BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah Ketika Perang Dunia Pertama terjadi, tren utama kebijakan luar negeri Amerika Serikat masih berupa non-intervensi. Namun ketika Perang Dunia Kedua terjadi Amerika Serikat merubah kebijakan luar negerinya untuk aktif mendukung sekutu . Franklin D. Roosevelt, Presiden Amerika Serikat kala itu, memimpin dibuatnya kebijakan “Arsenal of Democracy”, dimana Amerika Serikat akan memberikan bantuan dana dan perlengkapan militer, tanpa mengirim pasukan Amerika Serikat untuk ikut langsung berperang. Namun ketika Jepang menyerang “Pearl Harbor” , Presiden Roosevelt menyatakan Amerika Serikat akan berperang langsung dengan Jerman, Jepang, dan Italia. Presiden Roosevelt mengirimkan pasukan Amerika Serikat ke Teluk Pasifik untuk melawan Jepang, ke Afrika Utara untuk melawan Italia dan Jerman, dan terakhir di Eropa untuk melawan Jerman. Amerika Serikat pun didukung dengan perkembangan industri militer drastis di dalam negeri yang melahirkan bom atom yang dijatuhkan di Jepang. Bersama dengan sekutu,
Amerika Serikat pun
memenangkan Perang Dunia Kedua. Amerika Serikat merasakan dampak paling kecil dari Perang Dunia Kedua diantara negara sekutu, dan juga dengan tumbuh industri, Amerika Serikat pun naik menjadi negara adidaya. 1
Setelah Perang Dunia Kedua berakhir, dunia terbagi menjadi dua kubu, satu kubu dipimpin oleh Amerika Serikat, dan satu kubu lagi dipimpin oleh Uni Soviet, yang disebut sebagai Perang Dingin. Perang ini dianggap sebagai persaingan kekuatan dan ideologi diantara kedua negara adidaya. Amerika Serikat membuat kebijakan “containment” untuk meredam ekspansi Uni Soviet, termasuk dengan ikut dalam Perang Korea dan Vietnam. Uni Soviet pun akhirnya jatuh dan terbelah menjadi beberapa negara dan Perang Dingin secara resmi berakhir. Setelah Perang Dingin Amerika Serikat berhasil mempertahankan statusnya sebagai negara adidaya. Namun pengaruh Amerika Serikat mulai berkurang terutama karena persaingan ekonomi dengan negara-negara yang mulai bangkit, termasuk Cina Di abad ke 21, Amerika Serikat masih melanjutkan kebijakan luar negerinya yg aktif dalam melakukan intervensi. Untuk melindungi kepentingan nasional. Menjadi salah satu produsen minyak bumi terbesar di dunia membuat sumber cadangan minyak menjadi kepentingan nasional bagi Amerika Serikat, termasuk mempertahankan hubungan baik dengan negara yg memiliki cadangan minyak besar seperti Arab Saudi. Dan dengan terjadinya perang antara Iraq dan Iran, pasukan Amerika Serikat pun dikirimkan untuk melindungi kepentingannya di Teluk Persia (Francona, 2007). Selain di Teluk Persia, Amerika Serikat terus melibatkan diri dengan konflik-konflik di luar negaranya, baik berupa diplomasi maupun bantuan militer, termasuk ke konflik Laut Cina Selatan.
