BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Patient safety merupakan isu global yang menjadi perhatian di seluruh dunia. Petient safety adalah salah satu komponen yang utama dan vital dalam memberikan pelayanan keperawatan (Ballard, 2003). Kesalahan dalam proses perawatan (nursing errors), meliputi: kurangnya perhatian, kurangnya kepedulian, keputusan yang tidak tepat, medication administration errors, tidak berani membela kepentingan pasien, tidak melakukan usaha preventif, tidak/salah menjalankan perintah dokter, dan kelalaian/kesalahan dokumentasi (Woods dan Johnson, 2002). Menurut Lucero et al. (2010), masalah yang muncul akibat dari nursing errors antara lain kesalahan obat (15%), pasien jatuh dengan luka (20%) dan infeksi nosokomial (31%). Prevalensi infeksi nosokomial ini terus meningkat dari 1% di beberapa negara Eropa dan Amerika, sampai lebih dari 40% di Asia, Amerika Latin dan Afrika (Depkes, 2011). Kejadian infeksi luka operasi di Amerika Serikat hampir 40% dari kejadian infeksi nasokomial menurut (Salkind & Rao, 2011). Infeksi nosokomial ini dapat terjadi karena proses cross infection atau endogen infection yang didapat pasien selama berada di rumah sakit yang disebabkan oleh mikroorganisme: bakteri, virus, jamur dan parasit. Infeksi nosokomial merupakan masalah penting karena menyebabkan morbiditas dan
1
2
mortalitas di rumah sakit, memperpanjang hari rawat, meningkatkan penggunaan antibiotik dan biaya rumah sakit (Szilagyi et al., 2009). Kejadian infeksi luka operasi menempati posisi ke-3, dengan angka kejadian mencapai 14-16% dari infeksi nosokomial keseluruhan (Beldi et al, 2009). Kejadian infeksi luka operasi di Amerika Serikat sekitar 2-5% dari pasien yang menjalani operasi, setiap tahun ada 15 juta prosedur operasi yang dilakukan, dengan demikian terdapat sekitar 300,000-500,000 kejadian infeksi luka operasi setiap tahun (Anderson, 2011). Prevalensi infeksi luka operasi di Indonesia menurut Putra et al. (2011) sekitar 2,3-18,3%. Presentase kejadian infeksi luka operasi di RSUD Dr.Pringadi Medan Tahun 2006 (12%), RSUP Dr. Sardjito Tahun 2007 (5,9%) dan RSUP Adam Malik Medan Tahun 2010 (5,6%). Kejadian infeksi luka operasi
obstetri dan ginekologi pada pasien di
Afrika post seksio sesarea 24% dan pasien post histerektomi 36% (Amenu et al., 2011). Hasil penelitian Lake et al. (2013) melaporkan bahwa kejadian infeksi luka operasi post histerektomi (sellulitis) sebesar 1,6%, Menurut Wloch et al. (2012) kejadian infeksi luka operasi di 14 rumah sakit di Inggris pada bulan AprilSeptember 1999 sebesar 9,6%. Kejadian infeksi luka operasi di RSUP DR. M. Djamil Padang terdapat 14% kasus infeksi luka operasi (Rasyid dan Suheimi, 2000). Kejadian infeksi luka operasi dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor risiko. Faktor pasien (status nutrisi yang buruk, diabetes mellitus, obesitas, infeksi yang bersamaan di bagian tubuh yang lain, lama rawat inap pra operasi, dll),
3
sedangkan faktor operasi (lama operasi, antibiotik profilaksis, ventilasi ruang operasi, tehnik operasi, dll). Berdasarkan hasil penelitian-penelitian sebelumnya faktor yang berisiko dengan kejadian infeksi luka operasi antara laian tehnik operasi, lama operasi, indeks massa tubuh dan diabetes mellitus (Lake et al., 2013). Hasil penelitian Gong et al. (2012) menyatakan faktor risiko infeksi luka operasi yaitu: obesitas, lama operasi, riwayat ketuban pecah dini dan rektal toucher yang berulang, sedangkan Wloch et al. (2012) menyatakan usia dan indeks massa tubuh. Faktor risiko infeksi luka operasi menurut Ghuman et al. (2011) lama