BAB I PENDAHULAUAN
1.1 Latar Belakang Derajat kesehatan bersifat dinamis (berubah setiap saat), dan dipengaruhi faktor internal dan eksternal. Maka untuk mewujudkan derajat kesehatan yang optimal diselenggarakan upaya kesehatan dengan pemeliharan dan peningkatan melalui upaya promosi kesehatan (promotif), pencegahan penyakit (preventif), penyembuhan penyakit (kuratif), dan pemulihan kesehatan (rehabilitatif) yang diselenggarakan secara menyeluruh, terpadu, dan berkesinambungan. Salah satu upaya tersebut adalah melalui pemberdayaan usaha kesehatan sekolah (UKS) (Suhardiono, 2005). Salah satu permasalahan serius yang dihadapi bangsa Indonesia adalah masalah kesehatan khususnya masalah kesehatan anak usia sekolah (7-12 tahun). Populasi anak usia sekolah (7-12 tahun) merupakan komponen yang cukup penting dalam masyarakat, mengingat jumlahnya yang cukup besar diperkirakan 23% atau sepertiga dari jumlah penduduk Indonesia. Dari jumlah itu diperkirakan 55 juta diantaranya mengikuti pendidikan di tingkat SD/Madrasah Ibtidaiyah, SLTP/Madrasah Tsanawiyah dan SMU/Madrasah Aliyah yang kelak menjadi orang tua dan calon pemimpin bangsa yang mana sebagai calon pemimpin bangsa diperlukan jiwa yang sehat (Pribadi, 2003). Peserta didik merupakan kelompok masyarakat yang mempunyai tingkat kesehatan yang lebih baik bila dibandingkan dengan berbagai kelompok masyarakat lainnya, meskipun demikian kelompok ini yang rawan karena berada dalam periode pertumbuhan dan perkembangan. Masalah yang sering timbul 1
pada anak usia sekolah yaitu gangguan perilaku, gangguan perkembangan fisiologis hingga gangguan dalam belajar dan juga masalah kesehatan umum. Berbagai macam masalah yang muncul pada anak usia sekolah, namun masalah yang biasanya terjadi yaitu masalah kesehatan umum. Masalah kesehatan umum yang terjadi pada anak usia sekolah biasanya berkaitan dengan kebersihan perorangan dan lingkungan seperti gosok gigi yang baik dan benar, kebersihan diri, serta kebiasaan cuci tangan pakai sabun (Permata, 2010). Menurut Rahardjo (2007), membuktikan dalam survey Kesehatan Rumah Tangga tahun 2001 terdapat 76,2% anak Indonesia pada kelompok usia 12 tahun (kira-kira 8 dari 10 anak) mengalami gigi berlubang. Hal ini jelas bahwa adanya permasalahan yang cukup serius yaitu minimnya kesadaran dan pengetahuan kesehatan gigi dimasyarakat. Menurut Permata (2010), banyak anak usia sekolah yang menderita diare dikarenakan sebelum dan sesudah makan mereka tidak mencuci tangan. Bakteri yang ada di tangan ikut masuk ke dalam tubuh bersama makanan yang dimakan dan menyebabkan infeksi seperti diare. Berbagai macam jenis penyakit yang dapat timbul terkait kebiasaan cuci tangan yaitu diare, Infeksi Saluran Pernapasan, Flu Burung (H1N1), dan cacingan (Depkes RI, 2008). Upaya pemerintah dalam mengatasi masalah tentang kebersihan yaitu dengan mengeluarkan Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 1193/Menkes/SK/ X/2004 tentang Visi Promosi Kesehatan RI adalah “Perilaku Hidup Bersih Sehat 2010” atau “PHBS 2010”. Perilaku Hidup Bersih dan Sehat atau PHBS terdiri dari beberapa indikator khususnya PHBS tatanan sekolah yaitu mencuci tangan dengan air yang mengalir dan memakai sabun, mengonsumsi jajanan di warung/ kantin sekolah, menggunakan jamban yang bersih & sehat, olahraga yang teratur dan terukur, memberantas jentik nyamuk, tidak merokok, menimbang berat
2
