BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah Komunikasi merupakan suatu alat penghubung antara yang satu dengan yang lain, baik itu komunikasi Verbal maupun Non verbal. Dimana tanpa adanya komunikasi maka setiap orang tidak dapat saling berinteraksi di manapun, komunikasi juga memiliki beberapa fungsi dimana salah satu fungsi komunikasi itu yaitu Komunikasi Ritual. Komunikasi Ritual erat kaitannya dengan komunikasi ekspresif yang biasanya dilakukan secara kolektif.1 Salah satu kegiatan dari komunikasi ritual tersebut adalah Pernikahan. Dalam acara itu orang-orang mengucapkan kata-kata atau
menampilkan perilaku-perilaku
simbolik. Mereka yang berpartisipasi dalam bentuk Komunikasi ritual tersebut menegaskan kembali komitmen mereka kepada tradisi keluarga, suku, ataupun agama. Fungsi ritual juga tampak dalam acara Pernikahan Adat Batak Toba. Acara tersebut yang erat kaitannya dengan acara sakral dimana adat batak tersebut memiliki simbol-simbol yang mewakili dari setiap interaksi yang dilakukan selama acara pernikahan tersebut berlangsung. Keanekaragaman kebudayaan dan adat dari setiap daerah yang ada di Indonesia merupakan kekayaan budaya Indonesaia yang harus di lestarikan dan di lindungi. Dalam rana komunikasi budaya merupakan bagian dari Komunikasi Antar Budaya. 1
Deddy Mulyana. Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar. Bandung : Rosda Karya 2009. hl. 27
1
2
Dimana Komunikasi Antar Budaya adalah proses pertukaran pikiran dan gagasan antamasyarakat yang berbeda budayanya2. Komunikasi Antar Budaya sebenanya merupakan proses komunikasi biasa yang dalam prosesnya ada interaksi yang terjadi pada budaya yang berbeda, hanya saja mereka yang terlibat didalamnya mempunyai latar belakang budaya yang berbeda pula. Komunikasi dan Kebudayaan tidak sekedar dua kata tetapi dua konsep yang tidak dapat dipisahkan,
oleh
sebab
itu
komunikasi
antarbudaya
merupakan
suatu
pembelajaran yang menekankan pada aspek kebudayaan terhadap komunikasi3, Dalam penelitian ini, peneliti akan membahas mengenai “Komunikasi Simbolik Ulos Pada Pernikahan Adat Batak Toba” . Ulos dalam arti bahasa Indonesianya adalah kain. Kain merupakan salah satu jenis kerajinan yang sangat banyak dijumpai di Indonesia. Mulai dari Sabang sampai Merauke memiliki kain khas yang berbeda-beda. Bahkan ada beberapa jenis kain yang telah menjadi ikon nasional, seperti kain kebaya , kain batik dan kain Ulos, Ulos merupakan jenis kain adat tradisional yang sering digunakan untuk upacara adat pada suku Batak. Kain ini merupakan salah satu syarat utama dalam melaksanakan upacara adat Batak. Keberadaan kain Ulos tersebut dalam suatu upacara juga dapat menjadi identitas yang Jelas dan merupakan cara penghormatan kepada orang-orang yang melaksanakan adat maupun kepada para udangan yang menghadiri acara adat. Pada masyarakat perkotaan, (khususnya bagi masyarakat Batak yang merantau keluar dari daerah asalnya) sering dijumpai
2
Alo Liliweri. Dasar-dasar Komunikasi AntarBudaya. Yogyakarta: Pustaka Belajar. 2003. hl.8
3
Alo Liliweri. Ibid. hl 8
3
adanya penurunan pengetahuan mengenai adat dan kebudayaan mereka sendiri. Secara umum pewarisan pengetahuan mengenai sesuatu yang telah ada sejak jaman nenek moyang merupakan hal yang mutlak untuk mempertahankan tradisi ataupun kebudayaan. Namun dewasa ini pada masyarakat perkotaan (khususnya bagi masyarakat Batak yang merantau keluar dari daerah asalnya) pewarisan pengetahuan mengenai kain adat Ulos dari orang tua kepada anaknya sudah jarang dilakukan bahkan tidak sama sekali. Hal ini menyebabkan kurangnya pengetahuan masyarakat Batak perkotaan terhadap Ulos. Ulos sebagai simbol pengikat kasih sayang oleh masyarakat Batak jaman dahulu kala memang sangat di hormati. Namun seiring dengan perkembangan kebudayaan dan benturan budaya yang terjadi, maka sebagian masyarakat Batak pada masa ini hanya menjadikan Ulos sebagai sebuah simbol dan identitas saja tanpa mengenal jauh mengenai Ulos tersebut. 4 Namun tidaklah salah apabila masyarakat Batak perkotaan saat ini diberikan informasi dan keterangan akan makna dan fungsi Ulos. Perkawinan Batak Toba dikenal dengan dua macam upacara, yakni alap jual (jemput kemudian jual) dan taruhon jual (antar kemudian jual). Tahap atau proses yang dilaksanakan pada kedua jenis upacara ini pada dasarnya adalah sama, hanya dibedakan oleh siapa tuan rumah pelaksana upacara adat perkawinannya. Alap jual adalah perkawinan yang dilaksanakan di tempat kediaman pihak perempuan, mas kawin atau sinamot hanya dibayarkan oleh pihak laki-laki lebih besar jumlahnya untuk upacara sejenis 4
Aspiner Panjaitan. Fungsi Dan Makna Wacana “Mangulosi“ Pada Upacara Perkawinan Batak Toba. http://repository.usu.ac.id/handle/123456789/20429.
