ABSTRAK
Fakultas Psikologi Universitas Gunadarma Maret, 2010 Asih Fitri Hapsary Perilaku Agresi Pada Anak Yang Gemar Menonton Tayangan Kekerasan Di Televisi Saat ini banyak acara televisi yang ada di masyarakat memang membawa berbagai dampak bagi para pemirsa yang menontonnya, salah satu dampak negatif televisi adalah banyaknya tontonan yang menampilkan kekerasan. Adanya tayangan televisi yang menampilkan adegan kekerasan dapat memberikan pengaruh khususnya kepada anak-anak yang gemar menonton acara televisi tersebut . Kekerasan merupakan salah satu yang sering ditayangkan di layar tele visi. Adegan kekerasan ini menyebar dalam berbagai jenis program acara. Apakah itu berita, animasi anak, drama dewasa, drama sinetron, olah raga, reality show. Dimana perilaku kekerasan sebagai pengaruh negatif dalam istilah psikologi disebut agresi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui sebab-sebab anak gemar menonton tayangan kekerasan, gambaran perilaku agresi pada anak yang gemar menonton tayangan kekerasan di televisi dan juga untuk mengetahui faktor -faktor yang mempengaruhi perilaku agresi pada anak. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah studi kasus. Subjek dalam penelitian ini berjumlah satu orang dengan karakteristik anak yang gemar menonton tayangan kekerasan di televisi. Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa perilaku agresi pada anak yang gemar menonton tayangan kekerasan adalah disebabkan karena merupakan hobi, karena dapat menghibur subjek, kegiatan rutin yang selalu dilakukan setiap hari setelah pulang sekolah, karena seru dan menegangkan, dan orang tua subjek tidak pernah melarang untuk menonton tayangan kekerasan di tv. Gambaran perilaku agresi subjek terdiri dari agresi secara fisik dan verbal. Secara fisik yakni berkelahi; memukul, menendang, mencubit, mengganggu temannya, tidak mengerjakan PR, dan yang termasuk agresi secra verbal yaitu: menghina dengan kata -kata kasar, berteriak, marahmarah, menolak berbicara, dan mendesak orang tua karena hal sepele. Faktor yang paling mempengaruhi subjek berperilaku agresi adalah akibat acara-acara di tv yang beradegan kekerasan dan subjek di cap sebagai anak yang nakal oleh orang tua, kakak, dan teman-temannya baik di rumah maupun di sekolahnya, sehingga membuat subjek merasa menjadi anak yang nakal. Faktor lainnya adalah meniru orang tua, memendam perasan marah, jarang berinteraksi dengan teman sebaya dan lingkungannya, dengan kejam menghadapi kekejaman dan orang tua membiarkan anak berperilaku salah.
Kata kunci : perilaku agresi, anak, teleisi.
BAB I PENDAHULUAN
yang menurut Hurlock (1993) termasuk dalam periode akhir masa kanak-kanak. Usianya berlangsung dari usia 6 tahun sampai sekitar 12 tahun bagi anak
A. Latar Belakang Masalah Pesawat televisi adalah sebuah
perempuan, dan 13 tahun bagi anak lakilaki.
benda mati yang hampir tidak punya
Survei Yayasan Kesejahteraan
pengaruh dan arti apa-apa tanpa
Anak Indonesia YKAI yang dilakukan
sentuhan tangan manusia. Benda ini
April 2002 pada 5 SD di Jakarta Timur
me n j ad i b eg i t u p o p u le r k ar en a
menunjukkan anak-anak menonton TV
kesanggupannya menerima siaran dari
s e l a m a 3 0 - 3 5 j a m p e r mi n g g u .
pemancar yang membawa informasi
Menonton televisi adalah kegiatan
audio dan visual. Kedatangannya
nomor satu bagi anak-anak selama jam-
disambut sebagai salah satu sarana hiburan, informasi, pendidikan, pembelajaran, kebebasan, dan lain-lain. Namun tidak sedikit yang mengecam s eb a g ai m u s u h b er b ah ay a y a n g memberikan pengaruh sangat buruk akibat tayangan yang ditampilkannya (Mahayoni & Lim, 2007). Dapat dikatakan saat ini hampir di setiap rumah mempunyai televisi, bahkan di satu rumah saat ini ada yang mempunyai lebih dari satu televisi yang dapat ditonton secara bebas kapan saja dan oleh siapa saja para penikmat acara televisi. Penikmat acara televisi bukan dari orang dewasa saja, tetapi anak-anak pun menyukainya. Salah satunya ditonton oleh anak-anak sekolah dasar,
jam antara pulang sekolah dan makan malam. Berdasarkan survei yang d i l a k u k a n a t as 1 2 0 0 a n a k o l e h Yankelovich Youth Monitor (dalam Chen, 1996) disebutkan hampir 80 persen anak melaporkan bahwa selama waktu itu kegiatan mereka terutama menonton TV. Suatu pengumpulan pendapat yang dilakukan Newsweek pada tahun 1992 (dalam Chen, 1996) mengungkapkan bahwa 49 persen dari orang-orang yang disurvei menganggap televisi sebagai pemberi pengaruh terbesar pada anak-anak, hanya 26 persen responden beranggapan bahwa pemberi
pengaruh
terbesar
adalah
orangtua, dan 49 persen mengatakan mereka menganggap hiburan televisi
memberikan pengaruh negatif pada anak-anak.
Agresi adalah setiap bentuk perilaku yang diarahkan untuk merusak
Saat ini banyak acara televisi
atau melukai orang lain (Baron dan
yang ada di masyarakat memang
Byrne, 2004). Sears (1991) meyatakan
membawa berbagai dampak bagi para
bahwa agresi tidak sebatas pada perilaku
pemirsa yang menontonnya. Diantaranya
namun mencakup juga maksud tindakan
dampak positif acara televisi, yaitu yang
seseorang untuk merusak atau melukai
apada umumnya dapat mempengaruhi
orang lain. Sears (1991), mengatakan
sikap, pandangan, persepsi, dan perasaan
bahwa ada beberapa faktor yang
pada audiens yakni dengan menghipnotis
mempengaruhi perilaku agresi, yaitu
hingga audiens tersebut dihanyutkan
proses
dalam pertunjukkan televisi. Dennis dan
penguatan (reinforcement) dan norma
Merril (dalam Widodo, 2008)
s o s i a l , y a n g s e l a n ju t n y a d a p a t
menambahkan bahwa dari televisi, orang
mempengaruhi pikiran anak-anak.
belajar,
peniruan
(imitasi),
dapat belajar banyak tentang informasi
Imitasi atau peniruan merupakan
dan memahami tentang dunia dan
salah satu faktor yang dominan pada
bagaimana berperilaku dalam
anak-anak, karenanya timbul bahwa
masyarakat, antara lain mempelajari
anak-anak sangat rentan terhadap
hubungan sosial, nilai-nilai perilaku
pengaruh adegan kekerasan di televisi.
sosial dan anti sosial. Sedangkan salah
Pada tahap ini, anak belum sampai pada
satu dampak negatif televisi adalah
proses berfikir yang terlalu kompleks.
banyaknya tontonan yang menampilkan
Kemampuan meniru yang sangat besar
kekerasan. Sears (1991), menyatakan
menyebabkan anak memiliki
bahwa meningkatnya proporsi adegan
kecenderungan meniru apa saja yang
kekerasan dalam film maupun televisi
anak lihat dan dijadikan referensi. Tidak
m e l a h i r k a n k e k h a w a t ir a n a k a n
heran apabila anak meniru gaya
timbulnya pengaruh negatif bagi
Spiderman, Power Ranges, Batman,
penonton. Dimana perilaku kekerasan
Ultraman, Superman, atau Sailormoon.
sebagai pengaruh negatif dalam istilah
Apabila sekedar meniru gaya sang tokoh
psikologi disebut agresi.
baik dari model pakaian atau gaya bicara tentu tidak menjadi masalah. Namun
ap abila yang ditiru adalah gay a
layar televisi. Adegan kekerasan ini
menaklukan lawannya seperti pada
menyebar dalam berbagai jenis program
tayangan Smackdown tentu
acara. Apakah itu berita, animasi anak,
permasalahan besar akan terjadi. Proses
drama dewasa, drama sinetron, olah
meniru ini sebenarnya yang berbahaya,
raga, reality show. Sekadar mengambil
pada saat meniru anak belum dibekali
contoh, adegan kekerasan dalam
dengan kemampuan analisis berfikir
program berita, diantaranya; Derap
yang cukup apakah layak atau tidak dia
Hukum (SCTV, Senin & Selasa pukul
meniru sesuatu (Sears, 1991).
21.30 WIB), Buser (SCTV, Senin-Sabtu
Banyak acara TV yang
pukul 11.30 WIB), Fakta (ANTV,
ditayangkan untuk anak-anak sekalipun
Kamis pukul 22.00 WIB), Kriminalitas
ternyata tidak cocok untuk anak-anak.
(ANTV, Rabu pukul 11.00 WIB),
Salah satunya adalah film Tom dan
Patroli (Indosiar, Senin-Minggu pukul
Jerry. Film kartun yang sering dianggap
11.30 WIB), Bidik ( MetroTV, Rabu dan
lucu ini lebih banyak menonjolkan
Kamis pukul 17.30 WIB), Brutal (Lativi,
adegan kekerasan dibandingkan
Senin-Minggu pukul 18.00 WIB), TKP
p er s ah ab at a n ,
k es eti a k aw an a n .
Siang ( TV7, Selasa dan Kamis pukul
Kemenangan dengan menghalalkan
11.00 WIB), Sergap (RCTI, Senin-Sabtu
segala cara juga salah satu ciri khas dari
pukul 12.30 WIB), Sidik (TPI, Senin-
kartun sang kucing Tom dan sang tikus
Minggu pukul 11.00 WIB), Insert
Jerry. Bagi anak yang usia dini acara ini
(TransTV, Senin-Minggu pukul 11.00
sangat tidak mendidik dan kurang
WIB). Sebenarnya masih banyak lagi
bermanfaat. Jadi acara yang dibuat untuk
adegan kekerasan yang termuat dalam
anak pun belum tentu cocok untuk anak
berbagai program acara televisi
(Mahayoni & Lim, 2007).
(Gumilar, 2005).
Televisi mempengaruhi
dipercaya mampu sikap
dan
Efek kekerasan dalam media efek
perilaku
peniruan atau modeling yang menjadi
penonton. Unsur audio dan visual
karaktersistik anak-anak sekolah dasar
merupakan kelebihan televisi dibanding
yang l ain ad alah p en gar u h d ar i
media lainnya. Kekerasan merupakan
pemaparan terhadap kekerasan dalam
salah satu yang sering ditayangkan di
li p u t an m ed i a, p ad a k hu s us n y a
kekerasan di televisi. Diperkirakan
yang berbasis laboratorium, baik anak
bahwa anak yang rata-rata menonton TV
maupun orang dewasa ditemukan
2 sampai 4 jam tiap harinya, dapat
bertindak lebih agresif ketika terpapar
melihat sekitar 8.000 pembunuhan dan
pada kekerasan di televisi atau media
100.000 tindak kekerasan lain melalui
lain (DeAngelis, dalam Nevid, Rathus
TV, begitu anak menyeles aikan
dan Greene, 2005). Bukti-bukti juga
pendidikan dasarnya (Eron, dalam
menunjukkan peningkatan perilaku
Nevid, Rathus dan Greene, 2005).
agresif pada anak dan dewasa laki-laki
Pemaparan terhadap kekerasan dalam
menyusul pemaparan terhadap
media mungkin berkontribusi pada
permainan video yang mengandung
perilaku agresif dalam berbagai cara
kekerasan (Anderson & Drill, dalam
(Eron, “Health Groups.” Huesmann &
Nevid, Rathus dan Greene, 2005).
Miller, dalam Nevid, Rathus dan Greene,
B er b ag ai p e n eli ti an t el ah
2 0 0 5) . P em ap ar a n it u mu n g k i n
menunjukkan bahwa tayangan kekerasan
menyebabkan munculnya pikiran-pikiran
membawa dampak negatif bagi remaja
atau impuls-impuls agresif.
dan anak. Semakin meningkatnya angka
Hubungan antara pemaparan
kriminalitas, kekerasan fisik, dan
media dengan perilaku agresif dan
berbagai bentuk kekerasan lainnya baik
tindak kekerasan pada anak bersifat
yang menimpa perempuan, anak maupun
rumit dan mungkin dua arah. Anak yang
kekerasan dalam rumah tangga dianggap
lebih agresif mungkin lebih suka
sebagai dampak dari maraknya tayangan
menonton
berisi
televisi yang berbau kekerasan. Oleh
kekerasan (DeAngelis, dalam Nevid,
karena itu, stasiun televisi dan rumah
Rathus dan Greene, 2005). Meski begitu
produksi harus memiliki tanggung jawab
sebagian besar ahli yakin bahwa
moral yang cukup besar tehadap
pemaparan terhadap kekerasan media
pengaruh tayangannya kepada
berkontribusi pada agresi dan tindak
penontonnya (Widodo, 2008).
program-program
kekerasan pada anak-anak dan remaja
Penelitian ini penting untuk
(“Health Groups.” 2000; Huesmann &
diteliti karena saat ini semakin banyak
Miller, dalam Nevid, Rathus dan Greene,
tayangan televisi yang mengandung
2005). Dalam penelitian-penelitian lain
unsur kekerasan bagi para penontonnya,
baik dari orang dewasa sampai anak-
D. Manfaat Penelitian
anak usia sekolah dasar, dimana anak
Penelitian diharapkan
usia sekolah dasar sangat rentan untuk
memiliki dua manfaat yaitu :
meniru adegan yang ditampilkan oleh acara-acara televisi yang sering
1. Manfaat Teoritis Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan yang
menonjolkan adegan kekerasan.
bermanfaat bagi perkembangan ilmu
B. Pertanyaan Penelitian 1. Mengapa anak gemar menonton tayangan kekerasan di televisi?
psikologi,
2. Bagaimana gambaran perilaku agresi
sehingga dapat digunakan sebagai
pada anak yang gemar menonton
pedoman untuk penelitian lebih lanjut
tayangan kekerasan di televisi?
yang berkaitan dengan perilaku agresi
3. Apa
faktor-faktor
yang
menyebabkan perilaku agresi pada anak yang gemar menonton tayangan di televisi.
khususnya
psikologi
perkembangan dan psikologi sosial
pada anak yang gemar menonton tayangan kekerasan di televisi. 2. Manfaat Praktis Membantu
memberikan
pandangan kepada para orangtua,
C. Tujuan Penelitian untuk
guru, serta masyarakat mengenai
m e mb e r i k a n p e n j e l as a n s e c a r a
gambaran tayangan kekerasan di
mendalam tentang sebab-sebab anak
televisi terhadap perilaku agresi pada
gemar menonton tayangan kekerasan,
anak, sehingga dapat menjadi bahan
gambaran perilaku agresi pada anak
pertimbangan agar orang tua dapat
yang gemar meno nton tayangan
lebih selektif memilih program
kekerasan di televisi dan juga untuk
televisi pada saat anak menonton
me n g e ta h u i f ak t o r - f ak t o r y a n g
tayangan televisi sehingga anak tidak
mempengaruhi perilaku agresi pada
menonton tayangan yang kurang
anak, karena pada usia anak-anak sangat
mendidik bagi perkembangan diri
rentan untuk meniru adegan yang berbau
anak nantinya.
