BAB I PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang Seseorang yang telah menyatakan dirinya sebagai muslim harus mematuhi aturan atau norma-norma yang ditetapkan oleh agama Islam. Aturan atau norma tersebut mencakup beberapa dimensi diantaranya hubungan antara manusia dan Tuhan, hubungan manusia dengan sesama manusia dan hubungan manusia dengan dirinya sendiri. Jika petintah tersebut dipatuhi maka akan mendapatkan kebahagiaan dunia dan akhirat. 1
Wanita yang telah ‘aqil baligh wajib menutupi auratnya. Namun dewasa ini banyak wanita muslimah yang belum memenuhi kewajibannya. Mayoritas muslimah mengenakan jilbab hanya dalam acara tertentu seperti: hajatan, sekolah, dan bekerja. Jilbab hanya dianggap sebagai tren atau mode. Para muslimah khususnya di Indonesia mengenakan jilbab namun bajunya ketat dan transparan sehingga dapat menimbulkan syahwat. Islam telah mengatur cara berpakaian Islami bagi kaum muslimah, yaitu berpakaian dengan menggunakan pakaian yang sopan dan tertutup auratnya dengan jilbab. Allah berfirman dalam surat al-Ah}za>b ayat 59:
Ž ƒ ‰ š — ƒ ‰š ‘ Š ‘ š ƒ Œ Ÿ ƒ Š ’ Œ
Hai Nabi, Katakanlah kepada isteri-isterimu, anak-anak perempuanmu dan isteri-isteri orang mukmin: "Hendaklah mereka memakai jilbabnya atas dirinya". Yang demikian 1
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
itu supaya mereka lebih mudah untuk dikenal, maka mereka tidak di ganggu. Dan Allah adalah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.
Pada kehidupan muamalah sehari-hari, aspek perbedaan yang paling menonjol dari sejumlah budaya dan tradisi masyarakat yang bersifat simbolis, antara lain adalah busana. Syariat Islam mewajibkan kaum muslimin memakai busana yang menutup aurat dan sopan, baik laki-laki maupun perempuan. Aurat laki-laki cukup sederhana, berdasarkan ijma ulama, auratnya sebatas antara lutut dan di atas pusat (bayn al-surrah wa al-ruqbatayn). Sedang aurat wanita adalah segenap tubuhnya kecuali muka, telapak tangan dan telapak kakinya. Bahkan ada pendapat yang mengatakan bahwa seluruh tubuh wanita tanpa kecuali adalah aurat. Fenomena jilbab ini sudah menjamur ke seluruh lapisan masyarakat, dari yang mulai jilbab yang trendy / mengikuti mode (ada yang mengatakannya mode Hijabers), model yang sederhana, hingga mereka yang menggunakan cadar. Ada sebagian kalangan yang berpendapat, bahwa jilbab yang syar’i adalah jilbab yang menutup seluruh aurat kecuali muka dan tangan saja. Ada yang mengatakan bahwa yang syar’i adalah seluruh anggota tubuh, kecuali sepasang mata. Ada yang mengatakan bahwa jilbab itu sendiri adalah cukup menutupi aurat seperti kepala dan seluruh tubuh (kecuali muka dan tangan), namun masih boleh tidak mengapa memakainya dengan mengikuti mode seperti digunakan dengan ketat, memperlihatkan bentuk tubuh, dan lain sebagainya. Namun diluar perbedaan pendapat itu semua, ada hal yang memang seluruh ulama sepakat tentang pakaian yang sesuai syari’ah untuk kaum wanita. Sebagian ulama ada yang mengatakan bahwa jilbab sama dengan rida>’ (sejenis selendang/penutup kepala). Pendapat ini didasarkan pada riwayat dari Ibnu Abbas dan Ibnu Mas’ud. Namun, ada pula sebagian ulama yang lain mengatakan bahwa jilbab sama dengan Qina>’ (cadar/ tutup kepala wanita) Maksudnya adalah 2
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
pakaian yang menutupi seluruh anggota tubuh. Berdasarkan beberapa pendapat ulama tentang definisi jilbab di atas, al-Shabuni mengambil kesimpulan bahwa yang dimaksud dengan jilbab adalah setiap pakaian yang menutupi seluruh anggota badan perempuan yang menyerupai mala‘ah (semacam baju kurung wanita). Permasalahan yang kemudian muncul adalah tentang tata cara pemakaian jilbab. Ibnu Jarir al-Thabari, sebagaimana dikutip al-Shabuni, berpendapat bahwa seorang wanita selain diharuskan menutup rambut dan kepalanya, ia juga harus menutup wajahnya dan hanya boleh menampakkan mata sebelah kiri