PERILAKU AGRESI SATUAN POLISI PAMONG PRAJA (SATPOL PP ) DALAM MENERTIBKAN PEDAGANG KAKI LIMA (PKL) Disusun Oleh : Rina Angraeni ABSTRAKSI Perilaku Agresi adalah bentuk perilaku fisik atau lisan yang disengaja dengan maksud untuk menyakiti atau merugikan orang lain. Latar belakang masalah dalam penelitian ini adalah petugas Satpol PP dalam menertibkan Pedagang Kaki Lima diketahui sering bertindak agresi. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran dari perilaku agresi yang dilakukan anggota Satuan Polisi Pamomg Praja (Satpol PP), serta faktor – faktor yang mempengaruhi terjadinya tindakan agresi dalam menertibkan Pedagang Kaki Lima (PKL). Penelitian ini menggunakan pendekatan penelitian kualitatif dengan bentuk studi kasus untuk mendapatkan pemahaman yang mendalam mengenai bentuk-bentuk perilaku agresi serta faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya perilaku agresi yang dilakukan Satpol PP dalam menertibkan PKL. Subjek pada penelitian ini adalah seorang laki – laki yang bertugas sebagai anggota Satpol PP, berusia 26 tahun. Hasil penelitian ini menemukan bahwa perilaku agresi Satpol PP terhadap Pedagang Kaki Lima ada bermacam – macam bentuknya, mulai dari fisik-aktif langsung, fisik-pasif langsung, verbal-aktif langsung. Perilaku agresi tersebut dipengaruhi juga oleh faktor internal seperti faktor frustasi, faktor deindividuasi dan juga pengaruh faktor eksternal seperti pengaruh obat – obatan dan alkohol, efek senjata, pengaruh provokasi, pengaruh media massa, pengaruh kekuasaaan dan kepatuhan, faktor lingkungan fisik.
Kata kunci : Perilaku Agresi, dan Satpol PP
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Keadaan Indonesia yang belum terlepas dari krisis moneter masih terasa di seluruh sektor kehidupan, dilihat dari masih tingginya tingkat pengangguran, serta rendahnya tingkat pendidikan, kesehatan dan kesadaran hukum masyarakat. Karena terbatasnya lapangan pekerjaan membuat masyarakat harus memutar otak untuk dapat bertahan hidup, seperti semakin meningkatnya pedagang di sektor informal, salah satu contohnya adalah Pedagang Kaki Lima (PKL) di Jakarta. Berdasarkan data yang dimiliki Perhimpunan Bantuan Hukum Indonesia (PHBI) Jakarta, petugas Satpol PP paling banyak melakukan pelanggaran, seperti kekerasan fisik dan non fisik. Tindakan kekerasan yang dilakukan Satpol PP biasanya terjadi pada saat penertiban PKL. Satpol PP berdasarkan UU No. 32/2004 adalah sesungguhnya hanya berfungsi sebatas mengawal kebijakan pemerintahan. Fakta yang terlihat dilapangan tingkah laku Satpol PP sama sekali bertolak belakang dengan tugasnya, yang berfungsi pada pengawasan, pengamanan, penentraman, dan penertiban masyarakat, serta penegakkan peraturan daerah. B. Pertanyaan Peneitian 1. Bagaimana perilaku agresi Satpol PP dalam menertibkan PKL? 2. F a k t o r – f a k t o r a p a y a n g mempengaruhi anggota Satpol PP melakukan perilaku agresi dalam menertibkan PKL? C. Tujuan Peneitian Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran dari perilaku agresi anggota Satpol PP serta faktor – faktor yang mempengaruhi terjadinya perilaku agresi dalam menertibkan Pedagang Kaki Lima. D. Manfaat Peneitian Dari hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat untuk : 1. Manfaat Teoritis untuk pengembangan teori mengenai dengan Perilaku Agresi Satpol PP dalam menertibkan Pedagang Kaki Lima di bidang Psikologi Sosial. 2. Manfaat Praktis
agar dapat mempersiapkan kondisi psikis dan fisik Satpol PP dalam menjalankan tugasnya sehingga anggota Satpol PP tidak melakukan tindakan agresi tanpa alasan yang tidak jelas. BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Perilaku Agresi 1. Pengertian Perilaku Agresi Menurut Yusuf, (2000) agresi adalah perilaku menyerang baik secara fisik maupun verbal. Agresi juga harus dibedakan dengan asertivitas, mencakup pembelaan barang milik atau hak. Misalnya, menyatakan kehendak dan kenginan secara langsung. 2. Karakteristik Umum Agresi Baron dan Kauffman (dalam Faturochman, 2006) mengemukakan bahwa agresi mempunyai setidaknya tiga karakteristik umum yaitu : a. Perilaku overt yang diarahkan terhadap korban/seseorang b. Terdapat niat untuk menyakiti seseorang 3. Jenis – Jenis Agresi Agresivitas memiliki berbagai jenis secara umum Myers (dalam Sarwono 1999) membagi agresivitas dalam dua jenis, yaitu : a. Agresi rasa emosi (hostile aggression) b.Agresivitas sebagai sarana untuk mencapai tujuan lain (Instrumental Aggresion). 4. Dimensi Perilaku Agresi Buss dan Perry (1992), membagi agresi kedalam empat faktor yaitu : a. Agresivitas fisik b. Agresivitas verbal c. Sikap permusuhan d. R asa marah 5. Bentuk-bentuk Agresi Menurut Morgan Dkk (dalam Prabowo dan Riyanti, 1998) bentuk-bentuk agresi adalah : a.Fisik aktif langsung b. Fisik tidak langsung c.Fisik pasif langsung d. Fisik pasif tidak langsung e.Verbal aktif langsung f. Verbal aktif tidak langsung g. Verbal pasif langsung h. Verbal pasif tidak langsung 6. Proses Agresi
Menurut Faturochman, (2006) agresi dapat dilihat melalui dua proses yaitu : a. Pemodelan b. Pembelajaran
7. Faktor – faktor yang mempengaruhi perilaku agresi Ada beberapa faktor - faktor yang mempengaruhi perilaku agresi, yaitu : a. Frustasi b . Deindividuasi c . Obat – obatan dan alkohol d . Efek senjata e. Provokasi f . Media Massa g . Kekuasaan dan Kepatuhan h . Faktor lingkungan fisik B. Satuan Polisi Pamong Praja (Satpol PP) 1. Pengertian Satpol PP Polisi Pamong Praja adalah Aparatur Pemerintah Daerah yang bertugas membantu Kepala Daerah dalam memelihara dan menyelenggarakan ketentraman dan ketertiban umum, menegakkan Peraturan Daerah dan Peraturan Kepala Daerah. Polisi Pamong Praja didirikan di Yogyakarta pada tanggal 3 Maret 1950 untuk mewadahi sebagian tugas pemerintah daerah. Sebenarnya tugas ini telah dilaksanakan pemerintah sejak zaman kolonial (Perda Nomor 8 , 2007). C. Pedagang Kaki Lima (PKL)
1. Pengertian Pedagang Kaki Lima
2.
