BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Sektor
pertanian
merupakan
sektor
yang
mendukung
dalam
pembangunan nasional. Selain sebagai pemenuhan kebutuhan pangan manusia, sektor pertanian dapat menyerap tenaga kerja. Beberapa jenis produksi tanaman yang dihasilkan dalam sektor pertanian yang mampu mendukung dalam pembangunan serta pertumbuhan penduduk. Dibuktikan dengan adanya penyerapan tenaga kerja, produksi hasil tani, pemenuhan kebutuhan pangan daerah sampai dengan peningkatan pendapatan daerah. Seiring perkembangan zaman dan dinamika pembangunan serta peningkatan jumlah penduduk, eksistensi lahan pertanian mulai berubah. Salah satu permasalahannya adalah perubahan pemanfaatan lahan usahatani.
Tabel 1.1. Data Jumlah Penduduk Kabupaten Temanggung Usia 10 Tahun Keatas Menurut Jenis Mata Pencahariannya Pada Tahun 2007-2011 Jenis Mata Pencaharaian ( % ) Tahun
Pertanian
Industri
Bangunan
Perdagangan
Pengangkutan
2007
53
10,6
5,3
15,9
2,7
2008
53
10,6
5,3
15,9
2009
61,35
7,49
3,39
2010
61,35
7,49
2011
59,77
5,7
Jasa
Lain-lain
Jumlah
10,9
1,6
100
2,7
10,9
1,6
100
12,63
2,52
10,63
1,99
100
3,39
12,63
2,52
10,63
1,99
100
5,8
15,25
3,44
9,25
0,79
100
Sumber : BPS, Kabupaten Temanggung dalam Angka Tahun 2012
Kabupaten Temanggung merupakan daerah yang pemanfaatan lahannya sebagian besar dalam sektor pertanian. Sebagian besar masyarakat Kabupaten Temanggung
juga
bermata
pencaharian
sebagai
petani
seperti
yang
divisualisasikan oleh Tabel 1.1. Terdapat beberapa jenis tanaman pertanian yang dihasilkan oleh petani Kabupaten Temanggung, yaitu antara lain tembakau, buah-
1
buahan, sayur-sayuran, tanaman sawah/padi, dan palawija. Adanya masalah yang ditemui dalam sektor pertanian yaitu dalam tingkat pendapatan ekonominya. Petani terus berusaha untuk mengelola usahatani-nya dengan tujuan meningkatkan pendapatannya. Berbagai cara dilakukan oleh petani, salah satunya dengan mengubah pemanfaatan lahan usahatani-nya. Salah satu contoh yang terjadi saat ini di Kabupaten Temanggung adalah perubahan pemanfaatan lahan usahatani padi menjadi tanaman jambu biji. Beberapa faktor yang mendorong diantaranya adalah pendapatan usahatani, resiko usahatani, nilai jual, dan proses penanaman. Alasan utama yang mendasari adalah hasil panen dan nilai jual dari tanaman jambu biji lebih tinggi dibandingkan hasil panen dan nilai jual tanaman padi. Saat ini Kecamatan Bejen yang masuk Kabupaten Temanggung dan menjadi kecamatan yang berbatasan dengan Kabupaten Kendal ini menjadi salah satu daerah sentral penghasil tanaman jambu biji. Tanaman jambu biji masuk di Kecamatan Bejen mulai sejak tahun 2005 Gambar 1.1. Semenjak itu peningkatan produksi dan jumlah petani yang menanam jambu biji semakin meningkat seiring berjalannya waktu.
250.0
Produktivitas kw/ha
200.0 150.0 Padi 100.0
Jambu Biji
50.0 0.0 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011
Tahun Gambar 1.1. Grafik Produktivitas Tananaman Padi dan Tanaman Jambu Biji Pada Tahun 2005-2011 di Kecamatan Bejen Kabupaten Temanggung Sumber : BPS, Temanggung dalam Angka Tahun 2006-2012
Jumlah produksi tanaman padi dari tahun ketahun mengalami perubahan. Namun untuk pemanfaatan usahatani padi berdasarkan luas lahannya semakin
2
menurun. Hal ini mengindikasikan bahwa terjadi perubahan pemanfaatan lahan usahatani ke jenis tanaman lainnya, yaitu jambu biji. Kecamatan Bejen merupakan salah satu Kecamatan yang pemanfaatan lahannya di bidang pertanian. Sejak adanya tanaman jambu biji yang hasilnya lebih menguntungkan dibandingkan tanaman padi maka masyarakat di daerah ini mengubah pemanfaatan lahan usahatani padinya menjadi usahatani jambu biji. Perubahan pemanfaatan lahan usahatani tanaman padi di Kecamatan Bejen ini dipengaruhi oleh tingkat pendapatan pertanian dengan produksi yang rendah. Produksi Jambu biji lebih menguntungkan dibandingkan usahatani padi. Sehingga saat ini mereka lebih memilih menanam jambu biji dibandingkan lahan sawah atau padi. Adanya perubahan pemanfaatan lahan usahatani ini akan mengubah pola tanam petani, dari tanaman padi dengan pola tanam panen dua kali dalam satu tahun menjadi satu minggu sekali untuk tanaman jambu biji. Tanaman padi mempunyai masa tanam yang relatif pendek namun frekuensi panen yang sebentar, sedangkan jambu biji mempunyai masa tanam yang panjang dan frekuensi panen yang lebih sering. Selain itu dilihat dari segi fisik lahan, tanaman jambu biji cocok ditanam dalam kondisi tanah apapun, ketersediaan air tidak begitu berpengaruh karena tanaman jambu biji tidak memerlukan pengairan yang terlalu banyak seperti tanaman padi, ini yang menjadikan para petani sawah mengubah pemanfaatan lahan usahatani-nya ke jambu biji, untuk meningkatkan hasil produksi dalam pendapatan perekonomiannya.
