI Nurul Jihad Bekasi
Ria Dahlia S.Pd.I
76
PEDOMAN WAWANCARA DENGAN SISWA Nama
:
Kelas
:
Hari/Tanggal
:
Tempat Wawancara
:
Waktu
:
1. Apakah kamu dapat memahami pelajaran baca tulis Al-Qur’an di Sekolah ini? 2. Apakah ada pelajaran tentang tata cara membaca Al-Qur’an? 3. Apakah semua pelajaran Baca tulis Al-Qur’an berbentuk huruf Arab? Jelaskan! 4. Dengan adanya pelajaran baca tulis Al-Qur’an, bisakah kamu menggabungkan huruf arab yang terpisah menjadi kalimat? 5.
Apakah dipelajari juga mengenai hukum membaca dalam Al-Qur’an?
6. Apakah dalam pelajaran baca tulis Al-Qur’an dipelajari juga tentang pengenalan dan pemahaman tanda baca? 7. Setelah mempelajari baca tulis Al-Qur’an, apakah kamu dapat membedakan huruf hijaiyyah dan hukum tajwid? 8.
Apakah kamu dapat memahami, mengenalkan huruf dan kalimat hijaiyyah?
9. Apakah kamu dapat memahami, mengenalkan tanda baca ? 10. Apakah di rumah dan di sekolah kamu biasa menulis huruf Arab ?
77
HASIL WAWANCARA DENGAN SISWA 1.Alahamdulillah dapat memahami, karena gurunya dalam memberikan materinya perlahan-lahan, sehingga materi yang diajarkan dapat masuk dan menerapkannya di rumah. 2.Ada, semuanya diajarkan mulai dari cara memegang Al-Quran sampai hukum tajwidnya. 3. Tidak semuanya berbentuk huruf arab, diajarkan juga terjemahannya sehingga saya dapat memahami arti dari surat yang saya baca. 4.Alhamdulillah sekarang ini sudah dapat menggabungkan huruf arab. 5.Semua dipelajari mulai pengenalan huruf arab, tajwid sampai terjemahannya, selain itu juga saya dapat menggali ilmu lebih luas, karena tidak berpatok kepada guru saja melainkan siswa/I dapat lebih aktif dalam mencari tambahan pengetahuan, misalnya siswa lebih banyak membaca cerita pendek mengenai sejarah Al-Quran. 6.Ya, dikenalkan karena jika tidak dipelajari tanda baca maka saya tidak dapat membaca dan menulis huruf arab dengan baik dan benar. 7. Dapat, selain dikenalakan huruf hijaiyah saya juga dikenalakan dan dipelajari hukum tajwid dan terjemahannya. 8.Alhamdulillah sampai sekarang saya sudah dapat memehami dan membedakan huruf hijaiyah.
78
9. Dapat, yang pasti saya dan teman-teman harus dapat pula memahami tanda baca dalam Al-Quran, sehingga jika membaca Al-Quran menjadi baik dan tartil. 10. Alhamdulillah di rumah dan di sekolah biasa membaca dan menulis Al-Quran, hal ini dilaksanakan jika di rumah setelah solat maghrib dan di sekolah sebelum pelajaran di mulai.