BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Kesehatan adalah elemen terpenting dalam kehidupan manusia, yang merupakan hak dasar dan tidak bisa diganggu gugat dalam keadaan apapun. Namun dalam kenyataannya keadaan kesehatan di Indonesia belum memuaskan. Salah satu penyebab masalah kesehatan adalah akibat lingkungan yang buruk. Dimana Penyakit berbasis lingkungan masih mendominasi sebagai penyakit tertinggi di Indonesia seperti infeksi saluran pernapasan akut (ISPA). Lingkungan merupakan determinan utama derajat kesehatan masyarakat. Kondisi lingkungan yang tidak memadai baik kualitas maupun kuantitasnya serta perilaku hidup bersih dan sehat masyarakat yang masih rendah menyebabkan berbagai penyakit antara lain ISPA. Penyakit berbasis lingkungan ini dapat timbul karena sanitasi dasar yang tidak memenuhi syarat, seperti pemukiman yang tidak sehat dan perubahan pola hidup manusia. Salah satu yang menyebabkan hal ini terjadi karenaadanya kemajuan teknologi yang semakin canggih, sehingga terjadi peningkatan polusi pencemaran udara yang disebabkan antara lain oleh kendaraan bermotor maupun industri yang semakin banyak tumbuh menjamur di kawasan pemukiman masyarakat. Berdasarkan hasil laporan riset kesehatan dasar (RISKESDAS) pada tahun 2007, prevalensi ISPA di Indonesia sekitar 25,5% dengan prevalensi tertinggi terjadi pada bayi dua tahun (>35%). Jumlah balita dengan ISPA di Indonesia pada tahun 2011 adalah 5 diantara 1.000 balita yang berarti sebanyak 150.000 balita
1
Universitas Sumatera Utara
2
meninggal pertahun atau sebanyak 12.500 balita perbulan atau 416 kasus sehari atau 17 balita perjam atau seorang balita perlima menit. Dapat disimpulkan bahwa prevalensi penderita ISPA di Indonesia adalah 9,4% (RISKESDAS, 2013) Penyakit berbasis lingkungan masih menjadi permasalahan hingga saat ini. ISPA merupakan penyakit berbasis lingkungan yang selalu masuk dalam 10 besar penyakit dihampir seluruh puskesmas di Indonesia. Indonesia sebagai daerah tropis berpotensi menjadi daerah endemik dari beberapa penyakit infeksi yang setiap saat dapat menjadi acaman bagi kesehatan masyarakat. Pengaruh geografis dapat mendorong terjadinya peningkatan kasus maupun kematian penderita akibat ISPA, misalnya pencemaran lingkungan yang disebabkan oleh gas buangan yang berasal dari sarana transpotasi dan polusi udara dalam rumah tangga karena asap dapur, asap rokok, perubahan iklim global antara lain perubahan suhu udara, kelembaban, dan curah hujan serta kebakaran hutan yang mengakibatkan terjadinya kabut asap sebagaimana kejadian yang ada di Riau. Peristiwa kebakaran hutan dan lahan gambut di Riau yang terjadi mengakibatkan pencemaran lingkungan terutama udara, hal ini mengakibatkan angka kunjungan pasien akibat penyakit ISPA meningkat baik di puskesmas maupun di rumah sakit. Kabut asap menyebabkan juga banyaknya masyarakat yang mengalami asma, pneumonia, iritasi mata dan iritasi kulit. Hal ini diakibatkan oleh penurunannya kualitas udara, sehingga daya tahan tubuh masyarakat menjadi lemah dan mudah untuk terserang penyakit terutama kepada balita dan anak-anak.