1.2. Rumusan Masalah Sebagian besar masyarakat Kabupaten Temanggung bermata pencaharian sebagai petani. Sektor pertanian merupakan sektor yang berperan besar dalam penyerapan tenaga kerja di Kabupaten Temanggung. Banyak produksi pertanian di daerah ini yang menjadi pemenuhan kebutuhan perekonomianya, antara lain padi, tembakau, sayur-sayuran, palawija dan buah-buahan. Jenis produksi pertanian yang baru dan sedang menjadi tanaman yang menarik atau dipilih oleh petani di Kabupaten Temanggung adalah tanaman buah jambu biji. Produksi jambu biji saat ini semakin meluas ke beberapa daerah yang ada di Kabupaten
3
Temanggung. Salah satu daerah yang menjadi sentral tanaman jambu biji adalah Kecamatan Bejen. Daerah ini mempunyai produksi jambu biji yang melimpah, terutama di Desa Jlegong. Perkembangan luas panen atas produksi jambu biji di Kecamatan Bejen ini dari tahun ketahun terus meningkat seiring dengan perkembangan luas tanaman jambu biji yang juga terus bertambah. Tanaman ini terus berbuah, produksi panen jambu biji ini hampir setiap seminggu sekali. Selain dipasarkan ke Pasar Buah Gamping yang ada di Kota Yogyakarta, produksi jambu biji juga dipasarkan oleh petani di kios-kios yang menjual buah-buahan di sepanjang Jalan Raya Parakan-Sukorejo. Berdasarkan survei di lapangan jambu biji ditanam pada lahan sawah yang dulunya adalah lahan sawah yang ditanami padi. Hal ini mengakibatkan perubahan pemanfaatan lahan yang juga mempangaruhi produksi dan penerimaan pendapatan petani. Adanya pemanfaatan lahan yang berbeda dan jenis tanaman yang berbeda akan mengasilkan produksi dan pendapatan yang berbeda pula. Selain itu modal dari penanaman padi dan jambu biji pun juga tidak sama. Perlu diketahui bahwa harga padi dengan buah jambu biji berbeda. Selain itu perbedaan dari tanaman jambu biji dan tanaman lahan padi adalah pada jumlah produksinya yang mempengaruhi tingkat pendapatan petani, sehingga itu alasannya para petani mengubah lahan usahatani padinya menjadi jambu biji. Berdasarkan uraian di atas maka penulis tertarik untuk meneliti dengan judul : “Perubahan Pemanfaatan Lahan Usahatani Padi Menjadi Jambu Biji di Desa Jlegong Kecamatan Bejen Kabupaten Temanggung. Adapun beberapa pertanyaan yang berhubungan dengan penelitian ini, diantaranya yaitu : 1.
Bagaimana karakteristik sosial ekonomi petani yang mengubah pemanfaatan lahan usahatani padi menjadi jambu biji di Desa Jlegong Kecamatan Bejen?
2.
Bagaimana perubahan pendapatan petani setelah mengalihfungsikan lahan pertanian padi menjadi pertanian jambu biji?
3.
Bagaimana persepsi petani tentang perubahan usahatani beserta alasan yang melatarbelakanginya ?
4
1.3. Tujuan Penelitian 1.
Mengetahui karakteristik sosial ekonomi petani yang mengubah pemanfaatan lahan usahatani padi menjadi jambu biji di Desa Jlegong Kecamatan Bejen.
2.
Mengetahui perubahan pendapatan usahatani padi menjadi jambu biji di Desa Jlegong Kecamatan Bejen.
3.
Mengetahui persepsi petani tentang perubahan usahatani beserta alasan yang melatarbelakanginya.
1.4. Kegunaan Penelitian 1.
Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat untuk mengetahui perbedaan produksi tanaman jambu biji dengan produksi padi.
2.
Sebagai bahan pertimbangan pemerintah untuk pengembangan daerah dalam sektor pertanian.
3.
Hasil penelitian dapat digunakan sebagai gambaran bagi para petani untuk pengambilan keputusan dalam pemanfaatan lahan usahatani-nya.
1.5. Keaslian Penelitian Penelitian yang konsepnya hampir sama dengan penelitian perubahan pemanfaatan lahan usahatani padi menjadi jambu biji ini ada 3, yaitu penelitian yang dilakukan oleh Hariyanti (2007), Satriya (2008) dan Mulyawati (2010). Semuanya mengkaji objek yang sama yaitu padi menjadi salak. Daerah penelitian juga berbeda-beda, dari penelitian ini dengan penelitian sebelumnya mempunyai objek dan daerah penelitian yang berbeda namun mempunyai konsep yang sama. Penelitian yang dilakukan oleh Hariyanti (2007) yaitu dengan judul perubahan penggunaan lahan pertanian dan pengaruhnya terhadap pendapatan petani di Kecamatan Turi Kabupaten Sleman mempunyai beberapa tujuan, namun yang paling spesifik penelitian ini bertujuan sebagai analisis finansial terhadap produksi salak pondoh dengan melihat berbagai indikator yang mempengaruhinya. Berdasarkan hasil yang didapat dari penelitian ini bahwa
5
pertanian salak pondoh dari tahun ketahun terus menyebar dan merata di sekitar daerah penelitian. Faktor pendukung yang paling utama adalah tingkat pendapatan dan ekonomi. Penelitian yang kedua adalah penelitian yang dilakukan oleh Satriya (2008) yaitu untuk mengetahui perbandingan pendapatan antara pertanian salak pondoh dengan padi serta menganalisis nilai biaya manfaat tanaman salak pondoh dan tanaman padi. Penelitian yang ketiga adalah penelitian yang dilakukan oleh Mulyawati (2010). Berdasarkan hasil penelitian dengan analisis biaya manfaat usahatani salak pondoh ini menguntungkan dapat dilihat antara tingkat pendapatan yang lebih banyak dibandingkan dengan modal yang dikeluarkan. Sumbangan pendapatan usahatani salak pondoh juga lebih besar dibandingkan dengan usahatani lainnya, untuk lebih jelasnya dapat dilihat dengan tabel perbandingan yang ada di (Tabel 1.2).
6
Tabel .1.2. Perbandingan dengan Penelitian Sebelumnya
Peneliti
Judul
Tujuan
Metode
1. Mengetahui pola keruangan dan perkembangan penggunaan lahan sawah-salak di daerah penelitian 2.
Hariyanti (2007)
Perubahan Penggunaan Lahan Pertanian dan Pengaruhnya Terhadap Pendapatan Petani di Kecamatan Turi Kabupaten Sleman
Mengetahui perkembangan budidaya salak pondoh di daerah penelitian
Metode yang digunakan 3. Mengetahui profil dan latar belakang petani adalah deduktif kuantitatif yang mengubah pola penggunaan lahannya yang bersifat eksplanatory, dari sawah menjadi salak pondoh teknik pengambilan data primer dan sekunder, teknik 4. Melakukan analisis finansial terhadap biaya pengambilan sampel non sampling : masukan dan hasil produksi untuk mengetahui probability "private returns" dari perubahan penggunaan purposive sampling sawah-salak pondoh 5. Merumuskan implikasi kebijakan yang dapat mendukung peningkatan pendapatan petani dan perekonomian secara umum
Hasil
Berdasarkan pola keruangan, perubahan penggunaan lahan pertanian yang ada di daerah peneliti dari tahun ketahun terus menyebar atau merata disekitar daerah penelitian. Penggunaan lahan pertaniannya adalah salak pondoh. Faktor yang melatarbelakangi meluasnya pertanian salak pondoh ini adalah adanya motif ekonomi, tanaman salak pondoh lebih menguntungkan, masa panennya tidak mengenal musim, perawatanya lebih mudah serta pemasarannya juga lebih mudah.
