BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah Pendidikan pada dasarnya mengupayakan pengembangan manusia seutuhnya serta tidak terhindar dari berbagai sumber rintangan dan kegagalan tersebut perlu diselenggarakan secara luas dan mendalam mencakup segenap segi kehidupan manusia, baik di dunia maupun di akhirat. Pengajaran di kelas ternyata tidak cukup memadai untuk menjawab tuntutan penyelenggaraan pendidikan yang luas dan mendalam. Pelayanan bimbingan dan konseling merupakan unsur yang perlu dipadukan ke dalam upaya pendidikan secara menyeluruh, baik di sekolah mapun di luar sekolah. Secara umum tujuan penyelenggaraan bantuan pelayanan bimbingan dan konseling adalah berupaya membantu siswa menemukan pribadinya serta menerima dirinya secara positif dan dinamis sebagai modal pengembangan dirinya.1 Dalam pelaksanaan kurikulum berbasis kompetensi tahun 2002 bahwa sekolah berkewajiban memberikan bimbingan dan konseling kepada siswa yang menyangkut tentang pribadi, sosial, belajar dan karier (Depdiknas 2002). Dengan demikian, setiap sekolah mulai dari taman kanak-kanak sampai dengan sekolah menengah, wajib melaksanakan
1
Dewa Ketut Sukardi, Pengantar Pelaksanaan Program Bimbingan dan Konseling di Sekolah, (Jakarta : PT. Asdi Mahasatyo, 2002), hlm. 19
1
2
bimbingan konseling. Adapun penyelenggara bimbingan konseling adalah guru pembimbing.2 Bimbingan
dan
konseling
pendidikan
merupakan
proses
membantuk siswa untuk mendapatkan arahan dan pemahaman diri yang dibutuhkan agar bisa membuat pilihan dan bertindak menuju cita-cita yang diharapkan. Fokus bimbingan ini adalah membantu pengembangan diri masing-masing siswa melalui serangkaian layanan yang dirancang untuk memaksimalkan belajar di sekolah, merangsang pengembangan karier, dan menggapai masalah pribadi dan sosial yang menghambat kepribadian siswa di sebuah sekolah. Arahan dan bantuan bimbingan tersebut sangat penting dilakukan di sekolah agar masing-masing-siswa dapat memilah dan memilih mana tindakan yang tepat serta bertanggung jawab terhadap keputusan dan tindakan yang dipilihnya.3 Maka dari itu penting adanya guru BK (Bimbingan dan Konseling) berdasarkan ilmu bimbingan dan konseling secara umum dan guru PAI yang ikut serta dalam pelaksanaan programnya berdasarkan ilmu Agama. perlu kerjasama antara dua personel guru tersebut. Terlepas dari peranan personel pendidikan lain di sekolah, guru mempunyai peranan amat penting dalam program pelaksanaan bimbingan 2
Elfi Mu’awanah dan Rifa Hidayah, Bimbingan Konseling Islami DI Sekolah Dasar, cet.2 (Jakarta : PT. Bumi Aksara, 2009). Hlm. 1. 3 Akhmad Muhaimin Azzer, Bimbingan dan Konseling di Sekolah, Cet. III (Yogyakarta: Ar-Ruzz Media, 2013), hlm. 5
3
di sekolah. Hal ini disebabkan posisi guru yang memungkinkan bergaul lebih banyak dengan siswa sehingga mempunyai kesempatan tatap muka lebih banyak dibandingkan dengan personel sekolah lainnya. Oleh karenanya guru dapat memerankan bimbingan kepada siswa baik di dalam maupun di luar kelas.4 Bimbingan dan konseling di sekolah merupakan kegiatan bersama. Semua personel sekolah (kepala sekolah, guru, konselor, tenaga administrasi) mempunyai peran masing-masing dalam pelaksanaan program bimbingan dan konseling, termasuk juga guru PAI yang berperan dari segi agamanya. Tugas
utama
guru pembimbing atau adalah memberikan
bimbingan konseling kepada siswa. Namun, pada umumnya guru BK hanya terlihat saat si anak ada masalah saja. Beda dengan guru wali kelas yang setiap saat memantau keadaan siswanya. Pepatah mengatakan “Mencegah lebih baik daripada mengobati”, guru BK di sini berperan sebagai dokter yang mengobati, pencegahaannya dilakukan oleh guru-guru lain. Jadi, harus ada hubungan komunikasi yang baik antara guru BK dengan guru lain dalam melakukan bimbingan. Dalam kegiatan belajar mengajar (KBM) sangat diperlukan adanya kerjasama antara guru dan konselor (guru BK) demi tercapainya tujuan yang diharapkan. Pelaksanaan tugas pokok guru dalam pembelajaran tidak
4
Soetjipto dan Raflis Kosasi, Profesi keguruan, (Jakarta : Rineka Cipta, 1999). Hlm. 113.
