1
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah sebagai usaha manusia untuk membina kepribadiannya sesuai dengan nilai-nilai di masyarakat dan kebudayaan. Maka pendidikan merupakan tanggung jawab bersama antara keluarga, masyarakat dan pemerintah. Sehingga pendidikan mempunyai misi seluruh aspek dengan dinamika hidup manusia serta perubahan-perubahan yang terjadi dalam hidupnya. Hal ini menunjukkan bahwa masalah pendidikan adalah dinamis, dengan kata lain pendidikan mempunyai nilai-nilai serta norma yang eksistensinya selalu mengikuti perubahan zaman. Pendidikan merupakan upaya yang dapat mempercepat pengembangan SDM untuk mampu mengemban tugas yang dibebankan kepadanya. Pendidikan merupakan salah satu faktor sangat penting dalam kehidupan manusia masa akan datang, sebab pendidikan merupakan suatu proses pembentukan manusia untuk menumbuh kembangkan potensi yang ada. Upaya peningkatan kualitas pendidikan dari tahun ke tahun selalu menjadi program pemerintah, salah satunya dengan ditetapkannya UU No.20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional; Pasal 3, fungsi dan tujuan pendidikan nasional adalah penyelenggaraan pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar
2
menjadi manusia beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, dan mandiri. Dan dijelaskan lebih lanjut dalam Peraturan Pemerintah No.19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan. Madrasah adalah lembaga yang bersifat kompleks dan unik. Bersifat kompleks karena madrasah sebagai organisasi di dalamnya terdapat berbagai dimensi yang satu sama lain saling berkaitan dan saling menentukan. Sedang sifat unik, menunjukkan bahwa sekolah sebagai organisasi memiliki ciri-ciri tertentu yang tidak dimiliki karakter tersendiri, di mana terjadi proses belajar mengajar, tempat terselenggaranya pembudayaan kehidupan umat manusia (Wahjosumidjo, 2008:81). Madrasah Tsanawiyah sebagai lembaga pendidikan Islam formal, dituntut untuk mampu bersaing dengan lembaga pendidikan umum yang telah lebih dulu maju dalam hal penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi. Apalagi pada saat ini madrasah mulai tingkat Ibtidaiyah sampai Aliyah ditempatkan dalam kedudukan yang sama dengan sekolah umum. Perbedaannya hanya terletak pada ciri khas Islam yang dikenakan pada sistem Madrasah (Mahmud, 2005:195). Kualitas pendidikan ditentukan oleh penyempurnaan integral dari seluruh komponen pendidikan, seperti kualitas guru, penyebaran guru yang merata, kurikulum, sarana prasarana yang memadai, suasana PBM yang kondusif, dan kualitas guru yang meningkat dan didukung oleh pemerintah. Profesional adalah pekerjaan atau kegiatan yang dilakukan oleh seseorang dan menjadi sumber penghasilan kehidupan yang memerlukan keahlian, kemahiran, atau kecakapan
3
yang memenuhi standar mutu atau norma tertentu serta memerlukan pendidikan profesi. Menjadi profesional, berarti menjadi ahli dalam bidangnya. Dan seorang ahli, tentunya berkualitas dalam melaksanakan pekerjaannya. Akan tetapi tidak semua Ahli dapat menjadi berkualitas. Karena menjadi berkualitas bukan hanya persoalan ahli, tetapi juga menyangkut persoalan integritas dan personaliti. Dalam perspektif pengembangan sumber daya manusia, menjadi profesional adalah satu kesatuan antara konsep personaliti dan integritas yang dipadupadankan dengan skil atau keahliannya. Keprofesionalan guru secara konsisten menjadi salah satu faktor terpenting dari mutu pendidikan. Guru yang profesional mampu membelajarkan murid secara efektif sesuai dengan kendala sumber daya dan lingkungan. Guru profesional dituntut memiliki empat kompetensi, yaitu kompetensi kognitif, pedagogis, personalitas, dan sosial. Kinerja dan kompetensi guru memikul tanggung jawab utama dalam transformasi orientas peserta didik dari ketidaktahuan menjadi tahu, dan ketergantungan menjadi mandiri, dari tidak terampil menjadi terampil, dengan metode-metode pembelajaran bukan lagi mempersiapkan peserta didik yang pasif, melainkan peserta didik berpengetahuan yang senantiasa mampu menyerap dan menyesuaikan diri dengan informasi baru dengan berfikir, bertanya, menggali, mencipta dan mengembangkan cara-cara tertentu dalam memecahkan masalah yang berkaitan dengan kehidupannya.
4
Dalam undang-undang No 14 tahun 2005 tentang Guru dan Dosen, kompetensi profesional adalah kemampuan penguasaan materi pelajaran secara luas dan mendalam. Menurut Undang-undang No 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional pasal 1 ayat 5 dan 6 yang dimaksud dengan tenaga kependidikan adalah anggota masyarakat yang mengabdi diri dan diangkat untuk menunjang penyelenggaraan pendidikan. Sedangkan pendidik adalah tenaga kependidikan yang berkualifikasi sebagai guru, dosen, konselor, pamong belajar, widyaswasta, tutor, instruktur, fasilitator, dan sebutan lainnya yang sesuai dengan khususannya, serta berpartisipasi dalam menyelenggarakan pendidikan. Dalam Permendiknas No 16 Tahun 2007 tentang standar kualifikasi akademik dan kompetensi guru menyatakan bahwa “Kualifikasi akademik Guru pada satuan pendidikan jalur formal mencakup kualifikasi akademik guru pendidikan Anak Usia Dini/Taman Kanak-kanak/Raudatul Atfal (PAUD/TK/RA), guru Sekolah Dasar/Madrasah Ibtidaiyah (SD/MI), guru Sekolah Menengah Pertama/Madrasah
Tsanawiyah
(SMP/MTs),
guru
Sekolah
Menengah
Atas/Madrasah Aliyah (SMA/MA), guru Sekolah Dasar Luar Biasa/Sekolah Menengah
Luar
Biasa/Sekolah
Menengas
Atas
Luar
Biasa
(SDLB/SMPLB/SMALB), dan guru Sekolah Menengah Kejuruan/Madrasah Aliyah Kejuruan, (SMK/MAK)”. Kualifikasi akademik guru SMP/MTs, harus memiliki kualifikasi akademik pendidikan minimum diploma empat (D-IV) atau Sarjana (S1) program studi yang
5
sesuai dengan mata pelajaran yang diajarkan/mampu, dan diperoleh dari program studi yang terakreditasi. Guru profesional selain harus memiliki empat kompetensi, seorang guru harus terampil dalam mengajar, memiliki pengetahuan yang luas, sering mengikuti pelatihan, dan pembinaan profesi pendidik melalui jaringan kerja LPMP (Lembaga Penjamin Mutu Pendidikan). Fakta yang terjadi di Madrasah Tsanawiyah Negeri Garut ditemukan 2 guru yang belum memiliki kualifikasi akademik minimum (D-IV atau S1) guru lulusan SMU mengajar pata pelajaran Mulok (Bahasa sunda), guru lulusan SMU mengajar mata pelajaran IPA dan terdapat 13 guru mengajar mata pelajaran yang tidak sesuai dengan kualifikasi akademik. Guru professional dituntut mampu merancang dan memilih bahan pembelajaran yang tepat, strategi pembelajaran yang sesuai dengan latar belakang siswa yang berbeda, mengelola pembelajaran dengan menyenangkan, memilih dan menggunakan media pembelajaran yang mendukung tujuan pembelajaran, praktik yang terjadi di Madrasah Tsanawiyah Negeri Garut terdapat 5 guru dalam pemilihan bahan pembelajaran yang hanya terpaku pada 1 buku paket, 50% guru masih menggunakan strategi belajar ceramah, terdapat 10 guru dalam pembelajarannya belum menggunakan media yang mendukung siswa dalam belajar. Dari hasil identifikasi masalah diatas, peneliti tertarik untuk mengetahui pengembangan professional guru di Madrasah Tsanawiyah Negeri Garut yang dirumuskan dalam judul “MODEL PENGEMBANGAN PROFESIONALITAS
6
GURU MELALUI KEGIATAN PENGEMBANGAN KEPROFESIAN BERKELANJUTAN” (Penelitian di Madrasah Tsanawiyah Negeri Garut). B. Rumusan Masalah Untuk mempermudah penelitian ini maka perlu diadakan pembatasan penelitian melalui rumusan masalah, adapun rumusan masalahnya yaitu: 1. Bagaimana Latar Alamiah Madrasah Tsanawiyah Negeri Garut melalui kegiatan pengembangan keprofesian berkelanjutan? 2. Bagaimana perencanaan pengembangan profesionalitas guru di Madrasah Tsanawiyah Negeri Garut melalui kegiatan pengembangan keprofesian berkelanjutan? 3. Bagaimana pelaksanaan pengembangan profesionalitas guru di Madrasah Tsanawiyah Negeri Garut melalui kegiatan pengembangan keprofesian berkelanjutan? 4. Bagaimana faktor penunjang dan penghambat profesionalitas guru di Madrasah Tsanawiyah Negeri Garut melalui pengembangan keprofesian berkelanjutan? 5. Bagaimana hasil yang dicapai dari pengembangan profesionalitas guru di Madrasah Tsanawiyah Negeri Garut melalui kegiatan pengembangan keprofesian berkelanjutan? 6. Bagaimana
evaluasi
program
pengembangan
profesionalitas
guru
Madrasah Tsanawiyah Negeri Garut melalui kegiatan pengembangan keprofesian berkelanjutan?
7
C. Tujuan dan Kegunaan Berdasarkan rumusan masalah diatas yang menjadi tujuan dari penelitian ini adalah untuk: 1. Mengetahui Latar alamiah Madrasah Tsanawiyah Negeri Garut melalui kegiatan pengembangan keprofesian berkelanjutan 2. Mengetahui perencanaan pengembangan Profesionalitas guru di Madrasah Tsanawiyah Negeri Garut melalui kegiatan pengembangan keprofesian berkelanjutan. 3. Mengetahui pelaksanaan pengembangan profesionalitas guru di Madrasah Tsanawiyah Negeri Garut melalui kegiatan pengembangan keprofesian berkelanjutan. 4. Mengetahui
faktor
penunjang
dan
penghambat
pengembangan
profesionalitas guru di Madrasah Tsanawiyah Negeri
Garut melalui
kegiatan pengembangan keprofesian berkelanjutan. 5. Mengetahui hasil yang dicapai dari pengembangan profesionalitas guru di Madrasah Tsanawiyah Negeri
Garut melalui kegiatan pengembangan
keprofesian berkelanjutan. 6. Mengetahui evaluasi program pengembangan profesionalitas guru di Madrasah Tsanawiyah Negeri
Garut melalui kegiatan pengembangan
keprofesian berkelanjutan. Adapun kegunaan penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Untuk mengembangkan ilmu khususnya di bidang pengembangan profesionalitas guru.
8
2. Untuk menjadi bahan referensi dalam mengembangkan profesionalitas guru di lembaga pendidikan, sehingga penyelenggaraan satuan pendidikan dapat berjalan dengan lancar dan bermutu. 3. Dapat menambah wawasan serta pengetahuan tentang pengembangan profesionalitas
guru
melalui
kegiatan
pengembangan
keprofesian
berkelanjutan. D. Kerangka Pemikiran Kebudayaan adalah seluruh sistem gagasan atau ide, tindakan dan keberhasilan karya manusia dalam rangka kehidupan bermasyarakat dan dijadikan milik manusia dengan belajar (Koentjoroningrat, 2009:145). Budaya organisasi yang sekaligus juga berhubungan dengan watak pribadi, merupakan faktor yang tidak boleh diabaikan mengingat pengaruhnya terhadap kemajuan
sekolah
tersebut.
Budaya
merupakan
pembungkus
nuansa
kehidupannya sebagai organisasi yang bersaing pada era modern yang mengandung peraturan yang harus ditaati oleh anggora organisasinya, dan disepakati serta dilaksanakan oleh civitas akademika, sehingga menimbulkan perubahan dan kemajuan-kemajuan bagi sekolah yang bersangkutan, karena guru yang mempunyai keimanan kuat yang tercermin dalam watak pribadi akan mempunyai kinerja yang tinggi (Pupuh, 2012:17). Penelitian kualitatif merupakan penelitian deskriftif yang datanya berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang diamati. Menurut mereka pendekatan ini diarahkan pada latar dan individu tersebut secara holistik. (Moleong, 2011:8). Oleh sebab itu maka penelitian itu tidak akan lepas dari
9
pengaruh dari latar alamiah, sehingga akan mempengaruhi semua aktivitas di lokasi penelitian. Lembaga penelitian Islam seperti madrasah dapat dipandang dari tiga wujud kebudayaan. Adanya ide atau gagasan yang melatar belakangi berdirinya suatu lembaga pendidikan, kemudian adanya aktivitas sebagai realisasi dari ide tersebut, kemudia aktivitas tersebut membutuhkan alat atau perangkat. Pendidikan berasal dari kata didik, lalu kata ini mendapat awalan me sehingga menjadi mendidik, artinya memelihara dan memberi latihan. Dalam pengertian agak luas, pendidikan dapat diartikan sebagai sebuah proses dengan metode-metode tertentu sehingga orang memeroleh pengetahuan, pemahaman, dan cara bertingkah laku yang sesuai dengan kebutuhan (Muhibbin Syah, 2010:10). Guru dalam proses pendidikan memegang peranan strategis terutama dalam upaya membentuk watak bangsa melalui pengembangan kepribadian dan nilainilai yang diinginkan. Dalam Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 19 Tahun 2005 tentang Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP) ditegaskan bahwa pendidik (guru) harus memiliki kompetensi sebagai agen pembelajaran pada jenjang pendidikan dasar dan menengah serta pendidikan anak usia dini. Arahan normatif tersebut yang menyatakan bahwa guru sebagai agen pembelajaran menunjukkan pada harapan, bahwa guru merupakan pihak pertama yang paling bertanggung jawab dalam pentransferan ilmu pengetahuan kepada peserta didik.
10
Guru dalam proses pembelajaran di kelas dipandang memainkan peran penting terutama dalam membantu peserta didik untuk membangun sikap positif dalam belajar, membangkitkan rasa ingin tahu, mendorong kemandirian dan ketepatan logika intelektual, serta menciptakan kondisi-kondisi untuk sukses dalam belajar. Model merupakan sebuah pola atau metode yang berupa kerangka konseptual atau produser yang berurutan dan bisa dicontoh oleh siapapun yang menganggap benar dan sesuai dengan kondisinya untuk mewujudkan suatu proses dalam melakukan suatu kegiatan. Dengan kata lain model adalah sebuah pola yang dihasilkan, yang dijadikan tiruan bagi pihak kedua (yang lain) yang ingin menirunya atau pola yang dijadikan rujukan bagi pihak yang ingin mengikutinya. Secara harfiah kata profesi berasal dari kata profession (Inggris) yang berasal dari bahasa latin profesus yang berarti “mampu atau ahli dalam suatu bentuk pekerjaan”. Dalam Webster’s New World Dictionary ditemukan bahwa profesi merupakan “Suatu pekerjaan yang menuntut pendidikan tinggi, dalam liberal art’s atau science dan biasanya meliputi pekerjaan yang ditunjang oleh kepribadian dan sikap profesional”. Kata profesional berasal dari kata profesi yang artinya menurut Syafruddin Nurdin, diartikan sebagai suatu pekerjaan yang memerlukan pendidikan lanjut di dalam science dan teknologi yang digunakan sebagai perangkat dasar untuk di implementasikan dalam berbagai kegiatan yang bermanfaat. Profesional adalah kata benda dari profesi, merupakan lawan kata dari amateur yang berkaitan dengan seseorang yang menerima bayaran atas jasa
11
pekerjannya atau pengertian lain adalah seseorang yang mempraktikkan suatu profesi dan seseorang yang dipandang sebagai ahli dalam suatu cabang ilmu. Profesional menunjuk pada dua hal. Pertama, orang yang menyandang suatu profesi, misalnya “Dia seorang profesional”. Kedua, penampilan seseorang dalam melakukan pekerjaannya yang sesuai dengan profesinya (Buchari Alma, 2010:129). Profesionalisme menunjuk kepada komitmen para anggota suatu profesi untuk
meningkatkan
kemampuan
profesionalnya
dan
terus
menerus
mengembangkan strategi-strategi yang digunakannya dalam melakukan pekerjaan yang sesuai dengan profesinya (Alma, 2010: 129). Dalam Undang-undang No 14 tahun 2005 tentang guru dan dosen pasal 1 ayat 4, profesional adalah pekerjaan atau kegiatan yang dilakukan seseorang dan menjadi sumber penghasilan kehidupan yang memerlukan keahlian, kemahiran, atau kecakapan yang memenuhi standar mutu atau norma tertentu serta memerlukan pendidikan profesi. Jadi seseorang yang mempraktikkan suatu pekerjaan yang diterima sebagai status profesional, maka ia adalah seorang yang ahli dari cabang ilmu yang digelutinya, dengan demikian lembaga profesional yang bersangkutan mempunyai kewajiban untuk mengawasinya. Seorang yang profesional akan senantiasa terusmenerus mencari kesempurnaan (mastery) dari cabang ilmu yang ia kuasai dan melakukan pekerjaan dengan itu, sehingga ia akan lebih sempurna dalam memberikan pelayanan kepada publiknya.
