Bab I. Outlook Revisited (Based On RBB)
Content
1 Indonesia Today : The Largest Economy in ASEAN.
Indonesia merupakan negara dengan populasi tertinggi dan memiliki pendapatan domestic bruto regional terbesar di ASEAN.
Sumber: Mc Kinsey, BPS, Bloomberg, CEIC
2
Indonesia Tomorrow : The Largest Economy in The World.
Today
2030
16
Largest Economy In The World
45
Million members of consumer class
53
% of population in cities producing 74% of GDP
55
Million Skill workers needed
0,5 Sumber: Mc Kinsey, BPS, Bloomberg, CEIC
7 135
USD trilion market opportunity in consumer services, agriculture and fisheries, resourches and education.
71 113 1,8
3
Indonesia Economy Indicator Projection
Indikator Makroekonomi PDB Inflasi Policy Rate IDR/USD
OJK % 5,20 % 4,30 % 5,00 Rp 13.400
Perbankan 1 2 3 4 5 6 MoF RI BI IMF ADB WB OECD Min Max 4,90 5,60 5,10 5,10 - 5,50 5,30 5,10 5,30 5,20 3,25 5,00 4,00 3,00 - 5,00 4,20 4,00 4,40 4,90 4,00 5,00 12.500 13.700
Sumber: Outlook OJK Based On RBB
Perbankan memproyeksikan pertumbuhan ekonomi Indonesia berada pada rentang yang cukup baik dibandingkan dengan proyeksi sejumlah regulator dalam negeri maupun luar negeri. - Pendapatan Domestik Bruto (PDB) Indonesia akan berada pada posisi 4,90% hingga 5,60% lebih optimis dibandingkan dengan BI dengan posisi 5,10% hingga 5,50%. - Laju inflasi Indonesia juga akan berada pada posisi yang cukup baik, dengan pertumbuhan dari 3,25% hingga 5,00% lebih tinggi dibandingkan proyeksi BI dengan posisi 3,00% hingga 5,00%. - Policy Rate akan berada pada rentang yang sama dengan proyeksi OJK, dimana pertumbuhan berada pada kisaran 4,00% hingga 5,00%.
4 Chasm : Jurang Pemisah Shariah Adopted Life Cycle (SALC)
2,5%
13,,5%
34%
34%
16%
Innovators
Early Adopters
Early Adopters
Late Majority
Laggards
Ciri-Ciri Chasm: 1. Slower Growth, perlambatan pertumbuhan aset, pembiayaan, dan DPK. 2. Smaller CAR, kemampuan bank untuk bertumbuh karena CAR BUS masih terlalu kecil sehingga kemampuan untuk tumbuh lebih kecil. 3. Higher NPF, pembiayaan yang kurang efektif karena NPF BUS masih terlalu tinggi sehingga BUS sulit untuk meningkatkan efektifitas pembiayaan. 4. Smaller ROA, kemampuan Bank untuk menghasilkan profit terhadap jumlah aset yang dimiliki masih terlalu kecil karena ROA Bank Syariah masih terlalu kecil sehingga Bank Syariah kesulitan meningkatkan ROA. 5. At Par FDR, kemampuan bank dalam membayar kembali penarikan dana yang dilakukan deposan masih relatif aman karena berada pada rentang 85% - 95%. Note: Chasm tidak diukur dengan vertical growth (yang diukur dengan pertumbuhan dari tahun ke tahun) tapi dengan horizontal growth (yang diukur dengan delta pertumbuhan dari tahun ke tahun). Sumber: Crossing The Chasm, Geoffrey A. Moore (1991)
5 Bridge Over The Chasm Chasm (Jurang Pemisah) perlu diatasi dengan membuat jembatan: 1. Jembatan antar bank syariah yaitu Risk Appetite Referral 2. Jembatan antara uus / bus dengan induknya yaitu Platform Sharing With Induk. 3. Jembatan antara capital needs dengan capital-like injection yaitu memperhitungkan Penempatan Deposito Diatas 3 Tahun Sampai Dengan 50% Sebagai Quasi Equity. Risk Appetite Referral
Platform Sharing With Induk
Penempatan Deposito The Chasm
Why BUS Only? Not BUS + UUS? Pada bab ini, kami membahas mengenai perkembangan performa BUS tahun 2016 hingga proyeksi BUS akhir tahun 2017. secara umum, perbankan syariah terdiri atas Bank Umum Syariah (BUS) dan Unit Usaha Syariah (UUS). Selain itu, UUS memiliki hamper 30% kontribusi terhadap jumlah total aset perbankan syariah. Berikut penjelasannya: 1.
2.
3.
Jumlah Rekening Antar Kantor (RAK) UUS berada dalam jumlah yang signifikan, sehingga menyebabkan data-data yang kami kumpulkan cenderung bias. Hampir setengah dari total UUS memiliki rasio Financing to Deposit Ratio (FDR) diatas 100%. Selain itu, secara agregat pun UUS memiliki rasio FDR diatas 100%. Sama halnya dengan FDR, hamper setengah UUS memiliki Beban Operasional dan Pendapatan Operasional (BOPO) dibawah 80% dan bahkan terdapat beberapa UUS yang memiliki rasio BOPO dibawah 50%.
6 Critical Time For Chasm Banyak bank syariah memilih segmen Konsumer yang relatif stabil. Banyak pula yang berupaya akselerasi pertumbuhan dengan masuk ke segmen Korporasi melalui sindikasi karena risiko relatif kecil untuk proyek yang terkait program pemerintah. Critical time bagi Korporasi adalah September 2018 yang bersifat Acute Unstable pada +/- 1 tahun pilpres akibat uncertainty. Mitigasinya dengan exit strategi pada critical time. Sedangkan segmen Mikro memiliki critical time September 2017 yang bersifat Chronic Unstable dengan pemicu kali ini masuknya new aggressive player. Karena sifatnya kronik, mitigasi dilakukan dengan organizational development (OD) dengan menjaga span of management pada tingkat keseimbangan run-off dan disbursement pada optimal scale at acceptable risk. OD akan memindahkan kurva lama di kiri ke kurva baru di kanan.
Chronic nic ble* Unstable*
** Acute Un Unstable
Sept 2017
Mikro : Chronic Unstable*
Sept 2018
Sept 2019
Sept 2024
Sept 2025
Makro : Acute Unstable
* Pemburukan kualitas pembiayaan terjadi perlahan-perlahan yang berlangsung secara terus menerus. ** Pemburukan kualitas pembiayaan terjadi secara mendadak.
7 I. Chasm : Slower Growth (iB Assets)
Assets Growth Kelompok Bank INDUSTRI BUK BUS BUKU BUKU 1 BUKU 2 BUKU 3 BUKU 4 KEPEMILIKAN BUMN BUSN BPD Asing-KCBA Asing-Non KCBA
Jumlah ¨*URZWK\R\ Bank Q4-2016 Q4-2017 116 7,73% 11,28% 103 7,79% 11,26% 13 6,13% 11,80% 29 59 24 4
11,56% 8,65% 3,62% 10,84%
19,69% 15,20% 8,48% 11,93%
4 47 26 9 30
11,87% 10,23% 10,25% 2,47% 0,32%
13,58% 11,39% 12,04% 8,82% 7,90%
Sumber: Outlook OJK Based On RBB
-
-
-
(Delta Growth) Δ Growth* Aset Bank Umum Syariah (BUS) hingga quarter IV 2016 lebih kecil dibanding seluruh kelompok bank kecuali kelompok bank BUKU 3 dan bank kepemilikan asing (KCBA & Non-KCBA). Namun, pada akhir tahun 2017 pertumbuhan aset BUS diproyeksikan akan tumbuh lebih baik bahkan melebihi pertumbuhan BUK dan juga sejumlah industri lainnya kecuali, BUKU 1, Buku 2, BUKU 4, Bank Kepemilikan BUMN dan Bank Kepemilikan BPD. Walaupun growth rate masih berada pada dua digit. Namun delta growth BUS mengecil.
* Pertumbuhan Delta atau Δ Growth adalah indicator keuangan yang dihitung berdasarkan selisih pertumbuhan tiap tahun. Contoh : Growth Bank A tahun 2015 20% dan tahun 2016 21%, maka Δ Growth Bank A tahun 2016 adalah 21% (Growth 2016) - 20% (Growth 2015) = 1%
8 I. Chasm : Slower Growth (iB Assets) Perbankan syariah diproyekikan akan terus meningkatkan sumber dayanya, baik dalam segi kuantitas kekayaan perusahaan, maupun kuantitas jumlah industri perbankan syariah yang akan terus meningkat. Perbankan Syariah, sebagai The New Kid (pemain baru) dalam dunia perbankan mampu membuktikan bahwa ekonomi syariah dapat tumbuh pesat, lebih baik daripada perbankan konvensional atau sebagai The Old Man (pemain lama). Pertumbuhan aset perbankan syariah hingga Desember 2016 mampu menembus 6, 13% dan pada tahun 2017 diproyeksikan tumbuh 2 kali lebih cepat daripada BUK hingga mencapai 11,80%. Walaupun jumlah perbankan syariah delapan kali jauh lebih kecil daripada perbankan konvensional, namun pertumbuhan aset BUS yang melesat dengan signifikan menunjukkan bahwa The New Kid mampu bersaing dengan The Old Man. Pertumbuhan aset BUS dilatarbelakangi oleh beberapa hal, diantaranya adalah: - Pertumbuhan pembiayaan yang signifikan, BUS mampu meningkatkan jumlah pembiayaan, - Pertumbuhan jaringan kantor, infrastruktur, serta aset-aset non-produktif lainnya, - Konversi PT. Bank Aceh menjadi PT. Bank Aceh Syariah memberikan tambahan aset bagi perbankan syariah pada tahun 2017. Ditambah lagi dengan rencana konversi Bank NTB yang akan selesai pada pertengahan tahun 2018, berpotensi besar untuk menambah aset BUS dan tumbuh lebih cepat berkalikali lipat. Sumber: Outlook OJK Based On RBB, Media Massa & KCI Analysis
9 I. Chasm : Slower Growth (iB Financing)
Financing Growth Kelompok Bank INDUSTRI BUK BUS BUKU BUKU 1 BUKU 2 BUKU 3 BUKU 4 KEPEMILIKAN BUMN BUSN BPD Asing-KCBA Asing-Non KCBA
Jumlah ¨*URZWK\R\ Bank Q4-2016 Q4-2017 116 7,78% 13,25% 103 7,80% 13,31% 13 7,21% 11,98% 29 59 24 4
10,89% 9,20% 3,03% 11,40%
19,56% 15,88% 10,14% 14,67%
4 47 26 9 30
13,22% 9,16% 10,00% 4,35% -0,74%
16,26% 13,12% 11,91% 8,25% 10,09%
Sumber: Outlook OJK Based On RBB
-
-
-
Δ Growth pembiayaan BUS pada quarter IV-2016 tidak lebih baik dibandingkan dengan seluruh industri perbankan, kecuali bank BUKU 3, Bank Asing KCBA maupun Non-KCBA. Diproyeksikan, Desember 2017 pembiayaan BUS akan mengalami pertumbuhan yang lebih baik. Namun pertumbuhan tersebut masih berada dibawah laju pertumbuhan seluruh industri perbankan, kecuali BPD, Bank BUKU 3, Bank Asing KCBA maupun Non-KCBA Walaupun growth rate masih berada pada dua digit. Namun delta growth BUS mengecil.
10 I. Chasm : Slower Growth (iB Financing)
2017 merupakan tantangan bagi perbankan syariah dan kenyamanan bagi bank konvensional. Sebab pertumbuhan kredit konvensional berada pada level yang cukup signifikan, yakni berada di atas pertumbuhan industri perbankan nasional. Berbeda dengan konvensional, Perbankan Syariah hingga akhir 2016 mengalami pertumbuhan sedikit lebih kecil dibandingkan dengan perbankan nasional maupun konvensional. Namun hal tersebut bukanlah halangan, karena setiap tahunnya pertumbuhan perbankan syariah terus tumbuh agresif karena bank syariah merupakan promising business. Sehingga, untuk dapat memperkuat pasar, BUS tetap mempertahankan existing market share dan terus melakukan ekspansi menuju size market yang lebih besar. Q4-2016 BUS tetap berupaya untuk menjaga pertumbuhan pembiayaan dengan meningkatkan pembiayaan komersial atau pembiayaan konsumtif seperti pembiayaan KPR, karena low risk dan fixed income. Pertumbuhan pembiayaan BUS hingga Desember 2016 mencapai 7,21% dan diproyeksikan akan terus membaik hingga 11,98% pada akhir tahun 2017. Pertumbuhan tersebut menunjukkan bahwa BUS mampu menjawab atas kebutuhan masyarakat melalui sejumlah produk pembiayaan yang sesuai dengan keadaan dan kondisi masyarakat. Di lain sisi, BUK mengalami pertumbuhan 7,80% per Desember 2016 dan diproyeksikan tumbuh 13,31% tahun 2017. Pertumbuhan BUS dan BUK hanya terpaut 1,34% dan tidak menutup kemungkinan BUS mampu tumbuh lebih agresif dibandingkan dengan BUK hingga akhir 2017.
