BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah Salah satu sumber daya penentu keberhasilan pendidikan di sekolah adalah kepala sekolah. Oleh karena itu, kompetensi dan kapabilitas kepala sekolah harus memadai dibandingkan guru. Kepala sekolah harus
menunjukkan dimensi
perilaku kepemimpinan. Kepemimpinan kepala sekolah berada pada tingkat satuan pendidikan dan kepemimpinan guru pada tingkat kelas. Kepemimpinan kepala sekolah berperan penting untuk memfasilitasi guru dalam melaksanakan proses belajar mengajar di kelas. Kepemimpinan guru di tingkat kelas menjadi bagian yang tidak bisa dipisahkan dengan keberhasilan dalam pelaksanaan Kurikulum 2013. Charles et.al., (2012:299) menyatakan bahwa kepala sekolah mempunyai wewenang untuk menciptakan kondisi yang memungkinkan sekolah sukses. Kepala sekolah memberikan citra institusinya terhadap potensi melalui motivasi, dukungan, dan skil untuk menyatakan visi, misi, dan pernyataan moto untuk menjadi kenyataan. Permendiknas Nomor 13 Tahun 2007 tentang Standar Kepala Sekolah menjadi legalitas formal yang memperkuat jabatan fungsional tersebut. Kualifikasi khusus kepala sekolah mulai TK/RA sampai SMA/MA/SMK adalah bersatus sebagai guru, memiliki sertifikat pendidik dan sertifikat kepala sekolah dari lembaga yang ditetapkan pemerintah. Dengan dasar regulasi yang kuat itu, kepala sekolah dalam melakukan praktik kepemimpinan autentik akan semakin
1
terbuka. Selain itu, upaya berupa berbagai jenis pelatihan, pendidikan profesional, dan kegiatan profesional lainnya kepada kepala sekolah terus digalakkan. Dewasa ini pengembangan sumber daya
manusia melalui dimensi
kepemimpinan merupakan hal yang mendesak untuk ditumbuhkembangkan. Ada banyak konsep
kepemimpinan
yang
ditawarkan para ahli,
diantaranya
kepemimpinan autentik. Kepemimpinan autentik menurut Hannah et.al., (2011) adalah konstruk multidimesi yang terdiri dari empat dimensi, yaitu internalisasi perspektif moral, kesadaran diri, relasi transparansi, dan pemrosesan yang seimbang. Internalisasi perspektif moral mengacu pada tingkat pengembangan moral yang lebih tinggi dan perilaku pemimpin dipandu oleh standar moral internal dan nilai. Hal ini merupakan lawan dari faktor tekanan eksternal yang bersumber dari rekanan, peringkat pemimpin yang lebih tinggi, dan faktor sosial lainnya. Kesadaran diri merujuk pada sejauh mana pemimpin
memiliki
pengetahuan diri yang akurat dan menunjukkan dirinya sebagai pemikir kognitif dan pengaruhnya pada orang lain. Kesadaran diri menjadikan pemimpin menggunakan pengetahuannya untuk memengaruhi agensinya (Hannah et.al., 2011). Avolio dan Luthans (dalam Hannah et. al., 2011) menyatakan bahwa relasi transparansi melibatkan perilaku pemimpin yang mempromosikan hubungan positif melalui ungkapan dan berbagi informasi yang terbuka, termasuk sesuatu yang menguatkan pikiran dan perasaan yang benar tentang pemimpin. Relasi
2
transparansi ditandai dengan keterbukaan, akuntabilitas, dan kejujuran antara pemimpin dan pengikutnya. Pemrosesan yang seimbang, meliputi analisis yang terbuka dan objektif berkaitan dengan informasi yang tersedia sebelum kesimpulan atau keputusan diambil. Pemimpin yang menunjukkan pemrosesan seimbang memilah pandangan dari pengikutnya, sebagai indikasi adanya kemauan terhadap posisi atau pikiran yang menantang sebelum keputusan diambil. Sumber daya lain yang berperan dalam mencerdaskan bangsa adalah guru. Sertifikasi guru merupakan jawaban profesionalitas guru. Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen menjadi indikasi bahwa kedua profesi ini sangat dihargai pemerintah. Kompetensi yang wajib dimiliki oleh guru profesional, diantaranya, kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi sosial, dan kompetensi profesional. Dengan adanya kepemimpinan autentik, kinerja guru akan meningkat dalam menciptakan kondisi pembelajaran. Kinerja guru di SMA Negeri 1 Bulukumba masih perlu ditingkatkan mengingat sebagian besar guru telah menerima tunjangan sertifikasi. Hanya saja, tunjangan sertifikasi belum sepenuhnya difokuskan pada pengembangan kualitas pembelajaran. Fenomena ini menyebabkan kepala sekolah perlu mencari model kepemimpinan baru yang mampu mengembalikan fungsi guru sebagai agen pembelajaran. Hal ini dilakukan dengan harapan agar kinerja guru diukur berdasarkan keterampilan, pengetahuan, dan tanggung jawab guru yang ditetapkan berdasarkan observasi dan portofolio guru; capaian guru dalam membina siswa berprestasi
