perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 1
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah Anak merupakan karunia terbesar bagi keluarga, agama, bangsa, dan negara. Dalam kehidupan berbangsa dan bernegara, anak adalah penerus citacita bagi kemajuan suatu bangsa. Masa anak-anak disebut-sebut sebagai masa yang panjang dalam rentang kehidupan. Di era globalisasi sekarang ini, dimana ilmu pengetahuan dan teknologi berkembang pesat, proses transformasi dari suatu perubahan ke arah yang lebih maju atau meningkat di berbagai aspek dalam kehidupan masyarakat pun bergulir. Simbol-simbol modernitas pun masuk ke dalam kehidupan masyarakat melalui berbagai media. Sedangkan bagi anak yang pada umumnya masih berada pada proses pertumbuhan, proses belajar dan proses sosialisasi akibat usia yang belum dewasa, anak cenderung bersifat labil, dan masih memiliki kebiasaan meniru segala sesuatu yang ada di lingkungannya. Dengan sifat seperti itu, akan lebih banyak dampak globalisasi yang mereka dapatkan secara tidak sadar, baik itu dampak positif maupun negatif. Sumber da ri dampak-dampak globalisasi bagi anak-anak umumnya mudah didapatkan dari perkembangan pendidikan dan ilmu pengetahuan, perkembangan dalam media komunikasi, elektronik, termasuk internet, dan juga dalam perkembangan etika dan budaya. Simbol-simbol modernitas begitu
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 2
mudah masuk dan akrab dalam kehidupan anak-anak dalam bentuk permainan virtual seperti game online dan play station, selain itu jejaring sosial seperti facebook dan twitter juga semakin marak. Dampak modernisasi lain yang dapat kita jumpai pada anak yaitu mode berpakaian, yang cenderung tidak sesuai dengan karakter dan kepribadian anak-anak. Pakaian merupakan kebutuhan pokok manusia, selain sebagai penutup tubuh, juga menjadi cerminan status, hirarki, gender, dan agama, yang mengandung makna simbolik. Pakaian membentuk citra diri dan identitas yang menjadi penanda persamaan dan perbedaan dalam masyarakat, selain itu juga sebagai sarana untuk mengekspresikan suatu sikap tertentu. Kurangnya
selektivitas
terhadap
budaya
asing
menyebabkan
penurunan etika dan moral pada masyarakat, terutama anak-anak. Kebanyakan anak-anak jaman sekarang lebih terpengaruh tren budaya barat yang cenderung tidak sesuai dengan norma masyarakat Indonesia. Pada anak-anak usia taman kanak-kanak dan sekolah dasar, mungkin pemakaian tren berpakaian yang melanggar norma belum terlalu tampak, namun sejak dini mereka harus diajarkan mengenai cara berpakaian yang sopan, rapi dan bersih. Agama Islam memberikan aturan bagi kehidupan manusia, termasuk di dalamnya aturan berbusana. Cara berpakaian sopan, rapi dan bersih menjadi suatu keharusan. Ada kriteria tersendiri bagi muslim maupun muslimah dalam berpakaian, semuanya ada dalam Al-Qur’an dan Hadist. Dalam Al-Qur’an surat Al-A’raf ayat 26 menyebutkan bahwa:
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 3
"Hai anak Adam sesungguhnya Kami telah menurunkan kepadamu pakaian untuk menutupi auratmu dan pakaian indah untuk perhiasan. Dan pakaian takwa itulah yang paling baik. Yang demikian itu adalah sebahagian dari tanda -tanda kekuasaan Allah, mudah-mudahan mereka selalu ingat.” Bagi muslimah, ada aturan tersendiri untuk mengenakan jilbab, seperti firman Allah yang terdapat dalam Al-Qur’an surat Al-Ahzab ayat 59: "Hai Nabi katakanlah kepada isteri-isterimu, anak-anak perempuanmu dan isteri-isteri orang mu’min: "Hendaklah mere ka mengulurkan jilbabnya ke seluruh tubuh mereka". Yang demikian itu supaya mereka lebih mudah untuk dikenal, karena itu mereka tidak diganggu. Dan Allah adalah Maha pengampun lagi Maha penyayang." Aturan mengenai pakaian Islami juga terdapat dalam peraturan daerah di beberapa wilayah Indonesia diantaranya Instruksi Bupati Sukabumi Nomor 4 Tahun 2004 tentang pemakaian Busana Muslim bagi Siswa dan Mahasiswa di Kabupaten Sukabumi, Surat Edaran Bupati Kabupaten Banjarmasin No. 065.2/00023/ORG Tentang pemakaian Jilbab bagi PNS Perempuan di Lingkungan Pemerintah Kabupaten Banjarmasin Tertanggal 12 Januari 2004, SK. Bupati Dompu No Kd.19.05./HM.00/1330/2004, Tentang Pengembangan Perda No. 1 Tahun 2002 yang salah satu isinya mengenai kewajiban memakai busana muslim. Contoh nyata pelaksanaan syari’ah Islam yang salah satunya mewajibkan pemakaian pakaian Islami khususnya bagi perempuan adalah di daerah istimewa Aceh. Etika berpakaian Islami sangat penting untuk dikenalkan kepada anak sejak dini. Hal ini dapat dimulai dari keluarga terutama orang tua, dimana anak mengalami tahap awal interaksinya. Pengalaman sosial yang paling dini