12
Dalam Undang-undang No 14 tahun 2005 tentang guru dan dosen pasal 10 ayat 1, kompetensi guru meliputi kompetensi paedagodik, kompetensi kepribadian, kompetensi sosial, dan kompetensi profesional yang diperoleh melalui pendidikan profesi. Menurut Permenag No 16 Tahun 2010 kompetensi kepemimpinan sebagai mana di maksud pada ayat 1 meliputi: 1. Kemampuan membuat perencanaan pembudayaan pengamalan ajaran agama dan perilaku akhlak mulia pada komunitas sekolah sebagai bagian dari proses pembelajaran agama. 2. Kemampuan mengorganisasikan potensi unsur sekolah secara sistematis untuk mendukung pembudayaan pengalaman ajaran agama pada komunitas sekolah. 3. Kemampuan menjadi inovator, motivator, fasilitator, pembimbing dan konselor dalam pembudayaan pengamalan ajaran agama pada komunitas sekolah. 4. Kemampuan menjaga, mengendalikan, dan mengarahkan pembudayaan pengamalan ajaran agama pada komunitas sekolah dan menjaga keharmonisan hubungan antar pemeluk agama dalam bingkai Negara Kesatuan Republik Indonesia. (http://litbang.kemenag.go.id/content/permenagNo_16TentangKompete nsiGuru). Kompetensi merupakan perilaku yang rasional untuk mencapai tujuan yang dipersyaratkan sesuai dengan kondisi yang diharapkan. Kompetensi guru merupakan kemampuan seorang guru dalam melaksanakan kewajiban-kewajiban secara bertanggung jawab dan layak (M. Uzer Usman:2011,14). Dalam undang-undang No 14 tahun 2005 tentang Guru dan Dosen, Pasal 1 ayat 10 kompetensi adalah seperangkat pengetahuan, keterampilan dan perilaku yang harus dimiliki, dihayati, dan dikuasai oleh guru atau dosen dalam melaksanakan tugas profesionalnya.
13
Kompetensi pedagogik adalah kemampuan mengelola pembelajaran peserta didik yang meliputi pemahaman terhadap peserta didik, perancangan dan pelaksanaan pembelajaran, evaluasi hasil belajar, dan pengembangan peserta didik untuk mengaktualisasikan berbagai potensi yang dimilikinya (E. Mulyasa, 2008:75). Kompetensi kepribadian adalah kemampuan kepribadian yang mantap, stabil, dewasa, arif dan berwibawa, menjadi teladan bagi peserta didik, dan berakhlak mulia. Kompetensi sosial kemampuan guru sebagai bagian dari masyarakat untuk berkomunikasi dan bergaul secara efektif dengan peserta didik, sesama pendidik, tenaga kependidikan, orang tua/wali peserta didik, dan masyarakat sekitar. Kompetensi
profesional
adalah
kemampuan
penguasaan
materi
pembelajaran secara luas dan mendalam yang memungkinkan membimbing peserta didik memenuhi standar kompetensi yang ditetapkan dalam Standar Nasional Pendidikan. Kemampuan yang meliputi kompetensi profesional meliputi hal-hal berikut: 1. Menguasai landasan kependidikan. 2. Menguasai bahan pengajaran. 3. Menyusun program pengajaran. 4. Melaksanakan program pengajaran. 5. Menilai hasil dan proses belajar mengajar yang telah dilaksanakan.
14
Kemampuan yang harus dimiliki guru dalam proses pembelajaran dapat diamati dari aspek profesional adalah: 1. Menguasai materi, struktur, konsep dan pola pikir keilmuan yang mendukung mata pelajaran yang diampu. 2. Menguasai
standar
kompetensi
dan
kompetensi
dasar
mata
pelajaran/bidang pengembangan yang diampu. 3. Mengembangkan materi pelajaran yang diampu secara kreatif. 4. Memanfaatkan
teknologi
informasi
dan
komunikasi
untuk
berkomunikasi dan mengembangkan diri. Secara umum dapat diidentifikasi tentang ruang lingkup kompetensi profesional guru sebagai berikut: a. Mengerti dan dapat menerapkan landasan kependidikan baik filosofi, psikologis, sosiologis. b. Mengerti dan dapat menerapkan teori belajar sesuai taraf perkembangan peserta didik. c. Mampu menangani dan mengembangkan bidang studi yang menjadi tanggungjawabnya. d. Mengerti dan dapat menerapkan metode pembelajaran yang bervariasi. e. Mampu mengembangkan dan menggunakan berbagai alat, media dan sumber belajar yang relevan. f. Mampu mengorganisasikan dan melaksanakan program pembelajaran. g. Mampu melaksanakan evaluasi hasil belajar peserta didik. h. Mampu menumbuhkan kepribadian peserta didik (E. Mulyasa, 2008:136). Berdasarkan Undang-undang no 20 tahun 2003 pasal 39 ayat 2, pendidik merupakan tenaga profesional yang bertugas merencanakan dan melaksanakan proses pembelajaran, menilai hasil pembelajaran, melakukan pembimbingan dan pelatihan, serta melakukan penelitian dan pengabdian kepada masyarakat, terutama bagi pendidik pada perguruan tinggi.
15
Secara khusus tugas dan fungsi tenaga pendidik didasarkan pada Undangundang no 14 tahun 2007, yaitu sebagai agen pembelajaran untuk meningkatkan mutu pendidikan nasional, pengembang ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni, serta pengabdi kepada masyarakat. Dalam pasal 6 disebutkan bahwa: kedudukan guru dan dosen sebagai tenaga proesional bertujuan untuk melaksanakan sistem pendidikan nasional dan mewujudkan tujuan pendidikan nasional, yaitu berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, serta menjadi warga negara yang demokratis dan bertanggung jawab. Dalam menjalankan tugas dan fungsinya secara profesional tenaga pendidik dan kependidikan harus memiliki kompetensi yang disyaratkan baik oleh peraturan pemerintah maupun kebutuhan masyarakat antara lain: 1. Pendidik harus memiliki kualifikasi minimum dan sertifikasi sesuai dengan jenjang kewenangan mengajar, sehat jasmani dan rohani, serta memiliki kemampuan untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional. 2. Pendidik untuk pendidikan formal pada jenjang pendidikan usia dini, pendidikan dasar, pendidikan menengah, dan pendidikan tinggi dihasilkan oleh perguruan tinggi yang terakreditasi (Tim Dosen UPI: 2008,226).
16
Faktor penunjang dan penghambat pengembangan profesional guru, terbagi menjadi dua, yaitu: a. Faktor internal. Faktor internal lebih mengarah pada guru itu sendiri, baik secara individual maupun secara institusi sebagai sebuah intensitas profesi yang menuntut adanya kesadaran, dan tanggung jawab yang lebih kuat dalam menjalankan peran dan fungsinya sebagai tenaga pendidik. Diperlukan sebuah komitmen yang dapat dipertanggng jawabkan, baik secara ilmiah maupun moral, agar guru dapat benar-benar berfikir dan bertindak secara profesional sebagaimana profesi-profesi lain yang menuntut adanya suatu keahlian yang lebih spesifik. b. Faktor eksternal. Dalam konteks ini, lebih terkait dalam mendorong dan menciptakan kebijakan yang dipilih untuk menciptakan guru-guru yang berkualitas. Berdasarkan uraian diatas, maka dalam penulisan ini diarahkan untuk meneliti tentang beberapa hal yang berkaitan dengan model pengembangan profesional guru di Madrasah Tsanawiyah Negeri Garut melalui kegiatan pengembangan keprofesian berkelanjutan yaitu latar alamiah dan kondisi objektif, perencanaan model pengembangan profesionalitas guru, faktor apa saja yang menunjang dan menghambat pengembangan profesionalitas guru, dan hasil dari profesionalitas guru di Madrasah Tsanawiyah Negeri Garut.
17
Agar mudah dalam pemahaman, maka penulis mencoba membuat skema kerangka pemikiran model pengembangan profesionalitas guru di Madrasah Tsanawiyah Negeri Garut. SKEMA MODEL PENGEMBANGAN PROFESIONALITAS GURU MELALUI KEGIATAN PENGEMBANGAN KEPROFESIAN BERKELANJUTAN DI MADRASAH TSANAWIYAH NEGERI GARUT Bagan 1. Kerangka Pemikiran Penelitian.
Latar Alamiah Madrasah Tsanawiyah Negeri Garut
Pengawas
Kepala Madrasah
Wakil Kepala Madrasah
Guru Mata Pelajaran Faktor Penunjang - Kebijakan kepala madrasah - MGMT - Pengawas
-
Perencanaan Pengembangan Profesionalitas Guru Pelaksanaan pengembangan profesionalitas Guru Hasil yang dicapai dari pengembangan profesionalitas Guru Evaluasi pengembangan profesionalitas Guru
Faktor Penghamb - Sarana prasaran yang kurang memada - Pembiay n kur memada
18
E. Langkah-langkah Penelitian. Dalam penulisan ini, penulis akan menggunakan studi pustaka dan penulisan lapangan. Tahapan langkah yang dilakukan dalam proses penelitian ini yang meliputi: (1) Jenis data, (2) sumber data, (3) metoda dan teknik pengumpulan data, (4) langkah analisis data, dan (5) teknik pemeriksaan uji absah data. Secara rinci kelima tahapan tersebut sebagai berikut: 1. Menentukan Jenis Data.
Jenis data pokok yang dikumpulkan adalah jenis data kualitatif, yakni data deskriftif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang atau perilaku yang dapat diamati yang berkaitan dengan latar alamiah dan model pengembangan profesionalitas guru Madrasah Tsanawiyah Negeri Garut melalui kegiatan pengembangan keprofesian berkelanjutan. Penelitian kualitatif sering juga menggunakan data statistik yang telah tersedia sebagai sumber data tambahan bagi keperluannya. 2. Menentukan Sumber Data.
a. Lokasi Penelitian. Penentuan lokasi penelitian merupakan salah satu langkah penting dalam penelitian lapangan, dalam penelitian ini penulis menentukan tempat penelitian di Madrasah Tsanawiyah Negeri Garut dengan alasan sebagai berikut: Pertama, madrasah tersebut sudah lama berdiri sehingga banyak data yang akan diperoleh. Kedua, adanya masalah yang akan diteliti dengan model pengembangan profesionalitas guru melalui kegiatan pengembangan keprofesian berkelanjutan
19
yang dianggap unik dan dapat bermanfaat untuk pengembangan ilmu pendidikan Islam, serta pihak pengurus mengizinkan penulis untuk melakukan penelitian. b. Sumber data. Dalam penelitian ini penulis menggunakan teknik sampling, pemilihan sampel dilakukan dengan cara menentukan kepala Madrasah sebagai key informan yang diharapkan dapat memberi keterangan dengan benar tentang Madrasah Tsanawiyah Negeri Garut dan diikuti dengan teknik snaow ball process (Moleong, 2011:224). Sedangkan data tambahan adalah data yang berupa dokumen, arsip, buku dan sebagainya yang berkaitan dengan model pengembangan profesionalitas guru melalui kegiatan pengembangan keprofesian berkelanjutan di Madrasah Tsanawiyah Negeri Garut. 3. Menentukan Metoda dan Teknik Pengumpulan Data.
a. Metode Penelitian. Metode adalah cara-cara atau langkah yang digunakan dalam mencapai tujuan. Penelitian ini adalah penelitian kualitatif, sehingga metode yang digunakannya adalah metode kualitatif. Alasan penulis menggunakan metode ini, pertama lebih mudah apabila berhadapan dengan kenyataan jamak. Kedua, metoda ini menyajikan secara langsung hakikat hubungan antara peneliti dan responden. Ketiga, metode ini lebih peka dan lebih dapat menyesuaikan diri dengan banyak penajaman pengaruh bersama terhadap pola-pola nilai yang dihadapi (Moleong, 2011:9-10).
20
b. Teknik Pengumpulan data. Adapun teknik pengumpulan data yang digunakan dalam menyusun penulisan ini adalah sebagai berikut: 1. Teknik Observasi. Dalam observasi ini, peneliti terlibat dalam kegiatan sehari-hari orang yang sedang diamati atau yang digunakan sebagai sumber data penelitian (Sugiyono, 2012:227). Observasi yang akan dilakukan yaitu observasi partisipasi yang bertujuan untuk memperoleh informasi dan data yang objektif di Madrasah Tsanawiyah Negeri Garut melalui pengamatan secara langsung dan intensif selama berada di lokasi. Teknik ini digunakan untuk mengamati benda-benda di lokasi penelitian seperti sarana dan prasarana,
proses
belajar-mengajar,
keadaan
lingkungan,
dan
gejala-gejala lain yang ada di lokasi penelitian. 2. Teknik Wawancara. Wawancara adalah merupakan pertemuan dua orang untuk bertukar informasi dan ide melalui tanya jawab, sehingga dapat dikontruksikan makna dalam suatu topik tertentu (Sugiyono, 2012:231). Adapun yang diwawancarai adalah orang-orang yang mengetahui tentang Madrasah Tsanawiyah Negeri Garut, yaitu kepala madrasah, bagian kurikulum, staf Tata Usaha (TU), dan Guru Pembingbing.
21
3. Teknik Dokumentasi atau Teknik Menyalin. Teknik ini digunakan untuk mengetahui data tertulis mengenai Madrasah Tsanawiyah Negeri Garut dan setting penelitian lainnya. Melalui proses penelusuran dokumen, buku-buku referensi, data yang ada dijadikan bahan data pokok dan data tambahan untuk melengkapi. 4. Analisis Data. Analisis data kualitatif adalah upaya yang dilakukan dengan jalan bekerja dengan data, mengorganisasikan data,
memilah-milahnya
menjadi satuan yang dapat dikelola, mensintesiskannya, mencari dan menemukan pola, menemukan apa yang penting dan apa yang dipelajari, dan memutuskan apa yang dapat diceritakan kepada orang lain (Moleong,2011:248). Analisis data dalam penulisan ini dilakukan dengan cara sebagai berikut: a. Unitisasi Data. Unitisasi data adalah pemrosesan satuan, dan yang dimaksud dengan satuan adalah bagian terkecil yang mengandung makna yang bulat dan dapat berdiri sendiri dari bagian yang lain. Dalam unitisasi ini terdapat beberapa langkah yang harus dilakukan penulis, yaitu: 1) Mereduksi data, yaitu memilih data dari berbagai sumber yang relevan dengan data yang diinginkan atau menunjang terhadap unit-unit.