saja. Sedangkan Abu Hayyan meriwayatkan dari Ibnu Abbas dan Qatadah, bahwa seorang wanita harus mengulurkan jilbabnya sampai di atas dahi kemudian mengaitkannya ke hidung. Wanita boleh menampakkan kedua matanya, namun harus menutupi dada dan sebagian besar wajahnya. Setelah menampilkan beberapa pandangan ulama, Ali al-Shabuni pun senada dengan ulama yang menyatakan bahwa kewajiban wanita tidak hanya sekedar menutup rambut dan kepala saja, namun wajah pun harus juga ditutup. Pendapatnya berdasarkan pada surat an-Nur:31 yang mengharuskan seorang wanita untuk tidak menampakkan perhiasannya. Sedangkan asal dari segala bentuk perhiasan adalah wajah, maka menutupinya adalah sebuah keharusan. Di antara hadits yang dijadikan dasar yang mewajibkan menutup wajah adalah sebuah riwayat dari Jarir bin Abdullah yang ketika itu menanyakan tentang hukum memandang seorang wanita, maka Rasul pun menjawab “Palingkanlah pandanganmu!” dan sebuah riwayat dari Ibnu Abbas, bahwa suatu hari Fadhil bin Abbas mengikuti Rasulullah di belakang. Fadhil adalah seorang yang memiliki wajah dan rambut yang indah. Kemudian datanglah seorang wanita dari suku Khats‘am yang meminta fatwa kepada Rasul. Saat itu antara fadhil dan wanita tersebut saling pandang memandang. Maka Rasul pun mengalihkan pandangan Fadhil. 3
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
Sementara itu, mayoritas ulama dari kalangan Malikiyah dan Hanafiyah menyatakan bahwa pemakaian jilbab tidak harus menutupi wajah. Pendapat ini berdasarkan pada sebuah hadits yang diriwayatkan oleh sayyidah A’isyah bahwa suatu hari Asma’ binti Abu Bakar menemui Rasulullah SAW. Ia mengenakan baju tipis, maka Rasul pun memalingkan pandangannya dan berkata “Hai Asma’! Seorang wanita yang telah baligh tidak boleh menampakkan seluruh tubuhnya kecuali ini dan ini”, beliau memberi isyarat pada wajah dan kedua telapak tangannya. al-Qurthubi dalam al-Jami>’
al-Ahka>m al-Qur’a>n menambahkan
argumentasi logis bahwa pengecualian wajah dan telapak tangan dalam hal ini adalah pendapat yang layak untuk dipegangi. Sebab, dalam ibadah seperti halnya sholat maupun ihram, seorang perempuan diharuskan untuk menampakkan wajah dan kedua telapaknya. Andaikan keduanya termasuk aurat maka seharusnya dalam ibadah shalat perempuan pun diharuskan menutup keduanya. Sebab hukum menutup aurat dalam shalat adalah wajib. Senada dengan al-Qurthubiy, Wahbah Zuhaili dalam karya monumentalnya “Fiqh Islam waadillatuhu”, menyatakan bahwa aurat perempuan adalah seluruh anggota tubuh kecuali wajah dan telapak tangan. Namun, juga menambahkan keterangan bahwa jika seseorang memandang wajah perempuan disertai dengan syahwat maka hukumnya haram. Hal ini didasarkan pada konsep Sadd adz-Dzari’ah. Menurut pandangan orang tentang busana muslimah (jilbab) terbagi menjadi dua kelompok. Kelompok pertama yaitu kelompok muslimah yang senantiasa mengikuti perkembangan mode tanpa memperdulikan ketentuan-ketentuan syari’at dalam menutup aurat. Kelompok kedua kebalikan dari yang pertama, mereka menggunakan busana muslimah secara kaku tanpa memperdulikan bahkan menafikan, pentingnya mode busana, karena selama ini istilah mode mengandung konotasi 4
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
jahiliyah. Wanita muslimah yang memakai jilbab hanya sekedar mengikuti mode, ada enam alasan yang melatarbelakanginya diantaranya: Pertama, berjilbab untuk menutupi sebagian cacat tubuh yang dideritanya. Kedua, berjilbab untuk mendapatkan jodoh, karena sebagian besar pemuda yang taat beragama atau tidak selalu mengutamakan wanita yang berjilbab. Ketiga, berjilbab untuk mengelabuhi orang lain bahwa dirinya orang baik. Padahal sebenarnya sering melanggar syari’at Allah. Jilbab digunakan sebagai alat agar keluarganya percaya terhadap keshalihahannya, akhirnya bebas ke luar rumah kapan dan dimanapun. Keempat, berjilbab untuk mengikuti mode, hal ini lazim disebut hijab ala Perancis.