(PKL) Menurut Putra (dalam Kurniadi dan Nogi, 2005), pedagang kaki lima merupakan unit usaha kecil yang melakukan kegiatan mendistribusi barang dan jasa, dengan sasaran utama untuk menciptakan lapangan kerja dan penghasilan bagi mereka. Karakteristik Pedagang Kaki Lima Menurut An Nal, (dalam Kurniadi dan Nogi, 2005), karakteristik pedagang kaki lima, yaitu : a. Pedagang kaki lima umumnya sebagai mata pencarian pokoknya. b. Tingkat pendidikan mereka umumnya relatif rendah c. Sebagian besar pedagang kaki lima pendatang dari daerah dan belum memiliki status kependudukan yang sah dikota
d.
Modal yang digunakan relatif sangat kecil e. U m u m n y a mereka memilih/mengusahakan modal sendiri f. Umumnya mereka menjual bahan pangan, sandang dan kebutuhan sekunder. 3. Faktor – faktor Yang Mempengaruhi Individu Untuk Menjadi Pedagang Kaki Lima Menurut Breman, (dalam Kurniadi dan Nogi, 2005) faktor – faktor yang mempengaruhi PKL, yitu : a. Pengaruh urbanisasi, yaitu banyak pendatang dari desa ke kota. b. Sulitnya mencari lapangan kerja, karena banyaknya pendatang dibanding dengan lowongan kerja tidak sebanding c. Tingkat pendidikan yang rendah, kare na pa da u m u m n ya ti ng kat pendidikannya hanya SD, mereka tidak melanjutkan pendidikan karena faktor ekonomi yang relatif rendah. d. Tingkat ekonomi yang semakin sulit, membuat mereka berpikir untuk membuka lahan pekerjaan sendiri agar dapat bertahan hidup. D. Perilaku Agresi Satpol PP Dalam Menertibkan Pedagang Kaki Lima Agar membuat petugas Satpol PP tidak bertindak agresi, seharusnya pedagang kaki lima tidak sulit untuk ditertibkan, tapi disatu sisi ada juga para petugas yang memang bertingkah laku arogan dan merasa berkuasa, serta bertindak agak berlebihan dalam menertibkan, padahal m e re ka se ba g ai a pa rat u r n e ga ra ya n g seharusnya mengayomi dan melindungi masyarakat. Terkadang perilaku petugas membuat penilaian masyarakat kepada kinerja Satpol PP terasa tidak manusiawi dalam menjalankan tugasnya. Seharusnya semuanya dapat berjalan dengan tentram dan damai, serta tidak perlu adanya tindak kekerasan atau salah persepsi diantara petugas dengan pedagang. BAB III METODE PENELITIAN A. Pendekatan Penelitian Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan pendekatan kualitatif dengan metode studi kasus. Menurut Creswell (dalam Basuki, 2006) penelitian yang
dibimbing oleh paradigma kualitatif di definisikan sebagai suatu proses penelitian untuk memahami masalah-masalah manusia atau sosial dengan menciptakan gambaran menyeluruh dan kompleks yang disajikan dengan kata-kata, melaporkan pandangan terinci yang diperoleh dari para sumber informasi, serta dilakukan dalam latar (setting) yang alamiah. Ciri-ciri studi kasus menurut Stake (dalam Basuki, 2006) yaitu: 1. Studi kasus bukan suat u met ode penelitian, tetapi suatu bentuk studi (penelitian) tentang masalah yang khusus (particular). 2. Sasaran studi kasus dapat besifat tunggal (ditujukan perorangan/individual) atau suatu kelompok, misalnya suatu kelas, kelompok profesional, dan lain-lain. 17 3. Masalah yang dipelajari atau diteliti dapat bersifat sederhana atau kompleks. 4. Tujuan yang ingin dicapai adalah pemahaman yang mendalam tentang suatu kasus, atau dapat dikatakan untuk mendapatkan verstehen bukan sekedar erklaren (deskripsi suatu fenomena). 5. Studi kasus tidak bertujuan untuk melakukan generalisasi, walaupun studi dapat dilakukan terhadap beberapa kasus. 6. Terdapat 3 (tiga) macam tipe studi kasus, yaitu: a). Studi kasus intrinsik (intrinsic case study b). Studi kasus instrumental (instrumental case study) c). Studi kasus kolektif (collective case study) 7. Hal-hal umum juga dipelajari dalam studi kasus, tetapi fokusnya terarah pada hal yang khusus atau unik. Untuk mendapatkan hal-hal yang unik dari data-data sebagaimana tersebut di bawah ini, harus dikumpulkan dan dianalisa, yaitu: a). Hakikat (the nature) kasus b). Latar belakang sejarah kasus c). Latar (setting) fisik d). Konteks dengan bidang lain, ekonomi, politik, hukum, dan estetika e). Mempelajari kasus-kasus lain yang berkaitan dengan kasus yang dipelajari f). Informan-informan yang dipilih adalah orang-orang yang mengetahui kasus ini
