BAB I PENDAHULUAN A. Pengertian Manajemen Oeperasi Dalam setiap lembaga, semua kegiatan harus dilaksanakan sebaik-baiknya atau seoptimal mungkin. Artinya jika memperoleh manfaat, keuntungan, atau kebaikan selalu diusahakan sebanyak mungkin, sedangkan jika harus menanggung pengorbanan, membayar atau menanggung pengorbanan, membayar atau menanggung kerugian sebaiknya diusahakan sesedikit mungkin. Dasar pemikiran inilah yang dianut dalam manajemen operasi. Manajemen operasi terdiri dari dua kata , yaitu manajemen dan operasi. Kata manajemen sudah sangat terkenal di masyarakat. Ada beberapa macam pengertian untuk menjelaskan manajemen, tetapi yang paling populer adalah tindakan untuk mencapai tujuan yang dilakukan dengan mengkoordinasi kegiatan orang lain. Fungsi-fungsi atau kegiatan manajemen meliputi perencanaan, organisasi, staffing, koordinasi, pengarahan, dan pengawasan. Operasi atau operations adalah kegiatan untuk mengubah masukan (yang berupa faktor-faktor produksi/operasi) menjadi keluaran sehingga lebih bermanfaat daripada bentuk aslinya. Dengan kata lain, operasi adalah kegiatan mengubah bentuk untuk menambah manfaat atau menciptakan manfaat baru dari suatu barang atau jasa. Keluaran dapat berupa barang atau jasa. Operasi merupakan salah satu dari fungsi-fungsi yang ada dalam suatu lembaga. Fungsi lain selain operasi adalah keuangan, personalia, pemasaran, dan lain-lain. Operasi inilah yang menentukan suatu lembaga melayani pihak luar. Pengertian “manajemen operasi” adalah penerapan ilmu manajemen untuk mengatur kegiatan produksi atau agar dapat dilakukan secara efisien (Subagyo: 2000: 2) Forgaty dalam (Heryanto : 1999:2) mendefinisikan manajemen produksi dan operasi sebagai suatu proses yang secara berkesinambungan dan efektif menggunakan fungsi manajemen untuk mengintegrasikan berbagai sumber dan secara efisien dalam rangka mencapai tujuan. Schroeler (1994) memeberikan penekanan terhadap definisi kegiatan produksi dan operasi pada tiga hal, yaitu pengelolaan fungsi organisasi dalam menghasilkan barang dan jasa, adanya system informasi yang menghasilkan barang dan jasa, serta adanya pengambilan keputusan sebagai elemen penting dalam manajemen operasi. 1
Dahulu manajemen operasi itu dinamakan Manajemen produksi. Penggantian istilah ini kadang-kadang produksi diartikan sebagai kegiatan untuk menghasilkan barang. Bahkan, banyak yang menganggap bahwa produksi itu hanya kegiatan menghasilkan barang untuk mencari laba. Ini pengertian yang sempit sebab produksi seharusnya juga dapat menghasilkan jasa, dan juga dapat dilakukan oleh lembaga yang tidak mencari laba. Oleh karena itu, sekarang digunakan istilah operasi, yang pengertiannya lebih luas. Kadang-kadang ada juga yang menggunakan istilah Manajemen Produksi/Operasi. Tekanan dalam operasi adalah pada kegiatan perubahan bentuk, bukan pada hasilnya. Operasi tidak hanya dilakukan oleh lembaga yang mencari laba, misalnya perusahaan roti, jasa angkutan, toko. Akan tetapi, juga dilakukan oleh organisasi yang tidak mencari laba, misalnya panti asuhan, pengaturan lalu lintas dan penghijauan. Untuk menghindari keraguan pengertian, biasanya digunakan istilah manajemen produksi dan operasi untuk menyebutkan manajemen operasi. Sayang sekali contoh-contoh operasi yang paling mudah untuk menjelaskan adalah kasus perusahaan sehingga sebagian besar contoh dalam buku ini menggunakan kasus perusahaan. Mekanisme kerja manajemen operasi dapat dijelaskan dengan suatu sistem, yang dapat dilihat dalam gambar 1.1. Lingkungan Partisipasi Pelanggan
Operasi
Masukan 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10.
Sumberdaya manusia Manajer Mesin-mesin Alat-alat Bahan baku Bahan pembantu Energi Bangunan Tanah Informasi luar
1. 2. 3. 4. 5.