Mode
itu
biasanya
menampakkan
sebagian
jalinan
rambutnya,
memperlihatkan bagian atas dadanya, memakai rok hingga pertengahan betis, dan memperlihatkan lekuk tubuhnya. Terkadang memakai kain yang tipis sekali sehingga tampak jelas warna kulitnya, kadang-kadang juga memakai celana panjang. Kelima, berjilbab karena paksaan dari kedua orang tua yang mendidiknya secara keras di bidang agama, atau karena melihat keluarganya semua berjilbab, sehingga terpaksa menggunakannya, padahal dalam hatinya tidak nyaman. Keenam, mengenakan jilbab karena mengikuti aturan-aturan syari’at dan percaya bahwa jilbab adalah wajib sehingga takut melepasnya serta mengharapkan ridha Allah tidak karena manusia. Dari uraian di atas tampak jelas kalau jilbab yang dikenal oleh masyarakat Indonesia dengan arti atau bentuk yang sudah berubah dari arti asli jilbab itu sendiri, dan perubahan yang demikian ini adalah bisa dipengaruhi oleh berbagai faktor, salah satunya adalah sebab perjalanan waktu dari masa Nabi Muhammad SAW sampai sekarang atau disebabkan jarak antar tempat dan komunitas masyarakat yang berbeda yang tentu mempunyai peradaban atau kebudayaan berpakaian yang berbeda. Oleh 5
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
sebab itu,dalam skripsi ini akan dikaji tentang penafsiran surat al-Ah}za>b ayat 59 dan an-Nu>r ayat 31 tentang problematika penafsiran jilbab. B.
Identifikasi Masalah dan Batasan Masalah Pada penafsiran surat al-Ah}za>b ayat 59 dan surat an-Nu>r ayat 31 terdapat beberapa masalah diantaranya: 1. Tata cara berjilbab 2. Batas aurat wanita 3. Waktu mengenakan jilbab 4. Perbedaaan penafsiran jilbab 5. Larangan menampakkan perhiasan Untuk menentukan suatu masalah dan menghindari luasnya pembahasan yang terlalu jauh keluar dari garis yang telah ditentukan, maka perlu ada pembatasan masalah. Adapun pembatasan masalah dalam skripsi ini hanya terkait pada penjelasan mengenai problematika penafsiran jilbab dalam surat al-Ah}za>b ayat 59 dan surat anNu>r ayat 31 menurut para mufasir. Adapun pembatasan masalah dalam skripsi ini hanya terkait pada penjelasan penafsiran tentang jilbab yang tertuang dalam surat alAh}za>b ayat 59 dan surat an-Nu>r ayat 31. Dikarenakan masalah-masalah yang lain telah dibahas dalam skripsi atau penelitian terdahulu.
C.
Rumusan Masalah Bertitik tolak dari uraian latar belakang di atas, maka akan ditarik suatu rumusan pokok masalah agar pembahasan dalam skripsi ini lebih terarah dan sistematis. Pokok masalahnya adalah sebagai berikut : 1. Bagaimana penafsiran para Mufasir terhadap surat al-Ah}zab ayat 59 dan surat an-
6
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
Nu>r ayat 31 dilihat dari teori Bahasa, Ulumul Qur’an dan Hadis? 2. Bagaimana makna jilbab dan batas aurat wanita menurut surat al-Ah}zab ayat 59 dan surat an-Nu>r ayat 31? D.