4
dapat dipisahkan dari kegiatan bimbingan, sebaliknya layanan bimbingan di sekolah perlu dukungan atau bantuan guru. Dalam penelitian ini akan yang akan diteliti adalah mengenai peranan guru Pendidikan Agama Islam (PAI) dalam pelaksanaan program bimbingan konseling. Berdasarkan pengamatan awal yang penulis lakukan di SMP N 1 Tirto Pekalongan mendapati bahwa di sekolah tersebut ada 4 guru BK (Bimbingan Konseling) namun pelaksanaannya tidak terlepas dari peranan guru PAI yang membantu dalam pelaksanaan program bimbingan dan konseling. Di sekolah tersebut guru PAI disegani layaknya guru BK. Dalam beberapa kesempatan kegiatan, guru PAI terlihat bersikap pula layaknya guru BK. Dan efek terhadap siswanya sangat terlihat, misalnya pada kegiatan rutin upacara bendera hari senin, seringkali murid susah untuk diatur namun ketika melihat guru PAI datang walau tanpa melakukan apapun sudah membuat siswa patuh dan memposisikan dirinya sendiri dalam barisan. Peran guru tidak hanya berfokus pada transfer of knowledge tapi juga pada transfer of value. Penting juga seorang guru mempelajari karakteristik siswanya berdasarkan ilmu psikologi yang nantinya bisa mempermudahnya dalam kegiatan belajar mengajar. Dari penjelasan di atas, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul “PERANAN GURU PENDIDIKAN AGAMA
5
ISLAM (PAI) DALAM PELAKSANAAN BIMBINGAN KONSELING DI SMP NEGERI 1 TIRTO PEKALONGAN” dengan alasan sebagai berikut: 1. Guru PAI dipandang sebagai sosok yang patut dijadikan panutan dalam hubungannya dengan keagamaan mulai dari penampilan sampai pada perilakunya di lingkungan sosial sekolah. Dengan begitu seorang guru PAI dirasa patut untuk turut ikut serta dalam melaksanakan program bimbingan konseling yang berhubungan dengan keagamaan bekerja sama dengan guru BK. 2. Bimbingan konseling sangat penting guna membina dan membimbing siswa agar tidak terjerumus kedalam hal-hal negatif. 3. Penelitian ini mengambil lokasi penelitian di SMP Negeri 1 Tirto dikarenakan lokasinya yang mudah dijangkau, berada tidak jauh dari jalan raya serta kondisi intern lokasi tersebut sedikit banyak sudah diketahui
oleh
penulis
karena
pernah
melaksanakan
Praktik
Pengalaman Lapangan (PPL) di sekolah tersebut. B. Rumusan Masalah Dari keterangan di atas muncul beberapa pertanyaan sebagai rumusan masalah, di antaranya : 1. Bagaimana pelaksanaan program bimbingan konseling di SMP N 1 Tirto Pekalongan?
6
2. Bagaimana peranan guru PAI dalam pelaksanaan program bimbingan konseling di SMP N 1 Tirto Pekalongan? Sebelum melangkah lebih jauh penulis perlu memberikan batasan pengertian, guna menghindari kesalahpahaman dalam memahami istilah yang terdapat dalam judul penelitian ini. 1. Peranan Peranan adalah yang diperbuat, tugas, hal yang besar pengaruhnya pada suatu peristiwa. 2. Guru Pendidikan Agama Islam (PAI) Guru adalah unsur manusia dalam pendidikan. Guru adalah figur manusia sumber yang menempati posisi dan memegang peranan penting dalam pendidikan.5 Sedangkan dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia edisi 2 tahun 1991, guru adalah orang yang pekerjaannya (mata pencariannya) mengajar.6 Pengertian Guru Agama Islam secara etimologi ialah dalam literatur Islam seorang guru biasa disebut ustadz, mu’allim, mursyid, mudarris, dan mu’addib yang artinya orang yang memberikan ilmu pengetahuan dengan tujuan mencerdaskan dan membina akhlak peserta didik agar menjadi orang yang berkepribadian baik.
5
Syaiful Bahri Djamarah, Guru dan Anak didik dalam Interaksi Edukatif (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2000), hlm. 1 6 Jamal Suprihatiningrum, Guru Profesional Pedoman Kerja, Kualifikasi dan Kompetensi Guru, Cet. I (Yogyakarta: Ar-Ruzz Media, 2013).