Perubahan fisik Pemindahan Penyimpana Meminjamkan Inspeksi
Keluaran
1. Barang 2. Jasa
Umpan Balik
Lingkungan Umpan Kedepan
Gambar 1.1. Sistem Produksi /Operasi
2
Semua masukan diubah melalui proses operasi. Seperti terlihat dari segi empat di tengah. Proses operasi ada beberapa macam, yaitu mengubah bentuk fisik, memindahkan (transportasi), menyimpan (storage), memeriksa (inspection), dan meminjamkan. Masukan ada dua macam, yaitu masukan yang sudah biasa disebut-sebut, antara lain berupa tenaga kerja, manajer, alat-alat, fasilitas-fasilitas lain, bahan baku, tanah, energi, dan informasi dari luar. Yang menarik perhatian kita adalah informasi. Informasi dari luar adalah informasi yang datang dari luar lembaga yang menjalankan operasi, misalnya informasi tentang jumlah penduduk, jumlah pelanggan, dan penghasilan pelanggan. Dahulu informasi dari luar tidak banyak disebut-sebut, tetapi sekarang merupakan masukan yang sangat penting. Untuk menyelesaikan masalah yang timbul dalam masyarakat, pemerintah, pasar, persaingan, dan produksi saat ini harus didukung dengan informasi yang akurat dan tepat waktu. Kesalahan isi dan keterlambatan penerimaan informasi akan berakibat berkurangnya hasil yang diperoleh, bahkan sering menimbulkan kerugian. Pada saat ini lembaga atau perusahaan yang memiliki sistem informasi yang baik dapat berkembang lebih cepat daripada yang sistem informasinya kurang baik. Selain masukan biasa, ada dua macam masukan yang sifatnya khusus, yaitu umpan balik dan partisipasi pelanggan. Umpan balik atau feedback, yaitu informasi mengenai keadaan proses dan hasil operasi. Misalnya, setelah suatu model sepeda motor dihasilkan, diketahui bahwa terdapat kelemahan dalam sistem pengapiannya. Contoh lain, tentang hasil mengajar seorang dosen pada akhir semester kurang sistematis dan sulit diikuti. Umpan balik ini digunakan sebagai dasar untuk memperbaiki proses dan hasilnya. Sebenarnya sekarang yang lebih bermanfaat lagi adalah umpan ke depan atau feedforward. Dalam umpan ke depan ini sudah diketahui atau diperkirakan pengaruh sesuatu hal yang sekarang belum terjadi. Kebaikan feedforward dibanding feedback adalah informasi diperoleh sebelum terjadi kesalahan atau kekurangan. Partisipasi pelanggan diperoleh apabila pelanggan tidak hanya sekedar memakai atau membutuhkan hasil keluaran, tetapi juga ikut aktif berperan dalam menghasilkan barang atau jasa. Misalnya seorang pasien dokter gigi harus melakukan gerakan-gerakan tertentu agar gigi palsunya dapat dipasang dengan baik. Pemesan rumah ikut aktif dalam merencanakan gambar bangunan sesuai dengan seleranya. Kantor inspeksi pajak menyerahkan pengisian formulir SPT kepada wajib pajak. Pada pendaftaran mahasiswa baru para calon diminta untuk mengisi 3
alamat dalam amplop surat pemberitahuan hasil ujina saringan, dan memberi perangko secukupnya. Akhir –akhir ini tingkat pendidikan masyarakat semakin maju, pengetahuan mereka semakin luas, dan tingkat teknologi semakin tinggi. Akibatnya, partisipasi pelanggan semakin banyak digunakan. Pengawasan pelaksanaannya sekarang dapat didukung dengan kemajuan teknologi. Misalnya, dalam pengisian SPT oleh para wajib pajak. Jika wajib pajak tidak memasukkan semua penghasilannya akan diketahui petugas pajak yang diolah komputer. Penggunaan partisipasi pelanggan memberikan keuntungan seperti berikut ini: 1. Menghemat tenaga kerja. 2. Membagi risiko kesalahan dengan pelanggan. 3. Pelanggan merasa dihargai, ikut berperan serta, dan lebih dipercaya. Dalam proses operasi tadi dipengaruhi oleh lingkungan luar, yaitu keadaan di luar perusahaan atau lembaga yang ikut menentukan kelancaran proses dan kualitas hasil operasi tadi. Misalnya, keadaan masyarakat, suhu udara, dan keadaan politik. Macam-macam masukan serta keluaran antara organisasi satu dengan yang lain berbeda-beda. Hal ini tergantung pada macam kegiatan yang dilakukannya. Table 1.1 memuat contoh masukan serta keluaran dari beberapa macam lembaga. Tabel 1.1 Contoh masukan dan keluaran lembaga Macam lembaga Toko Rumah sakit
Pemborong Pabrik Universitas
Masukan Bangunan toko, barang dagangan, tenaga kerja, listrik, alat-alat tulis, dan pelanggan. Bangunan, dokter, perawat, laboratorium, tenaga administrasi, tempat tidur, energi, pasien, alat-alat tulis, dan ambulans. Rumah, jembatan, tanah, bahan bangunan, tenaga kerja, manajer, kantor dan kendaraan. Bahan baku, bahan pembantu, tenaga kerja, manajer, bangunan pabrik, mesin, dan alat-alat. Ruang kuliah, ruang kantor, dosen, tenaga non edukatif, alat tulis, papan tulis, meja, kursi kuliah, mebel kantor, laborantorium, dan alat tulis.
