BAB I PENDAHULUAN 1.1
Latar Belakang Sebagai negara dengan basis sumberdaya agraris, Indonesia pernah menjadi
salah satu produsen dan eksportir gula pasir yang terbesar di dunia pada decade 1930-40 an. Namun seiring dengan semakin menurunnya produktivitas gula nasional, predikat Negara pengekspor gula yang disandang Indonesia berganti menjadi Negara pengimpor gula yang cukup besar saat ini. Gula merupakan komoditi strategis yang penting bagi perekonomian Indonesia. Permintaan gula secara nasional diperkirakan akan terus meningkat seiring dengan peningkatan jumlah penduduk, pendapatan masyarakat dan pertumbuhan industri pengolahan makanan dan minuman. Sebagai Negara berpenduduk besar dengan pendapatan yang terus meningkat, Indonesia akan tumbuh menjadi salah satu konsumen gula terbesar di dunia. Industri gula merupakan salah satu industri agribisnis yang paling terintegrasi dan paling lama berkembang di Indonesia. Namun Indonesai telah berubah dari eksportir gula kedua terbesar dunia menjadi importer terbesar kedua setelah Rusia. Saat ini industri gula nasional menghadapi berbagai permasalahan yang secara prinsip disebabkan oleh rendahnya produktivitas baik on farm maupun di pabrik, tingginya impor serta sistim distribusi yang tidak efisien mengakibatkan harga yang fluktuatif. Kondisi pasar yang bersifat oligopolies, baik di internasional maupun di dalam negeri turut menyumbang terjadinya distorsi harga di pasaran.
1
Indonesia adalah salah satu Negara yang mempunyai masalah dalam hal pemenuhan kebutuhan gula dan energi sehingga masih sangat tergantung pada import dan komoditas gula sendiri di Indonesia merupakan salah satu bahan pokok utama makanan (9 bahan pokok) sehingga ketergantungan dan konsumsi gula secara nasional sangat besar. Tanaman tebu (saccharum officinarum Linn) merupakan salah satu tanaman potensial di Indonesia sebagai sumber atau bahan baku untuk pembuatan gula dan sumber energi (bioenergy) seperti bioethanol dan biodiesel.
Untuk meningkatkan daya saing secara ekonomis, budi daya tebu
tersebut harus dikelola secara efisien dan efektif sehingga dapat bersaing dengan harga per satuan unit gula atau bioenergy yang diimport. Negara-negara penghasil gula yang tergolong efisien menunjukkan peningkatan produktivitas dalam 5 tahun terakhir. Hal ini dimungkinkan oleh perbaikan tingkat teknologi, baik di dalam produksi tebu (tanaman) maupun di bidang pengolahan. Perbaikan teknologi ini tampak pada negara-negara Thailand, Afrika Selatan, Pakistan, India, Brasil dan Australia. Saat ini produktivitas gula tertinggi dicapai oleh Australia, diikuti oleh India dan Brasil. Sementara Indonesia efisiensinya baru mencapai 65%, idealnya sekitar 87% sehingga masih ada peluang peningkatan efisiensi sebesar 20%. Peningkatan ini bisa dilakukan melalui penataan input dalam budidaya tanaman tebu. PT. Gula Putih Mataram merupakan salah satu perkebunan tebu yang berlokasi di Kabupaten Lampung Tengah, Propinsi Lampung dengan luas areal yang dikelola seluas 24.379 Ha. Pembangunan pabrik dimulai pada tahun 1986 dan giling perdana pada bulan September 1987. Perkebunan tebu yang dikelola
2
oleh PT. Gula Putih Mataram sebagian besar lahan berada diatas tanah-tanah marginal yaitu tanah jenis Ultisol yang membutuhkan masukan (input) yang lebih besar untuk memperolah produksi hasil tanaman yang optimal karena kesuburan yang rendah. Keasaman tanah adalah salah satu kendala utama tercapainya produksi optimal pada perkebunan tebu di lahan kering. Reaksi tanah atau pH tanah yang terlalu rendah menyebabkan tidak tersedianya unsur hara tanaman di dalam tanah, seperti hara P, K, Ca, Mg dan unsur mikro yang menyebabkan tanaman dapat kekurangan unsur hara sehingga hasil tanaman tidak optimal. Di lahan kering tanah Ultisol dengan pH tanah dibawah 5,5 unsur hara P, K, Ca, Mg, S banyak terfiksasi atau tidak tersedia bagi tanaman, sedangkan kadar ion Fe dan Al selalu berharkat “sangat tinggi” atau berlebihan. Kadar ion Fe dan Al dalam tanah yang sangat tinggi dapat meracun tanaman dan ion Fe yang terlalu banyak diserap tanaman dapat menghambat serapan hara-hara yang lain (Brady, 1992). Dalam hal meningkatakan daya saing dari segi budidaya salah satu faktor yang perlu diperhatikan adalah masalah input dalam kegiatan budidaya seperti input pemupukan dan input ameliorant tanah yang dapat dikelola secara efisien dan tepat guna. Dalam budidaya tebu, untuk mendapatkan pertumbuhan tanaman yang optimum selain mensuplai unsur hara melalui pemupukan, dibutuhkan juga perbaikan lingkungan tanah untuk medukung ketersediaan dan penyerapannya oleh tanaman. Hal ini sangat diperlukan pada tanah-tanah yang bersifat masam (pH rendah) karena pada umumnya pada kondisi ini banyak reaksi atau lingkungan tanah yang tidak mendukung pertumbuhan tanaman yang optimum. Kondisi ini dapat diperbaiki dengan melakukan aplikasi bahan- bahan ameliorant
