BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah Allah memberikan hikmah kepada siapa yang dikehendaki-Nya. Dan barang siapa yang diberi hikmah, maka sungguh telah diberi kebajikan yang banyak. Dan tidak ada yang mengambil pelajaran, melainkan orang-orang yang berakal. (QS al-Baqarah ayat 269) Budaya sebagai sesuatu yang dirayakan, atau tepatnya sebagai suatu kategori kognitif: disini budaya dimengerti sebagai pernyataan umum mengenai cara berpikir. Kategori kognitif ini membawa pada gagasan mengenai kesempurnaan, sebuah tujuan atau keinginan akan pencapaian manusia, baik secara individu maupun secara menyeluruh. Pada tingkat ini merupakan refleksi dari filsafat individualis yang tinggi dan pada tingkatan yang lain merupakan contoh dari kesetiaan filosofis pada kekhususan dan perbedaan, dan bahkan ‘keterpilihan’ atau superioritas manusia (Jenks, 1993:5). Kebanyakan negara di dunia merayakan tahun baru pada tanggal 1 Januari, tapi berbeda dengan beberapa negara di kawasan Asia yang merayakan tahun baru pada rentang tanggal 21 Januari hingga 19 Februari. Salah satunya adalah Imlek, di Republik Rakyat Tiongkok yang dikenal dengan Festival Musim Semi chūnjié ( 春 节 ) sedangkan di Indonesia disebut dengan Imlek. Penanggalan Tionghoa berdasarkan pergerakan bulan terhadap bumi. Setiap bulan diawali dengan bulan baru. Perayaan tahun baru Imlek dimulai di hari pertama pada penanggalan
1
2
Tionghoa. Setiap tahun biasanya terjadi perbedaan 15 hari dengan penanggalan sebelumnya pada penanggalan Masehi (Marsico, 1980:4)Imlek merupakan perayaan tahunan seperti perayaan satu Januari pada penanggalan Gregorian atau Masehi dan satu Muharam pada penanggalan Hijriah. Dibandingkan dengan penanggalan Masehi dan Hijriah, penanggalan Tionghoa merupakan penanggalan tertua. Hal ini bisa dilihat dari angka tahunnya yang mempunyai selisih enam abad. Jika tahun ini kalender Masehi menunjukan tahun 2015, maka kalender Tionghoa menunjukan tahun 2566 terpaut selisih 551 tahun. Pada dasarnya, penanggalan Tionghoa lebih tua dari angka tahunnya. Kaisar Huang Di yang juga dikenal dengan Kaisar Kuning (2597-2697 SM) telah memulai menggunakan sistem penanggalan Tionghoa yang berdasarkan pergerakan bulan dan matahari (Kompas, 2005:2). Sebelum tahun 60-an, masyarakat Bandung mengenal Imlek dengan istilah lain yaitu Sincia. Sampai saat itu, masyarakat Tionghoa dan pribumi dapat menikmati meriahnya perayaan Imlek seperti sekarang. Akan tetapi, semuanya berubah ketika sentimen anti-Tionghoa meruak di era kepemimpinan Presiden Soeharto. Hal tersebut terjadi karena warga Tionghoa identik dengan Partai Komunis Indonesia. Saat kepemimpinan Presiden Abdurrahman Wahid, melalui Instruksi Presiden (inpres) No. 6/2000 yang berisi pencabutan Inpres No. 14/1967 tentang pelarangan seluruh bentuk apapun yang berbau Tionghoa, etnis Tionghoa di Indonesia mulai bisa menunjukan eksistensinya kembali. Hal tersebut bisa dilihat dari perayaan tahun baru Imlek yang sangat meriah. Salah satu kota yang
3
merayakan Imlek dengan sangat meriah adalah Bandung karena mempunyai populasi masyarakat Tionghoa yang cukup banyak. Masyarakat Tionghoa pada sensus 2011 diperkirakan mencapai 1,3-2% dari jumlah penduduk Indonesia yang tersebar di berbagai tempat (Suryadinata, 2010). Meriahnya perayaan Imlek, tidak hanya dirasakan oleh warga Tionghoa sendiri, tapi dirasakan pula oleh seluruh warga Bandung. Tidak diketahui tepatnya masyarakat Tionghoa pertama kali membentuk komunitas di Bandung. Akan tetapi, diduga baru terjadi di awal abad 19 karena sebelumnya VOC melalui keputusan tanggal 6 April 1764 menutup Priangan dari para pendatang, terutama orang Tionghoa. Larangan tersebut dikeluarkan untuk melindungi
usaha
monopoli
Kompeni
dari
gangguan
para
saudagar
Tionghoa. Dalam praktiknya, Peraturan yang diterapkan VOC sulit dijalankan mengingat keterbatasan tenaga untuk mengawasi mobilitas penduduk di Priangan, namun berdasarkan suatu laporan pernah disebutkan bahwa pada tahun 1754, seorang Tionghoa diasingkan ke Ceylon karena kedapatan berada di Bandung (Komunitas Aleut Sejarah Bandung, 2013).