7
3. Pelaksanaan Pelaksanaan Menurut Westra adalah sebagai usaha-usaha yang dilakukan untuk melaksanakan semua rencana dan kebijaksanaan yang telah dirumuskan dan ditetapkan dengan melengkapi segala kebutuhan alat-alat yang diperlukan, siapa yang akan melaksanakan, di mana tempat pelaksanaannya dan kapan waktu dimulainya.7 4. Bimbingan dan Konseling Bimbingan adalah suatu bantuan atau pertolongan yang diberikan pada individu atau kelompok dalam menghindari kesulitankesulitan dalam hidupnya, agar individu atau kelompok itu dapat mencapai kesejahteraan hidunya.8 Jadi bimbingan adalah suatu proses pemberi bantuan yang terus-menerus dan sistematis kepada individu atau kelompok di dalam memecahkan masalah-masalahnya, agar mampu memahami dirinya. Konseling adalah suatu pertalian timbal balik antara dua orang individu dimana seorang (conselor) membantu orang lain (Counselee) supaya ia dapat lebih baik memahami dirinya dalam hubungannya
7
http://www.pengertianpakar.com/2014/12/pengertian-pengelolaan-perencanaan-dan.html#. Diakses tlg 17 september 2015. 8
Bimo Walgito, Bimbingan dan Penyuluhan di Sekolah, (Yogyakarta: Fakultas Psikologi UGM, 1986), hlm. 10
8
dalam memcahkan masalah-masalah hidup yang dihadapinya pada waktu itu dan pada waktu yang akan datang.9 Yang dimaksud dalam penelitian ini adalah penerapan tentang bidang-bidang serta layanan bimbingan dan konseling di SMP Negeri 1 Tirto Pekalongan itu seperti apa. 5. Program bimbingan dan konseling Program bimbingan konseling sekolah adalah suatu pelayanan khusus yang terorganisasi dan terintelegensikan ke dalam program sekolah untuk menunjukan perkembangan siswa secara optimal dan usaha pemberian bantuan kepada murid secara perorangan dalam mempelajari cara-cara baru guna penyesuaian diri.10 Berdasarkan pengertian di atas, maka maksud dari judul skripsi “Peranan Guru Pendidikan Agama Islam (PAI) Dalam Pelaksanaan Program Bimbingan Konseling di SMP Negeri 1 Tirto Pekalongan” adalah penulis ingin meneliti secara ilmiah tentang bagaimana peranan guru PAI dalam pelaksanaan program bimbingan konseling di SMP N 1 Tirto Pekalongan. C. Tujuan penelitian Tujuan penelitian adalah target yang hendak dicapai dalam setiap kegiatan, oleh karena itu walau bagaimanapun kecilnya suatu kegiatan 9
I. Djumbar, Moh. Surya, Bimbingan Dan Konseling di Sekolah, (Bandung: CV. Ilmu, 1975), hlm. 29 10 Elman Amti, Bimbingan dan Konseling, (Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, 1999), hlm. 7
9
pasti memiliki tujuan. Dalam hal ini Sutrisno Hadi berpendapat bahwa suatu riset khususnya dalam suatu ilmu pengetahuan empirik pada umumnya bertujuan untuk menentukan, mengembangkan atau menguji suatu pengetahuan.11 Atas dasar di atas maka penulis menetapkan tujuan penelitian sebagai berikut: 1. Untuk mengetahui bagaimana pelaksanaan program bimbingan konseling di SMP 1 Tirto Pekalongan. 2. Untuk mengetahui bagaimana peranan guru Pendidikan Agama Islam (PAI) dalam pelaksanaan program bimbingan konseling di SMP 1 Tirto Pekalongan. D. Kegunaan penelitian 1. Secara teoritis -
Sebagai bahan pembelajaran dan pengembangan ilmu pengetahuan khususnya dalam disiplin ilmu pendidikan di bidang Pendidikan Agama Islam serta bimbingan dan konseling.
-
Menambah informasi dan pengetahuan bagi guru tentang arti pentingnya
kerjasama
antara
sesama
guru
PAI
mensukseskan program bimbingan konseling.
11
Sutrisno Hadi, Metodologi Research, (Jakarta: PT. Gramedia, 1990), hlm. 3
dalam
10
2. Secara praktis -
Memberikan
sumbangsih
keilmuan
khususnya
di
bidang
Pendidikan Agama Islam (PAI) serta bimbingan konseling di SMP N 1 Tirto Pekalongan. -
Menyadari akan pentingnya bimbingan konseling dalam mengatasi problematika yang muncul pada siswa SMP N 1 Tirto Pekalongan.