Keluaran Penjualan ke pelanggan Pasien yang sembuh
Rumah,jalan, monumen, dan dam Barang atau jasa yang dibutuhkan pembeli. Sarjana
4
B. Pengertian Barang Dan Jasa Barang sudah banyak kita kenal. Secara fisik dapat dilihat, diukur, dipegang, ditimbang, dan diketahui kualitasnya. Sedangkan jasa sangat berbeda dengan barang karena wujudnya tidak mudah diketahui, tetapi dapat dirasakan kalau itu ada. Jasa biasanya dilengkapi dengan barang sebagai alat penyampai atau penghantar jasa. Kadang-kadang agak sulit untuk menyatakan apakah suatu produk itu termasuk barang atau jasa. Misalnya, tambahan gigi, apakah itu termasuk barang? Jawabannya bukan. Namun, lebih tepat kalau dimasukkan sebagai jasa yang diberikan dokter gigi karena gigi pasien berlubang. Barangnya (tambahan) jika tidak disertai jasa dokter gigi, tidak dapat dipergunakan dengan baik. Barang penambahnya hanya dipakai sebagai alat untuk menyampaikan jasa dokter gigi. Contoh lain, rumah makan. Seseorang pembeli atau konsumen masuk kerumah makan karena lapar. Ia ingin bebas memilih makanan yang disenangi, merasakan nikmatnya makanan yang disajikan, ingin mendapatkan pelayanan yang baik, selesai makan tidak usah mencuci piring, dan mendapat kepuasan dalam status sosial. Dengan demikian rumah makan tersebut lebih tepat jika dikatakan menjual jasa kepada konsumennya. Perbedaan antara barang dengan jasa mudah dirasakan, tetapi agak sulit dijelaskan. Ada beberapa hal yang dapat membedakan di antara keduanya, yaitu bentuk fisik, dapat tidaknya disimpan, hubungan antara produsen dengan konsumen, kecepatan tanggapan konsumen, luas pasar, banyaknya fasilitas yang diperlukan, pengukuran kualitas. 1. Bentuk dari Barang atau Jasa Barang biasanya memiliki bentuk yang jelas, dapat dilihat, dan mudah diketahui keadaanya. Jasa biasanya sulit diketahui bentuknya, tetapi dapat diikuti proses kegiatannya, dapat dirasakan bahwa data itu ada, dapat diketahui manfaatnya, dan dapat diketahui bahwa jasa itu ada. Misalnya, kursi dapat diketahui bentuknya dengan mudah, 5
sedang jasa guru itu tidak mudah dilihat wujudnya. Akan tetapi, dapat diikuti proses kegiatannya, akibat, dan manfaatnya. 2. Dapat Tidaknya Disimpan Barang biasanya dapat disimpan menunggu saat penggunaanya. Jasa tidak dapat disimpan, biasanya digunakan dan diberikan kepada pemakai hanya pada saat jasa itu dihasilkan. Misalnya, jasa salon dan jasa dokter. Seorang manusia tidak mungkin memotong rambutnya sampai habis hanya karena alasan agar tidak potong rambut selama 3 bulan. Juga tidak mungkin seorang pasien dalam satu hari pergi ke dokter mata 10 kali agar selama satu tahun tidak menderita sakit mata. Dari kedua contoh ini jelas terbukti bahwa jasa pada umumnya hanya diperlukan pada saat dirasakan kebutuhan saja. 3. Hubungan antara Produsen dengan Konsumen dan Kecepatan Tanggapannya. Perusahaan yang menghasilkan barang biasanya sedikit yang mengadakan kontak atau hubungan dengan konsumen. Andaikata ada biasanya jarang sekali dan secara tidak langsung, melalui pedagang pengecer atau distributor. Akibatnya, kontak ini jarang yang sampai kepada produsen. Andaikata sampai kemungkinan isinya tidak sepenuhnya sama dengan maksud konsumen. Misalnya, apabila ada sabun mandi yang berakibat merusak kulit, biasanya jarang konsumen yang mau menyampaikan keluhannya kepada produsen. Ia hanya tidak membeli sabun itu dan ganti membeli merek lain. Lain halnya dengan jasa, biasanya disertai dengan kontak langsung antara produsen dengan konsumen atau pemakai jasa, pada saat dihasilkan. Misalnya, jasa dokter, tukang ketik, dan sablon. Untuk barang biasanya penyampaian tanggapan konsumen memakan waktu lama sebab hanya terjadi kalau penelitian yang dilakukan perusahaan atau lewat pedagang pengecer yang disampaikan kepada distributor. Lain halnya dengan jasa, biasanya tanggapan diberikan dalam waktu yang sangat cepat pada saat jasa dihasilkan. Misalnya, seorang peserta kursus akan segera bertanya jika materi yang diuraikan oleh guru tidak jelas. Seorang penumpang taksi akan segera memberitahu pengemudi kalau arah yang ditujunya salah. 4. Luas Pasar Pasar barang biasanya lebih luas daripada pasar jasa. Barang mudah dikirim ke manamana sehingga hasil produksi suatu pabrik dapat dikirim kelain daerah. Oleh karena itu, barang dapat memiliki pasar lokal (disekitar pabrik), pasar regional (meliputi suatu daerah 6