Tujuan Penelitian Suatu penelitian atau kajian tentu mempunyai tujuan yang mendasari tulisan ini, yaitu sebagai berikut : 1. Untuk mengetahui penafsiran para Mufasir terhadap surat al-Ah}zab ayat 59 dan surat an-Nu>r ayat 31 dilihat dari teori Bahasa, Ulumul Qur’an dan Hadis. 2. Untuk mengkaji makna jilbab dan batas aurat wanita menurut surat al-Ah}zab ayat 59 dan surat an-Nu>r ayat 31.
D.
Kegunaan Penelitian Penelitian ini diharapkan mampu memberikan sumbangan keilmuan dalam bidang tafsir. Agar hasil penelitian ini jelas dan berguna untuk perkembangan ilmu pengetahuan, maka perlu dikemukakan kegunaan dari penelitian ini, yakni: 1. Kegunaan Teoritis Dengan adanya kajian ini, dapat menambah wawasan keilmuan khususnya dalam bidang tafsir. Penelitian ini juga diharapkan dapat dijadikan sebagai literatur dan dorongan untuk mengkaji masalah tersebut lebih lanjut. 2. Kegunaan Praktis
7
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
Implementasi penelitian ini diharapkan dapat memberi kontribusi yang memberi solusi terhadap problematika masyarakat yang terkait tentang masalah mode jilbab yang berkembang pada zaman sekarang. E.
Telaah Pustaka Beberapa kajian jilbab muslimah memang telah banyak dilakukan oleh para penulis, namun kajian yang secara khusus membahas penafsiran jilbab dalam surat alAh}za>b ayat 59 menurut para mufasir, sepanjang pengamatan penyusun belum pernah dilakukan. Akan tetapi studi-studi yang mengkaji tentang jilbab telah banyak ditulis, diantaranya adalah: 1. Jilbab dalam al-Qur’an karya Indah Wahyuni skripsi Fakultas Ushuludin Jurusan Tafsir Hadis Tahun 2002. Skripsi ini membahas ayat-ayat tentang jilbab dalam Qs an-Nu>r ayat 31, Qs an-Nu>r ayat 60 dan Qs al-Ah}za>b ayat 59. Menjelaskan jilbab menurut al-Qur’an dan pendapat para ulama. 2. Jilbab Menurut Perspektif al-Qur’an karya R.A. Faizah Skripsi Fakultas Ushuludin Jurusan Tafsir Hadis Tahun 2002. Skripsi ini membahas pengertian jilbab, penggunaan jilbab yang benar serta pandangan para mufasir tentang jilbab dalam Qs. al-Ah}za>b ayat 59, Qs. an-Nu>r ayat 31dan Qs. al-A’ra>f ayat 26. 3. Peragaan Busana Muslimah Menurut Hukum Islam. Skripsi ini membahas seputar pengertian jilbab, kerudung dan cadar serta permasalahan aurat dalam Islam. Skripsi ini juga membahas tentang perbedaan pendapat dalam mengulas potongan surat anNur: 31 yang berbunyi Illa Ma Zahara Minha. 4. Jilbab dalam Pandangan Abu A’la al-Maududi dan Muhammad Sa’id al-Asymawi
8
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
karya Suardi. Membahas tentang perbandingan kedua tokoh dalam norma dan historis jilbab. 5. Analisi kitab Hadyu al-Islam Fatawa Mu’asirah karya Zulfikar Indra Thesis Program Pasca Sarjana IAIN Sunan Kalijaga Yogyakarta. Membahas tentang eksplorasi istinbat hukum yang digunakan Yusuf al-Qardhowi dalam menentukan pakaian (jilbab) wanita muslimah. Mencermati karya-karya di atas, tidak ditemukan suatu bentuk kajian yang secara khusus membahas penafsiran surat al-Ah}za>b ayat 59 dan an-Nu>r ayat 31 dilihat dari teori bahasa, ulumul Qur’an dan teori fungsi hadis. F.
