BAB I PENDAHULUAN 1.1.
Latar Belakang
1.1.1.
Penurunan Populasi Keanekaragaman Flora dan Fauna
Gambar 1 Kondisi populasi salah satu fauna endemic Indonesia Sumber : http://www.antaranews.com/berita/382135/populasi-bantengjawa-di-tn-baluran-mengkhawatirkan
Bumi dengan segala rahasianya memiliki berbagai ragam jenis makhluk yang hidup, ada flora dan fauna serta manusia. Keberagaman tersebut disebabkan oleh banyak factor, seperti suhu, air, jenis makanan, iklim serta tinggi rendahnya permukaan bumi. Hal tersebut juga menyebabkan disetiap daerah memiliki satu atau beberapa jenis flora dan fauna yang tidak ditemukan ditempat lainnya atau biasa dikenal dengan hewan endemic. Contohnya Negara Afghanistan dengan Leopard Salju, Australia dengan Kangguru Merah dan sebagainya. Indonesia sebagai bagian dari bumi dan ekosistem juga memiliki jenis-jenis flora dan fauna yang hanya dapat ditemukan di Indonesia. Seperti elang jawa, harimau Sumatra, Banteng Jawa dan lainnya. Seiring
dengan
pengaruh
perkembangan
teknologi
yang
justru
mengesampingkan kondisi alam sebagai habitat tempat tinggal flora fauna menyebabkan terjadinya degradasi jumlah beberapa fauna didunia dengan akibat terburuk dapat mengakibatkan kepunahan. Berdasarkan fakta, kura-kura jenis Chelonoidis nigra abingdoni atau biasa dikenal sebagai kura-kura Galapagos hanya tinggal 1 ekor saja di pulau pinta. Dan gajah Sumatra juga
1
termasuk hewan endemic kepunyaan Indonesia yang terancam punah akibat dari kerusakan lingkungan dan ulah manusia karena pencarian gading gadjah yang digunakan sebagai hiasan atau sebagai bahan ramuan obat. Tabel 1 Data penurunan jumlah populasi banteng di TN Baluran
No
Tahun
Populasi
1
2000
219 - 267
2
2002
67-129
3
2003
21
4
2006
CC : 15 JK : 12
5
2007
34
6
2011
CC : 15 JK : 7
7
2012
CC : 26 JK : 3
Metode Sensus Concentration count (24 titik) Concentration count (13 titik) Concentration count (7 titik) dan jelajah kawasan Concentration count dan jelajah kawasan Concentration count (11 titik) dan jelajah kawasan Concentration count (19 titik) dan jelajah kawasan Concentration count (12 titik) dan jelajah kawasan
Daerah Perjumpaan Terbanyak Bekol, Bama, Kramat Bekol, Kelor, Sumber Batu Popongan, Bekol
Popongan, Bekol
Palongan, Bekol, Nyamplung, Popongan Bekol, Putatan, Dung Biru Bekol, Panjaitan, Nyamplung, Palongan
Sumber : Rencana Pengelolaan TN Baluran 2014-2023
Fauna
dan
flora
yang
punah
dapat
menyebabkan
terjadinya
ketidakseimbangan ekosistem di alam yang secara sadar ataupaun tidak dapat mengganggu kehidupan semua makhluk termasuk manusia. Padahal dalam dasar, hal tersebut disebabkan oleh tindakan manusia sendiri. Menanggapi hal tersebut, Kementrian Kehutanan Republik Indonesia lewat Peraturan Menteri Kehutanan No: P.57/Menhut-II/2008 memberi arahan strategis konservasi species nasional 2008-2018. Dalam peraturan tersebut, disebutkan ada sekitar 26 species burung, 17 mamalia non primate, 11 primata, 22 jenis herpetofauna, 22 insekta, 21 spesies bahari dan perairan tawar dan 22 spesies tumbuhan yang harus ditingkatkan populasinya. Dengan berbagai alasan dan kepentingan, beberapa elemen di setiap Negara yang peduli terhadap kondisi tersebut membuat sebuah wadah yang digunakan untuk menjaga, salah satunya adalah taman nasional. Dengan
2
berbagai kondisi yang dialami taman nasional cukup memberikan peran yang besar. Meskipun kondisi taman nasional sekarang sering mendapatkan factor eksternal dan internal yang mengurangi peran utamanya.