tertentu biasanya dati I atau pulau), nasional kalau dipasarkan diseluruh Indonesia, atau internasional kalau diekspor. Misalnya, perusahaan rokok berada di Kudus, tetapi pasar rokok bisa ke seluruh Indonesia. Bahkan, ada juga yang diekspor apabila jasa tidak dapat dikirim kemana-mana, sehingga hanya memiliki pasar lokal. Apabila perusahaan jasa akan memperluas pasarnya di daerah lain, maka harus membuka cabang pelayanan di manamana. Misalnya bank, rumah makan, kursus-kursus dan lembaga konsultasi. 5. Kebutuhan fasilitas produksi Sebagian besar barang dapat dihasilkan dalam jumlah yang banyak, bahkan banyak yang dapat distandarisasi agar dapat melakukan produksi masal.untuk melaksanakan produksi ini biasanya banyak digunakan bantuan mesin yang padat modal sehingga diperlukan bantuan investasi besar. Sedang untuk menghasilkan jasa biasanya memerlukan teknologi padat kerja. Kapasitas dan kualitas jasa yang dihasilkan sangat tergantung kepada orang yang mengerjakannya. Alat-alat hanya digunakan sebagai pembantu kerja manusia. Sebagai contoh produsen alat-alat dan barang kosmetika menghasilkan barang dalam jumlah besar sehingga pabrik memerlukan mesin dan laboratorium yang mahal. Sedangkan salon melayani pelanggan secara individual, banyak memerlukan tenaga manusia, dan nilai investasi relative rendah. 6. Mudahnya Pengukuran Kualitas kualitas barang biasanya lebih mudah diukur daripada jasa sebab barang sudah memiliki ukuran, berat serta sifat lain yang jelas satuannya. Misalnya, bola lampu dapat diketahui kekuatan cahaya dan masa hidupnya. Kualitas jasa lebih sulit diukur sebab biasanya satuan ukuran barang saja kita tidak dapat mengetahui kualitas dari seluruh jasa. Selain itu, penilaian seseorang terhadap jasa biasanya bersifat sangat subjektif. Artinya, tidak selalu sama. Misalnya, ada seorang mahasiswa menilai seorang dosen baik sekali karena dosen itu menerangkan semua materi kuliah dengan jelas satu demi satu. Akan tetapi, ada mahasiswa lain yang menilai bahwa dosen itu kurang baik karena membuat mahasiswa tidak kreatif, dalam mengajar seperti menhadapi siswa SLTA, dan tidak banyak materi kuliah yang dapat disampaikan dalam jam yang sama. Seorang penumpang mengatakan bahwa perjalanan memakai kereta api lebih baik karena lebih aman dan tenang, sedangkan penumpang lain mengatakan bahwa kereta api kurang baik karena pemandangan yang dilihat selama perjalanan kurang menarik dan membosankan. Dalam 7
negara –negara yang sedang berkembang biasanya permintaan barang banyak sekali, sedangkan permintaan jasa sangat sedikit. Semakin maju dan semakin makmur suatu negara, permintaan jasa semakin banyak. Banyaknya permintaan jasa ini disebabkan karena kebutuhan hidup pokok sudah terpenuhi, masyarakat mulai memikirkan kebutuhan nonfisik, yaitu jasa, misalnya telepon hiburan, kursus, rekreasi, dan jasa dokter. Contoh fasilitas kesehatan ketika pendapatan per kapita masih sangat rendah. Apabila seseorang memiliki anak kecil menderita pusing, muntah-muntah, dan suhu badannya panas tidak segera ke dokter. Akan tetapi, sekarang perekonomian kita cukup maju, pendapatan per kapita jauh lebih tinggi daripada dahulu. Apabila anak seseorang menderita sakit akan dibawa ke dokter, takut kalau itu gejala penyakit yang membahayakan.