22
2) Memberikan kode rinci, yaitu memberikan kode-kode terhadap indek yang berisi satuan-satuan. Kode-kode ini dapat berupa penandaan sumber asal satuan catatan lapangan, dokumen, laporan dan semacamnya, penandaan jenis responden, penandaan lokasi dan penandaan cara pengumpulan data. b. Kategorisasi Data. Kategori data dalam hal ini pengelompokan data-data yang sudah terkumpul dalam bagian-bagian ini yang secara jelas berkaitan atas dasar pikiran, intuisi, pendapat atau kriteria tertentu. Dalam kategori ada beberapa hal yang harus diperhatikan oleh penulis, antara lain: 1) Mereduksi data, memilih dan memilah data yang dimasukan ke dalam satuan-satuan data dengan jalan membaca dan mencatat kembali isinya agar nantinya dapat memasukan satuan-satuan itu dalam kategori yang mantap dan jika mendapat bagian-bagian isi yang sama. Dan jika tidak, maka disusun untuk membuat atau menyusun kategori baru. 2) Membuat koding, yaitu memberi judul terhadap satuan-satuan yang telah mewakili entri pertama dalam kategori. 3) Menelaah data kembali secara menyeluruh dalam setiap kategori. 4) Melengkapi data-data yang terkumpul untuk terbentuknya sebuah hipotesis atau beberapa hipotesis.
23
c. Penafsiran Data. Panfsiran data dilakukan dengan cara menafsirkan seluruh data yang sudah dikategorikan. Penafsiran data dilakukan untuk mencapai tujuan deskripsi semata-mata, dengan menggunakan teori dan rancangan organisasional yang telah ada dalam suatu disiplin ilmu (Moleong,2011:257). Dalam hal ini penulis menggunakan ilmu yang terkait dengan penelitian yang dilakukan yaitu Antropologi serta pengembangan profesional guru. 5. Melakukan Uji Keabsahan Data. Uji keabsahan data adalah melakukan pemeriksaan terhadap keabsahan data-data yang sudah terkumpul dengan menggunakan teknik keabsahan data. Agar hasil penelitian dapat dipertanggung jawabkan secara ilmiah, maka data yang terdapat pada hasil penelitian ini perlu diuji keabsahannya. Untuk itu maka perlu dilakukan pemeriksaan kembali terhadap data-data yang telah terkumpul dengan kriteria kepastian logika, dapat dipertanggung jawabkan, dengan proses keteralihan dan ketergantungan secara relevan sesuai dengan keakuratan
data
yang
diperoleh,
serta
menggunakan
teknik
pemeriksaan kembali terhadap keabsahan data tersebut. Adapun langkah-langkah pemeriksaan tersebut adalah sebagai berikut: a.
Perpanjangan keikutsertaan, dimaksudkan untuk menghilangkan distorsi data, dengan mengikut serta mengamati kegiatan yang
24
berhubungan dengan proses belajar mengajar dan kegiatan lainnya yang akan membantu terkumpulnya data yang dibutuhkan. Penelitian ini dilakukan terhitung dari tanggal 07 Juni 2013-01 Agustus 2013. b. Ketekunan Pengamatan, dimaksudkan untuk menemukan ciri-ciri dan unsur-unsur dalam situasi yang sangat relevan dengan persoalan atau isu yang sedang dicari dan kemudian memusatkan diri pada hal-hal tersebut secara rinci sehingga pengamatannya benar-benar mendalam. Hal ini dilakukan dengan cara pengamatan terhadap berbagai aktivitas yang berhubungan dengan model pengembangan profesionalitas guru melalui
kegiatan
pengembangan
keprofesian
berkelanjutan
di
Madrasah Tsanawiyah Negeri Garut, mencatat serta merekam hal-hal yang berhubungan dengan permasalahan yang diteliti, dengan maksud memperdalam dan lebih fokus. c.
Triangulasi diartikan sebagai teknik pengumpulan data yang bersifat menggabungkan dari berbagai teknik pengumpulan data dan sumber data yang telah ada. Bila peneliti melakukan pengumpulan data dengan triangulasi, maka sebenarnya peneliti mengumpulkan data yang sekaligus menguji kredibilitas data yaitu mengecek kredibilitas data dengan berbagai teknik pengumpulan data dan berbagai sumber data (Sugiyono, 2012:241).
d. Pemeriksaan teman sejawat, teknik ini dilakukan dengan cara mengekspos hasil sementara atau hasil akhir yang diperoleh dalam bentuk diskusi dengan rekan-rekan sejawat, teknik ini mengandung
25
beberapa maksud sebagai salah satu teknik pemeriksaan keabsahan data. e. Analisis kasus negatif, dilakukan dengan jalan mengumpulkan contoh dan kasus yang tidak sesuai dengan pola dan kecenderungan informasi yang telah dikumpulkan dan digunakan sebagai bahan pembanding. f. Kecukupan referensi, hal ini dimaksudkan untuk mengetahui lebih mendalam dan jelas tentang masalah yang diteliti. Kecukupan referensi dilakukan dengan cara menanyakan pihak sekolah serta mencari sumber lain untuk mengetahui keterangan tentang masalah yang diteliti di lapangan. g. Pengecekan anggota, di cek dengan anggota yang terlibat meliputi data, kategori analitis, penafsiran, dan kesimpulan yang diserahkan kepada sumber aslinya. h. Uraian rinci, yang dilakukan dengan cara melaporkan hasil penelitian sehingga
diuraikan
seteliti
dan
secepat
mungkin,
ketekunan
pengamatan untuk mengarahkan fokus, membandingkan dengan penelitian orang lain, pemeriksaan teman sejawat, penelitian lain dan dengan dosen pembimbing untuk mengadakan analisis kasus negatif dan mencakupi refernsi agar proses keteralihan informasi bagi pembaca dapat memahami hasil penelitian. i. Audit kebergantungan, dilakukan untuk memeriksa kebergantungan data yang dilakukan dengan cara memberikan bukti data hasil
26
penelitian kepada pihak yang diteliti dan dari kesimpulan dalam bentuk surat keterangan dari lapangan. j. Audit kepastian, dilakukan untuk memeriksa kepastian data yang dilakukan dengan cara memberikan bukti data hasil penelitian, kepada pihak yang diteliti dan pengecekan keabsahan data dibuktikan dalam bentuk surat keterangan absah data dari lembaga yang diteliti.
27
BAB II ANALISIS TEORITIK TENTANG MODEL PENGEMBANGAN PROFESIONALITAS GURU MELALUI KEGIATAN PENGEMBANGAN KEPROFESIAN BERKELANJUTAN
A. Makna Model Pengembangan Profesionalitas Guru Secara umum istilah model dapat diartikan sebagai kerangka konseptual yang digunakan sebagai pedoman atau acuan dalam melakukan suatu kegiatan. Dalam pengertian lain model juga sebagai barang atau benda tiruan dari benda sesungguhnya, misalnya globe merupakan bentuk tiruan dari bumi. Dalam uraian selanjutnya istilah model digunakan untuk menunjukkan pengertian pertama sebagai kerangka proses pemikiran. Sedangkan model dasar dipakai untuk menunjukkan model yang generik yang berarti umum dan mendasar yang dijadikan titik tolak pengembangan model lanjut dalam arti lebih rumit dan dalam arti lebih baru (Afifudin, 2009:26). Pengembangan dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia yaitu proses, cara, perbuatan mengembangkan. Profesionalitas mengacu kepada sikap para anggota profesi terhadap profesinya serta derajat pengetahuan dan keahlian yang mereka miliki dalam rangka melakukan pekerjaannya (Alma, 2010:130). Dalam konsep peningkatan mutu pendidikan dan tenaga kependidikan dijelaskan bahwa profesionalitas guru terkait dengan kualifikasi, kompetensi dan remunerasi (penggajian). Apa yang dimaksud kualifikasi ini tersurat dalam PP No
28
19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan, yakni bahwa untuk menjadi guru, yang bersangkutan minimal berlatar belakang pendidikan sarjana. Diasumsikan, bahwa dengan latar kesarjanaan yang bersangkutan telah memiliki dasar kuat menjadi guru yang berkompetensi. Dengan kompetensi tersebut, guru diharapkan dapat memiliki kontribusi besar dalam peningkatan mutu pendidikan. Oleh karenanya yang bersangkutan memperoleh remunerasi (gaji) yang lebih besar. Profesionalitas adalah sebutan terhadap kualitas sikap para anggota suatu profesi terhadap profesinya serta derajat pengetahuan dan keahlian yang mereka miliki untuk melaksanakan tugasnya (Uus Ruswandi, 2009:19) Di dalam ilmu pendidikan yang dimaksud pendidik ialah semua yang mempengaruhi perkembangan seseorang yaitu manusia, alam dan kebudayaan. Manusia, alam dan kebudayaan inilah yang sering di sebut dalam ilmu pendidikan sebagai lingkungan pendidikan. Pendidik disebut juga dengan guru, merupakan unsur manusiawi dalam pendidikan. Guru adalah figur manusia yang diharapkan kehadiran dan perannya dalam pendidikan, sebagai sumber yang menempati posisi dan memegang peranan penting dalam pendidikan (A Tafsir, 2006:170). Dalam Undang-undang Guru dan Dosen No 14 tahun 2005 Pasal 1 ayat 1, PP Republik Indonesia No 47 tahun 2008 dan Permenag PAN dan RB No 16 tahun 2009, mendifinisikan bahwa Guru adalah pendidik professional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar dan pendidikan menengah.
29
Guru adalah pendidik professional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah (Uus Ruswandi, 2009:15) Guru sebagai pendidik tidak hanya sebagai penyalur dan pemindah kebudayaan bangsa kepada generasi penerus, akan tetapi lebih dari itu yaitu membina mental, membentuk moral dan membangun kepribadian yang baik dan integral, sehingga keberadaannya kelak berguna bagi nusa dan bangsa (Imam, 2012:14). Menurut W.F. Connell dalam buku Etike Profesi Keguruan, Guru profesional adalah guru yang memiliki kompetensi tertentu sesuai dengan persyaratan yang dituntut oleh profesi keguruan. Peranan profesi adalah sebagai motivator, supervisor, penanggung jawab dalam membina disiplin, model perilaku, pengajar dan pembimbing dalam proses belajar, pengajar yang terus mencari pengetahuan dan ide baru untuk melengkapi dan meningkatkan pengetahuannya, komunikator terhadap orang tua murid dan masyarakat, administator kelas, serta anggota organisasi profesi pendidikan (Ondi, 2012:30). Menyadari akan profesi merupakan wujud eksistensi guru sebagai komponen yang bertanggung jawab dalam keberhasilan pendidikan maka menjadi satu tuntutan bahwa guru harus sadar akan peran dan fungsinya sebagai pendidik. Kesadaran diri merupakan inti dari dinamika gerak laju perkembangan profesi seseorang, merupakan sumber dari kebutuhan mengaktualisasikan diri. Makin tinggi kesadaran seseorang makin kuat keinginannya meningkatkan profesi.
30
Dari berbagai definisi diatas, penulis dapat menyimpulkan pengertian model pengembangan profesionalitas guru adalah proses pengembangan kualitas sikap guru terhadap profesinya serta derajat pengetahuan dan kualitasnya untuk dapat melaksanakan tugasnya bagi seorang guru yang profesional. B. Ciri Profesionalitas Guru Seseorang disebut professional, minimal memiliki 2 ciri yakni kompeten dan sertifikat. Berkompeten artinya memilki kecakapan sesuai standar kerja profesinya. Menguasai standar operasional prosedur, hal ini harus dibuktikan dalam perbuatan, dalam performansi. Jika ia seorang guru, maka kompetensi minimal harus menguasai substansi, metode dan evaluasi. Berdasarkan UU No. 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen Pasal 10 ayat 1, bahwa ciri-ciri guru professional yaitu: memiliki kompetensi pedagogik, kepribadian, sosial dan professional. Terdapat sejumlah ciri yang mendasar yang diperlukan bagi guru professional, guru disebut professional jika memiliki hasrat, amanah, dewasa, interpersonal, teladan dan setia, yang dapat diakronimkan dengan lima huruf berbunyi HADITS. 1. Hasrat, guru professional jika memiliki hasrat terus berkembang. Manusia ini adalah pembelajar. Ia gemar ilmu pengetahuan dan mampu menerima perubahan sebagai syarat kemajuan. Dengan jiwa terbuka dan obyektif, guru lebih mudah melibatkan diri dalam proses inovatif dan pembaharuan pada umumnya.
31
2. Amanah, guru professional amanah pada tugas. Ia menerima tanggung jawab tugas sebagai pengabdian. Berbeda dari sekedar kerja, guru lebih dari sekedar pegawai atau pencari nafkah. Mengajar bukan sekedar pekerjaan , tetapi lebih bernilai ibadah. 3. Dewasa. Guru professional berpandangan hidup dewasa. Ia memiliki prinsip dan pola hidup yang jelas serta konsisten. Dalam sikap dan pembawaan serta dalam pergaulan dan pekerjaan, guru menjadikan prinsip dan nilai hidup sebagai rujukan. 4. Interpersonal. Guru professional memiliki sifat interpersonal yang kuat. Ia memiliki empati, hangat, dan mudah bergaul dengan sesama manusia khususnya dengan anak didik. Dalam sikap dan tingkahlaku ia senantiasa melahirkan suasana ramah dan bersahabat. 5. Teladan. Guru professional berperangai teladan. Ia hidup dengan moral yang bersih, jujur, teratur dan efisien. Ia menunjukkan kebiasaan hidup terencana. 6. Setia. Guru professional setia pada tugas, bangga dengan profesinya, membela kepentingan anak didiknya demi masa depa yang lebih baik. Tidak menyesal menjalani profesi guru, apapun resikonya. Fide la morte! Setia sampai mati! (Alma, 2010:78). Guru-guru yang sudah berkembang atau dikembangkan kemampuan mendidiknya secara relatif maksimal, akan memiliki kualitas yang memadai dalam mendidik murid-murid mereka. Banyak ahli yang mengemukakan pendapatnya tentang ciri-ciri guru profesional, namun tidak ada kesepakantan
32
diantara mereka, tidak ada kesamaan pendapat satu dengan yang lainnya. Masingmasing mempunyai pendapat sendiri-sendiri walaupun ada kesesuaian. a. Guru harus memperhatikan keadaan lingkungan sekolah tempat ia bekerja, sebab masyarakat di lingkungan sekolah itu tidak dapat dipisahkan dengan sekolah. Sekolah akan maju kalau ada dukungan yang baik dari masyarakat, sebaliknya masyarakat juga akan maju bila calon anggotaanggotanya dididik dan dikembangkan di sekolah dengan baik. b. Guru harus mengembangkan cara berpikir ilmiah, berpikir berdasarkan data,
menyelesaikan
masalah
dengan
alternatif-alternatif
serta
merumuskan kesimpulan secara kritis dan hati-hati. c. Guru harus tahu dalam bidangnya, setiap guru harus memahami sungguhsungguh pengetahuan yang akan dipelajari oleh anak-anak dalam bidang ilmu yang ia bina dan bersifat terbaru. d. Guru harus mengorganisasi proses belajar murid-murid, merencanakan bagaimana caranya agar murid-murid dapat belajar dengan aktif, rajin, teliti dan tekun (Pupuh, 2012:114-116). C. Kompetensi Profesional Guru Dalam pembahasan profesionalitas guru ini, selain membahas mengenai pengertian profesionalitas guru, terlebih dahulu penulis akan menjelaskan mengenai kompetensi yang harus dimiliki oleh seorang guru yang professional. Karena seorang guru yang professional tentunya harus memiliki kompetensi professional.
