1
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah Membaca merupakan salah satu aspek dari empat keterampilan berbahasa (membaca, menyimak, menulis, dan berbicara). Menurut Nurgiyantoro (2001:246) kegiatan membaca merupakan aktivitas mental memahami apa yang dituturkan pihak lain melalui sarana tulisan. Melalui kegiatan membaca, kita dapat memperoleh informasi dan pengetahuan dari segala penjuru dunia. Semakin banyak membaca maka semakin banyak pula informasi dan pengetahuan yang dapat kita peroleh. Kemampuan membaca yang baik menjadi prestasi paling berharga bagi seseorang. Kemampuan membaca dapat mempengaruhi kemampuan siswa dalam menerima materi pelajaran. Banyak sekali meteri pelajaran yang diberikan guru kepada siswa dalam bentuk tulisan. Siswa harus mampu menyerap semua materi tersebut dengan maksimal. Bukan hanya materi yang diberikan dalam bentuk tulisan, berbagai soal ulangan hingga ujian pun berbentuk tulisan. Masing-masing pelajaran mengharuskan siswa untuk dapat membaca, menilai, bahkan menganalisis sesuatu. Salah satu jenis membaca yang perlu dikuasai dalam dunia pengetahuan dan kesusasteraan adalah membaca cepat. Membaca cepat merupakan seni memahami sebuah bacaan sebanyak mungkin dalam waktu yang terbatas (Adler dan Doren, 2015:58). Dalam zaman yang serba cepat, tanpa kita sadari tuntutan kehidupan ikut meningkat. Pembaca tak lagi hanya memperoleh kenikmatan, tetapi sebagai alat pencapai percepatan itu sendiri. Hal itu membuat setiap orang merasa wajib mengejar semua informasi. Kita harus memiliki keterampilan mengumpulkan data dengan cepat 1 Efektivitas Penggunaan Metode…, Sri Subekti, FKIP UMP, 2016
2
sekaligus benar. Maka dari itu membaca cepat menjadi penting. Sebagai contoh, siswa seringkali kehabisan waktu ketika ujian baik itu ulangan harian, ulangan tengah semester, ulangan akhir semester, hingga ujian akhir sekolah. Mereka kekurangan waktu karena tidak mempunyai kemampuan membaca cepat dengan baik sehingga waktu mereka habis untuk memahami soal. Peneliti ketika melaksanakan Praktik Pengalaman Lapangan (PPL) dan Kuliah Kerja Nyata (KKN) menemukan permasalahan pada siswa dalam kemampuan membaca cepat di SMP Negeri 9 Purwokerto. Peneliti mengajar di empat kelas. Saat mengajarkan materi “Membaca Cepat”, peneliti menyediakan sebuah teks beserta soal. Teks tersebut berjudul Indonesia Raya Versi 3 Stanza Dipamerkan Meski Usang, namun Kaya Makna, teks ini memiliki 5 paragraf dengan total 211 kata. Peneliti membagikan teks bacaan kepada para siswa kemudian siswa diperintahkan untuk membaca dalam waktu 5 menit. Setelah itu, siswa diminta menutup teks tersebut dan langsung menjawab 10 soal dengan jawaban singkat dalam waktu 10 menit. Setelah waktu habis, jawaban siswa langsung dikoreksi bersama. Dari keempat kelas yang diajar materi “Membaca Cepat”, hanya sedikit siswa yang mampu mencapai nilai ketuntasan. Kecepatan
membaca
ideal
bagi
siswa
Sekolah
Menengah
Pertama
(SMP)/sederajat adalah 200 kata permenit (Nurhadi dkk, 2007:26). Ketika mengajarkan materi “Membaca Cepat” di kelas VIII G, peneliti mengamati beberapa siswa. Setiap siswa memiliki kecepatan yang berbeda dalam hal membaca cepat. Responden 10 mampu membaca dengan kecepatan 208 kata permenit. Selain itu, siswa tersebut juga mampu memahami bacaan 80%. Hal ini dibuktikan dari 10 soal jawaban singkat, siswa tersebut mampu menjawab 8 pertanyaan dengan tepat.
Efektivitas Penggunaan Metode…, Sri Subekti, FKIP UMP, 2016
3
Pada hari berikutnya, peneliti mengajarkan materi “Membaca Cepat” di kelas VIII F. Masing-masing siswa membaca dengan kecepatan dan pemahaman yang berrbeda pula. Peneliti mengamati salah satu siswa, yaitu responden 1. Siswa ini mampu membaca dengan kecepatan 189 kata permenit. Pemahaman yang diperoleh siswa ini mencapai 30%. Hal ini dibuktikan dari 10 soal jawaban singkat, siswa ini mampu menjawab 3 soal dengan benar. Pada kesempatan lain, peneliti mengajarkan materi “Membaca Cepat” di kelas VIII D. Dari sejumlah siswa dalam kelas tersebut peneliti mengamati salah satu siswa yaitu responden 18. Siswa tersebut mampu membaca 190 kata permenit. Pemahaman yang dicapai siswa ini adalah 30%. Hal ini dibuktikan dari 10 soal jawaban singkat , siswa tersebut mampu menjawab 3 soal dengan benar. Hari selanjutnya peneliti juga mengajarkan materi “Membaca Cepat” di kelas VIII E. Peneliti mengamati salah satu siswa yaitu responden 7. Siswa tersebut mampu membaca dengan kecepatan 195 kata permenit. Pemahaman yang dicapai siswa ini adalah 20%. Hal ini dibuktikan dari 10 soal jawaban singkat, siswa tersebut mampu menjawab 2 soal dengan benar. Dari keempat siswa tersebut dapat dilihat bahwa kemampuan membaca cepat mereka rendah. Hal ini dibuktikan dari empat siswa tersebut hanya satu siswa yang membaca cepatnya sudah memenuhi kriteria ideal jumlah kata permenit untuk kategori siswa SMP. Tiga siswa lainnya masih di bawah kriteria ideal yakni kurang dari 200 kata permenit. Membaca cepat bukan hanya ditentukan oleh kecepatan membaca saja tetapi juga ditentukan oleh pemahaman bacaan yang berkisar antara 4060%. Dari keempat siswa tersebut, ada dua siswa yang belum mencapai kriteria ideal pemahaman terhadap isi bacaan yaitu kurang dari 40%.