Tujuan penelitian ini
kekerasan di televisi.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Perilaku Agresi 1. Pengertian Perilaku Agresi Hampir semua akan setuju bahwa agresi adalah suatu motif dimana kita harus tahu lebih banyak. Suatu
datangnya tingkah laku tersebut. Definisi ini mencakup empat faktor, yaitu : tingkah laku, tujuan untuk melukai atau mencelakakan, individu yang menjadi pelaku dan individu yang menjadi korban, serta ketidakinginan korban menerima tingkah laku si pelaku.
gagasan yang berpengaruh tentang
Aronson (dalam Koeswara,
agresi manusia adalah bahwa agresi
1998) mendefinisikan agresi sebagai
adalah bagian dari “sifat dari binatang”
tingkah laku yang dijalankan oleh
(Freud, Lorenz dalam Morgan dkk.
individu dengan maksud melukai atau
1986). Istilah agresi sulit untuk
mencelakakan individu lain dengan
dipikirkan, dan ada beberapa
ataupun tanpa tujuan tertentu. Moore
ketidaksepakatan mengenai apa yang
dan Fine (dalam Koeswara, 1998)
seharusnya disebut agresi dan apa yang
memandang agresi sebagai tingkah laku
tidak. Berikut adalah pengertian dari
kekerasan secara fisik ataupun secara
beberapa tokoh dalam menjelaskan
verbal terhadap individu lain atau
perilaku agresi.
terhadap obyek-obyek.
Agresi adalah setiap bentuk
Jadi agresi menurut peneliti
perilaku yang diarahkan untuk merusak
adalah perilaku yang diarahkan untuk
atau melukai orang lain (Baron dan
melukai atau mencelakakan individu
Byrne, 2004). Sears (1991) meyatakan
lain dengan ataupun tanpa tujuan
bahwa agresi tidak sebatas pada perilaku namun mencakup juga maksud tindakan seseorang untuk merusak atau melukai orang lain. Baron (1997) berpendapat bahwa agresi adalah tingkah laku individu yang ditunjukkan untuk melukai atau mencelakakan individu lain yang tidak menginginkan
tertentu, baik dengan kekerasan secara fisik ataupun secara verbal terhadap individu lain atau terhadap obyekobyek. 2. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Agresi Menurut Nevid, Rathus & Greene (2005) ada beberapa faktor
dimana seseorang melakukan agresi dan kekerasan terhadap orang lain, diantaranya :
b. Faktor Sosiobiologis Menurut
a. Faktor biologis Pandangan
perang. pandangan
sosiobiologis, perspektif biologis klasik
yang baru, disebut sosiobiologi
menyatakan bahwa agresi
(sociobiology), telah muncul. Para
merupakan produk dari insting
penganut sosiobiologi tidak
(instinct). Insting adalah pola
menjelaskan
perilaku menetap yang dibawa
berdasarkan insting. Mereka yakin
sejak lahir dan spesifik bagi
bahwa
anggota spesies tertentu.
kecenderungan-kecenderungan
Pendukung awal dari keyakinan
atau disposisi-disposisi perilaku,
bahwa agresi manusia merupakan
termasuk kecenderungan agresi,
produk insting adalah Sigmund
yang meningkatkan kemungkinan
Freud. Frued akhirnya
pertahanan hidup nenek moyang
berkeyakinan akan adanya insting
kita, dan diturunkan secara genetis
yang mendasari agresi manusia,
pada kita (Gaulin & McBurney,
yang disebutnya sebagai insting
Goode, Thornill & Palmer, dalam
kematian (death instinct).
Nevid, Rathus & Greene, 2005).
Insting
biologi
kematian
pada
agresi
kita
manusia
mewarisi
Ahli sosiobiologi melihat
dasarnya memiliki tujuan yang
bukti kontemporer yang
bersifat self-destructive, karena
menunjukkan anak laki-laki dan
tujuan akhirnya mengembalikan
laki-laki dewasa cenderung
manusia pada kondisi bebas-
agresif
ketegangan seperti saat sebelum ia
konsisten dengan evolusioner ini
dilahirkan. Insting kematian dapat
(Knight, Fabes, & Higgins, dalam
memunculkan
self-
Nevid, Rathus & Greene, 2005).
destructive, termasuk bunuh diri.
Mereka juga melihat ketertarikan
Kadang kala insting ini diarahkan
dalam media kontemporer dan
perilaku
pada orang lain dalam bentuk agresi ke luar, kekerasan, dan
daripada
perempuan,
video games merupakan hasil
Kenrick, Segell, dalam Nevid,
samping dari warisan agresif kita.
Rathus & Greene, 2005). Peneliti
c. Faktor Neurobiologis
menemukan bahwa remaja laki-
Penelitian
neurobiologis
kontemporer tentang agresi banyak memfokuskan pada peran tras mitter s ar af, tertutama serotonin dan hormon seks testosteron pada anak laki-laki (Virkkunen & Linnoila, Virkunnen dkk., dalam Nevid, Rathus & Greene, 2005). Serotonin berperan sebagai transmitter
saraf
yang
menghambat di beberapa bagian otak, terutama sistem limbik, bagian otak yang terlibat dalam
laki dengan tingkat testosteron yang tinggi lebih cenderung b er es po n agr es if t er h ad a p provokasi daripada sebayanya (Olweus, dalam Nevid, Rathus & Greene, 2005). Meski penelitian lebih lanjut sangat diperlukan, mengenai kaitan antara testosteron dan agresi pada laki-laki, mungkin saja kelebihan dan kekurangan hormon ini berperan dalam munculnya perilaku agresif pada laki-laki. d. Faktor Sosial-Kognitif Teoritikus
sosial
kognitif
dorongan-dorongan
seperti Albert Bandura (dalam
primitif seperti lapar, haus, dan
Nevid, Rathus & Greene, 2005)
ag resi. Sistem limbik juga
mengajukan pandangan bahwa
menjadi kunci dalam belajar,
agresi merupakan perilaku yang
ingatan, dan pengaturan emosi.
dipelajari, dimunculkan melalui
Peneliti menduga bahwa serotonin
cara yang sama seperti perilaku-
menolong mengerem perilaku-
perilaku lain. Peran dari modeling
perilaku primitif, ternasuk aksi-
( m el i h a t d an m e n i r u ) d a n
aksi agresi impulsif (Cowley &
reinforcement digarisbawahi pada
Underwood, dalam Nevid, Rathus
pembelajaran perilaku agresif.
& Greene, 2005).
Anak-anak dapat meniru tindak
mengatur
Testosteron juga berimplikasi terhadap agresi, sebagian fakta laki-laki cenderung lebih agresif daripada perempuan (Buss &
kekerasan yang diamati di rumah,
di halaman sekolah, di televisi,
Meski keterkaitan antara alkohol
atau di media lain. Bila meraka
dan perilaku agresif pada
kemudian di reinforced untuk
dasarnya bersifat korelasional,
bertindak agresif, misalnya
semakin banyak temuan
dengan memperolah keinginannya
eksperimental menunjukkan
atau memperoleh persetujuan dan
bahwa alkohol berperan kausal
rasa hormat dari sebaya,
dalam agresi verbal dan fisik
kecenderungan untuk melakuakn
(Giancola & Zeichner, Ito, Miller,
agresi menjadi lebih kuat sejalan
& Pollock, dalam Nevid, Rathus
dengan waktu.
& Greene, 2005). Banyak faktor
e. Faktor Sosiokultural Menurut
mungkin terkait dalam perspektif
menjelaskan efek alkohol. Di satu
sosiokultural, tindak kekerasan
sisi, alkohol menimbulkan efek
berakar pada penyebab-penyebab
kognitif tertentu, seperti merusak
sosial, yang banyak diantaranya
kemampuan
berjalan beriringan, seperti
keputusan.
kemiskinan,
mengambil
kurangnya
Hubungan antara tindak
kesempatan, keretakan keluarga,
kekerasan dan alkohol serta obat-
dan pemaparan terhadap model-
obat terlarang bersifat kompleks
model peran yang menyimpang.
dan mungkin dijembatani oleh
Stressor-stressor sosial seperti
sejumlah faktor, termasuk tingkat
pengangguran yang berlangsung
dosis
lama juga berperan. Perspektif
pengguna terhadap efek obat,
sosioluktural mengenai kekerasan
hubungan pengguna dengan
juga
korban, lingkup pertemuan,
mempertimbangkan
dan
sensivitas
bagaimana nilai-nilai budaya dan
termasuk
metode pengasuhan anak dapat
situasional, individual, sosiokultural.
mengembangkan kekerasan. f. Faktor Alkohol dan Agresi Tidak semua orang yang minum alkohol menjadi agresif.
pula
biologis
faktor-faktor dan
g. Faktor-faktor Emosional Faktor-faktor Emosional, khususnya
frustasi
dan
kemarahan, sering tampak nyata
hal yang memang sudah ada
dalam perilaku agresif. Frustasi
dalam tubuh yang mempengaruhi
adalah status emosional yang
agresivitas, yaitu hormon seks.
berasosiasi dengan terhambatnya
Namun,
demikian
keinginan seseorang untuk
(1993),
juga
memperoleh suatu tujuan tertentu.
bagaimanapun hormon seks tidak
Menurut hipotesis klasik frustasi-
menyediakan stimuli langsung
agresi,
untuk agresivitas. Peran
frustasi
selalu
menghasilkan agresi, dan agresi
Berkowitz
menambahkan,
pemb en tuk an ge nd er y ang
selalu merupakan konsekuensi
dipengaruhi oleh budaya yang
dari frustasi.
berlaku dimana si anak tinggal
Kemarahan sering merupakan
dan dibesarkan, banyak
katalis atau pemicu kekerasan
mempengaruhi perbedaan jenis
atau perilaku
agresif. Pelaku
kelamin dalam perilaku
kekerasan
pada
agresivitas.
anak
melemparkan kemarahan ketika anak
gagal
mematuhi
keinginannya dan tuntutannya. Ditambah
oleh
Berkowitz
3. Bentuk-bentuk Agresi Beberapa psikolog telah melakukan penelitian untuk
(1993), jenis kelamin jug a
mengidentifikasi
dianggap sebagai salah satu faktor
agresi, baik pada manusia maupun
yang
perilaku
hewan yang digolongkan
agresivitas seseorang. Ia juga
berdasarkan penyebab munculnya
berpendapat perilaku agresivitas
perilaku agresif tersebut. Bentuk-
selain dipengaruhi hormon juga
bentuk agresi menurut Moyer
dipengaruhi oleh lingkungan yang
(1976), yaitu :
m em b er i k an b a t as an j el a s
a.
Agresi Predator : agresi yang tampil akibat adanya mangsa.
b.
Agresi Antarjantan (Intermale) : agresi yang tipikal hadir akibat
mempengaruhi
mengenai perilaku apa yang boleh dan yang tidak boleh dilakukan oleh pria atau wanita. Berkowitz (1993), menyatakan bahwa ada
bentuk-bentuk
hadirnya sesama jantan dalam satu spesies. c. Agresi
Ketakutan
(Fear
individual) : tingkah laku agresif
untuk memenuhi atau mencapai suatu tujuan tertentu. 4. Sebab-sebab Agresi Kunci utama penyebab agresi
ini tampil akibat suatu usaha untuk menghindar dari suatu
adalah
ancaman.
menyenangkan (Berkowitz dalam
d. Agresi Tersinggung (Irritable) : ditimbulkan oleh perasaan marah (tersinggung)
dan biasanya
respon tampil secara meluas mengenai objek hidup maupun mati. Biasanya tampil dalam lingkungan yang menimbulkan frustasi deprivasi dan rasa sakit. e. Agresi Pertahanan (Territorial) : agresi yang muncul dalam rangka mempertahankan
jenisnya
maupun daerah kekuasaanya dari suatu ancaman atau biasa juga disebut sebagai agresi ancaman. f. Agresi Maternal : tampil hanya pada golongan betina yang bertindak
agresif
untuk
pengalaman
yang
tidak
Riyanti & Prabowo, 1998). Sedangkan frustasi dari suatu motif sejak awal diusulkan sebagai sebab dasar dari agresi. Frustasi terjadi ketika perilaku yang dimotivasi dihalangi, atau ditutupi, sehingga tujuan itu tidak dapat dicapai. Bentuk yang kuat dari hipotesa-frustasiagresi (Dollard, dkk. Dalam Riyanti & Prabowo, 1998)., seperti yang baru saja disebutkan, menyatakan bahwa frustasi selalu menghasilkan agresi, dan semua perilaku agresi selalu disebabkan oleh frustasi. Apakah frustasi hasil dari agr es i atau tidak nampaknya tergantung pada dua faktor. Pertama,
melindungi anak-anaknya dari
frustasi tersebut harus kuat (Harris
bahaya yang sedang dihadapinya.
dalam Riyanti & Prabowo, 1998).
g. Agresi Instrumental : tingkah laku agresi yang dipelajari dan diperkuat oleh stimulus positif yang diperolehnya biasanya
Kedua, frustasi harus diterima sebagai hasil dari tindakan sewenang-wenang.