berdasarkan tes standar; dan capaian sekolah
3
berdasarkan standar penilaian kriteria dapat dilakukan secara berkelanjutan (Scharter, 2001). Pada Dimensi kesadaran diri terhadap kinerja guru, Shamir and Eilam (2005:412) menyatakan bahwa pengembangan pemimpin autentik tidak hanya dibentuk melalui otak pemimpin, tetapi diukur melalui aksi nyata, umpan balik, dan refleksi atas dampak perilaku yang dilakukan. Kepemimpinan autentik dengan dimensi kesadaran diri akan berpengaruh positif pada kinerja guru. Hal ini disebabkan karakteristik inti yang dimiliki pemimpin berupa percaya diri, harapan, optimisme, dan ulet akan memengaruhi sikap kerja pengikut dan selanjutnya memengaruhi perilaku untuk tercapainya kinerja yang tinggi (Khan, 2010). Model penelitian yang dikembangkan Avolio et. al., (2005) menunjukkan bahwa pemimpin autentik memengaruhi sikap, perilaku, dan kinerja pengikut. Perilaku kepala sekolah yang menunjukkan kesadaran diri akan berdampak pada (a) munculnya kepercayaan diri guru, (b) harapan untuk meningkatkan produktivitas kerja, (c) optimisme dalam mencapai tujuan yang direncanakan, dan (d) ketekunan dalam melaksanakan tugas-tugas profesional guru. Relasi transparansi ditandai dengan keterbukaan, akuntabilitas, dan kejujuran antara pemimpin dan pengikut. Melalui proses yang transparan, terbuka, dan hasil kinerja guru disampaikan secara jujur, guru akan berupaya menaikkan kinerjanya dengan cara berbagi pengetahuan dengan kepala sekolah atau guruguru yang lebih senior dan produktif. Dengan prinsip transparan dan hasil
4
penilaian kinerja yang berbasis bukti yang dapat dipertanggungjawabkan secara moral, kinerja guru bisa meningkat. Pemimpin
yang
menganut
dimensi pemrosesan
seimbang
selalu
menganalisis semua data secara objektif sebelum keputusan dibuat. Seperti yang dikemukakan oleh Walumbwa et.al., (2008:121) bahwa "pemimpin autentik memiliki kemampuan untuk meningkatkan komitmen pengikut, khususnya dalam hubungan positif antara konstruk dan kinerja". Keterbukaan kepala sekolah dalam berbagi informasi, baik informasi pembinaan kualitas guru maupun promosi jabatan guru, akan berdampak terhadap terciptanya kepercayaan dan integritas guru. Menurut hasil penelitian bahwa pemimpin autentik yang pernyataannya cocok dengan guru membangun hubungan yang transparan. Motivasi guru akan meningkat jika mereka mengetahui alasan dan tujuan melakukan pekerjaan. Kepercayaan diri akan meningkat jika guru memahami dengan siapa bekerja serta merasa nyaman dalam berbagi informasi dan nilai yang mendasari pembuatan keputusan (Avolio, 2004). Sekolah yang mendukung akses terbuka dan bersikap adil terhadap informasi, sumber daya, dan peluang untuk mengembangkan budaya kondusif bagi pembelajaran dan pengembangan pribadi akan menuntunnya pada kinerja yang benar dan berkelanjutan. Pemimpin autentik yang memiliki dimensi pemrosesan seimbang mampu mendengar, menginterpretasikan, dan mengolah informasi negatif dan positif secara objektif sebelum keputusan diambil. Pemrosesan informasi berhubungan dengan integritas dan karakter pemimpin. Semakin banyak guru yang dilibatkan
5
dalam pengambilan keputusan suatu kebijakan di sekolah, akan semakin kuat peran dimensi pemrosesan seimbang kepala sekolah. Peran kepala sekolah ini jika dilaksanakan secara berkelanjutan akan berdampak pada perbaikan kinerja guru. Dimensi lain yang menjadi ciri khas kepemimpinan autentik adalah dimensi internalisasi perspektif moral. Dimensi ini memiliki hubungan positif dengan kinerja pengikutnya (Walumbwa et.al., 2008). Hasil penelitian ini didukung oleh Avolio et al., (2005) dan Darvish, Rezai (2011) bahwa regulasi diri (internalisasi perspektif moral) merupakan pemimpin autentik yang selalu bersikap dan berperilaku sesuai antara nilai yang dianut dengan aksi di lapangan. Pemimpin
autentik
yang
memiliki
internalisasi
perspektif
moral
merefleksikan perspektif moral dan mengomunikasikan dengan pengikut melalui kata-kata, perbuatan, dan perilaku berdasarkan standar moral. Pemimpin menunjukkan perilaku ini melalui contoh. Perilaku yang diperankan kepala sekolah akan berdampak pada pengembangan moralitas guru. Kepala sekolah yang menerapkan ketauladanan dalam bersikap dan berperilaku akan mampu memengaruhi kondisi untuk terciptanya moralitas guru dalam membelajarkan anak didik (Gardner, 2005). Fenomena itu menarik untuk dikaji lebih mendalam melalui sebuah penelitian Pengaruh Kepemimpinan Autentik pada Kinerja Guru SMA Negeri 1 Bulukumba.