C. PROSES PRODUKSI Seperti telah diuraikan di depan, proses produksi atau proses operasi adalah proses perubahan masukan menjadi keluaran. Macam barang atau jasa yang dikerjakan banyak sekali sehingga macam proses yang ada juga banyak. Ada yang membagi menjadi dua macam, ada yang membagi menjadi lima macam. Pada umumnya membaginya menjadi dua macam yang sifatnya ekstrim, yaitu proses produksi continous atau terus-menerus dan proses produksi intermittent atau terputus-putus. 1. Proses Produksi Terus-menerus (Continous) Yang dimaksud dengan proses produksi terus-menerus atau continous adalah proses produksi yang tidak pernah berganti macam barang yang dikerjakan. Mulai pabrik berdiri selalu mengerjakan barang yang sama sehingga prosesnya tidak pernah terputus dengan mengerjakan barang lain. Setup atau persiapan fasilitas produksi dilakukan sekali pada saat pabrik mulai bekerja. Sesudah itu, proses produksi berjalan secara rutin. Biasanya urutan proses produksinya selalu sama sehingga letak mesin-mesin serta fasilitas produksi yang lain disesuaikan dengan urutan proses produksinya agar produksi berjalan lancar dan efisien. Proses produksi continous biasanya juga disebut sebagai proses produksi yang berfokuskan pada produk atau product focus. Karena biasanya setiap produk disediakan fasilitas produksi tersendiri yang meletakkannya disesuaikan dengan urutan proses pembuatan produk itu.
8
Proses produksi yang termasuk product focus biasanya digunakan untuk membuat barang yang macammya relatif sama dan jumlah yang dihasilkan banyak sekali. Hasil produksi dapat distandardisasikan, dan dalam jangka panjang tidak pernah berubah macammya. Arus barang dalam proses produksi menyerupai garis sehingga sering dikatakan sebagai line flow. Misalnya, pabrik gula pasir, pabrik permintaan benang, dan proses memilih suara di TPS dalam pemilu. 2. Proses Produksi Terputus-putus Proses produksi terputus-putus atau intermittent digunakan untuk pabrik yang mengerjakan barang bermacam-macam, dengan jumlah setiap macam hanya sedikit. Macam barang selalu berganti-ganti sehingga selalu dilakukan persiapan produksi dan penyetelan mesin kembali setiap macam barang yang dibuat berganti. Dikatakan proses produksi terputusputus karena perubahan proses produksi setiap saat terputus apabila terjadi perubahan macam barang yang dikerjakan. Oleh karena itu, tidak mungkin mengurutkan letak mesin sesuai dengan urutan proses pembuatan barang. Biasanya yang dibutuhkan untuk mengerjakannya. Proses produksi terputus-putus biasanya disebut juga sebagai proses produksi yang berfokuskan pada proses atau procees focus. Dalam process focus perhatian banyak dicurahkan pada proses pembuatan barang yang bermacam-macam karena macam produknya berganti-ganti. Arus barang pada proses produksi ini bersifat beraneka ragam atau jumbled flow karena setiap macam barang memiliki urutan proses yang berbeda-beda. Misalnya, bengkel mobil dan rumah sakit yang relatif besar.