Efektivitas Penggunaan Metode…, Sri Subekti, FKIP UMP, 2016
4
Peneliti menanyakan kenapa kemampuan membaca cepat para siswa rendah secara langsung saat pembelajaran. Mereka mengaku kesulitan menangkap makna dari kosakata baru yang mereka temukan dalam teks. Siswa harus membaca berulangulang bagian tertentu untuk menganalisis makna kata yang baru tersebut. Selain itu, siswa tersebut mengaku bahwa mata pelajaran bahasa Indonesia, khususnya membaca sangat membosankan. Hal tersebut karena setiap materi membaca yang diajarkan hanya membaca dalam hati, menjawab pertanyaan atau membacakan teks di depan kelas. Guru dapat memberikan informasi dan penjelasan tentang makna kosakata baru sebelum siswa mulai membaca. Hal tersebut dilakukan untuk mengatasi kesulitan siswa dalam menangkap makna kosakata baru yang mereka temukan dalam bacaan sehingga siswa mampu memahami isi bacaan dengan baik. Selain itu, untuk mengatasi suasana pembelajaran yang membosankan, guru dapat melaksanakan kegiatan diskusi. Siswa dibagi ke dalam kelompok kecil untuk berdiskusi. Melalui kegiatan diskusi suasana pembelajaran menjadi menyenangkan karena siswa dapat bertukar pikiran dan bekerja sama memecahkan masalah yang ditemukan saat kegiatan membaca. Pemilihan metode yang tepat diharapkan dapat memotivasi siswa dalam mengikuti pembelajaran membaca karena siswa dapat merasakan ada pengalaman yang berbeda ketika mengikuti pembelajaran. Metode Directed Reading Activity (DRA), selanjutnya akan disebut sebagai metode DRA, merupakan metode sederhana yang komponen kegiatannya terdiri dari prabaca, membaca, dan pascabaca yang dapat diterapkan dengan mudah oleh guru maupun siswa dalam pembelajaran membaca cepat. Dalam tahap prabaca, guru dapat memberikan informasi mengenai makna kosakata baru kepada siswa agar mereka tidak mengalami kesulitan saat memahami
Efektivitas Penggunaan Metode…, Sri Subekti, FKIP UMP, 2016
5
isi bacaan. Kemudian dalam tahap membaca terdapat kegiatan diskusi. Melalui kegiatan diskusi akan tercipta suasana pembelajaran yang tidak membosankan. Berdasarkan fenomena di atas, peneliti bersumsi bahwa metode DRA dimungkinkan dapat meningkatkan kemampuan membaca cepat siswa. Untuk membuktikan kebenaran asumsi peneliti, perlu dilakukan kajian empirik. Maka dari itu, penelitian dengan judul “Efektivitas Penggunaan Metode Directed Reading Activity (DRA) untuk Meningkatkan Kemampuan Membaca Cepat Siswa Kelas VIII SMP N 9 Purwokerto 2015-2016” penting untuk dilaksanakan.
B. Rumusan Masalah Dari penjelasan latar belakang di atas, masalah dalam penelitian ini dirumuskan sebagai berikut, apakah ada perbedaan yang signifikan antara kelas yang diberi metode DRA dengan kelas yang tidak diberi metode pembelajaran pada siswa kelas VIII SMP N 9 Purwokerto 2015-2016?
C. Tujuan Penelitian Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah di atas, tujuan dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut, mengetahui apakah perbedaan yang signifikan antara kelas yang diberi metode DRA dengan kelas yang tidak diberi metode pembelajaran pada siswa kelas VIII SMP Negeri 9 Purwokerto 2015-2016.
D. Manfaat Penelitian 1.
Manfaat Teoretis Penelitian ini dapat bermanfaat untuk pengembangan metode pembelajaran
oleh guru di sekolah. Guru dapat menggunakan metode pembelajaran yang tepat dari
Efektivitas Penggunaan Metode…, Sri Subekti, FKIP UMP, 2016
6
berbagai metode pembelajaran yang ada. Dari metode yang telah dipilih, yaitu metode DRA, dapat dijadikan sebagai alternatif dalam metode pembelajaran membaca cepat. Penelitian ini dapat meningkatkan hasil belajar siswa sekaligus menambah motivasi belajar siswa. Selain itu, penelitian ini dapat mengubah kebiasaan yang kurang baik dalam membaca cepat.
2.
Manfaat Praktis Penelitian ini dapat digunakan oleh guru dalam memilih metode pembelajaran
yang tepat. Penelitian ini dapat dimanfaatkan sebagai alternatif cara mengajar di kelas ketika mengajarkan keterampilan membaca cepat. Melalui metode DRA yang digunakan dalam penelitian ini dapat membantu guru dalam membimbing siswa agar meningkatkan kemampuan membaca cepat siswa. Jika metode yang digunakan ini berhasil maka dapat menumbuhkan rasa cinta siswa dalam membaca khususnya mata pelajaran bahasa Indonesia. Apabila telah tertanam rasa cinta siswa untuk membaca maka akan tercapai prestasi belajar yang memuaskan.
Efektivitas Penggunaan Metode…, Sri Subekti, FKIP UMP, 2016