1.1.2.
Baluran, Ekosistem dan Taman Nasional Taman nasional merupakan benteng terakhir bagi aneka ragam flora dan fauna yang terancam punah dengan demikan upaya-upaya saat ini untuk meningkatkan perlindungan, memperbaiki habitat dan meningkatkan populasi flora-fauna yang terancam punah dialam liar. Dalam upaya-upaya tersebut hampir seluruh taman nasional membutuhkan kebijakan integrative dengan melibatkan banyak pihak yang terkait. Hal tersebut sesuai dengan peraturan Kementrian Perhutanan dalam Peraturan Nomor P.19/ Menhut-II/ 2004 tentang Kolaborasi Pengelolaan Kawasan Suaka alam dan Kawasan Pelestarian Alam. Taman Nasional Baluran yang berada diujung jawa timur merupakan bagian dari usaha Indonesia yang dinaungi oleh Kementrian Kehutanan dalam upaya pelestarian hewan endemik yang ada. Baluran menyimpan berbagai jenis flora dan fauna mulai dari unggas, mamalia, tumbuhan ukuran sedang hingga bunga-bunga endemik. Salah satu sasaran dari berdirinya TN Baluran seperti yang tercantum dalam Rencana Pengelolaan TN Baluran tahun 20142023 yaitu “melakukan pengelolaan satwa dan habitatnya secara efektif, efisien dan lestari guna mengembalikan kondisi satwa dan habitatnya seperti pada kondisi awal tahun 1960an”. Sesuai dengan Peraturan Menteri Kehutanan No: P.57/Menhut-II/2008 , TN Baluran memiliki Elang Jawa dan banteng Jawa yang masuk kategori fauna endemic dan dilindungi. Seperti taman nasional Way Kambas yang memiliki Gajah Sumatra, banteng jawa adalah fauna endemik dan menjadikannya sebagai logo Taman Nasional. Dalam hal ini elang jawa bukanlah fauna endemic Baluran tetapi dalam proses hidupnya Elang jawa menjadikan TN Baluran sebagai salah satu daerah persinggahannya.
3
Gambar 2 Salah satu kekhawatiran kerusakan lingkungan oleh smelter nikel Sumber : http://nasional.tempo.co/read/news/2014/10/23/206616667/pembangunansmelter-nikel-di-baluran-dikaji-serius
Rencana pembangunan smelter nikel yang berbatasan langsung dengan batas kawasan Taman Nasional dikhawatirkan dapat menambah tingkat kerusakan lingkungan. Rencana lahan pabrik nikel akan mengelilingi taman nasional di sisi barat, utara dan timur. Perusahaan yang menjadi penanggung jawab pabrik akan memakai kawasan Taman Nasional Baluran di sisi timur untuk jalan dan dermaga yang digunakan untuk mengangkut bahan mentah nikel dari Sulawesi. Proses perundingan yang telah dilakukan oleh kedua belah pihak ternyata tidak memberikan hasil pasti. Dokumen-dokumen yang disediakan oleh pihak pengembangan mengenai detail rencana smelter tidak memaparkan kondisi dengan jelas. Contohnya saja angka pasti mengenai kebutuhan air untuk smelter dan jaminan tidak akan menimbulkan dampak bagi satwa liar dan tumbuhan. Sumber air yang berada disekitar rencana lahan smelter nikel digunakan juga sebagai pemasuk air bagi satwa liar yang ada. Dan juga pengoperasian pabrik yang 24 jam dapat menimbulkan polusi udara akibat proses kerja mesin dan polusi suara yang diperkirakan dapat mempengaruhi aspek kejiwaan dan reproduksi dari satwa TN Baluran. Beberapa organisasi dan LSM yang bergerak dibidang lingkungan secara langsung menolak keberadaan pembangunan smelter nikel. Karena akibat dari kerusakan lingkungan adalah terganggunya ekosistem flora dan fauna yang ada. Selain itu, permasalah kebaran hutan yang melanda kawasan juga cukup terasa. Buktinya saja dalam 2 bulan, dari bulan juni hingga agustus terjadi 22 kali kebakaran hutan. Luas kawasan yang mengalami kebakaran seluas 12,3