B. Subjek Peneitian 1. Karakteristik Subjek Subjek dalam penelitian ini adalah anggota Satpol PP, laki – laki yang berusia 26 tahun. 2. Jumlah Subj ek Menurut Moleong, (2005) mengatakan bahwa studi kasus merupakan penelitian yang dilakukan dalam lingkup yang sangat terbatas, dengan subjek penelitian yang sedikit, dan kesimpulannya hanya berlaku untuk subjek yang diteliti tersebut. Ditinjau dari wilayahnya, maka penelitian studi kasus hanya meliputi daerah atau subjek yang sangat sempit. Berdasarkan pendapat di atas, maka dalam penelitian ini subjek berjumlah satu orang dengan significant others satu orang. C. Tahap-Tahap Peneitian 1. Tahap Persiapan Peneitian Peneliti membuat pedoman wawancara dan pedoman observasi yang disusun berdasarkan beberapa teori yang relevan dengan masalah agresifitas Satpol PP dalam menertibkan Pedagang Kaki Lima 2. Tahap Pelaksanaan Peneitian Tepat pada hari dan tempat yang telah disepakati antara peneliti dan subjek, tahapan pelaksanaanpun dilaksanakan. Peneliti mencatat semua jawaban dan tingkah laku subjek selama wawancara.
D. Teknik Pengumpulan Data Dalam penelitian ini tekhnik pengumpulan data yang digunakan adalah tekhnik wawancara dan observasi. 1. Wawancara Wawancara adalah percakapan dan tanya jawab yang diarahkan untuk mencapai tujuan tertentu. a). Jenis-jenis Wawancara Secara umum ada tiga jenis pendekatan dasar dalam memperoleh data melalui wawancara kualitatif yaitu (Patton dalam Poerwandari, 1998) 1). Wawancara percakapan informal 2). Wawancara dengan pedoman umum 3). Wawancara terstandar terbuka
Pembagian lain ditemukan oleh Nasution (1996) wawancara. dapat dibagi menurut peranan pewawancara dan responden, antara lain : 1). Wawancara berstruktur 2). Wawancara tak berstruktur Dal am penelitian i ni, penulis menggunakan tipe wawancara yang terstruktur. Hal ini akan memberikan kemudahan bagi peneliti untuk mengajukan pertanyaan yang berkaitan dengan hal yang akan diteliti dan juga dapat menghindari kecurigaan pada orang yang akan diwawancarai karena dalam penelitian ini subjek sudah diberitahu dahulu tentang maksud dan tujuan dari penelitian yang akan dilakukan. 2. ObservasiObservasi dalam penelitian kualitatif bersifat naturalistic, observasi dapat membantu peneliti dalam melihat, keterkaitan, korelasi dan sebab dari suatu gejala dengan melihat sendiri bagaimana sebenarnya proses actual terjadi. Observasi di gunakan bila obyek penelitian bersifat perilaku manusia, proses kerja, gejala alam, responden kecil (Sugiyono, 1999). a).Jenis-jenisObservasiRiyanto(dalamSugiyono,1999) mengemukakan beberapa jenis observasi, sebagai berikut : 1). Observasi Parti si pan 2). Observasi Non Partisipan 3). Observasi Sist emati k 4). Observasi Non Sistematik Dal am penelitian i ni, penulis menggunakan jenis observasi non partisipan. Pada jenis observasi ini penelitimelakukan pengamatan diluar subjek yang diamati dan tidak ikut dalam kegiatan – kegiatan yang meraka lakukan. E. Alat Bantu Peneitian Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan beberapa alat bantu yang digunakan untuk mempermudah dalam melakukan penelitian ini, yaitu : 1. Pedoman Wawancara 2. Pedoman Observasi 3. Alat perekam
F. Keakuratan Peneitian Dalam penelitian kualitatif ini menggunakan triangulasi, yaitu teknik pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain di luar data itu untuk keperluan pengecekan atau sebagai pembanding terhadap data itu. Atau suatu upaya untuk mengambil data yang berbeda dan untuk menjelaskan suatu hal tertentu, hal yang terpenting adalah subjek diajukan pertanyaan pada hari yang sama dengan tujuan jika penelitian ini diulang maka hasil y a n g a k a n d i d a p a t k a n a d al a h s a m a (Moleong, 2005). Kriteria keabsahan dan keajegan dalam suatu Penelitian, yaitu 1. Keabsahan Konstruk Keabsahan bentuk dengan kepastian bahwa terukur benar - benar variable yang ingin diukur. Keabsahan ini juga dapat dicapai dengan pengumpulan data yang tepat, salah satu cara dengan proses triangulasi, yaitu teknik pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain di luar data itu untuk untuk keperluan pengecekan. Ada empat macam triangulasi sebagai teknik pemeriksaan untuk mencapai keabsahan, yaitu : a). T ri a n g ul asi D at a . b ). T ri a n g ul asi M et o d e c). Triang ulasi Penyi di k d ). T r i a n g u l a s i T e o r i Patton (dalam Poerwandari, 1998) me n gi n gat ka n bah w a t ri ang ul asi merupakan suatu konsep ideal yang kadang kala atau bahkan sering tidak dapat sepenuhnya dicapai karena berbagai hambatan. 