7
Lanjutan Tabel 1.2. Peneliti
Satriya (2008)
Mulyawati ( 2010 )
Judul
Tujuan
Metode
Hasil
1. Mengetahui perbandingan pendapatan kotor dan bersih petani salak pondoh dengan petani Metode yang digunakan tanaman padi dalam penentuan responden Analisis adalah stratified sampling. Komparatif 2. Mengetahui faktor produksi yang Pengumpulan data dilakukan Pendapatan Petani mempengaruhi pendapatan usahatani salak dengan data primer dan data Salak Pondoh dan pondoh dan usahatani padi sekunder. Analisis data Petani Padi menggunakan metode analisis tabel frekuensi, tabel 3. Menganalisis nilai biaya dan manfaat tanaman silang dan regresi ganda. salak pondoh dan tanaman padi
Perawatan dan pengelolaan usahatani salak pondoh lebih rumit dibandingkan dengan usahatani padi, namun karena tingkat produksi yang tinggi dan pendapatan yang lebih besar maka usahatani salak pondoh masih terus dilakukan. Berdasarkan hasil penelitian maka dapat dilihat tingkat perbandingan antara usahatani salak pondoh dengan tanaman padi yaitu 10 : 1
Metode yang digunakan dalam penentuan responden atau penarikan sampel adalah metode simple random sampling dengan menganggap seluruh sample bersifat homogen dan pengambilanya acak. Penelitian ini menggunakan data primer dan data sekunder, sementara untuk analisis data menggunakan analisis deskriptif kuantitatif.
Faktor yang mempengaruhi produksi usahatani salak pondoh adalah tenaga kerja, luas lahan, dan modal. Berdasarkan hasil penelitian dengan analisis biaya manfaat usahatani salak pondoh ini menguntungkan dapat dilihat antara tingkat pendapatan yang lebih banyak dibandingkan dengan modal yang dikeluarkan. Sumbangan pendapatan usahatani salak pondoh juga lebih besar dibandingkan dengan usahatani lainnya.
Analisis Biaya Manfaat Usahatani Salak Pondoh dan Sumbangannya Terhadap Pendapatan Rumah Tangga di Desa Giriloyo Kecamatan Turi Kabupaten Sleman
1. Mengetahui faktor yang berpengaruh terhadap produksi usahatani salak pondoh 2. Analisis biaya dan manfaat dalam usahatani salak pondoh
3. Mengetahui besar sumbangan pendapatan usahatani salak pondoh terhadap pendapatan rumah tangga petani tersebut
8
Lanjutan Tabel 1.2.
Peneliti
Judul
Tujuan 1. Mengetahui perubahan pendapatan pertanian di Desa Jlegong Kecamatan Bejen.
Herlina (2014)
Perubahan Pemanfaatan Lahan Usahatani Padi Menjadi Jambu Biji di Kecamatan Bejen Kabupaten Temanggung
2. Menemukenali alasan petani mengubah pemanfaatan usahatani pertanian sawah menjadi jambu biji di Desa Jlegong Kecamatan Bejen.
3. Mengetahui persepsi petani tentang perubahan usahatani beserta alasan yang melatarbelakanginya.
Metode
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah simple random sampling dalam penarikan sampelnya. Namun dengan mendata jumlah petani yang melakukan perubahan pemanfaatan lahan usahatani-nya. Data yang digunakan adalah data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh dari kuisioner menggunakan teknik wawancara, sementara untuk data sekunder diperoleh dari instansi terkait. analisis data menggunakan metode kuantitatif kualitatif deskriptif.
Hasil Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan pada bulan Maret-April Tahun 2014 karakteristik sosial ekonomi petani jambu biji tergolong rendah dengan ditunjukan tingkat pendidikan rata-rata masih lulusan SD dan tingkat pendapatan masih dibawah Rp.1.000.000. Sementara untuk perubahan hasil pendapatan usahatani padi menjadi usahatani jambu biji meningkat sebanyak 199,8 % , dan persepsi dan alasan petani merubah usahatani-nya diantara lain adalah produksi jambu biji lebih banyak dibandingkan tanaman padi, frekuensi panen jambu biji lebih sering yaitu seminggu sekali dibandingkan dengan usahatani padi yang hanya enam bulan sekali, dan perawatan dalam mencegah hama jambu biji lebih mudah dibandingkan tanaman padi.
9
1.6. Tinjauan Pustaka 1.6.1.Pengertian Lahan Lahan (land) adalah suatu kawasan yang merupakan komponen biosfer bersifat siklis termasuk atmosfer, tanah, batuan induk, relief, hidrologi, tumbuhan dan hewan yang berhubungan dengan aktivitas manusia dalam menggunakan lahannya baik di masa lampau maupun masa sekarang
dirumuskan oleh
(Brinkman dan Smyth, 1973; Vink, 1975; dan FAO (1976 , dalam Juhadi, 2007) . Menurut Abdurahman (2008) lahan kering merupakan salah satu agroekosistem yang mempunyai potensi besar untuk usaha pertanian, baik tanaman pangan, hortikultura (sayuran dan buah-buahan) maupun tanaman tahunan dan peternakan, namun tidak semua lahan kering berpotensi untuk pertanian misalnya pengaruh kondisi lereng. Berdasarkan pengertian di atas, lahan dapat dikatakan
sebagai suatu
sistem yang tersusun dari beberapa komponen. Komponen-komponen ini dapat dikategorikan menjadi dua, yaitu (1) komponen struktural yang sering disebut karakteristik lahan; dan (2) komponen fungsional yang sering disebut kualitas lahan. Kualitas lahan merupakan sekelompok unsur-unsur lahan yang menentukan tingkat kemampuan dan kesesuaian lahan bagi macam pemanfaatan tertentu. Menurut Vink (1975, dalam Juhadi, 2007) sumberdaya lahan dalam konteks bagi pertanian dapat dibedakan menjadi enam kelompok, yaitu (1) iklim, (2) relief dan formasi geologis, (3) tanah, (4) air, (5) vegetasi, (6) anasir artifisial (buatan). Menurut Miller dan Renner (1957 :7, dalam Hariyanti, 2007) geografi ekonomi diartikan sebagai segala kegiatan ekonomi manusia yang berhubungan dengan lingkungannya. Menurut Palte (1984, dalam Hariyanti, 2007) secara tradisional lahan pertanian rakyat dibagi menjadi lahan persawahan, pekarangan dan tegalan. Lahan persawahan dan pekarangan berada di kawasan dataran rendah, sementara untuk tegalan berada di dataran tinggi atau perbukitan. Untuk tanaman jambu biji ini tergolong tanaman lahan pekarangan yang merupakan tanaman permanen dan mampu digunakan untuk kebutuhan diri sendiri maupun diperjual/diperdagangkan.
