BAB I PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang Pembangunan ekonomi merupakan suatu proses kenaikan pendapatan total dan pendapatan perkapita dengan mempertimbangkan adanya pertambahan penduduk dan disertai dengan perubahan fundamental dalam struktur ekonomi suatu negara. Pembangunan ekonomi memiliki tujuan untuk meningkatkan taraf hidup masyarakat dan memperluas kesempatan kerja dengan diimbangi jumlah lapangan pekerjaan yang terus meningkat serta mengarahkan pembagian pendapatan secara merata di setiap lapisan daerah (Siburian, 2013). Oleh karena itu, pembangunan ekonomi dapat dikatakan berhasil apabila pertumbuhan ekonomi masyarakat di wilayah tersebut cukup tinggi. Pertumbuhan ekonomi juga berkaitan erat dengan proses peningkatan produksi barang dan jasa dalam kegiatan ekonomi masyarakat. Menurut Sukirno (2000), pertumbuhan ekonomi diartikan sebagai perkembangan kegiatan dalam perekonomian yang menyebabkan barang dan jasa yang diproduksi bertambah dan kemakmuran meningkat. Pertumbuhan ekonomi juga diartikan sebagai peningkatan output masyarakat yang disebabkan oleh semakin banyaknya faktor produksi yang dipergunakan dalam proses produksi tanpa ada perubahan cara-cara atau teknologi yang digunakan. Indikator pertumbuhan ekonomi tidak hanya mengukur output dalam suatu perekonomian wilayah atau daerah, akan tetapi sesungguhnya juga memberikan indikasi tentang sejauh mana
1
2
aktivitas perekonomian yang terjadi pada suatu periode tertentu akan menghasilkan pendapatan bagi masyarakat. (Schumpeter dalam Boediono, 1992). Selain pertumbuhan ekonomi yang menjadi tolak ukur dalam proses keberhasilan pembangunan ekonomi, industrialisasi juga sering dikaitkan dengan proses pembangunan ekonomi. Industrialisasi dan pembangunan industri merupakan salah satu jalur untuk meningkatkan rakyat dalam arti tingkat hidup yang lebih maju. Dengan kata lain pembangunan industri merupakan satu fungsi dari tujuan pokok kesejahteraan rakyat, bukan merupakan kegiatan yang mandiri untuk hanya sekedar mencapai pembangunan saja (Sukirno, 2000). Menurut Tambunan (2001) proses industrialisasi dapat juga diartikan sebagai proses perubahan struktur ekonomi di mana suatu proses interaksi antara pengembangan teknologi, inovasi, spesialisasi dalam produksi dan perdagangan antar negara yang pada akhirnya sejalan dengan peningkatan pendapatan perkapita sehingga akan mendorong terjadinya perubahan struktur ekonomi. Struktur ekonomi di suatu daerah pada umumnya dapat dilihat dari komposisi menurut sektor-sektor perekonomian. Banyaknya tenaga kerja yang terserap oleh suatu sektor perekonomian dapat digunakan untuk menggambarkan daya serap sektor perekonomian tersebut terhadap angkatan kerja. Dengan demikian proporsi pekerja menurut lapangan pekerjaan merupakan salah satu ukuran untuk melihat potensi sektor perekonomian dalam menyerap tenaga kerja (Sitanggang, 2004).