4
hektare dan tahun lalu hingga 2ribu hectare. Selain factor dari vegetasi yang kering, salah satu pemicu kebakaran adalah perilaku masyarakat umum yang masuk kedalam kawasan untuk menggembala ternak dan membuang puntung rokok sembarangan. 25 ribu hectare kawasan Taman Nasional Baluran hanya dijaga oleh 31 orang petugas polisi hutan. Kondisi sarana dan prasarana pemadam kebakaran juga sangat minim, kawasan seluas 25ribu hektare hanya
Gambar 3 Kondisi kebakaran di TN Baluran Sumber : http://nasional.tempo.co/read/news/2015/08/06/206689802/dalam-dua-bulan-22kali-hutan-baluran-terbakar
Gambar 4 Kondisi savanna bekol dan hamparan pohon accasia Sumber: Dokumentasi Penulis
memiliki dua tangki air dan dua armada untuk mobilitas petugas. Upaya yang telah dilakukan untuk mengendalikan permasalahn kebakaran adalah membangun sekat bakar yaitu Acacia nilotica (pohon akasia). Pohon akasia sendiri adalah pohon khas dari afrika yang didatangkan langsung pada tahun 1969. Species ini memiliki tingkat pertumbuhan dan penyebaran yang cepat dan tak terkendali, karenanya terjadi penurunan dari luas savanna yang menjadi zona efektif dalam kegiatan konservasi satwa.
5
Padahal savanna menjadi salah satu bagian terbesar pemasok makanan bagi hewan herbivore. Posisinya yang berada di daratan jawa dimana merupakan sebuah pulau dengan aktivitas terdapat dan berdekatan dengan pusat pemerintahan, Baluran menjadi salah satu taman nasional yang memiliki ke-urgent-sian yang lebih dalam hal penanganan terhadap lingkungan dan keberlangsungan ekosistem yang ada. Tabel 2 Jenis Fauna Penganggu Habitat Taman Nasional
Sumber : RPTN Final 2016 Baluran
6
Meskipun Acacia Nilotica telah diketahui secara luas sebagai species dengan daya invasi yang luar biasa, A. Nilotica bukan satu-satunya species tanaman yang berbahaya. Penelitian yang telah dilakukan oleh TNB mendapatkan jenis-jenis yang berpotensi untuk menganggu stabilitas ekosistem Baluran.
1.1.3.
Fasilitas Konservasi dan Penelitian Sebagai sebuah kegiatan pada umumnya, fungsi konservasi dan penelitian membutuhkan sebuah wadah yang mampu menampung seluruh aspek kegiatannya. Hal tersebut secara mendasar diperlukan karena para pelaku fungsi tersebut perlu melindungi diri dan proses kegiatan dari gangguan yang menghambat proses. Terlebih lagi kondisi alam di TN Baluran yang masih tergolong cukup asli sehingga dapat menurunkan tingkat kenyamanan para penliti dan beberapa kegiatan konservasi. Pada kondisi nyata dilapangan wadah-wadah yang dibutuhkan belom dapat terpenuhi dengan baik dan layak. Fasilitas-fasilitas tersebut masih dalam bentuk rencana pengembangan kawasan jangka panjang. Padahal masalahmasalah yang membutuhkan proses penelitian dan konservasi untuk menyelesaikannya sudah muncul dan bertahan sejak lama.
