BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia membutuhkan bahan bakar untuk memenuhi kebutuhan energi tubuh supaya memudahkan dalam beraktivitas. Menurut Dawn (2000: 2), manusia memperoleh bahan bakar terutama dari karbohidrat, lemak, dan protein yang terdapat dalam makanan. Makanan akan dicerna dan diserap, hasilnya akan beredar dalam darah, masuk kedalam berbagai jaringan dan akhirnya diserap oleh sel dan dioksidasi untuk menghasilkan energi. Bahan bakar tersebut kita dapatkan dari makanan yang kita konsumsi setiap hari, terlebih untuk memulai aktivitas di pagi hari, kita perlu melakukan makan pagi untuk memperoleh energi. Menurut Martianto (2006: th), makan pagi merupakan makanan yang dimakan setiap pagi hari atau suatu kegiatan yang penting dilakukan sebelum mengisi aktivitas yang lain setiap hari. Makan pagi dibutuhkan untuk mengisi lambung yang telah kosong selama 8-10 jam dan bermanfaat dalam meningkatkan kemampuan fisik. Beberapa fakta justru menunjukkan bahwa masyarakat Indonesia masih banyak yang belum membiasakan makan pagi, hal ini sesuai dengan pendapat Kartasapoetra (2008: 16), bahwa masyarakat Indonesia masih banyak yang belum membiasakan makan pagi, dengan tidak membiasakan makan pagi akan berdampak buruk terhadap proses belajar di sekolah bagi anak sekolah, menurunkan aktifitas fisik, menyebabkan
1
kegemukan pada remaja, orang dewasa, dan meningkatkan risiko jajan yang tidak sehat. Manusia yang kurang makan akan menyebabkan lemah dalam kegiatan, pekerjaan fisik, dan daya pemikirannya karena kurangnya zat-zat makanan yang masuk ke dalam tubuh. Pada artikel Sarapan Lontong Sayur Jadi Ritual Siswa SD di Yogya agar Bisa Fokus Hadapai UN yang dikutip dari (news.detik.com) disebutkan bahwa makan pagi bagi pelajar adalah hal wajib yang harus dilakukan di pagi hari. Banyak anak yang melewatkan makan paginya hanya karena jam masuk sekolah mereka yang terlalu pagi dan pelajar tersebut akan terlihat lemas saat menerima pelajaran yang ada. Hal yang serupa juga disampaikan oleh Ketua Umum
Perhimpunan
Pakar
Gizi
dan
Pangan
(Pergizi
Pangan)
Prof.Hardinsyah MS, beliau menyebutkan, bahwa anak usia Sekolah Dasar (SD) yang mendapatkan sarapan sehat sebelum jam 09.00 WIB baru sekitar 40%. Makan pagi memberikan banyak manfaat untuk memenuhi 15-30 persen kebutuhan gizi anak, dari 10 anak usia SD, masih ada tujuh yang kekurangan gizi makan pagi, dan selain 40% anak yang tidak sarapan, sepertiga makan pagi yang dikonsumsi anak belum memenuhi syarat (harianjogja.com) Hasil penelitian Faizah (2012: 5-6) menunjukkan bahwa sebagian besar subjek penelitian yaitu anak-anak SD, tidak melakukan makan pagi (67 %). Makan pagi sering ditinggalkan anak-anak karena waktu yang tersedia untuk mempersiapkannya terlalu pendek terlebih bagi ibu yang bekerja, yang sering tidak sempat membuatkan makan pagi untuk anaknya. Menurut Yuliati
2
(1999: th) kebiasaan makan pagi anak-anak siswa SD usia 7-9 tahun yang sesuai kecukupan gizinya hanya 37,14 %. Makan pagi memiliki peran yang besar untuk aktivitas harian kita. Seperti yang disampaikan oleh (Faizah, 2012: 1), bahwa makan pagi membekali tubuh dengan zat gizi yang diperlukan untuk berpikir, bekerja, dan melakukan aktivitas fisik secara optimal setelah bangun pagi. Makan pagi terbukti dapat meningkatkan stamina bagi anak sekolah. Makan pagi mempunyai peranan penting dalam memenuhi kebutuhan energi anak sekolah, Makan pagi menyumbangkan energi sebesar 25 % dari kebutuhan gizi sehari. Menurut Sulistyoningsih (2011: th), membiasakan makan pagi dapat memelihara