3
Dalam proses pembangunan ekonomi, sektor industri dijadikan prioritas pembangunan yang diharapkan mempunyai peranan penting sebagai sektor pemimpin yang berarti dengan adanya pembangunan industri akan memacu dan mengangkat sektor-sektor lainnya seperti sektor jasa dan sektor pertanian. Pembangunan ekonomi yang mengarah pada sektor industrialisasi dapat dijadikan motor penggerak pertumbuhan ekonomi dan juga dalam menyediakan lapangan pekerjaan bagi penduduk untuk memenuhi lapangan pekerjaan bagi penduduk untuk memenuhi pasar tenaga kerja (Simanjuntak, 2000). Salah satu tujuan dari industrialisasi yaitu agar dapat menyerap tenaga kerja yang semakin meningkat dengan semakin tingginya laju pertumbuhan penduduk. Penyerapan tenaga kerja merupakan masalah penting dalam pembangunan daerah maupun nasional. Suatu daerah akan dikatakan maju apabila ditunjang dari segi pengetahuan masyarakat yang tinggi, adanya sumber daya alam yang cukup memadai yang dikelola oleh sumber daya manusia yang mempunyai potensi besar, guna tercapainya kemajuan pembangunan daerah. Oleh karena itu, perluasan penyerapan tenaga kerja sangat diperlukan guna mengimbangi laju pertumbuhan penduduk usia muda yang masuk ke pasar tenaga kerja. Ketidakseimbangan antara pertumbuhan angkatan kerja dan penciptaan lapangan kerja akan menyebabkan tingginya angka pengangguran. Dalam ketenagakerjaan apabila semakin tinggi angka pengangguran maka akan meningkatkan kemiskinan, kriminalitas, dan fenomena lainnya dalam sosial ekonomi di masyarakat. Namun, apabila pengangguran dapat ditekan sebaik mungkin,
4
maka bisa dikatakan daerah tersebut dapat memanfaatkan sumber daya manusianya untuk masuk ke dalam sektor-sektor perekonomian guna meningkatkan pembangunan daerah. Pembangunan ekonomi di Kabupaten Sukoharjo dalam beberapa tahun terakhir terus mengalami peningkatan. Hal tersebut dikarenakan hasil dari upaya yang dilakukan pemerintah Kabupaten Sukoharjo untuk meningkatkan taraf hidup masyarakat dengan melihat potensi lapangan usaha yang ada di Kabupaten Sukoharjo khususnya dalam sektor industri. Tabel 1.1 Distribusi Presentase Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Menurut Lapangan Usaha Atas Dasar Harga Konstan (2010) Tahun 2011-2014 (Persen) Lapangan Usaha 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17
Pertanian, Kehutanan, dan Pertenian Pertambangan dan Penggalian Industri Pengolahan Pengadaan Listrik dan Gas Pengadaan Air, Pengelolaan Sampah Limbah dan Daur Ulang Konstruksi Perdagangan Besar dan Eceran; Reparasi Mobil dan Sepeda Motor Transportasi dan Pergudangan Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum Informasi dan Komunikasi Jasa Keuangan dan Asuransi Real Estat Jasa Perusahaan Administrasi Pemerintahan, Pertahanan dan Jaminan Sosial Wajib Jasa Pendidikan Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial Jasa Lainnya Produk Domestik Regional Bruto
Sumber : PDRB Kabupaten Sukoharjo 2014
2011 10,40 0,50 36,54 0,14
Tahun 2012 2013 9,61 10,27 0,48 0,46 37,63 38,16 0,14 0,15
2014 9,86 0,44 39,00 0,15
0,05
0,05
0,04
0,04
6,86
6,54
6,40
6,32
20,43
20,25
19,36
18,89
3,29 3,82 4,00 3,97 2,40 0.32
3,22 3,83 4,11 3,87 2,37 0,32
3,17 3,70 4,20 3,70 2,30 0,32
3,29 3,60 4,33 3,57 2,34 0,35
2,72
2,62
2,48
2,39
2,33 2,75 3,16 3,24 0,72 0,76 0,78 0,79 1,52 1,46 1,35 1,40 100,00 100,00 100,00 100,00
5