Sumber: Outlook OJK Based On RBB & KCI Analysis
11 I. Chasm : Slower Growth (iB Funding)
Funding Growth Kelompok Bank INDUSTRI BUK BUS BUKU BUKU 1 BUKU 2 BUKU 3 BUKU 4 KEPEMILIKAN BUMN BUSN BPD Asing-KCBA Asing-Non KCBA
Jumlah ¨*URZWK\R\ Bank Q4-2016 Q4-2017 116 7,73% 11,94% 103 7,40% 11,95% 13 6,45% 11,67% 29 59 24 4
11,10% 10,59% 4,77% 8,23%
16,13% 15,22% 8,75% 13,14%
4 47 26 9 30
9,56% 9,15% 11,99% 10,16% 0,47%
15,61% 10,54% 12,24% 8,05% 7,64%
Sumber: Outlook OJK Based On RBB
-
-
-
Δ Growth Dana Pihak Ketiga (DPK) BUS mengalami pertumbuhan hingga akhir Desember 2016, namun tidak lebih baik dibandingkan dengan seluruh industri perbankan, kecuali Bank BUKU 3 dan Bank Asing Non-KCBA. BUS akan terus meningkatkan ekspansi DPK sehingga diproyeksikan DPK BUS akan tumbuh lebih baik dimana Bank Umum Swasta Nasional (BUSN) dan Bank Asing KCBA akan berada dibawah pertumbuhan BUS. Walaupun growth rate masih berada pada dua digit. Namun delta growth BUS mengecil.
12 I. Chasm : Slower Growth (iB Funding) Pertumbuhan DPK perbankan nasional diproyeksikan terus meningkat hingga mencapai tahu 2017. Kompetisi The New Kid dan The Old Man akan terus mewarnai perkembangan perbankan di Indonesia, khususnya dalam rangka menghimpun dana masyarakat. Sejumlah produk ditawarkan untuk dapat menarik perhatian calon-calon nasabah maupun mempertahankan existing costumer pada setiap industri perbankan di Indonesia. Kepercayaan nasabah terhadap perbankan syariah, ditambah dengan jumlah populasi umat muslim terbesar di dunia menjadi potensi besar dan sekaligus modal utama perkembangan perbankan syariah di Indonesia. Terbukti hingga Desember 2016 jumlah DPK BUS mengalami pertumbuhan 6,45% dan diproyeksikan tumbuh 2 kali lebih besar di tahun 2017 hingga mencapai 11,67%. Dana pensiun yang dihimpun oleh sejumlah bank syariah juga ikut memberikan kontribusi terhadap pertumbuhan DPK BUS. Pendanaan di sektor properti (retail) cukup digemari bagi sejumlah BUS karena tergolong dana mahal dimana terdapat fix income didalamnya. Selain itu, perbankan syariah juga ikut memainkan peranan yang lebih signifikan bagi perekonomian nasional, terutama dalam mendorong pertumbuhan sektor riil. Masuknya Bank Aceh ke dalam industri perbankan syariah sekaligus sebagai pelopor BUS milik Pemerintah Daerah pertama, ikut menambah pertumbuhan DPK BUS yang berasal dari dana-dana PNS yang dikelola oleh Bank Aceh. Konversi Bank NTB yang ditargetkan selesai pada tahun 2018 diproyeksikan juga akan ikut memberikan tambahan DPK bagi Bank Umum Syariah di Indonesia.
Sumber: Outlook OJK Based On RBB & KCI Analysis
13 2. Chasm : Smaller CAR, Higher NPF
CAR & NPL/NPF Growth INDUSTRI BUK BUS BUKU BUKU 1 BUKU 2 BUKU 3 BUKU 4 KEPEMILIKAN BUMN BUSN BPD Asing-KCBA Asing-Non KCBA
CAR NPL/NPF Gross NPL/NPF Net Q4-2016 Q4-2017 Q4-2016 Q4-2017 Q4-2016 Q4-2017 22,14% 21,34% 3,04% 2,76% 1,32% 1,28% 22,34% 21,50% 2,98% 2,72% 1,26% 1,24% 16,58% 16,81% 4,45% 3,80% 2,65% 2,14% 23,76% 22,04% 23,79% 20,73%
24,69% 21,44% 23,05% 19,81%
2,40% 2,99% 3,47% 2,73%
2,07% 2,46% 2,95% 2,75%
1,41% 1,50% 1,60% 1,01%
1,13% 1,16% 1,47% 1,17%
20,60% 20,42% 20,49% 52,30% 19,62%
19,46% 20,26% 20,84% 51,41% 18,65%
3,04% 2,46% 3,24% 1,80% 3,72%
2,86% 2,52% 2,59% 1,47% 3,11%
1,12% 1,29% 1,37% 0,70% 1,74%
1,11% 1,36% 1,08% 0,74% 1,66%
Sumber: Outlook OJK Based On RBB
-
-
Capital Adequacy Ratio (CAR) BUS pada quarter IV-2016 jauh lebih kecil pada industri perbankan nasional. Bahkan hingga akhir tahun 2017 pun, kenaikan CAR BUS tidak terlalu membaik dan masih lebih kecil dibanding seluruh kelompok bank. Laju Net Performing Financing (NPF) Gross & Net BUS hingga quarter IV-2016 jauh lebih tinggi dibandingkan dengan industri perbankan nasional dan melewati garis normal 1,0% - 2,5%. Akhir tahun 2017 pun diproyeksikan NPF BUS tetap lebih tinggi dibanding seluruh kelompok bank.
14 2. Chasm : Smaller CAR, Higher NPF
Kinerja BUS jauh lebih buruk dua kali dibawah BUK menyebabkan NPF cenderung tinggi. Selain itu hampir 70% bisnis syariah berbasis angsuran dengan nominal yang cukup tinggi tiap bulan. Upaya konsolidasi internal dan restrukturisasi pembiayaan sedang dilakukan BUS untuk dapat terus menekan NPF. Laju kinerja perbankan syariah akan masih tertekan pembiayaan bermasalah atau non performing financing (NPF). Tumpukan pembiayaan bermasalah di perbankan syariah juga masih lebih tinggi ketimbang kredit bermasalah (NPL) perbankan konvensional. Selain itu, pembiayaan yang bermasalah juga disebabkan oleh penurunan kondisi perekonomian nasional maupun global, tingginya pembiayaan bermasalah di sektor perdagangan besar dan fluktuasi kondisi ekonomi juga berdampak pada penyaluran pembiayaan perbankan syariah Kinerja Bank Syariah memerah pada 2016. Hal ini bisa dilihat dari jumlah Capital Adequacy Ratio (CAR) BUS sebesar 16,58% berbeda jauh dengan CAR BUK yang berada di posisi 22,34%, disamping itu Non Performing Financing (NPF) BUS Financing (NPF) BUS juga cukup tinggi 2,65% dua kali lipat lebih buruk dari kinerja BUK sebesar 1,26%. Namun di tahun 2017, masih banyak pekerjaan yang harus dilakukan BUS untuk dapat memperbaiki kinerja sehingga laju NPF dapat terus ditekan dan dapat mendorong pertumbuhan CAR lebih baik. Diproyeksikan BUS akan mengalami perbaikan pada NPF dan CAR masing-masing sebesar 2,14% dan 16,81%. Menjaga jumlah pembiayaan, melakukan konsolidasi internal dan juga restrukturisasi pembiayaan merupakan upaya strategis yang harus dilakukan BUS agar pertumbuhan kinerja BUS akan tumbuh lebih baik dibandingkan dengan BUK.
Sumber: Outlook OJK Based On RBB, Media Massa & KCI Analysis
15 3. Chasm : Smaller ROA, At Par FDR
ROA & LDR/FDR Growth INDUSTRI BUK BUS BUKU BUKU 1 BUKU 2 BUKU 3 BUKU 4 KEPEMILIKAN BUMN BUSN BPD Asing-KCBA Asing-Non KCBA
ROA LDR Q4-2016 Q4-2017 Q4-2016 Q4-2017 2,14% 2,42% 93,09% 94,18% 2,19% 2,48% 93,29% 94,41% 0,83% 1,10% 88,66% 88,90% 1,02% 1,60% 1,35% 3,05%
1,91% 1,93% 1,76% 3,16%
92,76% 96,67% 97,58% 88,61%
95,51% 97,21% 98,83% 89,81%
2,72% 2,53% 2,58% 2,81% 0,65%
2,88% 2,56% 2,65% 2,82% 1,39%
91,87% 83,29% 91,00% 141,76% 99,38%
92,39% 85,23% 90,73% 142,02% 101,63%
Sumber: Outlook OJK Based On RBB
-
-
Return on Assets (ROA) BUS hingga quarter IV 2016 lebih kecil dibanding seluruh kelompok bank kecuali bank kepemilikan Asing Non-KCBA. Akhir tahun 2017, diproyeksikan ROA BUS akan mengalami kenaikan namun tidak lebih baik dibandingkan dengan kenaikan ROA seluruh industri perbankan di Indonesia. Pertumbuhan Loan/Financing To Deposit Ratio (L/FDR) BUS hingga quarter IV 2016 berada pada posisi normal, dimana FDR BUS antara 85% 95% lebih baik dibandingkan dengan Bank BUKU 2 & 3 juga Bank Asing KCBA maupun Non-KCBA. Diproyeksikan, akhir 2017 BUS akan mengalami kenaikan yang sangat tipis dan jauh lebih baik dibandingkan dengan Bank BUKU 1, 2 & 3 juga Bank Asing KCBA maupun Non-KCBA.
16 3. Chasm : Smaller ROA, At Par FDR
Pertumbuhan bisnis mikro perbankan syariah stagnan dalam dua tahun terakhir. Sampai kini pertumbuhan penyaluran pembiayaan industri bank syariah pun baru mencapai single digit. Profitabilitas industri bank syariah Tanah Air masih di bawah realisasi tahun 2016. Faktor yang melatarbelakangi penurunan laba tersebut adalah biaya pencadangan yang naik dan pendapatan operasional yang tidak tumbuh signifikan Bank syariah di Indonesia masih muda dan tengah dalam tahap investasi. Hal tersebut yang membuat rasio BOPO BUS tinggi dan mempengaruhi pendapatan bank. Pertumbuhan BOPO harus dilihat tren yang ada baik atau tidak, tetapi BUS memang masih lebih muda dibanding BUK. Tetapi, terkait posisi BOPO yang tinggi itu belakangan juga ditambah dengan tren peningkatan CKPN (cadangan kerugian penurunan nilai) dari perbankan syariah. ROA BUS yang hanya mampu naik hingga 0,83% Namun, diproyeksikan pada tahun 2017 BUS akan mengalami kenaikan ROA yang cukup baik hingga mencapai 1,10% . Kenaikan ini disebabkan karena bisnis retail pada tahun 2017 diproyeksikan akan terus membaik dimana mayoritas BUS saat ini sudah mulai memposisikan diri untuk fokus pada retail banking baik untuk segmen produktif maupun konsumtif. Tidak hanya itu, pengelolaan dana haji yang disalurkan sejumlah BUS juga ikut berkontribusi terhadap pendapatan BUS yang akan terus meningkat. Dibuktikan dengan rasio FDR BUS yang diproyeksikan akan naik sebesar 88,90% atau lebih baik dibandingkan dengan tahun sebelumnya sebesar 88,66%. Meningkatnya jumlah pembiayaan dan restrukturiasi pembiayaan dalam rangka menekan NPF menjadi faktor utama FDR BUS tahun 2017 kian membaik.