badan dan mengukur tinggi badan setiap bulan, dan membuang sampah pada tempatnya (Depkes RI, 2005). Salah satu wadah untuk mengembangkan promosi PHBS anak usia sekolah adalah layanan usaha kesehatan sekolah (UKS). UKS sebagai salah satu wahana untuk meningkatkan kemampuan hidup sehat dan derajat kesehatan peserta didik serta menciptakan lingkungan yang sehat, maka program UKS mempunyai Trias UKS yang meliputi pendidikan kesehatan, pelayanan kesehatan dan pembinaan lingkungan kehidupan sekolah yang sehat (Effendy, 1998). Oleh karena itu pembinaan dan pengembangan UKS sebagai upaya pendidikan dan kesehatan harus di laksanakan secara terpadu, berencana, terarah dan bertanggung jawab dalam menanamkan, menumbuhkan, mengembangkan dan membimbing untuk menghayati, menyenangi dan melaksanakan prinsip hidup sehat dalam kehidupan peserta didik sehari-hari (Depkes RI, 2002). Hasil penelitian maupun pengamatan yang di lakukan baik oleh Departemen Pendidikan Nasional, Departemen Kesehatan, Departemen Agama, dan Departemen Dalam Negeri bahwa kegiatan UKS di tinjau dari segi sarana dan prasarana, pengetahuan, sikap peserta didik di bidang kesehatan, warung sekolah,
makanan
sehari-hari/gizi,
kesehatan
pribadi
secara
umum
memperlihatkan bahwa prinsip hidup sehat dan derajat kesehatan peserta didik belum mencapai tingkat yang di harapkan (Depkes RI, 2002). Begitu pula dengan sasaran upaya kesehatan di tinjau dari cakupan sekolah, peserta didik di kaitkan dengan wajib belajar, mutu penyelenggaraan dan sarana prasarana belum seimbang dengan usaha pencapaian tujuan UKS serta perilaku hidup bersih dan sehat belum mencapai tingkat yang di harapkan di samping itu ancaman sakit
3
terhadap murid masih tinggi dengan adanya penyakit Endemis dan kekurangan gizi (Depkes RI, 2002). Sumber daya manusia dan sumber dana yang cukup untuk membiayai pelaksanaan UKS sangat diperlukan karena tanpa didukung sumberdaya manusia yang berkompeten dibidang kesehatan dan penyediaan dana yang cukup maka mustahil program UKS dapat berjalan dengan baik. Sumber daya manusia yang berkompeten di bidang kesehatan dapat dipenuhi dengan melakukan kerja sama dengan tenaga kesehatan dari Puskesmas setempat sedangkan sumber dana dapat diperoleh dari berbagai pihak, yaitu dari pemerintah, masyarakat dan sektor lain yang mungkin. Kesemuanya itu harus di berdayakan demi terlaksananya program UKS dengan baik. Tetapi dalam kenyataannya, tidak sedikit sekolah yang tidak dapat melaksanakan UKS dengan baik, dengan alasan minimnya dana yang tersedia. Begitu pentingnya program UKS dalam upaya peningkatan pendidikan dan kesehatan peserta didik maka peran petugas kesehatan mempunyai peranan yang sangat penting dan intensitas pembinaan dan pengembangan UKS perlu di tingkatkan agar derajat kesehatan anak dan lingkungan sekolah tercapai melalui pendidikan kesehatan, pelayanan kesehatan dan pembinaan lingkungan sehat, mengingat fungsi tugas dan kewajibannya sebagai pelayanan masyarakat di samping guru yang setiap hari menghadapi peserta didik (Depkes RI, 2002). Berdasarkan data sensus penduduk Kabupaten Lombok Timur Tahun 2011 jumlah penduduk sebanyak 1.116.745 jiwa. Dan terdapat sekitar 37.500 jiwa anak di Kecamatan Selong, untuk anak usia sekolah 7-12 tahun sebanyak 9.500 jiwa (25,3%), sedangkan usia 13-15 tahun 5.300 jiwa (14,13%), dan usia 16-18 tahun 3.600 jiwa (9,6%). Dari hasil studi pendahuluan yang dilaksanakan pada
4