1.1.4.
Penerapan Penelitian dalam perkembangan Indonesia
Gambar 5 Judul dari sebuah berita di surat kabar digital tentang kondisi penelitian di Indonesia Sumber : http://sinarharapan.co/news/read/140916113/empat-masalah-penelitian-indonesiaversi-lipi
7
Dalam menyelesaikan sebuah masalah yang berbasis kondisi lapangan, pada umumnya seorang subjek akan melakukan pengkajian dan penelitian yang berbasis fakta lapangan dengan pengkaitan terhadap dasar-dasar keilmuan dan standart yang ada serta bersifat sistematis. Kondisi di Indonesia sendiri, penelitian masih dianggap sebelah mata oleh banyak pihak padahal kuantitas dan kualitas penelitian menjadi salah satu penentu kemajuan sebuah Negara (Sesungguhnya penelitian sangat penting dalam menentukan maju serta berkembang tidaknya suatu Negara.. Ketua LIPI menyatakan bahwa hal ini akan sangat jelas jika kita melihat negara berkembang seperti Cina, India, dan Pakistan. Kompas 10 September 2003). Dan dilihat dari perbandingan
jumlah masyarakat dengan kuantitas hasil penelitian, Indonesia masih kalah jauh dibandingkan dengan Singapura dan Australia.
Gambar 6 Perbandingan jumlah publikasi hasil penelitian antara Indonesia dan Negara di Asia Sumber : http://pustaka.ristek.go.id/bumida/uploads/images/kurva%20DL.JPG
Hal-hal mendasar seperti perhatian pemerintah dan ketersediaan sarana serta prasana yang masih kurang menyebabkan banyak peneliti lulusan universitas terkemuka di Indonesia lebih nyaman melakukan penelitian di luar negeri dan menetap.
1.1.5.
Potensi Eksisting Kawasan a. Pemandangan dan aktivitas kawasan Darat Terletak di diantara gunung dan laut, Taman Nasional Baluran menyajikan wadah wisata lengkap bagi pecinta travelling. Gunung
8
Baluran yang berada di sebelah barat dan selat bali disebelah timur. Ditambah lagi hamparan sabana yang menjadi habitat berbagai flora dan fauna menambah keutuhan dari sebuah kompleks taman nasional. Dengan berkeliling darat, akan banyak dijumpai aktivitas dari satwasatwa liar seperti rusa, banteng jawa, macan tutul dan laiinya. Savana bekol menjadi salah satu pusat aktivitas liar yang ada dikarenakan adanya area penampungan air buatan. Selain aktivitas darat, TN Baluran memiliki pantai bama menjadi salah satu dari banyak pantai di kawasan yang memiliki keunikan berupa daerahnya yang dikelilingi oleh tumbuhan mangrove, keindahan kehidupan karang dan pengembangan sekarang menjadi salah satu objek wisata yang memiliki berbagai fasilitas pendukung.
Gambar 7 View Aerial dari kawasan Taman Nasional Baluran Sumber : http://www.indonesia.travel/assets/img/media/images/upload/poi/xTamanNasional-Baluran_Alam-Bebas-di-Timur-Pulau-Jawa-2.jpg.pagespeed.ic.toMJpOpdxy.jpg
b. Kegiatan Pelestarian flora dan fauna Sebagai fungsi utama sebagai taman nasional, kegiatan yang ada berkaitan dengan konservasi flora dan fauna. Banteng jawa yang menjadi ikon kawasan dan bersamaan menjadi konsentrasi proses pelestarian satwa menjadi daya tarik khusus bagi kawasan. Kehidupan liar dari berbagai satwa juga dapat diamati dan dipelajari seperti burung merak, monyet, kerbau dan berbagai jenis burung dengan berkeliling kawasan. Dengan kondisi sumber daya kawasan yang cukup banyak dan beragam memberikan
celah
daya
tarik
tersendiri
bagi
pecinta
wildlife
photography. Dan dalam manajemen pengembangannya daya tarik dari sisi photography dapat dijadikan sebagai media pembelajaran dan
9
penumbuh kesadaran untuk wisatawan akan pentingnya keseimbangan serta keharmonisan alam.