Sumber: Outlook OJK Based On RBB, Media Massa & KCI Analysis
17 Bank Industry Growth & Projection Overalll
Aset Kredit DPK CAR LDR NPL Gross NPL Nett
TW IV 2015 6.133 4.092 4.413 N/A N/A N/A N/A
TW IV 2016 6.607 4.411 4.738 22,14% 93,09% 3,04% 1,32%
TW IV Growth 2016 (yoy) 2017 7.352 7,73% 4.995 7,78% 5.304 7,36% 21,34% 94,18% 2,76% 1,28%
Proyeksi Growth 2017 (yoy) 11,28% 13,25% 11,94%
OJK Outlook 2016 N/A 6%-8% 6%-8%
OJK Outlook 2017 N/A 9%-11% 10%-12%
Sumber: Outlook OJK Based On RBB
Secara keseluruhan pertumbuhan aset, kredit dan DPK industri perbankan nasional pada tahun 2016 naik tipis imbas dari perekonomian nasional yang kurang membaik. Namun tahun 2017, perbankan memproyeksikan pertumbuhan industri perbankan akan mengalami pertumbuhan yang baik dimana aset akan tumbuh dengan Δ Growth 3,55%, Δ Growth Kredit 5,47% dan Δ Growth DPK 4,58%. Selain itu, permodalan perbankan nasional juga akan mengalami kenaikan yang lebih signifikan dibanding aset, hal ini dibuktikan dengan proyeksi rasio CAR yang mengalami penurunan hingga -0,80% atau sebesar 21,34% pada akhir tahun 2017. pertumbuhan kredit yang lebih baik dibanding pertumbuhan DPK menyebkan rasio LDR perbankan nasional mengalami kenaikan hingga 1,09%. Efektifitas pembiayaan juga akan terus membaik dengan menurunnya rasio NPL Gross sebesar -0,28% dan NPL Net sebesar 0,04% pada akhir tahun 2017.
Bab II. Perubahan Peta Perbankan Syariah Indonesia
18 Need For New Regulation
3 Pillars Bank Umum Syariah
Spin Off legalitas dilakukan bagi Unit Syariah yang dinilai sudah memiliki kemampuan untuk membuat entitas baru. Namun pada spin off legalitas, uus yang nantinya menjadi bus harus melakukan 3 pilar tersebut agar mampu meningkatkan daya saing bank syariah pasca spin off.
Konversi Unit Usaha Syariah
Terdapat 3 pilar yang menjadi fokus utama pada regulasi baru bagi perbankan syariah: - R isk Appetite Referral - Platform Sharing With Induk - Penempatan Deposito Diatas 3 tahun
Legal Spin-Off Unit Usaha Syariah
Konversi dilakukan bagi Unit Syariah yang memiliki jumlah aset yang kecil sehingga kesulitan untuk melakukan spin off. Langkah ini dilakukan agar perbankan syariah memiliki daya saing dan kemampuan modal yang besar sehingga leluasa untuk meningkatkan daya saing pasca konversi.
19 Key Target : New Potential Growth Engine
Perbankan syariah memiliki potensi yang sangat menjanjikan, apabila dilakukan dengan berdasarkan strategi bisnis yang tepat. Untuk mendorong pertumbuhan industri, dibutuhkan tiga hal yang menjadi dasar pertumbuhan perbankan syariah. UNTUK DIVALIDASI LEBIH LANJUT*
Three Pillars of Potential Growth Engine 2017-2018, Triliun Rupiah Nilai Tambah
Max: 67.5 56.1
Triliun Rupiah
Max: 87.4
56.1
Max: 53.2
33.2
Min: 45.8
Min: 24.8 Min: 13.2
Risk Appetite Referral
Potensi Peningkatan Aset akibat diterapkannya Risk Appetite Referral yaitu, Nasabah yang tidak masuk pada Risk Appetite BUS X, maka dirujuk ke BUS Y yang memiliki risk appetite yang sesuai
* Perhitungan kasar menggunakan data yang tersedia secara publik Sumber: analisa KCI
Cost Synergy Through Platform Sharing with Induk
Potensi Peningkatan aset akibat diterapkannya Platform Sharing With Induk.
Deposito Berjangka
Pertumbuhan Aset BUS akibat dari penempatan dana haji. (Deposito Berjangka Lebih Dari 3 Tahun).
20 Pilar Pertama, Risk Appetite Referral Low Level
High Level
Risk Tollerance
Risk Appetite
risk management indicators*
Perbankan syariah dalam menilai tingkat risiko, setidaknya memperhatikan 2 target kuci yaitu potensi/kemungkinan terjadinya risiko (ditentukan berdasarkan skala yang telah di sesuaikan baik oleh regulator/perusahaan) dan dampak/akibat yang akan timbul ketika risiko muncul. Perbankan syariah harus memperhatikan risk appetite dalam melakukan kegiatan bisnis yang akan berdampak besar pada perusahaan. 1. Nasabah mengajukan permohonan pembiayaan kepada Bank X untuk melakukan kegiatan bisnis.
1
2. Setelah mengajukan pembiayaan, Bank X akan mengolah data nasabah dan mendeteksi kemampuan nasabah dalam melakukan pembiayaan
2
Nasabah Pembiayaan
3. Apabila dalam suatu ketika bank tidak memiliki dana yang cukup atau BMPK bank rendah (risiko tinggi) maka Bank X dapar mereferensikan nasabah kepada Bank Y untuk mengajukan pembiayaan. 4. Permohonan pembiayaan nasabah di rujuk kepada Bank X sehingga nasabah dapat memperoleh dana yang dibutuhkan. Bank X dalam hal ini akan memperoleh fee dari Bank Y atas imbalan terhadap Referral tersebut.
5. Risk Appetite Referral menjadi terobosan bagi perbankan syariah dalam melayani kebutuhan masyarakat dan membantu pemerintah dalam meningkatkan ekonomi nasional.
5 3 Bank X
4
Referral
Bank Y
Fee
BUS akan memaksimalkan keterjangkauan perbankan syariah dan sinergi operasional melalui penyelarasan portofolio dan sumber daya bersama.
Keterangan Gambar Lingkaran besar adalah core business Lingkaran kecil adalah non-core business
-
Mengurangi duplikasi bisnis dan channel, meningkatkan akses ke Lembaga Keuangan Syariah - Risk Appetite Referral
Lembaga Keuangan Syariah dapat berfokus untuk melayani konsumen inti mereka, sehingga menghilangkan duplikasi antar institusi Contoh: BRI Syariah dan BTPN Syariah dapat berfokus untuk melayani konsumen berpenghasilan rendah, memanfaatkan kekuatan mereka saat ini
* Indikator risk management: semakin pekat warna (berdasarkan level risiko), maka akan semakin tinggi risiko terhadap perusahaan Sumber: analisa PwC Strategy&
21
Pilar Kedua, Platform Sharing With Induk
Mengurangi OPEX and CAPEX – Platform Sharing With Induk - Penggunaan infrastruktur dan layanan pendukung bersama, yaitu jaringan sistem tarik tunai, EDC, investasi teknologi, fungsi IT, fungsi SDM, dll. - Pada awal tahap integrasi, CAPEX mungkin meningkat – namun CAPEX dan OPEX kemudian akan menurun seiring dengan realisasi sinergi
Platform Sharing With Induk Illustration
Sumber: analisa PwC Strategy&
Perbankan Syariah dalam melakukan kegiatan bisnisnya, dapat melakukan model bisnis yaitu platform sharing dengan induk perusahaan. Hal iini dilakukan agar bisnis perbankan konvensional maupun syariah tidak tumpang m Beragam ttindih/inbalancing. kkeuntungan/advantage yang akan diperoleh perbankan syariah maupun konvensional ketika p melakukan platform sharing, diantaranya: m Capital Expenditure (CAPEX) perusahaan rendah, Biaya Operasional dan Pendapatan Operasional (BOPO) dapat ditekan, Profitabilitas perusahaan tumbuh lebih cepat, imbas dari rendahnya CAPEX dan BOPO. Ketika profitabilitas positif maka laba juga akan berdampak positif (Retained Earning). Tingkat solvabilitas perbankan syariah (CAR) semakin tinggi. Maka dampak mayor atas pertumbuhan tersebut, yakni pertumbuhan aset perusahaan yang pesat.
22 Pilar Ketiga, Deposito Lebih Dari 3 Tahun
Selanjutnya untuk mencapai capital needs dengan capital-like injection dibutuhkan pilar ketiga, yaitu Penempatan Deposito Diatas 3 Tahun Sampai Dengan 50% Sebagai Quasi Equity. Terdapat dua opsi penempatan dana yang akan di depositkan kedalam bank syariah, 1. Penempatan yang dilakukan oleh bank induk terhadap bank syariah (anak) dengan syarat penempatan tersebut berbentuk deposito berjangka selama lebih dari 3 tahun. 2. Penempatan Dana Haji. Penempatan tersebut dapat dilakukan oleh Badan Pelaksana Kegiatan Haji-Umrah (BPKH) terhadap perbankan syariah yang telah di pilih. Penempatan tersebut juga berbentuk deposito berjangka selama lebih dari 3 tahun.
Penempatan Bank Oleh Induk
Penempatan Dana Haji (Hajj Fund Placement)
Penempatan Deposito Diatas 3 Tahun = 50% Sebagai Quasi Equity.
23
Quantity Side : Islamic Banking Growth Is Good Enough
Pada tanggal 19 September 2016 telah dilakukan konversi BPD Aceh menjadi bank syariah, dengan nama Bank Aceh Syariah. Indikator Utama Total BUS-UUS-BPRS Total Aset BUS -UUS BPRS Pertumbuhan Aset BUS-UUS-BPRS Market Share DPK BUS-UUS-BPRS Pertumbuhan DPK BUS-UUS-BPRS PYD BUS-UUS-BPRS Pertumbuhan PYD BUS-UUS-BPRS Total BUS-UUS Total Aset BUS -UUS BPRS Pertumbuhan Aset BUS-UUS-BPRS DPK BUS-UUS-BPRS Pertumbuhan DPK BUS-UUS-BPRS PYD BUS-UUS-BPRS Pertumbuhan PYD BUS-UUS-BPRS Rasio-Rasio ROA BOPO NPF (net) NPF (gross) CAR (BUS) FDR
2012
2013
2014
2015
2016
199,71 34,04% 4,58% 150,447 28,03% 151,063 43,41%
248,11 24,24% 4,89% 187,196 24,43% 188,55 24,82%
278,9 12,41% 4,85% 221,890 18,53% 204,31 8,35%
304,00 9,00% 4,83% 236,020 6,37% 218,725 7,06%
365,65 20,28% 5,33% 285,150 20,84% 254,65 16,41%
195,02 3,06% 147,51 27,81% 147,51 43,69%
242,28 24,23% 183,53 24,42% 184,12 24,82%
272,34 12,41% 217,86 18,71% 199,3 8,24%
296,26 8,78% 231,17 6,11% 212,96 6,86%
356,5 20,33% 279,33 20,83% 248,01 16,44%
2,14% 2,00% 74,97% 7,81% 1,34% 1,75% 2,22% 2,62% 14,13% 14,44% 100,00% 100,32%
0,79% 94,16% 2,94% 4,33% 16,10% 91,50%
0,84% 94,38% 2,77% 4,34% 15,02% 92,14%
0,94% 93,63% 2,06% 4,15% 16,16% 88,78%
Dengan adanya konversi ini, share total aset BUSUUS-BPRS telah menembus angka 5% yaitu sebesar 5,33% dari total aset Perbankan Nasional.
Sumber: Otoritas Jasa Keuangan Pertumbuhan perbankan syariah hingga Desember 2016 begitu beragam. Jumlah total aset yang tumbuh hingga 20,28% didukung oleh pertumbuhan DPK dan Pembiayaan yang mengalami tren baik, dimana masing-masing tumbuh 20,84% dan 16,41%. Konversi Bank Aceh menjadi Bank Aceh Syariah menambah aset perbankan syariah merupakan salah faktor pertumbuhan yang cukup signifikan. Namun, dalam sisi kinerja dan profitabilitas perbankan. Performa perbankan syariah tidak cukup baik, apabila ditinjau dari ROA perbankan syariah yang pada Desember 2016 berada di posisi 0,94%. Selain itu, kinerja perbankan syariah (BOPO) juga tidak kunjung membaik dimana pada akhir tahun 2016 harus cukup puas pada level 93,63%. Hal ini berbeda jauh apabila performa perbankan syariah dibandingkan antara Desember 2016 dan Desember 2012 dimana selisih ROA dan BOPO tahun 2012 dan 2016 masing-masing berkisar 1,01% dan 19,10%. Secara keseluruhan pertumbuhan perbankan syariah memang terlihat stabil, namun secara apabila dinilai berdasarkan performa, perbankan syariah berkembang dengan kondisi yang kurang baik. Hal ini disebabkan perekonomian nasional yang kurang baik berimbas pada hasil usaha yang negatif terhadap sejumlah nasabah perbankan syariah sehingga aset produktif tidak berjalan dengan baik. Selain itu pula, kompetisi produk dengan perbankan konvensional baik dalam maupun luar negeri masih menjadi hambatan daya saing perbankan syariah.