7
Tiga pendekatan dalam Geografi adalah : a.
Pendekatan Keruangan
b.
Pendekatan ekologi (kelingkungan)
c.
Pendekatan komplek wilayah
Menurut Yunus (2008) terdapat tiga pendekatan yang ada di atas. Pendekatan keruangan merupakan analisis geografi terhadap konsep keruangan sebagai tempat aktivitas manusia. Dalam mengaplikasikan pendekatan keruangan. Manusia tidak hanya menyebutnya saja namun juga menjelaskan tema apa yang akan dijelaskan menggunakan operasionalisasi pendekatanya. 9 macam aplikasi diantaranya adalah pola (pattern), struktur(structure), proses(process), interaksi (interaction), organisasi dalam sistem keruangan (organisation whithin the spatial system), asosiasi (association), tendensi atau kecenderungan (tendency or trends), perbandingan (comparation), dan sinergisme keruangan (spatial synergism). Pendekatan ekologis atau kelingkungan yaitu ilmu yang mempelajari hubungan atau keterkaitan antara organisme dengan lingkungannya. 3 macam arah dalam perkembangnya yaitu : petama adalah analisis keterkaitan atau hubungan antar organisme dengan lingkungan abiotik dan biotik dan akibat yang ditimbulkanya. Kedua, disebut dengan scientific ecology atau professional ecology berkaitan dengan ilmu biologi. Ketiga, berkaitan dengan masalah politik atau kebijakan dan berhubungan dengan norma-norma yang berlaku di masyarakat. Arah perkembangan yang sering dianut adalah yang pertama (Yunus, 2008). Pendekatan komplek wilayah merupakan integrasi atau keterkaitan antara pendekatan keruangan dan pendekatan ekologi. Kompleksitas dari suatu gejala menjadi dasar pemahaman utama dari eksistensi wilayah disamping efek internalitas dan eksternalitas (Yunus, 2008). Berdasarkan pendekatan yang ada dalam ilmu geografi penggunaan lahan pertanian ini dapat dimasukan ke dalam pendekatan kelingkungan atau ekologi. Pendekatan ekologi ini difokuskan terhadap
analisis
aktivitas
manusia
terhadap
lingkungan
(human
activity/performance-environment analysis) kegiatan manusia ini terkait dengan kelangsungan hidupnya. Ada dua aspek penting dalam pengembangan nilai dan
8
gagasan geografi, yaitu lingkungan budaya gagasan-gagasan geografi, dan proses sosial ekonomi dan perubahan nilai-nilai lingkungan. Kegiatan pertanian yang mengkaji perilaku manusia ini merupakan kegiatan yang berhubungan dengan lingkungan alam dan merupakan proses sosial ekonomi dan perubahan nilai-nilai lingkungan. Maka adanya pendekatan ekologi ini mampu membantu dalam permasalahan kegiatan manusia yang berhubungan dengan lingkungannya. Salah satunya adalah kegiatan pertanian.
1.6.2. Pemanfaatan Lahan Lahan mempunyai banyak manfaat bagi keberlangsungan kehidupan manusia, baik dalam bentuk intervensi (campur tangan) maupun permanen untuk pemenuhan kebutuhan hidupnya. Sehingga menurut Soerinegara (1977, dalam Juhadi, 2007) ada tiga aspek penting dalam pemanfaatan sumberdaya lahan, yaitu : (1) lahan diperlukan manusia untuk tempat tinggal, tempat bercocok tanam, beternak, memelihara ikan, dan sebagainya (pemenuhan kebutuhan manusia); (2) lahan mendukung kehidupan berbagai jenis vegetasi dan satwa; dan (3) lahan mengandung bahan tambang yang bermanfaat bagi manusia. Sandy (1982, dalam Juhadi, 2007) menyatakan bahwa pola pemanfaatan lahan dalam sektor pertanian yang paling luas diperuntukkan bagi Tanaman Pangan, berupa; Sawah dan Kebun/Tegalan (15,57% dan 21,29%). Pemanfaatan yang paling sedikit diperuntukkan bagi sub-sektor perikanan, berupa kolam dan tambak (1,17%). Lahan sawah dengan pola pengairan irigasi teknis dan semiteknis sebagian besar terdapat di Pulau Jawa (Bali) dan sebagian Sumatera dan Sulawesi. Lahan sawah merupakan andalan utama bagi supply pangan secara nasional. Produksi yang relatif tinggi dibandingkan tipe lahan lainnya, menjadi alasan mengapa jenis lahan tersebut menjadi andalan produksi beras nasional. Tata guna lahan (land use) adalah suatu usaha dalam merencakan penggunaan lahan yang difungsikan untuk aktivitas manusia misalnya sebagai pemukiman, perdagangan, industri dan lainnya (Wendika, dkk, 2012). Penggunaan lahan pertanian rakyat, hampir tidak ada usahatani yang hanya memproduksi satu jenis tanaman saja. Keputusan dalam penggunaan lahan
9
pertanian sudah direncanakan dan diputuskan dalam satu tahun sebelum proses penanaman, produksi tanaman untuk kebutuhan hidup petani dan penggunaan lahan sebagai tanaman perdagangan yang hasil produksinya untuk dijual (Mubyarto, 1995). Analisis penggunaan lahan berdasar fisik medan menurut Ritohadoyo, (2013) : 1. Lahan permukiman Adanya bentuk-bentuk perkampungan yang berhubungan dengan medan pada dasarnya adalah ditandai dengan adanya tanda-tanda kemungkinan manusia dapat hidup di daerah itu dan juga sesuai dengan aktivitas dan keahlian mereka. Perkampungan dataran rendah yang kering, lebih ditandai oleh persebaran yang terpencar sementara di daerah pesisir perkampungan itu nampak memusat dan memanjang, itu dikarenakan mengikuti aliran sungai atau sumber air. Daerah perkampungan yang ada di dataran rendah akan sangat potensial berkembang menjadi daerah perkotaan. Karena aktivitas perdagangan atau ekonomi dapat berkembang lebih pesat. Kondisi ini didukung oleh jenis perkampungan dengan bentuk memanjang karena berkaitan dengan medan yaitu dekat dengan jalan raya atau memanjang sungai. 2. Lahan sawah Daerah persawahan yang baik mempunyai irigasi teratur dan kesuburan tanah yang tinggi. Keadaan ini terjadi pada daerah dengan kepadatan penduduk yang tinggi. Akibatnya adanya perkembangan sistem pertanian dengan tujuan peningkatan kualitas dan kuantitas taraf hidup masyarakat, sehingga hal ini berpengaruh terhadap konversi lahan pertanian (sawah), ke pertanian non pangan atau non pertanian. Dampaknya adalah lahan pertanian pangan menurun, dan ancaman kekurangan bahan pangan sangat besar. 3.