Gambar 8 Potrait dari banteng jawa yang berada di savvana sumber : Dokumentasi Penulis
1.2.
Rumusan Masalah
1.2.1.
Permasalahan Umum Pada dasarnya, hakikat dan tugas dari sebuah taman nasional adalah untuk proses pelestarian dan konservasi alam sebagai bentuk dari kepedulian terhadap konsisi alam. Akan tetapi proses dan arah pengembangan yang terjadi di kawasan Taman Nasional Baluran sudah mulai bergeser dari semestinya. Pembangunan-pembangunan yang direncanakan sudah mulai tidak memihak terhadap aspek pelestarian tetapi pada aspek wisata. Mulai tidak wajar karena aspek wisata secara sadar bukan melestarikan kawasan tetapi justru merusak kawasan secara perlahan. Fasilitas dan wahana wisata merupakan daya tarik kedua karena kondisi alam dan lingkungan kawasan yang cukup terjaga. Pengembangan aspek pelestarian / konservasi seharusnya terjadi dan dilakukan terlebih dahulu dengan jangka waktu yang tidak sebentar mengingat kawasan Taman Nasional Baluran memiliki beberapa jenis flora dan fauna yang dikategorikan endemic dan terancam keberadaannya. Aspek penelitian dan pengkajian yang berisi kegiatan pengolahan data statistic maupun ilmiah menjadi dasar perilaku konservasi
di lapangan
seharusnya diakomodasi dengan baik oleh fasilitas yang ada dikawasan TN
10
Baluran. Tetapi pada kenyataanya kebutuhan akan fasilitas penelitian belum cukup memadai, ditandai dengan kurang adanya bangunan khusus yang mewadahi peneliti flora dan fauna guna mengkaji dan mencari solusi ilmiah atas masalah lingkungan yang dihadapi oleh Taman Nasional. Taman Nasional Baluran memiliki batas wilayah yang sangat luas, jika dibandingkan dengan total flora, fauna dan masalah ekosistem yang ada perlu perhatian serius dari seluruh aspek terkait dalam proses pengembangan dan penjagaannya. Media pembelajaran dan pengenalan mengenai habitat asli dari suatu model lingkungan nyata menjadi bagian dari fungsi sekunder taman nasional. Hal tersebut dapat diwujudkan dengan melakukan pengembangan akses ke seluruh kawasan yang saling berintegrasi satu sama lain.
1.2.2.
Permasalahan Khusus 1.2.2.1 Integrasi Kegiatan antara Fungsi Konservasi dan Wisata Pola dasar dari kegiatan konservasi dan wisata sangat berbeda dimana konservasi adalah penerapan keilmuan dilapangan sedangkan wisata bertujuan untuk menghibur. Karena tujuannya yang menghibur, sering kali wisata yang bersinggungan dengan alam malah merusak alam tersebut secara perlahan. Sebuh fungsi konservasi terjadi disuatu daerah umumnya dikarenakan terdapat masalah alam dan lingkungan yang cukup serius dalam jangka waktu pendek ataupun panjang. Oleh karena itu sebagian besar daerah konservasi bukan merupakan tempat umum yang bebas dimasuki oleh pihak yang tidak berkepentingan. Kondisi Taman Nasional Baluran lebih dikenal masyarakat umum karena potensi keindahan wisata alamnya bukan karena fungsi dasar dari Taman Nasional yaitu proses pelestarian dan konservasi. Fungsi konservasi secara langsung akan bersinggungan dengan kegiatan wisata. Dalam hal ini bukan terjadi perselisihan menang kalah antara fungsi konservasi dan wisata tetapi mengarahkan kegiatan wisata menjadi berpihak dan mendukung fungsi konservasi. Dimana dalam proses pelaksanaanya kedua fungsi
ini saling
menguntungkan demi terciptanya keinginan dasar dari Taman Nasional.