1.2 Rumusan Masalah Dari uraian latar belakang di atas, penulis menyimpulkan pada beberapa rumusan di bawah ini, yaitu: 1
Bagaimana sejarah perayaan Imlek di Bandung?
2
Bagaimana perayaan Imlek di Bandung tahun 2015?
4
3
Bagaimana pendapat dan makna perayaan tahun baru Imlek bagi masyarakat Tionghoa dan pribumi di Bandung?
1.3 Batasan Masalah Penulis sadar bahwa yang akan dibahas pada tugas akhir ini sangatlah luas. Maka dari itu, bahasan akan dibatasi ruang lingkupnya kepada: 1. Sejarah singkat perayaan Imlek di Bandung dari tahun 1900-2000 2. Perayaan Imlek di Bandung 2015. 3. Pendapat dan makna perayaan Imlek bagi warga Bandung.
1.4 Tujuan Penulisan Tujuan dari ditulisnya tugas akhir ini adalah: 1. Menjelaskan sejarah perayaan Imlek di Bandung. 2. Mengetahui perayaan Imlek 2015 di Bandung. 3. Mengetahui pendapat masyarakat Tionghoa dan warga Bandung tentang perayaan Imlek.
1.5 Metode Penulisan Penulisan tugas akhir ini dilaksanakan dengan menggunakan beberapa metode yaitu: a. Studi Literatur Pemahaman mengenai permasalahan yang akan diteliti dalam studi ini diawali dengan studi literatur. Studi literatur dilakukan untuk memperoleh
5
informasi sekunder dan referensi yang mendukung pemahaman terhadap permasalahan kajian, kemudian untuk memperkuat analisis data yang diperoleh dari penelitian lapangan. Sumber informasi sekunder diperoleh dari buku, jurnal, artikel, skripsi, thesis, disertasi, berbagai hasil laporan penelitian, dokumen, dan informasi dari berbagai media massa yang berkaitan dengan judul tugas akhir ini. b. Wawancara Dalam penelitian ini, data yang diperoleh akan cenderung bersifat kualitatif. Untuk kebutuhan itu, maka teknik pengumpulan data yang dianggap mampu memenuhi kebutuhan itu antara lain dengan teknik wawancara.
1.6 Manfaat Penulisan Disusunnya tugas akhir ini diharapkan memberikan manfaat bagi penulis maupun pembaca. Ada pun manfaat praktis yaitu diharapkan bisa menjadi informasi bagi masyarakat umum. Selain itu, manfaat teoritis untuk penulis adalah mampu mendeskripsikan penelitian ini dalam bentuk laporan tertulis. Manfaat yang diharapkan kepada prodi Diploma III Bahasa Mandarin adalah menambah informasi tentang perayaan Imlek di Bandung sebagai pelengkap koleksi karya tulis Imlek lainnya yang terdapat di Pangkalpinang dan Semarang.
1.7 Sistematika Penulisan Uraian dalam penelitian ini akan disajikan dalam lima bab yaitu: Bab I
: Pendahuluan
6
Bab ini akan menguraikan pendahuluan yang meliputi latar belakang masalah, rumusan masalah, batasan masalah, tujuan penulisan, metode penulisan, manfaat penulisan dan sistematika penulisan. Bab II
: Landasan Teori dan Tinjauan Pustaka Pada bab ini akan disajikan tinjauan pustaka tentang definisi perayaan, pengertian Imlek, dan gambaran umum Bandung.
Bab III
: Perkembangan Perayaan Imlek di Bandung Bab ini menguraikan tentang sekilas sejarah Bandung dan sejarah perayaan Imlek di Bandung.
Bab IV
: Perayaan Tahun Baru Imlek 2015 di Bandung Bab IV berisi tentang perayaan Imlek 2015 di Bandung dan kirab budaya Imlek 2015 di Bandung.
Bab V
: Penutup Sebagai penutup, bab IV akan menyajikan kesimpulan dan saran.