3
tanah seperti Lime (CaCO3), Dolomite (Ca, Mg (CO3)), Gypsum (Ca2SO4.2H2O) dan Bahan Organik. Pada penelitian ini akan akan dilakukan percobaan untuk mengetahui kombinasi dosis Lime dan Gypsum untuk menunjang pertumbuhan tanaman Tebu. 1.2
Perumusan Masalah Sebagian besar luas lahan dari 24.379 Ha yang dikelola oleh PT. Gula Putih
Mataram berada di atas tanah-tanah marginal (Ultisol) yang memiliki tingkat kesuburan tanah yang rendah. Keterbatasan jenis tanah Ultisol antara lain: reaksi tanah sangat masam (pH 4,5–5,0), kapasitas tukar kation dan kejenuhan basah rendah, ketersediaan P2O5 dan K2O sangat rendah, kadar ion Fe dan Al sangat tinggi, bahan organik sangat rendah sampai rendah, dan terdapat konkresi besi pada kedalaman 30–70 cm. Untuk meningkatakan produktivitas dan daya saing PT. Gula Putih Mataram dari aspek budidaya, salah satu faktor penting yang perlu mendapatkan perhatian yang serius adalah masalah masukan atau input dalam kegiatan budidaya seperti input pemupukan dan input ameliorant tanah yang dapat dikelola secara efisien dan tepat guna karena pemupukan yang tepat dan kondisi tanah yang baik dapat mendukung pertumbuhan tanaman dan merupakan faktor penting dalam proses produksi. Salah satu cara untuk memperbaiki kondisi tersebut adalah melalui rekayasa lingkungan tumbuh (habitat tebu) melalui aplikasi bahan-bahan ameliorant tanah seperti Lime (CaCO3) dan Gypsum (Ca2SO4.2H2O). Lime (CaCO3) adalah sebuah batuan sedimen yang terdiri dari mineral calcite (kalsium carbonate). Lime (CaCO3) adalah salah satu bahan kapur yang
4
banyak digunakan dibidang pertanian terutama pada budidaya tebu yaitu sebagai ameliorant untuk memperbaiki lingkungan tanah disatu sisi dan sekaligus berfungsi sebagai sumber unsur hara kalsium (Ca) di lain sisi. Namun menurut Hogart (2000), kalsium yang berasal dari Agricultural Lime (Aglime) dan Lime Stone mempunyai reaksi yang lambat sehingga untuk efektivitasnya harus di aplikasi dengan cara mencampur dan membenamkan kedalam tanah minimum satu bulan sebelum tanam. Bahan ameliorant atau sumber kalsium yang lain selain CaCO3 adalah Gypsum (CaSO4.2H2O). Gypsum sebagai salah satu sumber Ca yang lebih mudah larut dari lime, namun gypsum lebih mudah juga tercuci. Lime akan mempengaruhi pH tanah pada dosis tertentu sedangkan Gypsum tidak mempengaruhi pH tanah walaupun Gypsum mensuplai Ca dan S. Namun dengan sifatnya yang mudah larut, Gypsum dapat mengatasi kekurangan Ca di lapisan Sub Soil. Berdasarkan hal-hal tersebut maka dalam penelitian ini akan dirumuskan permasalahan yaitu sebagai berikut: 1. Sejauh mana pengaruh aplikasi Lime (CaCO3) dan Gypsum (Ca2SO4.2H2O) terhadap status unsur hara Kalsium, Belerang dan pH tanah ? 2. Sejauh mana pengaruh aplikasi Lime (CaCO3) dan Gypsum (Ca2SO4.2H2O) terhadap kandungan hara daun tebu ? 3. Sejauh mana dampak aplikasi Lime (CaCO3) dan Gypsum (Ca2SO4.2H2O) terhadap pertumbuhan dan produksi tebu?
5
1.3
Tujuan Penelitian Tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian adalah untuk mengetahui:
1. Pengaruh aplikasi Lime (CaCO3) dan Gypsum (Ca2SO4.2H2O) terhadap status unsur hara Kalsium, Belerang dan pH tanah. 2. Pengaruh aplikasi Lime (CaCO3) dan Gypsum (Ca2SO4.2H2O) terhadap kandungan hara daun tebu. 3. Dampak aplikasi Lime (CaCO3) dan Gypsum (Ca2SO4.2H2O) terhadap pertumbuhan dan produksi tebu. 1.4
Kegunaan Penelitian Sesuai dengan latar belakang permasalahan dan tujuan penelitian ini, maka
diharapkan dalam penelitian ini dapat berguna, yaitu: 1.
Bagi peneliti, penelitian ini merupakan pemenuhan salah satu syarat untuk mencapai derajat Sarjana S2 pada Program Studi Ilmu Tanah, Program Pascasarjana Universitas Gadjah Mada sekaligus untuk menambah wawasan mengenai aplikasi secara bersamaan dosis Lime (CaCO3) dan Gypsum (Ca2SO4.2H2O) terhadap pertumbuhan tanaman tebu yang optimal.
2.
Bagi perusahaan, hasil penelitian ini dapat bermanfaat untuk mendapatkan hasil gula optimal melalui perbaikan input pemupukan dan bahan ameliorant.
3.
Bagi pembaca, hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan dan informasi untuk memenuhi kebutuhannya terutama terkait dengan aplikasi penggunaan Lime (CaCO3) dan Gypsum (Ca2SO4.2H2O) terhadap pertumbuhan tanaman tebu.
6