B. Pertanyaan Penelitian Adapun pertanyaan penelitian ini dirumuskan sebagai berikut:
6
1. Apakah dimensi kesadaran diri berpengaruh positif pada kinerja guru? 2. Apakah dimensi relasi transparansi berpengaruh positif pada kinerja guru? 3. Apakah dimensi pemrosesan seimbang berpengaruh positif pada kinerja guru? 4. Apakah dimensi internalisasi perspektif moral berpengaruh positif pada kinerja guru?
C. Tujuan Penelitian Adapun tujuan umum penelitian ini, adalah memberikan gambaran yang jelas mengenai kepemimpinan autentik dan pengaruhnya pada kinerja guru SMA Negeri 1 Bulukumba. Secara khusus penelitian ini bertujuan untuk menguji dan menganalisis pengaruh: 1. Dimensi kesadaran diri pada kinerja guru 2. Dimensi relasi transparansi pada kinerja guru. 3. Dimensi pemrosesan seimbang pada kinerja guru. 4. Dimensi internalisasi perspektif moral pada kinerja guru.
7
D. Manfaat Penelitian Penelitian
ini diharapkan mempunyai implikasi, baik aspek teoretis
maupun aspek praktis sebagai berikut: 1. Manfaat Teoretis Sebagai bahan kajian ilmiah bagi para peneliti lain mengenai Pengaruh Kepemimpinan Autentik pada Kinerja Guru di dalam suatu organisasi dan dapat menjadi wacana bagi organisasi sekolah, terutama dalam upaya pengembangan kinerja guru di sekolah dengan mempertimbangkan dimensi kepemimpinan autentik serta bahan masukan bagi para kepala sekolah tingkat SMA khususnya di lingkungan Sekolah Menengah Atas Negeri 1 Bulukumba. 2. Manfaat Praktis Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan kepada Kepala Sekolah dan para guru SMA Negeri 1 Bulukumba
dalam upaya
peningkatan kinerja guru khususnya dengan penerapan perilaku dimensi kepemimpinan autentik pada satuan pendidikan.
E. Batasan Penelitian Pokok permasalahan yang akan diteliti mengenai keterkaitan antara kinerja guru dan faktor-faktor yang mempengaruhinya, dengan dibatasi pada faktor kepemimpinan autentik di SMA Negeri 1 Bulukumba.
8
F. Sistematika Penulisan Sistematika penulisan penelitian terdiri dari 5 (lima) bab sebagai berikut: 1. Bab I Pendahuluan Pada bab I memuat latar belakang masalah, pertanyaan penelitian, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan sistematika penulisan. 2. Bab II Tinjauan Pustaka Bab II memuat tentang teori-teori yang digunakan dalam penelitian ini yang terdiri dari teori kepemimpinan autentik, kinerja guru dan pengembangan hipotesis. 3. Bab III Metode Penelitian Pada bab III memuat desain penelitian, populasi dan sampel,
definisi
operasional dan pengukuran, uji validitas dan reliabilitas, dan metode analisis data. 4. Bab IV Analisis Data dan Pembahasan Pada bab IV berisi deskripsi data, pengujian hipotesis dan pembahasan. 5. Bab V Simpulan dan Saran Pada bab V memuat simpulan dari hasil penelitian, keterbatasan penelitian, implikasi dan saran-saran.
9