E. Tinjauan Pustaka 1. Analisis teoritis dan penelitian yang relevan Dalam penelitian ini telah digunakan banyak buku yang referensi untuk menghasilkan sebuah karya ilmiah. Selama proses pembuatan penelitian ini telah ditemukan penelitian dan buku-buku, antara lain: Menurut Jones, Staffire dan Steward sebagaimana yang dikutip Priyatno dan Ermananti dalam bukunya yang berjudul “Dasar-dasar Bimbingan dan Konseling”, mengatakan bahwa bimbingan adalah bantuan yang diberikan kepada individu dalam membuat pilihanpilihan dan penyesuaian-penyesuaian yang bijaksana. Bantuan itu berdasarkan atas prinsip demokrasi yang merupakan tugas dan hak setiap individu untuk memilih jalan hidupnya sendiri sejauh tidak mencampuri hak orang lain. Kemampuan untuk membuat pilihan
11
seperti
itu
tidak
diturunkan
(diwariskan),
tetapi
harus
dikembangakan.12 Ini senada dengan pengertian bimbingan yang dikemukakan oleh Soetjipto, bahwa bimbingan adalah proses pemberian bantuan kepada individu yang dilakukan secara berkesinambungan, supaya individu tersebut dapat memahami dirinya sehingga ia sanggup mengarahkan diri dan dan dapat bertindak wajar sesuai dengan tuntutan dan keadaan keluarga serta masarakat. Dengan demikian dia dapat mengecap kebahagiaan hidupnya serta dapat memberikan sumbangan yang berarti.13 Menurut Moh. Surya, sebagaimana yang dikutip Hallen A. Dalam bukunya “Bimbingan dan Konseling”, mengatakan bahwa bimbingan adalah proses pemberian bantuan yang terus menerus dan sistematis dari pembimbing kepada yang dibimbing agar tercapai kemandirian dalam pemahaman diri, pengarahan diri dan perwujudan dalam mencapai tingkat perkembangan yang optimal dan penyesuaian diri dengan lingkungan.14 Menurut Rochman Natawidjaja, sebagaimana yang dikutip Dewa Ketut Sukardi dalam bukunya “Pengantar Program Bimbingan dan Konseling di Sekolah”, mengatakan bahwa bimbingan adalah 12
Priyatno dan Ermanasi, Dasar-dasar Bimbingan dan Konseling (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2003), hlm. 95 13 Soetjipto, Profesi Keguruan (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2009), hlm.62 14 Hallen. A, Bimbingan dan Konseling, (Jakarta: PT. Ciptat Press, 2005), hlm. 5
12
suatu proses pemberian bantuan kepada individu yang diarahkan secara kontinue dan berkesinambungan supaya individu tersebut dapat memahami dirinya sendiri sehingga dia sanggup mengarahkan dirinya sesuai dengan tuntutan dan keadaan lingkungan sekolah, keluarga dan masyarakat dalam kehidupan pada umumnya.15 Menurut Wrenn sebagaimana yang dikutip Bimo Walgito, dalam bukunya “Bimbingan dan Penyuluhan di Sekolah”, mengatakan bahwa konseling adalah bantuan yang diberikan kepada individu dalam memecahkan masalah kehidupannya dengan wawancara dengan cara-cara yang sesuai dengan keadaan individu pada akhirnya dapat memecahkan masalah-masalahnya dengan kemampuannya sendiri.16 Wingkel mendefinisikan bimbingan: (1) suatu usaha untuk melengkapi individudengan pengetahuan, pengalaman dan informasi tentang dirinya sendiri, (2) suatu cara untuk memberikan bantuan kepada individu untuk memahami dan mempergunakan secara efisien dan efektif segala kesempatan yang dimiliki untuk perkembangan pribadinya, (3) sejenis pelayanan kepada individu-individu agar mereka dapat menentukan pilihan, menetapkantujuan dengan tepat dan menyusun
rencana
yang
realistis,
sehingga
mereka
dapat
menyesuaikan diri dengan memuaskan diri dalam lingkungan dimana mereka hidup, (4) suatu proses pemberian bantuan atau pertolongan
15 16
Ketut Dewa Sukardi, Op.Cit., hlm. 19 Bimo walgito, Op.Cit., hlm. 5
13
