1
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Menyusui merupakan peristiwa alamiah bagi seorang perempuan yang bermanfaat untuk ibu dan bayi. Menyusui dapat mempercepat proses pemulihan ibu pasca melahirkan dan juga mempererat interaksi antara ibu dan bayi (Ramaiah, 2007). Air Susu Ibu (ASI) merupakan nutrisi yang terbaik bagi bayi karena mengandung zat-zat kekebalan tubuh yang cocok untuk bayi, melindungi bayi dari penyakit, dan zat gizinya mengandung komposisi sesuai kebutuhan bayi (Wong, 2009). ASI sangat berpengaruh terhadap kesehatan, pertumbuhan, dan perkembangan pada masa bayi dan mempunyai hubungan yang kuat antara nutrisi dan pertumbuhan bayi terhadap kesehatan jangka panjang (Horta dan Victoria, 2013). Data Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2012 menunjukkan bahwa sebanyak 27% bayi di Indonesia mendapatkan ASI eksklusif sampai usia 4-5 bulan. Sedangkan hasil Riset Kesehatan Dasar Tahun 2013 (Rikesdas 2013) sebanyak 30,2% bayi dengan usia 0-6 bulan mendapat ASI pada 24 jam terakhir. Ibu post partum banyak yang menunda memberikan ASI karena berbagai macam alasan misalnya ASI belum keluar, bayinya dirawat terpisah dan ibu masih lemah. Hal ini dapat menimbulkan berbagai masalah selama proses menyusui. Salah satu masalah menyusui pada masa nifas adalah pembengkakan payudara (Libbus et al., 2007). Pembengkakan payudara terjadi karena 1
2
peningkatan volume air susu, limfatik dan kemacetan pembuluh darah, dan edema selama proses menyusui (Riordan dan Wambach, 2010). Pembengkakan payudara terjadi pada hari kedua sampai hari keempat post partum karena terdapat sumbatan pada satu atau lebih duktus laktiferus. Hampir 90% ibu dengan primipara mengalami pembengkakan payudara dan 40% terjadi pada ibu post partum (Villareal, 2007). Menurut Walker (2000) dalam Lawrence dan Lawrence (2016) pembengkakan payudara dipengaruhi oleh frekuensi ibu untuk menyusui, durasi menyusui, inisiasi ibu dalam meyusui secara dini, ASI yang statis, pengalaman awal menyusui. Pembengkakan payudara sering dialami ibu akibat puting susu lecet atau nyeri. Sekitar 57% dari ibu yang menyusui dilaporkan pernah menderita lecet pada putingnya (Soetjiningsih, 2012). Dampak yang timbul akibat pembengkakan payudara antara lain rasa ketidaknyamanan pada ibu yaitu payudara menjadi keras, tampak mengkilat dan kencang, nyeri pada aksila, terasa sakit, demam, puting tampak datar dan bayi sulit menghisap payudara (Henning, 2006). Penelitian Almeida dan Kitay (1986) dalam Cunningham (2014) melaporkan bahwa 13% wanita post partum terjadi demam akibat dari pembengkakan payudara dengan suhu sekitar 37,8º C sampai 39º C. Apabila pembengkakan payudara tidak mendapatkan penanganan dengan baik dapat menyebabkan mastitis (Walker, 2016). Pembengkakan payudara ini dapat menyebabkan kegagalan dalam proses laktasi (Villareal, 2007). Penelitian yang dilakukan oleh Ahluwia et al. (2005) dalam Riordan dan Wambach (2010) menemukan bahwa ibu-ibu berhenti menyusui bayinya pada bulan pertama post partum disebabkan oleh puting lecet, pembengkakan payudara, bayi kesulitan
3
dalam melakukan perlekatan pada saat menyusu serta persepsi ibu tentang ketidakcukupan ASI. Ibu post partum dengan seksio saesarea (SC) beresiko mempunyai hambatan tiga kali lebih besar dalam proses menyusui dibandingkan dengan ibu post partum yang melahirkan secara normal. Proses melahirkan melalui SC memiliki hubungan dengan keterlambatan dalam proses laktogenesis dan menyusui dini. Hal ini dapat diakibatkan karena ibu tidak dilakukan inisiasi menyusui dini (IMD), serta keterlambatan dalam memberikan ASI (Chertok dan Shoham, 2008). Faktor lain yang menyebabkan laktogenesis tertunda yaitu ibu post partum mengalami nyeri, kelelahan dan proses persalinan yang panjang, stres pada ibu dan janin selama persalinan (Dimitraki et al., 2016). Ibu post partum yang mengalami pembengkakan payudara sebagian besar diberikan terapi obat anti