prosedur operasi dan tipe operasi memiliki hubungan signifikan dengan kejadian infeksi luka operasi. Menurut Welsh, (2008) dalam Clinical Guideline Prevention and Treatment of Surgical Site Infection dari National Institute for Health and Clinical Excellence dan berdasarkan Evidence Update June 2013 dari National Institute for Health and Care Excellence kejadian infeksi luka operasi dapat dipengaruhi oleh faktor risiko dari pasien dan tindakan operasi. Faktor risiko dari pasien: usia, penyakit yang menyertai, obesitas, kebiasaan merokok, klasifikasi luka serta lokasi dan kompleksitas prosedur operasi) dan faktor risiko dari operasi: pencukuran rambut, pakaian operasi tim bedah, mencuci tangan, ganti balutan, dll. Untuk mengurangi risiko terjadinya infeksi luka operasi, perlu ada pencegahan dan tindakan yang dapat dilakukan pada fase pra, intra dan post operasi (Bagnall et al., 2009). Infeksi luka operasi merupakan penyebab umum kematian ibu setelah kasus perdarahan post partum (Amenu et al., 2011). Pernyataan ini sesuai dengan
4
pendapat Chlebicki et al. (2013) yang menyebutkan infeksi luka operasi menyebabkan angka kematian meningkat dua kali lipat. Dampak dari infeksi luka
operasi
meningkatkan
angka
morbiditas
dan
mortalitas,
nyeri,
ketidaknyamanan bagi pasien dan bertambahnya lama hari rawat di rumah sakit (length of stay) sehingga meningkatkan biaya (cost) perawatan di rumah sakit (Harrington et al., 2013). Infeksi luka operasi mengakibatkan bertambahnya jumlah hari rawat 4 juta hari pertahun dan peningkatan biaya perawatan kesehatan hampir $ 2 milyar pertahun (Salkind & Rao, 2011). Pernyataan ini juga diperkuat oleh Beldi et al. (2009) yang menyatakan bahwa hari rawat rata-rata bertambah selama 7-13 hari dan adanya peningkatan biaya sebesar 2,6 sampai 3 kali per kasus. Rumah Sakit Umum Daerah Arifin Achmad Pekanbaru merupakan salah satu rumah sakit rujukan di Pekanbaru. RSUD Arifin Achmad juga merupakan rumah sakit yang sudah akreditasi tingkat penuh dan berdasarkan SK Menkesos No.240/Menkesos/SK/111/2001 RSUD Arifin Achmad Pekanbaru ditetapkan sebagai rumah sakit pendidikan. Rumah sakit Arifin Achmad Pekanbaru sudah memiliki Tim pencegahan dan Pengendalain Infeksi (PPI) sejak tahun 2007. Hasil data surveilans kejadian infeksi luka operasi obstetri dan ginekologi yang dilakukan Tim PPI pada tahun 2011 angka kejadian infeksi luka operasi obstetri dan ginekologi yaitu 0,45% dan tahun 2012 sebesar 0,73%. Hasil data surveilans dari Tim PPI menunjukkan ada peningkatkan kejadian infeksi luka operasi obstetri dan ginekologi pada tahun 2012 dibandingkan dengan tahun sebelumnya.
5
B. Rumusan Masalah Infeksi luka operasi merupakan masalah umum dan merupakan komplikasi yang serius pada pasien post operasi. Kejadian infeksi luka operasi dapat disebabkan dari faktor pasien dan faktor operasi (Tietjen et al., 2004). Infeksi luka operasi berdampak meningkatkan morbiditas, mortalitas, length of stay dan penambahan biaya perawatan (Harrington et al., 2013). Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah “Apakah faktor usia, tipe operasi, diabetes mellitus, antibiotik profilaksis, lama prosedur operasi, lama rawat sebelum operasi, lama hari rawat dan kompleksitas berisiko terhadap kejadian infeksi luka operasi post laparotomi obstetri dan ginekologi di RSUD Arifin Achmad Pekanbaru?”
C. Tujuan Penelitian Berdasarkan perumusan masalah diatas, maka tujuan penelitian ini adalah : 1.
Mengukur faktor-faktor risiko infeksi luka operasi terhadap kejadian infeksi luka operasi post laparotomi obstetri dan ginekologi di RSUD Arifin Achmad Pekanbaru.