2
Konflik Laut Cina Selatan adalah konflik akibat adanya klaim maritim antara beberapa negara berdaulat di kawasan tersebut, yaitu Brunei Darussalam, Republik Rakyat Cina , Taiwan, Malaysia, Filipina, dan Vietnam. Sementara negara-negara yg tidak ikut melakukan klaim menginginkan Laut Cina Selatan untuk tetap sebagai perairan internasional. Cina selama beberapa tahun terakhir, telah berusaha mengambil kontrol yang semakin besar atas perairan yang jauh dari wilayah negara mereka sendiri yang sebelumnya dianggap sebagai perairan internasional atau diklaim oleh negara lain. Cina, menggunakan “nine-dash line” sebagai acuan klaim mereka. Hal ini menyebabkan konflik, karena zona yang Cina klaim begitu luas hingga memasuki ZEE termasuk Brunei Darussalam,Malaysia, Filipina, Taiwan, Vietnam bahkan hingga Indonesia. Negara lain juga memiliki klaim mereka masing-masing yang saling bertabrakan sehingga menyebabkan konflik, seperti perebutan wilayah perairan, kepulaun Pratas dan kepulauan Paracel. Secara geografis, Laut geopolitik Indo-Pasifik. Laut
Cina Selatan memainkan peran penting dalam Cina Selatan berbatasan dengan Brunei, Kamboja,
Cina, Indonesia, Malaysia, Filipina Singapura, Taiwan, Thailand dan Vietnam. Laut Cina Selatan juga mengandung sumber yang kaya akan perikanan , dan perkiraan menurut beberapa ahli , perikanan di Laut Cina Selatan merupakan 10 persen dari total perikanan global. Selain itu Laut Cina Selatan memiliki cadangan besar minyak dan gas. Badan Informasi dan Energi Amerika Serikat Serikat memperkirakan ada 11 3
miliar barel minyak dan 190 triliun kaki kubik gas alam tersimpan di bawah laut. Jumlah yg sangat besar ini lebih banyak daripada cadangan migas yg dimiliki beberapa negara eksportir energi terbesar dunia. Bisa dilihat banyaknya kekayaan yang dimiliki Laut
Cina Selatan dan
bagaimana pentingya Laut Cina Selatan. Hal inilah yg membuat negara-negara yg terlibat konflik ini berjuang keras melindungi klaim mereka. Namun ada satu negara yg tidak memiliki klaim di Laut Cina Selatan tetapi ikut berpartisipasi dalam konflik ini, yaitu Amerika Serikat Serikat. Amerika Serikat Serikat ikut terlibat baik secara diplomasi maupun bantuan militer. Pada masa kepresidenan George W. Bush, Amerika Serikat mengirimkan bantuna militer untuk membantu pertahanan militer Filipina, dan hingga kini pasukan Amerika Serikat masih terus membantu pertahanan Filipina sekaligus mengawasi keadaan Laut Cina Selatan. Tidak hanya di Filipina, Amerika Serikat terus meningkatkan kekuatan militernya di Asia Tenggara, terutama di sekitar Laut Cina Selatan. Kapal perang Amerika Serikat terus melakukan patroli laut melaui akses dari Singapura dan Malaysia. Dan Singapura juga diduga membangun pelabuhan yang bisa dijadikan pangkalan untuk Kapal Induk Amerika Serikat . (Mazza, 2016) Amerika Serikat juga melibatkan diri dengan Konflik Laut Cina selatan di bidang politik. Hillary Clinton,Menteri Luar Negeri Amerika Serikat kala itu, ikut mendukung dalam persetujuan kongres dari “Law of the Sea Convention”, yang akan
4
memperkuat kemampuan Amerika Serikat
untuk mendukung negara-negara lain
menentang klaim Cina untuk pulau-pulau di daerah tertentu . Selain itu pada Juli 2012, Senat Amerika Serikat Serikat mengeluarkan resolusi 524, yang awalnya disponsori oleh Senator John Kerry, yg salah satunya menyatakan dukungan penuh Amerika Serikat untuk “2002 Declaration of Conduct of Parties in the South China Sea”, yg menunjukan komitmen Amerika Serikat Serikat untuk membantu negaranegara Asia Tenggara untuk tetap kuat dan independen dalam konflik Laut Cina Selatan melawan Cina B. Rumusan Masalah Berdasarkan pada latar belakang permasalahan di atas, maka peneliti akan mengangkat permasalahan untuk dibahas, yaitu mengenai: “Apa yg melatarbelakangi keterlibatan AS dalam konflik Laut
Cina
Selatan?” C. Kerangka Pemikiran Kerangka berpikir ini bertujuan untuk membantu memahami dan menganalisa permasalahan Dalam mengangkat fenomena-fenomena yang ada dan terjadi dalam Hubungan Internasional, peneliti akan menggunakan teori-teori yang berhubungan dengan permasalahan yang akan diteliti sebagai sarana penopang dalam membentuk pengertian dan menjadikannya pedoman dalam objek penelitian ini.