4
ini. Taruhon Jual adalah perkawinan yang dilaksanakan di tempat kediaman pihak laki-laki biasanya lebih sedikit sinamotnya dibandingkan alap jual. Masyarakat Batak Toba cenderung lebih menyukai upacara alap jual karena pada upacara jenis ini, perempuan lebih terkesan berharga dan terhormat. Keputusan untuk pelaksanaan mana yang dipilih apakah alap jual atau taruhon jual adalah berdasarkan kesepakatan bersama diantara kedua belah pihak pada saat diadakannya tradisi Marhata Sinamot. Semakin majunya zaman dan ber-kembangnya ilmu pengetahuan telah membuat segala macam pemikiran manusia untuk lebih maju (modern) dalam segala aktifitas kehidupannya seharihari. Perkembangan zaman yang muncul sebagai fenomena globalisasi dapat membuat banyak tradisi di dalam suatu kebudayaan mulai mengalami kelonggaran secara perlahan. Dampak modernisasi yang positif dan negatif terhadap
hubungan
kekerabatan
dapat
mempengaruhi
tingkah
laku
masyarakatnya, dalam hal ini kelompok sosial yang sudah terbentuk atas dasar hubungan yang kuat serta kesamaan pemikiran dan tujuan. Ulos adalah selembar kain yang ditenun sebagai kerajinan oleh wanita dengan berbagai pola dan aturanaturan. Ulos merupakan ciri khas kebudayaan Batak Toba tradisional berwujud kebudayaan artefaks (konkrit). Sebelum masuknya agama Kristen pada masyarakat Batak Toba, ulos adalah benda yang diresapi oleh suatu kualitas atau kekuatan “magis religius”. Oleh karena itu, banyak larangan dan pantangan yang tidak boleh diabaikan ketika proses penenunan karena diberkati dengan kekuatan keramat. Panjangnya harus tertentu, jika tidak, dapat mambawa maut dan kehancuran pada “tondi” atau roh sipenerima ulos. Akan tetapi, jika ulos dibuat
5
sesuai dengan aturan berupa ukuran dan pola tertentu maka ulos akan dapat dijadikan sebagai pembimbing dalam kehidupan5. Secara umum pembuatan ulos adalah sama, yang membedakannya adalah nama, corak atau motif, dan sifat kedudukan pemakaiannya yang harus sesuai dengan jenis upacara adat ketika memberikannya. Walaupun mempunyai perbedaan, akan tetapi pemberian ulos selalu diartikan dan dihubungkan dengan makna simbol-simbol. Ulos dianggap sebagai medium konkrit sebagai “materai” agar permohonan direstui oleh Tuhan Yang Mahaesa, bersamaan dengan penggunaan umpasa yang berisi permohonan sehingga permohonan tersebut dapat diterima oleh tondi (roh) dan daging (tubuh).6 Ulos dalam suku batak sangat banyak sekali variannya, salah satunya pada batak simalungun ulos yang digunakan dalam pernikahan memiliki ciri khas tersendiri salah satunya dinamakan dengan tudung yang diikatkan pada kepala pengantin,. Ulos yang digunakan dalam suku batak karo juga berbeda dimana ulos yang digunakan cenderung berwarna merah tua dan ulos tersebut tidak dipakai dalam acara lain. Berbeda dengan ulos yang ada dalam suku batak toba, ulos yang digunakan dalam pernikahan ada beberapa pemberiannya yaitu ulos passamot, ulos hela, ulos si hutti ampang dan ulos hong. Jenis ulos yang diberikan tersebut memiliki makna yang berbeda-beda dalam interaksinya di dalam pernikahan. Fenomena ini menarik untuk diteliti karena banyak kebudayaan di Indonesia sudah mulai hilang dan hampir tidak dihiraukan oleh generasi-generasi muda saat 5
Rithaony Hutajulu, Irwansyah Harahap.Gondang Batak Toba. Bandung: Pusat Penelitian dan Pengembangan Seni Tradisional Universitas Pendidikan Indonesia. 2005. Hl 8 6 Alex H. Rumondor. Komunikasi Antar Budaya. Jakarta: Universitas Terbuka. 2007. hl 17
6
ini, oleh sebab itu ulos yang merupakan alat kebudayaan yang ada pada suku batak khususnya batak toba memiliki makna yang unik untuk diteliti dengan interaksi perilaku orang yang akan menerima atau memberi ulos dalam pernikahan. Penelitian ini merupakan suatu proses dimana komunikasi ritual yang digunakan dalam acara pernikahan adat batak toba yang menggunakan ulos, ulos merupakan suatu alat ritual yang penting dan memiliki makna tersendiri dari alatalat ritual lainnya. Tidak hanya itu penelitian juga menggunakan komunikasi simbolik dimana suatu interaksi yang dilaksanakan mengandung suatu makna khususnya pada alat ritual pada pernikahan adat batk toba yaitu ulos dimana komunikasi ritual dan komunikasi sibolik dapat digunakan dalam komunikasi antarbudaya dan penelitian ini juga dapat menambah wawasan bagi peneliti lain khususnya dalam lini komunikasi.