Agresi
lebih
nampak ketika frustasi diterima sebagai tidak dapat dibenarkan, dan
agresi tidak terjadi sama sekali jika penghalang
dari motif
a. Adanya frustasi yang dialami oleh
seseorang
sehingga
dipertimbangkan benar oleh individu
menimbulkan adanya tegangan
yang frustasi (Zillmann dalam
atau dorongan yang harus
Riyanti & Prabowo, 1998).
disalurkan melalui perilaku
Barangkali yang umum, sumber agresi sehar-hari adalah
agresif. b. Dorongan-dorongan umum juga
penghinaan verbal atau penilaian
dapat
negatif dari orang lain. Penyebab
bertindak agresif seperti orang
sosial lain yang penting dari agresi
yang sangat kelaparan akan
manusia adalah kerelaan dengan
sangat rakus melahap makanan
suatu otorita yang menyuruh kita
atau orang yang letih akan
untuk menyerang orang lain. Kondisi
mudah tersinggung dan marah.
yang tidak menyenangkan atau
c. Timbulnya suatu penyerangan
kondisi aversif bisa menyebabkan
fisik maupun verbal dapat
orang cenderung berperilaku agresif.
memotivasi seseorang untuk
Temperatur yang tinggi di atas
menampilkan perilaku agresif
temperatur norman (Baron dalam
dalam rangka membalas maupun
Riyanti & Prabowo, 1998), suara
mempertahankan
yang kuat (Donnerstein & Wilson
serangan tersebut.
dalam Riyanti & Prabowo, 1998), dan dibawah kondisi-kondisi seperti
membuat
seseorang
diri
dari
d. Deindividuasi atau hilanganya suatu
crowding atau ramai (Freedman,
nilai
pribadi,
akan
Scopler & Stockdale dalam Riyanti
mendorong seseorang bertindak
& Prabowo, 1998) meningkatkan
agresif karena merasa disamakan
agresi, khususnya pada orang yang
(tanpa hak) serta tidak adanya
sudah marah pada suatu hal.
penghargaan
Adapun menurut Deaux (1993), sebab-sebab munculnya agresi :
moral
secara
pribadi. e. Secara biologi, beberapa jenis obat-obatan mampu menstimuli seseorang
sehingga
ambang
kemarahannya menurun dan
cepat bereaksi secara agresif
Gagne (dalam Gunarsa,1990)
terhadap stimuli yang sederhana
mengatakan bahwa batasan usia
sekalipun.
seorang anak adalah individu yang
f. Adanya kondisi masyarakat yang
mengalami
pertumbuhan
dan
secara langsung membenarkan
perkembangan verbal sebagai hasil
atau mendukung dilakukannya
proses mempelajari sesuatu yang
tindakan agresif.
diperoleh dari luar.
Dapat disimpulkan bahwa sebab-
Lugo dan Hershey (dalam
sebab agresi adalah pengalaman
Damayanti, 1999) anak adalah
yang tidak menyenangkan,
anggota keluarga yang ikut dalam
penghinaan verval, dan faktor
tanggung jawab sehari-hari orang
kerelaan, selain itu kejadian-kejadian
dewasa, ikut dalam aktivitas orang
yang membuat frustasi menimbulkan
dewasa.
dorongan agresi yang menyebabkan
Havinghurst (dalam Gunarsa,
individu meyerang atau menyakiti
1999) menyebutkan bahwa seorang
orang lain, dimana penyebabnya
anak mengalami tugas-tugas dalam
adalah adanya dorongan agresi sejak
perkembangan (Developmental
lahir, frustasi, tingkah laku agresi
task) yaitu tugas-tugas yang timbul
merupakan
dipelajari,
pada atau kira-kira pada masa
dorongan-dorongan umum juga
perkembangan tertentu yang
dapat membuat seseorang bertindak
bilamana berhasil akan
agresif, timbulnya suatu peyerangan
menimbulkan kebahagiaan dan
fisik maupun verbal, deindividuasi,
akan diharapkan berhasil pada
secara biologi, dan adanya kondisi
tugas perkembangan berikutnya.
hal
yang
masyarakat yang secara langsung maupun
tidak langsung
membenarkan
atau
tindakan agresif. B. Anak
1. Definisi Anak
mendukung
Hurlock (1993) memberikan batasan usia anak yang memisahkan antara anak laki-laki dan anak perempuan, anak lakilaki berkisar antara usia 0-12 tahun, sedangkan anak wanita berusia 0-11 tahun.
Jadi menurut peneliti anak
c.
Masa
Bayi
adalah individu yang tumbuh dan
Hood)
berkembang sesuai tugas-tugas
sampai 2 tahun. Pertama-
perkembangan dengan rentang usia
pertama bayi sama sekali
2 sampai 12 tahun.
tidak berdaya, secara
2. Batasan Usia Perkembangan Anak
dari
2
(Baby minggu
bertahap
belajar
mengendalikan
ototnya
Hurlock (1993) memberikan
sehingga secara berangsur-
batasan usia anak yang
angsur dapat bergantung pada
memisahkan antara anak laki-laki
dirinya sendiri, perubahan
dan anak perempuan, anak laki-
disertai timbulnya perasaan
laki berkisar antara usia 0-12
tidak suka dianggap seperti
tahun, sedangkan anak wanita
bayi dan keinginan mandiri.
berusia 0-11 tahun. Lebih rinci
d.
Masa kanak-kanak
lagi Hurlock membagi usia
awal (Early Children) dari
perkembangan anak menjadi :
2-6 tahun adalah usia pra
a. Masa
sebelum
sekolah atau pra kelompok.
lahir
Anak berusaha
(Pranatal) selama 9 bulan
mengendalikan
sebelum lahir perkembangan terjadi sangat cepat yang
lingkungan dan mulai belajar
terutama
menyesuaikan diri secara
terjadi
secara
social.
fisiologis dan terjadi dari pertumbuhan seluruh tubuh.
e.
Masa kanak-kanak
b. Masa bayi baru lahir (New
akhir (Late Chilhood) 6-12
Born) 0-14 hari, masa ini
tahun untuk perempuan dan
adalah periode bayi yang
6-13 tahun untuk anak laki-
baru lahir, atau neonate,
laki, terjadi kematangan
selama waktu ini bayi harus
seksual dan masa remaja
menyesuaikan diri dengan
dimulai, perkembangan
lingkungan yang seluruhnya
utama ialah sosialisasi,
baru di luar rahim ibu.
merupakan usia sekolah atau usia kelompok. Dalam
penelitian
ini
menggunakan masa kanak-
kanak akhir (Late Chilhood)
tingkat
kecerdasan, hampir semua
perempuan dan 6-13 tahun
anak menyenangi buku komik,
untuk anak laki-laki.
baik yang bersifat lelucon atau
Menurut Hurlock (1980), pada masa akhir kanak-kanak, beberapa hiburan yang digemari yaitu :
meyukai buku dan majalah anak-anak yang menekankan kisah-kisah petualangan dan dimana anak dapat membaca ten tang tokoh pahlawan sebagai tokoh indentifikasi diri.
yang
menyenangkan dan interaksi kelompok yang positif dari orang-orang kelas menengah daripada lingkungan yang kaku dan interaksi kelompok yang negatif dari orang-orang kota. Yang penting, ia ingin akhir cerita yang bahagia. Buku Komik
Buku
menar ik
komik
k ar ena
menyenangkan, menggairahkan, mudah dibaca dan merangsang imajinasi anak.
Menonton film merupakan salah satu kegiatan kelompok yang
digemari,
meskipun
beberapa anak pergi sendiri ke bioskop atau dengan anggota keluarga. Anak gemar film kartun-kartun,
kisah-kisah
petualangan dan film-film tentang binatang.
An a k l e bi h m en y u k ai lingkungan
petualangan.
c. Film
Membaca Anak yang lebih besar lebih
b.
dari
usia 6-12 tahun untuk anak
3. Hiburan Pada Akhir Masa Kanak-Kanak
a.
Terlepas
d. Radio dan Televisi Televisi
lebih populer
daripada radio, meskipun anak senang mendengarkan musik atau berita-berita olah raga yang tidak disiarkan televisi. Menonton televisi merupakan salah satu hiburan yang disukai oleh sebagian anakanak. Mereka senang pertunjukan kartun dan acara-
acara lain yang diperuntukkan
anak,
yang
diantaranya
b ag i t i n g k at u s i a n y a d i
berpengaruh pada
samping acara-acara untuk
psikologis anak , menur ut
orang dewasa. Seperti telah
Hurlock (1980), ada enam
dipertunjukkan oleh Leifer
bahaya psikologis yaitu :
( dal am Hur l ock , 19 80 ).
a. Perkembangan kode moral
bahaya
“televisi bukan hanya
berdasarkan konsep teman-
merupakan hiburan bagi anak-
teman atau berdasarkan
anak, tetapi juga s ar ana
konsep-kensep media massa
sosialisasi yang penting”.
tentang benar dan salah yang
e. Melamun atau Berkhayal
tidak serupa dengan kode
Anak yang kesepian di rumah dan mempunyai sedikit
orang dewasa; b. Tidak
berhasil
teman bermain sering
mengembangkan suara hati
menghibur diri sendiri dengan
sebagai pengawas dalam
melamun. Yang khas, anak
terhadap perilaku;
membayangkan diri sendiri
c. Disiplin yang tidak konsisten
sebagai “pahlawan yang
membuat anak tidak yakin
menang” dalam dunia
akan apa yang sebaiknya
impiannya,
dilakukan;
dan
kemudian
mengimbangi kurangnya teman dan perhatian yang ia
d. Hukuman fisik merupakan contoh agresifitas anak;
peroleh dalam hidup sehari-
e. Menganggap
hari. 4. Bahaya
teman-teman Psikologis
yang
Mempengaruhi Perilaku Anak Ada beberapa faktor yang mempengaruhi perilaku anak, dimana pada umumnya dikaitkan dengan perkembangan sikap moral, dan perilaku anak-
dukungan terhadap
perilaku yang salah begitu memuaskan sehingga perilaku itu kebiasaan; dan
menjadi
f. Tidak sabar terhadap perbuatan orang lain yang salah.
5. Faktor-faktor
yang
Mempengaruhi Agresi Pada Anak Setiawan menyebutkan
(2000), faktor-faktor
mengizinkan dia bertindak lagi. c. Akibat acara-acara televisi Orang tua perlu
penyebab perilaku agresi pada anak adalah :
mendampingi anak dalam
a.
dibiarkan menonton adegan-
Meniru orang tua Anak cenderung meniru
memilih acara TV, bila anak adegan kekerasan dalam film,
peril ak u o ra ng t u any a,
maka dikhawatirkan akan
mereka akan melakukan hal
mempengaruhi
yang sama dan hanya
Menurut Mahayoni & Lim
mengulangi apa yang sama
(2007), akibat acara-acara
dan hanya mengulangi apa
televisi yaitu anak menjadi
yang pernah dilakukan orang
peniru dan televisi membuat
tuanya.
anak kurang bisa berinteraksi
b. Orang tua membiarkan Cara hidup yang tidak beraturan atau terlalu dimanja orang tua dapat membuat a n a k s u k a m e n y er a n g , misalnya : orang tua menegur anak ketika anak memukul orang. Anak segera tahu bahwa orang tuanya merasa tidak apa-apa dan memberi kesempatan bagi dia mengulangi perbuatannya, bahkan lebih menjadi-jadi. Bagi anak, bila orang tua tidak menghukum, itu berarti
anak.
dengan teman sebaya dan lingkungannya. d. Memendam perasaan marah Mencegah atau melarang anak
melampiaskan
amara hn y a h an ya ak an mengakibatkan
anak
memendam perasaan marah itu. Mula-mula tidak diketahui, sebab kelihatannya secara lahiriah baik dan sopan, tetapi karena tidak dapat melampiaskan emosi amarahnya dan juga karena tertimbun lama di dalam
hatinya, maka pada waktunya
perasaan itu meledak dan
verbal
terlampiaskan melalui tindak
kekerasan yang kerap ditemui
penyerangan.
dan biasanya orangtua tidak
e. Dengan kejam menghadapi
termasuk
bentuk
menyadari telah melakukan hal tersebut. Sedangkan pengertian
kekejaman Menghukum kekerasan anak itu dapat dibenarkan,
kekerasan merupakan tindakan agresi dan pelanggaran
tetapi bukan dengan
( p e n y i k s aa n ,
memukul secara kasar. Hal
pemerkosaan, dan lain-lain) yang
itu akan berakibat
menyebabkan atau dimaksudkan
kebalikannya,
anak
untuk menyebabkan penderitaan
menir u k el ak uan o r an g
atau menyakiti orang lain, dan
dewasa. Apabila orang tua
hingga batas tertentu tindakan
menghukum
men y ak iti b in atan g dap at
yaitu
dengan
pemukulan,
menganiaya, maka anak akan
dianggap
sebagai
kekerasan,
belajar untuk menganiaya
tergantung pada situasi dan nilai-
orang lain sebagai balasan
nilai sosial yang terkait dengan
pelampiasannya.