Lahan perkebunan Lahan perkebunan merupakan lahan yang termasuk dalam lahan pertanian. Lahan perkebunan merupakan lahan pertanian kering. Biasanya
10
lahan perkebunan terdapat pada tingkat jumlah penduduk yang sedikit atau jarang. Hal ini disebabkan lahan pertanian di daerah tersebut sistem pengairannya sedikit. Lahan perkebunan dibagi menjadi dua jenis, yaitu lahan perkebunan rakyat dan perkebunan besar. 4. Lahan tegal Jenis pertanian lahan tegal lazimnya berada pada daerah dengan kepadatan penduduk yang jarang, namun dalam perkembangannya cenderung di daerah dengan tingkat penduduk yang padat. Jenis tanaman yang ditanam adalah tanaman musiman. Terdapat pada daerah-daerah yang beriklim kering. 5. Lahan kebun campuran Jenis pertanian kebun campuran adalah bermacam-macam tanaman yang hidup pada lahan yang terletak di luar pekarangan. Berbagai tanaman musiman hidup di tempat ini, seperti ubi-ubian, buah-buahan dan lainnya. Dibandingkan dengan lahan tegal lahan campuran lebih sulit dikelola secara intensif. Sehingga bagi pengusaha sulit untuk membedakan tanaman mana yang lebih penting. 6. Lahan perladangan Lahan perladangan sering disebut dengan ladang berpidah, sebagian besar terdapat di dataran rendah dengan lahan kering. Pada wilayah yang berkepadatan penduduk rendah. 7. Lahan hutan Lahan hutan merupakan jenis lahan pertanian dengan jenis tanaman lahan kering dengan satu jenis tanaman yang sama pada skala besar. Masing-masing setiap hutan mempunyai jenis tanaman yang berbeda-beda. Kualitas hutan ditentukan oleh iklimnya. Lahan hutan biasanya dikelola oleh dinas pemerintah terkaitan, yaitu pemerintahan kehutanan. Sehingga jika terdapat masalah hal ini diselesaikan oleh pemerintah setempat. 8. Lahan pertambangan Lahan pertamabangan merupakan lahan yang memerlukan luas lahan yang banyak. Lahan pertambangan merupakan lahan yang memiliki dan
11
menggali potensi pertambangan bahan galian golongan A, golongan B, dan golongan C. Kasus yang sering terjadi pada lahan pertambangan adalah adanya tidak kesesuaian peta lahan pertambangan yang menunjukkan di daerah tersebut berpotensi pertambangan, namun kenyataannya setelah digali tidak ada. 9. Lahan Tandus Lahan tandus merupakan lahan pertanian yang tidak menghasilkan produk pertanian dan lokasinya dekat dengan pertanian lahan kering. Lahan tandus terletak pada pemukiman padat dan lereng yang terjal. Kondisi lahan tandus sering diartikan sebagai lahan rusak atau kritis.
1.6.3. Perubahan Pemanfaatan Lahan Menurut Bintarto (1989, dalam Hariyanti, 2007) perubahan adalah proses yang berlaku, adanya evolusi yang sedang berjalan, suatu proses yang telah dicapai atau suatu adaptasi. Perubahan juga dapat diartikan sebagai segala sesuatu yang mengubah suatu yang tidak bermanfaat jadi bermanfaat dan menjadi suatu yang tidak berfungsi menjadi berfungsi. Perubahan dapat di sebabkan oleh alam maupun manusia. Perubahan pemanfaatan lahan menurut Adrews (2001, dalam Julijanti, 2005) adalah proses perubahan atau alih fungsi lahan dalam perluasan, jenis, intensitas dari penggunaan sebelumnya karena aktivitas manusia yang bertujuan untuk meningkatkan pemanfaatannya yang berpengaruh terhadap nilai keuntungan dan nilai tambah ekonomi. Perubahan pemanfaatan lahan secara optimal, nilai ekonomi lahan, motivasi masyarakat, kondisi fisik lahan (termasuk aspek lingkungan), dan pertimbangan sosial-psikologi. Berdasarkan perubahan pemanfaatan lahan sawah menjadi jambu biji mengindikasikan bahwa tanaman jambu biji lebih menguntungkan hasil produksinya dibandingkan dengan tanaman sawah padi maupun palawija.
12
1.6.4. Sektor Pertanian Pertanian merupakan kegiatan pemanfaatan sumberdaya hayati yang dilakukan oleh manusia untuk menghasilkan bahan pangan, bahan baku industri, atau sumber energi serta untuk pemenuhan kebutuhan hidup manusia dengan proses mengelola lingkungan hidupnya. Kegiatan pertanian terdapat kegiatankegiatan produksi yang mencangkup usahatani dimana biaya dan penerimaan merupakan hal penting yang harus diperhatikan (Antriyandarti, 2012). Pertanian merupakan ilmu-ilmu yang masih dalam ilmu kemasyarakatan (social sciences), ilmu yang mempelajari sifat dan perilaku manusia. Perilaku yang dipelajari merupakan perilaku dalam artian luas baik dalam produksi, pemasaran, dan konsumsi petani yang berhubungan dengan segala kegiatan dalam kehidupannya (Mubyarto, 1995). Dengan demikian maka dapat didefinisikan bahwa ilmu ekonomi pertanian merupakan ilmu ekonomi yang mempelajari fenomena-fenomena dan persoalan-persoalan yang berhubungan dengan pertanian secara mikro maupun makro. Menurut Mubyarto (1995) pertanian secara luas diartikan sebagai: 1.
Pertanian rakyat (pertanian dalam arti sempit)
2.