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 4
diperoleh anak adalah melalui keluarga, di sini orang tua berperan besar dalam menentukan proses sosialisasi pada diri anak. Internalisasi etika berpakaian Islami kemudian dapat dikembangkan melalui lingkungan di luar keluarga, salah satunya melalui Taman Pendidikan Al-Qur’an (TPA). TPA yang berfungsi sebagai pusat belajar untuk mendala mi ilmu agama sebagai pedoman hidup, berperan penting dalam menanamkan nilai-nilai syari’at Islam terutama etika berpakaian pada anak. Keberadaan TPA sejalan dengan konsep dan sistem pendidikan Islam yang bersumber dari Al-Qur’an dan Al-Sunnah, selain itu sangat sejalan dengan tujuan Pendidikan Nasional sebagaimana disebutkan dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, yang menyebutkan: “Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab”. Di tengah gempuran modernisasi, penanaman religiusitas menjadi sangat penting. Di dalam lingkungan TPA, pemahaman para santri terhadap ajaran agamanya, menuntut mereka untuk berperilaku sesuai dengan esensi agamanya. Demikian pula dengan etika dalam berpakaian, biasanya disesuaikan dengan syariat Islam yang diajarkan di TPA karena pakaian dapat dianggap sebagai simbol, berkaitan dengan identitas dan kepribadian tertentu. Dalam hal ini, peran TPA dalam penanaman ide-ide, gagasan, nilai-nilai, norma-norma, yang berkaitan dengan ajaran agama Islam sangat penting.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 5
Penelitian tentang Internalisasi nilai-nilai etika berpakaian Islami dilandasi oleh penelitian terkait yang sebelumnya telah ada, antara lain: 1. Makna Keindahan Mode Busana Muslimah Sebagai Citra Budaya Masyarakat. Oleh: Fadhillah. Jurnal Madani Edisi II, 2010. Penelitian ini menggunakan metode refleksi dan verstehen mengenai konsep Plato tentang seni kecantikan didukung oleh observasi empiris yang menitikberatkan perhatian pada perkembangan dunia fashion busana muslimah di Indonesia. Tujuan dari tulisan ini adalah sebagai suatu analisis kritis terhadap fenomena perkembangan dunia fashion . Sedangkan manfaat dari penelitian ini adalah sebagai kontrol masyarakat terhadap pengaruh perkembangan dunia fashion menyangkut kesan budaya masyarakat Indonesia. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa makna keindahan dalam mode busana muslimah tercermin dalam beberapa kriteria indah, antara lain kreatif dan akuisitif. Keberadaan busana muslimah sebagai salah satu trend mode di Indonesia ternyata telah banyak memberi warna dan citra budaya masyarakat, baik sebelum abad millennium sebagai abad keterbukaan muncul, hingga memasuki abad posmodernisme dimana budaya konsumerisme menjadi fenomena aktivitas dan interaksi sosial dalam masyarakat. Peran mode busana muslimah dengan kreativitas para desainernya telah memenuhi sebagian dari tuntutan zaman dimana trend mode menuntut masyarakat berbudaya masuk dalam komunitasnya. Kondisi yang demikian telah merubah citra kuno dalam berpenampilan
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 6
muslim (muslimah) menjadi berpenampilan lebih modern, bahkan di era Posmodernisme, dimana budaya konsumerisme mempengaruhi pesatnya perkembangan mode. Penelitian tersebut relevan dengan penelitian yang dilakukan oleh penulis. Dalam penelitian ini diungkapkan mengenai makna dan peran busana muslimah dalam perkembangan fashion dunia, dalam hal ini busana muslim yang bersumber dari prinsip islami, namun aktualisasinya tidak harus kaku namun dinamis sesuai dengan perkembangan zaman. 