1
BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang penelitian Keberhasilan program kesehatan dan program pembangunan sosial ekonomi suatu negara pada umumnya dapat dilihat dari peningkatan usia harapan hidup penduduknya. Menurut Badan Pusat Statistik (BPS), angka harapan hidup penduduk Indonesia (laki-laki dan perempuan) diproyeksikan naik dari 67,8 tahun pada periode 2000-2005 menjadi 73,6 tahun pada periode 2020-2025 sebagai akibat dari adanya transisi demografi. Peningkatan usia harapan hidup penduduk menyebabkan jumlah penduduk lanjut usia terus meningkat dari tahun ke tahun. BPS memprediksikan persentase penduduk lanjut usia akan mencapai 9,77% dari total penduduk Indonesia pada tahun 2010 dan menjadi 11,34% pada tahun 2020. Sedangkan persentase penduduk lanjut usia di Jawa Tengah pada tahun 2010 adalah 7,5% dan diproyeksikan menjadi 11,3% pada tahun 2025 (BPS, 2010). Usia lanjut sangat berkaitan dengan berbagai perubahan akibat proses menua seperti perubahan anatomi/fisiologi, berbagai penyakit atau keadaan patologik sebagai akibat penuaan, serta pengaruh psikososial pada fungsi organ (Darmojo, 2009). Depresi merupakan gangguan psikiatri yang paling sering terjadi pada pasien lanjut usia. Depresi pada lanjut usia merupakan akibat dari interaksi faktor biologi,fisik, psikologis, dan sosial (Soejono et al., 2009). Stresor kronis dan berat bagi individu, dapat menimbulkan perubahan fungsional dan perubahan struktural pada berbagai area di otak. Perubahan fungsional berupa perubahan hormonal dan neurotransmisi yang meliputi
1
2
peningkatan aktivitas noradrenergik dan peningkatan kadar kortisol, yang jika berlangsung kronis akan mengakibatkan perubahan struktural, yang dapat berupa atrofi sel piramidal dan penurunan volume hipokampus. Di samping itu peningkatan aktivitas Hipofisis-Pititari-Adrenal Aksis (HPA) pada awalnya dapat mengakibatkan perubahan kadar Interleukin 6 (IL-6) yang mempunyai korelasi positif dengan neurotransmiter norepinephrin (noradrenergik) (Ganong, 1995). Sejauh ini, prevalensi depresi pada lansia di dunia berkisar 8-15% dan hasil meta analisis dari laporan negara-negara di dunia mendapatkan prevalensi rata-rata depresi pada lansia adalah 13,5% dengan perbandingan wanita-pria 14,1: 8,6. Adapun prevalensi depresi pada lansia yang menjalani perawatan di RS dan panti perawatan sebesar 30-45% (Budi-Darmojo dan Martono, 2010). Proses menua berkaitan dengan pengaturan yang kacau dari respon inflamasi, sehingga mengakibatkan penurunan fungsional. Ketika proses inflamasi berlangsung, IL-6 berpengaruh pada sintesis fase akut protein di hati, seperti CRP (C-Reactive Protein) dan menghambat sintesis albumin (Bruunsgaard et al., 2001). Penatalaksanaan depresi terdiri dari tiga macam yaitu intervensi psikososial, farmakoterapi dan terapi kombinasi (Baldwin dan Mayers, 2003). Di samping ketiga modalitas terapi depresi di atas, terdapat mind and body intervention yang banyak direkomendasikan dan dipakai untuk terapi alternatif. Akhir-akhir ini ada peningkatan penggunaan meditasi, yoga, dan latihan pernafasan sebagai terapi komplementer. Yoga dikerjakan oleh hampir 20% orang yang disurvei dan direkomendasikan untuk mengatasi masalah yang berhubungan
3
dengan nyeri dan kekakuan osteoartritis kronik, hipertensi, depresi dan ansietas. Survei terbaru pada populasi juga melaporkan tentang penggunaan meditasi, relaksasi dan latihan pernafasan untuk mengatasi ansietas, depresi dan nyeri kronik (Koithan, 2009). Latihan pasrah diri (LPD) merupakan salah satu metode dalam mind and body intervention. LPD adalah suatu metode yang memadukan antara relaksasi dan dzikir dengan fokus latihan pada pernafasan dan kata yang terkandung di dalam dzikir (relaxation and repetitive prayer) untuk membangkitkan respons relaksasi yang diharapkan mampu memperbaiki gejala stres ataupun gejala depresi (Dharma, 2006). Latihan pasrah diri pada lansia dengan simtom depresi diharapkan dapat menurunkan kadar mediator inflamasi sistemik seperti IL-6, endothelin-1, dan CRP. B. Pertanyaan Penelitian Apakah latihan pasrah diri dapat mempengaruhi kadar IL-6 pada lanjut usia dengan simtom depresi? C. Tujuan Penelitian Untuk mengetahui apakah mind and body intervention berupa LPD dapat mempengaruhi kadar IL-6 pada lanjut usia dengan simtom depresi. D. Manfaat Penelitian 1.