1.2. Fokus Penelitian Komunikasi Ritual erat kaitannya dengan komunikasi ekspresif yang biasanya dilakukan secara kolektif. Salah satu kegiatan dari komunikasi ritual tersebut adalah Pernikahan. Dimana dalam hal ini ulos merupakan suatu alat komunikasi yang digunakan oleh masyarakat batak toba khususnya pada acara pernikahan adata yang dilaksanakan. Berdasarkan latar belakang masalah penelitian yang telah dikemukakan diatas maka diperoleh identifikasi masalah sebagai berikut :
7
1. Bagaimana komunikasi simbolik ulos dan makna yang terdapat dalam
pernikahan adat batak toba? 2. Bagaimana Fungsi ulos dalam Pernikahan Adat Batak Toba? 3. Bagaimana Proses Komunikasi yang digunakan oleh orang-orang yang
memakai ulos dalam acara Pernikan tersebut?
1.3. Tujuan Penelitian Penelitian ini memiliki dua tujuan utama yaitu tujuan umum dan tujuan khusus. Adapun tujuan umum dalam hal ini adalah untuk memperoleh pemahaman tentang masyararakat Batak Toba dalam memperoleh pengakuan akan identitas budayanya yang dipresentasikan dalam tindakan mangulosi . Sementara itu, adapun tujuan khusus dari penelitian ini adalah untuk mengetahui : a. Komunikasi simbolik ulos dan makna yang terdapat dalam pernikahan adat batak toba. b. fungsi ulos yang terdapat dalam acara adat Batak Toba dan pengaplikasiannya dalam pernikahan tersebut. c. proses komunikasi yang dilakukan oleh orang-orang yang memakai dalam acara tersebut. 1.4. Manfaat Penelitian Adapun manfaat penelitian ini adalah : 1.4.1
Manfaat Akademis
8
a. Dalam penelitian ini apabila dikaitkan dalam ilmu komunikasi, maka komunikasi simbolik merupakan komunikasi yang menghasilkan interaksi dimana interaksi tersebut menimbulkan suatu makna yang terdapat dalam simbol yang akan digunakan. b. Komunikasi yang digunakan adalah komunikasi antarbudaya dimana komunikasi dan kebudayaan merupakan satu kesatuan yang tidak dapat dipasahkan. Dan komuikasi antar budaya dapat dikaji lebih dalam lagi dengan adanya penelitian in, oleh sebab itu keduanya merupakan suatu pembelajaran yang menekankan kebudayaan terhadap komunikasi. c. Pembelajaran mengenai simbol yang dapat dikaitkan dengan Ilmu Komunikasi sebaiknya dapat diterapkan karena dalam simbol yang digunakan sangat banyak proses komunikasi yang membuat mahasiswa dapat mengenal bagaimana interaksi simbol di lingkungan sosial.
1.4.2
Manfaat Praktis
a. Menjadi acuan dan masukan bagi peneliti lain yang ingin meneliti komunikasi simbolik ulos yang ada dalam upacara pernikahan adat batak toba. b. Upaya untuk mempertahankan makna dari tanda-tanda yang ada pada upaca perkawinan Batak Toba.
9
1.4.3
Manfaat Sosial
Untuk menambah wawasan dan pengetahuan masyarakat, khususnya peneliti dan generasi muda mengenai makna dari ulos yang terdapat dalam upacara pernikahan adat Batak Toba.