Perkebunan (termasuk di dalamnya perkebunan rakyat dan perkebunan besar)
3.
Kehutanan
4.
Peternakan dan
5.
Perikanan, dalam perikanan dikenal pembagian lebih lanjut yaitu perikanan darat dan perikanan laut. Sementara dalam arti sempit pertanian merupakan usaha bercocok tanaman
keluarga yang memproduksi berbagai macam bahan makanan seperti beras, palawija, buah-buahan, dan sayur-sayuran. Pertanian rakyat diusahakan pada tanah-tanah sawah, ladang dan pekarangan. Kebanyakan dari hasil produksi tanaman rakyat dikonsumsi sendiri untuk memenuhi kebutuhan keluarga, hanya 20 % - 30 % dari jumlah produksi yang didistribusikan atau dijual di pasar. Pertanian rakyat hampir tidak ada usaha tani yang memproduksi satu jenis tanaman saja dalam satu tahunnya. Pasti ada beberapa jenis tanaman yang
13
ditanamnya. Keputusan petani dalam menanam bahan makanan didasari oleh kebutuhan pangan keluarganya. Sedangkan untuk memutuskan tanaman perdagangan didasarkan atas harapan iklim dan mempertimbangkan hasil penjualan dan harapan harga.
1.6.5.Akivitas Pertanian Para pelaku ekonomi terdiri dari rumah tangga, perusahaan dan pemerintah yang melakukan aktivitas ekonomi dalam pemenuhan kebutuhannya. Keadaan sumberdaya yang semakin terbatas, sehingga para pelaku ekonomi berusaha mengalokasikan sumberdaya yang ada sedemikian rupa untuk mencapai kepuasan maksimum. Terdapat 3 elemen utama dalam aktivitas ekonomi ( Antriyandarti, 2012): 1. Kebutuhan Manusia Kebutuhan manusia tidak hanya meliputi kebutuhan fisik seperti sandang, pangan dan papan, tetapi juga kebutuhan non fisik seperti ketenangan, kenyamanan dan keamanan. 2. Sumberdaya ( Resources) Sumberdaya merupakan segala sesuatu yang digunakan untuk menghasilkan barang atau jasa untuk memenuhi kebutuhan dan memberikan kepuasan bagi manusia. Sumberdaya terdiri dari sumberdaya manusia (human resources) dan sumberdaya alam (natural resources). 3. Teknik Produksi Teknik produksi adalah cara bagaimana memproduksi barang dan jasa dengan sumberdaya yang tersedia dan terbatas jumlahnya untuk memenuhi kebutuhan manusia. Menurut Sumodiningrat (2000, dalam Hariyanto, 2009 ) Peran sektor pertanian dalam pembangunan nasional dapat dilihat dari indikator-indikator, antara lain sebagai berikut : 1. Pertanian merupakan penghasil pokok bagi ketahanan pangan manusia, sehingga peran sektor pertanian tidak bisa digantikan dengan sektor ekonomi lainnya, kecuali import pangan menjadi pilihan.
14
2. Produksi pertanian sebagai penentu stabilitas harga, karena harga produksiproduksi sektor pertanian memiliki pengaruh yang besar dalam indeks harga konsumen, sehingga dapat mempengaruhi inflasi. 3. Akselerasi pembangunan pertanian sangat penting untuk mendorong eksport dan mengurangi impor. 4. Komoditas pertanian merupakan bahan baku industri manufaktur pertanian. 5. Keterkaitan sektor pertanian dengan sektor lainnya dapat menciptakan titik temu antar sektor yang efektif.
1.6.6. Usahatani Menurut Mubyarto (1995) dalam bukunya Pengantar Ekonomi Pertanian menyebutkan bahwa usahatani merupakan kumpulan dari sumberdaya alam yang berada di lingkungan atau tempat tersebut yang dipergunakan untuk sistem produksi pertanian termasuk tanah dan air, pengolahan tanah, sinar matahari, bangunan-bangunan yang didirikan dan lain sebagainya. Usahatani dapat berupa usaha bercocok tanam atau pemeliharaan ternak. Menurut Sutrisno (2009, dalam
Waridin, 2010) Usahatani adalah
bagaimana menggunakan sumberdaya secara efisien dan efektif pada suatu usaha pertanian agar diperoleh hasil maksimal. Sumberdaya itu adalah lahan, tenaga kerja, modal dan manajemen. Usahatani merupakan cara-cara petani menentukan, mengorganisasikan, dan mengkoordinasikan, penggunaan faktorfaktor produksi seefektif dan seefisien mungkin sehingga usaha tersebut memberikan pendapatan semaksimal mungkin Perbedaan antara pertanian rakyat (usahatani) dan perkebunan tidak hanya dalam luasan namun dalam tujuan produksinya, dimana pertanian rakyat merupakan usaha dalam produksi suatu komoditas pertanian dalam pemenuhan kebutuhan keluarganya yang hasil produksinya dikonsumsi sendiri. Sementara untuk perkebunan seperti perusahaan yang hasil produksinya bertujuan untuk dijual lagi kepasar untuk pemenuhan kebutuhan yang lebih banyak lagi. Berdasarkan penelitian yang lebih mendalam, ternyata petani akan menghitung ekonomi dan keuntugannya tanpa secara tertulis. Petani akan
15
mempertimbangkan dalam pemilihan bibit unggul maupun bibit lokal dengan membandingkan untung ruginya. Sehingga dalam ilmu ekonomi pertanian, petani akan membandingkan hasil (penerimaan , revenue) yang akan diterima dengan biaya (pengorbanan, cost) yang harus dikeluarkannya. Kemudian hasil produksi atau hasil panen yang akan diterima disebut hasil produksi dan baiaya yang dikeluarkan disebut biaya produksi. Secara teknis ekonomis proses pengambilan hasil produksi alam dibedakan menjadi dua, yaitu pertama adalah proses ekstratif yaitu pengambilan hasil dari alam dan tanah tanpa usaha untuk memulihkan hasil yang diambil untuk keperluan pengambilan selanjutnya. Contoh pertanian ekstratif adalah perikanan sungai, perikanan laut dan pengambilan hasil hutan yang sifatnya komersil. Kedua, adalah pertanian dengan proses generatif yaitu pertanian yang memerlukan usah pembibitan, pengolahan, pemeliharaan, pemupukan dan lainlain untuk tanaman maupun hewan. Contohnya adalah pertanian rakyat. Ilmu usahatani merupakan ilmu yang pada dasarnya memperhatikan caracara petani memperoleh dan memadukan sumberdaya yang terbatas untuk mencapai tujuannya (Soekartawi dkk, 1986). Terdapat empat unsur pokok dalam usahatani yaitu faktor-faktor produksi menurut Hernanto (1989, dalam Siregar 2010) : 1. Tanah
Tanah dalam media usahatani dapat berupa tanah pekarangan, tegalan dan sawah. Tanah tersebut dapat diperoleh dengan cara membuka lahan sendiri, membeli, menyewa, bagi hasil (menyakap), pemberian negara, warisan atau wakaf. 2. Tenaga kerja
Tenaga kerja meliputi tenaga kerja laki-laki, perempuan baik anak-anak maupun dewasa yang dipengaruhi oleh umur, pendidikan, keterampilan, pengalaman, tingkat kesehatan dan faktor alam seperti iklim dan kondisi lahan Tenaga ini dapat berasal dari dalam dan luar keluarga (biasanya dengan cara upahan). Tenaga kerja dihitung dalam satuan HOK (Hari Orang Kerja), yakni delapan jam waktu normal kerja per hari.
