BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Ritel adalah sektor industri yang populer dan sudah mendominasi kehidupan masyarakat Indonesia sejak dahulu. Hal ini ditandai dengan tersebarnya warung dan toko kelontong hampir disetiap daerah mulai di pedesaan hingga kota besar. Industri ini terus berkembang seiring dengan laju pertumbuhan penduduk. Industri ritel diklaim tidak bakal terkena imbas krisis Eropa dan Amerika secara berarti. Bahkan ritel diklaim sebagai industri yang paling tahan oleh gelombang krisis tersebut mengingat konsumsi domestik Indonesia cukup besar, yaitu 54,6 % (data BPS 2012) dan akan
terus bertumbuh.
Industri ritel akan bertumbuh sekitar 10-15 persen pertahun. Hal ini disampaikan oleh Wakil Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Ritel Indonesia, Tutum Ruhanta (Majalah Marketeers, Januari 2012). Perkembangan pasar modern dalam beberapa tahun terakhir ini relatif sangat pesat. Beberapa sumber menyatakan bahwa hal itu bermula dari Keppres No. 96/2000 tentang bidang usaha tertutup dan terbuka bagi penanaman modal asing. Dalam regulasi tersebut, usaha perdagangan eceran merupakan salah satu bidang usaha yang terbuka bagi pihak asing. Bagi pedangang besar internasional kebijakan tersebut jelas merupakan peluang xi
yang sangat menjanjikan, karena Indonesia mempunyai pasar yang sangat potensial. Tren masuknya ritel asing ke Indonesia diawali dengan masuknya carrefour diikuti Lotte Mart dari Korea, Circle K, 7Eleven. Diprediksi WalMart, Tesco dan Metro Group peritel asal Jerman juga akan masuk ke Indonesia. Perkembangan sosial ekonomi, peningkatan daya beli konsumen dan perbaikan ekonomi akan terus meningkatkan pertumbuhan industri ritel di Indonesia. Dalam beberapa tahun belakangan ini terjadi pergeseran preferensi masyarakat dalam memenuhi kebutuhan sehari-hari, di mana masyarakat cenderung berbelanja di pasar-pasar modern (minimarket, supermarket dan hypermarket). Alasan pergeseran preferensi konsumen tersebut antara lain karena konsumen merasa lebih nyaman untuk berbelanja di minimarket karena tidak becek, bau dan kotor; selisih harga yang tidak terlalu jauh berbeda antara minimarket dengan pasar tradisional; harga produk yang tetap (fixed price) yang berarti tidak perlu tawar menawar antara konsumen dengan pemilik yang mana hal ini juga berarti menghemat waktu dalam berbelanja; lokasi minimarket yang semakin dekat dengan perumahan-perumahan sehingga lebih mudah dijangkau oleh masyarakat serta adanya beragam produk yang dijual di satu gerai yang berarti lebih praktis dalam berbelanja. Pergeseran preferensi konsumen dalam belanja telah mendorong pertumbuhan pasar modern di Indonesia.Survey Nielsen Retail Etablishment 2010 menyebutkan, jumlah xi
minimarket terus bertambah karena konsumen merasa lebih nyaman berbelanja di pasar modern tersebut. Pertumbuhan minimarket di tahun 2011 mencapai 42%, Data Nielsen Retail Establishment Survey mencatat, dibandingkan 2009, modern trade tumbuh 38% dengan 18.152 toko di Indonesia. Pertumbuhan ini didorong peningkatan 42% minimarket menjadi 16.922 toko. Secara geografis, 78% toko modern berada di Jawa dengan pertumbuhan 35%. Pertumbuhan tertinggi terjadi di Sumatera sebesar 55% dan pulau lainnya 42%. Hal ini juga disebabkan secara kuantitatif kegiatankegiatan di sektor sekunder dan tersier masih terkonsentrasi di Pulau Jawa, sedangkan kegiatan sektor primernya lebih diperankan di luar Pulau Jawa. Implikasinya adalah penyerapan tenaga kerja lebih besar dan memberikan kestabilan investasi di Indonesia. Industri ritel memiliki kontribusi terbesar kedua terhadap pembentukan Gross Domestic Product (GDP) setelah industri pengolahan. Selain itu, itu dilihat dari sisi pengeluaran, GDP yang ditopang oleh pola konsumsi juga memiliki hubungan erat dengan industri ritel. Pada saat ini di kelompok minimarket, hanya terdapat dua pemain besar yaitu Indomaret dan Alfamart. Indomaret merupakan pemain terbesar dengan pangsa omset sekitar 43,2% dari total omset minimarket di Indonesia. Sementara Alfamart mengikuti dengan pengumpulan omset sebesar Rp7,3 triliun atau sekitar 40,8% dari total omset Minimarket di Indonesia (Economic Review 2009).