Metode Penelitian Metode penelitian dalam pembahasan skripsi ini meliputi berbagai hal sebagai berikut :
1. Model Penelitian Penelitian ini bersifat kualitatif yang dimaksudkan untuk memperoleh data mengenai kerangka ideologis, epistimologis, dan asumsi-asumsi metodologis pendekatan terhadap kajian tafsir dengan cara menelusuri literatur yang terkait secara langsung. Dalam penelitian kualitatif karena masalah yang dibawa oleh peneliti masih belum jelas, maka teori yang digunakan dalam penyusunan proposal masih bersifat sementara dan akan berkembang setelah peneliti memasuki lapangan atau konteks sosial. Dalam kaitannya dengan teori, kalau dalam penelitian kuantitatif bersifat 9
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
menguji hipotesis atau teori, sedangkan dalam penelitian kualitatif bersifat menemukan teori. 2. Jenis Penelitian Jenis penelitian ini adalah library research (penelitian kepustakaan), yaitu penelitian yang memanfaatkan sumber perpustakaan untuk memperoleh data penelitian. Penelitian ini dilakukan dengan cara mencari dan meneliti ayat yang dimaksud, kemudian mengelolanya dengan ilmu tafsir. 3. Sifat Penelitian Sifat penelitian yang digunakan dalam penyusunan skripsi ini adalah DeskriptifAnalitik yakni menggambarkan dan menganalisis penafsiran jilbab terhadap surat alAh}zab ayat 59 dan surat an-Nu>r ayat 31 menurut beberapa mufasir.
4. Teknik Pengumpulan Data Mengenai pengumpulan data, penelitian ini menggunakan metode atau teknik library research, yaitu mengumpulkan data-data melalui bacaan dan literatur-literatur yang ada kaitannya dengan pembahasan penulis. Sebagai sumber pokoknya adalah AlQur’an dan penafisirannya, serta sebagai penunjangnya yaitu buku-buku ke Islaman yang membahas secara khusus tentang umat dan buku-buku yang membahas secara umum dan implisitnya mengenai masalah yang dibahas. 5. Pendekatan Penelitian
10
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
Pendekatan yang digunakan dalam penyusunan skripsi ini adalah pendekatan teks (normatif), yaitu mendekati masalah yang sedang diteliti dengan mengkhususkan ayat-ayat al-Qur’an yang berhubungan dengan jilbab wanita muslimah sehingga dapat diketahui. Pendekatan lainnya adalah pendekatan sosio-historis yaitu analisis data dari latar belakang kondisi sosial yang dapat mempengaruhi pandangan para mufasir. 6. Pengolahan Data Dalam pengolahan data yang telah dikumpulkan, penulisan ini menggunakan beberapa langkah, yakni: a. Editing, yaitu memeriksa kembali data-data yang diperoleh dari segi kelengkapan, kejelasan, kesesuaian, relevansi, dan keragamannya. b. Pengorganisasian data, yaitu menyusun dan mensistematikan data-data yang diperoleh dalam kerangka paparan yang sudah direncanakan sebelumnya sesuai dengan rumusan masalah. 7. Teknik Analisis Data Semua data yang terkumpul, baik primer maupun sekunder diklasifikasi dan dianalisis sesuai dengan sub bahasan masing-masing. Selanjutnya dilakukan telaah mendalam atas karya-karya yang memuat objek penelitian dengan menggunakan analisis isi menggunakan teori penafsiran al-Qur’an, yaitu suatu teknik sistematik untuk menganalisis isi pesan dan mengelolahnya dengan tujuan menangkap pesan yang tersirat dari satu atau beberapa pernyataan. Selain itu, analisis isi dapat juga berarti mengkaji bahan dengan tujuan spesifik yang ada dalam benak peneliti. 8. Sumber Data 11
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
Dalam penyusunan penelitian ini diperoleh data dari berbagai sumber yang dapat dibedakan menjadi dua macam : a. Data primer, yaitu sumber yang berfungsi sebagai sumber utama dan terpenting dalam penelitian, Penulis mengambil tafsir sesuai dengan urutan periode diantaranya: 1) Jami’ al-Baya>n fi> Ta’wi>l al-Qur’a>n karya Muhammad ibnu Jarir atThabari. 2) Tafsir al-Maraghi karya Ahmad Mustafa al-Maraghi 3) S}afwah al-Tafa>si>r karya Imam Ali Al-shabuni 4) al-Jami’ Li Ahkam al-Qur’an karya Abu Abdullah Muhammad bin Ahmad al-Anshari al-Qurtubi 5) Rawa’i al-Bayan fi Tafsir ayat al-Ahkam karya Ali as-Shabuni 6) Tafsir al-Mara>ghi karya Ahmad Mustafa al-Maraghi 7) Tafsir al-Misbah karya Quraisy Syihab. 8) Nahwa Ushu>l Jadidah karya Muhammad Syahrur b. Data sekunder, yaitu buku-buku yang tidak berkaitan secara langsung dengan objek material dan formal penelitian, tapi memiliki relevansinya. Sumber data yang dimaksud antara lain sebagai berikut: . 1.
