1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Hutan merupakan salah satu sumber daya alam yang sangat bermanfaat bagi kehidupan manusia. Pengelolaan hutan me...
1.1 Latar Belakang Hutan merupakan salah satu sumber daya alam yang sangat bermanfaat bagi kehidupan manusia. Pengelolaan hutan merupakan sebuah usaha yang dilakukan untuk memperoleh manfaat dari keberadaan hutan tanpa mengabaikan aspek kelestarianya. Kelestarian dalam pengelolaan hutan dapat terwujud apabila hutan dikelola dengan mempertimbangkan aspek ekonomi, ekologi dan sosial. Kelestarian hutan yang dimaksud adalah tersedianya hasil hutan yang berkelanjutan dan teratur serta dimanfaatkan sesuai kapasitasnya. Indonesia merupakan negara yang dapat dikatakan memiliki pengelolaan hutan berskala besar. Pengelolaan hutan berskala besar dapat menjadi sebuah peluang maupun ancaman bagi bangsa Indonesia. Bertambahnya devisa negara dari hasil pengelolaan hutan merupakan sebuah peluang, namun degradasi dan deforestasi akan menjadi sebuah ancaman apabila pengelolaan yang dilakukan tidak lestari. Para pengelola hutan di Indonesia harus dapat menyikapi peluang dan ancaman tersebut dengan baik agar hutan dapat tetap dimanfaatkan secara berkesinambungan dan sesuai dengan kapasitasnya. Salah satu perusahaan pengelola hutan di Indonesia adalah Perum Perhutani yang memiliki areal kerja di sebagian besar pulau Jawa dan Madura. Pada sebagian besar areal kerja Perum Perhutani didominasi oleh kelas perusahaan jati (Tectona grandis L.f). Hingga saat ini produk dari hutan jati yang
1
2
berupa kayu masih banyak diminati oleh konsumen karena memiliki nilai kayu yang tinggi. Nilai kayu jati yang tinggi diperoleh melalui daur pengelolaan yang panjang. Daur yang dipakai dalam pengelolaan hutan jati di Perum Perhutani berkisar antara 40 hingga 90 tahun. Sepanjang daur pengelolaan pastinya ada resiko kerusakan hutan yang misalnya disebabkan oleh kebakaran hutan, pembibrikan lahan, penggembalaan, dan pencurian. Berbagai permasalahan tersebut memerlukan penanganan yang tepat agar terwujudnya pengelolaan hutan yang berazaskan kelestarian. Pengelolaan hutan yang lestari sangat erat kaitannya dengan tegakan hutan yang tertata penuh. Hutan yang memiliki luasan proporsional dan berurutan pada masing-masing kelas umur dapat dikatakan sebagai tegakan hutan yang tertata penuh. Untuk mencapai keadaan hutan tersebut diperlukan sebuah pengaturan hasil hutan. Metode pengaturan hasil hutan yang dianut oleh Perum Perhutani adalah metode umur tebang rata-rata, dimana perhitungan potensi dilakukan pada umur tebang rata-rata bukan pada akhir daur. Perhitungan potensi pada umur tebang rata-rata didasarkan pada anggapan bahwa rata-rata kelas hutan akan mencapai umur tebang dalam jangka waktu setengah daur. Metode umur tebang rata-rata tercantum pada SK Dirjen Kehutanan No. 143/KPTS/DJ/I/1974. Perum Perhutani Unit 1 Jawa Tengah memiliki unit pengelolaan hutan (management unit) yang berupa Kesatuan Pemangkuan Hutan (KPH). Salah satu KPH yang ada pada wilayah Perum Perhutani Unit 1 adalah KPH Randublatung. KPH Randublatung diharapkan mampu mempertahankan keberlangsungan produksi dengan tetap memprioritaskan kelestarian hutannya. Berbagai daya
3
dukung potensi sumberdaya hutan, dinamika lingkungan dan faktor-faktor lainnya merupakan faktor pendukung untuk mempertahankan hal tersebut. Faktor kerusakan hutan yang tidak terlepas dari sebuah pengelolaan hutan dapat mengancam keberlanjutan produksi hasil hutan, tidak terkecuali di KPH Randublatung. Keberlanjutan produksi di KPH Randublatung dapat dipertahankan dengan tercapainya kelestarian hasil hutan pada saat ini hingga masa yang akan datang. Dengan demikian diperlukan sebuah prediksi mengenai kelestarian hasil hutan pada beberapa waktu berikutnya agar dapat mengetahui keberlanjutan produksi hasil hutan dan dapat mengantisipasi bentuk ancaman yang mungkin terjadi.
1.2 Rumusan Masalah Kelestarian hutan dapat menjamin keberlangsungan produksi di masa yang akan datang, sehingga diperlukan sebuah prediksi untuk menggambarkan kelestarian di masa yang akan datang. Kelestarian hutan dalam hal ini menggunakan pendekatan konsep kelestarian hasil hutan yang menitik-beratkan pada hasil kayu tahunan atau periodik yang sama atau tetap. Gambaran kelestarian hasil hutan pada umumnya dicerminkan dengan struktur kelas hutan produktif dengan sebaran luas yang merata serta kestabilan produksi kayu jati untuk jangka yang akan datang. Dengan demikian, prediksi dilakukan untuk melihat kecenderungan struktur kelas hutan dan potensi produksi kayu jati selama beberapa waktu kedepan.
4
Prediksi (projection) yang dilakukan dalam kajian ini menggunakan komponen model proyeksi yang terdiri dari 3 variabel, yaitu : 1. Tingkat kelestarian kelas hutan 2. Penambahan luas tanaman kelas umur I 3. Penambahan luas miskin riap Besarnya masing-masing variabel digunakan untuk memperoleh hasil prediksi struktur kelas hutan, kemudian baru akan diperoleh potensi produksi kayu jati selama beberapa jangka waktu ke depan. Dari hasil analisa kecenderungan struktur kelas hutan dan potensi produksi kayu jati dapat terlihat gambaran kelestarian di KPH Randublatung.
1.3 Tujuan Penelitian 1. Memprediksi struktur kelas hutan di KPH Randubaltung selama 6 jangka ke depan. 2. Memprediksi kecenderungan etat tebangan di KPH Randublatung dengan menggunakan Metode Instruksi 1974 dan Metode Casualty Per Cent. 3. Memprediksi kecenderungan potensi tebangan A2 di KPH Randublatung selama 6 jangka ke depan. 4. Menilai tingkat kelestarian (hasil hutan) di KPH Randublatung berdasarkan hasil prediksi mengenai struktur kelas hutan produktif, etat tebangan, dan potensi tebangan A2 selama 6 jangka ke depan.
5
1.4 Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat : 1. Memberikan gambaran mengenai struktur kelas hutan dan kecenderungan produksi kayu hasil tebangan A2 serta penilaian mengenai tingkat kelestarian pada 6 jangka ke depan bagi KPH Randublatung. 2. Sebagai bahan pertimbangan dalam pengambilan kebijakan mengenai pengelolaan hutan, khususnya pada produksi kayu untuk mewujudkan konsep kelestarian di KPH Randublatung.