kepada individu dalam hal memahami diri sendiri, menghubungkan pemahaman tentang dirinya sendiri dengan lingkungan, memilih, menentukan dan menyusun rencana sesuai dengan konsep dirinya dan tuntutan lingkungan.17 Kemudian pengertian konseling menurut Prayitno dan Erman Amti adalah proses pemberian bantuan yang dilakukan melalui wawancara konseling oleh seorang ahli (disebut konselor) kepada individu yang sedang mengalami suatu masalah (disebut klien) yang bermuara pada teratasinya masalah yang dihadapi klien.18 Pengertian bimbingan konseling Islami menurut Hallen dalam bukunya “Bimbingan Konseling” adalah proses pemberian bantuan yang terarah, kontinue dan sistematis kepada setiap individu agar ia dapat mengembangkan potensi atau fitrah beragama yang dimilikinya secara optimal, sehingga ia dapat hidup selaras dan sesuai dengan tuntunan Al-Qur’an dan Hadits.19 Selain dari literatur di atas, juga ditemukan pula beberapa penelitian yang relevan yang berhubungan dengan judul di atas, antara lain: Dalam skripsi Ta’riful Azis (09410198) Jurusan Pendidikan Agama Islam Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam
17
Deni Febriani, Bimbingan Konseling, Cet. I (Yogyakarta: Teras, 2011), hlm. 6 Ibid., hlm. 10 19 Hallen A, Bimbingan Konseling, Cet. I (Jakarta: Ciputat Press, 2002), hlm. 17 18
14
Negeri (UIN) Sunan Kalijaga Yogyakarta yang berjudul “Peran Guru PAI dan Guru Bimbingan Konseling dalam Mengatasi Konflik Antar Siswa di SMA N 4 Purworejo”. Hasil penelitian menunjukkan secara khusus penanganan konflik yang dilakukan oleh guru PAI dan BK yaitu: 1) Guru PAI dan guru BK di SMA N 4 Purworejo mempunyai peran masing-masing dalam upaya mencegah dan menangani siswa yang tengah berkonflik. Dalam mengatasi konflik guru PAI di SMA N 4 Purworejo menggunakan tiga metode, yaitu: metode direktif, metode nondirektif, dan metode elektif. Sedangkan guru BK menggunakan pola bimbingan terhadap masing-masing jenjang kelas. 2) Usaha yang dilakukan oleh guru PAI di SMA N 4 Purworejo merupakan bentuk nasehat tanpa adanya perencanaan secara sistematis akan tetapi hasil yang diperoleh cukup signifikan, sedangkan guru BK di SMA N 4 Purworejo mempunyai rencana praktis dan sistematis dalam mencegah dan menangani konflik siswa karena hal tersebut adalah tugas utama guru BK. Meski tidak ada kerjasama formal diantara keduanya akan tetapi proses yang telah berlangsung telah menunjukkan hasil signifikan dengan tujuan sama yaitu perdamaian dikalangan siswa. 3) Sejauh ini dari pengamatan penulis ada beberapa hasil yang diraih guru PAI dan huru BK dari penanganan konflik di SMA N 4 Purworejo. Dalam skripsi Roikhatul Jannah (2021210036) Jurusan Pendidikan Agama Islam Fakultas Tarbiyah Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN) Pekalongan yang berjudul “Peranan Guru
15
dalam Penanggulangan Penyimpangan Perilaku Peserta Didik MTs Ma’arif NU Buaran Pekalongan Melalui Spiritual Treatment”. Hasil penelitian dan simpulannya adalah Bentuk-bentuk penyimpangan perilaku peserta didik MTs. Maarif NU Buaran Pekalongan adalah Tidak mengerjakan tugas dari guru, membolos, terlambat sekolah, berbohong dengan guru, tidak memakai seragam sesuai jadwalnya, Tidak memakai atribut sekolah, tidak pakai peci, sepatu dan lain-lain, tidak sopan dengan guru, memakai perhiasan, membawa HP, merokok, Meninggalkan kelas tanpa izin guru dan pada saat jam pelajaran. Dan dapat ditarik garis besarnya, bahwa faktor yang paling banyak adalah: Faktor keluarga, faktor lingkungan dan faktor dari dirinya sendiri. dan Usaha spiritual treatment nya meliputi terapi agama, pendidikan rohani, dan bimbingan konseling. Dalam skripsi Luthfiyah (232107171) Jurusan Pendidikan Agama Islam Fakultas Tarbiyah Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN) Pekalongan yang berjudul “Peranan Guru dalam Membentuk Motivasi dalam Membentuk Motivasi Belajar Anak TK Muslimat Salafiyah di Desa Banjaranyar Kecamatan Randudongkal”. Hasil penelitian menunjukkan bahwa motivasi belajar anak TK Muslimat Salafiyah di desa Banjaranyar Kecamatan Randudongkal sudah cukup baik. Hal ini dilihat dari perilaku anak yang sudah mengalami perubahan dalam kesehariannya. Anak TK Muslimat Salafiyah sudah tertib dan disiplin saat mengikuti pelajaran, anak-anak sudah bisa
16