al-Fiqh al-Islami wa Adillatuhu karya Wahbah az-Zuhaili
2.
Hak & Kewajiban Wanita Mulimah Menurut al-Qur’an dan as-Sunnah karya ‘Abdullah bin Jarullah bin Ibrahim al-Jarullah
3.
Kriteria Busana Muslimah karya Muhammad Nashiruddin al-Albani
4.
Jilbab, Pakaian Wanita Muslimah karya M. Quraish Shihab
12
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
G.
Sistematika Penulisan Untuk memahami urutan dan pola berpikir dari tulisan ini, maka skripsi ini disusun dalam lima bab. Setiap bab merefleksikan muatan isi yang satu sama lain saling melengkapi. Untuk itu, sistematika disusun sedemikian rupa sehingga dapat tergambar arah dan tujuan tulisan ini. Bab pertama, berisi pendahuluan yang merupakan garis besar dari keseluruhan pola berpikir yang dituangkan dalam konteks yang jelas serta padat. Atas dasar tersebut, deskripsi skripsi ini diawali dengan latar belakang masalah yang menjelaskan alasan pemilihan judul ini, serta bagaimana pokok permasalahannya. Dengan penggambaran secara sekilas, substansi tulisan ini sudah dapat ditangkap. Selanjutnya, untuk lebih memperjelas tulisan ini, tujuan penelitian dikemukakan yang mengacu pada rumusan masalah. Penjelasan ini akan mengungkap seberapa jauh signifikansi tulisan ini. Kemudian agar tidak terjadi pengulangan dan penjiplakan, maka dibentangkan pula berbagai hasil penelitian terdahulu yang dituangkan dalam tinjauan pustaka. Metode penulisan juga diungkapkan dengan tujuan agar sumber data, teknik pengumpulan
data
dan
analisis data dapat diketahui. Adapun
pengembangannya kemudian tampak dalam sistematika penulisan. Bab kedua Teori-teori
Penafsiran al-Qur’an terdiri dari teori bahasa
(Hermeneutika dan Semantika), teori ulumul Qur’an (Asba>b al-nuzu>l, Munāsabah dan Balaghah), dan teori fungsi hadis (bayan al-tafshil, bayan al-takhshish, bayan alta’yin, bayan al- tasyri’ dan bayan al-nasakh). Bab ketiga berisi penafsiran surat al-Ah}za>b ayat 59 yang menjadi sumber tafsir diantaranya Jami’ al-Baya>n fi> Ta’wi>l al-Qur’a>n, Tafsi>r al-Maraghi>, S}afwah al-Tafa>si>r, Al-Ja>mi’ al-Ahka>m al-Qur’a>n, dan Tafsi>r al-Misbah. 13
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
Kemudian penafsiran surat an-Nu>r ayat 31 meliputi Tafsi>r Ibnu Kasi>r, Tafsi>r alMisbah, Tafsi>r al-Maraghi>, dan Tafsi>r Fi Zhilalil Qur’an. Bab keempat berisi tentang analisis pemakaian jilbab menurut hukum Islam dan faktor peerbedaan penafsiran surat al-Ah}za>b ayat 59 dan surat an-Nu>r ayat 31. Bab kelima merupakan penutup yang berisi kesimpulan dan saran-saran yang layak dikemukakan.
14
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id