xi
Menurut Nielsen Retail Measurement, sekarang ini jumlah toko di negara Indonesia mencapai 2,5 juta, baik tradisional maupun modern. Berdasarkan informasi yang diperoleh dari APRINDO (Asosiasi Pengusaha Ritel Indonesia) hingga Januari 2011 jumlah gerai minimarket di Indonesia sudah mencapai 18.152, naik 38% dibanding tahun 2009, supermarket justru turun 6% di tahun 2010, sedangkan hipermarket tumbuh 23% dengan 154 toko. Jumlah anggota APRINDO hingga saat ini sudah mencapai 520, atau naik 50% dari tahun 2008 yaitu sebesar 340. Format pasar modern yang paling pesat pertumbuhannya saat ini adalah minimarket, dibandingkan dengan hypermarket dan supermarket, hal ini dapat disebabkan karena kondisi lalu lintas yang semakin padat, sehingga konsumen lebih memilih berbelanja di minimarket yang berlokasi dekat pemukiman, dan konsumen menghindari konsumsi berlebihan di supermarket dan hypermarket. Levy and Weitz (2004: 112-113) mengatakan bahwa kebutuhan konsumen dapat diklasifikasikan atas dua kategori yaitu : (1) Kebutuhan fungsional (functional needs), kebutuhan ini berhubungan langsung dengan bentuk atau penampilan (performance) dari produk dan (2) Kebutuhan psikologis (psychological needs), kebutuhan ini diasosiasikan dengan kebutuhan yang bersifat mental dari konsumen yang dapat terpenuhi dengan berbelanja ataupun membeli dan memiliki sebuah produk.
xi
Kurt Salmon Associates (Berman and Evans 2004: 170) mengatakan bahwa terdapat sepuluh alasan yang menyebabkan konsumen atau pengunjung meninggalkan gerai tanpa membeli sebagai berikut : (1) tidak dapat menemukan gaya atau bentuk yang menarik ; (2) tidak dapat menemukan ukuran yang sesuai ataupun gerai tersebut sedang kehabisan produk (out of stock) : (3) tidak ada yang cocok : (4) tidak ada karyawan yang dapat ditanya mengenai produk ; (5) tidak dapat keluar masuk dari gerai dengan mudah ; (6) harga terlalu tinggi ; (7) situasi di dalam gerai atau toko tidak nyaman ; (8) tidak dapat menemukan nilai yang baik ; (9) tata letak di dalam gerai tidak diatur dengan nyaman dan (10) produknya sedang tidak musim. Kebutuhan konsumen dan alasan-alasan yang disampaikan di atas, dapat teratasi dengan berbelanja di minimarket yang mengutamakan konsep kenyamanan bagi konsumen termasuk di dalamnya kelengkapan produk, tata letak produk yang baik dan tidak campur aduk, lokasi yang dekat dengan pemukiman, dan harga yang tidak terlalu tinggi. Hal ini berhubungan dengan pendapat Harmaizar (2006: 327-328)
yang mengatakan bahwa beberapa
keuntungan yang dapat diperoleh konsumen dengan berbelanja di minimarket yaitu suasana nyaman dan aman dalam berbelanja; mudah dalam memilih barang-barang yang diperlukan; kualitas barang lebih terjamin dibandingkan berbelanja di pasar tradisional; harga barang sudah pasti sehingga tidak perlu xi
tawar menawar lagi; dan dapat berbelanja berbagai keperluan dalam satu tempat saja sehingga akan menghemat waktu dan tenaga. Ekspansi gerai-gerai modern seperti minimarket ke berbagai wilayah konsumen semakin besar. Ekspansi ini juga turut mendongkrak omzet ritel tahun depan, apalagi konsumsi masyarakat diprediksi meningkat lantaran daya beli yang juga meningkat. Selain itu perubahan gaya hidup dari tradisional ke urban juga menambah peluang optimisme bagi peritel (Majalah Marketeer, Edisi Januari 2012) Pertumbuhan gerai ritel modern menurut data yang diperoleh dari Asosiasi Pengusaha Ritel Indonesia (APRINDO) seperti terlihat pada gambar 1.1