ketahanan
fisik,
mempertahankan
daya
tahan
tubuh,
meningkatkan kondisi fisik agar tetap prima, dan meningkatkan kebugaran jasmani. Kebiasaan makan pagi juga dapat membantu seseorang untuk memenuhi kecukupan gizinya sehari-hari. Jenis hidangan untuk makan pagi dapat dipilih dan disusun sesuai dengan keadaan. Membiasakan makan pagi bukan hanya sekedar mengonsumsi makanan seadanya, namun makan pagi akan lebih baik terdiri dari makanan sumber zat tenaga, sumber zat pembangun dan sumber zat pengatur. Makan pagi dengan komposisi yang baik maka dapat memenuhi kebutuhan energi bagi tubuh. Menurut Sediaoetama AD (2002: 209), asupan energi berasal dari zat gizi makro yang terdapat dalam makanan berupa karbohidrat, lemak , protein. Karbohidrat,
3
lemak dan protein tersebut kemudian dicerna oleh tubuh, proses pengaturan tersebut disebut metabolisme integrasi. Metabolisme integrasi adalah mekanisme pengaturan metabolisme karbohidrat, lemak, protein sebagai penyimpanan dan pemanfaatan bahan bakar dalam tubuh. Mekanisme tersebut dikontrol oleh hormon, konsentrasi bahan bakar yang ada dan kebutuhan energi tubuh (Dawn, 2000: 2) Menurut Mikdar (2006: 45) kebugaran jasmani adalah kemampuan tubuh seseorang untuk melakukan tugas dan pekerjaan sehari- hari tanpa menimbulkan kelelahan yang berarti, sehingga tubuh masih memiliki simpanan tenaga untuk mengatasi beban kerja tambahan. Kesegaran jasmani pelajar kelompok usia 6 – 19 tahun (SD-SMA) yang memiliki kualifikasi baik hanya 6,90%, dan selebihnya memiliki tingkat kesegaran jasmani rendah (http://eprints.uny.ac.id) . Hasil penelitian mengenai kesegaran jasmani di Jawa Tengah khususnya di daerah Karanganyar pada anak SD tahun 2002 didapatkan
hasil
tingkat
kesegaran
jasmaninya
rendah
(http://repository.usu.ac.id). Hasil tes kesegaran jasmani Indonesia pada anak usia 6-9 tahun di SD Ngipik Kecamatan Pringsurat Kabupaten Temanggung adalah sedang (Sani, 2013: 45). Hasil penelitian sebuah program pengukuran indeks keberhasilan olahragan nasional, didapatkan hasil tingkat kebugaran jasmani Indonesia adalah 4,07 % untuk kategori baik, lebih dari 95 % kondisi kebugaran masyarakat Indonesia kurang baik. Kondisi kebugaran jasmani pelajar sesuai dengan survey yang dilakukan oleh pusat kebugaran jasmani
4
nasional
menunjukkan
bahwa
tingkat
kebugaran
jasmani
tingkat
SD,SMP,SMA atau sederajat yang memiliki kategori sangat baik adalah 0 %, kategori baik 7 %, sisanya adalah kategori sedang (http://repository.upi.edu) Kondisi fisik bugar bagi anak SD sangat penting karena merupakan kelompok usia anak yang berada pada masa pertumbuhan, selain juga memerlukan tenaga ekstra untuk belajar dan aktivitas bermain yang sangat tinggi. Indikator kondisi fisik bugar didapatkan dari pengukuran indeks kebugaran. Pemasukan zat-zat gizi yang tidak optimal akan menyebabkan pengambilan sumber energi di otot untuk aktivitas siang sehingga bisa menimbulkan penuruanan kebugaran. Keadaan tersebut yang berlangsung berkepanjangan akan mengakibatkan gejala mudah lelah dan kurang bergairah. Bertitik tolak dari kesenjangan beberapa fakta yang ada, dengan harapan dalam rangka mendukung kelancaran proses belajar anak khususnya anak SD umur 7-9 tahun maka dilakukan penelitian tentang hubungan kecukupan gizi makan pagi dengan indeks kebugaran anak SD. B. Identifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dikemukakan diatas, maka identifikasi masalahnya sebagai berikut: 1. Banyak anak usia SD tidak melakukan makan pagi. 2. Kualitas gizi makan pagi anak usia SD belum memenuhi syarat.