inflamasi serrapeptase, obat analgetik misalnya paracetamol dan ibuprofen serta obat antibiotik. Hal ini dilakukan untuk mengurangi rasa nyeri di payudara (Berens, 2015; Snowden, 2007). Pada kenyataannya rasa sakit yang timbul dari pembengkakan payudara karena adanya produksi ASI yang mulai bertambah sehingga tidak memerlukan pengobatan. Untuk mencegah terjadinya pembengkakan payudara akibat bendungan ASI dan memperlancar proses laktasi dapat dilakukan perawatan payudara. Perawatan payudara bertujuan untuk memelihara kebersihan payudara, melancarkan pengeluaran ASI tanpa mengurangi produksi ASI sehingga bayi dapat menyusu dengan baik (Westhdal, 2006). Ada beberapa cara perawatan payudara yang dapat dilakukan untuk mengurangi pembengkakan payudara yaitu kompres hangat
4
dingin, akupuntur, kompres dingin, terapi ultrasound, pemberian gel packs pada payudara, masase payudara, memerah ASI, menggunakan tehnik Reverse Pressure Softening (RPS) sebelum menyusui, dan kompres daun kubis (Cotterman, 2004; Westdhal, 2006; Arora, 2008). Kubis
merupakan
sayuran
yang
dapat
digunakan
untuk
terapi
pembengkakan pada payudara. Kubis mengandung asam amino metionin yang berfungsi sebagai antibiotik dan sinigrin (allylisothiocyanate) rapine, minyak mustard, magnesium, dan sulfur oxylate heteroside yang membantu memperlebar pembuluh darah kapiler yang ada di payudara. Daun kubis dingin dapat membantu menurunkan pembengkakan payudara dalam waktu yang relatif cepat yaitu 1-2 jam dan penggunaannya juga sederhana dengan ditempelkan pada payudara yang bengkak (Davis, 2009). Penelitian tentang uji coba pada pembengkakan payudara dengan tiga studi yang berbeda yaitu daun kubis atau ekstrak daun kubis, terapi ultrasound dan penggunaan danzen (obat anti inflamasi) diidentifikasi bahwa ketiga studi tersebut secara efektif dapat memberikan manfaat untuk penanganan pembengkakan payudara. Banyak ibu yang menggunakan kompres kubis dingin karena merasa nyaman (Snowden, 2007). Roberts, et al. (1998) membandingkan efektifitas ekstrak daun kubis dingin dengan gel packs untuk mengatasi pembengkakan payudara dan hasil yang didapatkan adalah tidak ada perbedaan antara kedua intervensi tersebut untuk mengatasi nyeri dan pembengkakan payudara. Rumah Sakit Bhakti Wira Tamtama Semarang merupakan salah satu rumah sakit rujukan untuk persalinan. Hasil studi pendahuluan bahwa persalinan yang
5
terjadi dalam periode 3 bulan terakhir yaitu bulan Agustus 2015 sampai Oktober 2015 sebanyak 198 persalinan yang terdiri dari 114 persalinan dengan SC dan 84 persalinan spontan (Rekam Medik, 2015). Untuk pasien yang mengalami pembengkakan payudara rata-rata 30 orang perbulannya. Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan oleh beberapa bidan dan perawat, pembengkakan payudara pada ibu post partum terjadi akibat ibu tidak dapat menyusui dengan optimal. Ibu post partum dengan SC cenderung takut untuk melakukan mobilisasi karena adanya luka operasi pada perut, dan fisik ibu lemah. Prosedur perawatan payudara pada ibu post partum dengan pembengkakan payudara yang dilakukan oleh perawat atau bidan berdasarkan standar operasional prosedur yang ditetapkan rumah sakit yaitu perawatan payudara dengan menggunakan masase payudara dan setelah itu dilakukan kompres hangat dingin. Tetapi dari sebagian ibu-ibu post partum menjelaskan bahwa intervensi tersebut tidak dapat mengurangi nyeri. Perawat merupakan salah satu tenaga kesehatan yang memberikan pelayanan kesehatan baik promosi kesehatan, preventif, kuratif dan rehabilitatif guna meningkatkan kesehatan pasien (Effendi dan Makhfludi, 2009). Aplikasi teori keperawatan Kolcaba (comfort) menjadi pendukung perawat untuk memberikan pelayanan dalam memenuhi kebutuhan pasien akan kenyamanan (Alligood, 2014). Berdasarkan uraian di atas, peneliti tertarik untuk mengetahui perbedaaan efektivitas antara kompres kubis dengan kubis tumbuk terhadap penurunan pembengkakan payudara.