25,000
20,000
15,000 Jumlah Gerai 10,000
5,000
2007
2008
2009
2010
2011
Gambar 1.1 : Pertumbuhan Nasional Gerai Ritel Modern (unit) Sumber : APRINDO xi
Umumnya minimarket menggunakan konsep yang berfokus pada penjualan retail (eceran) dan langsung ke konsumen akhir. Konsep ini dirancang dengan mementingkan konsep kenyamanan bagi para pengunjung sehingga para pengunjung baik dengan tujuan awal untuk berbelanja atau hanya sekedar melihat-lihat dapat terangsang menjadi konsumen dan menghabiskan waktu serta berbelanja di minimarket tersebut. Menurut Pandin (2009 :4) karakteristik minimarket di Indonesia adalah barang yang diperdagangkan merupakan kebutuhan rumah tangga termasuk kebutuhan sehari-hari, jumlah item kurang dari lima ribu item, metode penjualan langsung pada konsumen, luas lantai maksimal 400 m2, luas parkir minim dengan modal relatif lebih kecil dibandingkan formal ritel lainnya, yaitu sampai dengan 200 juta di luar tanah dan bangunan. Mengamati pertumbuhan dan perkembangan ritel modern di Indonesia diikuti tren kemajuan informasi dan teknologi berupa media sosial, kompetitor yang memiliki kecenderungan untuk melakukan imitasi atas inovasi suatu perusahaan, dan regulasi pemerintah yang melindungi keberadaan pasar tradisional dengan peraturan yang membatasi ekspansi pasar modern dan perencanaan revitalisasi pasar tradisional, hal ini menuntut pelaku industri ritel untuk terus melakukan evaluasi atas strategi yang telah diterapkan perusahaan akan tetap mampu bertahan dan berkembang di industri ini.
xi
Tren ritel yang terus berkembang di Indonesia menurut majalah Markeeters ( Edisi Januari, 2012) menghadapi beberapa kendala sebagai sebagai berikut : 1. Peraturan pemerintah yang tumpang tindih antara peraturan pemerintah pusat dan daerah. 2. Bunga perbankan yang sangat tinggi dibandingkan negara lain 3. Masalah infrastruktur 4. Peninjauan kembali UU perburuhan 5. Masalah stabilitas dalam negeri, keamanan dan situasi politik Berdasarkan data Asosiasi Pengusaha Ritel (APRINDO) Jawa Barat, melalui Sekretaris Umum (Sekum), Hendri Handato, bahwa saat ini telah ada 1.000 (seribu) unit minimarket untuk wilayah Jawa Barat dan ada 400 unit minimarket untuk wilayah kota Bandung. Pertumbuhan minimarket tersebut diprediksi akan terus tumbuh disebabkan jumlah penduduk kota Bandung yang besar (2.420.126 jiwa pada tahun 2010) yang mengalami peningkatan menjadi 3.235.615 jiwa pada tahun 2011 (data BPS Jawa Barat) serta adanya peningkatan daya beli masyarakat yang menyebabkan kebutuhan ritel terus meningkat. Perumbuhan industri pariwisata, jasa dan kuliner di kota Bandung menjadikan kota ini semakin menjadi magnet penarik bagi warga kota-kota lain di sekitarnya. Pertumbuhan ekonomi ini tentu saja menghadirkan persaingan yang ketat bagi pelaku bisnis (Majalah Marketeers edisi Oktober 2011). xi