Universitas Sumatera Utara
3
Angka kejadian ISPA di Provinsi Riau cukup tinggi, kasus ISPA sebanyak 65.232 kasus (37,5%) dan di Kota Dumai kasus ISPA sebanyak 1.046 kasus (1,6%). Berdasarkan data yang diperoleh,bahwa 10 penyakit terbesar yang ada di Kota Dumai masih juga didominasi oleh penyakit-penyakit yang berbasis lingkungan seperti ISPA 1.046kasus (1,6%). Sedangkan di Kecamatan Bukit Kapur sendiri, data kesakitan menunjukkan bahwa penderita penyakit ISPA adalah yang tertinggi di Kota Dumai dengan 657 kasus (62,8%) (Dinas Kesehatan Kota Dumai,2014). Untuk itu dibutuhkan kerja keras dari segala pihak dengan berbagai lintas sektor dalam menangani penyakit-penyakit yang diakibatkan oleh lingkungan terutama ISPA. Salah satunya yaitu meningkatkan pelayanan kesehatan di puskesmas, karena puskesmaslah yang berfungsi memberikan fasilitas pelayanan kesehatan secara langsung kepada masyarakat. Selain itu puskesmas juga melakukan upaya kesehatan perorangan tingkat pertama, dengan lebih mengutamakan upaya promotif dan pereventif, terlebih lagi di era JKN ini puskesmas dituntut untuk lebih mengutamakan pelayanan promotif dan preventif tanpa mengesampingkan upaya kuratif dan rehabilitatifnya juga. Puskesmas Bukit Kapuradalahsalah satu puskesmas yang ada di Kota Dumai,yang terletak pada Kecamatan Bukit Kapur dengan jumlah penduduknya 45.304 jiwa (BPS Kota Dumai Tahun 2014). Puskesmas ini memiliki instalasi gawat darurat (IGD) serta unit pelayanan rawat inap yang menjadi puskesmas percontohan yang ada di KotaDumai. Dalam program kesehatan lingkungan di puskesmas, kegiatan-kegiatan upaya kesehatan lingkungan yang dilakukan untuk menanggulangi ISPA adalah
Universitas Sumatera Utara
4
dengan melakukan penyuluhan kesehatan, pembagian masker secara gratis dan pelarangan melakukan pembakaran secara besar-besaran tanpa izin. Karena di Kecamatan Bukit Kapur ditemukan masalah lingkungan dimana pada Kecamatan Bukit Kapur terjadi pencemaran udara yang disebabkan oleh asap karena kebakaran hutan dan lahan gambut. Hal ini menyebabkan polusi udara, sehingga udara yang dihirup tidak baik bagi kesehatan, serta menimbulkan masalahmasalah kesehatan lingkungan lainnya. Adapun upaya promotif dan preventif yang dilaksanakan oleh Puskesmas Bukit Kapur berdasarkan survei awal dan wawancara dengan pegawai sanitarian adalah pada upaya promotif, melakukan peninjauan dan penyuluhan ke Rukun Tetangga, sekolah-sekolah,warung-warung serta lingkungannya. Sedangkan untuk upaya preventif dengan menyediakan masker gratis dan melakukan gotong royong melakukan penghijauan di lingkungan tempat tinggal masyarakat. Berdasarkan survei pendahuluan dan pengamatan yang dilakukan pada Puskesmas Bukit Kapur diketahui bahwa pelaksanaan dan cakupan dari upaya promotif dan preventif melalui kegiatan-kegiatan yang dilakukan belum menunjukkan hasil yang maksimal. Pada kegiatan preventif dan promotif puskesmas ini lebih banyak menangani masyarakat yang menggunakan pelayanan kesehatan kuratif dibandingkan dengan pelayanan kesehatan preventif dan promotif, terlihat dari pasien yang mengantri untuk berobat cukup banyak. Setelah adanya JKN pun tidak ada terlihat perbedaan maupun perubahan ke arah yang lebih baik dalam pelaksanaannya. Kegiatan-kegiatan dari upaya promotif dan preventif ini juga pelaksanaannya masih belum terarah dan kadang diadakan tidak sesuai dengan jadwal atau waktu yang telah ditetapkan pada POA
Universitas Sumatera Utara
5
sebelumnya. Pada pelaksanaannya juga upaya promotif dan preventif di Puskesmas Bukit Kapur tidak memiliki sasaran atau target yang jelas, ditandai dengan tidak terdapat angka sasaran yang ingin dicapai secara tertulis di dalam data puskesmas. Dalam pelaksanaan pelayanan promotif dan preventif untuk program penanggulangan ISPAdi Puskesmas Kecamatan Bukit Kapur terdapat kendalakendala yang harus dihadapi oleh petugas sanitariannya, yaitu sarana dan prasarana yang tidak memadai, serta kurangnya sumber daya manusianya untuk mendukung kegiatan penyuluhan berupa pemberian informasi dan edukasi tentang penyakit ISPA kepada masyarakat. Selain itu pada survey pendahuluan juga terdapat ketidaksinambungan antara petugas sanitarian dengan kepala puskesmas, dimana kurangnya koordinasi dan komunikasi yang baik. Sehingga pelaksanaan program masih tidak berjalan efektif, termasuk dalam pembagian tugas dan pengawasan terhadap pelaksanaan program. Oleh karena itu diperlukan juga penelitian untuk mengetahui pelaksanaan program preventif dan promotif untuk penyakit ISPA di Puskesmas Bukit Kapur Kota Dumai - Riau Tahun 2015. 1.2 PerumusanMasalah Adapun rumusan masalah yang dapat ditemukan berdasarkan latar belakang di atas yaitu : Bagaimana pelaksanaan program preventif dan promotif untuk penyakit ISPA di Puskesmas Bukit Kapur Kota Dumai-Riau tahun 2015.
Universitas Sumatera Utara
6
1.3 Tujuan Penelitian Untuk menganalisis bagaimana pelaksanaan program preventif dan promotif untuk penyakit ISPAdi Puskesmas Bukit Kapur di Kota Dumai-Riau Tahun 2015. 1.4 Manfaat Penelitian 1. Sebagai bahan masukan dan kajian bagi puskesmas dan Dinas Kesehatan Kota Dumai untuk meningkatkan pelaksanaan program preventif dan promotif untuk penyakit ISPA. 2. Sebagai tambahan masukan dan pengetahuan kepada petugas atau pelaksana program preventif dan promotif untuk penyakit ISPA di Puskesmas Kecamatan Bukit Kapur Kota Dumai.
Universitas Sumatera Utara