kekejaman terhadap binatang. Istilah “kekerasan” juga
C. Tayangan Kekerasan Di Televisi 1. Pengertian Tayangan Kekerasan Di Televisi
mengandung
kecenderungan
agresif untuk melakukan perilaku yang merusak. Kerusakan harta
Arti tayangan televisi
b en d a b i a s a n y a d i an g g ap
dalam kamus bahasa Indonesia
masalah kecil dibandingkan
adalah sesuatu yang
dengan kekerasan terhadap orang
dipertunjukkan. Sedangkan arti
(Gunawan Wibisono, 2009).
kekerasan yang dimaksud disini memang bukan hanya dalam bentuk fisik, tetapi juga dalam bentu k ver bal, emosional, maupun seksual. Kekerasan
Sedangkan dalam bahasa Inggris pengertian televisi disebut dengan television, istilah television berasal dari perkataan Yunani ; tele artinya : far, off,
jauh. Ditambah dengan vision,
seksual yang menyebabkan atau
yang artinya to see, melihat. Jadi
dimaksudkan menyakiti orang
artinya secara harfiah, melihat
lain, atau binatang dalam sebuah
jauh. Dapat juga diartikan sebagai media komunikasi jarak jauh dengan penayangan gambar dan pendengaran suara, baik melalui kawat maupun secara elektromagnetik tanpa
kawat
(berasal dari bahasa Yunani “tele” yang artinya jauh dan “vision” yang artinya penglihatan). Televisi adalah sistem
media televisi. 2. Daftar
Acara
Tayangan
Televisi Untuk Anak-anak Dari Pengembangan
Yayasan Media
Anak
(YPMA), telah membuat daftar acara yang masuk dalam kategori Aman, Hati-hati, dan Bahaya untuk anak, antara lain sebagai berikut : a. Aman
elektronik yang mengirimkan
Tayangan televisi yang
gambar diam dan gambar hidup
Aman bagi anak bukan hanya
bersama suara melalui kabel
t a y a n g a n
(Arsyad, 2002: 50). Sistem ini
menghibur, melainkan juga
menggunakan peralatan yang
memberikan manfaat lebih.
mengubah cahaya dan suara ke
Manfaat
tersebut,
dalam gelombang elektrik dan
misalnya
pendidikan,
mengkonversikannya kembali ke
memberikan
dalam cahaya yang dapat dilihat
mengembangkan
dan suara yang dapat didengar.
percaya
y a n g
motivasi, sikap
Jadi tayangan kekerasan
diri anak, dan penanaman
di televisi menurut penulis adalah
nilai-nilai positif dalam
sesuatu yang dipertunjukkan
kehidupan. Acaranya adalah:
bukan hanya menampilkan
Varia Anak (TVRI), Bocah
kekerasan dalam bentuk fisik,
Petualang, Laptop Si Unyil,
tetapi juga bisa dalam bentuk
Jalan
verbal, emosional, maupun
Sesama,
Cita-citaku,
Si
Battle Brawlers, Konser
Bolang ke Kota, Buku Harian
Elimi nasi 6 AF I Ju nior
si Unyil (TRANS7),
(IVM),
Surat Sahabat, Cerita Anak,
DooMovie
(TRANS7),
Main Yuk! (TRANS TV),
SpongeBob
Squarepants,
Dora The Explorer,
Avatar: The Legend of Aang, Carita De Angel (TVG).
Go! Diego Go!, Chalkzone, Backyardians (TV G), dan Masa Kalah Sama Anak-anak (TV One). b. Hati-hati
New
Scooby
c. Berbahaya Tayangan yang masuk d al am k at eg o r i B ah a y a merupakan tayangan yang
Tayangan yang masuk
mengandung lebih banyak
dalam kategori Hati-hati
muatan neg atif , seper ti
adalah tayangan anak yang
kekerasan,
dinilai relatif seimbang antara
seks , dan bahas a kasar.
muatan positif dan negatif.
Kekerasan dan mistis dalam
Kategori ini memberikan
tayangan yang masuk
nilai hiburan serta pendidikan
dalam kategori ini dinilai
dan nilai positif, namun juga
cukup intens sehingga bukan
dinilai mengandung muatan
l a g i
negatif seperti kekerasan,
bentuk pengembangan cerita,
mistis, seks, dan bahasa kasar
tapi sudah menjadi inti cerita.
yang tidak mencolok.
Tayangan
Acaranya antara lain :Idola
dalam kategori ini disarankan
Cilik Seleb, Rapor Idola Cilik
untuk tidak disaksikan anak.
Seleb, Doraemon, Pentas
Contoh acaranya yaitu : Tom
Idola Cilik, Rapor Pentas
& Jerry, Crayon Sinchan
Idola Cilik (RCTI), Casper,
(RCTI), Si Entong, Tom &
Harveytoon
J e r r y ,
(TPI),
mistis,
m e n j a d i
S i
Transformers (AN TV),
Entong 2 (TPI), Popeye
Pokemon Series, Bakugan
Original, Oggy & The
Cockroaches (AN TV),
menjustifikasi
Detective Conan, Dragon
sebagai hal yang lumrah dalam kehidupan sehari-hari.
Ball, Naruto 4 (INDOSIAR), T o m
&
J e r r y
e.
kekerasan
Lagu-lagu
atau
klip
(TR ANS7), One Piece,
video
musik
yang
Naruto (TVG)
mengandung muatan pesan menggelorakan
3. Pedoman Larangan Program Penyiaran Tayangan Kekerasan Di Televisi Berdasarkan
Keputusan
atau
mendorong kekerasan. f. Disajikan eksplisit. g.
secara
Menyorot gambar luka-
Komisi Penyiaran Indonesia No.
luka yangdiderita
009 / SK / 8 / 2004 tentang
kekerasan, kecelakaan, dan
Pedoman Perilaku Penyiaran dan
bencana secara close up.
Standar Program siaran pasal 32-
h.
Menyorot
korban
penggunaan
38, khususnya mengenai
senjata tajam dan senjata api
larangan program dan tayangan
secara close up.
terkait kekerasan, diantaranya: a. Mengandung
i.
Gambar korban kekerasan tingkat berat,
muatan
kekerasan secara dominan,
serta potongan organ tubuh
atau mengandung adegan
korban dan genangan darah
kekerasan
eksplisit
yang
dan
diakibatkan tindak kekerasan,
vulgar.
kecelakaan, dan bencana
b. Jam penayangan diluar pukul 22.00-03.00. c. Mengandung adegan yang dianggap diluar perikemanusiaan atau sadistis.
tidak disamarkan. j.
Saat-saat kematian tidak boleh disiarkan.
k.
Adegan eksekusi hukuman mati.
l.
Rekonstruksi kejahatan disiarkan secara terperinci.
d. Yang dapat dipersepsikan sebagai
mengagung-
agungkan kekerasan atau m.
Rekonstruksi kejahatan
seksual dan pemerkosaan tidak boleh disiarkan.
atau pihak-pihak yang dapat
4. Daya Tarik Bagi Anak yang Gemar Menonton Tayangan Kekerasan
dipandang sebagai wakil
Bagi anak unsur film yang
n. Rekonstruksi kejahatan tanpa izin dari korban kejahatan
korban.
menegangkan merupakan daya
o. Rekonstruksi memperlihatkan
yang
tarik yang utama. Bagaimanapun
modus
caranya ketegangan itu dihasilkan
kejahatan secara terperinci. p. Rekonstruksi
yang
memperlihatkan
cara
pembuatan
alat-alat
kejahatan. q. Memberikan
gambaran
eksplisit dan terperinci tentang cara membuat bahan peledak.
mereka ingin melihat sesuatu yang merangsang dan mengandung u ns ur t er or , k e k er as an d an k ete g an g an . Ap a s aj a y ang menawarkan adegan ketegangan, petualangan, atau misteri merupakan daya tarik bagi anakanak ini karena merupakan sesuatu yang berbeda dari kenyataan hidup
r. Mendorong atau mengajarkan
sehari-hari (Hurlock, 1995). Selain
tindakan kekerasan atau
menghibur, yang terutama bikin
penyiksaan
terhadap
binatang.
kecanduan ialah unsur thrill, suasana tegang saat menunggu
s. Penggambaran secara eksplisit dan terperinci adegan bunuh diri.
adegan apa yang bakal terjadi
t. Terkandung pesan bahwa
membosankan, karena itulah anak-
bunuh diri adalah sebuah
anak senang menonton tayangan
jalan keluar yang dibenarkan
kekerasan (Triwardani, 2008).
untuk
mengakhiri
cenderung
datar
dan
hidup
(Koran Tempo, 19 Desember 2004).
kemudian. Tanpa itu, film
D. Perilaku Agresi Pada Anak Yang Gemar Menonton Tayangan Kekerasaan Di Televisi
Aronson (dalam Koeswara,
kekhawatiran
akan
timbulnya
1998) mendefinisikan agresi sebagai
pengaruh negatif bagi penonton.
tingkah laku yang dijalankan oleh
Dimana perilaku kekerasan sebagai
individu dengan maksud melukai
pengaruh
atau mencelakakan individu lain
psikologi disebut agresi.
negatif
dalam
istilah
dengan ataupu n tanpa tujuan
Saat ini frekuensi dan durasi
tertentu. Moore dan Fine (dalam
tayangan televisi berbau kekerasan
Koeswara, 1998) memandang agresi
sudah berada pada tahap yang
sebagai tingkah laku kekerasan
mengkhawatirkan. Adanya tayangan
secara fisik ataupun secara verbal
televisi yang berbau kekerasan dapat
terhadap individu lain atau terhadap
m em b u at an a k b e r k at a y an g
obyek-obyek.
membuat kita kaget, misalnya
Pada
uraian
di
atas
oarngtua menyebalkan, kurang ajar,
dikemukakan bahwa agresi adalah
bangsat, atau segudang makian
s e t i ap b en t u k p e r i l ak u y a n g
lainnya. Bahkan kadang bukan hanya
diarahkan merusak atau melukai
perkataan saja yang diikuti, tetapi
orang lain (Baron dan Byrne, 2004).
juga disertai aksi yang tidak kalah
Melukai orang lain atau berperilaku
mengagetkan,
agresif bisa dalam bentuk fisik atau
membanting piring, gelas, atau
verbal, pasif atau aktif, langsung atau
barang yang terdekat yang bisa
tidak langsung (Buss dalam Morgan
d i r ai h n y a , b er bi ca r a d e ng an
dkk. 1986)
berteriak-teriak, mengancam, dan
Adanya tayangan televisi yang menampilkan adegan kekerasan
misalnya
dengan
lain sebagainya (Mahayoni & Lim, 2007).
d a p at m emb er i k an p en g ar u h
Kekerasan merupakan salah
khususnya kepada anak-anak yang
satu yang sering ditayangkan di layar
gemar menonton acara televisi
televisi.
tersebut. Sears (1991), menyatakan
menyebar dalam berbagai jenis
bahwa meningkatnya proporsi
program acara. Apakah itu berita,
adegan kekerasan dalam film
animasi anak, drama dewasa, drama
maupun telev is i melahir kan
Adegan
kekerasan
ini
sinetron, olah raga, reality show (Gumilar, 2005).
banyak
mereka
menonton
kekerasan di TV semakin besar
Para ahli menyakini bahwa
kemungkinan anak berfikir bahwa
pemb en tuk an p er il ak u an ak
kekerasan merupakan bagian yang
didasarkan pada stimulus yang
normal dalam kehidupan sehari-
diterima melalui pancaindera yang
hari (Mahayoni & Lim, 2007).
kemudian diberi arti dan makna
Berbagai teori psikologi
pengetahuan,
sosial menyatakan bahwa di
pengalaman, dan keyakinan yang
televisi atau dalam film dapat
dimiliki. Jika anak belum memiliki
meningkatkan agresi
sebuah pemahaman tentang benar
penontonnya. Teori imitasi
atau salah, kemudian mereka
Bandura misalnya, menyatakan
melihat acara televisi yang penuh
b ah w a k ek e r a s a n i t u a k a n
dengan adegan umpatan, kekerasan,
menyebabkan
hal itu akan mereka anggap sebuah
melakukan agresi imitatif. Teori
kebenaran baru. Bahayanya adalah,
belajar yang lain menyatakan
jika kebenaran baru tersebut, yang
bahwa kekerasan media
s e b en a r n y a b u k a n l a h s u at u
memberikan isyarat yang memicu
kebenaran
sesungguhnya,
timbulnya kebiasaan respons
disampaikan secara berulang-ulang,
agresif penontonnya (Sears,
akan menjadi semacam indoktrinasi
1985).
berdasarkan
yang
dogma (Mahayoni & Lim, 2007). Televisi lebih mengajari anak-anak pola pikir yang salah. Katakanlah jalan pintas dalam menghadapi
masalah,
menyelesaikan
uang
masalah,
kekerasan untuk menyelesaikan masalah, dan lain-lain. Pola pikir anak dipengaruhi oleh imajinasinya sendiri. Semakin
para
penonton
BAB III PENDEKATAN PENELITIAN 1. Definisi Studi Kasus Dalam
penelitian
ini,
pendekatan yang digunakan adalah metode kualitatif dengan pendekatan penelitian studi kasus. Menurut Moleong (2004), studi kasus adalah studi yang berusaha memahami isu-
memperluas pengalaman atau
kelompok, bahkan masyarakat luas (Basuki, 2006).
menambah kekuatan terhadap apa
Studi kasus ditujukan untuk
yang telah dikenal melalui hasil
meneliti satu kasus atau lebih secara
penelitian yang lalu lebih lanjut
mendetail, mendalam, guna
dikatakan b ahwa studi kasus
memahami kompleksitasnya dalam
menekankan pada rincian analisis
konteks alamiah. Studi kasus dapat
kontekstual tentang sejumlah kecil
d i l a k u k a n s e c ar a k u a l i t a t i f ,
kejadian atau kondisi dan hubungan-
kuantitatif, atau gabungan keduanya.
hubung an yang ada pad anya.