mandiri, tidak bergantung kepada yang lain serta anak cepat tanggap dan bersemangat belajar. Hal tersebut tidak lepas dari peran seorang guru. Peranan guru TK Muslimat Salafiyah
di desa Banjaranyar
Kecamatan Randudongkal dalam membentuk motivasi belajar anak sudah cukup baik, yaitu dengan berbagai macam upaya seperti: menanamkan rasa keinginan yang kuat untuk bisa atau berhasil, memberikan hadiah, menilai kelemahan dan kelebihan anak, memotivasi anak agar memiliki keberanian dalam bertindak dan tidak takut mengambil resiko, memberikan pujian, saingan / kompetisi serta pemberian sanksi kepada anak. Perbedaan penelitian yang dilakukan penulis dengan beberapa penelitian relevan terdahulu di atas adalah pada subyek dan obyek penelitiannya. Pada skripsi ini subyek penelitiannya adalah Guru PAI secara khusus, bukan guru Mapel atau guru secara umum seperti beberapa skripsi di atas. Begitu pula pada obyek penelitiannya, di sini obyek
penelitiannya
adalah
Program
pelaksanaan
Bimbingan
Konseling di Sekolah. Sedangkan penelitian relevan di atas berfokus meruncing pada sub tema dari Bimbingan Konseling seperti motivasi belajar, juga dalam mengatasi masalah yang terjadi di sekolah, seperti mengatasi siswa bermasalah, penyimpangan prilaku, dll. Jadi sudah cukup jelas perbedaannya, fokus penelitian dalam skripsi ini adalah peranan guru Pendidikan Agama Islam (PAI) dalam
17
pelaksanaan program bimbingan konseling di SMP N 1 Tirto Pekalongan. 2. Kerangka berpikir Kerangka berpikir adalah kerangka konseptual yang akan digunakan untuk memecahkan masalah yang diteliti, disusun berdasarkan kajian teoritis yang telah dilakukan.20 Guru memiliki peranan, tugas dan tanggungjawab terhadap peserta didiknya. Peran guru tidak akan bisa digantikan sekalipun dengan mesin canggih. Tugas utama guru adalah mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik. Hal ini memudahkannya dalam melakukan bimbingan seperti sudah dijelaskan bahwa tugas seorang guru selain mengajar salah satunya adalah membimbing. Seorang guru sepatutnya bisa dijadikan contoh teladan yang baik bagi siswanya, begitu pula guru agama secara khusus. Pada umumnya seorang guru agama juga berperan dalam memberikan bimbingan kepada siswanya. Maksudnya bahwa seorang guru agama harus bersikap sebagaimana ajaran yang disampaikan tentang kebaikan dan kebajikan yang bersumber dari buku (materi ajar) dan pranata agama dan sosial. Khususnya berdasarkan tata aturan ajaran agama Islam yang berlaku. 20
hlm. 13
Tim penyusun, Pedoman Penulisan Skripsi, (Pekalongan: STAIN Pekalongan, 2007),
18
Kemudian mengenai konsep bimbingan konseling yang dilakukan oleh guru Pendidikan Agama Islam (PAI) tentunya menggunakan konsep bimbingan konseling Islami, dimana proses pemberian bantuan yang terarah, kontinue dan sistematis kepada setiap individu agar ia dapat mengembangkan potensi atau fitrah beragama yang dimilikinya secara optimal, sehingga ia dapat hidup selaras dan sesuai dengan tuntunan Al-Qur’an dan Hadits.
Guru PAI
Program Bimbingan Konseling (Layanan Bimbingan Konseling)
1. 2. 3. 4.
Membimbing Menuntun Memberi tauladan Membantu mengantarkan anak didiknya ke arah kedewasaan jasmani dan rohani
1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9.
Orientasi Informasi Penempatan dan penyaluran Penguasaan konten Bimbingan konseling perorangan Bimbingan kelompok Mediasi Konsultasi Bimbingan dan konseling kelompok
Siswa
Dari Bagan tersebut dapat dilihat bahwa guru BK dan guru PAI mempunyai peranan yang sama dalam memberikan bimbingan konseling kepada siswanya. Namun yang membedakan ialah bidang bimbingan konseling, dimana guru BK memberikan bimbingan
19
konseling secara umum, sedangkan guru PAI dalam memberikan bimbingan konseling lebih difokuskan pada bidang agama. F. Metodologi Penelitian 1. Desain Penelitian Desain penelitian adalah proses yang diperlukan dalam perencanaan dan pelaksanaan penelitian.21 Desain dalam penelitian ini adalah: a. Pendekatan penelitian Penelitian
ini
menggunakan
pendekatan
kualitatif.