Berdasarkan Tabel 1.1 dapat diketahui bahwa sektor industri pengolahan di Kabupaten Sukoharjo memberikan sumbangan terbesar terhadap PDRB daripada sektor lainnya. Industri pengolahan pada tahun 2011 sebesar 36,54 %. Kemudian pada tahun 2012 naik menjadi 37,63%, dan pada tahun 2013 menjadi 38,16% hingga di tahun 2014 menjadi 39,00%. Sektor industri yang berkembang di wilayah Sukoharjo memiliki banyak sentra industri kerajinan handicraft yang bukan hanya berkembang di dalam negeri namun juga luar negeri. Pada daerah Gadingan Mojolaban misalnya, terdapat 104 unit industri shuttlecock. Produksi per tahun mencapai 400 ribu lusin (dosin) lebih. Industri rumahan lainnya yang turut menggerakkan perekonomian lokal adalah gitar. Pusat kerajinan gitar berada di Kecamatan Grogol (Desa Pondok) dan Kecamatan Baki, tepatnya di Ngrombo dan Mancasan. Sebanyak 162 unit usaha mampu memproduksi 170-an ribu lusin gitar per tahun. Meski masih lewat pihak ketiga, 35 persen produk yang dihasilkan telah mampu menembus pasar ekspor. Penyumbang ekspor terbesar di daerah tersebut juga berada di sektor industri tekstil, yaitu PT. Sritex, PT. Tyfountex Indonesia, dan PT. Danliris sebagai eksportir utama. Produk tekstil atau garmen di Kabupaten Sukoharjo telah diekspor ke berbagai negara antara lain Jerman, China, Australia, Inggris, Belgia, Turki, USA, Turki, Malaysia dan lain-lain. Selain dari sektor industri tekstil, penyumbang ekspor terbesar lainnya juga dari bidang farmasi untuk obat bebas. Karena di Kabupaten Sukoharjo juga memiliki pabrik farmasi yang terbesar di Indonesia yang bernama PT
6
Konimex Pharmaceutical Laboratories. Produk dari pabrik Konimex sendiri juga sudah menembus pasar asing, seperti Kamboja, Vietnam, dan Myanmar. Meskipun industri besar di Kabupaten Sukoharjo memiliki pengaruh yang kuat terhadap PDB nasional dan PRDB terutama di daerah Kabupaten Sukoharjo serta dapat menyerap tenaga kerja yang lebih banyak, industri di Kabupaten Sukoharjo tidak hanya terfokus pada industri besar yang mempunyai pabrik-pabrik besar saja, tetapi pemerintah juga memperhatikan pada industri kecil. Hal tersebut dapat dilihat dalam perkembangan jumlah unit usaha industri kecil dalam beberapa tahun belakang. Tabel 1.2 Jumlah Unit Usaha Industri Kecil di Kabupaten Sukoharjo Tahun 2010-2014 Tahun 2010 2011 2012 2013 2014
Unit Industri (unit)
Pertumbuhan (%)
16377 16470 16508 16525 16564
0,57% 0,23% 0,10% 0,24%
Sumber : Sukoharjokab.bps.go.id
Berdasarkan Tabel 1.2 bisa dilihat bahwa pertumbuhan unit usaha industri kecil di Kabupaten Sukoharjo terus mengalami peningkatan. Meski jumlah peningkatan tak signifikan dengan rata-rata kenaikan tiap tahunnya kurang dari 1%, akan tetapi setidaknya mampu memberikan dampak positif untuk membuka lapangan usaha bagi tenaga kerja di Kabupaten Sukoharjo. Industri kecil mempunyai peranan penting dalam penyerapan tenaga kerja, penyediaan barang dan jasa murah, penanggulangan kemiskinan. Potensi industri kecil cukup besar untuk mendukung persebaran industri dan
7
meruntuhkan ketimpangan struktural antara perekonomian perkotaan dan pedesaan. Selain itu industri kecil merupakan pengembangan utama perekonomian lokal,
yang memberikan kontribusi
tinggi terhadap
perekonomian nasional, dan mampu bertahan dalam kondisi perekonomian yang kurang stabil. Sumber dana usaha kecil umumnya berasal dari dalam negeri. Berbeda dengan sektor usaha besar yang sebagian masih tergantung pada bahan baku impor. Sehingga, depresiasi Rupiah mempunyai pengaruh yang sangat besar pada pembengkakan biaya produksinya. Demikian juga, sumber dana sektor usaha besar sebagian diperoleh dari pinjaman luar negeri, sehingga penurunan nilai Rupiah terhadap Dollar mempengaruhi peningkatan biaya bunga yang ditanggung perusahaan. Menurut Tambunan (1999) industri kecil memiliki kekuatan-kekuatan di antaranya: padat karya, produk sederhana, produk-produknya bernuansa kultur