2. Konstruksi Jilbab Sebagai Simbol Keislaman. Oleh: Dadi Ahmadi dan Nova Yohana. Mediator, Vol. 8, No. 2, 2007. Penelitian ini bertujuan untuk meneliti motivasi perempuan dalam mengenakan jilbab, dengan menggunakan pendekatan fenomenologi untuk mengetahui lebih jauh mengenai subyektivitas makna yang dibangun diantara masalah-masalah penelitian. Penelitian ini akhirnya menghasilkan kesimpulan bahwa tidak semua perempuan muslim mempunyai pemahaman dan kesadaran yang sama mengenai konsep jilbab. Jilbab menjadi medan interpretasi yang penuh makna. Motivasi mahasiswi berjilbab memakai gaya jilbab yang variatif terdiri dari gaya jilbab “lebar”, jilbab “gaul”, dan jilbab “semi” dapat dilihat dari alasan-alasan yang mendorong mereka untuk berjilbab dengan gaya yang berbeda. Berbagai alasan tersebut dibuat dalam tiga kategori motif, yaitu motif teologis yang menunjukkan berjilbab atas alasan kewajiban agama. Motif psikologis yang menunjukkan berjilbab
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 7
atas alasan kenyamanan, dan motif modis yang menunjukkan berjilbab atas alasan trend mode atau sekedar gaya. Kepribadian tidak dapat diukur dengan
pakaian,
akan
tetapi
cara
berpakaian
seseorang
akan
mencerminkan kepribadian seseorang. Melalui pakaian, dandanan dan tingkah laku pada tiap-tiap masa menyiratkan sebuah pernyataan yang sangat kuat tentang kelas, status dan gender. Penelitian tersebut sangat relevan dengan penelitian yang dilakukan oleh penulis, sebab sama-sama mengungkap pemahaman subyek mengenai pakaian Islami, meskipun dalam penelitian di atas lebih difokuskan pada jilbab saja. Bertolak dari uraian di atas, peneliti melakukan penelitian dengan judul “Internalisasi Etika Berpakaian Islami Pada Anak di Taman Pendidikan Al-Qur’an At-Taqwa Desa Paulan, Kecamatan Colomadu, Kabupaten Karanganyar, Jawa Tengah”
B. Perumusan Masalah Berdasarkan uraian latar belakang yang telah dikemukakan di atas, maka dapat dirumuskan beberapa permasalahan yang akan diteliti, yaitu: 1. Bagaimana strategi ustad/ustadzah dalam internalisasi etika berpakaian Islami pada anak di Taman Pendidikan Al-Qur’an At-Taqwa Desa Paulan, Kecamatan Colomadu, Kabupaten Karanganyar, Jawa Tengah? 2. Faktor apa saja yang mendukung dan menghambat internalisasi etika berpakaian Islami pada anak di Taman Pendidikan Al-Qur’an At-Taqwa
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 8
Desa Paulan, Kecamatan Colomadu, Kabupaten Karanganyar, Jawa Tengah? 3. Bagaimana pemahaman anak mengenai etika berpakaian Islami di Taman Pendidikan Al-Qur’an At-Taqwa Desa Paulan, Kecamatan Colomadu, Kabupaten Karanganyar, Jawa Tengah?
C. Tujuan Penelitian Dari uraian latar belakang dan rumusan masalah di atas, maka tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Menjelaskan strategi ustad/ustadzah dalam internalisasi etika berpakaian Islami pada anak di Taman Pendidikan Al-Qur’an At-Taqwa Desa Paulan, Kecamatan Colomadu, Kabupaten Karanganyar, Jawa Tengah. 2. Menjelaskan faktor-faktor yang mendukung dan menghambat internalisasi etika berpakaian Islami pada anak di Taman Pendidikan Al-Qur’an AtTaqwa Desa Paulan, Kecamatan Colomadu, Kabupaten Karanganyar, Jawa Tengah. 3. Bagaimana pemahaman anak mengenai etika berpakaian Islami di Taman Pendidikan Al-Qur’an At-Taqwa Desa Paulan, Kecamatan Colomadu, Kabupaten Karanganyar, Jawa Tengah?
D. Manfaat Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut:
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 9
1. Manfaat Teoritis a. Menambah wawasan keilmuan dalam bidang penelitian, khususnya dalam bidang penelitian pendidikan Islam. b. Memberikan kontribusi terhadap berkembangnya ilmu pengetahuan, terutama ilmu-ilmu sosial. c. Menambah khazanah ilmu pengetahuan mengenai masalah sosial masyarakat terutama mengenai perilaku dan sosialisasi anak-anak. 2. Manfaat Praktis a. Hasil penelitian ini dapat memberi gambaran mengenai unsur-unsur yang terdapat dalam internalisasi
nilai-nilai agama di Taman
Pendidikan Al-Qur’an. b. Hasil penelitian ini dapat dijadikan referensi bagi pelaksana program pendidikan pesantren khususnya dalam hal internalisasi nilai-nilai agama. c. Hasil penelitian ini diharapkan mampu memberikan kontribusi kepada lembaga-lembaga yang terkait sebagai salah satu referensi dan rujukan dalam mengembangkan pesantren.
commit to user