33
Kompetensi merupakan suatu hal yang tidak bisa dipisahkan dari kegiatan pendidikan dan pengajaran. Kemampuan guru dalam menciptakan suasana komunikasi yang edukatif mencakup segi kognitif (intelektual) seperti penguasaan bahan, sikap afektif, seperti mencintai profesinya dan segi psikomotir (pelaku) seperti keterampilan mengelola kelas, menilai hasil belajar, dan lain-lain (Imam, 2012:21). Pengertian dasar kompetensi (competency) adalah kemampuan atau kecakapan. Padanan kata yang berasal dari bahasa Inggris itu cukup banyak dan yang lebih relevan dengan pembahasan ini ialah kata proficiency dan ability yang memiliki arti kurang lebih sama yaitu kemampuan. Hanya, proficiency lebih sering digunakan orang untuk menyatakan kemampuan berperingkat tinggi (Syah, 2010:229). Pengertian kompetensi adalah pengetahuan, keterampilan, dan nilai-nilai dasar yang direflesikan dalam kebiasaan berfikir dan bertindak secara konsisten dan terus-menerus yang memungkinkan seseorang itu menjadi kompeten, dalam arti memiliki pengetahuan, keterampilan, dan nilai-nilai dasar untuk melakukan sesuatu (Imam, 2012:21). Kompetensi guru merupakan perpaduan antara kemampuan personal, keilmuan, teknologi, social dan spiritual yang secara kaffah membentuk kompetensi standar profesi guru, yang mencakup penguasaan materi, pemahaman terhadap peserta didik, pembelajaran yang mendidik, pengembangan pribadi dan profesionalisme (E.Mulyasa, 2008:26).
34
Di samping berarti kemampuan, kompetensi juga berarti:…the state of being legally competent or qualified (McLeod, 1989), yakni keadaan berwenang atau memenuhi syarat menurut ketentuan hukum. Adapun kompetensi guru (teacher competency) menurut Barlow (1985), ialah the ability of a teacher to responsibly perform his or her duties appropriately. Artinya, kompetensi guru merupakan
kemampuan
seorang
guru
dalam
melaksanakan
kewajiban-
kewajibannya secara bertanggung jawab dan layak (Syah, 2010:229). Kompetensi profesional perlu dimiliki oleh seorang guru, sehingga selayaknya menjadi bahan/materi ajar dalam bridging program. Dibawah ini sejumlah aspek yang perlu diperhatikan dalam proses pendidikan bridging program, termasuk diantaranya penguasaan terhadap kode etik profesi, pengembangan penguasaan materi, pengembangan penguasaan materi kompetensi mata pelajaran, pengembangan materi/bahan ajar, dan pengembangan diri (Iskandar, 2012:102). a. Kode etik profesi. Profesi berarti pekerjaan yang memerlukan kompetensi khusus dan kemampuan intelektual tinggi berupa penguasaan yang didasari pengetahuan tertentu. Karakteristik profesi mengacu pada kemampuan intelektual yang diperoleh melalui pendidikan, memiliki pengetahuan spesialisasi, memiliki pengetahuan peraktis yang dapat digunakan langsung oleh orang lain atau klien, memiliki teknik kerja yang dapat dikomunikasikan (communicable), memiliki kemampuan dan kapasitas mengorganisasikan kerja secara mandiri (selforganization), mementingkan kepentingan orang lain (altuism), memiliki kode
35
etik, memiliki sanksi dan tanggung jawab komunitas, serta mempunyai sistem upah dan budaya professional (Iskandar, 2012:102). Tujuan merumuskan kode etik dalam suatu profesi adalah untuk kepentingan anggota dan kepentingan organisasi profesi itu sendiri. R. Hermawan S menjelaskan tujuan kode etik adalah sebagai berikut: a) untuk menjungjung tinggi martabat profesi; b) untuk menjaga dan memelihara kesejahteraan para anggotanya; c) untuk meningkatkan pengabdian para angora profesi; d) untuk meningkatkan mutu profesi; dan e) untuk meningkatkan mutu organisasi profesi (Uus, 2010:23-24). b. Pengembangan penguasaan materi Kompetensi professional merupakan salah satu kemampuan dasar yang harus dimiliki dan dikuasai seorang guru dalam kaitannya dengan pelaksanaan tugas
utamanya
mengajar.
Tugas
guru
dalam
menjalankan
profesi
kependidikannya sangat luas, Umar T. dan La Sulo dalam buku Buchari Alma mengemukakan bahwa guru diselenggarakan dengan tugas yang bervariasi, yaitu: a) Sebagai manajer proses pembelajaran, guru bertugas mengelola proses operasional pembelajaran, mulai dari mempersiapkan, mengorganisasikan, melaksanakan, dan mengevaluasi proses pembelajaran. b) Sebagai pemandu (director), guru bertugas menunjukkan arah dan tujuan pembelajaran kepada peserta didik. c) Sebagai penyelenggara (organisator), guru bertugas mengorganisasikan seluruh kegiatan pembelajaran.
36
d) Sebagai komunikator, guru bertugas mengkomunikasikan murid dengan berbagai sumber belajar. e) Sebagai fasilitator, guru bertugas menyediakan kemudahan belajar bagi siswa, seperti memberikan informasi tentang cara belajar yang baik. f) Sebagai motivator, guru bertugas memberikan dorongan belajar sehingga muncul hasrat yang tinggi untuk belajar secara intrinsik. g) Sebagai penilai, guru bertugas mengidentifikasikan mengumpulkan, menganalisis, menafsirkan data yang valid, reliable, dan objektif, dan akhirnya harus memberikan pertimbangan atas tingkat keberhasilan pembelajaran tersebut berdasarkan kriteria yang ditetapkan (Alma, 2010:141). Kompetensi professional ini meliputi hal-hal berikut: a. Menguasai landasan kependidikan a) Menguasai tujuan pendidikan untuk mencapai tujuan pendidikan nasional b) Mengenal fungsi sekolah dalam masyarakat c) Mengenal prinsip-prinsip psikologi pendidikan yang dapat dimanfaatkan dalam proses belajar-mengajar b. Menguasai bahan pengajaran a) Menguasai bahan pengajaran kurikulum pendidikan dasar dan menengah b) Menguasai bahan pengayaan c. Menyusun program pengajaran a) Menetapkan tujuan pembelajaran b) Memilih dan mengembangkan bahan pembelajaran c) Memilih dan mengembangkan strategi belajar mengajar d) Memilih dan mengembangkan media pengajaran yang sesuai e) Memilih dan memanfaatkan sumber belajar d. Melaksanakan program pengajaran a) Menciptakan iklim belajar mengajar yang tepat b) Mengatur ruangan belajar c) Mengelola interaksi belajar mngajar e. Menilai hasil dan proses belajar mengajar yang telah dilaksanakan a) Menilai prestasi murid untuk kepentingan pengajaran
37
b) Menilai proses belajar mengajar yang telah dilaksanakan (Uzer, 2011:17-19). Seseorang yang menjadi professional/ahli seharusnya terus menerus meningkatkan mutu pengetahuannya sesuai dengan bidang pekerjaan yang ia geluti, untuk menjadi professional harus melalui pendidikan atau latihan yang khusus. Pendidikan professional adalah suatu pendidikan yang mempersiapkan peserta didik dengan panggilan atau pekerjaan professional. Dalam rangka menjamin profesionalitas guru sebagai pekerjaan khusus, UU Guru dan Dosen No 14 Tahun 2005 menetapkan prinsip-prinsip profesionalitas yang meliputi: (a) memiliki bakat, minat, panggilan jiwa, dan idealism; (b) memiliki komitmen untuk meningkatkan mutu pendidikan, keimanan, ketakwaan, dan akhlak mulia; (c) memiliki kualifikasi akademik dan latar belakang pendidikan sesuai dengan bidang tugasnya; (d) memiliki tanggung jawab atas pelaksanaan tugas keprofesionalan; (f) memperoleh penghasilan yang ditentukan sesuai dengan prestasi kerja; (g) memiliki kesempatan untuk mengembangkan keprofesionalan secara berkelanjutan dengan belajar sepanjang hayat; (h) memiliki jaminan perlindungan hokum dalam melaksanakan tugas keprofesionalan; dan (i) memiliki organisasi profesi
yang mempunyai
kewenangan mengatur hal-hal yang berkaitan dengan tugas keprofesionalan guru. D. Pengertian Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan Berdasarkan Permeneg PAN dan RB No. 16 Tahun 2009, Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan (PKB) adalah pengembangan kompetensi guru yang dilaksanakan sesuai kebutuhan, bertahap, berkelanjutan untuk meningkatkan profesionalitasnya. Pada pasal 11, dijelaskan bahwa PKB merupakan salah satu
38
komponen pada unsur utama yang kegiatannya diberikan angka kredit, disamping pendidikan, pembelajaran/bimbingan, dan penunjang tugas sebagai Guru. Pengembangan keprofesian berkelanjutan (PKB) ditunjukkan untuk mendorong guru dalam memelihara dan meningkatkan standar mereka secara keseluruhan dan mencakup bidang-bidang yang berkaitan dengan pekerjaannya sebagai sebuah profesi. Dengan demikian, guru dapat memelihara, meningkatkan dan memperluas pengetahuan dan keterampilannya, serta membangun kualitas pribadi yang dibutuhkan di dalam karir profesionalnya Unsur
kegiatan
PKB
terdiri
dari
tiga
macam
kegiatan,
yaitu
Pengembangan Diri, Publikasi ILmiah, dan Karya Inovatif. Ketiga kegiatan tersebut disajikan pada tabel berikut (Nanang, 2013:191): Tabel 1 Kegiatan Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan No
1.
Jenis Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan (PKB) Pengembangan Diri
2.
Publikasi Ilmiah
3.
Karya Inovatif
Meliputi:
Mengikuti diklat fungsional, dan melaksanakan kegiatan kolektif guru Membuat publikasi ilmiah atas hasil penelitian, dan membuat publikasi Menemukan teknologi tepat guna, menemukan/menciptakan karya seni, membuat/memodifikasi alat pelajaran, alat peraga, dan alat praktikum, dan mengikuti pengembangan penyusunan standar, pedoman, soal, dan sejenisnya
1. Pengembangan Diri Pengembangan
diri
adalah
kegiatan
yang
dilakukan
guru
untuk
meningkatkan profesionalisme diri agar memiliki kompetensi profesi yang sesuai
39
dengan peraturan perundang-undangan, yaitu agar mampu melaksanakan tugas pokok dan kewajiban dalam melaksanakan proses pembelajaran/pembimbingan, termasuk pelaksanaan tugas-tugas tambahan yang relevan dengan fungsi sekolah/madrasah. Kegiatan pengembangan diri harus mengutamakan akebutuhan guru untuk pencapaian standar dan/atau peningkatan kompetensi profesi, khususnya yang berkaitan dengan pelaksanaan layanan pembelajaran. Kebutuhan tersebut mencakup kompetensi menyelidiki dan memahami konteks di tempat guru mengajar, penguasaan materi dan kurikulum, penguasaan metode pembelajaran, kompetensi melakukan evaluasi peserta didik dan pembelajaran, penguasaan teknologi dan informatika (TIK), kompetensi lain yang terkait dengan pelaksanaan tugas-tugas tambahan atau tugas lain yang relevan dengan fungsi sekolah/madrasah, dan sebagainya (Nanang, 2013:201). 2. Publikasi Ilmiah Publikasi
ilmiah
merupakan
salah
satu
kegiatan
pengembangan
keprofesian berkelanjutan (PKB), disamping pengembangan diri dan karya inovatif. Publikasi ilmiah adalah karya tulis ilmiah yang telah dipublikasikan kepada masyarakat sebagai bentuk kontribusi guru terhadap peningkatan kualitas proses pembelajaran di sekolah dan dalam pengembangan dunia pendidikan secara umum (Nanang, 2013:209).
40
Menurut Permenag PAN dan RB No. 16 Tahun 2009 tentang Jabatan Fungsional Guru dan Angka Kreditnya, kegiatan publikasi ilmiah terdiri dari 3 (tiga) kelompok kegiatan, yaitu: a. Presentasi pada forum ilmiah b. Publikasi hasil penelitian atau gagasan inovatif pada bidang pendidikan formal c. Publikasi buku teks pelajaran, buku pengayaan dan/atau buku pedoman 3. Karya Inovatif Karya inovatif adalah salah satu dari 3 (tiga) kegiatan pengembangan keprofesian berkelanjutan (PKB), di samping pengembangan diri dan publikasi ilmiah. Kegiatan pengembangan keprofesian berkelanjutan yang berupa karya inovatif terdiri dari 4 (empat) kelompok, yaitu: a. Menemukan teknologi tepat guna (karya sains/teknologi) b. Menemukan/menciptakan karya seni c. Membuat/memodifikasi alat pelajaran/peraga/praktikum d. Mengikuti pengembangan penyusunan standar, pedoman, soal, dan sejenisnya. E. Tujuan
dan
Manfaat
Kegiatan
Pengembangan
Keprofesian
Berkelanjutan. Secara umum, tujuan pengembangan keprofesian berkelanjutan untuk meningkatkan kualitas layanan pendidikan di sekolah/madrasah dalam rangka meningkatkan mutu pendidikan.