3. Proses Intermediate Dalam kenyataanyan kedua macam proses produksi di atas tidak sepenuhnya berlaku. Biasanya merupakan campuran dari keduanya. Hal ini disebabkan macam barang yang dikerjakan memang berbeda, tetapi macamnya tidak terlalu banyak dan jumlah barang setiap macam agak banyak. Produk dapat dikelompokkan dalam beberapa kelompok yang prosesnya hampir sama. Proses produksi yang digunakan memiliki unsur continous dan ada pula unsur intermittentnya. Biasanya meskipun proses pembuatan barang berbeda-beda, namun kelompok produk yang sama, garis besar urutan pekerjaanya juga hampir sama. Misalnya, percetakan membuat berbagai macam buku, kartu nama, undangan, dan brosur. Akan tetapi, untuk kelompok buku meskipun isinya lain sama sekali, cara pembuatannya hampir sama. Contoh 9
lain pabrik barang-barang kulit membuat berbagai macam tas, ikat pinggang, dan sepatu. Untuk kelompok sepatu terdiri atas berbagai macam sepatu, sandal, sepatu sandal baik untuk pria dan wanita. Meskipun cara pembuatannya agak lain, tetapi untuk kelompok sepatu garis besar prosesnya hampir sama. Proses semacam ini biasanya disebut sebagai proses intermediate arus barang biasanya campuran, tetapi untuk beberapa kelompok barang sebagian arusnya sama. Untuk jelasnya pembagian proses produksi ini dapat dilihat pada Gambar 1.2. proses produksi yang dapat dilakukan biasanya ditunjukkan pada lingkaran-lingkaran di tengah. Penyimpangan hanya terjadi pada daerah yang diarsir. Di dua segi tiga yang terletak di sudut, tidak mungkin dicapai. Kemajuan teknologi yang sekarang ada memungkinkan pengerjaan barang yang bermacam-macam dengan menggunakan line flow. Misalnya, penggunaan robot dapat membuat bermacam-macam mobil dengan proses line flow, sebab robot dapat deprogram (dilatih) sesuai dengan kebutuhan. Produk Arus/ Proses
Macamnya banyak, jumlah setiap macam sedikit
Macamnya agak banyak, jumlah setiap macam agak banyak
Macamnya sedikit, jumlah setiap macam banyak
Jumbled flow/ P.P. Continous
Intermediate flow/ Campuran
Line flow/ P.P. Intermettent
Gambar 1.2. Hubungan Antara Macam dan Jumlah Barang dengan Macam Proses D. Produktivitas Ukuran utama yang digunakan untuk mengukur kinerja dari manjemen operasi adalah produktivitas. Produktivitas merupakan ukuran bagaimana baiknya suatu sumber daya diatur dan dimanfaatkan untuk mencapai hasil yang diinginkan. Secara umum produktivitas dapat
10
dinyatakan sebagai rasio antara keluaran terhadap masukan, atau rasio hasil yang diperoleh terhadap sumber daya yang dipakai. Produktivitas = keluaran/masukan atau Produktivitas = hasil yang diperoleh / sumber daya yang digunakan Dalam mengukur produktivitas dapat dilakukan dengan dengan caca yaitu produktivitas total (total factor productivity) dan produktivitas parsial (partial produvtivity) Produktivitas total digunakan untuk mengukur perubahan efisiensi dari kegiatan operasi. Untuk mengukur perubahan produktivitas total dalam suatu periode waktu, semua factor yang berkaitan dengan kuatitas keluaran dan masukan yang digunakan selama periode tersebut diperhitungkan. Faktor-faktor tersebut seperti manusia, mesin, modal, material, dan energi.