Dari uraian di atas maka dapat
Sedangkan American Psychology
disimpulkan bahwa studi kasus ialah
Asociation (APA) mendefinisikan
suatu penelitian mendalam yang
studi kasus atau case study sebagai
dilakukan untuk memberikan
“p a p e rs i n wh i ch t he a uth o r
gambaran mendalam mengenai suatu
describes case material while with
kasus yang mempunyai karakteristik
an individual or organization”. Yang
tertentu.
isu yang rumit atau objek dan dapat
intinya bahwa studi kasus adalah
B. Subjek Penelitian
sebuah laporan penelitian yang
Suatu penelitian studi kasus
dibuat oleh peneliti untuk
dapat menggunakan satu subjek
memberikan gambaran mengenai
penelitian saja asalkan data yang di
suatu kasus baik itu individu atau
dapat sudah cukup (Bonister dkk
organisasi.
dalam Poerwandari, 1998).
Studi kasus adalah suatu
Karakteristik subjek adalah
bentuk penelitian (inquiry) atau studi
anak laki-laki atau perempuan yang
tentang suatu masalah yang memiliki
berusia antara 6 sampai 12 tahun
sifat kekhususan (particularity),
untuk anak perempuan, 6-13 tahun
dapat dilakukan baik dengan
untuk anak laki-laki yang gemar
pendekatan
kualitatif
maupun
menonton tayangan kekerasan di
kuantitatif,
dengan
sasaran
televisi.
perorangan (individual) maupun
C. Tahap-tahap Penelitian
Pada penelitian ini ada tiga
penelitian kualitatif yang terbuka
tahap persiapan dan pelaksanaan
dan luwes, metode dan tipe
diantaranya:
pengumpulan
1. Tahap Persiapan Penelitian Tahap persiapan sebelum
penelitan kualitatif sangat
diadakan penelitian adalah
masalah, tujuan, serta sifat objek
melakukan perumusan masalah
yang akan diteliti (Poerwandari,
penelitian yang akan dijadikan
1998). Dalam penelitian ini,
topik penelitian, setelah
metode pengumpulan data yang
merumuskan maka langkah
di g u n ak a n a d al a h me t o d e
ber ikutny a adalah d engan
wawancara dan observasi.
pengumpulan konsep dan teori
beragam
data
disesuaikan
dalam
dengan
1. Wawancara
yang selanjutnya dapat dijadikan
Menurut Banister dkk.
perbanding an antara hasil
(dalam Basuki, 2006),
penelitian dengan teori yang ada.
wawancara adalah percakapan
2. Menyusun pedoman wawancara
dan tanya jawab yang diarahkan
Peneliti menyusun pertanyaan
untuk mencapai tujuan tertentu.
yang berhubungan dengan apa
Wawancara kualitatif dilakukan
yang ingin ditanyakan pada
bila peneliti bermaksud untuk
subjek, khususnya hal-hal yang
memperoleh pengetahuan tentang
menyangkut dalam penelitian
makna-makna subjektif yang
berdasarkan teori-teori yang
dipahami individu berkesan
relevan dengan masalah yang
dengan topik yang diteliti dan
diteliti.
bermaksud melakukan eksplorasi
3. Pelaksanaan wawancara dan observasi Peneliti
melakukan
proses
wawancara dibantu alat perekam berupa tape recorder.
dengan
tidak dapat dilakukan dengan pendekatan lain. Selain itu menurut Narbuko dan Achmadi (2005), wawancara adalah proses tanya jawab dalam
D. Teknik Pengumpulan Data Sesuai
terhadap isu tersebut. Hal ini
sifat
penelitian yang berlangsung
Proses wawancara didasarkan
secara lisan di mana dua orang
sepenuhnya pada berkembangnya
at a u l e b i h b e r t at a p mu k a
pertanyaan-pertanyaan secara
mendengarkan secara langsung
spontan dalam interaksi alamiah.
in f o r m as i – i nf or mas i a t au
Tipe wawancara demikian umumnya
keterangan–keterangan. Hal ini
dilakukan peneliti yang melakukan
dijelaskan pula oleh Moleong
observasi partisipasif. Dalam situasi
(2002),
mendefinisikan
demikian, orang-orang yang diajak
wawancara sebagai percakapan
berbicara mungkin tidak menyadari
dengan maksud tertentu, yang
bahwa ia sedang diwawancarai
dilakukan oleh dua pihak, yaitu
secara sistematis untuk menggali
pewawancara (interviewer) yang
data.
mengajukan pertanyaan dan yang diwawancarai (interviewee)
b. Wawancara dengan Pedoman Umum
yang memberikan jawaban atas
Dalam proses wawancara ini,
yang
pertanyaan itu.
p eneliti d ilengk api p edo man
Kartono (dalam Basuki,
wawancara yang sangat umum, yang
2006) menjelaskan bahwa interview
mencatumkan isu–isu yang harus
atau wawancara adalah suatu
diliput tanpa menentukan urutan
percakapan yang diarahkan pada
pertanyaan, bahkan mungkin tanpa
suatu masalah tertentu, ini
b entuk per tan yaan ek splis it.
merupakan proses tanya jawab lisan,
Wawancara dengan pedoman sangat
dimana du a orang atau lebih
umum ini dapat berbentuk
berhadap-hadapan secara fisik.
wawancara terfokus, yakni
Menurut Patton (dalam
wawancara
yang
mengarahkan
Poerwandari, 1998) secara umum
pembicaraan pada hal–hal atau
ki t a d ap a t m emb ed a k an ti g a
aspek–aspek tertentu dari kehidupan
pendekatan dasar dalam memperoleh
atau pengalaman subjek. Tetapi
data kualitatif melalui wawancara,
wawancara juga dapat berbentuk
yaitu :
wawancara mendalam, dimana
a. Wawancara Informal
peneliti mengajukan pertanyaan
mengenai berbagai segi kehidupan subjek, secara utuh dan mendalam.
akurat, mencatat fenomena yang muncul, dan mempertimbangkan
c. Wawancara dengan Pedoman
hu bung an antar as pek dalam
Terstandar yang Terbuka
fenomena tersebut (Poerwandari,
Dalam bentuk wawancara ini,
1998).
pedoman wawancara ditulis secara
Bogdan dan Biklen (dalam
rinci, lengkap dengan set pertanyaan
Moleong, 2002) mengatakan bahwa
dan penjabarannya dalam kalimat.
observasi adalah catatan tertulis
Bentuk ini akan efektif dilakukan
tentang apa yang didengar, dilihat,
bila penelitian melibatkan banyak
dialami dan dipikirkan dalam rangka
pewawancara, sehingga peneliti
pengumpulan data dan refleksi
perlu mengadministrasikan upaya–
terhadap data dalam penelitian
upaya untuk meminimalkan variasi,
kualitatif. Sedangkan menurut
sekaligus mengambil langkah–
Banister dkk. (dalam Basuki, 2006)
langkah menyeragamkan pendekatan
observasi selalu menjadi bagian
terhadap responden.
dalam penelitian psikologis, dapat
Dalam penulisan ini, peneliti menggunakan metode wawancara
berlangsung dalam konteks
dengan pedoman umum, dimana
laboratorium (eksperimental) maupun konteks alamiah.
pedoman wawancara digunakan
Lain halnya dengan Kartono
untuk mengingat peneliti mengenai
(dalam Basuki, 2006), pengertian
aspek yang akan dibahas dan dapat
observasi diberi batasan sebagai
mengajukan
secara
berikut: “studi yang disengaja dan
mendalam mengenai kehidupan
sistematis tentang fenomena sosial
subjek.
dan gejala-gejala psikis dengan jalan
pertanyaan
2. Observasi
pengamatan dan pencatatan”. Sedangkan
Patton
(dalam
dari bahasa latin yang berarti
Poerwandari,
1998),
observasi
“melihat” dan “memperhatikan”.
merupakan metode pengumpulan
Istilah observasi diarahkan pada
data esensial dalam penelitian,
kegiatan memperhatikan secara
apalagi
Istilah observasi diturunkan
peneliti
dengan
menggunakan pendekatan kualitatif.
pengamatan
Agar memberikan data yang akurat
mempunyai kerangka struktur yang jelas.
dan bermanfaat, observasi sebagai metode ilmiah harus dilakukan oleh
ini
adalah
d. Observasi Tidak Sistematik
peneliti yang sudah melewati latihan-
Observasi dikatakan oleh
latihan yang memadai.
pengamatan dengan
Tujuan
observasi
adalah
mendeskripsikan setting yang dipelajari, aktivitas-aktivitas yang
atau
menggunakan pengamatan
tidak
instrument
e. Observasi Eksperimental
berlangsung, orang-orang yang
P engamatan dilakukan
terlibat dalam aktivitas, dan makna
dengan cara observee dimasukkan
kejadian yang diamati. Beberapa
kedalam suatu kondisi atau situasi
jenis observasi yang dikemukakan
tertentu.
oleh Poerwandari (1998) adalah
Dalam penelitian ini peneliti
sebagai berikut:
menggunakan teknik observasi
a. Observasi Partisipan
non partisipan, dimana peneliti
Observasi partisipan adalah observasi dimana orang
tidak berperan serta ikut ambil bagian dalam kehidupan subjek.
melakukan pengamatan berperan serta ikut ambil bagian dalam kehidupan orang yang b. Observasi Non Partisipan Observasi dikatakan non partisipan apabila observer tidak berperan serta ikut ambil bagian
seluruh proses penelitian, mulai dari memilih topik, mendekati topik tersebut, mengumpulkan data, hingga menganalisis, menginterpretasikan
kehidupan observee. c. Observasi Sistematik pengamatan
menggunakan pedoman sebagai instrument pengamatan, yang menjadi
P oer wan dar i ( 1 99 8 ) , penulis sangat berperan dalam
diobservasi.
Apabila
E. Alat Bantu Pengumpul Data
cirri utama jenis
dan
menyimpulkan hasil penelitian (ins tr umen po kok) . Dalam mengumpulkan data-data penulis
membutuhkan
alat
bantu
yang berlangsung, orang-orang
(instrumen tambahan), yaitu : 1.Pedoman Wawancara
yang terlibat dalam aktivitas, dan makna kejadian yang dilihat dari
Menurut Poerwandari (1998),
perspektif mereka terlibat dalam
p ed o man wa wa n ca ra y an g digunakan peneliti berisi daftar pertanyaan-pertanyaan yang disusun
berdasarkan
tujuan
penelitian dan teori yang berkaitan. Pedoman wawancara digunakan agar wawancara yang dilakukan tidak menyimpang dari tujuan penelitian, tetapi juga berdasarkan teori yang berkaitan dengan masalah yang diteliti, yaitu self-effic acy seorang pengusaha kecil 2.Pedoman Observasi Patton (dalam Poerwandari, 1998), menjelaskan bahwa pedoman observasi merupakan met o d e p eng u mpu lan da ta esensial dalam penelitian. Agar memberikan data yang akurat dan bermanfaat, observasi sebagai metode ilmiah harus dilakukan oleh peneliti. Selain itu Poerwandari (1998), menjelaskan p ed o ma n o b s er v as i d a la m penelitian kualitatif digunakan untuk mendeskripsikan setting yang dipelajari, aktivitas-aktivitas
kejadian yang dialami tersebut. 3.
Alat Perekam Alat
perekam berguna
sebagai alat bantu pada saat wawancara, agar penulis dapat benar-benar berkonsentrasi pada proses pengambilan data tanpa harus berhenti untuk mencatat jawaban-jawaban dari responden. Dalam mengumpulkan data, alat perekam baru dapat dipergunakan setelah penulis memperoleh izin dari subjek untuk menggunakan alat tersebut pada saat proses wawancara berlangsung. 4. Kamera K a me r a d a p at b er g u n a sebagai alat bantu pada saat observasi. Dengan alat ini peneliti dapat melengkapi catatan observasi yang dilakukan. Alat ini baru dapat dipergunakan
setelah
penulis
memperoleh izin dari subjek. 5. Alat Tulis Alat tulis yang digunakan adalah buku tulis, pensil, pulpen,
dan penghapus. Dengan tujuan
didepan umum dengan
penggunaan alat tulis ini adalah
apa yang dikatakan secara
untuk mencatat semua data atau
pribadi.
informasi dalam suatu penelitian,
c.
baik wawancara maupun observasi.
Membandingkan apa yang dikatakan orang-
F. Keakuratan dalam Penelitian
orang tentang situasi
Triangulasi menurut Moleong
penelitian dengan apa
(2000), adalah teknik pemeriksaan
yang
keakuratan data yang memanfaatkan
sepanjang waktu.
sesuatu yang lain di luar data itu untuk keperluan pengecekan atau
d.
seseorang
itu. Denzin (dalam Moleong, 2000) triangulasi
empat
macam
sebagai
teknik
pemeriksaan, yaitu : 1. Triangulasi dengan sumber berarti membandingkan dan mengecek balik derajat kepercayaan suatu informasi
berbagai
dicapai dengan : a. Membandingkan data hasil pengamatan dengan data hasil wawancara. b. Membandingkan apa yang dikatakan orang
pendapat
dan
2. Triangulasi dengan metode, m en ur u t P at t o n ( d a l am Moleong, 2000) terdapat dua strategi, yaitu : a.
Pengecekan
derajat
kepercayaan penemuan hasil penelitian beberapa
b er b ed a d al a m m et o d e Moleong,2000). Hal itu dapat
dengan
pandangan orang.
melalui waktu dan alat kualitatif (Patton dalam
Membandingkan keadaan dan perspektif
sebagai pembanding terhadap data membedakan
dikatakannya
teknik pengumpulan data. b.
Pengecekan kepercayaan
derajat beberapa
sumber data dengan metode yang sama. 3. Triangulasi
dengan
penyelidikan, menurut Patton (dalam Moleo ng, 2000) menggunakan pemanfaatan p e n el i ti a ta u p en g a ma t
lainnya untuk keperluan
kemungkinan-
pengecekan kembali derajat kepercayaan data.
kemungkinan itu dapat ditunjang oleh data.