Pendekatan kualitatif adalah pendekatan yang analisanya tidak menekankan data-data numerikal (angka) yang diolah dalam metode statistika. Pendekatan ini menekankan analisanya pada penyimpulan deduktif dan induktif serta pada analisis terhadap dinamika antara fenomena yang diamati dengan menggunakan logika ilmiah.22 b. Jenis Penelitian Adapun jenis penelitian dalam skripsi ini adalah Field Research (penelitian lapangan) yang mana penelitian ini dilakukan dalam kancah kehidupan yang sebenarnya. Penelitian lapangan
21 22
Suryadi Suryabarata, Metode Penelitian (Jakarta: PT. Grafindo Persada, 1997), hlm. 69 Saifuddin Azwar, Metode Penelitian (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2000), hlm. 5
20
mempunyai tujuan untuk memecahkan masalah-masalah praktis dalam kehidupan sehari-hari.23 2. Sumber Data Penelitian ini merupakan penelitian lapangan, sehingga sumber data yang digunakan terdiri dari dua macam sumber, yaitu: a. Sumber data primer Sumber data primer merupakan sumber data yang berasal dari observasi di lapangan secara langsung dan unsur utama yang ada hubungannya dengan pemasalah dalam penulisan skripsi ini. Adapun sumber data primer dalam penelitian ini adalah guru PAI, siswa, kepala sekolah, karyawan sekolah, dan guru-guru mapel SMP N 1 Tirto Pekalongan. b. Sumber data sekunder Sumber data sekunder merupakan sumber data penunjang dari data primer yang mempunyai relevansi dengan pembahasan dalam penelitian ini. Yaitu buku-buku ilmiah yang berhubungan dengan penelitian ini.
23
Kartini Kartono, Pengantar Metodologi Research Sosial (Bandung: Penerbit Alumni, 1983), hlm. 27
21
3. Metode Pengumpulan Data Pada tahap pengumpulan data penulis menggunakan metode sebagai berikut: a. Metode Observasi Metode observasi diartikan sebagai pengalaman dan pencatatan secara sistematik terhadap gejala yang tampak pada objek penelitian.24 Instrumen yang digunakan dalam metode observasi ini adalah lembar pengamatan dan panduan pengamatan. Metode ini digunakan untuk mengumpulkan data penelitian baik dengan cara mengamati maupun mencatat hal-hal penting yang berkaitan dengan peranan guru Pendidikan Agama Islam (PAI) dalam pelaksanaan bimbingan konseling di SMP N 1 Tirto Pekalongan. b. Metode wawancara Wawancara adalah sebuah dialog yang dilakukan oleh pewawancara untuk memperoleh informasi dari terwawancara.25 Dalam penelitian ini, penulis menggunakan wawancara tak terstruktur
artinya
orang
yang
diwawancarai
mempunyai
kebebasan untuk menjawab pertanyaan dan bersifat nonformal agar
24
Amirul Hadi dan Haryono, Metodologi Penelitian Pendidikan (Bandung: CV. Pustaka Setia, 1998). Hlm. 129 25 Saifudin Azwar, Op.Cit., hlm. -
22
proses wawancara bersifat luwes dan santai. Dalam waawancara ini penulis tidak mengggunakan pedoman wawancara yang jelas namun hanya mengacu pada garis-garis besar permasalahan yang sedang diteliti. Metode ini digunakan untuk memperoleh data-data tentang pelaksanaan program bimbingan konseling di SMP Negeri 1 Tirto Pekalongan. c. Metode Dokumentasi Metode dokumentasi adalah metode yang digunakan untuk mencari data mengenai hal-hal atau variabel berupa catatan, transkrip, buku, surat kabar, majalah, notulen rapat, lager, agenda dan sebagainya.26 Metode ini digunakan untuk memperoleh data-data tentang struktur organisasi sekolah, keadaan guru, siswa, sarana-prasarana, serta digunakan untuk memperoleh data tentang peranan guru Pendidikan Agama Islam (PAI) dalam pelaksanaan bimbingan konseling di SMP N 1 Tirto Pekalongan. 4. Metode Analisis Data Analisa data adalah suatu usaha mengetahui tafsiran terhadap data yang terkumpul dari hasil penelitian. data yang terkumpul tersebut 26
144
Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 1997), hlm. 128-
23