PT Yomart Rukun Selalu adalah perusahaan ritel yang bergerak di bidang minimarket. Yomart merupakan bagian dari sekelompok usaha ritel yang berpusat di Bandung dan berpengalaman di bidang ritel sejak tahun 1982. Visi PT Yomart Rukun Selalu adalah menjadi korporasi ritel internasional terbaik yang terintegrasi. Selain itu PT Yomart Rukun Selalu juga memiliki misi, antara lain : (1) berkembang bersama; (2) Dikelola oleh sumber daya manusia yang kompeten; (3) Berperan aktif dalam meningkatkan taraf hidup (4) Mampu mengintegrasikan satuan bisnis strategis dengan didukung oleh tekhnologi; (5) Unik dan kreatif, dan (6) menguasai pangsa pasar domestik. Permasalahan yang dihadapi oleh PT. Yomart Rukun Selalu adalah makin meningkatnya persaingan dalam bisnis ritel (minimarket), hal ini dibuktikan hanya ada dua pemain besar di minimarket yaitu alfamart dan indomaret yang memperoleh market share di atas 40%, sedangkan Yomart hanya sekitar 1,6%. Saat ini Yomart masih terkonsentrasi di Jawa barat belum melakukan ekspansi di luar Jawa terkendala pembangunan Distribution Centre memerlukan biaya yang besar, pembangunan infrastruktur yang lambat, pembatasan minimarket di beberapa daerah, dan banyaknya kompetitor. Kompetitor tersebut baik ritel lokal maupun ritel asing dalam format convinience store. Hal ini dapat dilihat dengan munculnya pendatang baru dalam bisnis sejenis, di mana hal ini dapat mengancam pertumbuhan dan profitabilitas perusahaan.dengan tingkat persaingan karena itu diperlukan suatu strategi dalam menangani permasalahan tersebut. xi
Oleh
Berdasarkan market share dari beberapa ritel minimarket, yang diperoleh dari APRINDO diketahui minimarket Alfamart dan Indomaret memiliki pangsa pasar dominan dibandingkan yang lain, yaitu di atas 40%, hingga kedua minimarket ini dapat dikategorikan “high market share”, sedangkan minimarket selain itu termasuk “low market share”. Berdasarkan data market share tersebut minimarket yang menjadi pesaing pada minimarket Yomart adalah Ceriamart, Circle K, Starmart, AM/PM, Markaz dan beberapa minimarket lainnya yang digambarkan seperti gambar 1.2
Ceriamart Circle K Yomart Starmart AM/PM Markaz Lainnya 20%
Ceriamart
28%
Circle K Yomart Starmart 18%
5%
AM/PM Markaz
6%
Lainnya
10%
13%
Gambar 1.2 :Market share pesaing minimarket Yomart (2009) Catatan : minimarket dengan high market share tidak dimasukkkan dalam Perhitungan.
xi
Salah satu strategi yang dapat digunakan PT. Yomart Rukun Selalu dalam menghadapi makin meningkatnya persaingan adalah dengan cara melaksanakan strategi bersaing. Fokus utama yang dilakukan Yomart adalah strategi marketing untuk meningkatkan penjualan dengan strategi low price, dan strategi pengelolaan sumber daya manusia (SDM) dengan dibentuk lembaga training centrer untuk meningkatkan pelayanan pada konsumen. Strategi bersaing adalah langkahlangkah strategis yang terencana maupun tidak terencana untuk dapat memiliki keunggulan bersaing sehingga dapat menarik perhatian konsumen, memperkuat posisi dalam pasar, dan bertahan terhadap tekanan persaingan (Hariadi, 2005 : 99). Sedangkan Porter (2001 : 35) mengatakan bahwa strategi bersaing adalah mengembangkan rencana mengenai bagaimana bisnis akan bersaing, apa yang seharusnya menjadi tujuannya dan kebijakan apa yang diperlukan untuk mencapai tujuan tersebut. Tujuan utama strategi bersaing dalam sebuah industri adalah menemukan posisi dalam industri tersebut di mana perusahaan dapat melindungi diri sendiri dengan sebaik-baiknya terhadap kekuatan tekanan persaingan atau dapat mempengaruhi
tekanan
tersebut
secara
positif.
