BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah Kehidupan perempuan pada masa Kartini dipengaruhi oleh adat Jawa yang berakibat pada terpuruknya kedudukan dan peran perempuan dalam berbagai bidang kehidupan. Pingitan, kawin paksa, dilarang beraktifitas di luar rumah tanpa disertai oleh suami, dan dilarang bersekolah merupakan sedikit dari bentuk-bentuk pengekangan terhadap perempuan (Imron Rosyadi, 2010: 5758). Kondisi terbelakang perempuan inilah yang kemudian memunculkan gagasan yang diperjuangkan oleh Kartini untuk membebaskan dari kungkungan budaya. Isu gender yang dialami perempuan menjadi perhatian dunia bahkan muncul
pada
agenda
Perserikatan
Bangsa-Bangsa
(PBB)
dengan
mencanangkan International Women’s Years pada tahun 1975 berlangsung di Mexico yang merupakan konferensi pertama oleh PBB, konferensi kedua berlangsung pada tahun 1980 di Copenhagen, konferensi ketiga 1985 di Nairobi, dan konferensi keempat berlangsung di Beijing tahun 1995. Pengakuan perempuan dalam pembangunan juga tertuang secara hukum dalam Garis Besar Haluan Negara (GBHN) 1993 dan 2000. Pengakuan dunia internasional maupun nasional oleh PBB dan GBHN merupakan
bentuk
perhatian belum maksimalnya peran perempuan dalam kehidupan sosial
1
masyarakat yang terbentuk akibat kontruksi budaya yang telah berkembang (Trisakti Handayani dan Sugiarti, 2002: 25-27). Perjuangan Kartini untuk memperoleh emansipasi dan perhatian dunia terhadap perempuan memberikan kesadaran yang kemudian menimbulkan perubahan peran-peran perempuan yang awalnya hanya terbatas peran sebagai kanca wingking kemudian berubah menjadi sosok perempuan yang mampu menjadi subjek bukan lagi objek dalam kehidupan sosialnya, serta sosok perempuan yang juga mampu berkiprah dalam sektor publik tanpa meninggalkan sifat naturalnya sebagai ibu dan istri. Bentuk perubahan tersebut dapat dilihat pada perempuan-perempuan yang terlibat dalam kegiatan industri di Bawen. Letak Bawen yang strategis berada di jalur utama Propinsi Jawa Tengah mendukung potensi Bawen menjadi kawasan Industri. Industri berkembang di daerah ini, salah satunya PT. Apac Inti Corpora. PT. Apac Inti Corpora merupakan sebuah industri manufaktur (pabrik) tekstil pertama di Bawen yang berdiri tahun 1990 dengan nama PT. Kanindotex Group. Pada 1995 mengalami perubahan manajemen dan berganti nama menjadi PT. Apac Inti Corpora hingga saat ini. Berdirinya PT. Apac Inti Corpora menjadi salah satu penggerak perubahan aspek kehidupan sosial, ekonomi, dan budaya Bawen dan sekitarnya. Perubahan tersebut tidak terkecuali dialami juga oleh perempuan. Meningkatnya jumlah perempuan yang terlibat dalam industri-pabrik di kawasan Industri Bawen tidak terlepas dari dampak kebijakan pemerintahan dalam program pembangunan nasional masa Orde Baru dalam hal intensifikasi
2
pertanian dengan tujuan meningkatkan hasil pertanian dengan upaya mengenalkan dan mengirim paket teknologi pertanian baru, misalnya: mesin traktor, mesin penggiling gabah, penggunaan pestisida, dan bibit unggul. Intensifikasi pertanian tersebut merubah sistem pertanian tradisonal ke sistem pertanian modern yang kemudian menyebabkan tersingkirnya sejumlah besar tenaga manusia dalam penggarapan lahan pertanian tidak terkecuali yang dialami oleh perempuan. Sebagai contoh pekerjaan menumbuk padi guna menjadi beras yang biasanya dikerjakan oleh perempuan beralih menggunakan mesin penggiling gabah dengan waktu singkat mampu menghasilkan beras dalam jumlah yang lebih besar jika dibandingkan dengan apa yang dikerjakan perempuan. Untuk menampung berlebihnya jumlah tenaga kerja tersebut kemudian pemerintah membuka dan mengembangkan sektor industri. Hal tersebut yang kemudian menjadi pendorong beralihnya tenaga kerja perempuan dalam dunia industri. Keikutsertaan perempuan dalam dunia kerja membuka batas antara perempuan dan laki-laki. Perempuan yang awalnya hanya sebagai ibu rumah tangga yang menggantungkan kebutuhan ekonomi dari suami kemudian berubah menjadi perempuan pekerja industri yang mampu menghasilkan penghasilan melalui keringtanya tanpa melpakan tugas sebagai istri dan ibu. Perubahan peran perempuan ini sebagai bentuk gugatan atas ideologi familialisme yang merupakan sebuah ideologi yang memandang bahwa perempuan harus menjadi istri yang mampu memberikan keturunan dan patuh terhadap suami.
