BAB I PENDAHULUAN
1.1.
Latar Belakang Air merupakan komponen yang sangat penting dalam kehidupan. Bagi
manusia, air digunakan dalam mencukupi kebutuhan sehari-hari seperti mencuci, mandi, memasak dan sebagainya. Air yang dibutuhkan ini berupa air bersih dengan kualitas air yang baik serta cukup kuantitasnya. Jika air yang digunakan kualitasnya tidak baik maka hal ini dapat mengganggu kesehatan. Kualitas air yang baik yaitu jika memenuhi syarat fisik, kimia, biologis dan radioaktif. Kurang terpenuhinya kebutuhan air bersih di Indonesia menyebabkan masih banyak penduduk yang menggunakan air yang kurang layak kualitasnya untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Tentu saja penggunaan air yang tidak layak ini dapat menimbulkan masalah kesehatan. Menurut Kusnaedi (2002), air dengan kualitas yang kurang baik jika digunakan dapat mengakibatkan muntaber, diare, kolera, tipus, atau disentri. Salah satu sumber air bersih yang dimanfaatkan oleh manusia adalah air tanah. Air tanah biasanya banyak mengandung bahan-bahan kimia yang berbahaya jika digunakan. Menurut Said (1999), air tanah sering mengandung zat besi (Fe) dan mangan (Mn) cukup besar. Adanya kandungan Fe dan Mn dalam air menyebabkan warna air tersebut berubah menjadi kuning-coklat setelah beberapa saat kontak dengan udara. Air ini selain dapat mengganggu kesehatan juga menimbulkan bau
Universitas Sumatera Utara
yang kurang enak serta menyebabkan warna kuning pada dinding bak serta bercakbercak kuning pada pakaian. Kedua logam ini yaitu Fe dan Mn, keberadaannya di dalam tubuh memang dibutuhkan tetapi hanya dalam konsentrasi yang rendah. Menurut Achmad (2004), kandungan kedua logam ini dalam air seperti besi pada konsentrasi di atas ± 0,31 mg/l dapat menyebabkan bekas karat pada pakaian, porselin, dan alat-alat lainnya serta menimbulkan rasa yang tidak enak pada air minum. Untuk mangan, konsentrasi yang diperbolehkan menurut Permenkes no 416 adalah 0,5 mg/l. Kandungan kedua logam ini ditemukan pada air sumur gali yang digunakan warga di daerah Kelurahan Besar, Kecamatan Medan Labuhan. Kondisi air sumur gali yang digunakan warga yaitu warnanya kuning hingga kecoklatan serta berbau menyerupai seperti tanda-tanda terkandungnya logam besi dan mangan. Kondisi air yang seperti ini ditemukan hampir di semua sumur gali yang digunakan warga. Air yang akan digunakan oleh warga setempat biasanya disaring terlebih dahulu. Hal ini diketahui oleh penulis setelah penulis melakukan survei pendahuluan sampai akhirnya mengambil beberapa sampel untuk diperiksa kandungan besi (Fe) dan mangan (Mn) nya. Sampel yang diambil yaitu air yang diambil dari sumur langsung dan air yang telah disaring terlebih dahulu. Hasil pemeriksaan menunjukkan bahwa dari kedua sampel tersebut baik air yang diambil dari sumur langsung maupun air yang telah disaring, konsentrasi Fe dan Mn-nya dapat dijelaskan sebagai berikut. Pada air sumur gali yang telah disaring, kandungan logam besi dan mangan secara berurutan yaitu 0, 44525 mg/l dan 1,65309 mg/l. Sedangkan pada air yang diambil langsung dari sumur gali tersebut, kandungan logam besi dan mangan secara
Universitas Sumatera Utara