41
Sedang secara khusus, tujuan pengembangan keprofesian berkelanjutan adalah sebagai berikut: 1. Memfasilitasi guru untuk mencapai standar kompetensi profesi yang telah ditetapkan 2. Memfasilitasi
guru
untuk
terus
memutakhirkan
(memperbaharui)
kompetensi yang mereka miliki sekarang dengan apa yang menjadi tuntutan ke depan berkaitan dengan profesinya 3. Memotivasi guru untuk tetap memiliki komitmen melaksanakan tugas pokok dan fungsinya sebagai tenaga professional 4. Mengangkat citra, harkat, martabat profesi guru, serta meningkatkan rasa hormat dan kebanggan kepada penyandang profesi guru 5. Memperbanyak guru yang makin professional 6. Memberi penghargaan bagi guru professional, di antaranya adalah kenaikan golongan 7. Member motivasi tinggi untuk mencapai pangkat puncak PNS, yaitu Pembina Utama, Golongan Ruang IV/e (Nanang, 2013:193). Di dalam pedoman pengelolaan pengembangan keprofesian berkelanjutan yang diterbitkan oleh Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan, disebutkan bahwa manfaat pengembangan keprofesian berkelanjutan yang terstruktur, sistematik dan memnuhi kebutuhan peningkatan keprofesionalan guru adalah sebagai berikut: 1. Bagi siswa, pengembangan keprofesian berkelanjutan memberikan jaminan supaya siswa memperoleh pelayanan dan pengalaman belajar yang efektif untuk meningkatkan potensi diri secara optimal melalui
42
penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi seiring dengan perkembangan waktu, serta memiliki jati diri sebagai pribadi yang sesuai dengan nilai-nilai luhur bangsa. 2. Bagi guru, pengembangan keprofesian berkelanjutan memberikan jaminan kepada guru untuk menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi serta memiliki kepribadian yang kuat dan kompetitif dengan semua profesinya agar mampu mengahadapi berbagai perubahan internal dan eksternal selama kariernya. 3. Bagi
sekolah/madrasah,
pengembangan
keprofesian
berkelanjutan
memberikan jaminan terwujudnya sekolah/madrasah sebagai sebuah organisasi pembelajaran yang efektif dalam rangka meningkatkan kompetensi, motivasi, dedikasi, loyalitas, dan komitmen guru dalam memberikan layanan pendidikan yang berkualitas kepada peserta didik. 4. Bagi orangtua/masyarakat, pengembangan keprofesian berkelanjutan memberikan jaminan bagi orang tua/masyarakat bahwa anak mereka di sekolah/madrasah memperoleh bimbingan dari guru yang mampu bekerja secara professional dan penuh tanggung jawab, dalam rangka mewujudkan kegiatan kegiatan pembelajaran secara efektif, efisien, dan berkualitas, sesuai dengan kebutuhan masyarakat lokal, nasional, dan global. 5. Bagi pemerintah, pengembangan keprofesian berkelanjutan pemerintah dapat memetakan kualitas layana pendidikan sebagai upaya pembinaan, pengembangan, dan peningkatan kinerja guru serta pembiayaannya dalam
43
rangka
mewujudkan
kesetaraan
kualitas
antar
sekolah
(Nanang,
2013:194). F. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kinerja Guru Guru merupakan ujung tombak keberhasilan pendidikan dan dianggap sebagai orang yang berperan penting dalam mencapai tujuan pendidikan yang merupakan pencerminan mutu pendidikan. Keberadaan guru dalam melaksanakan tugas dan kewajibannya tidak terlepas dari pengaruh faktor internal maupun eksternal yang membawa dampak pada perubahan kinerja guru. Beberapa faktor yang mempengaruhi kinerja guru yang dapat diungkap tersebut, antara lain: 1. Kepribadian dan Dedikasi Setiap guru memiliki pribadi masing-masing sesuai dengan ciri-ciri pribadi yang mereka miliki, ciri-ciri inilah yang membedakan seseorang dengan guru dari guru yang lainnya. Kepribadian sebenarnya adalah suatu maslah abstrak yang hanya dapat dilihat dari penampilan, tindakan, ucapan, cara berpakaian dan dalam menghadapi setiap persoalan (Ondi, 2012:24). Kepribadian guru akan tercermin dalam sikap dan perbuatannya dalam membina dan membimbing anak didik. Semakin baik kepribadian guru, semakin baik didikannya dalam menjalankan tugas dan tanggung jawabnya sebagai guru, ini berarti tercermin suatu dedikasi yang tinggi dari guru dalam melaksanakan tugas dan fungsinya sebagai pendidik (Ondi, 2012:25). Menurut Tabrani Rusyan Wasmin dalam buku mengejar profesionlisme guru menuliskan criteria kepribadian yang berorientasi pada kinerja adalah: a) kapasitas berpikir logis, praktis dan analisis; b) kapasitas untuk bekerja secara
44
aktif tanpa mengenal lelas; c) assertif, suatu kemampuan untuk mengambil alih tanggung jawab; d) kemampuan untuk mengungkapkan pendapat dan perasaan secara jujur, apa adanya dan bersikap langsung; dan e) kemampuan untuk mempercayai dan memberikan haparan, petunjuk-petunjuk dan kewenangan kepada yang lainnya untuk melaksanakan tugas masing-masing (Imam, 2012:92). Aspek-aspek diatas merupakan potensi kepribadian sebagai syarat mutlak yang harus dimiliki oleh seorang guru dalam melaksanakan profesinya. Karena tanpa aspek tersebut sangat tidak mungkin guru dapat menyelesaikan tugas sesuai dengan harapan. Kepribadian dan dedikasi yang tinggi dapat meningkatkan kesadaran akan pekerjaan dan mampu menunjukkan kinerja yang memuaskan seseorang atau kelompok dalam suatu organisasi (Ondi, 2012:25). 2. Pengembangan Profesi Pengembangan profesi guru merupakan hal penting untuk diperhatikan guna mengantisipasi perubahan dan beratnya tuntutan terhadap profesi guru. Pengembangan profesionalisme guru menekankan kepada penguasaan ilmu pengetahuan atau kemampuan manajemen beserta strategi penerapannya (Ondi, 2012:26). Tuntutan memenuhi standar profesionalisme bagi guru sebagai wujud dari keinginan menghasilkan guru-guru yang mampu membina peserta didik sesuai dengan tuntutan masyarakat, disamping sebagai tuntutan yang harus dipenuhi guru dalam meraih predikat guru yang profesional, seorang guru dituntut untuk memiliki lima hal, yaitu: a. Guru mempunyai komitmen pada siswa dan proses belajarnya.
45
b. Guru menguasai secara mendalam bahan/mata pelajaran yang diajarkan serta cara mengajarnya kepada siswa. c. Guru bertanggung jawab memantau hasil belajar siswa melalui berbagai cara evaluasi. d. Guru mampu berpikir sistematis tentang apa yang dilakukannya dan belajar dari pengalamannya. e. Guru seyogiannya merupakan bagian dari masyarakat belajar dalam lingkungan profesinya (Ondi, 2012:27). Pola pengembangan dan pembinaan profesi guru yang diuraikan tersebut sangat memungkinkan terjadinya perubahan paradigma dalam pengembangan profesi guru sebagai langkah antisipatif terhadap perubahan peran dan fungsi guru yang selama ini guru dianggap sebagai satu-satunya sumber informasi dan pengetahuan bagi siswa, padahal perkembangan teknologi dan informasi sekarang ini telah membuka peluang bagi setiap orang untuk dapat belajar secara mandiri dan cepat yang berarti siapapun bisa lebih dahulu mengetahui yang terjadi sebelum orang lain mengetahuinya (Ondi, 2012:29). Pengembangan profesi guru harus pula diimbangi dengan usaha lain, seperti mengusahakan perpustakaan khusus untuk guru-guru yang mencakup segala bidang studi yang diajarkan di sekolah sehingga guru tidak terlalu sulit untuk mencari bahan dan referensi untuk mengajar di kelas. Pengembangan yang lain dapat dilakukan melalui pemberiankesempatan kepada guru-guru untuk mengarang bahan pelajaran tersendiri sebagai buku tambahan bagi siswa baik secara perorangan atau kelompok. Usaha ini dapat memotivasi guru dalam
46
melakukan inovasi dan mengembangkan kreativitasnya yang berarti memberi peluang bagi guru untuk meningkatkan kinerjanya (Ondi, 2012:30). Kinerja seseorang tidak timbul dengan sendirinya, tetapi dipengaruhi oleh beberapa faktor. Menurut Suragih beberapa karakteristik biografi yang dapat mempengaruhi kinerja: a. Umur, kinerja seseorang akan menurun seiring dengan bertambahnya umur. Dalam kenyatannya kekuatan kerja seseorang akan menurun dengan bertambahnya usia. b. Jenis kelamin, wanita lebih suka menyesuaikan diri dengan wewenang, sdangkan pria lebih agresif dalam mewujudkan harapan dan keberhasilan. c. Jabatan, kedudukan seseorang dalam organisasi akan dapat mempengaruhi kerja yang dihasilkan, karena perbedaan jabatan akan memebedakan jenis kebutuhan yang ingin mereka puaskan dalam pekerjaan individu yang bersangkutan (Imam, 2012:87). Adapun ciri-ciri guru yang produktif dalam kinerja adalah: 1. Menyusun kerangka atau rancangan kerja sebelum melaksanakan tugas, karena dengan adanya kerangka atau rancangan kerja akan membawa dampak sebagai berikut: a) Menambah keyakinan, bahwa dengan membuat rancangan kerja akan mendapatkan hasil yang optimal dengan menggunakan tenaga sedikit mungkin. b) Menambah kepastian, bahwa operasional kerja dapat berguna dan bermanfaat bagi masyarakat yang membutuhkan, sehingga pekerjaan
47
yang
diharapkan
masyarakat
benar-benar
memuaskan
(Imam,
2012:94). 2. Mampu bekerja secara efektif dan efisien, karena dengan efisien dan efektivitas akan diperoleh hal-hal sebagai berikut: a) Proses kinerja akan lebih baik. b) Menguarngi jam kinerja secara lebih baik. c) Memastikan bahwa para guru benar-benar terlatih dan dapat melaksanakan pekerjaan dengan baik. d) Memastikan adanya penanganan dan pengaturan kinerja secara lebih matang. e) Memastikan pekerjaan yang diharapkan masyarakat hasilnya lebih memuaskan. f) Memastikan hasil kerja yang baik (Imam, 2012:95). 3. Mampu melihat hasil kerja yang produktif dan tidak produktif. Ada lima hal yang dapat dijadikan sebagai acuan produktif, yaitu: a) Tidak menganggap bahwa tugas tanpa bekerja (keras) kita dapat memperoleh sesuatu yang berharga. b) Tidak ketakutan mengambil keputusan karena ada unsur resioka (risk). c) Tidak merasa puas karena hasilnya dianggap sudah good enough meskipun belum mencapai excellent (Imam, 2012:94).
48
BAB III ANALISIS HASIL PENELITIAN MODEL PENGEMBANGAN PROFESIONALITAS GURU MELALUI KEGIATAN PENGEMBANGAN KEPROFESIAN BERKELANJUTAN MADRASAH TsANAWIYAH NEGERI GARUT
A. Latar Alamiah Madrasah Tsanawiyah Negeri Garut 1. Letak Geografis Madrasah Tsanawiyah Negeri Garut berdiri di atas lahan 6.401 m2 yang terletak di Jalan Terusan Pembangunan No 04-ciawitali Kelurahan Jayaraga Kecamatan Tarogong Kidul. Lokasi ini sangat strategis untuk wilayah pendidikan karena tidak jauh dari jalan raya dan mudah dilalui oleh angkutan kota, sehingga kegiatan belajar mengajar berjalan dengan baik dan tidak terganggu oleh keramaian (Observasi pada tanggal 12 Juni 2013). 2. Latar belakang sejarah berdirinya Madrasah Tsanawiyah Negeri Garut Madrasah Tsanawiyah Negeri adalah sekolah setingkat SLTP yang bernaung dibawah pembinaan serta bertanggungjawab kepada Kementerian Agama Kantor Kabupaten Garut. Madrasah Tsanawiyah Negeri Garut didirikan pada tahun 1978 yang dipelopori oleh Bapak Alm Muhamad Saleh Kurdi, dengan nama Pendidikan Guru Agama (PGA) kurang lebih selama 4 tahun. Setelah 4 tahun, pada tahun 1981 kemudian dirubah menjadi sekolah Madrasah Tsanawiyah Negeri Garut sampai sekarang dengan kepala madrasah pertama yaitu Bapak Muhamad Saleh Kurdi.
49
Adapun pejabat Kepala Madrasah yang pernah Memimpin Madrasah Tsanawiyah Negeri Garut sebagai berikut: a. M Saleh Kurdi (Alm)
Tahun 1979-1989
b. H Atep Burhanudin
Tahun 1989-1991
c. Drs. H. Giom Suarsono
Tahun 1991-1994
d. Holil, S.Ag
Tahun 1994-2000
e. Drs. H. Moh. Hibban (Alm)
Tahun 2000-2004
f. Ishak S.Pd. I
Tahun 2004-2013
g. Drs. Tatang Sobirin, MA, M.Pd
Tahun 2013-Sekarang (Dokumen TU
MTs. Negeri Garut). 3. Keadaan Fasilitas Madrasah Tsanawiyah Negeri Garut berdiri diatas lahan seluas 6.401m2 yang terletak di jalan Terusan Pembangunan No 04 ciawitali Kelurahan Jayaraga Kecamatan Tarogong Kidul Kabupaten Garut. Tabel 2 Data Fasilitas Madrasah Tsanawiyah Negeri Garut Milik Bukan Milik Keterangan No. Jenis Barang Ukuran Ukuran Kondisi Jumlah Jumlah (m2) (m2) 1. Ruang Kepala 1 48 Baik Madrasah 2. Ruang Kelas 34 2176 Baik 3. Ruang 1 64 Baik Perpustakaan 4. Ruang Guru 1 128 Baik 5. Ruang Tata 1 64 Baik Usaha 6. Laboratorium 1 48 Baik Komputer
50
7. 8. 9. 10. 11. 12. 13.
14. 15. 16.
Laboratorium IPA Laboratorium Bahasa Ruang Tubid Ruang Guru BP Ruang OSIS Kamar Mandi/WC Guru Kamar Mandi/WC Siswa Warung Sekolah Mesjid Gudang
1
-
-
Baik
1
122
-
-
Baik
1 1 1 3
48 48
-
-
Baik Baik Baik Baik
-
-
Baik
-
-
Baik Baik Baik
8
1 1 2
35
Lahan tersebut telah dipergunakan seluas +- 2.871 m2 yang terdiri dari : a. Ruang belajar, masing-masing kelas terdiri dari gambar presiden dan wakil presiden, agenda kelas, daftar hadir, majalah dinding dan gambar garuda teks pancasila. Ruang belajar siswa memiliki masing-masing luas bangunan 64 m2 (Observasi, pada tanggal 13 Juni 2013). b. Ruang kepala madrasah, yang terdiri dari meja kepala madrasah, kursi tamu, data anggota madrasah KKM (Kelompok Kerja Madrasah) 1, Lemari dan 1 Wc Kepala Madrasah. Ruangan ini berdekatan dengan ruangan Tata Usaha, sehingga komunikasi dan koordinasi kepala madrasah dengan staf TU berjalan dengan baik dan mudah terjangkau (Observasi, pada tanggal 17 Juni 2013). c. Ruang guru, di madrasah tsanawiyah negeri garut ini sebenarnya belum mempunyai ruang khusus untuk guru, namun untuk ruangan guru ini menggunakan 2 kelas ruang belajar yang disatukan yang
51
terdiri dari guru laki-laki dan guru perempuan, yang berfungsi untuk persiapan guru sebelum mengajar. Lokasi ruangan ini berdekatan dengan ruang belajar siswa, sehinggan aktifitas siswa bisa terkontrol oleh guru. d. Ruang Tubid (Pembantu Bidang), ruangan ini terdiri dari ruangan PKM Kurikulum, PKM Kesiswaan, PKM Sarana Prasarana, dan PKM Humas. Dimaksudkan untuk memudahkan komunikasi dan koordinasi antara PKM yang satu dengan yang lainnya. e. Ruang Tata Usaha, terdiri dari komputer sembilan unit dan printer lima buah untuk fasilitas administrasi dengan petugas Tata Usaha berjumlah
20
orang,
sehingga
administrasi
di
Madrasah
Tsanawiyah Negeri Garut berjalan lancar. f. Ruang Laboratorium Komputer, ruangan ini berada diatas ruangan kepala madrasah yang berjumlah satu ruangan yang memiliki 40 unit komputer untuk siswa, dan memiliki 12 orang guru Pembina komputer dan 5 orang pengurus organisasi komputer, di ruangan ini juga terdapat 11 unit komputer yang tidak bisa digunakan oleh siswa. g. Ruang Laboratorium IPA, ruangan ini berada dibagian belakang sekolah, sehingga bias lebih fokus untuk pembelajarannya. Alat praktek IPA yang ada di Madrasah Tsanawiyah Negeri Garut yaitu: mikroskop, alat peraga tubuh/kerangka manusia, alat peraga elektronik sederhana, jenis batu-batuan alam, dan lain sebagainya
52
(Wawancara dengan Bapak Drs.Alit Saepudin ketua Lab IPA pada tanggal 18 Juni 2013). h. Ruang Laboratorium Bahasa, ruangan ini berdekatan dengan ruang Laboratorium IPA yang memiliki fasilitas jaringan internet, 1 unit komputer, 20 unit alat laboratorium bahasa, 1 unit struktur organisasi, dan 1 unit tata tertib (Wawancara dengan Ibu Wina Wiwaha, S.Pd Ketua Lab Bahasa pada tanggal 18 Juni 2013). i. Ruang MGMP Matematika, dengan luas bangunan 24 m2 yang digunakan untuk pelatihan guru mata pelajaran Matematika. j. Ruang rapat anggota KKM (Kelompok Kerja Madrasah), ruangan ini digunakan untuk rapat anggota KKM 1, yang menggunakan tiga ruangan belajar yang disatukan. k. Ruang Perpustakaan, ruangan ini berada di tengah ruang belajar siswa dimaksudkan untuk memudahkan dan memotivasi siswa untuk berkunjung ke perpustakaan. Perpustakaan di Madrasah Tsanawiyah Negeri Garut memiliki visi yaitu: “Unggul dalam informasi pustaka menuju masyarakat madrasah yang gemar membaca”, dan juga memiliki misi yaitu: 1) mengembangkan koleksi perpustakaan; 2) mengembangkan layanan informasi berbasis teknologi; 3) mengembangkan sarana dan prasarana serta kompetensi SDM; 4) menyediakan akses informasi dan ilmu pengetahuan serta teknologi; 5) mempromosikan perpustakaan sebagai unit utama dalam menunjang kegiatan akademik dan
53
penelitian; dan 6) mempromosikan manfaat kegiatan membaca untuk jadi pembelajaran sepanjang hayat. Terdapat 60.849 buah buku, yang terdiri dari 16.666 buku teks pelajaran, 52 peralatan media, 29 peta dan globe, 1176 buku panduan pendidik, 475 buku pengayaan, dan 2414 buku referensi dan novel. Sebagian buku lainnya sudah di arsipkan ke Tata Usaha dan dikirimkan ke Dinas Pendidikan (Wawancara dengan Ibu Dr. Ani Rustiani, pada tanggal 13 Juni 2013). l. Ruang OSIS dan ruang Pramuka, digunakan untuk kegiatan organisasi
kesiswaan
dengan
tujuan
untuk
melatih
jiwa
kepemimpinan dan keorganisasian siswa Madrasah Tsanawiyah Negeri Garut. m. Kamar Mandi/WC Guru dan Siswa, kamar mandi guru berjumlah tiga ruangan yang terdapat di ruang guru satu ruangan, ruang tubin satu ruangan, ruang guru BP satu ruangan yang digunakan untuk keperluan guru Madrasah Tsanawiyah Negeri Garut. Dan kamar mandi/WC siswa berjumlah delapan ruang untuk siswa putra 6 ruangan dan untuk siswa putri 2 ruangan. Di Madrasah Tsanawiyah Negeri ini untuk fasilitas kamar mandi/Wc sangat kekurangan mengingat peserta didik yang banyak sehingga membutuhkan fasilitas kamar mandi/WC lebih banyak.