16
3. Modal
Modal merupakan hal yang utama dalam kelangsungan sektor usaha. Modal dalam usahatani digunakan untuk membeli sarana produksi serta pengeluaran selama kegiatan usahatani berlangsung. Sumber modal diperoleh dari milik sendiri, pinjaman atau kredit (kredit bank, keluarga/tetangga), hadiah, warisan, usaha lain ataupun kontrak sewa. 4. Pengelolaan atau manajemen
Pengelolaaman usahatani merupakan kemampuan petani dalam mengelola, menentukan dan mengorganisir faktor-faktor produksi sehingga diperoleh hasil pertanian yang diharapkan.
Adanya prinsip teknis dan prinsip
ekonomis diharapkan dalam sistem pengelolaan. Prinsip teknis tersebut meliputi : (a) perilaku cabang usaha yang diputuskan (b) perkembangan teknologi (c) tingkat teknologi yang dikuasai dan (d) cara budidaya dan alternatif cara lain berdasar pengalaman orang lain. Prinsip ekonomis antara lain : (a) penentuan perkembangan harga (b) kombinasi cabang usaha (c) pemasaran hasil (d) pembiayaan usahatani (e) penggolongan modal dan pendapatan serta tercermin dari keputusan yang diambil agar resiko tidak menjadi tanggungan pengelola. Kesediaan menerima resiko sangat tergantung kepada : (a) perubahan sosial serta (b) pendidikan dan pengalaman petani.
1.6.6.1. Konsep Biaya Usahatani Menurut Millers dan Meiners (2000, dalam Waridin, 2010) Produksi merupakan suatu kegiatan yang dikerjakan untuk menambah nilai guna suatu benda atau menciptakan benda baru sehingga lebih bermanfaat dalam memenuhi kebutuhan. Produksi tidak hanya terbatas pada pembuatannya saja tetapi juga proses penyimpanan, distribusi, pengangkutan, pengeceran, dan pengemasan kembali atau yang lainnya Konsep biaya usahatani lebih mengkaji ke biaya-biaya produksi. Biaya produksi dalam usahatani dapat dibedakan dalam beberapa bagian (Hernanto, 1989) :
17
1). Berdasarkan jumlah output yang dihasilkan terdiri dari : a) Biaya tetap adalah biaya yang besar kecilnya tidak tergantung pada besar kecilnya produksi, misalnya pajak tanah, sewa tanah, penyusutan alat-alat bangunan pertanian dan bunga pinjaman. b) Biaya variabel adalah biaya yang berhubungan langsung dengan jumlah produksi, misalnya pengeluaran untuk bibit, pupuk, obatobatan dan biaya tenaga kerja. 2) Berdasarkan biaya yang langsung dikeluarkan dan langsung diperhitungkan terdiri dari : a) Biaya tunai adalah biaya tetap dan biaya variabel yang langsung dibayar tunai. Biaya tetap misalnya pajak tanah dan bunga pinjaman, sedangkan biaya variabel misalnya biaya untuk pengeluaran bibit, obat-obatan pupuk dan tenaga kerja keluarga. Biaya tunai ini berguna untuk melihat pengalokasian modal yang dimiliki petani. b) Biaya tidak tunai (diperhitungkan) adalah biaya penyusutan alatalat pertanian, sewa lahan milik sendiri (biaya tetap) dan tenaga kerja dalam keluarga (biaya variabel). Biaya tidak tunai ini untuk melihat bagaimana manajemen suatu usahatani. Menurut Waridin (2010) Fungsi produksi adalah hubungan diantara faktor-faktor produksi dan tingkat produksi yang diciptakan. Faktor-faktor produksi yang diciptakan terdiri dari tenaga kerja, tanah, modal, dan keahlian keusahawan. Teori ekonomi, menganalisis mengenai produksi selalu dimisalkan bahwa tiga faktor produksi (tanah, modal, keahlian keusahawan) adalah tetap jumlahnya. Hanya tenaga kerja yang dipandang sebagai faktor produksi yang berubah-ubah jumlahnya.
1.6.6.2. Konsep Pendapatan Usahatani Pendapatan bersih usahatani yaitu pendapatan yang diperoleh dari selisih antara penerimaan kotor usahatani dengan pegeluaran total usahatani. Penerimaan kotor usahatani adalah nilai produk total usahatani dalam jangka
18
waktu tertentu baik dijual maupun tidak dijual. Sedangkan pengeluaran total usahatani adalah semua masukan yang habis terpakai atau dikeluarkan di dalam produksi. Pendapatan bersih usahatani mengukur imbalan yang diperoleh keluarga petani dan penggunaan faktor-faktor produksi kerja, pengelolaan dan modal milik sendiri atau modal pinjaman yang diinvestasikan ke dalam usahatani. Ada dua tujuan utama dari analisis pendapatan, yaitu menggambarkan keadaan sekarang suatu keadaan usahatani dan menggambarkan keadaan yang akan datang dari perencanaan atau tindakan. Bagi seorang petani, analisis pendapatan membantu untuk mengukur apakah kegiatan usahanya pada saat ini berhasil atau tidak (Soeharjo dan Patong, 1973, dalam Siregar, 2010). Menurut Soekartawi (2003), dalam melakukan usaha pertanian seorang pengusaha atau petani dapat memaksimumkan keuntungan dengan “Profit Maximization
dan
Cost
Minimization”.