2. Keabsahan Internal Keabsahan internal merupakan konsep yang mengacu pada seberapa jauh kesimpulan hasil penelitian menggambarkan keadaan sesungguhnya. 3. Keabsahan Eksternal Keabsahan yang mengacu pada seberapa jauh hasil penelitian dapat digeneralisasikan pada kasus lain. 4. Keajegan Keajegan merupakan konsep yang mengacu pada seberapa jauh penelitian berikutnya akan mencapai hasil yang sama apabila mengulang penelitian. Untuk meningkatkan keajegan
diperlukan protokol penelitian yang jelas, seperti pedoman wawancara yang akan membuat pertanyaan diajukan akan lebih terarah. Dalam penelitian ini triangulasi yang digunakan adalah triangulasi data dan triangulasi metode. Triangulasi data membandingkan dan mengecek balik derajat kepercayaan suatu informasi yang diperoleh melalui waktu dan alat yang berbeda dalam metode kualitatif. Hal ini dapat diperoleh dengan jalan membandingkan data hasil wawancara subjek dengan data yang diperoleh dari significant other. Triangulasi Metode Pengecekan derajat kepercayaan sumber data dengan metode wawancara dan observasi. G. Analisis Data Dalam menganalisa penelitian kualitatif terhadap beberapa tahapan yang perlu dilakukan, tahap-tahap tersebut adalah : 1. Mengkombinasikan Data 2. Pengelompokan Berdasarkan Kategori, Tema, dan Pola Jawaban 3. Menguji Asumsi Atas Permasalahan Yang Ada Terhadap Data 4. Mencari Alternatif Penjelasan Bagi Data 5. Menulis Hasil Penelitian
BAB IV HASIL DAN ANALISIS A. Pelaksanaan Penelitian Berawal saat ingin melakukan penelitian, pada hari Selasa tanggal 13 Maret 2008 peneliti mendatangi Balaikota di Daerah Jakarta untuk mencari informasi tentang Satpol PP. Setiba peneliti disana, peneliti direkomendasikan ke bagian Dinas Tramtib. Disana peneliti bertemu dengan salah satu i bu st aff yan g be ri ni si al N H, yan g memberitahu prosedur bila ingin mengambil data pada instansi pemerintah. Kemudian pada hari Rabu tangal 1 April 2008 peneliti membawa kelengkapan surat-surat izin yang diperlukan oleh Dinas Tramtib untuk proses pengambilan data. Seminggu kemudian peneliti datang untuk menemui ibu berinisial XY, beliau menjabat sebagai Ketua Pelaksanaan Dinas Tramtib. Kemudian ibu berinisial XY tersebut memberikan data-data
yang diinginkan oleh peneliti dan merekomendasikan salah satu anggotanya yang berinisial S, untuk bersedia menjadi subjek penelitian. Peneliti pun berterima kasih kepada S yang mau membantu peneliti dalam proses penelitian ini. b). Hasil ObservasiPenelitimelakukanobservasiterhadap subjek sebanyak 3 kali dan satu kali wawancara, observasi pertama pada hari Kamis tanggal 26 Juni 2008 pukul 13.00 18.00 WIB. Peneliti melakukan observasi pertama di UKI tempat subjek melakukan penertiban di daerah Cawang. Observasi kedua dilakukan pada hari Kamis tanggal 03 Juli 2008 pukul 11.00 - 17.00 WIB. Peneliti melakukan observasi di daerah Pasar Rebo. Observasi dilakukan di saat subjek melakukan penertiban di jalan TB. Simatupang Observasi ketiga dilakukan pada hari Senin tanggal 7 Juli 2008 pukul 08.00 - 18.00 WIB. Peneliti ingin melakukan observasi yang bertempat di Pasar Kramat Jati daerah Jakarta Timur.
c). Hasil Wawancara Bentuk-BentukAgresia).Fisik-aktif,langsung Pada saat subjek melakukan penertiban, subjek pernah memukul pedagang karena pedagang tersebut memancing emosi. Hal – hal yang menyebabkan bentrokan fisik dengan PKL, karena pedagang yang mengancam dan melakukan perlawanan tidak mau ditertibkan. b). Verbal - aktif, langsung Subjek pernah dalam penertiban, subjek pernah melakukan ancaman terhadap pedagang, karena merasa terancam dengan pedagang yang membawa senjata Pada saat penertiban, subjek pernah mengucapkan kata – kata yang mengancam akan membongkar secara paksa lapak – lapak pedagang.Dalam penertiban subjek pernah melihat orang yang tidak disuka biasanya, subjek akan menegur sendiri dan tidak pernah menyuruh rekan kerjanya untuk menegur.