berurutan yaitu 0,60139 mg/l dan 3,79557 mg/l. Kandungan kedua logam ini bisa berubah-ubah sesuai dengan iklim saat mengambil sampel tersebut. Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 416/Menkes/Per/IX/1990 yang mengatur tentang persyaratan kualitas air bersih telah menetapkan standar baku mutu air bersih yang menunjukkan suatu air bersih telah memenuhi persyaratan kesehatan. Untuk logam besi dan mangan mempunyai standar baku mutu masing-masing 1,0 mg/l dan 0,5 mg/l. Apabila kadar kedua logam berat itu melebihi baku mutu, maka air bersih tersebut tidak memenuhi syarat dan harus dilakukan pengolahan sebelum dipakai untuk keperluan sehari-hari. Biji kelor merupakan salah satu alternatif yang bisa digunakan untuk menurunkan kadar logam besi dan mangan pada air. Biji kelor yang berfungsi sebagai koagulan mampu mengadsorpsi dan menetralisir partikel-partikel logam yang terkandung dalam air. Biji kelor sebagai koagulan dapat digunakan dengan dua cara yaitu: biji kering dengan kulitnya dan biji kering tanpa kulitnya (Ndabigengesere et al dalam Rambe, 2009). Mekanisme yang paling mungkin terjadi dalam proses koagulasi adalah adsorpsi dan netralisasi tegangan atau adsorpsi dan ikatan antar partikel yang tidak stabil. Dari kedua mekanisme tersebut, untuk menentukan mekanisme mana yang terjadi merupakan suatu hal yang sangat sukar karena kedua mekanisme koagulasi dengan biji kelor adalah adsorpsi dan netralisasi tegangan. Percobaan di Malawi, menunjukkan bahwa koagulan serbuk biji kelor dapat menurunkan kekeruhan air sungai yang keruh dari 270-380 NTU menjadi di bawah 4 NTU (Sutherland et al dalam Rambe, 2009). Berdasarkan uraian di atas, penulis
Universitas Sumatera Utara
tertarik untuk mengembangkan penggunaan biji kelor sebagai koagulan untuk menurunkan kadar logam berat dalam air sumur gali. Adapun logam tersebut seperti besi (Fe) dan mangan (Mn) yang terkandung dalam sumur gali masyarakat di Kelurahan Besar, Kecamatan Medan Labuhan. 1.2.
Perumusan Masalah Tingginya konsentrasi logam besi (Fe) dan mangan (Mn) pada air sumur gali
di Kelurahan Besar sangat berbahaya bagi kesehatan jika dikonsumsi. Selain itu juga dapat menimbulkan bau yang kurang enak serta menyebabkan warna kuning pada dinding bak serta bercak-bercak kuning pada pakaian. Biji kelor dapat dipergunakan sebagai koagulan dalam menurunkan kadar besi (Fe) dan mangan (Mn). Oleh karena itu perlu diteliti berapakah konsentrasi biji kelor yang efektif dalam menurunkan kadar besi (Fe) dan mangan (Mn) pada air sumur gali tersebut. 1.3.
Tujuan
1.3.1. Tujuan Umum Untuk mengetahui efektivitas biji kelor dalam menurunkan kadar besi (Fe) dan mangan (Mn) pada air sumur gali. 1.3.2. Tujuan Khusus a. Untuk mengetahui kadar besi (Fe) dan mangan (Mn) air sumur gali sebelum dilakukan penambahan koagulan biji kelor. b. Untuk mengetahui kadar besi (Fe) dan mangan (Mn) air sumur gali setelah dilakukan penambahan koagulan biji kelor sebanyak 20 mg, 40 mg, 60 mg dan 80 mg pada setiap 500 ml air sumur gali.
Universitas Sumatera Utara
c. Untuk mengetahui persentase penurunan kadar besi (Fe) dan mangan (Mn) setelah ditambahkan koagulan biji kelor. d. Untuk mengetahui kadar koagulan biji kelor yang paling tinggi persentasenya untuk menurunkan kadar besi (Fe) dan mangan (Mn) pada air sumur gali yang disesuaikan
dengan
Peraturan
Menteri
Kesehatan
RI
Nomor
416/Menkes/Per/IX/1990. 1.4.
Manfaat 1. Memberi informasi kepada masyarakat bahwa biji kelor dapat digunakan sebagai koagulan untuk mengolah air sumur gali yang mengandung Besi (Fe) dan Mangan (Mn) 2. Memberi masukan kepada pemerintah salah satu alternatif pengolahan air yang bisa dilakukan untuk memenuhi ketersediaan air bagi masyarakat 3. Menambah wawasan bagi penulis dan sebagai salah satu referensi untuk penelitian selanjutnya.
Universitas Sumatera Utara