2.
Mengukur faktor yang paling berisiko terhadap kejadian infeksi luka operasi post laparotomi obstetri dan ginekologi di RSUD Arifin Achmad Pekanbaru.
D. Manfaat Penelitian 1.
Bagi pengembangan ilmu pengetahuan Untuk referensi penelitian lebih lanjut, khususnya tentang infeksi luka operasi dan dampak dari infeksi luka operasi.
6
2.
Bagi pengambil kebijakan dan institusi terkait Memberikan informasi kepada manajemen Rumah Sakit Arifin Achmad Pekanbaru tentang faktor-faktor risiko terhadap kejadian infeksi luka operasi post laparotomi obstetri dan ginekologi. Sebagai masukan dan pertimbangan bagi penentu kebijakan dan institusi dalam upaya meningkatkan promosi pelayanan kesehatan sesuai dengan standar operasional prosedur (SOP) untuk mencegah terjadinya infeksi luka operasi post laparotomi obstetri dan ginekologi.
3.
Bagi peneliti Menambah wawasan dan pengalaman sekaligus proses pembelajaran dalam melakukan penelitian khususnya dalam pencegahan dan pengendalian infeksi luka operasi.
E. Keaslian Penelitian Penelitian serupa tentang faktor-faktor risiko infeksi luka operasi telah dilakukan dan dilaporkan hasilnya yaitu : 1.
Penelitian Lake et al. (2013), dengan tujuan mengetahui kejadian infeksi luka operasi setelah operasi histerektomi dan faktor yang mempengaruhi kejadian infeksi luka operasi. Rancangan penelitian menggunakan analisis cross sectional pada tahun 2005-2009 berdasarkan rekam medis di American College of Surgeons National Surgical Quality Improvement Program pada 13,822 wanita post histerektomi. Hasil penelitian menunjukkan terdapat 1,6% (n=221) kejadian infeksi luka operasi (sellulitis) post operasi histerektomi.
7
Faktor risiko yang berhubungan dengan kejadian infeksi luka operasi (sellulitis) post histerektomi adalah tehnik operasi dengan adjusted odds ratio (OR=3,74; 95% CI 2,26-6,22) untuk operasi laparotomi dibandingkan dengan cara pervaginam, waktu operasi >75th percentile (OR=1,84; 95% CI 1,402,44), ASA ≥3 (OR=1,79; 95% CI 1,31-2,43), indeks massa tubuh ≥40 kg/m2 (OR=2,65; 95% CI 1,85-3,80) dan diabetes mellitus (OR=1,54; 95% CI 1,062,24). Persamaan dengan penelitian yang dilakukan Lake et al. (2013) adalah mengetahui hubungan antara usia, penyakit diabetes mellitus dan
lama
operasi terhadap kejadian infeksi luka operasi. Perbedaan pada penelitian ini adalah pada desain penelitian case control, lokasi dan pasien post laparotomi obstetri dan ginekologi. 2.
Penelitian Wloch et al. (2012), tujuan dalam penelitian ini untuk mengetahui angka kejadian infeksi luka operasi dan faktor yang mempengaruhi kejadian infeksi luka operasi pada pasien post seksio sesarea. Rancangan dalam penelitian ini kohort prospektif pada 14 rumah sakit di Inggris mulai bulan April – September 2009 dengan menggunakan instrumen berupa kuesioner yang diisi langsung oleh pasien. Berdasarkan hasil penelitian ini, terdapat 9,6% (394/4107) kejadian infeksi luka operasi post seksio sesarea dan terdapat 0,6% (23/4107) yang menjalani pengobatan untuk masalah infeksi luka operasi. Faktor kelebihan berat badan (body mass index [BMI] 25-30 kg/m2 OR=1,6; 95% CI 1,2-2,2) atau obesitas (BMI 30-35 kg/m2 OR=2,4; 95% CI 1,7-3,4; BMI >35 kg/m2 OR=3,7; 95% CI 2,6-5,2) merupakan salah
8
satu faktor independen yang utama terhadap kejadian infeksi luka operasi. Faktor usia dimana pada wanita dengan usia muda memiliki risiko lebih besar terjadi infeksi luka operasi (OR=1,9; 95%, CI 1,1-3,4) pada usia <20 tahun dibandingkan pada usia 25-30 tahun. Persamaan dalam penelitian Wloch et al. (2012), adalah melihat faktor usia terhadap kejadian infeksi luka operasi. Perbedaan dengan penelitian ini adalah pada rancangan penelitian, pasien dan lokasi penelitian. 3.