Bagi pasien, penelitian ini dapat memberikan harapan bahwa lanjut usia yang mengalami simtom depresi, kadar IL-6 diharapkan menurun dengan latihan pasrah diri.
4
2.
Bagi peneliti dapat mengetahui apakah latihan pasrah diri yang murah dan sederhana dapat menurunkan kadar IL-6 pada lanjut usia dengan simtom depresi.
3.
Bagi institusi memberikan data tentang pengaruh LPD terhadap penurunan kadar IL-6 pada lanjut usia dengan simtom depresi sehingga dapat dijadikan acuan dan menambah wawasan untuk penelitian selanjutnya.
4.
Bagi masyarakat, penelitian ini dapat diaplikasikan dalam pengelolaan orang lanjut usia dengan simtom depresi untuk menurunkan kadar IL-6 sehingga menekan biaya yang membebani pengobatan farmakoterapi dan mengurangi efek samping dari obat-obatan. E. Keaslian Penelitian Penelitian pengaruh latihan pasrah diri terhadap penurunan kadar IL-6
pada lanjut usia dengan simtom depresi sejauh ini belum pernah dilakukan sebelumnya. Tabel 1. Penelitian depresi, Complementary Alternative Medicine, dan IL-6 No Peneliti 1 Janice et al., 2010
Jenis penelitian
case control
Hasil Penelitian 50 wanita sehat dibagi 25 orang dalam kelompok terlatih yoga, dan 25 orang pemula yoga, didapatkan efek positif pada kelompok terlatih dibanding pada kelompok pemula, namun tidak berbeda secara keseluruhan pada respon inflamasi dan endokrin pada kelompok yoga. Meskipun kelompok pemula dan terlatih tidak berbeda dalam karakteristik dasar seperti usia, adipose di perut, cardiorespirasi fitness, kadar IL-6 pemula yoga lebih tinggi dan memiliki CRP 4,75 kali lebih besar dari yang terlatih yoga. Perbedaan respon stress antara yang terlatih dan pemula yoga menunjukan adanya mekanisme yang realistis dari penyebaran kadar IL-6, pada grup terlatih yoga menghasilkan lebih sedikit lipopolisakarida sebsgsi stimulator dari IL-6
5
2
Pullen et al., 2008
Cohort prospective
19 pasien Heart Failure (HF) NYHA I-III dirandomisasi untuk dilatih yoga atau hanya dengan terapi standar. Pengukuran yang dilakukan meliputi tingkatan tes fisik (GXT) terhadap kapasitas oksigen maksimal dan juga mediator inflamasi seperti IL-6, hsCRP, Extracelluler Superoxide Dismutase (ECSOD). Kuisioner Minesotta untuk HF juga digunakan untuk menilai kualitas hidup. Dari randomisasi didapatkan 9 masuk grup yoga (YT) dan 10 grup terapi standar (MT). Ejeksi fraksi rerata 25%. GXT time dan VO2max signifikan meningkat pd YT (+18% YT dan 7,5% MT). didapatkan juga penurunan IL6 dan hsCRP signifikan di YT vs MT, juga peningkatan EC-SOD (p<0.005). MLHFQ juga meningkat pada YT 25,7% dibanding 2,9% MT