Faktor-faktoryangmempengaruhiPerilaku Agresi a). Frust asi Subjek pernah merasa frustasi karena tidak berhasil melaksanakan penertiban, karena dari PKL telah mengetahui informasi akan ada penertiban yang membuat subjek dalam melakukan penertiban bertindak agresif. b). Dei ndi vi duasi Pada saat penertiban subjek pernah emosi memukul PKL bersama kelompoknya, karena terjadi kesalahpahaman dengan pedagang sampai ada rekan kerjanya yang dipukul. c). Obat-obatan dan Alkohol Biasanya setelah melakukan penertiban, subjek minum-minuman yang beralkohol bersama rekan – rekan kerjanya. Subjek meminum-minuman alkohol yang berjenis bir dan pletokan. Jenis pletokan yang subjek minum campurannya itu vodka, sprite, dengan buavita. Efek dari minuman yang di minum oleh subjek masih ada, sehingga subjek pernah memukul pedagang hanya karena tidak mau mendengarkan peringatan darinya. d). E f e k S e n j a t a Subjek terkadang terpancing emosinya saat memegang senjata, apalagi dalam keadaan yang tidak bisa ditoleransi lagi dan tidak dapat dikontrol e). P r o v o k a s i Pada saat penertiban, biasanya ada saja pihak – pihak yang memprovokasi situasi untuk mengacaukan penertiban yang berasal dari pihak PKL. f). Media Massa Subjek sangat menyukai film action dan comedy, karena dari menonton film action tersebut ada tantangannya. Subjek kadangkadang suka meniru cara bicara dan cara berantemnya dalam adegan film tersebut. Subjek ikut jengkel saat menonton, tayangan tv yang menggambarkan Satpol yang berperilaku agresi dalam melakukan penertiban. g). Kekuasaan dan Kepatuhan Menurut subjek perintah komandan sangat berpengaruh, saat sedang menjalankan penertiban sehingga subjek akan bertindak sesuai dengan perintah komandan, karena sesuai dengan prosedur yang berlaku. Subjek pernah melaksanakan perintah
komandannya untuk menghancurkan barang dagangan dan membawanya ke mobil operasional, namun subjek melakukannya dengan berat hati. h). Faktor Lingkungan Fisik Faktor lingkungan kadang-kadang juga mempengaruhi subjek melakukan perilaku kekerasan. Misalnya suhu udara, lingkungan kumuh dan padat. 2). Significant Other a). Hasil Observasi
Observasi ketiga dilakukan pada hari Senin tanggal 7 Juli 2008 pukul 08.00 - 18.00 WIB. Peneliti melakukan observasi yang bertempat di Pasar Kramat Jati daerah Jakarta Timur.Pada observasi ketiga PS memakai seragam yang sama dengan subjek, yaitu seragam biru dan celana biru serta sepatu boots. Pada saat itu peneliti membuat janji dengan PS di depan daerah Pasar Kramat Jati
c. Hasil Wawancara significant other a. Bentuk – bentuk perilaku agresi subjek a). Fisik - Aktif, Langsung Menurut significant other, subjek pernah saat melaksanakan penertiban memukul PKL. Biasanya hal ini terjadi karena pedagang melakukan ancaman dan perlawanan ke subjek. b). Verbal - aktif, langsung Menurut significant other, pada saat melaksanakan penertiban subjek pernah memberikan peringatan ke PKL. Menurut significant other, subjek pernah saat penertiban mengucapkan kata-kata yang mengancam akan membawa lapak dagangan ke mobil operasional. Biasanya dalam penertiban subjek pernah melihat orang yang
tidak disuka, lalu subjek akan menegurnya sendiri. b.
Faktor - faktor yang mempengaruhi Agresi
a). F r u st asi Menurut significant other, pada saat penertiban subjek pernah mengalami frustasi karena saat ingin melakukan penertiban, ternyata tidak jadi karena PKL telah mendengar akan ada penertiban. b ). D e i n d i v i d u a s i Menurut significant other, subjek pernah merasa terpancing emosi karena saat menertibkan pedagang kaki lima terjadi pemukulan terhadap salah satu rekan kerja subjek. c). Obat-obatan dan Alkohol Menurut significant other, setelah melakukan penertiban subjek pernah minum minuman beralkohol bersama rekan-rekan kerjanya. Subjek biasa meminum jenis pletokan, yaitu minuman yang merupakan campuran vodka, sprite, serta buavita. Biasanya akibat dari minuman tersebut suka berpengaruh terhadap pengendalian diri subjek. Hal ini dapat diketahui dari subjek pernah memukul PKL hanya karena tidak mendengarkan peringatan yang diberikan oleh subjek. d ). Efek Senjat a Menurut significant other, biasanya subjek dalam penertiban dilengkapi dengan senjata seperti sangkur, helm, tameng, dalam keadaan yang tidak terkontrol dapat membuat subjek menggunakan senjatanya. e). P r o v o k a s i Menurut significant other, pada saat penertiban ada saja pihak yang memprovokasi keadaan untuk menggagalkan penertiban. f) Media Massa Menurut significant other, subjek suka menonton film action, menurut subjek film action itu ada tantangannya sampai subjek pemah mengikuti adegan dalam film tersebut, seperti nada bicaranya yang kasar. Saat subjek menonton petugas Satpol PP yang sedang bertugas berperilaku anarkhis, biasanya sedikit berpengaruh saat subjek bertugas. g). Kekuasaan dan Kepatuhan Menurut significant other, pada saat subjek melakukan