3
Begitu besar kewajiban yang harus diemban perempuan sebagai istri dan ibu yang bertanggungjawab dalam mengatur kehidupan rumah tangga serta mereka harus menjalankan aktifitasnya dalam dunia publik memunculkan permasalahan prioritas diantara keduanya antara prioritas peran sebagai pengatur rumah tangga yang baik atau prioritas perannya sebagai perempuan yang berkarya dalam sektor publik. Mengangkat tema perempuan sangat menarik karena kaum perempuan di masa lalu yang juga memiliki peran penting nyaris hilang dari narasi sejarah dan sering didominasi oleh kaum laki-laki. Menurut Bambang Purwanto dalam buku Anton Haryono bahwa istilah “ibu pertiwi” yang sering dipakai oleh orang Indonesia untuk menyebut tanah airnya ternyata secara historiografis masih berkelamin laki-laki, banyak peran perempuan masa lalu hilang dari narasi sejarah (Anton Haryono, 2011: 230). Perubahan peran perempuan inilah yang menarik untuk dikaji dalam penelitian ini. Tulisan ini sebagai upaya menggambarkan perubahan peran perempuan dan peran gandanya serta permasalahan-permaslahan yang timbul dalam kehidupan sosial khususnya karyawan perempuan Unit Kerja Spinning 2 PT. Apac Inti Corpora Bawen. B. Rumusan Masalah Dalam penelitian ini, permasalahan yang diteliti dapat dirumuskan sebagai berikut: 1. Faktor-faktor apa sajakah yang mendorong terjadinya peran ganda perempuan?
4
2. Bagaimana kehidupan peran ganda karyawati Unit Kerja Spinning 2 PT. Apac Inti Corpora? 3. Permasalahan-permasalahan apa sajakah yang muncul sebagai dampak dari peran ganda perempuan yang dialami oleh karyawati Unit Kerja Spininng 2 PT. Apac Inti Corpora dalam kehidupan sosialnya? C. Tujuan Penelitian Adapun tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Mendeskripsikan faktor-faktor pendorong terjadinya perubahan peran perempuan masyarakat Bawen 2. Mendeskripsikan peran ganda karyawati Unit Kerja Spinning 2 PT. Apac Inti Corpora dalam kehidupan sosial ekonomi. 3. Menguraikan permasalahan-permasalahan yang muncul sebagai dampak dari peran ganda perempuan yang dialami oleh karyawati Unit Kerja Spininng 2 PT. Apac Inti Corpora D. Manfaat Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat: 1. Secara teoritik a. Sebagai upaya ilmiah dalam menjelaskan emansipasi perempuan. b. Sebagai upaya ilmiah dalam menjelaskan perubahan peran perempuan. c. Sebagai masukan bagi kajian ilmu sosial (sosiologi) dalam mengkaji permasalahan gender.
5
2. Manfaat Praktik Sebagai masukan bagi pihak pemerintah maupun masyarakat dalam upaya memahami fenomena sosial mengenai emansipasi kehidupan perempuan di kawasan Industri.
6