24 Quality Side : Islamic Banking Growth Is Not Good Enough Survei Nasional Literasi dan Inklusi Keuangan 2016
Sumber: Otoritas Jasa Keuangan
Masyarakat Indonesia secara umum masih kurang memahami konsep perbankan syariah dan cenderung memilih perbankan nasional/konvensional. Hal ini dinilai berdasarkan perbandingan antara literasi keuangan nasional dan syariah terlihat cukup signifikan. Pengetahuan, keyakinan dan keterampilan masyarakat dalam mengelola keuangan syariah dinilai masih terlalu rendah dibandingkan dengan keuangan nasional.
Apabila diukur berdasarkan sistem keuangan inklusif, kualitas layanan industri perbankan yang terdiri dari akses (access), penggunaan (usage) dan kualitas (quality), bahaw kualitas pelayanan perbankan syariah jauh lebih rendah dibadningkan dengan kualitas layanan perbankan nasional.
Sumber: Otoritas Jasa Keuangan
25 Indeks Kesiapan Spin Off UUS
No
Nama Bank Syariah
1 UUS Maybank Indonesia 2 UUS Bank BTN 3 UUS Permata Bank 4 UUS CIMB Niaga 5 UUS Bank DKI 6 UUS Bank Danamon 7 UUS Bank Jateng 8 UUS Bank Sinarmas 9 UUS Bank OCBC NISP 10 UUS Bank Sumut 11 UUS Bank Jatim 12 UUS Bank Kaltim 13 UUS Bank Kalbar 14 UUS Bank Riau-Kepri 15 UUS Bank Nagari 16 UUS Bank Sumsel-Babel**** 17 UUS Bank Kalsel 18 UUS Bank Sulselbar 19 UUS Bank NTB 20 UUS Bank DIY 21 UUS Bank Jambi Total / Rata-Rata
Total Aset
ROA
FDR
NPF NET
2016
2016
2016
2016
Steady State 1 *
Steady State 2 *
Steady State 3 *
23.238.159
2,86%
127,54%
2,85%
18.125.394
2,54%
94,64%
0,66%
15.837.412
-2,17%
83,73%
2,04%
12.779.781
2,98%
95,59%
0,50%
4.012.358
2,36%
108,63%
0,86%
3.921.213
3,44%
100,18%
0,93%
3.094.601 2.914.838 2.802.653 2.338.810 2.113.100 1.690.189 1.479.276 1.432.177 1.340.715 1.169.548 845.640 755.906 669.940 567.745 60.364 101.189.819
1,62% 2,81% 1,70% 0,24% 0,11% 1,72% 6,54% 1,10% 5,44% 0,73% 2,02% 4,10% 3,35% 4,87% 5,33% 2,56%
59,85% 96,66% 63,60% 108,84% 55,48% 92,81% 136,98% 97,86% 138,11% 66,71% 102,54% 98,44% 103,93% 112,74% 239,85% 104,03%
0,21% 0,75% Option : Legal Spin Off atau Spin Off 1,55% 8,07% 1,44% 2,61% 0,28% 0,45% 1,45% Option : Legal S pin Off 2,82% Atau Konversi 5,43% 0,14% 0,34% 0,14% 0,00% 1,60%
** Steady State 2 = Asset 5 T - 10 T, BUS runs normally. Other Assumption: ROA 1,0% - 1,5%, NPF Net 2,0% - 2,5%, FDR 85% - 95% *** Steady State 3 = Asset 10 T and above, BUS ready to grow bigger. Other Assumption: ROA 1,0% - 1,5%, NPF Net 2,0% - 2,5%, FDR 85% - 95% **** Data UUS Bank Sumsel-Babel per-September 2016 ROA, NPF & FDR Fulfilled NPF & FDR Fulfilled, ROA Not Fulfilled ROA & NPF Fulfilled, FDR Not Fulfilled ROA Fulfilled, NPF & FDR Not Fulfilled
Indeks Kesiapan Spin Off diukur dari beberapa aspek: - Skala Aset UUS yang terdiri dari 3 Steady State - Tingkat kemampuan UUS menghasilkan laba yang diukur dengan ROA. - Tingkat kemampuan UUS menyalurkan pembiayaan secara efektif yang diukur dengan NPF. - Tingkat kemampuan UUS menjaga keseimbangan assets liabilities yang diukur dengan FDR.
26
Indeks Kesiapan Spin Off UUS : Steady State 3
1. UUS Maybank Indonesia Laporan Keuangan UUS Maybank Indonesia pada posisi Desember 2016 menunjukan Aset sebesar 23,2 triliun, ROA sebesar 2,86%, FDR 127,54% dan NPF 2,85%. Analisa Karim Consulting Indonesia UUS Maybank Syariah masuk pada Steady State 3 (BUS ready to grow bigger) . Dengan kategori ROA Fulfilled, FDR & NPF Not Fulfiled Dalam menyiapakan Spin Off UUS Maybank Indonesia sehingga dapat mempertahankan performance dan membawa dampak yang lebih baik pasca Spin Off, diperlukan beberapa perhatian dan dukungan regulator sebagai berikut: 1. Pembiayaan pasca Spin Off VS Batas Minimum Pemberian Pembiayaan (BMPP). Saat ini seluruh pembiayaan yang disalurkan UUS Maybank Indonesia dihitung berdasarkan BMPP dari modal Bank Maybank Indonesia. Sehingga UUS Maybank Indonesia saat ini dapat menyalurkan pembiayaan dengan platfom yang besar, khususnya pada pembiayaan koorporasi. Diproyeksikan ketika UUS Maybank Indonesia melakukan spin off maka BMPP pembiayaan akan mengikuti modal dari BUS hasil Spin Off, (dalam arti BMPP akan menjadi kecil (tertekan)) sehingga BUS hasil spin off akan mengalami kesulitan dalam ekspansi dan dalam menyalurkan pembiayaan yang besar, seperti selama masih menjadi UUS. Untuk mempertahankan performa UUS Maybank Indonesia pasca spin off maka diperlukan Reegulasi dimana deposito lebih dari 3 tahun dapat dialokasikan 50% sebagai Quasy Equity untuk BUS hasil Spin Off.
2.
Platform Sharing dengan Induk. Dalam membantu BUS hasil spin off mengurangi biaya Capex dan Opex yang besar pada saat spin off. Diperlukan regulasi terkait platform Sharing antara induk dan anak, dengan charge minimal (minimum/near zero transfer pricing)
3.
Sinergi Risk Appetite dengan bank lain Potensi Peningkatan Aset akibat diterapkannya Risk Appetite Referral yaitu, Nasabah yang tidak masuk pada Risk Appetite BUS X, maka dirujuk ke BUS Y yang memiliki risk appetite yang sesuai
Rekomendasi UUS Maybank Indonesia
READY TO LEGAL SPIN OFF
27 Indeks Kesiapan Spin Off UUS : Steady State 3
2. UUS Bank BTN Laporan Keuangan UUS Bank Permata pada posisi Desember 2016 menunjukan Aset sebesar 18,12 triliun, dengan ROA sebesar 2,54%, FDR 127,54% dan NPF NET 0,66%. Analisa Karim Consulting Indonesia UUS Bank BTN masuk pada Steady State 3 (BUS ready to grow bigger) , dengan kategori ROA, FDR dan NPF Fulfilled . Dalam menyiapakan Spin Off UUS Bank BTN sehingga dapat mempertahankan performance dan membawa dampak yang lebih baik pasca Spin Off, diperlukan beberapa perhatian dan dukungan regulator sebagai berikut: 1. Pembiayaan pasca Spin Off VS Batas Minimum Pemberian Pembiayaan (BMPP). Saat ini seluruh pembiayaan yang disalurkan UUS Bank BTN dihitung berdasarkan BMPP dari modal Bank BTN. Sehingga UUS Bank BTN saat ini dapat menyalurkan pembiayaan dengan platfom yang besar. Diproyeksikan ketika UUS Bank BTN melakukan spin off maka BMPP pembiayaan akan mengikuti modal dari BUS hasil Spin Off, (dalam arti BMPP akan menjadi kecil (tertekan)) sehingga BUS hasil spin off akan mengalami kesulitan dalam menyalurkan pembiayaan yang besar separti selama masih menjadi UUS. Untuk mempertahankan performa UUS Bank BTN pasca spin off, maka diperlukan Reegulasi dimana deposito lebih dari 3 tahun dapat dialokasikan sebesar 50% sebagai Quasy Equity untuk BUS hasil Spin Off.
2.
Platform Sharing dengan Induk. Dalam membantu bank hasil spin off mengurangi biaya Capex dan Opex yang besar pada saat spin off. Diperlukan regulasi terkait platform Sharing antara induk dan anak, dengan charge minimal (minimum/near zero transfer pricing)
3.
Sinergi Risk Appetite dengan bank lain Potensi Peningkatan Aset akibat diterapkannya Risk Appetite Referral yaitu, Nasabah yang tidak masuk pada Risk Appetite BUS X, maka dirujuk ke BUS Y yang memiliki risk appetite yang sesuai
Rekomendasi UUS Bank BTN
READY TO LEGAL SPIN OFF
28 Indeks Kesiapan Spin Off UUS
3. UUS Bank PERMATA Laporan Keuangan UUS Bank PERMATA pada posisi Desember 2016 menunjukan Aset sebesar 15,8 triliun, dengan ROA sebesar -2,17%, FDR 83,73% dan NPF NET 2,04%. Analisa Karim Consulting Indonesia UUS Bank BTN masuk pada Steady State 3 (BUS ready to grow bigger), dengan kategori ROA Non Fulfilled, FDR dan NPF Fulfilled . Dalam menyiapakan Spin Off UUS Bank PERMATA sehingga dapat mempertahankan performance dan membawa dampak yang lebih baik pasca Spin Off, diperlukan beberapa perhatian dan dukungan regulator sebagai berikut: 1. Pembiayaan pasca Spin Off VS Batas Minimum Pemberian Pembiayaan (BMPP). Saat ini seluruh pembiayaan yang disalurkan UUS Bank PERMATA dihitung berdasarkan BMPP dari modal Bank PERMATA. Sehingga UUS Bank PERMATA saat ini dapat menyalurkan pembiayaan dengan platfom yang besar. Diproyeksikan ketika UUS Bank PERMATA melakukan spin off maka BMPP pembiayaan akan mengikuti modal dari BUS hasil Spin Off, (dalam arti BMPP akan menjadi kecil (tertekan)) sehingga BUS hasil spin off akan mengalami kesulitan dalam menyalurkan pembiayaan yang besar separti selama masih menjadi UUS. Untuk mempertahankan performa UUS PERMATA pasca spin off maka diperlukan Reegulasi dimana deposito lebih dari 3 tahun dapat dialokasikan 50% sebagai Quasy Equity untuk BUS hasil Spin Off.
2.
Platform Sharing dengan Induk. Dalam membantu bank hasil spin off mengurangi biaya Capex dan Opex yang besar pada saat spin off. Diperlukan regulasi terkait platform Sharing antara induk dan anak, dengan charge minimal (minimum/near zero transfer pricing)
3.