5
Teori Geopolitik Friedrich Ratzel adalah ahli geografi yg menjadi salah satu satu pencetus teori Geopolitik. Ratzel terkenal dengan essaynya yang berjudul “Lebensraum”. Kontribusi utama Ratzel adalah penerapan konsep biologi yaitu
pertumbuhan dan
perkembangan pada geografi. Di dalam essaynya, Ratzel mencetuskan teori “Raum” yang berarti ruang. Ratzel berkata “Negara identik dengan suatu ruang yang ditempati oleh kelompok politik dalam arti kekuatan. Makin luas potensi ruang makin memungkinkan kelompok politik itu tumbuh.” (Ratzel, 1940). Ratzel menganggap negara membutuhkan ruang untuk terus berkembang melewati perbatasannya. Menurutnya, semakin tinggi budaya bangsa, semakin besar kebutuhan atau dukungan sumber daya alam yg diperlukan Pada zaman itu, negara dengan perbatasan mereka dianggap statis, terikat ke lokasi geografis tertentu. Namun, negara menurut Ratzel, adalah sesuatu yg bersifat organik dan terus tumbuh, dengan batas-batas yang mewakili hanya penghentian sementara dalam gerakan mereka. Sama seperti organisme biologis tumbuh dan berkembang, tidak alami bagi negara-negara untuk menjadi statis. Menurutnya, adalah sifat alami untuk suatu negara melakukan ekspansi di luar perbatasannya Dari Teori Raum-nya, Ratzel melanjutkan bahasannya ke Teori Geopolitik. Di dalam essaynya Ratzel mengatakan “States as spatial organisms require the room or space in which growth is possible. Borders become insignificant in that a developing state or one that is advancing is likely to require annexation of territories that are 6
controlled by other less powerful states.”. Negara akan terus tumbuh berkembang keluar dari “ruang:-nya , dan menurut Ratzel untuk memenuhi kebutuhannya negara harus berusaha mengambil kontrol teritori yang bernilai strategis. Teritori ini bisa bernilai strategis secara ekonomi maupun militer. Hal ini harus dilakukan, meskipun harus melibatkan diri dengan konflik ke negara lain, atau wilayah yang dikontrol oleh negara lain. Penulis mengaplikasikan teori Raum ini dengan kebijakan luar negeri Amerika Serikat secara umum. Amerika Serikat merupakan negara yang masih fokus berkembang di wilayahnya sendiri sebelum Perang Dunia Kedua. Namun setelah memenangkan Perang Dunia Kedua bersama sekutu, Amerika Serikat tumbuh menjadi negara adidaya. Dan semakin besar Amerika Serikat tumbuh , semakin besar kebutuhan yang Amerika Serikat miliki, baik secara ekonomi maupun politik. Untuk memenuhi kebutuhan ini, Amerika Serikat tumbuh keluar dari wilayahnya, dan mulai memasuki wilayah negara lain. Hal ini bisa dilihat dengan berbagai kebijakan luar negeri Amerika Serikat, seperti mengirimkan pasukan ke Vietnam dan Korea untuk memerangi ideologi komunisme yg bertentangan ideologi Amerika Serikat. Atau bisa dilihat dimana Amerika Serikat mengirimkan pasukan militer ke teluk Persia dengan misi mengamankan cadang minyak yang merupakan kebutuhan penting bagi negaranya. Dan termasuk juga keterlibatan Amerika Serikat di konflik Laut Cina Selatan.