penertiban, komandan sangat berpengaruh besar dalam subjek menjalankan tugas memang sudah ada aturannya. Subjek pernah menjalankan perintah dari komandan dengan berat hati karena diperintahkan mengambil kotak uang pedagang. h). Faktor Lingkungan Fisik Menurut significant other, Pada saat penertiban ada juga faktor yang dapat mempengaruhi subjek melakukan tindakan kekerasan yaitu lingkungan fisik seperti lingkungan yang padat. B. Analisis 1. Deskripsi Subjek Deskripsi Subjek Dan Significant Other Subjek bernama S yang berusia 26 tahun, subjek anak ke 3 dari 5 bersaudara berjenis kelamin laki – laki. Significant Other bernama P.S yang berusia 27 tahun, SO anak ke 1 da ri 3 b e rs a u da ra be rj e ni s kelamin laki- laki. 2. Hasil Analisis Intra Kasus Bentuk - Bentuk Perilaku Agresi Fisik-Aktif, Langsung Subjek : Pada saat subjek melakukan penertiban, subjek pernah memukul pedagang karena pedagang t ersebut memancing emosi. Hal –hal yang menyebabkan bentrokan fisik dengan PKL, karena pedagang yang mengancam dan melakukan perlawanan tidak mau ditertibkan. SO : subjek pernah saat melaksanakan penertiban memukul PKL. Biasanya hal ini terjadi karena pedagang melakukan ancaman dan perlawanan ke subjek. Analisis : Saat melakukan penertiban, subjek pernah memukul PKL. Karena ada pedagang yang melakukan perlawanan dan ancaman. Verbal-aktif, langsung Subjek : Subjek pernah dalam penertiban, subjek pernah melakukan ancaman terhadap pedagang, karena merasa terancam dengan pedagang yang membawa senjata. Subjek
pernah mengucapkan kata – kata yang mengancam akan membongkar secara paksa lapak – lapak pedagang. subjek pernah melihat orang yang tidak disuka biasanya, subjek akan menegur sendiri dan tidak pernah menyuruh rekan kerjanya untuk menegur. SO : Pada saat melaksanakan penertiban subjek pernah memberikan peringatan ke PKL. Subjek pernah saat penertiban mengucapkan kata-kata yang mengancam akan membawa lapak dagangan ke mobil operasional. Biasanya dalam penertiban subjek pernah melihat orang yang tidak disuka, lalu subjek akan menegurnya sendiri. Analisis : Subjek dalam penertiban, melakukan peringatan dan ancaman terhadap PKL. Faktor - Faktor Yang Mempengaruhi Perilaku Agresi Frustasi Subjek : Subjek pernah merasa frustasi tidak berhasil melaksanakan penertiban, karena dari pihak PKL telah mengetahui informasi akan ada penertiban. Yang m e m b u at s u bj e k d al a m mel a k u k a n penertiban bertindak agresif. SO : Subjek pernah mengalami frustasi karena saat ingin melakukan penertiban, ternyata tidak jadi karena PKL telah mendengar akan ada penertiban. Analisis : Subjek pernah pernah merasa frustasi karena tidak berhasil melaksanakan penertiban. Deindividuasi Subjek : Subjek pernah emosi memukul PKL bersama kelompoknya karena terjadi kesalahpahaman dengan pedagang sampai ada rekan kerjanya yang dipukul. SO : Subjek pernah merasa terpancing emosi karena saat menertibkan pedagang kaki lima terjadi pemukulan terhadap salah satu rekan kerja subjek. Analisis : Subjek pernah emosi karena ada rekan kerjanya yang dipukul oleh PKL. Obat-Obatan dan Alkohol Subjek : Subjek minum-minuman yang beralkohol bersama rekan – rekan kerjanya. Subjek meminum-minuman alkohol yang berjenis bir dan pletokan. Jenis pletokan yang subjek minum campurannya itu vodka, sprite, dengan buavita. Efek dari minuman
yang di minum oleh subjek masih ada, sehingga subjek pernah memukul pedagang hanya karena tidak mau mendengarkan peringatan darinya. So : Setelah melakukan penertiban subjek pernah minum minuman beralkohol bersama rekan-rekan kerjanya. Subjek biasa meminum jenis pletokan, yaitu minuman yang merupakan campuran vodka, sprite, serta buavita. Biasanya akibat dari minuman tersebut suka berpengaruh terhadap pengendalian diri subjek. Hal ini dapat diketahui dari subjek pernah memukul PKL h a n ya k a re na t i d a k m e n d e n g ar k a n peringatan yang diberikan oleh subjek. A nal i si s : S ubj e k bi asa n ya set el ah penertiban meminum minuman beralkohol bersama rekan – rekan kerjanya, dan efek dari minumannya subjek pernah melakukan pemukulan PKL Efek Senjata Subjek : Subjek terkadang terpancing emosinya saat memegang senjata, apalagi dalam keadaan yang tidak bisa ditoleransi lagi dan tidak dapat dikontrol. SO : biasanya subjek dalam penertiban dilengkapi dengan senjata seperti sangkur, helm, tameng. Dalam keadaan yang tidak terkontrol dapat membuat subjek menggunakan senjatanya. Analisis : Subjek terkadang terpancing emosinya saat memegang senjata Provokasi Subjek : Pada saat penertiban, biasanya ada saja pihak – pihak yang memprovokasi situasi untuk mengacaukan penertiban. Yang berasal dari pihak PKL. SO : Pada saat penertiban ada saja pihak yang memprovokasi keadaan untuk menggagalkan penertiban. Analisis : Subjek pernah dalam penertiban terprovokasi ikut memukul karena rekan rekannya memukul Media Massa Subjek : Subjek sangat menyukai film action, karena tantangannya tapi kadang – kadang subjek suka meniru cara bicara dan berantemnya film tersebut, subjek sedang menonton tayangan televisi, biasanya ikut jengkel pada tayangan yang menggambarkan Satpol yang berperilaku agresi saat melakukan penertiban.