Sinergi Risk Appetite dengan bank lain Potensi Peningkatan Aset akibat diterapkannya Risk Appetite Referral yaitu, Nasabah yang tidak masuk pada Risk Appetite BUS X, maka dirujuk ke BUS Y yang memiliki risk appetite yang sesuai
Rekomendasi UUS Bank PERMATA
READY TO LEGAL SPIN OFF
29 Indeks Kesiapan Spin Off UUS : Steady State 3
4. UUS Bank CIMB NIAGA Laporan Keuangan UUS Bank CIMB NIAGA pada posisi Desember 2016 menunjukan Aset sebesar 12,7 triliun, dengan ROA sebesar 2,98%, FDR 95,59% dan NPF NET 0,50%. Analisa Karim Consulting Indonesia UUS Bank BTN masuk pada Steady State 3 (BUS ready to grow bigger), dengan kategori ROA, FDR dan NPF Fulfielld . Dalam menyiapakan Spin Off UUS Bank CIMB NIAGA sehingga dapat mempertahankan performance dan membawa dampak yang lebih baik pasca Spin Off, diperlukan beberapa perhatian dan dukungan regulator sebagai berikut: 1. Pembiayaan pasca Spin Off VS Batas Minimum Pemberian Pembiayaan (BMPP). Saat ini seluruh pembiayaan yang disalurkan UUS Bank CIMB NIAGA dihitung berdasarkan BMPP dari modal Bank CIMB NIAGA . Sehingga UUS Bank CIMB NIAGA saat ini dapat menyalurkan pembiayaan dengan platfom yang besar. Diproyeksikan ketika UUS Bank CIMB NIAGA melakukan spin off maka BMPP pembiayaan akan mengikuti modal dari BUS hasil Spin Off, (dalam arti BMPP akan menjadi kecil (tertekan)) sehingga BUS hasil spin off akan mengalami kesulitan dalam menyalurkan pembiayaan yang besar separti selama masih menjadi UUS. Untuk mempertahankan performa UUS CIMB NIAGA pasca spin off maka diperlukan Reegulasi dimana deposito lebih dari 3 tahun dapat dialokasikan 50% sebagai Quasy Equity untuk BUS hasil Spin Off.
2.
Platform Sharing dengan Induk. Dalam membantu bank hasil spin off mengurangi biaya Capex dan Opex yang besar pada saat spin off. Diperlukan regulasi terkait platform Sharing antara induk dan anak, dengan charge minimal (minimum/near zero transfer pricing)
3.
Sinergi Risk Appetite dengan bank lain Potensi Peningkatan Aset akibat diterapkannya Risk Appetite Referral yaitu, Nasabah yang tidak masuk pada Risk Appetite BUS X, maka dirujuk ke BUS Y yang memiliki risk appetite yang sesuai
Rekomendasi UUS BANK CIMB NIAGA
READY TO LEGAL SPIN OFF
30 Indeks Kesiapan Spin Off UUS : Steady State 1
5. UUS Bank DKI Laporan Keuangan UUS Bank DKI pada posisi Desember 2016 menunjukan Aset sebesar 4 triliun, dengan ROA sebesar 2,36%, FDR 108,63% dan NPF NET 0,86%. Analisa Karim Consulting Indonesia UUS Bank DKI masuk pada Steady State 1, dengan kategori ROA, NPF Fulfielld dan FDR Non Fulfielld . Dalam menyiapakan Spin Off UUS Bank DKI sehingga dapat mempertahankan performance dan membawa dampak yang lebih baik pasca Spin Off, diperlukan beberapa perhatian dan dukungan regulator sebagai berikut: 1. Pembiayaan pasca Spin Off VS Batas Minimum Pemberian Pembiayaan (BMPP). Saat ini seluruh pembiayaan yang disalurkan UUS Bank DKI dihitung berdasarkan BMPP dari modal Bank DKI. Sehingga UUS Bank DKI saat ini dapat menyalurkan pembiayaan dengan platfom yang besar. Diproyeksikan ketika UUS Bank DKI melakukan spin off maka BMPP pembiayaan akan mengikuti modal dari BUS hasil Spin Off, (dalam arti BMPP akan menjadi kecil (tertekan)) sehingga BUS hasil spin off akan mengalami kesulitan dalam menyalurkan pembiayaan yang besar separti selama masih menjadi UUS. Untuk mempertahankan performa UUS Bank DKI pasca spin off maka diperlukan Reegulasi dimana deposito lebih dari 3 tahun dapat dialokasikan 50% sebagai Quasy Equity untuk BUS hasil Spin Off.
2.
Platform Sharing dengan Induk. Dalam membantu bank hasil spin off mengurangi biaya Capex dan Opex yang besar pada saat spin off. Diperlukan regulasi terkait platform Sharing antara induk dan anak, dengan charge minimal (minimum/near zero transfer pricing)
3.
Sinergi Risk Appetite dengan bank lain Potensi Peningkatan Aset akibat diterapkannya Risk Appetite Referral yaitu, Nasabah yang tidak masuk pada Risk Appetite BUS X, maka dirujuk ke BUS Y yang memiliki risk appetite yang sesuai
Rekomendasi UUS BANK DKI
READY TO LEGAL SPIN OFF
31 Indeks Kesiapan Spin Off UUS : Steady State 1
6. UUS Bank DANAMON Laporan Keuangan UUS Bank DANAMON pada posisi Desember 2016 menunjukan Aset sebesar 3,9 triliun, dengan ROA sebesar 3,4%, FDR 100% dan NPF NET 0,93%. Analisa Karim Consulting Indonesia UUS Bank DANAMON masuk pada Steady State 1, dengan kategori ROA & NPF Fulfielld, FDR Non Fulfielld . Dalam menyiapakan Spin Off UUS Bank DANAMON sehingga dapat mempertahankan performance dan membawa dampak yang lebih baik pasca Spin Off, diperlukan beberapa perhatian dan dukungan regulator sebagai berikut: 1. Pembiayaan pasca Spin Off VS Batas Minimum Pemberian Pembiayaan (BMPP). Saat ini seluruh pembiayaan yang disalurkan UUS Bank DANAMON dihitung berdasarkan BMPP dari modal Bank DANAMON. Sehingga UUS Bank DANAMON saat ini dapat menyalurkan pembiayaan dengan platfom yang besar. Diproyeksikan ketika UUS Bank DANAMON melakukan spin off maka BMPP pembiayaan akan mengikuti modal dari BUS hasil Spin Off, (dalam arti BMPP akan menjadi kecil (tertekan)) sehingga BUS hasil spin off akan mengalami kesulitan dalam menyalurkan pembiayaan yang besar separti selama masih menjadi UUS. Untuk mempertahankan performa UUS DANAMON pasca spin off maka diperlukan Reegulasi dimana deposito lebih dari 3 tahun dapat dialokasikan 50% sebagai Quasy Equity untuk BUS hasil Spin Off.
2.
Platform Sharing dengan Induk. Dalam membantu bank hasil spin off mengurangi biaya Capex dan Opex yang besar pada saat spin off. Diperlukan regulasi terkait platform Sharing antara induk dan anak, dengan charge minimal (minimum/near zero transfer pricing)
3.
Sinergi Risk Appetite dengan bank lain Potensi Peningkatan Aset akibat diterapkannya Risk Appetite Referral yaitu, Nasabah yang tidak masuk pada Risk Appetite BUS X, maka dirujuk ke BUS Y yang memiliki risk appetite yang sesuai
Rekomendasi UUS BANK DANAMON
READY TO LEGAL SPIN OFF
32 Indeks Kesiapan Spin Off UUS : Steady State 1
7. UUS Bank JATENG Laporan Keuangan UUS Bank JATENG pada posisi Desember 2016 menunjukan Aset sebesar 3 triliun, dengan ROA sebesar 1,62%, FDR 59,85% dan NPF NET 0,50%. Analisa Karim Consulting Indonesia UUS Bank JATENG masuk pada Steady State 1, dengan kategori ROA & NPF Fulfielld, FDR Non Fulfielld . Dalam menyiapakan Spin Off UUS Bank JATENG sehingga dapat mempertahankan performance dan membawa dampak yang lebih baik pasca Spin Off, diperlukan beberapa perhatian dan dukungan regulator sebagai berikut: 1. Pembiayaan pasca Spin Off VS Batas Minimum Pemberian Pembiayaan (BMPP). Saat ini seluruh pembiayaan yang disalurkan UUS Bank JATENG dihitung berdasarkan BMPP dari modal Bank JATENG. Sehingga UUS Bank JATENG saat ini dapat menyalurkan pembiayaan dengan platfom yang besar. Diproyeksikan ketika UUS Bank JATENG melakukan spin off maka BMPP pembiayaan akan mengikuti modal dari BUS hasil Spin Off, (dalam arti BMPP akan menjadi kecil (tertekan)) sehingga BUS hasil spin off akan mengalami kesulitan dalam menyalurkan pembiayaan yang besar separti selama masih menjadi UUS. Untuk mempertahankan performa UUS JATENG pasca spin off maka diperlukan Reegulasi dimana deposito lebih dari 3 tahun dapat dialokasikan 50% sebagai Quasy Equity untuk BUS hasil Spin Off.
2.
Platform Sharing dengan Induk. Dalam membantu bank hasil spin off mengurangi biaya Capex dan Opex yang besar pada saat spin off. Diperlukan regulasi terkait platform Sharing antara induk dan anak, dengan charge minimal (minimum/near zero transfer pricing)
3.
Sinergi Risk Appetite dengan bank lain Potensi Peningkatan Aset akibat diterapkannya Risk Appetite Referral yaitu, Nasabah yang tidak masuk pada Risk Appetite BUS X, maka dirujuk ke BUS Y yang memiliki risk appetite yang sesuai
Rekomendasi UUS BANK JATENG
READY TO LEGAL SPIN OFF
33 Indeks Kesiapan Spin Off UUS
8. UUS Bank SINARMAS Laporan Keuangan UUS Bank SINARMAS pada posisi Desember 2016 menunjukan Aset sebesar 2,9 triliun, dengan ROA sebesar 2,8%, FDR 96,66% dan NPF NET 0,75%. Berdasarakan data tersebut analisa Karim Consulting Indonesia terhadap UUS Bank SINARMAS most likely ready to Konversi & Spin Off Dalam menyiapakan Spin Off UUS Bank SINARMAS sehingga dapat mempertahankan performance dan membawa dampak yang lebih baik pasca Spin Off, diperlukan beberapa perhatian dan dukungan regulator sebagai berikut: 1. Pembiayaan pasca Spin Off VS Batas Minimum Pemberian Pembiayaan (BMPP). Saat ini seluruh pembiayaan yang disalurkan UUS Bank SINARMAS dihitung berdasarkan BMPP dari modal Bank SINARMAS. Sehingga UUS Bank SINARMAS saat ini dapat menyalurkan pembiayaan dengan platfom yang besar. Diproyeksikan ketika UUS Bank SINARMAS melakukan spin off maka BMPP pembiayaan akan mengikuti modal dari BUS hasil Spin Off, (dalam arti BMPP akan menjadi kecil (tertekan)) sehingga BUS hasil spin off akan mengalami kesulitan dalam menyalurkan pembiayaan yang besar separti selama masih menjadi UUS. Untuk mempertahankan performa UUS SINARMAS pasca spin off maka diperlukan Reegulasi dimana deposito lebih dari 3 tahun dapat dialokasikan 50% sebagai Quasy Equity untuk BUS hasil Spin Off.
2.
Platform Sharing dengan Induk. Dalam membantu bank hasil spin off mengurangi biaya Capex dan Opex yang besar pada saat spin off. Diperlukan regulasi terkait platform Sharing antara induk dan anak, dengan charge minimal (minimum/near zero transfer pricing)
3.
Sinergi Risk Appetite dengan bank lain Potensi Peningkatan Aset akibat diterapkannya Risk Appetite Referral yaitu, Nasabah yang tidak masuk pada Risk Appetite BUS X, maka dirujuk ke BUS Y yang memiliki risk appetite yang sesuai
Rekomendasi UUS BANK SINARMAS
READY TO LEGAL SPIN OFF
34 Indeks Kesiapan Spin Off UUS
9. UUS Bank OCBC NISP Laporan Keuangan UUS Bank OCBC NISP pada posisi Desember 2016 menunjukan Aset sebesar 2,8 triliun, dengan ROA sebesar 1,70%, FDR 63,60% dan NPF NET 1,55%. Berdasarakan data tersebut analisa Karim Consulting Indonesia terhadap UUS Bank OCBC NISP most likely ready to Konversi & Spin Off. Dalam menyiapakan Spin Off UUS Bank OCBC NISP sehingga dapat mempertahankan performance dan membawa dampak yang lebih baik pasca Spin Off, diperlukan beberapa perhatian dan dukungan regulator sebagai berikut: 1. Pembiayaan pasca Spin Off VS Batas Minimum Pemberian Pembiayaan (BMPP). Saat ini seluruh pembiayaan yang disalurkan UUS Bank OCBC NISP dihitung berdasarkan BMPP dari modal Bank OCBC NISP . Sehingga UUS Bank OCBC NISP saat ini dapat menyalurkan pembiayaan dengan platfom yang besar. Diproyeksikan ketika UUS Bank OCBC NISP melakukan spin off maka BMPP pembiayaan akan mengikuti modal dari BUS hasil Spin Off, (dalam arti BMPP akan menjadi kecil (tertekan)) sehingga BUS hasil spin off akan mengalami kesulitan dalam menyalurkan pembiayaan yang besar separti selama masih menjadi UUS. Untuk mempertahankan performa UUS OCBC NISP pasca spin off maka diperlukan Reegulasi dimana deposito lebih dari 3 tahun dapat dialokasikan 50% sebagai Quasy Equity untuk BUS hasil Spin Off.