7
Penulis lalu mengaplikasikan teori Geopolitik secara khusus dengan apa yg menjadi kepentingan Amerika Serikat untuk ikut terlibat di konflik Laut Cina Selatan. Meskipun Laut Cina Selatan secara geografis berada jauh dari wilayah Amerika Serikat, dan Amerika Serikat sendiri tidak memiliki klaim di konflik Laut Cina Selatan, tetapi Amerika Serikat tetap mempunyai kepentingan di konflik ini. Laut Cina
Selatan
menjadi
nilai
penting bagi
Amerika
Serikat
karena
jalur
perdagangannya. Kira-kira pada tahun 2015, 5,3 trilliun dollar senilai barang bergerak melalui Laut Cina Selatan laut setiap tahun, yaitu sekitar 30 persen dari perdagangan maritim global. Jumlah itu sebagian besar adalah minyak dan juga $ 1,2 triliun hasil dari perdagangan tahunan dengan Amerika Serikat. Amerika Serikat akan mengalami kerugian yg sangat besar jika ada negara, seperti kemungkinan besar adalah Cina, mendapat klaim atas wilayah perairan Laut Cina Selatan dan mengontrol jalur perdagangan tersebut. Sehingga menjadi kepentingan nasional untuk Amerika Serikat, meskipun harus ikut terlibat dalam konflik yang berada di luar wilayahnya, agar berusaha membuat Laut Cina Selatan tetap menjadi perairan internasional yang terbuka untuk jalur perdagangan semua negara, termasuk Amerika Serikat sendiri D. Hipotesis Berdasarkan perumusan masalah, kerangka pemikiran, dan asumsi, penulis dapat menarik suatu hipotesis sebagai berikut:
8
“Amerika Serikat melibatkan diri dalam konflik Laut Cina Selatan karena adanya kepentingan nasional untuk melindungi jalur perdagangan yaitu Selat Malaka di daerah tersebut” E. Metode Penulisan Penelitian ini menggunakan teknik pengumpulan data berupa studi pustaka guna mengumpulkan data-data sekunder yang berupa informasi-informasi yang berada dalam literatur-literatur yang relevan dengan topik yang diambil oleh penulis. Teknik pengumpulan data bersifat kualitatif dimana penulis mendapatkan data penelitian dari buku, jurnal, berita, pidato, dan internet. Tujuan penelitian ini bersifat analitik dimana penulis berusaha untuk memperoleh jawaban dari pertanyaan ‘mengapa’ dengan menghubungkan antara fakta yang ada dengan fenomena yang terjadi dengan menggunakan metode kualitatif F. Tujuan Penulisan 1. Untuk memberikan gambaran umum tentang konflik Laut Cina Selatan 2. Untuk memberikan informasi tentang apa saja bentuk keterlibatan Amerika Serikat di konflik Laut Cina Selatan 3. Untuk mengetahui apa saja faktor-faktor yang melatarbelakangi keterlibatan Amerika Serikat di konflik Laut Cina Selatan G. Jangkauan Penelitian
9
Agar tidak terjadi pembahasan yang meluas, dalam tulisan ini penulis membatasi pembahasan mulai dari awal terjadinya Perang Dunia Kedua pada tahun 1939 lalu dibatasi sampai tahun 2016 . Hal ini dilakukan penulis mengingat konflik Laut Cina Selatan yang masih terus berkelanjutan. Namun tidak menutupi kemungkinan, pembahasan penulisan di luar dari jangkauan tersebut. H. Sistematika Penulisan Adapun sistematika penulisan ini terdiri diri dari 5 bab yang masing bab akan berisikan tentang hal-hal sebagai berikut: Bab I berisi garis besar penelitian meliputi latar belakang masalah, rumusan masalah, kerangka teori, hipotesis, metode penelitian serta sistematika penulisan untuk bab-bab selanjutnya Bab II mengkaji tentang Konflik Laut Cina Selatan secara umum, mulai dari keadaan geografis, nilai penting Laut Cina Selatan hingga klaim dari negara-negara yang terlibat Bab III berisi tentang apa saja keterlibatan Amerika Serikat di Konflik Laut Cina Selatan, baik keterlibatan melalui politik maupun militer Bab IV bertujuan untuk mengetahui faktor
yang melatarbelakangi
keterlibatan Amerika Serikat Serikat di konflik Laut Cina Selatan yaitu Nilai
10
perdagangan yang melewati jalur perdagangan Laut Cina Selatan dan dampak yang terjadi bila jalur perdagangan tersebut terganggu atau tertutup Bab V merupakan penutup dari tulisan skripsi ini yang berisi kesimpulan. Kesimpulan ini adalah inti dari isi bab-bab sebelumnya yang telah diteliti hingga rumusan masalah yang telah dipaparkan dapat terjawab dengan jelas.
11