11
1.2.2.2 Perubahan Pola Aktivitas di Taman Nasional Adanya bangunan dengan fungsi dan kegiatan baru secara langsung akan menambah aktivitas dan pengguna baru yang menetap ataupun berdatangan. Proses adaptasi antara pengguna lama dan baru menjadi masalah yang tidak sederhana karena dapat memepengaruhi keberlangsungan seluruh aktivitas di Taman Nasional karena mengganggu koordinasi antar aspek. Penempatan lokasi tapak bangunan baru yang tepat menjadi solusi termudah dan sederhana dalam penyelesaian masalah. Dimana pada dasarnya pengguna fungsi baru (peneliti) membutuhkan bantuan bimbingan dan arahan dari petugas dan penjaga lama untuk mengetahui seluk beluk kondisi dari kawasan demi kelancaran proses kegiatan.
1.2.2.3 Dampak Ekologis terhadap TN Baluran Adanya fungsi dan kegiatan baru pasti akan terjadi perubahan dan penambahan kebiasan yang terjadi dikawasan. Dengan sadar, proses penelitian akan menghasilkan bahan-bahan limbah yang jika tidak dilakukan penanganan dengan baik dapat membantu kerusakan kawasan Taman Nasional sendiri. Padahal tujuan berdirinya fungsi penelitian adalah upaya untuk menghambat terjadinya kerusakan lingkungan dan penurunan populasi satwa lebih jauh.
Gambar 9 Kegiatan penelitian di dalam ruangan Sumber : http://www.photodictionary.com/photofiles/list/10560/14213research_lab.jpg
1.2.3.
Permasalahan Site a. Struktur tanah yang mudah retak ketika musim panas dan menjadi lumpur ketika musim hujan
12
b. Hubungan letak site yang berada di antara lembah gunung dan pantai
1.2.4.
Permasalahan Bangunan a. Sejauh apa kawasan baru hasil perencanaan dapat mengakomodasi dengan tepat seluruh kegiatan baru dan eksisiting di TN Baluran b. Seperti apa sirkulasi dan pola ruang yang tepat guna untuk menghubungkan fungsi kegiatan ilmiah (konservasi dan Penelitian) dengan kegiatan hiburan (wisata) serta saling menguntungkan satu sama lain c. Haruskah bangunan dan kawasan hasil perancangan mengikuti seluruh konteks arsitektur dan lingkungan yang berkembang di kawasan asli
1.3.
Tujuan Perancangan Umum a. Mengembalikan pola pengembangan kawasan dari aspek wisata menjadi aspek pelestarian/konservasi flora dan fauna sehingga sesuai dengan tujuan awal dari Taman nasional b. Memfasilitasi kebutuhan penelitian dalam menyelesaikan berbagai masalah lingkungan maupun social yang berkaitan dengan pelestarian flora dan fauna c. Menghubungkan
antara
fungsi
wisata
dan
konservasi
agar
saling
menguntungkan d. Sarana edukasi bagi kalangan masyarakat pendidikan
1.4.
Tujuan Perancangan Khusus a. Media visual dan presentasi hasil penelitian dan konservasi di dalam bangunan b. Pengembangan akses lebih jauh ke dalam dan saling terhubungan satu sama lain c. Sebagai wadah penumbuh kesadaran dan pembelajran masyarakat atas pentingnya kelestarian flora dan fauna demi keseimbangan ekosistem d. Menjadi volunteer dan percontohan bagi seluruh Taman Nasional di Indonesia mengenai penataan bangunan sesuai dengan fungsi yg dibutuhkan
13
1.5.