4. Triangulasi dengan toeri, menurut Lincoln dan Guba
S ed a n g k a n t r i a n g u l as i
(d alam Moleong, 2000)
menurut Marshall dan Rossman
berdasarkan anggapan bahwa
(dalam Poerwandari, 2001) adalah
fakta tertentu tidak dapat
mengacu pada upaya mangambil
diperiksa derajat kepercayaan
sumber-sumber data yang berbeda
dengan satu atau lebih teori. Dipihak lain, Patton (dalam
untuk menjelaskan suatu dal tertentu.
Moleong, 2000) berpendapat
Patton (dalam Poerwandari,
lain yaitu bahwa hal itu dapat
2001) menyatakan bahwa
dilaksanakan
triangulasi dapat dibedakan dalam
dan
hal
itu
dinamakan penjelasan
:
banding (rival explanation).
1. Triangulasi Data, yaitu
Hal itu dap at d ilakuk an
digunakan variasi sumber
secara induktif atau secara
–sumber data yang
logika, sebagai berikut:
berbeda
a.
dokumen, arsip, hasil
Secara
induktif,
dilakukan
dengan
menyertakan
usaha
seperti
wawancara,
hasil
observasi.
pencarian cara lainnya
2. Triangulasi Peneliti yaitu
untuk mengorganisasikan
digunakannya beberapa
data yang barangkali
peneliti atau evaluator
mengarahkan pada upaya
yang berbeda seperti:
penemuan
dosen pembimbing.
penelitaian
lainnya.
3. Triangulasi Teori, yaitu
b. Secara logika, dilakukan
digunakannya beberapa
dengan jalan memikirkan
perspektif yang berbeda
kemungkinan
logis
lainnya dan kemudian melihat
apakah
untuk
menginterpretasikan data yang sama. 4. Triangulasi Metodologis,
dipahami dan temuannya dapat diinformasikan kepada orang lain.
yaitu dipakainya beberapa metode yang berbeda untuk meneliti suatu hal yang sama. Dalam penelitian
ini
menggunakan metode wawancara dan observasi. Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan triangulasi data, triangulasi penelitian, triangulasi teori, triangulasi metodologis yang dikatakan oleh Patton (dalam Moleong, 2000) karena dari kesemuanya sangat penting dalam suatu penelitian untuk
Dalam
menganalisis
penelitian kualitatif terdapat beberapa tahapan yang perlu dilakukan. Menurut Marshall dan Rosman (1989) tahapantahapan tersebut, yaitu : 1. Mengorganisasikan Data Data yang telah didapat dibaca berulang-ulang, agar penulis mengerti benar data atau hasil yang telah didapat. 2. Pengelompokkan Berdasarkan Kategor i, Tema dan P ola Jawaban
menjelaskan suatu hal tertentu
Secar a umum tah ap ini
serta untuk keperluan pengecekan
merupakan tahap yang paling
atau sebagai pembanding terhadap
sukar, kompleks, tersamar, tetapi
suatu data.
juga
merupakan tahap
menyenangkan G. Teknik Analisis Data
membutuhkan
aktivitas
yang yang daya
Menurut Bogdan (dalam
kreativitas kita. Tiga hal yang
Sugiyono, 2005) analisis data
sangat dibutuhkandalam tahap
adalah proses mencari dan
ini, yaitu :
menyusun secara sistematis
a.
Pengertian yang mendalam terhadap data.
b.
Perhatian dan konsentrasi penuh.
data yang diperoleh dari hasil wawancara, observasi (catatan lapangan) dan bahan-bahan lain, sehingga dapat mudah
c. Terbuka
terhadap
membantu
penulis
untuk
kemungkinan munculnya hal-
memeriksa kembali apakah
hal lain di luar hal-hal yang
kesimpulan yang dibuat sudah
ingin digali.
selesai, dengan kata lain
3. Menguji
Asumsi
atau
Permasalahan yang Ada Terhadap Data
keabsahan internal sudah dicapai. BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
Kategori dan pola data yang sudah tergambar jelas, kemudian diuji terhadap asumsi yang telah dikembangkan dalam penelitian ini.
a. Sebab -sebab anak gemar menonton tayangan kekerasan di televisi Dari hasil analisa penulis
4. Mencari Alternatif Penjelasan Bagi Data
dapat
mengambil kesimpulan
bahwa terdapat kesesuaian antara
Setelah kaitan antara kategori
subjek dan SO dimana sebab-
dan pola data dengan asumsi
sebab anak gemar menonton
terwujud, penulis masuk ke
tayangan kekerasan ditelevisi
dalam tahap penjelasan.
yaitu karena merupakan hobi
Berdasarkan kesimpulan yang
yang digemari subjek, selain itu
telah diperoleh dari kaitan
merupakan hiburan yang juga
tersebut, penulis perlu mencari
paling digemari oleh subjek,
suatu alternatif penjelasan lain
kegiatan rutin yang dilakukan
tentang kesimpulan yang telah
setelah pulang sekolah, karena
diperoleh. Sebab dalam
jarang dilarang oleh orang tuanya
penelitian kualitatif memang
u nt u k me n o nt o n t ay a n g an
selalu ada alternatif penjelasan
kekerasan dan karena ada efek
lain.
seru dan menegangkan sehingga
5. Menuliskan Hasil Penelitian Penulisan data yang telah berhasil dikumpulkan merupakan s u a t u h al p e n t i n g d a l a m melakukananalisis,
sebab
subjek betah menontonnya setiap hari.
Hal di atas juga didapat pada
melarangnya
jika
subjek
hasil observasi dan wawancara
menonton acara dan tayangan
dimana subjek sangat serius
yang berbau kekerasan di televisi
apabila sedang menonton acara
sehingga dapat menyebabkan
favoritnya seperti kera sakti dan n ar uto. S u bjek y an g b ar u berumur 9 tahun dan baru duduk di bangku sekolah dasar tersebut setelah pulang sekolah dan ganti baju, langsung mengambil remote tv untuk menonton film kesukaannya. Terkadang sambil makan siang subjek menonton tv. Subjek menontonnya setiap hari karena merupakan hobi yang tidak bisa di tinggalkan dan juga merupakan hiburan utama setelah pulang sekolah. Subjek merasa terhibur s ekali jika sudah menonton acara kesukaannya tersebut. Subjek menyukai karena seru dan menegangkan seh in gga membuat subjek penasaran untuk terus menontonnya setiap hari tanpa rasa bosan. Adegan seperti berkelahi, dan pembunuhan subjek menyukainya. Beritaberita yang isinya pembunuhan pun subjek suka menontonnya. Selain itu orang tua subjek jarang
anak gemar menonton tayangan kekerasan di televisi. b. Gambaran perilaku agresi pada anak yang gemar menonton tayangan kekerasan Dari hasil analisa penulis dapat mengambil kesimpulan bahwa terdapat kesesuaian antara subjek dan SO dimana gambaran perilaku agresi secara fisik pada anak yang gemar menonton tayangan kekerasan di televisi yaitu subjek sering berkelahi seperti; mencubit, menendang, memukul,
mengganggu
temannya yang sedang bermain dan tidak mengerjakan PR dari sekolahnya. Hal di atas didapat juga dari hasil observasi dan wawancara pada subjek dimana saat observasi subjek terlihat sedang memukul temannya pada saat asik bermain gambaran subjek terlihat mulai mengganggu temannya dengan iseng mencubit
lengan temannya sebanyak dua
subjek dan SO dimana gambaran
kali, sehingga temannya pun
perilaku agresi secara verbal
membalas tetapi dengan ejekan.
pada anak yang gemar menonton
Tidak terima diejek, subjek pun
tayangan kekerasan di televisi
membalas ejekan temannya, yang
yaitu subjek sering menghina
akhirnya mereka berkelahi. Ibu
teman dengan meyebutkan nama
subjek pun datang untuk
binatang, menolak berbicara
melerainya, dan menyuruh
dengan orang yang telah
subjek meminta maaf, tapi subjek
membuatnya kesal, marah-marah
malah berteriak dan marah-
dengan teriak-teriak dan
marah. Kemudian tidak lama
megucapkan kata-kata kasar, dan
mereka asik bermain gundu, dan
mendesak orang tua karena hal
subjek berbuat iseng melempar
sepele
gundu temennya, akhirnya
Hal di atas didapat juga dari
mereka berkelahi lagi dengan
hasil observasi dan wawancara
saling pukul-pukulan. Suasana
pada subjek dimana subjek
menjadi sepi kembali setelah ibu
berkata kasar saat ada temannya
subjek datang untuk
mengejek subjek dan subjek
menghentikan
yang
membalas dengan ejekan. Subjek
sedang berkelahi, kemudian tidak
berkata kasar seperti
lama teman yang tadi berkelahi
menyebutkan nama orang tua
dengan subjek mengajak ngobrol
temannya dan berkata monyet,
subjek, tetapi subjek tidak
dan anjing. Tidak lama teman
menjawabnya akibat kesal dari
yang mengejek subjek mengajak
perkelahian tadi. Subjek jga
ngobrol,
sering untuk tidak mau
menjawabnya akibat kesal karena
mengerjakan PR yang diberikan
sudah mengejeknya. Selain
dari sekolahnya.
kepada temannya, subjek juga
anaknya
tetapi
subjek
tidak
Dari hasil analisa penulis
menolak berbicara kepada kakak
dapat mengambil kesimpulan
dan ibunya karena telah
bahwa terdapat kesesuaian antara
m e m ar ah i n y a s aa t s u b j e k
berkelahi dengan temannya.
subjek, akibat acara-acara televisi
Subjek sering marah-marah
yang juga merupakan faktor
dengan berteriak dan
utama subjek dimana subjek
menyebutkan kata-kata kasar saat
meniru apa yang dilihatnya di
ibunya atau kakaknya menyuruh
tayangan kekerasan dan
u ntuk membeli sesu atu ke
mempraktekannya di kehidupan
warung.
sering
sejari-hari, selain itu televisi juga
mendesak ibunya untuk menuruti
dapat mempengaruhi perilaku
semua keinginan subjek, seperti
subjek sehingga subjek berkata
terlihat pada saat observasi,
kasar,
s ubjek mer eng ek meminta
berteriak dan berkelahi seperti
dibelikan es krim saat temannya
yang subjek tonton dalam sebuah
membeli es krim. Selain itu,
film action . Akibat sering
subjek pun meminta mainan
menonton tayangan kekerasan di
seperti pedang-pedangan atau
tv subjek jarang berinteraksi
hal-hal yang diinginkan saat
de ng an te man s eba ya d an
subjek melihat acara di televisi
lingkungannya karena subjek
dan meminta untuk s eg er a
menghabiskan waktunya hanya
dibelikan saat itu juga.
untuk menonton tv saja. Faktor
Subjek
c. Faktor-faktor
juga
yang
menyebabkan perilaku agresi pada anak Dari hasil analisa penulis dapat mengambil kesimpulan bahwa terdapat kesesuaian antara subjek dan SO dimana faktorf ak t or y an g me ny e b ab k an perilaku agresi pada anak yaitu meniru orang tua dalam hal ini adalah perilaku marah-marah ibu
sering
marah-marah,
lainnya yang menyebabkan perilaku agresi yakni subjek memendam perasaan marah, orang tua membiarkan subjek berbuat salah dan dengan kejam menghadapi kekejaman, selain itu subjek sudah di cap sebagai anak yang nakal s ehingga membuat subjek semakin nakal. Hal di atas didapat juga dari hasil observasi dan wawancara pada subjek dimana subjek sering
meniru adegan berkelahi yang
nakalnya
ditontonnya dari acara kekerasan
temannya. Subjek diberi
di tv. Dari hasil wawancara
hukuman dengan berdiri di depan
s u b j e k i n g i n m e n i r u c ar a
tiang bendera, hal ini membuat
berkelahi gokong sang kera sakti
subjek kesal dan memendam
yang merupakan salah satu acara
perasaan marahnya dalam hati,
yang digemari subjek. Subjek
terkadang teriak-teriak sendiri
mengikuti dan mempraktekannya
dan ber buat iseng den gan
kepada temannya dengan tidak
temannya. Faktor lainnya yang
mengetahui bahwa hal tersebut
menyebabkan anak berperilaku
kurang baik. Subjek juga sering
agresi juga dikarenakan orang tua
meniru kata-kata kasar yang ada
membiarkan anak berperilaku
di dalam tayangan yang
salah, dalam hal ini orang tua
ditontonnya, sehingga membuat
subjek pernah menegur
subjek mengikutinya sambil
kesalahan subjek, tetapi karena
marah-marah dan berteriak. Oleh
subjek tidak pernah
k ar en a i t u , s u b j e k s er i n g
mendengarnya
dimarahi kedua orangtuanya dan
perintah ibunya untuk tidak
juga kakaknya. Tetapi subjek
melakukan
tidak terima dimarahi, maka
tersebut, maka anak segera tahu
subjek melampiaskannya dengan
bahwa orang tuanya merasa tidak
mar ah -mar ah ju ga dengan
apa-apa dan memberi
kakaknya dan orang tuanya,
kesempatan bagi anak untuk
sambil berteriak dan berkata-kata
mengulangi perbuatannya lagi.