tanggal 18 November 2013 dari 9.500 jiwa anak usia sekolah tersebar dalam 35 Sekolah Dasar dan 40 MI yang berada di Kecamatan Selong Kabupaten Lombok Timur. Berdasarkan rekomendasi dari Kepala Dinas Pendidikan setempat, peneliti melakukan studi di enam Sekolah Dasar namun belum semuanya telah melaksanakan program UKS dengan baik dan benar. Disebabkan tidak kesemuanya telah memiliki UKS, dari 6 sekolah dasar terdapat 1 sekolah yang belum memiliki ruang UKS sehingga belum semua sekolah melaksanakan, mengembangkan dan membina UKS secara baik dan benar, maka petugas UKS sebagai pendidik kesehatan, pelayanan kesehatan dan pembinaan lingkungan hidup yang sehat perlu di tingkatkan. Usaha Kesehatan Sekolah (UKS) yang berfungsi sebagai saluran utama pembinaan kesehatan terhadap peserta didik, terasa sangat kurang dalam pelaksanaannya di Sekolah Dasar se-Kecamatan Selong Kabupaten Lombok Timur. Hal tersebut dapat dilihat dari masih ada sekolah yang belum sungguhsungguh melaksanakan UKS secara terencana, terpadu dan terarah. Selain itu masih banyak sekolah yang belum mampu mengorganisasi UKS dengan baik. Misalnya, rendahnya perilaku hidup bersih dan sehat siswanya dalam hal ini peneliti mendapatkan fenomena mengejutkan di SDN 01 Rakam dan SDN 03 Sandubaya tidak adanya tempat cuci tangan atau wastafel buat anak-anak mencuci tangan pakai sabun sebelum makan. Dan hasilnya guru menyiapkan wadah baskom buat anak-anak mencuci tangan dan lebih buruknya lagi wadah baskom tersebut dibuat mencuci tangan anak semua kelas tanpa sabun dalam satu tempat tersebut. Kurangnya pengetahuan personal hygine (cuci tangan) pada guru dan siswa dapat memicu resiko kontaminasi air dan penyakit oleh debu yang ada di
5
sekitar halaman SD serta pemakaian fasilitas cuci tangan tersebut digunakan oleh seluruh siswa. Dari segi kesehatan lainnya peneliti mendapatkan hasil bahwa 32% siswa mengalami masalah gigi dan 68% siswa yang keadaan gigi nya sehat. Siswa-siswa yang mengalami masalah gigi diantaranya 21% siswa mengalami karies, 7% siswa mengalami gingivitis dan 4% siswa mengalami karies dan gingivitis. Dari data observasi tersebut terdapat 106 kasus dari 336 siswa dengan prosentase sebanyak 32% yang mengalami masalah gigi. Hal ini membuktikan cukup tingginya angka kesakitan gigi yang terjadi di SDN se-Kecamatan Selong. Dan dari pelayanan kesehatan anak yang masih kurang juga terlihat dari status gizi anak ada yang mengalami kegemukan maupun kurang berat badan, dan juga belum adanya kerjasama antara Sekolah dengan orang tua siswa atau instansi terkait. Sehingga terkesan bahwa kesehatan anak didik adalah tanggung jawab orang tua semata. Sedangkan program pelayanan kesehatan di sekolah juga jarang dilaksanakan, apabila ada siswa yang sakit di sekolah, maka siswa yang sakit diantar pulang ke rumah dan diserahkan ke orang tuanya. Kondisi tersebut di atas semakin tidak didukung dengan tidak tersedianya dana UKS yang memadai. Sebagaimana yang penulis temukan dalam observasi awal menunjukkan bahwa SDN 02 Rakam dan SDN 04 Pancor telah memiliki ruang UKS yang memadai seperti dipan/kasur pemeriksa yang kondisinya masih bagus, begitu juga dengan perlengkapan dan peralatan lainnya seperti, alat-alat medis, peralatan PPPK yang sudah cukup lengkap, tetapi dalam pelaksanaannya peralatan tersebut hanya sebagai hiasan saja tanpa digunakan fungsinya secara maksimal. Kegiatan-kegiatan penyuluhan kesehatan dengan melibatkan tenaga kesehatan dari puskesmas sebagai mitra kerja UKS juga jarang dilaksanakan. Dari
6
hasil wawancara dengan salah satu kepala sekolah mengatakan, penyuluhan kesehatan dilaksanakan setiap 6 bulan sekali sebagai akibat keterbatasan dana yang disediakan sekolah untuk kegiatan UKS. Berdasarkan latar belakang diatas maka peneliti tertarik untuk meneliti apakah ada pengaruh pelaksanaan program UKS dalam meningkatkan derajat kesehatan siswa (usia 7-12 tahun) di Sekolah Dasar Negeri se-Kecamatan Selong Kabupaten Lombok Timur.