Kunci
untuk
mengembangkan sebuah strategi adalah mengetahui kekuatan yang dimiliki perusahaan dan menganalisis sumber
masing-masing kekuatan tersebut.
Pengetahuan tentang sumber-sumber yang mendasari tekanan persaingan ini memperlihatkan
kekuatan
dan
kelemahan xi
perusahaan
yang
penting,
menghidupkan posisi perusahaan dalam industri, menegaskan bidang-bidang di mana
perubahan
strategis
dapat
memberikan
manfaat
terbesar,
serta
memperhatikan bidang-bidang di mana kecenderungan industri menjanjikan adanya peluang atau ancaman yang terbesar. Berdasarkan uraian di atas, maka peneliti bermaksud untuk melakukan kajian untuk menentukan formulasi strategi yang tepat bagi PT. Yomart Rukun Selalu dalam menghadapi persaingan yang semakin tajam, berdasarkan analisis lingkungan internal dan eksternal yang mempengaruhi kinerja perusahaan. Sehingga peneliti tertarik untuk memilih judul tesis : “Formulasi Strategi Bisnis Minimarket, Studi Kasus PT Yomart Rukun Selalu (Yomart), Bandung Jawa Barat.” 1.2 Rumusan Masalah Pertumbuhan industri ritel yang terus meningkat, pertumbuhan ekonomi, peningkatan daya beli masyarakat,perkembangan tekhnologi, dan perubahan gaya hidup masyarakat harus dapat dimanfaatkan PT Yomart Rukun Selalu sebagai untuk terus mengembangkan bisnisnya sesuai dengan visi, misi dan tujuan yang telah ditetapkan oleh perusahaan. Banyaknya kompetitor di industri ritel khususnya minimarket yang terus melakukan inovasi dalam peningkatan pelayanan pada konsumen, menjadi tantangan bagi PT Yomart Rukun Selalu untuk memenangkan
xi
persaingan di industri ini, khususnya di Bandung, Jawa Barat sebagai lokasi utama persaingan. 1.3 Pertanyaan Penelitian Berdasarkan uraian dari latar belakang dan perumusan masalah maka disusun pertanyaan penelitian “Bagaimanakah tingkat persaingan dan evaluasi strategi yang diterapkan oleh PT Yomart Rukun Selalu untuk memenangkan persaingan di minimarket?” 1.4 Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Menganalisis lingkungan bisnis dari berbagai aspek, yaitu a. Politik Indikator yang dapat diamati adalah kebijakan-kebijakan yang dibuat pemerintah berkaitan dengan ekonomi dan kemudahan birokrasi.
b. Ekonomi Indikator yang dapat diamati antara lain; tingkat inflasi, tingkat suku bunga, defisit atau surplus perdagangan, tingkat tabungan pribadi dan bisnis, product domestic bruto (PDB), serta situasi perekonomian negara-negara lain. c. Hukum xi
Indikator yang dapat diamati antara lain; keputusan yang mengatur perdagangan, perpajakan, penentuan upah minimum, kebijakan harga, hak paten, subsidi pemerintah, dan sebagainya. d. Sosial Indikator yang dapat diamati antara lain; penghasilan masyarakat, tren atau life styles yang tengah berkembang, keamanan dan kesejahteraan penduduk, dan sebagainya. e. Demografi Indikator yang dapat diamati antara lain; jumlah penduduk, kepadatan dan sebaran penduduk, perbandingan rasio kelamin, dan sebagainya. f. Ekologi Pemerintah dan organisasi kemasyarakatan memperhatikan aspek lingkungan dan meningkatnya kesadaran masyarakat tentang produk yang sehat dan aman dikonsumsi menjadi pertimbangan bagi para pelaku industri ritel dalam pengelolaan produk dan kemasan. g. Teknologi Perkembangan tekhnologi informasi dan komunikasi dapat dimanfaatkan industri ritel agar kegiatan operasional menjadi lebih efektif dan efisien.