Produktivitas total =
keluaran (tenaga me sin material , dsb)
Contoh: Pada tahun 2003 dan 2004, PT. Benang Hijau menghasilkan produksi masing-masing sebesar 56.000 kg dan 70.000 kg benang. Sumber daya yang digunakan perusahaan dalam dua tahun tersebut adalah sebagai berikut: Masukan
Harga/biaya
2003
2004
Kapas
Rp 1.000/kg
80.000
100.000
Tenaga kerja (jam – orang)
Rp 6.000/jam
10.000
12.000
Listrik (kVA)
Rp 5.000/ kVA
16.000
18.000
Produktivitas total dihitung berdasarkan harga konstan tahun 2003. Tahun 2003 =
56.000 254,55 / juta rupiah 80(1) 10(6) 16(5)
Tahun 2004 =
70 267,18 / juta rupiah 100(1) 12(6) 18(5)
Selama periode 2003 – 2004 terjadi kenaikan produktivitas 4,96%, yaitu dari 245,55 menjadi 267,18 kg / juta rupiah 11
Produktivitas parsial digunakan untuk mengukur perubahan salah satu komponen tertentu dari kegiatan operasi., misalnya tenaga kerja) :
Produktivitas parsial =
keluaran tenaga ker ja
atau Produktivitas parsial =
keluaran jam ker ja orang
Contoh: Bagian produksi dari PT. Biru Langit, suatu perusahaan pembuat pesawat telepon, rata-rata berhasil merakit 1.600 set pesawat telepon per hari pada tahun 2004. Apabila jumlah tenaga kerja pada bagian tersebut sebanyak 120 0rang, maka 1800 unit perhari Produktivitas tenaga kerja = 15 unit / hari / orang 120 orang Disamping kedua cara tersebut di atas juga sering digunakan cara indeks dalam mengukur produktivitas. Rumus indek produktivitas adalah sebagai berikut Pr oduktivitas periode tertentu Indeks Pr oduktivitas x100 produktivitas periode dasar
Dengan menggunakan indek produktivitas, perbandingan dapat dilakukan bukan dalam ukuran absolute tetapi dalam ukuran relative, yang bagi kebanyakan orang akan lebih memudahkan untuk mengetahui besar kecilnya perbedaan/perubahan. Berikut adalah contoh perhitungan produktivitas dan indeks produktivitas dari perusahaan XYZ sebagai tahun dasar digunakan tahun 2000 Contoh perhitungan produktivitas dan Indeks Produktivitas Tahun Rata-rata Produksi Tenaga Kerja Produktivitas (unit/hari) (orang) (unit/orang/hari) 1 2 3 4 2002 320 80 4 2003 350 85 4,12 2004 357 91 3,92 2005 365 95 3,84 2006 380 100 3,80
Indeks Produktivitas 5 100 103 98 96 95
Dari rata-rata produksi yang dihasilkan (kolom 2), terlihat adanya pertumbuhan produksi yang selalu positif dari tahun ke tahun. Apabila penilaian kinerja perusahaan dilihat dari rata-rata hasil produksi, maka penilaian itu dapat menyesatkan karena yang diperhatikan keluaran saja tanpa memperhitungkan masukannya. Dengan menggunakan perhitungan produktivitas, penilaian tadi menjadi lebih objektif.
12
Produktivitas dapat diukur dalam berbagai bentuk . Tabel berikut menujukkan contoh ukuran produktivitas dalam berbagai bentuk organisasi. Contoh ukuran Produktivitas Organisasi Ukuran Produktivitas Industri Unit produksi/karyawan Konstruksi Proyek/teknisi, pendapatan/biaya konstruksi Bisnis Penjualan/karyawan, pangsapasar/karyawan Pendidikan Mahasiswa/fakultas, uang kuliah/biaya administrasi Kesehatan Pasien/dokter, pasien/tempat tidur Angkutan udara Penerbangan/pesawat, passenger-miles/pilot Hotel Tingkat hunian/kasir, jumlah rekening/biaya administrasi Bank Nasabah/kasir, jumlah rekening/biaya administrasi Sumber: Heryanto 2003:15 E. TUGAS MANAJEMEN PRODUKSI/OPERASI Setiap lembaga tentu saja dalam melaksanakan kegiatannya selalu diusahakan secara efisien. Apabila perusahaan yang mencari laba biasanya selalu memaksimumkan labanya. Oleh karena itu, setiap pemecahan masalah produksi atau operasi yang ada harus mendukung usaha ini. Dalam menjalankan operasinya suatu lembaga harus menganut prinsip ekonomis, yaitu dengan pengorbanan tertentu diusahakan untuk mencapai hasil yang sebesar-besarnya atau untuk mencapai hasil tertentu diusahakan dengan pengorbanan yang sekecil-kecilnya. Berhubungan pasar bersifat buyer market yang berarti pasar dikuasai oleh konsumen, maka prinsip ekonomi kedualah yang lebih banyak digunakan. Bagaimana menghasilkan barang atau jasa tertentu, dengan kualitas tertentu, dengan pengorbanan atau biaya yang sekecil mungkin. Tujuannya agar produk dapat dijual dengan harga murah sehingga memperkuat posisi persaingan perusahaan di pasar. Untuk lembaga-lembaga tertentu, kadang-kadang prinsip ekonomi kedua lebih sering digunakan, misalnya BKKBN diberi dana yang sudah tertentu jumlahnya agar dapat memperoleh akseptor KB sebanyak mungkin. Cara mengusahakan efisiensi kerja dilakukan dengan menggunakan bantuan ilmu pengetahuan yang lain, misalnya matematika, statistika riset operasional, dan akuntansi. Hasilnya dituangkan dalam berbagai macam keputusan untuk memecahkan masalah. Ada 3 macam masalah yang dihadapi oleh suatu lembaga, yaitu masalah positioning atau masalah penentuan posisi lembaga, masalah design, dan masalah operasional.