2.
Platform Sharing dengan Induk. Dalam membantu bank hasil spin off mengurangi biaya Capex dan Opex yang besar pada saat spin off. Diperlukan regulasi terkait platform Sharing antara induk dan anak, dengan charge minimal (minimum/near zero transfer pricing)
3.
Sinergi Risk Appetite dengan bank lain Potensi Peningkatan Aset akibat diterapkannya Risk Appetite Referral yaitu, Nasabah yang tidak masuk pada Risk Appetite BUS X, maka dirujuk ke BUS Y yang memiliki risk appetite yang sesuai
Rekomendasi UUS BANK OCBC NISP
READY TO LEGAL SPIN OFF
35 Indeks Kesiapan Spin Off UUS
9. UUS dengan aset dibawah 2 T Nama Bank Syariah
UUS Bank Sumut UUS Bank Jatim UUS Bank Kaltim UUS Bank Kalbar UUS Bank Riau-Kepri UUS Bank Nagari UUS Bank Sumsel-Babel**** UUS Bank Kalsel UUS Bank Sulselbar UUS Bank NTB UUS Bank DIY UUS Bank Jambi
Total Aset 2016 2.338.810 2.113.100 1.690.189 1.479.276 1.432.177 1.340.715 1.169.548 845.640 755.906 669.940 567.745 60.364
ROA 2016 0,24% 0,11% 1,72% 6,54% 1,10% 5,44% 0,73% 2,02% 4,10% 3,35% 4,87% 5,33%
FDR NPF NET 2016 2016 108,84% 8,07% 55,48% 1,44% 92,81% 2,61% 136,98% 0,28% 97,86% 0,45% 138,11% 1,45% 66,71% 2,82% 102,54% 5,43% 98,44% 0,14% 0,34% 103,93% 112,74% 0,14% 239,85% 0,00%
UUS dengan aset dibawah 2 (dua) triliun pada posisi desember 2016 pada dasarnya menunjukan pertumbuhan yang terbilang bagus, namun karena dari sisi asetnya yang masih kecil jika dilaksanakan spin off full maka akan memberatkan Bank hasil Spin Off karena biaya Capex dan Opex yang terlalu besar. maka strategi terdapat 3 pilihan diantaranya adalah : 1. Konversi menjadi BUS seperti yang dilakukan Bank Aceh, atau 2. Spin Off legalitas dengan menggunakan 3 pilar (Risk Appetite Referral, Platform Sharing With Induk. Dan Penempatan Dana Haji)
Rekomendasi 1. Konversi menjadi BUS seperti yang dilakukan Bank Aceh 2. Spin Off legalitas dengan menggunakan 3 pilar (Risk Appetite Referral, Platform Sharing With Induk. Dan Penempatan Dana Haji)
36
Indeks Kesiapan Spin Off UUS : The End Game
UUS Maybank Indonesia UUS Bank BTN UUS Permata Bank UUS CIMB Niaga UUS Bank DKI UUS Bank Danamon UUS Bank Jateng UUS Bank Sinarmas UUS Bank OCBC NISP Subtotal UUS Hasil Spin Off UUS Bank Sumut UUS Bank Jatim UUS Bank Kaltim UUS Bank Kalbar UUS Bank Riau-Kepri UUS Bank Nagari UUS Bank Sumsel-Babel UUS Bank Kalsel UUS Bank Sulselbar UUS Bank NTB UUS Bank DIY UUS Bank Jambi Sub Total UUS Hasil Konversi Bank Umum Syariah (Risk Appetite Referral Bank Umum Syariah (Platform Sharing With Induk) Bank Umum Syariah (Penempatan Dana Haji) Sub Total BUS Hasil New Regulation Bridging Chasm Total (UUS Hasil Konversi + BUS Hasil New Regulation Bridging Chasm)
Before
Delta Aset Syariah (Tambahan)
Avg
307.201.948
45.800.000
13.200.000
Max Min 23.238.159 18.125.394 15.837.412 12.779.781 4.012.358 3.921.213 3.094.601 2.914.838 2.802.653 86.726.409 26.170.044 43.052.950 22.509.991 14.006.975 21.220.940 20.616.860 18.911.354 11.916.527 16.242.239 7.649.036 9.739.527 7.591.715 219.628.158
56.100.000
56.100.000
33.200.000
87.400.000
67.500.000
53.200.000
After
287.201.948
321.501.948
24.800.000
145.400.000
Avg
267.201.948
310.101.948
341.401.948
83.800.000
350.564.748
Min
254.001.948
299.801.948
310.101.948
462.101.948
288.964.748
Max 23.831.234 40.939.850 20.819.802 12.527.699 19.788.763 19.276.145 17.741.806 11.070.887 15.486.333 6.979.096 9.171.782 7.531.351 205.164.748
254.001.948
278.801.948
399.401.948
768.456.515
23.238.159 18.125.394 15.837.412 12.779.781 4.012.358 3.921.213 3.094.601 2.914.838 2.802.653 86.726.409 2.338.810 2.113.100 1.690.189 1.479.276 1.432.177 1.340.715 1.169.548 845.640 755.906 669.940 567.745 60.364 14.463.410
254.001.948
337.801.948
705.756.515
Delta Aset Konvensional (Penurunan)
- 23.831.234 - 40.939.850 - 20.819.802 - 12.527.699 - 19.788.763 - 19.276.145 - 17.741.806 - 11.070.887 - 15.486.333 6.979.096 9.171.782 7.531.351 - 205.164.748
Avg Max
Market Share
Min
413.264.748 - 205.164.748 9,12% 9,99% 10,88%
208.100.000
254.001.948
644.156.515
37
Whether The Development Of Islamic Banking Has Grown Organically?
Perkembangan industri perbankan syariah terus mengalami peningkatan dari tahun ke tahun. Hingga hari ini, sebanyak 13 Bank Umum Syariah (BUS) dan 21 Unit Usaha Syariah (UUS) telah masuk dan menjadi bagian dalam industri perbankan syariah. Dari jumlah 13 BUS yang ada saat ini, terdapat pertanyaan mendasar terkait aksi korporasi hingga bank syariah dapat berdiri. Dari total BUS hari ini, apakah dibentuk secara organik atau anorganik?
Organik
Anorganik
Perkembangan Industri Perbankan Syariah Hingga Hari ini
Sumber : BI, data diolah
38 Whether The Development Of Islamic Banking Has Grown Organically? 92% Bank Umum Syariah di Indonesia tumbuh seeara ANORGANIK,, yaitu melalu sejumlah aksi korporasi melalui konversi dan spin off dari Bank Konvensional
2000 PBI No.2/27/PBI/2000
2002 PBI No.4/1/PBI/2002
2006 PBI No. 8/3/PBI/2006
2008 UU No. 21/2008
2009 PBI No. 11/15/PBI/2009
Namun signifkansi organik atau anorganik pertumbuhan perbankan syariah tidak terlalu nampak. Hal ini karena 92% BUS merupakan aktor utama dalam majunya perbankan syariah di Indonesia.
PBI No. 11/10/PBI/2009
2013 PBI No. 15/13/PBI/2013
2016 POJK No. 64/POJK.03/2016
Anorganik Islamic Bank Industry Konversi
Spin Off
Konversi dan Spin Off
Sumber: OJK, BI
39
Challenge : Low Access & Capacity, Too Focused On A Single Point
Terdapat distribusi yang tidak merata dan overlapping antar LK BUS serta adanya duplikasi lini bisnis serta tingginya p biaya operasional BUS.
Tersebar di 34 Provinsi 273 Kota/Kabupaten
Layanan perbankan syariah baru menjangkau 58% kota/kabupaten di Indonesia dengan sebaran aset yang terkonsentrasi di Pulau Jawa sebesar 77% 9 Tingkat kepadatan berpusat di Jakarta dan Pulau Jawa 9 Cabang yang saling tumpang tindih lintas daerah, meningkatkan rasio kepadatan cabang di Jakarta & Jawa Sumber: OJK, Analisa KCI
40
ka an Key Target: Strategi Besar Dalam Perbankan Syariah Perbankan syariah pada tahun 2016 mennghadapi permasalahan genting sejak awal tahun 2016. dalam menghadapi keadaan tersebut, bank syariah menetapkan 2 strategi besar, Pertama, manfaat bank syariah harus tetap dirasakan oleh mayoritas masyarakat. Kedua, reputasi bank syariah harus tetap terjaga dan membuktikan suara-suara miring tentang bank syariah adalah tidak benar. Pengusaha UKM dan middle income group yang selama ini menjadi tulang punggung industry perbankan syariah
Prodctive poor yang selama ini dianggap unbankable
Perumahan untuk masyarakat bawah sebagai kebutuhan dasar mereka Strategi kedua menyasar pada empat aspek reputasi paling utama yag mempunyai dampak sistemik sekaligus mematahkan mitos mengenai perbankan syariah:
5%
Mitos Perbankan Syariah masuk pada 5% trap Mitos bank syariah hanya il kumpulan-kumpulan bank kecil Mitos bank syariah merugi dan sebentar lagi kolaps
Mitos bank syariah tidak layak masuk bursa efek Sumber: Analisa KCI
41
End Note - Investing In Indonesia : Rancangan Kementerian BUMN RI
Sumber: Kementerian BUMN
42
End Note - Investing In Indonesia : Rancangan Kementerian BUMN RI
Sumber: Kementerian BUMN
46
Bab III. The Magnificent Seven
42 Overview : The Magnificent Seven Dalam menilai Best of the Best The Magnificent Seven, KARIM Consulting Indonesia memiliki beberapa aspek kriteria yang harus dipenuhi. Beberapa aspek tersebut ut diantaranya: - Sustainabilty Kinerja Keuangan KARIM Consulting menilai berdasarkan sustainability kinerja keuangan pada setiap bank syariah. Kami menggunakan Grafik Sankey untuk memudahkan analisa mendeteksi ‘voice’ dan ‘noise’ dalam kinerja keuangan sehingga dapat membedakan antara perbaikan kinerja yang bersifat face-lift dengan perbaikan kinerja yang bersifat substansial. Grafik Sankey, misalnya dapat lebih mudah mendeteksi penurunan NPF yang dipindahkan ke retrukturisasi formalitas, AYDA formalitas, dan Write Off dengan CKPN yang berasal dari perbaikan formalitas tersebut. Penilaian berdasarkan laporan keuangan tanpa memisahkan voice dan noise terlebih dulu seringkali misleading. Tidak jarang kita mendengar sebuah bank yang baru saja mendapat predikat Bank Terbaik, malah mengalami kesulitan kinerja. - Extraordinary Effort. Selain dari laporan keuangan, KARIM Consulting juga menilai berdasarkan aspek lainnya yaitu extraordinary effort yaitu upaya yang luar biasa melebihi yang diperlukan untuk normal business yang melibatkan people & place, heads & hands, time & money, politics & power. Extraordinary effort mempunyai dampak yang dapat dirasakan pada industri, lebih dari sekedar dampak pada kinerja bank itu sendiri. - Game Changer. Merupakan perubahan signifikan yang dilakukan untuk mengubah ‘impossible into possible’ di tataran ‘definitional changes’ maupun ‘methodological changes’. Definitional changes adalah perubahan pada tataran definisi, misalnya selama ini perbankan syariah memberikan pembiayaan murabahah sebagai financial intermediaries, kemudian diperkenalkan murabahah hakiki yang layaknya sektor riil sebagai economic intermediaries. Ketiga aspek diatas merupakan indicator utama kami dalam memilih beberapa bank yang menurut kami memiliki ketiga aspek diatas sehingga menjadi Best of the Best, The Magnificent Seven pada KARIM AWARD 2017.