5
3. Kurangnya kebiasaaan makan pagi anak yang sesuai dengan kecukupan gizi. 4. Kurang efisiennya waktu untuk mempersiapkan makan pagi bagi ibu yang bekerja. 5. Banyak anak usia SD yang kondisi kebugarannya rendah. 6. Belum diketahui kecukupan gizi makan pagi anak SD IT Luqman Al Hakim Yogyakarta. 7. Belum dketahui indeks kebugaran anak SD IT Luqman Al Hakim Yogyakarta. C. Pembatasan Masalah Penulis hanya membatasi pada hubungan kecukupan gizi makan pagi dengan indeks kebugaran anak kelas 3 SD yang berusia 7-9 tahun di SD IT Luqman Al Hakim. D. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang tersebut di atas masalah yang dapat dirumuskan adalah sebagai berikut : 1. Bagaimanakah kualitas gizi makan pagi anak SD usia 7-9 tahun ? 2. Bagaimanakah indeks kebugaran untuk anak SD usia 7-9 tahun ? 3. Bagaimanakah hubungan antara kecukupan gizi makan pagi dengan indeks kebugaran anak SD usia 7-9 tahun ?
6
E. Tujuan Penelitian 1. Mengetahui kualitas gizi makan pagi anak SD usia 7-9 tahun. 2. Mengetahui nilai indeks kebugaran anak SD usia 7-9 tahun. 3. Mengetahui pola hubungan antara kecukupan gizi makan pagi dengan indeks kebugaran anak SD usia 7-9 tahun. F. Manfaat Penelitian 1. Bagi para guru SD, dapat memberi rekomendasi mengenai informasi kecukupan gizi yang sesuai untuk anak SD. 2. Bagi orang tua, diharapkan mendapatkan informasi tentang makan pagi yang sesuai konsep menu gizi seimbang serta pengaruh kondisi fisik yang bugar dalam rangka melancarkan proses belajar 3. Untuk para peneliti, diharapkan dapat sebagai bahan kajian untuk penelitian lebih lanjut berkaitan gizi anak dan hubungannya dengan indeks kebugaran. G. Definisi Operasional 1. Makan pagi, merupakan suatu perbuatan yang dilakukan untuk memenuhi konsumsi makanan dengan jumlah kalori 20-30 % dari kebutuhan total kalori per hari dengan zat gizi lengkap, dikonsumsi antara jam 06.0009.00 dan dilakukan secara teratur setiap hari selama 7 hari berturut-turut (Istianah, 2008: 14).
7
2. Kecukupan gizi makan pagi yang dimaksud dalam penelitian ini adalah jumlah kalori makan pagi. 3. Indeks kebugaran adalah total perolehan nilai dari kegiatan lari 30 meter, jantung siku tekuk, baring-duduk 30 detik, loncat tegak dan lari 600 meter yang diukur serentak dalam waktu 1 hari (Depkes RI, 1994: 23-26). 4. Anak-anak SD yang dimaksud dalam penelitian ini adalah anak kelompok umur 7-9 tahun yang pada waktu penelitian ini berlangsung terdaftar sebagai anak SD IT Luqman Al Hakim dengan kondisi tubuh sehat dan tidak sedang melakukan diet makanan.
8