54
n. Ruang Koperasi/warung sekolah, ruangan ini digunakan untuk memenuhi keperluan siswa dan guru Madrasah Tsanawiyah Negeri Garut. o. Fasilitas Mesjid, fasilitas ini digunakan untuk kegiatan keagamaan, shalat fardhu dzuhur berjama’ah, shalat dhuha, shalat jum’at berjama’ah, dan untuk kegiatan keagamaan lainnya dengan luas banguan 35 m2. p. Lapangan olahraga/Upacara, terdiri dari lapangan basket ball atau volley ball yang digunakan untuk mata pelajaran olahraga. q. Tempat Parkir, tempat khusus untuk parker kendaraan bermotor, sehingga motor-motor siswa atau guru tertata rapih dan tidak mengganggu halaman utama madrasah. 4. Visi dan Misi Madrasah Tsanawiyah Negeri Garut Visi Madrasah Tsanawiyah Negeri Garut adalah Madrasah berprestasi, Berteknologi, dan Bernuansa Islam pada Tahun 2020. Misi Madrasah Tsanawiyah Negeri Garut adalah: 1) meningkatkan kualitas baik Akademik maupun Non Akademik; 2) meningkatkan kualitas sumber daya manusia setiap pendidik dan tenaga pendidik; 3) meningkatkan kualitas proses pembelajaran; 4) meningkatkan kualitas sarana dan prasarana pembelajaran yang berbasis teknologi; 5) meningkatkan kualitas lingkungan yang kondusif guna menunjang terwujudnya madrasah sebagai komunitas belajar; 6) mewujudkan budaya disiplin dan budaya bersih; 7) menumbuh suburkan kegiatan
55
kegiatan keagamaan (Dokumen Kepala Madrasah Tsanawiyah Negeri Garut tahun 2012). Dengan demikian, tujuan umum Madrasah Tsanawiyah Negeri Garut adalah dalam menjalankan proses pendidikan dan pengajaran untuk mencapai tujuan pendidikan nasional yaitu: mencetak manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Allah SWT, berilmu, kreatif, mandiri, dan menjadi warga Negara yang demokratis serta bertanggung jawab. Dan tujuan khusus Madrasah Tsanawiyah Negeri Garut sebagai berikut: a. Meningkatkan kualitas sumber daya manusia setiap personil di lingkungan Madrasah Tsanawiyah Negeri Garut. b. Meningkatkan kualitas proses pembelajran yang Partisipasi, Aktif, Kreatif, Efektif, dan Menyenangkan (PAKEM). c. Meningkatnya kuantitas dan kualitas sarana dan prasarana. d. Meningkatkan saran informasi berbasis teknologi e. Meningkatkan kualitas lingkungan yang kondusif untuk terwujudnya madrasah sebagai komunitas belajar f. Meningkatkan budaya disiplin dan budaya bersih g. Menciptakan kehidupan yang bernuansa Islam
56
Untuk merealisasikan Visi dan Misi Madrasah Tsanawiyah Negeri Garut, maka disusunlah strategi-strategi untuk mencapai tujuan yang diharapkan. Adapun strategi setiap misinya adalah sebagai berikut: a. Peningkatan prestasi akademis b. Peningkatan prestasi non akademis c. Peningkatan Profesional Guru dan karyawan d. Peningkatan sistem informasi berbasis teknologi e. Penataan lingkungan madrasah yang kondusif untuk terwujudnya madrasah sebagai komunitas belajar 5. Keadaan Guru, Tenaga Kependidikan dan Siswa Madrasah Tsanawiyah Negeri Garut a. Keadaan Guru Madrasah Tsanawiyah Negeri Garut pada periode 2012-2013 mempunyai tenaga pendidik sebanyak 84 orang, pendidik di Madrasah Tsanawiyah Negeri Garut berasal dari berbagai perguruan tinggi antara lain berasal dari Universitas Islam Negeri Sunan Gunung Djati Bandung sebanyak 24 orang, Universitas Islam Negeri Jogjakarta 3 orang, Universitas Pendidikan Indonesia Bandung 17 orang, Universitas Siliwangi Tasikmalaya 1 orang, Universitas Islam Nusantara Bandung 1 orang, Universitas Negeri Jakarta 1 orang, Sekolah Tinggi Agama Islam Siliwangi Garut 2 orang, Sekolah Tinggi Keguruan dan Ilmu Pendidikan Garut 15 orang, Sekolah Tinggi Keguruan dan Ilmu Pendidikan Siliwangi Bandung 1 orang, Sekolah Tinggi Agama Islam Al-Musadadiyah Garut 5 orang, Institut Agama Islam Latifah Mubarokiyah Tasikmalaya 5 orang, Universitas Padjadjaran
57
Bandung 2 orang, Universitas Garut 2 orang, Sekolah Tinggi Teknologi Garut 1 orang, (Dokumen TU MTs. Negeri Garut tahun 2012). Pendidik di Madrasah Tsanawiyah Negeri Garut periode 2012-2013 hampir 90% sudah memenuhi standar kualifikasi akademik minimum (D-IV atau S1). Terdapat 78 pendidik yang lulusan Strata 1 (S1), terdapat 3 orang pendidik lulusan Strata 2 (S2), 1 orang lulusan Diploma 3 (D3), dan terdapat 2 orang pendidik lulusan Sekolah Menengah Atas (SMA), tenaga pendidik di Madrasah Tsanawiyah Negeri terdiri dari 39 orang pendidik laki-laki dan 45 orang pendidik perempuan. Dengan demikian, tenaga pendidik di Madrasah Tsanawiyah Negeri Garut memiliki kinerja yang baik dan berjalan secara efektif, professional dan penuh tanggung jawab. Faktor yang menyebabkan kinerja guru Madrasah Tsanawiyah Negeri Garut berjalan dengan efektif dikeranakan adanya komitmen antara guruguru
madrasah
tsanawiyah
dengan
pihak
kepala
Madrasah,
dengan
menandatangani surat perjanjian kesanggupan mengajar untuk meningkatkan layanan pendidikan dan pengajaran yang berkualitas, sehingga visi satuan pendidikan Madrasah Tsanawiyah bias terwujud secara efektif (Wawancara dengan Bapat Tatang Sobirin, MA, M.Pd, pada tanggal 19 Juni 2013). b. Keadaan Tenaga Kependidikan Madrasah Tsanawiyah Negeri Garut pada periode 2012-2013 mempunyai tenaga kependidikan sebanyak 20 orang, yang berasal dari Institut Agama Islam Latifah Mubarokiyah Tasikmalaya, Universitas Islam Negeri Sunan Gunung Djati Bandung, Sekolah Tinggi Agama Islam Siliwangi Garut, Akademik Manajemen
58
informatikan dan Komputer Garut, Sekolah Menengan Ekonomi Atas Negeri Garut, Sekolah Menengah Atas Leles, Sekolah Menengah Atas Pontianak. Tabel 3 Daftar Tenaga Kependidikan Madrasah Tsanawiyah Negeri Garut No 1. 2.
Nama
NIP
Nandang 196112151986031002 Maptuh, S.Ag Dra. Ani 196612201993032004 Rostiani
3.
Kuraedoh
4.
Teten Setiawan 196207151985111001
5.
Jeni Syamsurizal Encep Suherman Ajang Yusuf Iskandar
6. 7. 8. 9. 10.
Isfanzy Prihawijaya Sri Ismayanti
11.
Santi Susanti
12.
Isma Nurmayasari Didin, S.Th.I
13.
14.
Sofyan Munawar
15.
Ai Melasari, Ap.Kom
196007301982032002
196510051988031023 196107151982031003
Jenjang Pendidikan S1, IAILM Tasikmalaya, PAI S1, IAIN SGD Bandung, Mu’amalah SMEA Negeri Garut, Tata Niaga SMA YBKP 3 Garut, IPS SMA Negeri Pontianak, IPA MA Cilegeni, IPS SDN Pangkalan SMU Negeri 1 Garut, IPS SMA Negeri 1 Leles, Bahasa SMEA Pasundan, Manajemen Pemasaran MAN 2 Garut, IPS SMK Negeri 1 Garut, Akuntansi S1, UIN Bandung, Theology D2, STAI Siliwangi Garut, PGSD D1, AMIK Garut, Manajemen Informatika
Jabatan Tata Usaha Tata Usaha
Tata Usaha Tata Usaha Tata Usaha Tata Usaha Tata Usaha Tata Usaha Tata Usaha Tata Usaha
Tata Usaha Tata Usaha Tata Usaha
Tata Usaha
Tata Usaha
59
No
Nama
16.
Teuis Ateu S, S.Sos
17.
Endah Fitriani, S.Hum Yohan Maulana Aziz Jajang Solehudin Haris
18. 19. 20.
NIP
Jenjang Pendidikan S1, UIN Bandung, Sosiologi S1, UIN Bandung, Hukum SMK SPP Negeri Garut SDN Sangkan SDN Banyuresmi
Jabatan Tata Usaha
Tata Usaha Tata Usaha Tata Usaha Tata Usaha
c. Keadaan Siswa Madrasah Tsanawiyah Negeri Garut pada tahun ajaran 2012-2013 mempunyai peserta didik dengan jumlah 526 orang yang terdiri dari siswa Lakilaki 257 orang dan siswa Perempuan 269 orang untuk kelas VII, 512 orang yang terdiri dari siswa laki-laki 255 orang dan siswa perempuan 257 orang untuk kelas VIII, dan 452 orang yang terdiri dari siswa laki-laki 198 orang dan siswa perempuan 254 orang untuk kelas IX. Peserta didik yang masuk ke Madrasah Tsanawiyah Negeri Garut tidak hanya berasal dari Madrasah Ibtidaiyah Negeri ataupun Swasta, tetapi tidak sedikit yang berasal dari Sekolah Dasar Negeri (Dokumen PKM Kesiswaan tahun 2012). Setiap tahun peserta didik yang masuk ke Madrasah Tsanawiyah Negeri Garut jumlahnya terus meningkat, diantara faktor-faktor yang menyebabkan terus meningkatnya jumlah peserta didik dari tahun ke tahun adalah kepercayaan masyarakat terhadap Madrasah Tsanawiyah sudah semakin tinggi melihat kompetensi lulusan akhlaknya yang baik, disiplin siswa dalam belajar, selalu diadakannya bimbingan di luar jam pelajaran, rutinitas adanya perlombaan
60
PORSENI dan OLIMPIADE mata pelajaran sebagai implikasi dari proses pembelajaran sehari-hari pada tingkat satuan pendidikan setiap semester, tingkat KKM I Madrasah Tsanawiyah Negeri Garut yang diadakan satu tahun sekali, dan tingkat KKM se-Kabupaten Garut yang terdiri dari 6 KKM yaitu Madrasah Tsanawiyah Negeri Garut, Madrasah Tsanawiyah Negeri Cisewu, Madrasah Tsanawiyah Negeri Pameungpeuk, Madrasah Tsanawiyah Negeri Cibatu I, Madrasah Tsanawiyah Negeri cibatu II, dan Madrasah Tsanawiyah Negeri Cibatu III. (Wawancara dengan Bapak Asep Suryana, A.Md pada tanggal 13 Juni 2013) . Bagan 2 Keadaan Siswa Tahun 2008-2013 1429 1400
1490
1293 1195
1200
1088
Jumlah Siswa
1000 Kelas
800
Kelas
600 400
384 350 354
476 423 394
470 376 349
535 502 392
526 512 452
200 0 2008-2009
2009-2010
2010-2011
2011-2012
2012-2013
6. Kurikulum Madrasah Tsanawiyah Negeri Garut. Kurikulum pertama yang digunakan di Madrasah Tsanawiyah Negeri Garut adalah kurikulum tahun 1975 sesuai dengan perkembangan kurikulum
Kelas
Jumla
61
nasional yang berlaku pada saat didirikannya Madrasah Tsanawiyah Negeri Garut, dengan bobot pelajaran terdiri dari 70% untuk mata pelajaran umum, dan 30% untuk mata pelajaran agama. Kemudian pada tahun ajaran 2012/2013 kurikulum yang digunakan di Madrasah Tsanawiyah Negeri Garut adalah kurikulum tahun 2006 atau yang lebih dikenal dengan sebutan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan, kurikulum KTSP ini digunakan mulai tahun 2006 sampai sekarang dengan pengembangan kurikulum yang disesuaikan dengan visi madrasah (wawancara dengan Bapak Bapak Drs. Kamal Saepul Jamhur, pada tanggal 20 Juni 2013) 7. Keadaan lingkungan Masyarakat di sekitar Madrasah Tsanawiyah Negeri Garut kelurahan jayaraga kecamatan Tarogong Kidul pada umumnya adalah golongan ekonomi menengah-kebawah, artinya masyarakat ciawitali adalah golongan masyarakat yang biasa, bukan golongan masyarakat yang kebanyakan serba ada (Kaya Raya). Lapangan pekerjaan masyarakat ciawitali khususnya yang menjadi orang tua/wali siswa Madrasah Tsanawiyah Negeri Garut adalah sebagai berikut: yang menjadi TNI berjumlah 138 orang, POLRI 7 orang, pegawai buruh 780 orang, karyawan swasta 136 orang, pernawirawan 9 orang, petani 27 orang, pensiunan 23 orang, pedagang 93 orang, BUMN 11 orang, dan wiraswasta 266 orang. Orang tua/wali siswa Madrasah Tsanawiyah Negeri Garut memiliki hubungan baik dengan pihak lembaga madrasah, hal ini terjalin dalam berbagai kegiatan yang melibatkan kerjasama dengan orang tua/wali siswa, seperti menghadiri undangan rapat, partisifasi masyarakat dengan lembaga madrasah
62
dalam kegiatan-kegiatan tertentu, seperti: a) kerjasama orang tua/wali siswa dengan lembaga madrasah pada awal tahun, dengan mengadakan perjanjian kesepakatan menyekolahkan anak-anak dari pihak orang tua/wali siswa, dan perjanjian memberikan layanan pendidikan dari pihak lembaga Madrasah Tsanawiyah Negeri Garut; b) partisifasi orang tua/wali siswa dalam proses pendidikan dengan membantu proses pembelajaran dalam mengantisifasi kenakalan siswa yang telah ditetapkan oleh pihak madrasah; c) partisifasi orang tua/wali siswa di akhir tahun dalam proses penutupan tahun ajaran satuan pendidikan, dan lain-lain. (Wawancara, Bapak H Abu Bakar Tasdiq pada tanggal 21 Juni 2013). B. Perencanaan
Pengembangan
Profesionalitas
Guru
Madrasah
Tsanawiyah Negeri Garut Perencanaan merupakan fungsi pertama dalam keberhasilan organisasi, termasuk untuk mencapai tujuan pendidikan. Usaha untuk mencapai tujuan tersebut dilaksanakan berbagai macam tugas. Berbagai macam tugas itu tentu saja berbeda-beda dan dilakukan oleh orang yang berbeda pula, dan tugas-tugas itu harus dilakukan secara efektif dan efisien untuk membantu organisasi mencapai tujuan. Supaya bisa efektif dan evisien, tugas-tugas itu harus dilakukan oleh orang dan pelaksana yang tepat, yang memiliki kemampuan sesuai dengan beban tugas yang harus dilaksanakan, sehingga para pelaksana memiliki dorongan atau motivasi yang tinggi untuk menjalankannya (Jahari, 2008:7). Menurut Bapak Drs. Tatang Sobirin, MA, M.Pd (Kepala Madrasah Tsanawiyah Negeri Garut), perencanaan memegang peran penting dalam setiap
63
proses pengembangan. Perencanaan ini sangat menentukan keberlangsungan lembaga pendidikan Madrasah Tsanawiyah Negeri Garut sendiri, perencanaan pengembangan
profesionalitas
merupakan
langkah
strategis
dalam
mengembangankan mutu pendidikan untuk mencapai tujuan pendidikan itu sendiri. Agar tujuan tersebut berjakan dengan baik, maka diperlukan perencanaan yang matang. Kepala Madrasah Tsanawiyah Negeri Garut memiliki perencanaan program kerja dalam meningkatkan profesionalitas guru, diantaranya: 1. Memberikan kesempatan kepada tenaga pendidik madrasah tsanawiyah negeri
garut untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilannya
dengan melanjutkan pendidikan kejenjang yang lebih tinggi dan mengikut sertakan para tenaga pendidik madrasah tsanawiyah negeri garut dalam penataran, diklat yang sering diadakan oleh Balai Diklat baik itu diklat tingkat Provinsi, diklat Nasional dan diklat luar negeri, seminar pendidikan sesuai dengan bidangnya dan mengadakan MGMP Matematika untuk mengembangkan potensinya secara maksimal. 2. Menetapkan beban kerja yaitu mengidentifikasi secara keseluruhan tugas yang harus diselesaikan pada masa yang akan datang yaitu dengan menugaskan guru untuk membuat program tahunan, program semester, silabus, RPP, KKM, buku sumber, kisi-kisi soal harian, contoh soal harian, hasil ulangan, pengelolaan hasil ulangan harian, pengelolaan buku nilai, pemetaan SK/KD Indikator, program remidi dan pengayaan, pencapaian kurikulum, dan analisis absen siswa.