Pendekatan Perancangan Pendekatan yang dilakukan untuk mendapatkan pemecahan masalah dari permasalahan diatas dilakukan dengan cara sebagai berikut: a. Deskriptif Pengumpulan data-data primer dan sekunder yang berkaitan dengan kondisi eksisting dan kebutuhan yang sesuai fungsi b. Studi Literatur Melakukan pengkajian terhadap literatur-literatur yang berhubungan dengan fungsi penelitian dan fasilitas sekunder wisata c. Survey Tapak Mengunjungi kawasan secara makro dan calon kawasan binaan untuk mengetahui kondisi nyata dan permasalahan eksisting yang ada d. Analisa Melakukan perbandingan data antara kondisi eksisting dan hasil pengkajian literatur dengan kebutuhan serta tujuan fungsi yang direncanakan menjadi sebuah hasil analisa lanjutan e. Sintesis Hasil analisa yang sudah dilakukan, menjadi pedoman dasar dalam proses perancangan seluruh aspek design
1.6.
Lingkup dan Batasan Perancangan Lingkup dan batasan perancangan pada bangunan ini adalah sebagai berikut: a. Pemilihan permasalahan yang ada disesuaikan dengan kondisi nyata kawasan eksisting b. Segala bentuk dan proses perancangan didasari oleh data-data yang sudah dikumpulkan melalui pendekatan perancangan c. Pengkajian terhadap preseden dan penerapan keilmuan arsitektur dalam proses perancangan agar didapati hasil akhir dari perancangan berupa zonasi, bentuk dan penataan kawasan yang tepat sesuai dengan kebutuhan
14
1.7.
Keaslian Penulisan Berdasarkan hasil penelusuran Penulis mengenai skripsi di perpustakaan JUTAP UGM, ditemukan sebanyak tiga judul yang berkaitan dengan “Reseacrh Center”, tetapi belum ada judul yang berkaitan dengan “Reseacrh Center dikawasan Taman Nasional Baluran”. Judul tersebut antara lain :
Green Techno Research Center dengan Pendekatan Arsitektur Hemat Energi pada Pencahayan dan Penghawaan oleh Kumala Prakasita
Research Center pada Kawasan Sentra Peternakan Domba di Majalaya Bandung oleh Ita Rahmaningsih
Water Treatment Research Center and Recreation oleh Willy Kurniawan
Sedangkan yang berkaitan dengan pendekatan Simbiosis Arsitektur, penulis menemukan satu judul skripsi yaitu “Simbiosis Arsitektur pada Resort Hotel di Kawasan Wisata Danau Ulak Lia Kabupaten Musi Banyuasin Sumatra Selatan” oleh Jhoni Azwar
1.8.
Sistematika Penulisan
Bab I : Pendahuluan Berisikan latar belakang penulisan dan pemilihan masalah, rumusan masalah, tujuan perancangan, pendekatan perancangan, lingkup dan batasan, keaslian penulisan, dan sistematika penulisan.
Bab II : Kajian Pustaka Berisikan teori-teori yang berkaitan dengan aspek perancangan hotel resort, yang meliputi landasan teori, klasifikasi, jenis, dan standar-standar perancangan.
Bab III : Tinjauan Lokasi Berisikan data-data awal dan hasil survey mengenai kondisi tapak yang menjelaskan potensi tapak, kelemahan tapak, dan hal-hal yang berkaitan dengan keadaan alamiah pada tapak.
15
Bab IV : Analisis Preseden Berisikan kumpulan studi kasus dan preseden bangunan yang dianggap sesuai dengan konsep perancangan. Akan dijabarkan analisa-analisa desain dari preseden untuk mendalami pengembangan konsep dan pendekatan perancangan.
Bab V : Scientific Hierarchy Experience Berisikan analisis untuk merumuskan konsep desain serta pemecahan masalah yang berkaitan dengan tema dari perancangan.
1.9.
Kerangka Pemikiran
Diagram 1 Kerangka Pemikiran Sumber : Analisis dan Pemahaman Penulis
16