43 The Magnificent Seven Grand Strategy
Bank Syariah Bank BNI Syariah
Bank BTPN Syariah
UUS Bank BTN
Bank Aceh Syariah
The Magnificent Aspects Sankey Extraordinary Effort Game Changer murabahah hakiki (BNI getting approval for new Clear Griya Swakarya iB definition of murabahah Hasanah) massive financial no collateral productive Clear inclussion in remote good areas independent run mixed mortgage business Housing for poor Clear (commercial & subsidized) biggest-widest domino-effect for other Clear successful conversion banks to covert process Clear
successfully solved a new level of playing field catch 22 situation better as BUKU 3 & Top - 18 quality, bigger asset Bank
Bank Mega Syariah
Clear
sucessfully maintained business amputation to winning mentality under survive & back on the uncertain transformation game
Bank Panin-Dubai Syariah
Clear
a fergie-time come back listed & get world clas to keep partner's trust strategic partner
Bank Syariah Mandiri
44 The Magnificent Seven Grand Strategy
Perbankan syariah pada tahun 2016 mennghadapi permasalahan genting sejak awal tahun 2016. dalam menghadapi keadaan tersebut, bank syariah menetapkan 2 strategi besar, Pertama, manfaat bank syariah harus tetap dirasakan oleh mayoritas masyarakat. Kedua, reputasi bank syariah harus tetap terjaga dan membuktikan suarasuara miring tentang bank syariah adalah tidak benar.
Manfaat Bank Syariah dirasakan Masyarakat Luas
2 Strategi Besar
Menjaga Reputasi Bank Syariah
Dua strategi besar itu dijabarkan dalam 7 mission impossible untuk kebangkitan industri perbankan syariah di Indonesia. Strategi pertama dijabarkan dalam 3 misi dan strategi kedua dijabarkan dalam 4 misi.
MI 7 7 Mission Impossible
Strategy 1 (3 Mission)
Strategy 2 (4 Mission)
45 The Magnificent Seven Grand Strategy
Strategi pertama menyasar pada 3 segmen pasar paling utama yang mempunyai dampak masif:
Strategy 1 (3 Mission)
Productive poor yang selama ini dianggap unbankable
Perumahan untuk masyarakat bawah sebagai kebutuhan dasar mereka
Mission 1 Mission 2 Mission 3
Pengusaha UKM dan middle income group yang selama ini menjadi tulang punggung industry perbankan syariah
46 The Magnificent Seven Grand Strategy
Strategi kedua menyasar pada empat aspek reputasi paling utama yang mempunyai dampak sistemik sekaligus mematahkan mitos mengenai perbankan syariah:
Mitos bank syariah hanya kumpulankumpulan bank kecil
Mitos Mi bbankk syariah merugi dan sebentar lagi kolaps
Mission 7
Mitos bank syariah h tidak d k layak masuk bursa efek
Mission 6
Strategy 2 (4 Mission)
Mission 4 Mission 5
Mitos Perbankan Syariah masuk pada 5% trap
47 BNI Syariah 2016 : Basic Indikator
Extraordinary Effort
:
Getting approval for new definition of murabahah
Game Changer
:
Murabahah Hakiki (BNI Griya Swakarya iB Hasanah)
Kinerja Keuangan
:
PEMBIAYAAN BAGI HASIL
22,11% (Rp762,40 miliar)
16,09% (Rp4,19 triliun)
Rp4,21 triliun PIUTANG MURABAHAH Rp36,01 triliun PEMBIAYAAN SEWA
!4,72% (Rp3,21 triliun)
-53,27% (Rp-131,93 miliar)
Rp-115,75 miliar PIUTANG SEWA Rp 6,33 miliar
241,27% (Rp4,48 miliar)
PIUTANG QARDH
60,25% (Rp349,67 miliar)
TOTAL PEMBIAYAAN Rp26,05 triliun
Rp930,01 GIRO WADIAH Rp1,53 triliun
43,16% (Rp462,25 miliar)
TABUNGAN WADIAH Rp2,55 triliun
48,90% (Rp836,10 miliar)
GIRO MUDHARABAH Rp585,30 miliar
34,15% (Rp149,00 miliar)
TABUNGAN MUDHARABAH Rp6,88 triliun DEPOSITO MUDHARABAH Rp12,69 triliun
20,64% (Rp1,18 triliun)
20,85% (Rp47,85 miliar) ROA R 1,44%
21,97% (Rp2,29 triliun)
25,41% (Rp4,91 triliun)
TOTAL DPK Rp24,23 triliun
TOTAL LABA Rp277,38 miliar
ROE 11,94% R
Sumber: Laporan Keuangan Triwulan IV Bank BNI Syariah per Desember 2016 & Analisa KCI
48 BNI Syariah 2016 : Basic Indikator
Pengusaha UKM dan middle income class yang selama ini merupakan tulang punggung industri perbankan syariah, terpukul sangat keras dengan menurunnya pereknomian. Kebangkatan segmen ini akan menjadi lokomotif kebangkitan industri perbankan syariah. BNI Syariah membangkitkan kepercayaan diri segmen UKM dan middle income class meskipun keadaan perekonomian sangat sulit. Pada tahun 2016 BNIS Syariah melakukan ekstraordinary effort dan sebagai game changer melalui produk KPR Syariah yakni BNI Griya Swakarya iB yang merupakan proses pembelian aset/objek terlebih dahulu secara riil oleh Bank, kemudian aset tersebut akan diberikan tambahan nilai (renovasi/ pembangunan) sebelum dijual atau disewakan kepada pembeli/penyewa (end-user). BNI Syariah baru-baru ini meluncurkan inovasi teranyar dengan meluncurkan produk BNI Griya Swakarya iB Hasanah. Inovasi tersebut merupakan yang pertama bagi Bank Syariah dan saat ini satusatunya produk pembiyaan rumah oleh bank yang berbasis kepemilikan fixed asset di Indonesia. BNI Griya Swakarya iB Hasanah merupakan produk inovasi model bisnis syariah dengan dasar akad murabahah atau jual beli. Dalam hal ini bank syariah terlebih dahulu mengusai aset properti yang akan dikelola, dibangun dan dijual dimana dalam neraca didudukan sebagai persedian bank. Secara syariah murabahah menjadi lebih sempurna karena obyek yang diperjualbelikan telah dikuasai oleh bank. Manfaat dari model bisnis ini dapat memangkas harga properti yang semula mengandung harga pokok plus margin dari developer serta margin dan pembiayaan bank. Maka harga properti dengan model bisnis ini dinilai mampu lebih kompetitif karena komponen biayanya menjadi hanya terdiri dari harga pokok plus margin pembiayaan bank. Akad atau perjanjian yang digunakan adalah murni jual beli atau murabahah antara pihak bank dengan calon nasabah (proses langsung) sehingga dengan adanya inovasi tersebut dapat memberikan kemudahan proses KPR bagi para nasabah yang ingin memiliki rumah dengan cara yang hasanah.
Program Satu Juta Rumah
Sumber: Annual Report Triwulan BNI Syariah per Desember 2016
BNI Griya Swakarya iB Hasanah
49 Bank BTPN Syariah 2016 : Basic Indikator
Extraordinary Effort
:
Massive financial inclussion in remote areas
Game Changer
:
No collateral productive good
Kinerja Keuangan
:
PIUTANG MURABAHAH
35,85% (Rp1,32 triliun)
35,85% (Rp1,32 triliun)
Rp5,00 triliun PIUTANG QARDH
Rp90 juta GIRO WADIAH
50% (Rp30 juta).
--52,40% (Rp-15,36 miliar)
Rp13,40 miliar
TABUNGAN WADIAH
34,21% (Rp249,66 miliar).
TOTAL PEMBIAYAAN
Rp5,00 triliun
41,41% (Rp1,58 triliun)
Rp979,45 miliar TABUNGAN MUDHARABAH H
Rp64,00 miliar
137,28% (Rp37,04 miliar)
DEPOSITO MUDHARABAH
43,19% (Rp1,31 triliun).
Rp4,33 triliun
Rp5,39 triliun
143,78% (Rp243,29 miliar) ROA 8,98% R
TOTAL DPK
ROE 31,71% R
Sumber: Laporan Keuangan Triwulan-IV Bank BTPN Syariah per Desember 2016
TOTAL LABA BERSIH
Rp412, 50miliar
50 Bank BTPN Syariah 2016 : Basic Indikator
Bank Tabungan Pensiun Negara Syariah (BTPNS) menunjukkan bahwa Bank Syariah sangat mampu tumbuh pesat dan menghilangkan mitos bahwa bank BTPN Syariah adalah unbankable. Pada tahun 2016 BTPN Syariah telah berhasil meletakkan dasar-dasar transformasi menjdi Bank dengan dukungan sistem teknologi informasi terintegrasi. Menyusul telah dimulainya roll-out aplikasi BTPN Wow! iB, dan tersedianya agen laku pandai dengan jumlah memadai, Bank BTPN terus akan mengoptimalisasikan penggunaan dan fitur dari BTPN Wow! iB yang tersedia dalam rangka meningkatkan perannya sebagai Bank inklusi keuangan terbaik untuk masyarakat prasejahtera produktif. Kunci utama dalam aktivitas bisnis BTPN Syariah adalah fokus dalam satu segmentasi bisnis yang jarang disentuh oleh kebanyakan perbankan yaitu segmen komunitas pedesaan berpenghasilan rendah atau segmen prasejahtera produktif. Selain itu, bisnis BTPN Syariah juga didukung oleh prinsip keuangan inklusif (financial inclusion) yang terkenal dengan kelompok in the bottom of the piramyd yaitu golongan berpendapatan rendah dan tidak teratur, tinggal di daerah terpencil, orang cacat, buruh yang tidak mempunyai dokumen identitas legal, dan masyarakat pinggiran) yang umumnya unbanked yang tercatat sangat tinggi di luar negara maju, seperti di Indonesia.
121.081 Agen 1,4 juta Nasabah
Sumber: Annual Report Bank BTPN Syariah 2016 & Analisa KCI
51 UUS Bank BTN 2016 : Basic Indikator
Extraordinary Effort
:
Game Changer
:
Independent run mixed mortgage business (commercial & subsidized) Housing for poor
Kinerja Keuangan
:
PEMBIAYAAN BERBASIS PIUTANG
36,60% (Rp4,86 triliun)
34,63% (Rp2,59 triliun)
Rp10,06 triliun
PERMBIAYAAN BAGI HASIL Rp4,17 triliun
11,03% (Rp413,96 miliar)
TOTAL PEMBIAYAAN Rp18,13 triliun
GIRO WADIAH Rp2,26 triliun
30,79% (Rp532,58 miliar)
TABUNGAN WADIAH
21,11% (Rp98,98 miliar)
125,41% (Rp13,93 triliun)
Rp567,79 miliar GIRO MUDHARABAH Rp940,01 miliar
93,22% (Rp453,513 miliar)
TABUNGAN MUDHARABAH Rp1,48 triliun
67,20% (Rp595,44 miliar)
DEPOSITO MUDHARABAH Rp9,78 triliun
29,80% (Rp2,25 triliun)
44,91% (Rp116,91 miliar) ROA 2,54%
TOTAL DPK Rp25,03 triliun
TOTAL LABA Rp377,24 miliar
Sumber: Laporan Keuangan Triwulan Bank BTN Syariah per Desember 2016 & Analisa KCI
52 UUS Bank BTN 2016 : Basic Indikator
Bank BTN Syariah menjadi pelopor bagi Perkembangan Perbankan Syariah pada segmen pembiayaan rumah kalangan menengah kebawah. Walaupun ditengah kesulitan ekonomi nasional dan kondisi ekonomi global yang tidak menentu, tidak menghalangi BTN Syariah untuk dapat tumbuh lebih baik. Sejalan dengan rencana bisnis Bank BTN, dalam rangka mendukung pertumbuhan ekonomi nasional, Bank BTN Syariah akan menjadi pionir dan juga sebagai lini depan penyedia industry properti pada Perbankan Syariah. Sejalan dengan hal itu, Bank BTN Syariah mampu mencapai laba tertingginya hingga mencapai Rp377,24 miliar pada Desember 2016. Faktor utama yang mendorong profitabilitas BTN Syariah adalah pembiayaan perumahan, program ini terbukti mampu meningkatkan profitabilitas BTN Syariah melalui pembiayaan-pembiayaan rumah terjangkau bagi kalangan menengah kebawah. Selain itu, BTN Syariah juga mengeluarkan produk baru yaitu gadai emas dan ekspansi DPK melalui tabungan dana Haji dan Umrah. Selain itu, dua segmen lainnya yang juga ikut berkontribusi dalam meningkatkan pendapatan UUS adalah pembiayaan distribusi furniture rumah dan pembiayaan K2-K4. Unit Usaha Syariah (UUS) PT Bank Tabungan Negara Tbk atau BTN Syariah membukukan total pembiayaan perumahan sebesar Rp4,86 triliun pada 2016. Realisasi tersebut tumbuh 36,60% dibandingkan tahun 2015. Pertumbuhan nilai penyaluran tersebut mayoritas berasal dari KPR subsidi dan non subsidi. Adapun untuk pembiayaan KPR subsidi alias Fasilitas Likuditas Pembiayaan Perumahan (FLPP) pada 2016 mencapai Rp 1,94 triliun untuk 17.993 unit rumah. Angka tersebut meningkat 84,22% dibandingkan tahun sebelumnya. Tahun 2017, BTN Syariah akan membidik penyaluran FLPP sebesar Rp 2 triliun. Program KPR subsidi tersebut ditujukan bagi masyarakat berpenghasilan rendah (MBR) yang merupakan bagian dari program sejuta rumah. Pemerintah melalui Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat meluncurkan program sejuta rumah dengan keringanan antara lain margin setara suku bunga 5% fixed selama jangka waktu KPR. Uang muka atau down payment sebesar 1% dari total KPR dengan jangka waktu sampai 20 tahun. Sementara subsidi bantuan uang muka senilai Rp 4 juta per orang. Sama dengan tahun lalu, tahun 2017 BTN Konvensional mengalokasikan KPR BTN Syariah sebesar Rp 2 triliun, UUS BTN menargetkan penyaluran kredit pemilikan rumah (KPR) bisa tumbuh 25%-27%. Itu artinya, penyaluran pembiayaan rumah pada akhir 2017 ditargetkan sekitar Rp1,2-1,5 triliun.