6
B. Rumusan Masalah ASI merupakan nutrisi yang terbaik bagi bayi karena komposisinya sesuai dengan kebutuhan bayi. Salah satu masalah yang sering dialami ibu post partum dalam memberikan ASI adalah pembengkakan payudara. Pembengkakan payudara menimbulkan rasa ketidaknyamanan pada ibu post partum dan dapat menyebabkan penyapihan dini kepada bayi. Seorang perawat dapat memberikan intervensi untuk meningkatkan rasa kenyamanan ibu post partum akibat pembengkakan payudara. Berdasarkan fenomena tersebut maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah: 1. Apakah kompres kubis dapat mengurangi tingkat nyeri dan pembengkakan payudara pada ibu post partum? 2. Apakah kompres kubis tumbuk dapat mengurangi tingkat nyeri dan pembengkakan payudara pada ibu post partum? 3. Apakah terdapat perbedaan efektivitas antara kompres kubis dengan kompres kubis tumbuk dalam menurunkan pembengkakan payudara pada ibu post partum?
C. Tujuan 1. Tujuan Umum Tujuan umum dari penelitian ini adalah mengetahui efektivitas kompres kubis dengan kompres kubis tumbuk terhadap penurunan pembengkakan payudara pada ibu post partum.
7
2. Tujuan Khusus a. Mengkaji tingkat nyeri dan pembengkakan payudara sebelum dan sesudah dilakukan kompres kubis. b. Mengkaji tingkat nyeri dan pembengkakan payudara sebelum dan sesudah dilakukan kompres kubis tumbuk. c. Mengkaji efektivitas antara kompres kubis dan kubis tumbuk untuk menurunkan pembengkakan payudara pada ibu post partum.
D. Manfaat Penelitian Manfaat yang diperoleh dalam penelitian ini adalah: 1.
Layanan dan Masyarakat Manfaat penelitian ini bagi layanan dan masyarakat adalah memberikan informasi tentang efektivitas kompres kubis dan kompres kubis tumbuk untuk menurunkan pembengkakan payudara sehingga dapat menjadi alternatif intervensi non farmakologi bagi ibu post partum dalam mengambil keputusan secara tepat untuk mengurangi pembengkakan payudara.
2.
Pendidikan dan Perkembangan Ilmu Keperawatan Manfaat untuk pendidikan keperawatan adalah sebagai acuan untuk pengembangan pendidikan keperawatan khususnya intervensi mandiri keperawatan dalam memberikan asuhan keperawatan pada ibu post partum yang mengalami pembengkakan payudara.
8
Manfaat untuk perkembangan ilmu pengetahuan adalah sebagai acuan untuk mengembangkan riset keperawatan khususnya penanganan pembengkakan payudara pada ibu post partum.
E. Keaslian Penelitian Beberapa penelitian yang sudah pernah dilakukan berkaitan dengan penatalaksanaan non farmakologi untuk meningkatkan kenyamanan pada ibu post partum dengan mengurangi pembengkakan pada masa awal laktasi antara lain: 1. Penelitian Nicodem et al. (1991) dengan judul Do cabbage leaves prevent breast engorgement? A randomized, controlled study. Metode penelitian yang digunakan adalah kuasi eksperimen dengan subjek penelitian sebanyak 120 ibu menyusui. Hasil yang diperoleh yaitu ibu menyusui yang mendapatkan kompres kubis dapat menyusui secara eksklusif dengan durasi menyusui lebih lama. Persamaan dengan penelitian ini adalah variabel terikatnya yaitu penanganan payudara bengkak, populasinya yaitu ibu nifas dan desain penelitian. Perbedaannya pada intervensi yang digunakan pada kelompok kontrol. 2. Penelitian Robert (1995) dengan judul Comparison of chilled cabbage leaves and chilled gelpaks in reducing breast engorgement. Metode yang digunakan adalah kuasi eksperimen. Jumlah sampel sebanyak 34 ibu. Penelitian ini menggunakan alat ukur visual analog scale (VAS) dan skala bourbonais untuk mengukur nyeri pada pembengkakan payudara. Setiap ibu diberikan dua intervensi daun kubis pada payudara kiri dan gelpacks pada payudara
9