7
1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan uraian diatas, maka yang ingin peneliti ketahui adalah : 1. Bagaimana pelaksanaan program UKS di Sekolah Dasar Negeri seKecamatan Selong Kabupaten Lombok Timur ? 2. Bagaimana derajat kesehatan siswa (usia 7-12 tahun) yang di laksanakannya program UKS di Sekolah Dasar Negeri se-Kecamatan Selong Kabupaten Lombok Timur ? 3. Adakah pengaruh pelaksanaan program UKS terhadap peningkatan derajat kesehatan siswa (usia 7-12 tahun) di Sekolah Dasar Negeri seKecamatan Selong Kabupaten Lombok Timur ? 1.3 Tujuan Penelitian 1.3.1
Tujuan Umum Tujuan umum dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh pelaksanaan program UKS dalam meningkatkan derajat kesehatan siswa (usia 7-12 tahun) di Sekolah Dasar Negeri se-Kecamatan Selong Kabupaten Lombok Timur.
1.3.2
Tujuan Khusus 1. Mengidentifikasi karakteristik responden (pelaksanaan program UKS dan status kesehatan siswa) di Sekolah Dasar Negeri seKecamatan Selong Kabupaten Lombok Timur. 2. Mengidentifikasi pelaksanaan program UKS di Sekolah Dasar Negeri se-Kecamatan Selong Kabupaten Lombok Timur. 3. Mengidentifikasi derajat kesehatan siswa (usia 7-12 tahun) di Sekolah Dasar Negeri se-Kecamatan Selong Kabupaten Lombok Timur.
8
4. Menganalisa
pengaruh
pelaksanaan program UKS
dalam
meningkatkan derajat kesehatan siswa (usia 7-12 tahun) di Sekolah Dasar Negeri se-Kecamatan Selong Kabupaten Lombok Timur. 1.4 Batasan Masalah Untuk menghindari kesalahan dalam menafsirkan dan tidak menyimpang dari pokok permasalahan maka perlu pembatasan masalah. Pembatasan masalah ini terbatas pada : 1. Pelaksanaan program UKS yang diteliti meliputi, -
Mekanisme organisasi Usaha Kesehatan Sekolah
-
Pelaksanaan program kerja Usaha Kesehatan Sekolah
-
Kelengkapan sarana dan prasarana Usaha Kesehatan Sekolah
-
Ketersediaan dana dan biaya Usaha Kesehatan Sekolah
2. Peningkatan derajat kesehatan siwa yang dilihat dari indikator kesehatan yaitu Discomfort or illness, antara lain -
Keadaan somatik atau jasmani,
-
Keadaan kejiwaan atau rohani, maupun
-
Keadaan sosial.
3. Jumlah populasi yang digunakan adalah seluruh siswa (usia 7-12 tahun) yaitu 1442 siswa di kelas I-VI menggunakan metode Cluster random sampling didapatkan sampel sebanyak 336 siswa, di SDN 01 Rakam, SDN 02 Rakam, SDN 02 Pancor, SDN 04 Pancor, SDN 05 Selong dan SDN 03 Sandubaya Kecamatan Selong Kabupaten Lombok Timur Tahun Pelajaran 2013/2014.
9
1.5 Manfaat Penelitian 1.5.1
Bagi Siswa Hasil penelitian ini dapat menjadi acuan untuk siswa khususnya siswa (usia 7-12 tahun) agar dapat memahami akan pentingnya UKS dalam menerapkan pola hidup sehat dan berperan aktif untuk ikut melaksanakan kegiatan UKS, sehingga dapat meningkatkan derajat kesehatan.
1.5.2
Bagi Pengelola UKS Diharapkan dapat memberikan pemahaman akan arti penting UKS dalam melaksanakan kegiatan-kegiatan yang berhubungan dengan upaya menciptakan lingkungan siswa yang sehat secara mental, fisik, dan sosial.