yang
dan
memukul
menuruti
perbuatan
agresi
kasar. Subjek juga menangis akibat kesal sering dimarahi,
B. Pembahasan
bahkan subjek merusakkan mainannya sebagai pelampiasan marahnya. Hal itu juga terjadi di sekolahnya, subjek dimarahi oleh g ur u n y a aki b a t p er b u at an
1. Sebab-Sebab Anak Gemar Menonton Tayangan Kekerasan di Televisi
Berdasarkan penelitian yang
dufan subjek tidak pernah mau
dilakukan penulis menyimpulkan
ikut. Selain itu kegiatan rutin yang
bahwa sebab-sebab anak gemar
dilakukan subjek setelah pulang
menonton tayangan kekerasan di
sekolah adalah menonton televisi,
televisi adalah :
hal tersebut di dukung oleh teori
Merupakan
hobi
yang
dari Mahayoni & Lim (2007),
digemari subjek, selain itu
yang mengatakan menonton
merupakan hiburan yang juga
televisi adalah kegiatan nomor
paling di gemari oleh subjek,
satu bagi anak-anak selama jam-
kegiatan rutin yang dilakukan
jam antara pulang sekolah dan
setelah pulang sekolah, jarang di
makan malam. Berdasarkan hasil
larang oleh orang tuanya untuk
wawancara,
menonton tayangan kekerasan dan
televisi setelah pulang sekolah
karena ada efek seru dan
sampai malam hari, itu dilakukan
menegangkan sehingga subjek
setiap hari maupun jika hari libur
betah menontonnya setiap hari.
subjek menonton hingga larut
Dikatakan gemar karena subjek
malam.
menonton setiap hari selama 4 jam, semua ini di dapat dari hasil wawancara.
subjek
menonton
Di samping itu, orang tua subjek tidak pernah melarang untuk menonton tayangan yang
Hobi yang paling digemari
berbau kekerasan, ini menjadi
oleh subjek adalah menonton
penyebab lain subjek makin
televisi, dimana menurut Hurlock
g e mar m en o n t o n t a y an g an
(1995), anak laki-laki lebih
kekerasan di televisi, dimana hal
banyak menghabiskan waktunya
ini juga di dukung oleh teori yang
untuk menonton televisi
mengatakan bahwa anak-anak
ketimbang anak perempuan.
yang kurang mendapat didikan
Subjek berjenis kelamin laki-laki
dari orang tua yang sibuk bekerja
dan sering menghabiskan
mencari nafkah, biasanya justru
waktunya untuk menonton tv
banyak menghabiskan waktunya
daripada bermain atau jalan-jalan
untuk menonton televisi di
ke ragunan, ancol, bahkan ke
banding jam belajar mereka
berkelahi sang jagoan dalam
(Mahayoni & Lim, 2007). Hasil
sebuah film action. Subjek pun
wawancara pada subjek
me n y u k ai a d eg a n t e mb ak -
menyebutkan bahwa kepala
tembakan dengan suara yang
keluarga yakni sang ayah sibuk
membuat subjek tambah
bekerja, walau pun hanya ada ibu
menegangkan untuk menontonnya
subjek di rumah, tetapi ibu subjek
setiap kali ada adegan tersebut.
jarang untuk mendidik dan
Selain itu subjek juga menyukai
melarang
menonton
adegan pembunuhan dan berita
tayangan kekerasan di televisi,
yang isinya menampilkan
oleh karena itu subjek semakin
pembunuhan
gemar
Subjek
matinya ditembak atau dibunuh.
mengakui bahwa subjek gemar
Subjek hampir tiap menonton
menonton tayangan kekerasan
acara atau berita tersebut.
anaknya
menontonnya.
seseorang
yang
penyebabnya adalah acara-acara
Selain menghibur, yang
kekerasan seru dan menegangkan
terutama bikin ‘kecanduan’ ialah
untuk ditonton setiap harinya. Hal
unsur thrill, suasana tegang saat
tersebut di dukung oleh teori yang
menunggu adegan apa yang bakal
menyebutkan apa saja yang
terjadi kemudian. Tanpa itu, film
menawarkan adegan ketegangan,
cenderung
petualangan, atau misteri
membosankan, karena itulah
merupakan daya tarik bagi anak-
anak-anak
anak, ini karena merupakan
t ay a n g a n k e k er as a n ( R en i
sesuatu yang beda dari kenyataan
Triwardani, 2006). Oleh sebab
hidup sehari-hari (Hurlock, 1995).
itulah subjek gemar menonton
Seperti yang didapat dari hasil
tayangan kekerasan di televisi
wawancara bahwa subjek
daripada menonton sinetron yang
menyukai adegan kekerasan
jalan ceritanya cenderung datar
karena efeknya menegangkan
dan biasa saja, sehingga subjek
yang membuat subjek ingin terus
lebih memilih tayangan yang
menontonnya saat ada adegan
datar
senang
dan
menonton
seperti
Superman, Batman, Cat Women,
berkelahi, pembunuhan dan
Who I am, Terminator, Kungfu
adegan kekerasan lainnya. Hal di
Hatsel, dan berbagai macam film
atas juga didapat pada hasil
kungfu Jacki Chan lainnya.
adegannya
kekerasan
observasi dan wawancara dimana
Di
sisi
lain tayangan
subjek sangat serius apabila
kekerasan di televisi biasanya
sedang menonton acara favoritnya
berasal dari dunia riil atau nyata
seperti kera sakti dan naruto.
dan dari dunia fiksi. Dunia riil
Subjek yang baru berumur 9 tahun
misalnya adalah tayangan tentang
dan baru duduk di bangku sekolah
pe mb u n uh an , p er k ela hi an,
dasar tersebut setelah pulang
ataupun konflik sosial yang
sekolah dan ganti baju, langsung
kesemuanya bisa mengundang
mengambil remote tv untuk
reaksi emosional yang dalam di
menonton film kesukaannya.
dalam diri pemirsa. Kekerasan
Subjek merasa terhibur sekali jika
semacam ini bisa menimbulkan
sudah menonton acara
efek-efek yang saling bertolak
kesukaannya
Subjek
belakang, yakni bisa
men y u k ai k ar e n a s er u d a n
mengakibatkan perasaan sedih,
menegangkan sehingga membuat
menjijikan, ataupun perasaan
subjek penasaran untuk terus
tertarik simpati, bahkan terhibur.
menontonnya setiap hari tanpa
Karena hal terebut menurut
rasa bosan, dimana acara televisi
Haryatmoko (2007), kekerasan riil
yang sering ditonton oleh subjek
juga bisa disebut sebagai
yaitu Naruto, Avatar, Dragon
kekerasan dokumen. Kekerasan
Ball, Kera Sakti, Power Ranges,
ini mengambil bentuk gambar
Crayon Shincan, Tom & Jerry,
yang dialami oleh pemirsa sebagai
berita pembunuhan seperti:
fakta kekerasan, sehingga subjek
Sergap, dan Patroli, sampai film
g e mar m en o n t o n t a y an g an
bioskop Trans Tv yang
kekerasan yang berasal dari dunia
menampilkan film-film kekerasan
nyata dan di buat dalam sebuah
seperti Die Hard, Spiderman,
film atau di siarkan dalam sebuah
tersebut.
berita pembunuhan, perkelahian atau konflik sosial masyarakat.
2. Gambaran Perilaku Agresi
Sedangkan dari dunia fiksi ini
Menonton Tayangan Kekerasan
justru menawarkan ide-ide baru
Pada Anak Yang Gemar di Televisi
yang sebelumnya tidak terpikirkan
Berdasarkan penelitian yang
di dalam realitas dan dengan
dilakukan penulis menyimpulkan
mudah ditemukan di dalam
bahwa gambaran perilaku agresi
tayangan-tayangan televisi seperti
pada anak yang gemar menonton
film action atau kartun Hal
tayangan kekerasan di televisi
semacam ini bisa menimbulkan
yaitu :
.
trauma dan perilaku agresif bagi
Ada perilaku agresi secara
orang-orang yang menontonnya,
fisik dan ada perilaku agresi
sehingga anak menjadi suka dan
secara verbal. Yang merupakan
gemar menontonnya. Hal tersebut
perilaku agresi secara fisik yaitu
didukung oleh pendapat dari
subjek sering berkelahi, mencubit,
Haryatmoko (2007). Kekerasan
menendang,
semacam ini bisa dengan mudah
mengganggu temannya yang
ditemukan di dalam tayangan-
sedang bermain dan tidak
tayangan televisi. Film action,
mengerjakan PR dari sekolahnya.
misalnya Rambo IV, sungguh-
Sedangkan perilaku agresi secara
sungguh mirip dengan konflik riil.
v er b al y ai t u s u b j e k s er i n g
Subjek gemar dan hanya mau
menghina teman dengan
menonton tayangan kekerasan ini
menyebutkan
dikarenakan unsur fiksi yang
menolak berbicara dengan orang
dipadu dengan rekayasa teknologi
yang telah membuatnya kesal,
membuat suasana film tersebut
marah-marah
semakin menarik dan membuat
menyebutkan kata-kata kasar, dan
anak betah untuk terus
mendesak orang tua karena hal
menontonnya bahkan hampir
sepele. Hal tersebut di dapat pada
setiap hari.
hasil wawancara kepada subjek,
memukul,
nama
binatang,
dengan
kakak subjek dan ibu subjek.
tersebut di dukung oleh teori yang
terhadap individu lain atau terhadap obyek-obyek.
menyebutkan melukai orang lain
Hal di atas didapat juga dari
atau berperilaku agresif bisa
hasil observasi dan wawancara
dalam bentuk fisik atau verbal,
pada subjek dimana saat observasi
pasif atau aktif, langsung atau
subjek terlihat sedang memukul
tidak langsung (Buss dalam
temannya pada saat asik bermain
Morgan dkk. 1986). Subjek
gambaran subjek terlihat mulai
melakukan per ilak u agr es i
mengganggu temannya dengan
tersebut untuk melukai orang lain
iseng mencubit lengan temannya
yang di sebutkan sebagai perilaku
sebanyak
agresi secara fisik yakni berkelahi,
temannya pun membalas tetapi
mencubit, menendang, memukul,
dengan ejekan. Tidak terima
mengganggu temannya yang
diejek, subjek pun membalas
s e d a n g b er m a i n d a n t i d a k
ejekan temannya, yang akhirnya
mengerjakan PR. Subjek juga
mereka berkelahi. Ibu subjek pun
melakukan tindakan perilaku
datang untuk melerainya, dan
agr es i s ecar a v er bal yak n i
menyuruh subjek meminta maaf,
menghina teman dengan
tapi subjek malah berteriak dan
menyebutkan
binatang,
marah-marah. Kemudian tidak
menolak berbicara dengan orang
lama mereka asik bermain gundu,
yang telah membuatnya kesal,
dan subjek berbuat iseng
marah-marah
dengan
melempar gundu temennya,
menyebutkan kata-kata kasar, dan
akhirnya mereka berkelahi lagi
mendesak orang tua karena hal
dengan
sepele. Dan hal tersebut juga
Suasana menjadi sepi kembali
didukung oleh teori Moore dan
setelah ibu subjek datang untuk
Fine (dalam Koeswara, 1998)
menghentikan anaknya yang
yang memandang agresi sebagai
sedang berkelahi, kemudian tidak
tingkah laku kekerasan secara
lama teman yang tadi berkelahi
fisik ataupun secara verbal
dengan subjek mengajak ngobrol
Gambaran perilaku agresi
nama
dua
saling
kali,
sehingga
pukul-pukulan.
sub jek, tetapi su bjek tidak
semua keinginan subjek, seperti
menjawabnya akibat kesal dari
terlihat pada saat observasi,
perkelahian tadi. Subjek juga
s u b j e k m e r e n g e k m e mi n t a
sering untuk tidak mau
dibelikan es krim saat temannya
mengerjakan PR yang diberikan
membeli es krim. Selain itu,
dari sekolahnya.
subjek pun meminta mainan
Selain itu hasil observasi dan
seperti pedang-pedangan atau hal-
wawancara pada subjek juga
hal yang diinginkan saat subjek
menunjukkan bahwa subjek
melihat acara di televisi dan
berkata kasar saat ada temannya
meminta untuk segera dibelikan
mengejek subjek dan subjek
saat itu juga.
membalas dengan ejekan. Subjek berkata kasar seperti menyebutkan nama orang tua temannya dan berkata monyet, dan anjing. Tidak lama teman yang mengejek subjek mengajak ngobrol, tetapi subjek tidak menjawabnya akibat kesal karena sudah mengejeknya. Selain kepada temannya, subjek juga menolak berbicara kepada kakak dan ibunya karena telah memarahinya saat subjek berkelahi dengan temannya. Subjek sering marah-marah dengan berteriak dan menyebutkan kata-kata kasar saat ibunya atau kakaknya menyuruh u nt u k mem b eli s es u at u k e warung. Subjek juga sering mendesak ibunya untuk menuruti
3.Faktor-Faktor
Yang
Menyebabkan Perilaku Agresi Pada Anak Berdasarkan penelitian yang dilakukan penulis menyimpulkan bahwa faktor-faktor yang menyebabkan perilaku agresi pada anak adalah : Meniru orang tua, akibat acara-acara televisi, memendam p er as aan m ar ah , or an g t u a membiarkan subjek berbuat salah dan dengan kejam menghadapi kekejaman.