kanan selama delapan jam. dilakukan 2 kali dan masing-masing empat jam. Hasil yang didapatkan adalah tidak ada perbedaan yang signifikan antara daun kubis dan gelpacks untuk mengurangi nyeri akibat pembengkakan payudara. Persamaan dengan penelitian ini adalah desain penelitian yaitu menggunakan kuasi eksperimen dan variabel terikatnya pembengkakan payudara. Perbedaannya adalah kelompok kontrol menggunakan kompres dingin dan alat ukur yang digunakan hanya menggunakan skala numerik. 3. Penelitian Snowden et al. (2007) dengan judul WITHDRAWN: Treatments for breast engorgement during lactation (Review). Penelitian ini menggunakan metode systematic review dengan menggunakan delapan intervensi yaitu yang dilakukan secara acak melibatkan 424 wanita menyusui yang mengalami pembengkakakan payudara. Hasil dari penelitian ini adalah dari 3 (tiga) studi yang berbeda telah diidentifikasi bahwa penggunaan daun kubis atau ekstrak daun
kubis
ditemukan
bermanfaat
secara
keseluruhan
terhadap
pembengkakan payudara. Pengobatan USG dan plasebo sama-sama efektif. Penggunaan Danzen (agen anti-inflamasi) secara signifikan meningkatkan total gejala pembengkakan jika dibandingkan dengan plasebo (OR 3,6). Persamaan penelitian ini adalah pembengkakan payudara. Perbedaannya pada desain penelitian. 4. Penelitian Arora (2008) dengan judul Cabbage leaves vs hot and cold compresses in the treatment of breast engorgement. Metode yang digunakan kuasi eksperimen dengan subjek penelitian sebanyak 60 ibu post partum yang mengalami pembengkakan payudara. Penelitian ini menggunakan skala
10
pembengkakan payudara dan nyerinya diukur dengan skala numerik. Hasil yang didapatkan pada penelitian ini adalah kompres kubis dengan kompres hangat dan dingin sama-sama efektif untuk menurunkan pembengkakan payudara tetapi kompres hangat dan dingin lebih efektif untuk mengurangi nyeri akibat pembengkakan payudara. Persamaan pada penelitian ini adalah metode yang digunakan, variabel terikatnya yaitu pembengkakan payudara. Perbedaannya
pada
subjek
penelitian
yaitu
kelompok
kontrolnya
menggunakan kompres dingin. 5. Penelitian Mangesi dan Dowswell (2010) dengan judul Treatments for breast engorgement during lactation. Penelitian ini menggunakan systematic review yang melibatkan 744 wanita sebagai subjek penelitian untuk dilakukan berbagai tindakan perawatan yang berbeda yaitu akupuntur, kompres daun kubis, kemasan gel dingin, pengobatan dengan obat farmakologis dan USG. Hasil penelitian yang didapatkan yaitu adalah tidak ada bukti yang signifikan secara statistik bahwa intervensi dikaitkan dengan resolusi lebih cepat dari gejala, dalam studi ini wanita cenderung memiliki perbaikan dalam nyeri dan gejala lain. Persamaan dengan penelitian ini tentang pembengkakan payudara. Perbedaannya pada metode yang digunakan serta subjek penelitian, instrumen penelitian. 6. Penelitian Chiu et al. (2010) yang berjudul Effects of gua-sha therapy on breast engorgement: a randomized controlled trial.
Penelitian ini
menggunakan metode kuasi eksperimen dengan subjek penelitian sebanyak 54 ibu post partum yang mengalami pembengkakan payudara. Alat ukur
11
dalam penelitian ini menggunakan Subjective Breast Engorgement Scale merupakan skala yang dikembangkan oleh peneliti dengan 3 pertanyaan untuk mengatasi rasa nyeri, pembengkakan dan ketidaknyaman yang diukur menggunakan VAS. Untuk pembesaran payudara digunakan skala linkert dengan 1 (tidak relevan) dan 4 (sangat relevan). Sedangkan untuk gejala klinis pembengkakan payudara seperti suhu, tanda-tanda vital diukur dengan alat pengukur tanda-tanda vital. Hasil penelitian ini adalah tidak ada perbedaan statistik antara kedua kelompok pada awal. Suhu tubuh, suhu payudara, pembengkakan payudara, tingkat nyeri, dan tingkat tidak menyenangkan secara statistik berbeda antara kedua kelompok pada 5 menit dan 30 menit setelah intervensi (p<.001). Persamaan dengan penelitian ini adalah variabel terikatnya yaitu pembengkakan payudara dan metode yang digunakan. Perbedaannya adalah teknik intervensi yang digunakan.