64
3. Menerapkan kedisiplinan kepada pendidik madrasah tsanawiyah negeri garut dan tenaga kependidikan madrasah tsanawiyah negeri garut, melalui disiplin ini diharapkan dapat tercapai tujuan secara efektif dan efisien serta dapat meningkatkan produktifitas madrasah. 4. Membangun sarana dan prasarana yang lebih memadai, dengan sarana dan prasaran yang memadai maka dapat terwujud hal yang diperlukan untuk meningkatkan profesionalitas guru madrasah tsanawiyah negeri garut. 5. Memberikan motivasi kepada tenaga pendidik madrasah tsanawiyah negeri garut untuk mengikuti sertifikasi guru yang diadakan oleh Kementrian Agama (Kemenag) melalui Dirjen Pendidikan Islam (Wawancara dengan Bapak Drs. Tatang Sobirin, MA, M.Pd, pada tanggal 15 Juli 2013). C. Pelaksanaan Pengembangan Profesionalitas Guru Madrasah Tsanawiyah Negeri Garut Selanjutnya yang menjadi bagian terpenting adalah pelaksanaan dari perencanaan program kerja untuk pengembangan profesionalitas guru melalui kegiatan pengembangan keprofesian berkelanjutan. Kepala madrasah memiliki wewenang dan tanggung jawab untuk membina dan meningkatkan kualitas tenaga pendidik Madrasah Tsanawiyah Negeri Garut.
65
Adapun yang menjadi pelaksanaan Kepala Madrasah Tsanawiyah Negeri Garut adalah sebagai berikut: 1. Meningkatkan pengetahuan dan keterampilan. Kepala Madrasah Tsanawiyah Negeri Garut sangat menganjurkan kepada setiap pendidik madrasah tsanawiyah negeri garut untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi, baik itu yang mampu ataupun yang tidak mampu sesuai dengan bidang profesinya. Karena bagi Kepala Madrasah Tsanawiyah Negeri Garut dengan melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi, dapat meningkatkan kualitas pendidik dalam proses belajar mengajar atau yang lainnya (Wawancara dengan Bapak Drs. Tatang Sobirin, MA, M.Pd, pada tanggal 13 Juli 2013). Tenaga pendidik di Madrasah Tsanawiyah Negeri Garut sering melakukan kegiatan kolektif guru yaitu: a) Seminar, yang sering diikuti oleh tenaga pendidik di Madrasah Tsanawiyah Negeri Garut yaitu seminar tingkat Madrasah, tingkat KKM (Kelompok Kerja Madrasah) dan seminar tingkat Kabupaten. b) MGMP
(Musyawarah
Guru
Mata
Pelajaran)
Matematika
yang
dilaksanakan sesuai dengan kebutuhan, MGMP Matematika ini sudah dikelola oleh Madrasah Tsanawiyah Negeri sendiri. Melaksanakan MGMP MTs se Kabupaten Garut yang berlangsung pada hari selasa tanggal 18 Januari 2013 yang bertempat di Madrasah Tsanawiyah negeri garut. kegiatan MGMP ini dihadiri dan dibuka oleh Kepala Kantor Kementrian
66
Agama Kabupaten Garut Bapak Drs. H. Usep Saepul Muhtar M.Pd. dalam sambutannya, beliau mengaharapkan agar keberadaan Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP) diharapkan menjadi media bagi peningkatan dan pemantapan profesionalisme seorang pendidik, menyamakan persepsi, konsep dan materi atau bahan ajar sehingga diperoleh peningkatan mutu mengajar, kreatifitas, maupun peningkatan kinerja seorang pendidik c) Diklat sesuai dengan bidangnya masing-masing, diklat yang sering diikuti oleh tenaga pendidik di Madrasah Tsanawiyah Negeri Garut yaitu: 1) Diklat khusus guru tingkat provinsi, yang dilaksanakan sesuai dengan kebutuhan pendidik. Hampir semua pendidik di Madrasah Tsanawiyah Negeri Garut telah mengikuti diklat guru sesuai dengan bidang studinya. Diklat ini diadakan oleh balai diklat yang bertempat di Kantor Kementrian Agama Kota Bandung. 2) Diklat tingkat Nasional 3) Diklat di Luar Negeri, untuk mengembangkan profesionalitas guru terbukti salah satu tenaga pendidik di Madrasah Tsanawiyah Negeri Garut terpilih untuk mengikuti diklat di Penang Malaysia yang diadakan oleh Southeast Asian Ministers of education Organisation pada program Regional Center for Education in Science and Matematics. Diklat ini berlangsung dari tanggal 03 September 2012 sampai 28 September 2012 dengan tema “Developing 21th Century Educators (Physics)”. Peserta diklat ini selama 2 minggu dibekali pelatihan
mengenai
ilmu
pedagogik,
seperti
tentang
strategi
67
pembelajaran yang sedang digembar gemborkan di Malaysia. Diakhir pertemuan semua peserta diklat diberikan kesempatan untuk memberikan materi langsung kepada peserta didik di Malaysia (Wawancara dengan Ibu Anisa Siska Pandini, S.Pd pada tanggal 15 Juli 2013). 4) Mengikutsertakan untuk uji sertifikasi guru, kepala Madrasah Tsanawiyah Negeri Garut memberikan dorongan kepada tenaga pendidik untuk mengikuti sertifikasi guru guna untuk menentukan kelayakan
guru dalam melaksanakan tugas sebagai
professional,
meningkatkan
proses
dan
hasil
pendidik
pembelajaran,
meningkatkan kesejahteraan guru, dan meningkatkan martabat guru. Tabel 4 Daftar Guru Madrasah Tsanawiyah yang Sudah Sertifikasi
No.
Nama Guru
NIP/NRG
Tanggal
Tanggal SK
Lulus
Tunjangan
Sertifikasi
Profesi
1.
Ai Rahmawati, S.Ag
196410291992032002
12-05-2008
10-12-2009
2.
Ai Sumartini, BA
150231469000000000
12-01-2010
12-11-2009
3.
Ajang Sopandi, S.Ag
196410171994031000
04-08-2008
24-04-2009
4.
Asep Dermawan, S.Pd
197001151997031004
30-05-2008
24-04-2009
5.
Asep Sulaeman, S.Ag
196701101987021001
12-11-2008
10-12-2009
6.
Dede Sutia, S.Pd
196810131999031001
30-05-2008
24-04-2009
7.
Dra. Anita Krisnawati
196711011999032001
12-05-2008
10-12-2009
8.
Dra. Cucu Sa’adah
196202151993032001
30-05-2008
24-04-2009
9.
Dra. Hikmah
196511101994032003
05-12-2008
24-04-2009
10.
Dra. Inayati
196603061998032001
30-05-2008
24-04-2009
68
No.
Nama Guru
NIP/NRG
Tanggal
Tanggal SK
Lulus
Tunjangan
Sertifikasi
Profesi
11.
Dra. Midah Munparijah
196501091994032003
30-05-2008
24-04-2009
12.
Dra. Yeyen Sa’adah
196203141987032003
30-05-2008
24-04-2009
13.
Drs. Alit Saepudin
196610071997031003
28-12-2007
24-04-2009
14.
Drs. Hamid
196604091998031001
05-12-2008
10-12-2009
15.
Drs. Iim Supiana
196306291998031001
05-12-2008
10-12-2009
16.
Drs. Jajang Juhari
196306181999031001
30-05-2008
24-04-2009
17.
Drs. Parid Ridwan
196910061999061001
05-12-2008
10-12-2009
18.
Drs. Saepul Kamal J
196208071987031001
25-11-2008
12-11-2009
19.
Imas Shobariyah, S.Ag
197212221998032004
11-12-2008
10-12-2009
20.
Imas Winayawarti, S.Pd
197103191999032003
05-12-2008
10-12-2009
21.
Itang Sutisna, S.Ag
196507171993031004
02-06-2008
24-04-2009
22.
Kori Ajeng Sari, S.Pd
197002021999032002
05-12-2008
10-12-2009
23.
Mimin, BA
196108061985032003
22-11-2010
12-12-2009
24.
Reni Rahmawati, S.Ag
197403101008032001
05-12-2008
10-12-2009
25.
Tatang Sobirin, S.Ag, MM, 195809071983031003
05-12-2008
10-12-2009
M.Pd 26.
Tohirin, S.Pd.I
196205081985031004
05-12-2008
10-12-2009
27.
Ahmad Fahruriji, S.Pd
197309032005011003
12-05-2008
12-10-2009
28.
Andri Setiawan, S.Pd
198011032005011006
01-12-2010
12-10-2009
29.
Dra. Imas Nurmaesah A
196712292005012003
12-05-2008
10-12-2009
30.
Enden Yuyu Yuhaeti, S.Pd
197411302003122001
12-05-2008
10-12-2009
31.
Iffa Nurafifa, S.Pd
197707192005012004
12-05-2008
10-12-2009
32.
Iif Zaenal Arifin, S.Pd
197401012005011008
12-05-2008
10-12-2009
33.
Neneng Sri Purwanti, S.Pd
197606122005012009
12-05-2008
10-12-2009
34.
Nurjanah, S.Pd
197508192005012003
27-02-2009
10-12-2009
35.
Rina Rosmayana, S.Pd
197401232005012003
05-12-2008
06-08-2010
36.
Risnawati, S.Pd
197711302005012005
29-12-2011
10-12-2009
69
No.
Nama
NIP/NRG
Tanggal
Tanggal SK
Lulus
Tunjangan
Sertifikasi
Profesi
37.
Rudi Rudiansyah, S.Pd
197906022005011005
05-12-2008
01-11-2012
38.
Titin Murtini, S.Pd
197112272005012001
05-12-2008
10-12-2009
39.
Agus koswara, S.Ag
197008282006041019
30-05-2008
10-12-2009
40.
Nurjaman, S.Pd
198011212009011005
29-12-2011
06-08-2010
41.
Pepen Supendi, S.Ag
150419299000000000
08-09-2010
10-11-2009
42.
Siti Julaeha, S.S
197305252009012006
29-12-2009
01-11-2012
43.
Wina Wiwaha, S.Pd
197708042009012004
14-12-2009
06-08-2010
44.
Ajang, S.Pd
196708162005011002
16-02-2012
01-11-2012
45.
Ai Amalia Susilawati, S.Pd
132057583000000000
30-05-2008
06-0802010
46.
Bambang Hermanto, S.Pd.I
131786168000000000
29-07-2010
12-11-2011
47.
Drs. Saprudin Iskandar
131970995000000000
05-12-2008
10-12-2009
48.
Epi Supiah, S.Pd
197010241994122004
05-12-2008
06-08-2010
49.
Lilies Yulispiani, S.Pd
196212151991032002
05-12-2008
10-12-2009
50.
Nyai Suhara, S.Pd
132057584000000000
29-07-2010
12-11-2011
51.
Ade Yani Pebriani, S.Pd
5533760661300092
01-12-2010
-
52.
Ati Kusmiati, S.Sos
8846752653300042
01-12-2010
-
53.
Cepi Nugraha, St
2438756657200032
01-12-2010
-
54.
Irma Rismawanti, S.Pd
5446759660300033
01-12-2010
-
55.
Siti Tuti Aisyah, S.Ag
2261757659300083
01-12-2010
-
Tenaga pendidik di madrasah tsanawiyah negeri garut 55 orang pendidik dari 84 orang pendidik sudah melakukan sertifikasi guru, dari 55 orang pendidik terdapat 5 orang pendidik yang tunjangan profesinya belum mendapatkan SK tunjangan profesi.