Berdasarkan
hasil
wawancara subjek meniru perilaku orang tuanya yang suka marah-marah, selain itu akibat acara-acara di televisi yang menampilkan adegan kekerasan pun menjadi faktor utama subjek
berperilaku agresi. Subjek sering
kebenaran baru. Bahayanya
dan suka meniru adegan berkelahi
adalah, jika kebenaran baru
sang jagoan yang dilihatnya di
t e r s eb u t , y an g s e b en a r n y a
televisi, dan mempraktekkan
bukanlah suatu kebenaran yang
adegan tersebut kepada temannya
sesungguhnya,
saat mereka berkelahi dan juga
secara berulang-ulang,
terlebih karena subjek di cap
menjadi semacam indoktrinasi
sebagai anak yang nakal oleh
dogma (Mahayoni & Lim, 2007).
orang tuanya dan teman-temannya
Seperti hasil wawancara bahwa
maka subjek merasa bangga
subjek meniru adegan berkelahi
dengan julukan anak nakal dan
dalam sebuah film action di
subjek pun merasa bebas berbuat
televisi dan ingin langsung
apa pun kepada temannya dengan
mempraktekkan dalam kehidupan
menjaili, mengejek, bakhan
sehari-hari. Selain itu subjek
berkelahi.
menyelesaikan masalahnya saat
disampaikan akan
Hal tersebut di dukung oleh
akan dihukum oleh gurunya
para ahli yang menyakini bahwa
dengan melarikan diri atau kabur
pembentukan perilaku anak
bahkan mengigit tangan gurunya
didasarkan pada stimulus yang
seperti yang dilihatnya dalam
diterima melalui pancaindera yang
tayangan kekerasan di tv,
kemudian diberi arti dan makna
sehingga faktor kepribadian anak
b er d as ar k an p e n g e ta h u a n ,
juga mempengaruhi minat anak
pengalaman, dan keyakinan yang
pada televisi, dimana hal tersebut
d im i l ik i . J i k a a n a k b el u m
d i d u k u n g o l eh t e o r i y a n g
memiliki
menyebutkan bahwa televisi lebih
sebuah
pemahaman
tentang benar atau salah,
menarik
anak
yang
kemudian mereka melihat acara
penyesuaiannya buruk secara
televisi yang penuh dengan
pribadi dan sosial ketimbang
adegan umpatan, kekerasan, hal
mereka yang baik penyesuaiannya
itu akan mereka anggap sebuah
(Hurlock, 1995). Selain itu di dukung juga
oleh teori belajar yang
dapat merupakan cara yang dapat
menyatakan bahwa kekerasan
diterima baginya dalam kehidupan
media memberikan isyarat yang
sehari-hari, karena para pahlawan
memicu
kebiasaan
yang patuh kepada hukum kurang
respons agresif penontonnya
menonjol ketimbang mereka yang
(Sears, 1985). Akibat acara-acara
memenangkan perhatian dengan
televisi yang menampilkan adegan
kekerasan dan tindakan sosial
kekerasan merupakan faktor
lainnya,
utama subjek yang diantaranya
cenderung menggunakan cara
dapat mempengaruhi perilaku
yang terakhir untuk
subjek sehingga subjek berkata
mengidentifikasi diri dan
kasar, sering marah-marah,
menirunya (Hurlock, 1995). Pada
berteriak dan berkelahi seperti
hasil wawancara subjek meniru
yang subjek tonton dalam sebuah
adegan kabur dan mengigit tangan
film, dan menirunya di kehidupan
saat sang jagoan belum siap untuk
sehari-hari. Subjek mengikuti dan
bertanding dengan musuhnya dan
m e m p r a k t ek a n n y a k ep a d a
itu subjek lakukan saat mau di
temannya dengan tidak
hukum oleh salah seorang guru di
mengetahui bahwa hal tersebut
sekolahnya karena subjek menjaili
kurang baik. Subjek juga sering
dan sering tidak mengerjakan PR.
timbulnya
sehingga
anak-anak
Hal lain yang menyebabkan
meniru kata-kata kasar yang ada di dalam tayangan yang
anak
berperilaku
agresi
juga
ditontonnya, sehingga membuat
dikarenakan orang tua
subjek mengikutinya sambil
membiarkan anak berperilaku
marah-marah dan berteriak. Hal
salah, dalam hal ini orang tua
tersebut juga di dukung oleh teori
subjek pernah menegur kesalahan
yang mengatakan bahwa anak
subjek, tetapi karena subjek tidak
suka meniru dan mereka merasa
p er n a h m e n d en g ar n y a d a n
bahwa apa saja yang disajikan
menuruti perintah ibunya untuk
dalam acara televisi tentunya
tidak melakukan perbuatan agresi tersebut, hal tersebut di dukung
oleh teori yang mengatakan bahwa anak segera tahu bahwa orang tuanya merasa tidak apaapa dan memberi kesempatan bagi dia mengulangi perbuatannya, bahkan lebih menjadi-jadi, bagi an a k , b i l a o r a n g t u a t i d a k menghukum, itu berarti mengizinkan dia bertindak lagi (Setiawan, 2000). Faktor lainnya yaitu subjek jarang berinteraksi dengan teman sebaya dan lingkungannya karena hanya menghabiskan waktunya dengan menonton tv saja di rumah. Subjek tidak pernah mau di ajak jalan-jalan ke dufan, ancol atau ragunan, tetapi subjek malah hanya memilih menonton tv saja di rumah, sehingga membuat subjek menjadi lebih sensitif untuk melakukan tindakan agresi kepada orang yang ada di sekitarnya. Hal tersebut di dukung oleh teori yang menyebutkan
BAB V PENUTUP A. Kesimpulan 1. Sebab-Sebab Anak Gemar Menonton Tayangan Kekerasan di Televisi Berdasarkan analisa
dapat
hasil diketahui
bahwa sebab-sebab anak gemar menonton tayangan kekerasan di televisi adalah merupakan hobi yang digemari subjek, selain itu tayangan kekerasan di televisi membuat subjek merasa terhibur, kegiatan rutin yang dilakukan setelah pulang sekolah, jarang di larang oleh orang tuanya untuk menonton tayangan kekerasan dan karena ada efek seru dan menegangkan sehingga subjek betah menontonnya setiap hari.
menonton televisi mengurangi
2. Gambaran Perilaku Agresi
waktu yang tersedia bagi kegitan
Pada Anak Yang Gemar
b er ma i n l ai n n y a, t er u ta ma
Menonton
bermain di luar dengan anak lain,
Kekerasan di Televisi
dan juga s ering me mbatas i interaksi sosial (Hurlock, 1995).
Tayangan
Berdasarkan
hasil
analisa dapat d iketahui
Menonton Tayangan Kekerasan di Televisi Berdasarkan
bahwa gambaran perilaku
hasil
agresi pada anak gemar
analisa dap at d ik etah ui
menonton
bahwa
tayangan
faktor-faktor
yang
kekerasan di televisi yaitu
menyebabkan perilaku agresi
terdiri dari perilaku agresi
pada anak gemar menonton
secara fisik dan perilaku
tayangan kekerasan di
agresi secara verbal.
televisi adalah meniru orang
Merupakan perilaku agresi
tu a, a ki b at aca r a - acar a
secara fisik yaitu subjek
televisi, memendam perasaan
sering berkelahi seperti :
marah, orang tua membiarkan
mencubit,
menendang,
memukul,
mengganggu
temannya yang sedang bermain
dan
mengerjakan
PR
tidak
subjek berbuat salah, dengan kejam
menghadapi
kekejaman dan anak di cap sebagai anak nakal. Faktor utama yang menyebabkan
dari
anak b erperilaku agresi
sekolahnya. S edan gkan
adalah akibat acara-acara di
perilaku agresi secara verbal
televisi yang menampilkan
yaitu subjek sering menghina
adegan kekerasan dan subjek
teman dengan menyebutkan
di cap sebagai anak yang
nama
nakal.
binatang,
menolak
berbicara dengan orang yang telah
membuatnya
B. Saran
kesal,
menyebutkan kata-kata kasar,
Saran yang diberikan oleh penulis yaitu :
dan mendesak orang tua
1. Kepada subjek
marah-marah dengan
Subjek
karena hal sepele.
diharapkan
mengurangi jadwal untuk 3. Faktor-Faktor
Yang
MenyebabkanPerilaku Agresi Pada Anak Yang Gemar
menonton
tayangan
kekerasan di televisi dengan mengikuti
berbagai
dan bermanfaat bagi anakanak khususnya. 4. Kepada
penelitian
ekstrakurikuler yang ada di
selanjutnya
sekolahnya dan mengikuti
Diharapkan pada penelitian
kegiatan lainnya dengan les
selanjutnya,
bahasa atau pelajaran yang
mengambil kriteria subjek
ada di sekolahnya.
dengan latar belakang yang
2. Kepada orang tua
lebih beragam lagi seperti
peneliti
bisa
Peran orang tua di rumah
anak tunggal, anak bungsu
adalah anak tidak dibiarkan
anak yang kehilangan orang
menonton tayangan televisi
tuanya akibat perceraian, atau
sendiri dan orang tua
dengan menggunakan metode
mendampingi
penelitian
dan
memberitahu pada anak saat menonton
tayangan
kekerasan di televisi mana yang boleh ditiru dan mana yang tidak boleh ditiru dan jangan memberi cap kepada anak sebagai anak yang nakal.
lainnya
seperti
penelitian kuantitatif. Dengan menggunakan karakteristik subjek yang berbeda diharapkan
hasil
yang
diperoleh
akan
lebih
mendalam
serta
dapat
digeneralisasikan
dalam
lingkup yang lebih luas lagi.
3. Kepada pihak penyelenggara stasiun acara televisi Diharapkan kepada pihak penyelenggara stasiun acara televisi untuk membatasi program acara televisi yang beradegan kekerasan dan menggantinya
dengan
program yang lebih mendidik
DAFTAR PUSTAKA Baron, M. (1977). The different of aggression in human and animals. Journal of social psychology. Volume 50. No, 6, Desember. Chicago. American Psychological Association.
Bar on, R. & B yr ne, D. ( 200 4). P si ko l og i S o si al . J ak ar ta : Erlangga.
Gunarsa, D. S. (1999). Psikologi perkembangan. Jakarta : BPK Gunung Mulia
Basuki, H, Dr. A. M. (2006). Penelitian k u a l i t a t i f u n t u k i l mu - i l m u kemanusiaan dan budaya. Jakarta : Gunadarma
Haryatmoko. (2007). Definisikekerasan. (Http://www.mengaisilmu.blogsp ot.com). Diakses 04 Januari 2010.
Berkowitz, M. (1993). Anatomy of human desrtuctivenes. New York : McGraw Hill Company.
Hurlock, E. B. (1980). Psikologi perkembangan : Suatu pendekatan sepanjang rentang kehidupan edisi kelima. Jakarta : Erlangga.
Berkowitz, L. (1995). Agresi : Sebab dan akibatnya. Jakarta : Pustaka Binaman Pressindo. Chen, M, Ph.D. (1996). Anak-anak & televisi : Buku panduan orangtua mendampingi anak -anak m e n o n t o n t v . J a k ar t a : P T Gramedia Pustaka Utama. Damayanti, A. (2000). Hubungan sikap dan ketertiban ibu pada pekerjaan rumah anak dengan sikap dan kebiasaan belajar anak. Skripsi (tidak untuk diterbitkan). Fak. Psi. UI. Deaux, K, Dane, F.C. & Wrightsman, L.S. (1993). Social psychology in the 90’s. Pasific Grove, California : Brooks/Cole Publishing. Gumgum, G. (2005). Menyikapi tayangan televisi di Indonesia. (Http : //www.kompas.com /kompascetak/ 0510/01 /Bentara/200 13 69.htm) Diakses 04 Januari 2010. Gunarsa, D. S. (1990). Dasar dan teori perkembangan
anak.
Jakarta
Indonesia: BPK Gunung Mulia
Hurlock, E. B. (1993). Psikologi perkembangan : Edisi kelima . Jakarta : Erlangga. Hurlock, E. B. (1995). Jilid 1 : Perkembangan anak. Jakarta : Erlangga. Koeswara, E. (1988). Agresi manusia. Bandung : PT. Eresco. Mahayoni & Lim, H. (2007). Anak vs media : Kuasailah media sebelum anak anda dikuasainya. Jakarta : PT.Elex Media Komputindo. Moleong, L. J. (2000). Metodologi penelitian. Bandung : Remaja Rosdakarya. Moleong, L. J. (2001). Metodologi penelitian kualitatif (Cetakan k eem pat belas) . B an d u ng : Remaja Rosdakarya. Morgan, C. T., King, R. A., Weisz, J. R. & Schopler, J. (1986). Introduction to psychology : International edition. Singapore : McGraw Hill.
Moyer, K. E. (1976). The psychology of aggression. New York : Hampar & Raw. Poerwandari, K. (1998). Pendekatam kualitatif untuk penelitan perilaku manusia. Jakarta : Lembaga Pengembangan Sarana Pengukuran dan pendidikan Psikologi (LPSP3) Fakultas Psikologi Universitas Indonesia. Poerwandari, K. (2001). Pendekatam kualitatif untuk penelitan perilaku manusia. Jakarta : Lembaga Pengembangan Sarana Pengukuran dan pendidikan Psikologi Fakultas Psikologi. Riyanti, B. P. D & Prabowo, H. (1988). Seri diktat kuliah : Psikologi umum 2. Jakarta : Gunadarma. Sears, D. O., Freedman. J. I., Peplau, L. A. (1985). Psikologi sosial 2 edisi kelima. Jakarta : Erlangga. Sears, D. O., Freedman. J. I., Peplau, L. A. (1991). Psikologi sosial . Jakarta : Erlangga. Setiawan, M. G. (2000). Menerobos dunia anak. Bandung : Kalam Hidup. Sholihin. (2009). Awas acara televisi. (Http://sholihin.staff.uns.ac.id/20 09/04/27/awas-acara-tv/) Diakses 30 Maret 2010. Sugiono. (2005). Metode penelitian kuantitatif, kualitatif, dan R&D. Bandung : IKAPI. Triwardani, R. (2006). Kajian kritis praktik anak menonton film kartun di televisi. (Http : // radmarssy.wordpers.com ) Diakses 04 Januari 2010.
Wahidin. (2008). Makalah psikologi t en t an g p e n g ar u h t el ev i s i terhadap akhlak anak. (Http : // makalahkumakalahmu.wordpress .com ) Diakses 30 Februari 2010. Widodo, S. (2008). Pengaruh tayangan televisi terhadap perilaku agresi pada anak. (Http : // Learning-of. Slametwidodo. Com / 2008/ 02 / 01 / Smack-down/) Diakses 10 Juni 2008. Yusanto, Y. (2007). Pengertian televisi. (Http : // dosenyoki. Blongspot. Com / 2007/ 09 / Yoki – Yusanto-s-sos. Html) Diakses 10 Juni 2008. www. Dharma wanita persatuan. Or. Id. Diakses 15 Agustus 2008.