seperti kerajinan dari bambu dan rotan atau ukir-ukiran kayu, agricultural based, dan modal kerja berasal dari uang sendiri atau pinjaman dari sumber informal. Sumber informal tersebut melainkan seperti investasi dari pihak swasta maupun investasi dari pemerintah. Investasi dari pemerintah berupa pengeluaran pembangunan pemerintah dan alokasi anggaran pembangunan sektoral yang merupakan bagian dari pengeluaran pemerintah, mungkin juga bagian dari permintaan agregat sehingga timbulnya permintaan yang berasal dari APBD di Provinsi Jawa Tengah akan berdampak positif terhadap tambahan output. Tambahan output ini akan menyebabkan tambahan kesempatan kerja karena banyaknya tenaga
8
kerja yang dibutuhkan untuk menghasilkan 1 unit output melalui kebijakan publik dapat membantu mengurangi jumlah pengangguran. Melalui pengeluaran pembangunan pemerintah diharapkan mampu mempengaruhi besarnya kesempatan kerja dalam perekonomian (Hendra Esmara, 1999). Secara teoritis, semakin besar nilai investasi yang dilakukan maka semakin besar pula tambahan penggunaan tenaga kerja (Suparmoko, 1994). Pengembangan industri kecil merupakan cara yang dinilai besar peranannya dalam pengembangan industri manufaktur. Pengembangan industri kecil akan membantu mengatasi masalah pengangguran mengingat teknologi yang digunakan adalah teknologi padat karya sehingga bisa memperbesar lapangan kerja dan kesempatan usaha, yang pada gilirannya mendorong pembangunan daerah dan kawasan pedesaan (Kuncoro, 2007). Berdasarkan latar belakang tersebut, peneliti ingin menekankan seberapa besar pengaruh pertumbuhan industri, nilai investasi dan jumlah unit usaha terhadap penyerapan tenaga kerja sektor industri kecil di Kabupaten Sukoharjo tahun 1994-2014. B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang yang sudah dijelaskan sebelumnya, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah : 1.
Bagaimana pengaruh pertumbuhan industri terhadap penyerapan tenaga kerja sektor industri kecil di Kabupaten Sukoharjo?
2.
Bagaimana pengaruh nilai investasi terhadap penyerapan tenaga kerja sektor industri kecil di Kabupaten Sukoharjo?
9
3.
Bagaimana pengaruh jumlah unit usaha terhadap penyerapan tenaga kerja sektor industri kecil di Kabupaten Sukoharjo?
4.
Apakah variabel pertumbuhan industri, nilai investasi, jumlah unit usaha secara bersama-sama berpengaruh signifikan terhadap jumlah tenaga kerja sektor industri kecil di Kabupaten Sukoharjo?
C. Tujuan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah yang sudah dijelaskan sebelumnya, maka tujuan penelitian ini adalah: 1.
Mengetahui pengaruh pertumbuhan industri terhadap penyerapan tenaga kerja sektor industri kecil di Kabupaten Sukoharjo.
2.
Mengetahui pengaruh investasi terhadap penyerapan tenaga kerja sektor industri kecil di Kabupaten Sukoharjo.
3.
Mengetahui pengaruh jumlah unit usaha terhadap penyerapan tenaga kerja sektor industri kecil di Kabupaten Sukoharjo.
4.
Mengetahui pengaruh pertumbuhan industri, nilai investasi, dan jumlah unit usaha secara bersama-sama terhadap penyerapan tenaga kerja sektor industri kecil di Kabupaten Sukoharjo.
D. Manfaat Penelitian Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah: 1.
Bagi pemerintah, diharapkan penelitian ini dapat memberikan masukan terkait dengan penyerapan tenaga kerja sektor industri pengolahan di Kabupaten Sukoharjo.
10
2.
Bagi investor, diharapkan penelitian ini dapat memberikan masukan atau bahkan panduan untuk berinvestasi pada sektor industri di Kabupaten Sukoharjo.
3.
Bagi akademisi, diharapkan penelitian ini dapat menjadi referensi dan memberikan landasan untuk penelitian selanjutnya.