Penelitian Gong et al. (2012), tujuan dalam penelitian ini untuk mengetahui kejadian infeksi luka operasi dan mengidentifikasi faktor-faktor risiko kejadian infeksi luka operasi post seksio sesarea. Rancangan dalam penelitian ini case control yang dilakukan pada delapan rumah sakit di
Provinsi
Guangdong, China dengan jumlah sampel 13,798 pasien post seksio sesarea. Hasil penelitian menunjukkan terdapat 96 (0,7%) pasien mengalami infeksi luka operasi post seksio sesarea. Berdasarkan hasil analisis regresi logistik terdapat enam faktor independen yang terkait dengan peningkatan risiko infeksi luka operasi antara lain: obesitas (OR=4,46; 95% CI 1,54-12,88), ketuban pecah dini (OR=3,37; 95%, CI 1,05-13,21), hemoglobin (OR=0,94; 95% CI 0,91-0,98), lama operasi (OR=1,06; 95% CI 1,02-1,11), antibiotik profilaksis (OR=0,13; 95% CI 0,04-0,42) dan rektal toucher yang berulang (OR=13,94; 95% CI 4,24-45,85) dengan p value untuk semua variabel p=0,001.
9
Persamaan dalam penelitian Gong et al. (2011) adalah pada desain penelitian dengan menggunakan case control dan melihat faktor risiko usia, lama operasi dan antibiotik profilaksis terhadap kejadian infeksi luka operasi. Perbedaan terdapat pada pasien, lokasi penelitian dan variabel independen lainnya. 4.
Penelitian Ghuman et al. (2011), yang merupakan penelitian restrospektif yang dilakukan dari tanggal 16 Maret-15 September 2009 di Waikato Hospital (n=526). Tujuan dalam penelitian ini untuk mengidentifikasi kejadian infeksi luka operasi post seksio sesarea dan faktor risiko yang mempengaruhi kejadian infeksi luka operasi. Hasil penelitian dengan menggunakan program SAS versi 9,1 menunjukkan terdapat 25 dari 526 (5%) pasien mengalami infeksi luka operasi post seksio sesarea dengan faktor risiko yang mempengaruhi kejadian infeksi luka operasi adalah indeks massa tubuh untuk kelompok kasus adalah 34,7 kg/m2 dibandingkan pada kelompok kontrol 28,2 kg/m2 (p=0.0002). Persentase pada kelompok kasus tipe operasi emergency 84% dibandingkan kelompok kontrol 58% (p=0,02). Persamaan dengan penelitian Ghuman et al. (2011) merupakan penelitian case control retrospektif melihat faktor usia, antibiotik profilaksis dan tipe operasi terhadap kejadian infeksi luka operasi. Perbedaan dalam penelitian ini adalah pada pasien, lokasi, program analisis statistik.
5.
Penelitian Rasyid & Suheimi. (2000), penelitian dilakukan untuk mengetahui prevalensi infeksi nosokomial pada pasien pasca operasi di bagian Kebidanan
10
dan Penyakit Kandungan di RSUP M. Djamil Padang pada tanggal 6 Agustus-4 Oktober 2000 yang dilakukan pada 100 pasien pasca operasi obstetri (n=74) dan ginekologi (n=26). Desain penelitian cross sectional, analisis statistik menggunakan Chi-Square dengan p>0,05 dan uji rata-rata dan Confident level 95% (α=0,05). Hasil penelitian menunjukkan prevalensi infeksi nosokomial 14% (14 kasus) yang ditandai dengan adanya tanda-tanda peradangan dan pembentukan pus pada daerah bekas operasi. Persamaan dengan penelitian Rasyid & Suheimi. (2000) adalah melihat apakah faktor umur, antibiotik profilaksis dan lama operasi mempengaruhi terjadinya infeksi luka operasi dan pada pasien pasca operasi obstetri dan ginekologi. Perbedaan pada penelitian pada desain dan lokasi penelitian.