kemudian diklasifikasikan dan disusun, selanjutnya diolah dan dianalisa. Analisa data tersebut merupakan temuan-temuan di lapangan.27 Dalam penelitian ini penulis menggunakan metode deskripsif, yaitu metode yang berusaha mendeskripsikan dan menginterpretasikan apa yang ada, baik mengenai kondisi atau hubungan yang ada, pendapat yang tumbuh, proses yang sedang berlangsung akibat efek yang terjadi dan kecenderungan yang berkembang.28 Adapun cara pembahasan yang digunakan untuk menganalisis data dalam penelitian ini dilakukan dengan metode induktif. Metode induktif
dimaksudkan
untuk
membantu
pemahaman
tentang
pemaknaan data yang rumit melalui pengembangan tema-tema yang diikhtisarkan dari kata dasar.29 Analisis data dalam penelitian kualitatif dilakukan bersamaan dengan proses pengumpulan data. Setelah data terkumpul kemudian akan dilakukan analisis dan diketahui peranan guru Pendidikan Agama Islam (PAI) dalam pelaksanaan program bimbingan konseling di SMP N 1 Tirto Pekalongan. Tahapan analisis data menggunakan model interaktif menurut Miles & Huberman, terdiri atas empat tahapan yang harus dilakukan, meliputi: 27
Anas Sudjono, Pengantar Statistik Pendidikan (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2003), hlm. 192 28 Sanapih Faisal, Metodologi Penelitian Pendidikan (Jakarta: Usaha Nasional), hlm. 119 29 Lexy J. Moloeng, Metologi Penelitian Kualitatif, Cet. Ke-25 (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2008), hlm. 298
24
a. Pengumpulan data, dimana peneliti melakukan antisipatory sebelum melakukan reduksi data. b. Data Reduction (reduksi data) berarti merangkum, memilih hal-hal yang pokok, memfokuskan pada hal-hal yang penting, dicari tema dan polanya dan membuang yang tidak perlu. c. Data Display (penyajian data) bisa dilakukan dalam bentuk uraian singkat dengan teks yang bersifat naratif. d. Conclusing drawing/verification guna menjawab rumusan masalah yang dirumuskan sejak awal.30 G. Sistematika Penulisan Skripsi Bagian pokok terdiri dari 5 bab, yaitu sebagai berikut: Bab I Pendahuluan. Berisi latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, kegunaan penelitian, tinjauan pustaka, metodologi penelitian, dan sistematika penulisan skripsi. Bab II Guru PAI dan Program Bimbingan Konseling di Sekolah. Pada bab ini terdapat tiga sub bab pembahasan. Sub bab pertama, berisi pengertian guru PAI, peranan guru di sekolah.
Sub bab kedua berisi
pengertian bimbingan dan konseling secara umum dan menurut para tokoh, kemudian pengertian Program bimbingan konseling di sekolah, serta jenis-jenis program bimbingan konseling.
30
Haris Herdiansyah, Metodologi Penelittian Kualitatif Untuk Ilmu-ilmu Sosial, Cet. Ke 3 (Jakarta: Salemba Humanika, 2012), hlm. 164
25
Bab III Peranan Guru Pendidikan Agama Islam (PAI) dalam Pelaksanaan Program Bimbingan Konseling di SMP 1 Tirto Pekalongan. Pada bab ini terdapat tiga sub bab pembahasan. Sub bab pertama berisi gambaran umum SMP N 1 Tirto Pekalongan, meliputi: Letak geografis, visi dan misi, profil guru, karyawan dan siswa, serta sarana dan prasarana. Sub bab kedua berisi pelaksanaan program bimbingan konseling di SMP 1 Tirto Pekalongan. Sub bab ketiga berisi peranan guru Pendidikan Agama Islam (PAI) dalam pelaksanaan program bimbingan konseling di SMP 1 Tirto Pekalongan. Bab IV Analisis Peranan Guru Pendidikan Agama Islam (PAI) dalam Pelaksanaan Bimbingan Konseling di SMP N 1 Tirto Pekalongan. Pada bab ini terdapat dua sub bab pembahasan. Sub bab pertama berisi analisis pelaksanaan program bimbingan konseling di SMP N 1 Tirto Pekalongan. Sub bab kedua berisi analisis peranan guru Pendidikan Agama Islam (PAI) dalam pelaksanaan program bimbingan konseling di SMP N 1 Tirto Pekalongan. Bab V Penutup, berisi kesimpulan dan saran.