xi
2. Menganalisis tingkat persaingan dalam industri ritel minimarket dengan menggunakan Analisis Industri Five Forces Porter Analisis ini menggunakan lima faktor utama untuk menganalisis industri, yaitu Ancaman pendatang baru (Threat of New Entrans), Kekuatan
tawar-menawar
pemasok
(Bargaining
Power
of
Suppliers), Kekuatan tawar-menawar pembeli (Bargaining Power of Buyers), Ancaman dari produk atau jasa pengganti (Threat of Substitute Products of Services), persaingan antar pesaing yang sudah ada (Rivalry Among Existing Kompetitors) 3. Menganalisis faktor kompetitif yang mempengaruhi industri ritel minimarket untuk berkembang di pasar dengan menggunakan Analisis Key Success Factor (KSFs) Beberapa indikator yang dapat dijadikan adalah sebagai berikut : a. Tekhnologi; kemampuan dan pengalaman tekhnologi tertentu (spesifik) b. Manufacturing : skala ekonomi, biaya produksi rendah, quality control know-how, akses supplier dan tenaga kerja, produktifitas tenaga kerja, jaringan grosir/dealers, kemampuan penjualan langsung lewat internet, penempatan barang yang sesuai. c. Marketing; pilihan dan variasi produk, kualitas produk, merek, pelayanan kepada konsumen, kualitas customer service, iklan,
xi
pengembalian produk salah, garansi dan jaminan produk/jasa yang diberikan. d. Skill dan kapabilitas; tenaga kerja yang berkualitas, kemampuan supply chain management, pemakaian e-commerce, kemampuan distribusi nasional/global, design produk tertentu, sistem delivery time yang tepat waktu. e. Tipe lain : penetapan low cost strategi, pemilihan lokasi, pelayanan penjualan dan layanan purna jual (after sales service). 4. Menganalisis kekuatan dan kelemahan perusahaan, kesempatan dan tantangan di lingkungan bisnis maupun internal perusahaan dengan menggunakan Analisis SWOT. Internal Perusahaan : 1. Strengths (Kekuatan) 2. Weaknesses(Kelemahan) Tolok ukur yang dapat diamati adalah; komitmen manajemen, persepsi publik terhadap barang/jasa yang ditawarkan, variasi dan model produk yang ditawarkan, pertumbuhan produktivitas dan keuntungan
yang
didapat
perusahaan,
riset
dan
desain
pengembangan produk, harga produk kompetitif atau tidak, metode atau cara pembayaran, saluran distribusi, fasilitas saluran distribusi, derajat integrasi vertikal dan horizontal, produk yang xi
ditawarkan memiliki pangsa pasar tinggi atau tidak, sistem promosi produk, tata letak fasilitas (interior dan eksterior, kualifikasi dan kepribadian karyawan, loyalitas dan kepatuhan karyawan, kultur organisasi, manual dan deskripsi pekerjaan, standar operasional perusahaan (SOP), prosedur pelatihan dan pengembangan
(promosi)
karyawan,
ukuran
standar
kinerja,fasilitas dan proses kerja, sistem balas jasa dan pengakuan,harga dan ketersedian bahan baku, sistem kerjasama manajemen. Eksternal a. Opportunities (Kesempatan) Beberapa kesempatan yang dapat diciptakan antara lain; diversifikasi produk, tidak terdapat produk yang sama di pasar, memasuki wilayah atau segmen pasar baru, pengembangan lini produk, integrasi vertikal yang terarah dan kompetitif, pertumbuhan permintaan terhadap produk yang ditawarkan, kesempatan menjadi pemimpin pasar baik lokal maupun regional, terdapat insentif yang diberikan oleh pemeritah berupa peraturan-peraturan yang menarik dalam bidang investasi dan pemasaran.