Profit
maximization
adalah
mengalokasikan input seefisien mungkin untuk memperoleh output yang maksimal, sedangkan cost minimization adalah menekankan atau meminimalisir biaya produksi sekecil-kecilnya untuk memperoleh keuntungan yang lebih besar. Menurut Brown (1979, dalam Aulia, 2008), mengemukakan bahwa setiap usahatani membutuhkan input untuk menghasilkan output, sehingga produksi yang dihasilkan akan dinilai secara ekonomi berdasarkan biaya yang dikeluarkan dan penerimaan yang diperoleh. Selisih keduanya merupakan pendapatan dari kegiatan usahatani. Pendapatan ini dianggap sebagai balas jasa untuk faktorfaktor produksi yang digunakan.
1.7. Kerangka Pemikiran Aspek pembangunan daerah dapat ditujukan dalam beberapa sektor. Sektor yang berperan antara lain sektor pertanian, pekebunan, kehutanan, pertambangan dan lainnya yang menjadi pendukung pendapatan daerah. Dari beberapa sektor ini diharapkan mampu mendorong dan berperan dalam pembangunan sumberdaya manusia dan sumberdaya alam dalam suatu daerah.
19
Sektor pertanian merupakan salah satu sektor yang mampu memberikan kontribusi dalam aspek pembangunan. Kabupaten Temanggung merupakan daerah yang mempunyai tanah yang subur sehingga sebagian besar penggunaaan lahan yang ada di daerah penelitian adalah lahan pertanian. Usahatani merupakan sebagai usaha pokok masyarakat setempat, karena pertanian merupakan usaha yang menjadikan sumber pendapatan utama oleh masyarakat Temanggung yang sebagian besar adalah sebagai petani. Untuk menentukan komoditas atau jenis tanaman yang akan digunakan untuk usahatani harus memikirkan beberapa aspek diantaranya adalah resiko dan penerapan pertanian berkelanjutan yang harus dipertimbangkan. Perubahan pemanfaatan lahan usahatani padi menjadi jambu biji dalam penelitian ini merupakan salah satu gambaran dengan keputusan dan pertimbangan yang ada dalam aktivitas pertanian. Aktivitas pertanian merupakan aktivitas yang dilakukan oleh masyarakat dengan tujuan untuk memenuhi kebutuhan manusia dengan melibatkan sumberdaya alam maupun sumberdaya manusia dalam pemanfaatannya. Selain itu dalam aktivitas pertanian terdapat teknik produksi dalam pengelolaan hasil produksinya. Adanya aktivitas pertanian akan menghasilkan usahatani dengan beberapa faktor-faktor produksi didalamnya antara lain adalah luas lahan, biaya tenaga kerja, biaya perawatan, dan harga. Faktor-faktor produksi tersebut akan mempengaruhi hasil pendapatan pada masing-masing jenis usahatani. Pendapatan dari usahatani padi dan jambu biji akan mengalami perbedaan atau selisih baik semakin meningkat ataupun menurun dari usahatani sebelumnya. Konsep kerangka pemikiran penelitian dapat dilihat pada gambar 1.2.
20
Sektor pertanian
Aktivitas pertanian
Kebutuhan manusia
Sumberdaya ( Resources)
Teknik Produksi
Usahatani
Usahatani padi
Usahatani jambu biji
Faktor produksi : 1. Luas lahan 2. Biaya tenaga kerja 3. Biaya perawatan 4. harga
Pendapatan usahatani padi
Selisih pendapatan usahatani padi dengan jambu biji
Pendapatan usahatani jambu biji
Presentase kenaikan/penurunan hasil pendapatan usahatani
Persepsi dan alasan yang melatarbelakangi perubahan usahatani padi menjadi jambu biji
Gambar 1.2. Diagram Alir Kerangka Pemikiran
21
1.8. Batasan Operasional 1. Lahan (land) adalah suatu kawasan yang merupakan komponen biosfer bersifat siklis termasuk atmosfer, tanah, batuan induk, relief, hidrologi, tumbuhan dan hewan yang berhubungan dengan aktivitas manusia dalam menggunakan lahannya baik dimasa lampau maupun masa sekarang (Juhadi, 2007). Berdasarkan penelitian ini lahan berperan utama dalam media bercocok tanam usahatani. 2. Perubahan pemanfaatan lahan adalah proses perubahan atau alih fungsi lahan dalam perluasan, jenis, intensitas dari penggunaan sebelumnya karena
aktivitas
manusia
yang
bertujuan
untuk
meningkatkan
pemanfaatanya yang berpengaruh terhadap nilai keuntungan dan nilai tambah ekonomi Adrews (2001, dalam Julijanti, 2005) Penggunaan lahan pertanian merupakan keterkaitan antara kegiatan manusia dengan lingkungannya. 3. Tata guna lahan (land use) adalah suatu usaha dalam merencanakan penggunaan lahan yang difungsikan untuk aktivitas manusia misalnya sebagai pertanian,
pemukiman, perdagangan, industri dan lainnya
(Wendika, dkk, 2012). Aktivitas pertanian merupakan salah satu kegiatan manusia dalam menggunakan fungsi lahannya sebagai media atau ruang. 4. Ilmu ekonomi pertanian adalah ilmu ekonomi yang mempelajari fenomena-fenomena dan persoalan-persoalan yang berhubungan dengan pertanian secara mikro mapun makro (Mubyarto, 1973). Pertanian jambu biji dan padi merupakan pertanian secara mikro yang mencangkup usahatani rakyat pedesaan. 5. Pertanian (sempit) adalah pertanian merupakan usaha bercocok tanaman keluarga yang memproduksi berbagai macam bahan makanan seperti beras, palawija, buah-buahan, sayur-sayuran (Mubyarto, 1973). Usahatani jambu biji dan padi merupakan pertanian dalam arti sempit karena termasuk dalam pertanian rakyat. 6. Usahatani adalah kumpulan dari sumberdaya alam yang berada di lingkungan atau tempat tersebut yang dipergunakan untuk sistem produksi
22
pertanian termasuk tanah dan air, pengolahan tanah, sinar matahari, bangunan-bangunan yang didirikan dan lain sebagainya (Mubyarto, 1973). Usahatatani jambu biji dan padi merupakan usahatani yang membutuhkan sistem pertanian seperti tanah, air dan pupuk untuk proses produksi. 7. Pendapatan bersih usahatani yaitu pendapatan yang diperoleh dari selisih antara penerimaan kotor usahatani dengan pegeluaran total usahatani (Soeharjo dan Patong, 1973, dalam Siregar, 2010). 8. Penerimaan kotor usahatani adalah nilai produk total usahatani dalam jangka waktu tertentu baik dijual maupun tidak dijual (Soeharjo dan Patong, 1973, dalam Siregar, 2010).
23