SO : Pada saat penertiban ada saja pihak yang memprovokasi keadaan untuk menggagalkan penertiban. Analisis : Subjek pernah dalam penertiban terprovokasi ikut memukul karena rekan rekannya memukul Kekuassan Dan Kepatuhan Subjek :Subjek akan bertindak sesuai dengan perintah komandan, karena sudah ada prosedurnya. Subjek pernah disuruh oleh komandannya menghancurkan barang dagangan dan membawanya ke mobil operasional, namun subjek melakukannya dengan berat hati. SO : Pada saat subjek melakukan penertiban komandan sangat berpengaruh besar dalm subjek menjalankan tugas memang sudah ada aturannya Analisis : Subjek dalam bertugas, perintah komandan sangat berpengaruh besar. Karena saat penertiban subjek bertindak sesuai komandan karena sudah prosedur. Faktor Lingkungan Fisik Subjek : Faktor lingkungan fisik juga dapat mempengaruhi subjek melakukan perilaku kekerasan seperti suhu udara, lingkungan kumuh dan padat. SO : Pada saat penertiban ada juga faktor yang dapat mempengaruhi subjek melakukan tindakan kekerasan, karena dipengaruhi oleh faktor lingkungan seperti suhu udara, lingkungan kumuh, dan padat. Analisi s : Subjek dapat melaku kan tindakan kekerasan karena dipengaruhi oleh faktor lingkungan seperti suhu udara, lingkungan kumuh, dan padat C. Pembahasan Dari hasil penelitian dapat dijelaskan beberapa hal, yaitu: 1. Bentuk –bentuk Perilaku Agresi (1) Bentuk pemikiran semata, melainkan sudah berupa tindakan yang sedang dan akan dilakukan; (2) k e b e t u l a n / t i n d a k a n consensual behaviour antara pelaku dan korban, yang ditujukan kepada makhluk hidup untuk menghin dari kekerasan Agresi memiliki banyak bentuk. Berdasarkan konsep dari Morgan dkk (dalam Prabowo dan Riyanti,1998), maka bentuk perilaku agresi yang dilakukan subjek dalam penelitian ini adalah : Fisik – Aktif Langsung
Subjek pernah memukul pedagang karena pedagang tersebut memancing emosi f) . Verbal - Aktif Langsung Subjek pernah dalam penertiban melakukan ancaman terhadap pedagang, karena subjek merasa terancam dengan pedagang yang membawa senjata. 2. Faktor – faktor yang mempengaruhi perilaku agresi : a. Frustasi Subjek pernah merasa frustasi karena tiga kali tidak berhasil melaksanakan penertiban, karena PKL telah mengetahui informasi akan ada penertiban. b. Deindividuasi Pada saat penertiban subjek terkadang merasa emosi dan berani dalam bertindak, hal ini diketahui terjadi kesalahpahaman dengan pedagang sampai ada rekan kerjanya yang dipukul. Ini dapat dilihat dari teori Watson (1984), mengatakan bahwa dalam situasi deindividuasi, orang memiliki kontrol diri yang lemah, sehingga dapat menuntun kearah agresi yang mengikuti provokasi yang ada. c. Obat – obatan dan Alkohol Efek dari minuman yang di minum oleh subjek masih ada, sehingga subjek pernah memukul pedagang hanya karena tidak mau mendengarkan peringatan darinya. d. Efek Senjata Subjek pernah terpancing emosinya saat memegang senjata, apalagi kalau keadaannya tidak bisa ditoleransi lagi. e. Provokasi Subjek pernah terprovokasi memukul PKL karena mengetahui rekan – rekan kerjanya memukul PKL tersebut. f. Media Massa Subjek kadang-kadang suka meniru cara bicara dan cara berantemnya dalam adegan film tersebut. g. Kekuasaan dan Kepatuhan Dalam penertiban perintah komandan sangat berpengaruh, saat subjek sedang menjalankan tugas. Subjek akan bertindak sesuai dengan perintah komandan, karena sudah ada prosedurnya. Subjek pernah disuruh oleh komandannya menghancurkan barang dagangan dan membawanya ke mobil operasional, namun subjek melakukannya dengan berat hati.
h. Faktor Lingkungan Fisik Saat subjek melakukan penertiban, terkadang faktor lingkungan juga dapat mempengaruhi subjek melakukan perilaku kekerasan.
diketahui karena terjadi kesalahpahaman dengan pedagang sampai ada rekan kerjanya yang dipukul. 3)
Obat-Obatan dan Alkohol Subjek meminum minuman yang beralkohol bersama rekan – rekan kerjanya, setelah melakukan penertiban, yang berjenis minuman bir dan pletokan. Biasanya minuman pletokan campurannya itu vodka, sprite, dengan buavita. Efek dari minumannya bila masih ada, sehingga subjek pernah memukul pedagang hanya karena tidak mau mendengarkan peringatan darinya.