xi
b. Threats (ancaman) Beberapa
ancaman
yang
mungkin
terjadi
yang
dapat
menurunkan daya saing organisasi antara lain; masuknya pesaing baru yang menawarkan barang atau jasa berkualitas dengan harga yang lebih rendah, meningkatnya permintaan dan penawaran
dari
produk-produk
substitusi,
pertumbuhan
ekonomi yang lambat sehinggga permintaan pasar menurun, perubahan nilai valuta asing yang tidak stabil, kebijaksanaan perdagangan, peraturan pemerintah yang kaku, posisi tawar menawar yang meningkat antara pemasok dan konsumen, ketersedian bahan baku yang terus menurun, ongkos produksi yang meningkat,dan lain-lain. 5. Menganalisis kompetitor terdekat dan keunggulan masing-masing competitor berdasarkan atribut atau karakteristik produk dengan menggunakan Analisis Strategic Group Analisis strategic group umumnya digambarkan dalam bentuk 2 dimensi , atau pada sebuah peta (Thompson, et al 2007 : 82-84). Dalam peta ini setiap perusahaan yang mempunyai kesamaan karakteristik strategi dikelompokkan dalam satu grup, dan dibedakan dengan grup lain yang mempunyai karakteristik strategi yang berbeda. xi
Variabel yang dapat digunakan untuk menentukan strategic groups adalah spesialisasi bisnis, posisi harga, identifikasi merek, pelayanan, kebijakan harga, saluran distribusi, kualitas produk, sebaran geografis dan sebagainya. 6. Menentukan Formulasi Strategi berdasarkan analisis yang dilakukan pada lingkungan bisnis dan lingkungan bagi perusahaan PT Yomart Rukun Selalu. 1.5 Manfaat Penelitian Adapun manfaat dari penelitian ini, antara lain : 1. Bagi Perusahaan Sebagai bahan masukan dan informasi dalam mengambil suatu keputusan di masa yang akan datang. 2. Bagi Peneliti Sebagai penambah wawasan dan pengetahuan, khususnya berkaitan dengan analisis strategi bersaing serta dapat dijadikan tolok ukur untuk mengadakan penelitian lanjutan di masa yang akandatang. 3. Bagi Akademik Sebagai penambah daftar kepustakaan dan referensi bagi peneliti lain khususnya di bidang ritel.
xi
4. Bagi Peneliti Lain Sebagai referensi dan bahan studi banding untuk penelitian lain khususnya di bidang ritel. 1.6 Batasan Penelitian Penelitian ini dibatasi dalam ruang lingkup sebagai berikut : a. Penelitian terbatas pada PT Yomart Rukun Selalu sebagai pemegang merek minimarket Yomart b. Analisis lingkungan bisnis dan internal dilakukan pada tahun penelitian c. Penelitian ini fokus pada tahap formulasi strategi tanpa implementasi 1.7 Sistematika Penelitian Kerangka penelitian akan dibagi menjadi lima bab dengan rincian sebagai berikut : Bab 1 Pendahuluan Dalam bab ini akan diuraikan mengenai latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, penjelasan metode penelitian, manfaat penelitian, serta sistematika penelitian. Bab 2 Tinjauan Pustaka Dalam bab ini akan diuraikan mengenai teori-teori yang digunakan sebagai landasan dalam analisis dan pembahasan. Bab 3 Metode Penelitian dan Profil Perusahaan xi
Dalam bab ini akan dibahas sistematika metode penelitian dan mengenai gambaran umum dari PT Yomart Rukun Selalu, khususnya kegiatan bisnis minimarket Yomart. Bab 4 analisis dan Pembahasan Analisis terhadap data yang diperoleh dengan menggunakan teori-teori sesuai yang telah dijelaskan pada bab Tinjauan Pustaka. Bab 5 Simpulan dan Saran Dalam bab ini akan disajikan simpulan dari analisis yang telah dilakukan dan merumuskan rekomendasi bagi perusahaan Penelitian ini mengikuti alur penelitian sebagaimana tertera pada gambar 1.3
xi
Studi Pendahuluan tentang Industri Retail
Rumusan Masalah, Tujuan, dan Batasan Penelitian
Studi Pustaka (Literatur)
Pengumpulan Data Primer dan Sekunder Interview (Wawancara)
Analisa Lingkungan Bisnis dan Internal
a. Analisis Five Forces b. Analisis KSF c. Analisis SWOT d. Strategic Group
Formulasi Strategi
Gambar 1.3 Alur Penelitian
xi