13
1. Penentuan Posisi Lembaga Penentuan posisi lembaga dalam masyarakat bertujuan agar keberadaan suatu lembaga serta aktivitas yang dilakukannya tidak asal jalan saja. Keberadaanya tepat mengenai sasaran atau sesuai dengan kebutuhan masyarakat serta dapat berjalan secara ekonomis. Untuk menyelesaikan masalah ini, dilakukan pengambilan keputusan pada bidang penentuan posisi atau sering disebut dengan positioning decision. Keputusan ini antara lain pemilihan strategi berproduksi, menentukan produk (barang atau jasa) apa yang akan dihasilkan, dan menentukan kualitas termasuk keunggulan yang dimiliki oleh kegiatan lembaga itu. Misalnya, jika harus ditentukan apakah itu rumah sakit umum, khusus untuk mata, khusus untuk jantung , atau kekhususan yang lain. Selain itu, apakah akan mengutamakan pada kebersihanya dan kedisiplinan, meskipun tarifnya mahal, dan akan mengutamakan fungsi sosialnya, atau memiliki misi keagamaan. Contoh lain suatu rumah makan apakah akan memiliki daya tarik suatu masakan khas saja, atau justru kelengkapan macam makanan itu yang akan menjadi daya tarik utama, apakah suasana lesehan atau suasana self service yang membedakannya dari rumah makan lain. 2. Masalah Desain Masalah kedua adalah masalah desain, yaitu perancangan fasilitas-fasilitas produksi atau operasi yang akan digunakan. Pengatasan masalah ini dilakukan dengan pengambilan keputusan di bidang rangcang bangun atau design decision. Contoh dari keputusan ini adalah perencanaan letak pabrik, macam proses operasi dan teknologi yang akan digunakan, perencanaan kapasitas mesin yang akan dipasang, perencanaan bangunan, perencanaan tata ruang (layout), dan perencanaan lingkungan kerja.
3. Masalah Operasional Masalah ketiga adalah masalah operasional, yang timbul pada saat proses produksi sudah berjalan. Untuk mengatasi masalah ini, dilakukan dengan mengambil keputusan di bidang operasional atau sering disebut operating decision. Contoh dari masalah ini adalah menentukan berapa banyaknya barang yang dihasilkan pada tahun ini, berapa banyaknya persediaan barang baku, barang setengah jadi, bagaimana penjadwalan kerja para karyawan, pengawasan kualitas, pembagian pekerjaan harian, dan pengawasan biaya produksi.
14
Dalam manajemen operasi, proses pengambilan keputusan dapat dijelaskan pada Gambar 1.3. Sketsa Proses Pengambilan Keputusan
Perumusan Masalah
Pengumpulan Data
Analisis
Penemuan Alternatif pemecahan
Pemilihan Alternatif
Implementasi
Tidak Cocok
Cocok Dilaksanakan
Berdasarkan masalah yang ada, dikumpulkan data yang sesuai dengan masalah yang dihadapi. Data yang terkumpul dianalisis, baik secara kuantitatif maupun kualitatif. Analisis menggunakan bantuan berbagai metode analisis yang terdapat pada bidang-bidang pengetahuan lain, seperti matematika, statistika, akuntansi, riset operasional, dan lain-lain. Hasil analisis data berupa beberapa alternatif pemecahan masalah dan harus dipilih salah satu yang dipandang paling sesuai. Alternatif yang dipilih dicoba diterapkan. Apabila sesuai, maka terus dilaksanakan. Akan tetapi, jika belum sesuai diulang lagi dari tahap sebelumnya. Kekurangan dalam tahap pengambilan keputusan terjadi karena pemilihan alternatif yang kurang tepat , ada alternatif pemecahan lain yang belum dicantumkan, analisisnya yang kurang cermat, atau datanya tidak sesuai atau menyesatkan.
15
16