4)
Efek Senjata Subjek pernah terpancing emosinya saat memegang senjata, apalagi keadaannya tidak bisa ditoleransi lagi dan menjadi tidak terkontrol Provo kasi Subjek akan melakukan tindakan dengan tegas terhadap provokator, hal ini dapat diketahui dari memukul, dan menendang pihak provokator yang berasal dari PKL. Subjek akan melakukan tindakan kekerasan, karena disebabkan kata-kata yang kasar serta pemukulan terhadap rekan kerja subjek. Media Massa Subjek sangat menyukai film action dan comedy, karena menonton film action tersebut ada tantangannya. Subjek kadang-kadang suka meniru cara bicara dan cara berantemnya dalam adegan film tersebut. Pada saat subjek sedang menonton tayangan televisi, biasanya ikut jengkel pada tayangan yang menggambarkan Satpol yang berperilaku agresi saat melakukan penertiban. Kekuasaan dan Kepatuhan Dalam penertiban perintah komandan sangat berpengaruh, saat subjek sedang menjalankan tugas. Pada saat penertiban subjek akan bertindak sesuai dengan perintah komandan, karena sudah ada prosedurnya. Tapi subjek pernah melaksanakan perintah komandannya untuk menghancurkan barang dagangan dan membawanya ke mobil operasional, namun dengan berat hati. Faktor Lingkungan Fisik
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian, secara garis besar dapat dilihat gambaran perilaku agresi Satpol PP dalam penertiban PKL, dalam hal ini terlihat bahwa subjek melakukan beberapabentuk-bentuk perilaku agresi yaitu : 1) Fisik-aktif langsung, dapat diketahui dari saat subjek melakukan penertiban pernah memukul pedagang karena pedagang tersebut memancing emosi. Hal –hal yang menyebabkan bentrokan fisik dengan pedagang, karena pedagang yang mengancam dan melakukan perlawanan. 2) Verbal-aktif langsung, ini dapat diketahui saat penertiban subjek pernah mengucapkan kat a – kata yang mengancam akan membongkar secara paksa lapak – lapak PKL. Dalam penertiban subjek pernah melihat orang yang tidak disuka, biasanya subjek akan menegur sendiri dan tidak pernah menyuruh tekan kerjanya untuk menegur. Perilaku agresi subjek dalam penertiban PKL tidak lepas dari faktor-faktor yang mempengaruhinya, yang saling berkaitan satu sama lain. Faktor-faktor tersebut adalah : 1) Frustasi Pada saat bertugas subjek pernah tidak berhasil melaksanakan penertiban, karena dari PKL telah mengetahui akan ada penertiban. Yang membuat subjek bertindak agresi dalam melakukan penertiban. 2 ) Deindividuasi Pada saat penertiban subjek terkadang merasa emosi dan berani dalam bertindak agresi, memukul PKL bersama-sama rekan kerja. Hal ini
5)
6)
7)
8)
Saat subjek melakukan penertiban, terkadang faktor lingkungan juga mempengaruhi subjek melakukan perilaku kekerasan. Misalnya, suhu udara, lingkungan yang kumuh dan padat. B. Saran 1.
Bagi petugas Satpol PP, diharapkan dapat saling bekerja sama untuk melakukan penertiban PKL. 2. Bagi PKL, diharapkan untuk mengetahui ketentuan peraturan daerah tentang ketertiban umum 3. Bagi komandan, diharapkan dapat memberi arahan dan perintah kepada anggota Satpol PP sesuai dengan peraturan daerah yang berlaku
Faturochman. (2006). Pengantar Psikologi Sosial. Yogyakarta : PT. Pinus. Heru
Basuki, A. M. (2006). Penelitian Kualitatif : Untuk ilmu-ilmu Kemanusiaan dan Budaya. Jakarta: Universitas Gunadarma.
Kartono, K, dkk. (1980). Pedagang Kaki Lima: Sebagai Realita Urbanisasi Dalam Rangka Menuju Bandung Kota Indah. Bandung : Universitas Khatolik Parahiyangan. Kurniadi, T. dan Nogi, S. H. (2005). Ketertiban Umum & Pedagang Kaki Lima di DKI JAKARTA.. Yogyakarta : Yayasan Pembaruan Administrasi Publik Indonesia.
DAFTAR PUSTAKA
Koeswara, E. (1998). Agresi Manusia. Bandung : PT. Eresco.
Asmadi. A. (2003). Pendekatan kuantitatif & kualitatif serta kombinasinya dalam penelitian psikologi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Manstead A. S. R. & Hewstone M.(1996). The Black Well Encyclopedia Of Social Psychology, Oxford.
Akhirudin. (1982). Asal Mula Pedagang Kaki Lima. Jakarta: Suara Karya. Atkinson, R. L., Atkinson, R. C. , & Hilgard, E. R. (1993). Pengantar Psikologi. ahli bahasa: Nurjanah Taufiq. Jakarta: Erlangga. Berkowitz, L. (1995). Agresi : Sebab dan Akibatnya. Jakarta : PT. Pustaka Binaman Pressindo. B uss, A. , & Perry, M. (199 2). The Aggression Questionare. Journal Of Personality and Social Psychology. Candrakirana, K, dan Sadoko, I. (1995). Dinamika Ekonomi Informal di Jakarta. Jakarta: Universitas Indonesia Pres. Nugroho, K. D. (2007). Kaya Dengan Bisnis Kali Lima. Jakarta: MEDPRES.
Moleong, L. (2005). Metodologi Penelitian Kualitatif (ed. Revisi). Bandung : PT. Remaja Rosdakarya. Nasution,
S. (1996). Metode Research.(cetakan ketiga). Jakarta : PT. Bumi Aksara
Poerwandari, E. K. (1998). Pendekatan kualitatif untuk penelitian perilaku manusia (rev.ed). Jakarta : Lembaga Pengembangan Sarana Pengukuran Pendidikan Psikologi (LPSP3) UI. Poerwandari, E. K. (2001). Pendekatan kualitatif untuk penelitian perilaku manusia. Jakarta : Lembaga Pengembangan Sarana Pengukuran Pendidikan Psikologi (LPSP3) UI. Prabowo, H. & Riyanti, B. P. D. (1998). Psikologi umum 2: Buku
panduan mahasiswa. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama. Praditya, L, D. , Wimbarti, S. & Helmi, A. F. (1999). Pengaruh Tayangan Adegan Kekerasan Yang Nyata Terhadap Agresivitas. Yogyakarta : Fakultas Psikologi Universitas Gajah Mada. Sarwono, S. W. (1998). Psikologi Sosial. Jakarta: Balai Pustaka. Sarwono, S. W. (1999). Psikologi Sosial : Psikologi Kelompok dan Psikologi Terapan. Jakarta: Balai Pustaka. Sugiyono. (1999). Metode penelitian administrasi. Bandung: Alfabeta. Watson, D. L. , Tragerthan, G. , Debortali, & Frank, J. (1984). Social Psychology, Science and Application. Illinois: Scott, Foresman, and Co.