70
2. Meningkatkan Kedisiplinan Kepala Madrasah Tsanawiyah negeri garut melakukan pendisiplinan melalui jam masuk kerja, yaitu untuk guru Madrasah Tsanawiyah negeri garut masuk jam 07:00 s.d 15:00 toleransi masuk paling lambat jam 07:15 WIB, sedangkan untuk tenaga kependidikan Madrasah Tsanawiyah negeri garut masuk jam 07:30 s.d 16:00 WIB, toleransi waktu paling lambat 09:00 WIB. Bagi PNS yang terlambat masuk, pulang lebih cepat wajib mengisi blanko surat permohonan izin/pemberitahuan bagi guru /TU yang harus ditandatangani oleh atasan langsung, bagi PNS yang datang ke kantor/madrasah/sekolah lebih dari pukul 09:00 WIB, sekalipun yang bersangkutan memenuhi kewajiban bekerja selama 7,5 jam/hari tidak dapat dibayarkan uang makannya pada hari tersebut, sesuai dengan
surat
edaran
Sekretaris
SI/B.III/4/AK/007/1854/2013
tanggal
Jenderal
Kementrian
9
2013
April
Agama
tentang
No:
mekanisme
pembayaran uang makan PNS dilingkungan Kementrian Agama. Melalui disiplin ini diharapkan dapat tercapai tujuan secara efektif dan efisien serta dapat meningkatkan produktifitas madrasah tsanawiyah negeri garut. 3. Melakukan Pengawasan Pengawasan dilakukan dalam usaha menjamin rencana program kerja dalam meningkatkan pengembangan profesionalitas guru, Kepala Madrasah Tsanawiyah Negeri Garut melakukan pengawasan terhadap tenaga pendidik diakhir tahun pelajaran dari segi administrasi yang berupa kelengkapan Program Tahunan, Program Semester, Silabus, RPP, KKM, Buku Sumber, Kisi-kisi soal
71
harian, Contoh soal harian, Hasil ulangan harian, Pengelolaan hasil ulangan harian, Pengelolaan buku nilai, Pemetaan SK/KD/Indikator, Program remedial dan pengayaan, Pencapaian kurikulum dan Analisis absen siswa. 4. Evaluasi Pengembangan Profesionalitas Guru Madrasah Tsanawiyah Negeri Garut Evaluasi atau penilaian merupakan kegiatan yang dilakukan untuk mengetahui dan menilai benar atau tidak, atau keingintahuan penyusunan program untuk melihat apakah tujuan program sudah tercapai atau belum. Adapun evaluasi guru yang dilakukan oleh kepala Madrasah Tsanawiyah Negeri Garut dalam meningkatkan pengembangan profesionalitas guru adalah melihat upaya yang dilakukan tenaga pendidik dalam kegiatan yang diikutinya seperti melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi, mengikuti seminar, diklat sesuai dengan bidang profesinya dan menilai administrasi tenaga pendidik di akhir tahun ajaran. Kepala Madrasah Tsanawiyah selalu mengadakan rapat yang dihadiri oleh seluruh tenaga pendidik. Rapat merupakan suatu bentuk pertemuan untuk merencanakan suatu program, memecahkan masalah, dan untuk mendapatkan kesepakatan bersama dalam kesempatan menyampaikan ide, gagasan, saran, dan pandangan yang berhubungan dengan pembelajaran dan pengembangan profesionalitas guru khususnya untuk kemajuan sekolah. Selain mengadakan rapat, kepala Madrasah Tsanawiyah melakukan evaluasi pada kegiatan tenaga pendidik, melalui presentasi yang berupa penyampaian hasil dari pada kegiatan yang diikutinya. Penyampaian hasil dari kegiatan ini dilakukan satu minggu setelah kegiatan selesai yang dihadiri oleh tenaga pendidik lainnya.
72
5. Faktor Penunjang dan Penghambat Pengembangan Profesionalitas Guru Madrasah Tsanawiyah Negeri Garut Berdasarkan hasil penelitian, bahwa yang menjadi faktor penunjang dan penghambat pengembangan profesionalitas guru Madrasah Tsanawiyah Negeri Garut diantaranya sebagai berikut: 1. Faktor penunjang pengembangan profesionalitas Guru a. Secara intern, motivasi yang tinggi dari tenaga pendidik madrasah tsanawiyah negeri garut untuk meningkatkan kualitas pendidikan di madrasah. b. Secara ekstern, Kesejahteraan guru (kenaikan gaji) tunjangan sertifikasi. Gaji merupakan salah satu sumber kepuasan kerja, dengan memberikan kesejahrteraan guru dan tunjangan sertifikasi dapat memberikan
motivasi
kepada
guru
untuk
meningatkan
profesionalitasnya. 2. Faktor penghambat pengembangan profesionalitas guru a. Secara Intern, Sarana dan prasarana yang kurang memadai untuk melakukan kegiatan-kegiatan kolektif guru apabila dilaksanakan di madrasah tsanawiyah negeri garut. b. Secara ekstern, adanya BOS yang berdampak pada minimnya pembiayaan, karena bagi kepala madrasah tsanawiyah negeri garut dengan adanya BOS tidak menjamin kesejahteraan guru.
73
6. Hasil yang dicapai dari Pengembangan Profesionalitas Guru Madrasah Tsanawiyah Negeri Garut 1. Peningkatan Mutu pembelajaran Proses pembelajaran di Madrasah Tsanawiyah Negeri Garut berjalan dengan lancar sesuai dengan jadwal pembelajaran yang telah ditetapkan bersama, siswa-siswa tidak ada yang berkeliuran dan membuat kegaduhan pada saat jam pelajaran berlangsung, diawal pembelajaran siswa-siswa membaca ayat suci al-Qur’an dengan hidmat (Observasi tanggal 15 Juli 2013). Salah satu peranan kepala madrasah sebagai pemimpin di Madrasah Tsanawiyah Negeri Garut adalah member motivasi kepada tenaga pendidik madrasah
tsanawiyah
negeri
garut
untuk
lebih
memperhatikan
mutu
pembelajaran. Indikator meningkatnya mutu pembelajaran di Madrasah Tsanawiyah Negeri Garut adalah dengan tercapainya kurikuler tiap mata pelajaran. Tujuan pembelajaran kurikuler ini menjadi hal pokok yang harus diperhatikan oleh guru-guru di Madrasah Tsanawiyah Negeri Garut, supaya peserta didik mencapai target yang telah ditetapkan sesuai dengan kurikulum yang berlaku yaitu KTSP. Untuk siswa yang belum lulus menempuh tujuan pembelajaran kurikuler, diwajibkan siswa yang bersangkutanmengikuti ujian remedial atau pengayaan materi pembelajaran yang belum lulus (Observasi, pada tanggal 15 Juli 2013). Dengan dijalankannya supervisi bimbingan moral dan bimbingan akademik oleh kepala madrasah tsanawiyah negeri garut terhadap tenaga
74
pendidik, maka tujuan satuan pendidikan Madrasah Tsanawiyah Negeri Garut telah tercapai dengan baik, dengan menyelenggarakan layanan pendidikan yang berkualitas dan bermutu. Indikator keberhasilan akademik dalam meningkatkan kualitas dan mutu pendidikan Madrasah Tsanawiyah Negeri Garut dapat diukur berdasarkan perolehan hasil kelulusan ujian Nasional. Alasan peneliti
menjadikan Ujian Nasional
sebagai
tolak ukur
keberhasilan prestasi siswa Madrasah Tsanawiyah Negeri Garut, di karenakan Ujian Nasional MTs/SMP sebagai standar keberhasilan pendidikan secara nasional tingkat MTs/SMP. Keberhasilan Madrasah Tsanawiyah Negeri Garut brdasarkan nilai Ujian Nasional tahun ajaran 2012/2013 sebagai berikut: untuk mata pelajaran bahasa Indonesia mendapatkan nilai rata-rata 9,25; mata pelajaran bahasa Inggris mendapatkan nilai rata-rata 9,39; mata pelajaran Matematika mendapatkan nilai rata-rata 8,82; mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Alama (IPA) mendapatkan nilai rata-rata 9,16; jumlah nilai rata-rata seluruh mata pelajaran untuk Madrasah Tsanawiyah jumlah nilai rata-rata seluruh mata pelajaran untuk Madrasah Tsanawiyah Negeri Garut adalah 36,62 (Dokumen TU MTs Negeri Garut, tahun 2013). Berdasarkan data tersebut, maka siswa Madrasah Tsanawiyah Negeri Garut 90% telah lulus mencapai Kriteria Ketuntansan Minimal (KKM) dengan standar ketuntasan 7,50. Berdasarkan hasil supervisi pendidikan di Madrasah Tsanawiyah Negeri Garut, maka kualitas pendidikan di Madrasah Tsanawiyah Negeri Garut telah terakreditasi Amat Baik oleh Kementerian Agama Provinsi Jawa Barat.
75
Prestasi Non Akademik Madrasah Tsanawiyah Negeri Garut antara lain sebagai berikut: a) Juara I Lomba Tilawah Putera Tingkat Kabupaten Garut 2009. b) Juara III Cerdas Cermat Tingkat Kabupaten Garut 2009. c) Juara I Lomba Baca Puisi Tingkat Kabupaten Garut 2009. d) Juara I Atletik Lari 100m Putera Tingkat Kabupaten Garut 2009. e) Juara III Atletik 100 m Puteri Tingkat Kabupaten Garut 2009. f) Juara I Lompat Jauh Putera Tingkat Kabupaten Garut 2009. g) Juara III Tolak Peluru Putera Tingkat Kabupaten Garut 2009. h) Juara III Bulu Tangkis Putera Tingkat Kabupaten Garut 2009. i) Juara III Pencak Silat Putera Tingkat Kabupaten Garut 2010. j) Juara I Basket Ball Putera Tingkat Kabupaten Garut 2010. k) Juara II Basket Ball Puteri Tingkat Kabupaten Garut 2010. l) Juara II Bola Voli Putera PORSENI Tingkat MTs Sewilayah Se-Jawa Barat 2011 m) Juara II Pencak Silat Tingkat Kabupaten Garut 2011. n) Juara II Baris Berbaris Tingkat Kabupaten Garut 2012. o) Juara III Olimpiade Matematika Tingkat Kabupaten Garut 2012. p) Juara II Olimpiade Matematika Tingkat Kabupaten Garut 2012. q) Juara I Teknik Kepramukaan Se-Kab Garut 2013. r) Juara III Baris Berbaris Se-Priangan Timur 2013. s) Juara II Olimpiade Fisika Tingkat Kabupaten Garut 2013. t) Juara II Lari 400 m Putri se-Provinsi JawaBarat 2013.
76
2. Efektivitas Kinerja Guru dalam Pembelajaran Dengan adanya bimbingan akademik yang dilakukan kepala sekolah dalam sikap professional guru, peningkatan SDM guru, dan tanggung jawab guru dalam pendidikan dan pengajaran, maka kinerja guru menjadi terkontrol, efektif dan terarah pada peningkatan proses belajar pembelajaran. Sikap ini berisikan tentang kegiatan yang dilakukan guru dalam proses pendidikan di Madrasah Tsanawiyah Negeri Garut, diantaranya: ketentuan kehadiran guru, ketentuan tugas mengajar, ketentuan tugas bimbingan, ketentuan tugas mengevaluasi, dan ketentuan guru dalam menjalin kerja sama dengan orang lain. Tenaga pendidik menjadi disiplin dan professional, dengan mendapatkan pengarahan tentang tugas dan tanggung jawab yang mereka emban dalam proses pendidikan dan pengajaran, sehingga kinerja guru dan proses belajar pembelajaran menjadi efektif (Observasi, pada tanggal 22 Juli 2013).
77
BAB IV PENUTUP
A. Simpulan Setelah mengadakan penelitian, pengelolaan sekaligus mengadakan analisis data yang tercantum sesuai dengan hasil wawancara, observasi, dan pengamatan, oleh karena itu maka dapat ditarik simpulan sebagai berikut: 1. Madrasah Tsanawiyah Negeri Garut adalah sekolah setingkat SLTP yang bernaung dibawah pembinaan serta bertanggung kepada Departemen Agama Kantor Kabupaten Garut. Madrasah Tsanawiyah Negeri Garut didirikan pada tahun 1978 yang dipelopori oleh Bapak Alm Muhamad Saleh Kurdi, dengan nama Pendidikan Guru Agama (PGA) kurang lebih selama 4 tahun. Setelah 4 tahun, kemudian dirubah menjadi sekolah Madrasah Tsanawiyah Negeri Garut sampai sekarang dengan kepala sekolah pertama yaitu Bapak Muhamad Saleh Kurdi. Tujuan didirikannya Madrasah Tsanawiyah Negeri Garut ini untuk membina akhlak dan ilmu pengetahuan. 2. Perencanaan
pengembangan
profesionalitas
guru
di
Madrasah
Tsanawiyah Negeri Garut dilakukan dengan perencanaan kepala sekolah untuk memberikan kesempatan kepada tenaga pendidik untuk melanjutkan
pendidikannya
ke
jenjang
yang
lebih
tinggi,mengikutisertakan kepada tenaga pendidik untuk mengikuti
78
kegiatan kolektif guru, menetapkan beban kerja, dan memberikan motivasi tenaga pendidik untuk mengikuti sertifikasi guru. 3. Pelaksanaan pengembangan profesionalitas di Madrasah Tsanawiyah Negeri Garut mempunyai peran yang tidak kalah penting untuk merealisasikan suatu program dalam proses pendidikan yang baik. Pelaksanaan pengembangan meliputi peningkatan pengetahuan dan keterampilan, meningkatkan kedisiplinan, dan melakukan pengawasan terhadap administrasi tenaga pendidik. 4. Evaluasi yang dilakukan yaitu dengan melihat upaya yang dilakukan tenaga pendidik dalam mengikuti kegiatan-kegiatan, mengecek kelengkapan administrasi tenaga pendidik di akhir tahun ajaran, selalu mengadakan rapat untuk merencanakan suatu program sesuai dengan kebutuhan. 5. Yang
menjadi
faktor
penunjang
keberhasilan
pengembangan
profesionalitas guru motivasi tenaga pendidik untuk meningkatkan kualitas guru dan kesejahteraan guru dari tunjangan sertifikasi. Yang menjadi faktor penghambat adalah sarana dan prasarana yang kurang memadai. 6. Keberhasilan yang diraih dari pengembangan profesionalitas guru adanya peningkatan mutu proses pembelajaran dengan indicator tercapainya 90% dari jumlah siswa lulus Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) dengan standar 7,50. Terjalinnya efektivitas kinerja guru dalam proses pendidikan dan pengajaran untuk mencapai tujuan
79
pendidikan Madrasah Tsanawiyah Negeri Garut. dan prestasi siswa yang diraih baik kualitas maupun kuantitas ataupun hasil dari berbagai perlombaan pendidikan. B. Implikasi Berdasarkan kesimpulan diatas, dapat dikemukakan implikasi bahwa pengembangan profesionlitas guru akan sangat menentukan keberlangsungan sebuah lembaga pendidikan dalam program-program dan infrastruktur serta peningkatan kualitas pembelajaran. 1. Konsep pengembangan di Madrasah Tsanawiyah Negeri Garut dilakukan dengan mengikutsertakan tenaga pendidik dalam berbagai kegiatan. 2. Pelaksanaannya, kepala sekolah sebagai
manajer dan jajarannya
memberikan dorongan kepada tenaga pendidik untuk melakukan kegiatankegiatan yang dapat meningkatkan mutu pembelajaran untuk macapai tujuan pendidikan di Madrasah Tsanawiyah Negeri Garut. 3. Prestasi yang telah dicapai oleh siswa, baik kualitas atau kuantitas ataupun hasil berbagai perlombaan itu mengembangkan sejauh mana keefektifan proses
pendidikan
yang
berlangsung
yang
dipengaruhi
oleh
pengembangan profesionalitas guru yang baik di lembaga tersebut, sehingga bagi sekolah merupakan feed back untuk terus melakukan inovasi dalam proses pendidikan yang melibatkan berbagai komponen, untuk menciptakan sekolah yang efektif dan efisien karena hal ini merupakan indikator bagai keberhasilan proses pendidikan. Dan
80
hendaknya keberhasilan yang telah diraih menjadi motivasi untuk terus meraih prestasi yang lebih baik lagi. Demikian implikasi yang dapat dikemukakan dalam penelitian ini dengan harapan
dapat
menjadi
bahan
masukan
dan
pemikiran
untuk
model
pengembangan profesionalitas guru di Madrasah Tsanawiyah Negeri Garut. hasil penelitian ini masih jauh dari kesempurnaan dan masih banyak kekurangannya. Oleh karena itu, diharapkan pihak sekolah yang bersangkutan maupun peneliti lainnya untuk lebih menyempurnakannya.