BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional dan peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 19 tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan mengamanatkan agar kurikulum tingkat satuan pendidikan dikembangkan sesuai dengan satuan pendidikan, potensi daerah/karakteristik daerah sosial budaya masyarakat setempat, dan peserta didik (pasal 17 ayat 1). Sekolah dan komite sekolah mengembangkan kurikulum tingkat satuan pendidikan dan silabusnya berdasarkan kerangka dasar kurikulum dan standar kopetensi kelulusan dibawah supervisi Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga tingkat Kabupaten yang bertanggungjawab dibidang pendidikan SD, SMP, SMA, SMK dan departemen yang menangani dibidang MI, MTs, MA, dan MAG (pasal 17 ayat 2). Pengembangan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) mengacu pada Standar Nasional Pendidikan untuk menjamin pencapaian tujuan pendidikan nasional. Standar Nasional Pendidikan terdiri dari Standar Isi, Standar Proses, Kompetensi Lulusan, Tenaga Pendidikan, Sarana Prasarana, Pengelolaan, Pembiayaan, dan Penilaian Pendidikan. Sebagai acuan utama adalah Peraturan Menteri Nomor 22 tahun 2006 tentang standar isi, Peraturan Menteri Nomor 23tahun 2006 tentang standar kompetensi lulusan, dan
1
peraturan Menteri Nomor 24 tahun2006 tentang pelaksanaan Permen Nomor 22 dan 23 tersebut. Salah satu tujuan pendidikan dasar adalah meletakkan dasar kecerdasan, pengetahuan, kepribadian, akhlak mulia, dan keterampilan untuk hidup mandiri, serta mengikuti pendidikan lebih lanjut. Pendidikan Jasmani merupakan bagian integral dari sistem pendidikan secara keseluruhan, yang memfokuskan pengembangan aspek kebugaran jasmani, keterampilan gerak, keterampilan berfikir kritis, stabilitas emosional, keterampilan sosial, penalaran dan tindakan moral melalui aktivitas jasmani. Salah satu pendekatan yang dapat digunakan untuk menentukan kualitas proses pendidikan adalah pendekatan sistem, (Wina Sanjaya, 2006: 49). Menurut Ely, yang dikutip oleh Wina Sanjaya (2006: 51) “Sistem bermanfaat untuk merancang atau merencanakan suatu proses pembelajaran”. Sistem pembelajaran pendidikan jasmani yang tidak benar akan mengakibatkan tidak berhasilnya tujuan yang hendak dicapai.
Adapun faktor-faktor yang
mempengaruhi sistem pembelajaran diantaranya faktor guru, faktor siswa, faktor sarana prasarana, faktor lingkungan. Pendidikan Jasmani olahraga dan kesehatan adalah proses pendidikan menyeluruh yang menggunakan aktivitas fisik dengan permainan dan olahraga sebagai alatnya ( Rusli Lutan, 2001 : 22 ). Dengan demikian tujuannya bukan sekedar pencapaian yang bersifat fisik semata, akan tetapi juga melibatkan aktivitas psikis. Oleh karena itu penyelenggaraan pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan harus dikembangkan lebih optimal sehingga peserta didik lebih
2
inovatif, terampil, kreatif serta memiliki kesehatan jasmani dan kebiasaan hidup sehat serta memiliki pengetahuan dan pemahaman gerak manusia. Upaya peningkatan proses pembelajaran dan manajemen pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan di sekolah tidak semulus apa yang diharapkan, hal ini dapat dilihat bahwa peserta didik masih mengalami kesulitan dalam memahami konsep dan penguasaan terhadap teknik dasar olahraga, demikian pula guru juga masih mengalami kesulitan dalam menanamkan semangat dan kedisiplinan serta konsep dan penguasaan teknik dasar olahraga pada peserta didik, sehingga berakibat pada rendahnya hasil belajar lari cepat pada peserta didik kelas III di SD Negeri Muntilan Kecamatan Muntilan, Kabupaten Magelang. Menurut pengamatan penulis yang sekaligus sebagai guru pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan di SD Negeri Muntilan Kecamatan Muntilan, Kabupaten Magelang, minat, antusias, serta kedisiplinan siswa terhadap pembelajaran atletik khususnya lari cepat masih agak kurang. Siswa cenderung
memilih
pembelajaran
permainan
yang
dirasakan
lebih
menyenangkan. Hal ini menjadi tantangan bagi guru untuk berusaha agar siswa berminat, semangat, antusias, disiplin dan merasa senang mengikuti pembelajaran atletik khususnya lari cepat. Pembelajaran dapat dikatakan berhasil apabila materi yang disampaikan dapat dikuasai oleh siswa. Namun ketika peneliti melaksanakan tes formatif semerter 2 tahun sebelumnya, pada mata pelajaran pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan pada cabang atletik khususnya lari cepat pada siswa
3