1.5.3
Bagi Kepala Sekolah Sebagai bahan kajian, pertimbangan dan perbaikan untuk lebih meningkatkan pelayanan dan pengetahuan guru khususnya kepala sekolah dalam hal kebijakan UKS serta lebih menyadari akan pentingnya program UKS dalam usaha meningkatkan kesehatan siswa didik juga sebagai wujud partisipasi dalam bidang kesehatan.
1.5.4
Bagi Puskesmas Bagi puskesmas yang memiliki wilayah kerja di Sekolah Dasar Kecamatan Selong penelitian ini dapat dijadikan bahan untuk mengembangkan dan meningkatkan pengelolaan UKS di
Sekolah-Sekolah yang berada di
Kecamatan Selong Kabupaten Lombok Timur. 1.5.5
Bagi Peneliti Hasil penelitian ini merupakan suatu sarana untuk meningkatkan kemampuan peneliti dalam mengidentifikasi dan memecahkan suatu masalah yang ada di masyarakat dengan menggunakan seperangkat ilmu
10
pengetahuan yang diperoleh selama kuliah khususnya mengenai masalah keperawatan komunitas dan juga untuk mengetahui pelaksanaan program UKS terhadap peningkatan derajat kesehatan siswa (usia 7-12 tahun) di sekolah dasar sehingga menjadi data awal untuk peneliti selanjutnya serta sebagai tolak ukur kemampuan penulis selama menuntut ilmu di bangku perkuliahan. 1.6 Keaslian Penelitian Menurut penelitian Aris setiyo pribadi (2005) mengenai “Persepsi guru sekolah dasar di kecamatan wlingi kabupaten blitar terhadap program usaha kesehatan sekolah” didapatkan hasil data bahwa di Kec Wlingi Kab.Blitar 16-17 juni 2003 : a. Sebanyak 97.77 % dan dengan rata-rata perolehan nilai 84 % guru Sekolah Dasar Di Kelurahan Wlingi Kabupaten Blitar mempunyai persepsi Positif terhadap program UKS. b. Sebanyak 2.33 % dan dengan rata-rata perolehan nilai 16 % guru Sekolah Dasar Di Kelurahan Wlingi Kabupaten Blitar mempunyai persepsi Negatif terhadap program UKS. Dari hasil interpretasi data dan pembahasan yang telah dilakukan tampak bahwa rata-rata persepsi responden terhadap program UKS masuk dalam kategori positif (+). Berdasarkan hasil penelitian Siti Nur Afifah (2005) mengenai “Peran Siswa terhadap pengembangan usaha kesehatan sekolah di SDN Sugihan I Kecamatan Jatirogo Kabupaten Tuban” didapatkan hasil bahwa dari 19 responden (54,28%) dalam kategori baik, 15 responden (42,05%) dan 1 responden (28,85%) dalam kategori kurang baik. Hal ini siswa lakukan seperti
11
melaksanakan piket kelas sehari-hari dan hanya beberapa orang saja yang mengikuti kegiatan Dokter kecil, alasan siswa yang jarang mengikuti kegiatan UKS dikarenakan takut menggangu jadwal pelajaran. Siswa yang mampu memanfaatkan UKS di SDN Sugihan I Kecamatan Jatirogo Kabupaten Tuban adalah 8 responden (22,85%) dalam kategori baik, 25 responden (71,25%) dalam kategori cukup dan 2 responden (5,7%) dalam kategori kurang baik. Berdasarkan uraian di atas, bahwa perbedaan dan persamaan antara penelitian ini dengan penelitian diatas dapat dilihat dari variabel penelitian yang di gunakan. Pada penelitian Aris setiyo pribadi (2005), variabel independen yang digunakan adalah Persepsi Guru sedangkan variabel dependen yang digunakan adalah Program Usaha Kesehatan Sekolah. Pada penelitian oleh Siti Nur Afifah (2005), variable independen yang digunakan adalah Peran Siswa sedangkan variabel dependen yang digunakan adalah Pengembangan Usaha Kesehatan Sekolah. Sedangkan pada penelitian ini, variabel independen yang digunakan adalah Pelaksanaan Program UKS sedangkan variabel dependen yang digunakan adalah Peningkatan Derajat Kesehatan.
12