kelas III SD Negeri Muntilan Kecamatan Muntilan, Kabupaten Magelang hasilnya sangat mengecewakan. Dari jumlah 20 siswa hanya 8 siswa yang dapat mencapai tingkat ketuntasan dengan nilai 75 ke atas, yang berarti hanya 45% tuntas. Tabel 1. Data hasil belajar siswa Tahun 20112012 Unjuk Kerja Jml Ayunan tangan Langkah Posisi Skor Nilai kaki tubuh 1 2 3 4 1 2 3 1 2 1 Adisa v v v 8 88 2 Husain v v v 7 77 3 Aldila v v v 5 55 4 Alvin v v v 6 66 5 Amalia v v v 5 55 6 Attina v v v 6 66 7 Dafa v v v 6 66 8 Erisna v v v 6 66 9 Guntur v v v 6 66 10 Intan v v v 7 77 11 Ivan v v v 9 100 12 Karina v v v 8 88 13 Kevin v v v 9 100 14 Luluk v v v 8 88 15 Luvita v v v 6 66 16 Mega v v v 7 77 17 Nerisa v v v 7 77 18 Nia v v v 6 66 19 Novia v v v 5 55 20 Radista v v v 6 66 Nilai terendah : 66 Tuntas (T) : 9 siswa Nilai tertinggi : 100 Belum Tuntas (BT: 11 siswa Rerata : 7,23 Sumber : Tri Wuryankintik ( Guru Penjaskes) No
Nama
T/ BT T T BT BT BT BT BT BT BT T T T T T BT T T BT BT BT
Ini membuktikan rendahnya tingkat penyerapan materi yang diajarkan. Jika kondisi seperti ini dibiarkan pasti akan berdampak lebih buruk bagi siswa dalam proses pembelajaran dan hasil belajar selanjutnya. Menyadari akan
4
keadaan tersebut, maka peneliti mencoba melakukan upaya peningkatan pembelajaran lari cepat dengan metode bermain. Dengan harapan tingkat ketuntasan belajar akan dapat mencapai sekurang-kurangnya 60%. Pada umumnya siswa di SD dalam melakukan lari masih kurang baik langkah-langkah kakinya, sehingga hasil yang dicapai kurang optimal. Secara umum dapat dikemukakan bahwa, unsur utama penyebab kurangnya pencapaian kecepatan lari pada siswa adalah langkahnya kurang panjang dan kurang cepat. Faktor penyebab yang lain adalah kurangnya power otot tungkai yang dimiliki dan kurang baiknya teknik langkah yang digunakan. Untuk memecahkan masalah tersebut guru harus kreatif dalam memberikan pembelajaran. Metode pembelajaran juga sangat berpengaruh terhadap keberhasilan siswa. Metode pembelajaran yang digunakan sangat berpengaruh terhadap hasil yang dicapai. Dalam praktik pembelajaran lari cepat di sekolah, biasanya guru hanya menekankan pada pencapaian hasil, tanpa berusaha memperbaiki metode yang digunakan dalam proses pembelajaran. Metode yang menarik akan dapat membuat siswa merasa senang dalam mengikuti pembelajaran dan tidak merasa bosan, dengan demikian siswa akan sangat antusias mengikuti pembelajaran. Dengan antusias yang tinggi maka keberhasilan akan tercapai dengan optimal. Guru perlu mencoba mengadakan pembaharuan dalam pembelajaran, dengan menyesuaikan karakteristik siswa sehingga siswa lebih tertarik untuk aktif berpartisipasi dalam proses pembelajaran. Siswa akan merasa senang
5
apabila melaksanakan kegiatan yang sifatnya menggembirakan. Pembelajaran teknik dasar lari dapat dilakukan dengan bentuk lain yang menyerupai permainan tetapi mengarah pada pembentukan gerak keterampilan lari. Bentuk pembelajaran seperti ini dapat disebut pembelajaran dengan metode tidak langsung, dan salah satu bentuk pembelajaran dengan metode secara tidak langsung ini adalah pendekatan bermain. B. Identifikasi Masalah Dari latar belakang tersebut di atas dapat diperoleh identifikasi masalah sebagai berikut : 1. Minat untuk mengikuti pembelajaran lari cepat peserta didik kelas III SD Negeri Muntilan Kecamatan Muntilan, Kabupaten Magelang
masih
rendah. 2. Hasil belajar lari cepat peserta didik kelas III SD Negeri Muntilan Kecamatan Muntilan belum mencapai KKM kelas yaitu 75. 3. Guru belum pernah menggunakan pendekatan bermain dalam proses pembelajaran lari cepat. C.
Pembatasan Masalah Dari latar belakang masalah dan identifikasi masalah yang telah diuraikan di atas , maka peneliti membatasi masalah sebagai berikut upaya meningkatkan hasil belajar lari cepat dengan menggunakan metode bermain pada siswa kelas III SD Negeri Muntilan Kecamatan Muntilan, Kabupaten Magelang.
6
D. Rumusan Masalah Berdasarkan Latar belakang, identifikasi masalah dan pembatasan masalah diatas, diajukan rumusan masalah sebagai berikut Apakah melalui pendekatan bermain dapat meningkatkan hasil dari proses pembelajaran lari cepat pada siswa kelas III SD Negeri Muntilan Kecamatan Muntilan ? E. Tujuan Penelitian Diharapkan dengan penelitian ini mampu meningkatkan proses dan hasil pembelajaran lari cepat siswa kelas III SD Negeri Muntilan Kecamatan Muntilan, Kabupaten Magelang. F. Manfaat Penelitian Adapun manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah: 1. Dapat meningkatkan proses dan hasil belajar siswa khususnya materi lari cepat. 2. Dapat
membantu
guru
memperbaiki
kinerjanya
sehingga
dapat
berkembang secara profesional serta dapat meningkatkan rasa percaya diri. 3. Membantu sekolah untuk berkembang karena adanya peningkatan kemampuan pada diri guru dan pendidikan di sekolah.
7