KPR BTN Sejahtera iB Sumber: Annual Report Bank BTN 2016 & Analisa KCI
53 Bank Aceh Syariah 2016 : Basic Indikator
Extraordinary Effort
:
Biggest-widest successful conversion process
Game Changer
:
Domino-effect for other banks to covert
Kinerja Keuangan
:
PEMBIAYAAN BAGI HASIL Rp4,21 triliun
PIUTANG MURABAHAH Rp11,23 triliun PEMBIAYAAN SEWA Rp858 juta
TOTAL PEMBIAYAAN Rp12,21 triliun
PIUTANG QARDH Rp4,57 miliar GIRO WADIAH Rp628,37 miliar TABUNGAN WADIAH Rp66,02 miliar GIRO MUDHARABAH Rp2,61 triliun TABUNGAN MUDHARABAH Rp6,23 triliun
TOTAL DPK Rp14,43 triliun
DEPOSITO MUDHARABAH Rp4,88 triliun
ROA 0,52%
ROE 5,59%
Sumber: Laporan Keuangan Triwulan Bank Aceh Syariah per Desember 2016
TOTAL LABA Rp101,82 miliar
54 Bank Aceh Syariah 2016 : Basic Indikator
Mulai tahun 2016 Bank Aceh melakukan perubahan kegiatan usaha dari sistem konvensional menjadi sistem syariah seluruhnya. Oleh karena itu tidak lagi terdapat pengungkapan segmen usaha seperti tahun-tahun sebelumnya. Perubahan kegiatan usaha dari sistem konvensional dan syariah menjadi sistem syariah seluruhnya ditetapkan dalam rapat RUPSLB (Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa) tanggal 25 Mei 2015. Maka setelah tanggal keputusan tersebut proses konversi dimulai dengan tim konversi Bank Aceh dengan diawasi oleh Otoritas Jasa Keuangan. Setelah melalui berbagai tahapan dan proses perizinan yang disyaratkan oleh OJK akhirnya Bank Aceh mendapatkan izin operasional konversi dari Dewan Komisioner OJK Pusat untuk perubahan kegiatan usaha dari sistem konvensional dan syariah ke sistem syariah secara menyeluruh. Penghimpunan Dana PenghimpunanDana adalah dana yang diperoleh dari masyarakat, dalam arti masyarakat sebagai individu, perusahaan, pemerintah, rumah tangga, koperasi, yayasan, dan lain-lain baik dalam mata uang rupiah maupun dalam valuta asing. Dana pihak ketiga yang dihimpun Bank Aceh Syariah bersumber dari Tabungan, Giro dan Deposito. Di akhir tahun 2016, total dana dana nasabah yang dihimpun Bank Aceh Syariah mengalami penurunan 14,05% menjadi Rp14.429.246 juta dari Rp16.788.350 juta di 16 September 2016. Panurunan ini disebabkan terutama oleh turunnya jumlah tabungan wadiah, giro mudharabah, dan deposito dalam jumlah yang signifikan masing-masing 28,61%, 50,42%, dan 21,01%. Penyaluran Dana Produk Penyaluran Dana Bank Aceh terdiri dari Pembiayaan Produktif dan Kredit Non Produktif. Bank Aceh memberikan kemudahan layanan dengan memberikan keanekaragaman produk pembiayaan. Berbagai jenis kebutuhan dapat difasilitasi sesuai dengan keinginan para nasabah. Pembiayaan Produktif yang ditawarkan terdiri dari pembiayaan Modal Kerja dan Pembiayaan Investasi. Adapun Kredit Non Produktif adalah Kredit Konsumtif. Jumlah pembiayaan yang disalurkan di sepanjang tahun 2016 berjumlah Rp12.206.001 juta, naik 2,62% dari tahun sebelumnya yang berjumlah Rp11.893.857 juta. Komposisi penyaluran pembiayaan sektor konsumtif masih lebih dominan dibanding penyaluran pembiayaan sektor produktif. Pada tahun 2015 komposisi pembiayaan konsumtif tercatat 88,92% dari total pembiayaan yang disalurkan, sementara sampai dengan akhir Desember 2016 komposisinya menjadi 92,03% yang berarti bahwa pembiayaan yang disalurkan kepada sektor konsumtif meningkat sebesar 3,11%. Kebijakan penyaluran pembiayaan akan terus diarahkan pada sektor-sektor yang produktif terutama untuk modal kerja dan investasi.
Domino Effect Sumber: Laporan Keuangan Triwulan Bank Aceh Syariah per Desember 2016
55 Bank Syariah Mandiri 2016 : Basic Indikator
Extraordinary Effort
:
Successfully solved a catch 22 situation better quality, bigger asset
Game Changer
:
New level of playing field as BUKU 3 & Top - 18 Bank
Kinerja Keuangan
:
PEMBIAYAAN BAGI HASIL
22,33% (Rp3,01 triliun)
Rp16,49 triliun PIUTANG MURABAHAH Rp36,01 triliun
4,03% (Rp1,40 triliun)
PEMBIAYAAN SEWA
12,55% (Rp101,14 miliar)
8,83% (Rp4,49 triliun)
Rp907,19 triliun PIUTANG ISTISHNA Rp6,04 miliar PIUTANG SEWA Rp 7,70 miliar PIUTANG QARDH
-47,88% (Rp-5 miliar)
TOTAL PEMBIAYAAN -57,88% (Rp-10,58 miliar) Rp55,39 triliun 0,20% (Rp3,94 miliar)
Rp1,97 triliun GIRO WADIAH Rp6,86 triliun
17,91% (Rp1,04 triliun)
TABUNGAN WADIAH Rp2,59 triliun
15,82% (Rp354,20 miliar)
GIRO MUDHARABAH Rp68,92 miliar
499,23% (Rp57,42 miliar)
TABUNGAN MUDHARABAH Rp25,16 triliun DEPOSITO MUDHARABAH Rp35,37 triliun
10,56% (Rp2,40 triliun) 12,72% (Rp3,98 triliun)
12,38% , miliar) (Rp35,84 ROE 5,81% R R ROA 0,59% Sumber: Laporan Keuangan Triwulan Bank Syariah Mandiri per Desember 2016
12,62% (Rp7,84 triliun)
TOTAL DPK Rp69,95 triliun
TOTAL LABA Rp325,41 miliar
56 Bank Syariah Mandiri 2016 : Basic Indikator
Di tengah ketatnya persaingan industri perbankan syariah sampai dengan akhir tahun 2016, Bank Syariah Mandiri (BSM) masih memegang pangsa pasar terbesar. Dari sisi total aset, market share BSM mengalami penurunan, semula 23,75% menjadi 22,11%. Hal ini terjadi sebagai dampak dari bergabungnya Bank Aceh Syariah di perbankan syariah. Tahun 2016, kinerja pembiayaan Retail Banking mencapai sebesar Rp30,89 triliun, tumbuh sebesar Rp3,62 triliun atau 13,27% dibandingkan kinerja pembiayaan Retail Banking pada tahun 2015 sebesar Rp27,27 triliun. Secara komposisi, pencapaian Retail Banking dikontribusi oleh pembiayaan Micro Banking sebesar Rp4,19 triliun atau 13,55%, pembiayaan Business Banking sebesar Rp9,77 triliun atau 31,63%, dan pembiayaan Consumer Banking sebesar Rp16,94 triliun atau 54,81%. Tahun 2016, Pendapatan bagi hasil pada segmen Retail mencapai sebesar Rp3,89 triliun. Secara posisi, pendapatan bagi hasil tersebut berasal dari Business Banking (BBG) sebesar Rp1,08 triliun (27,68%), Micro Banking (MBG) sebesar Rp760 miliar (19,51%), Pawning (PWG) sebesar Rp272 miliar (6,98%), dan Consumer Finance & Hajj (CHG) sebesar Rp1,78 triliun (45,83%). Sedangkan net bagi hasil pada segmen Retail Banking tahun 2016 mencapai Rp1,97 triliun. Secara posisi, net bagi hasil berasal dari Business Banking (BBG) sebesar Rp329 miliar (16,66%), MBG sebesar Rp442 miliar (22,38%), Pawning (PWG) sebesar Rp160 miliar (8,10%), CHG sebesar Rp626 miliar (31,70%), dan Retail Deposit (RDG) sebesar Rp419 miliar (21,22%). Tahun 2016, kinerja pembiayaan wholesale Banking mencapai sebesar Rp24,68 triliun, tumbuh sebesar Rp2,25 triliun atau 10,00% dibandingkan kinerja pembiayaan wholesale Banking pada tahun 2015 sebesar Rp22,54 triliun.
Retail Banking
Sumber: Laporan Keuangan Triwulan Bank Syariah Mandiri per Desember 2016
57 Bank Mega Syariah 2016 : Basic Indikator
Extraordinary Effort
:
Sucessfully maintained winning mentality under uncertain transformation
Game Changer
:
Business amputation to survive & back on the game
Kinerja Keuangan
:
PIUTANG MURABAHAH
5,65% (Rp232,29 miliar)
Rp4,34 triliun PIUTANG QARDH
Rp30,51 miliar PEMBIAYAAN BAGI HASIL
Rp343,81 miliar PEMBIAYAAN SEWA
11,95% (Rp503,34 miliar) -31,65% (Rp14,13 miliar).
487,90% (Rp285,33 miliar).
-100% (Rp-153 juta).
Rp0 GIRO WADIAH
TOTAL PEMBIAYAAN
Rp4,21 triliun
42,65% (Rp67,79 miliar)
Rp13,40 miliar TABUNGAN WADIAH
-17,42% (Rp-63,00 miliar).
Rp298,72 miliar TABUNGAN MUDHARABAH H
15,27% (Rp4,92 triliun) 53,56% (Rp123,85 miliar)
Rp355,08 miliar DEPOSITO MUDHARABAH
Rp4,04 triliun
14,88% (Rp523,26 miliar).
802,15% (Rp98,06 miliar) ROA 2,63% R
ROE 11,97% R
Sumber: Laporan Keuangan Triwulan-IV Bank Mega Syariah per Desember 2016
TOTAL DPK
Rp5,39 triliun
TOTAL LABA BERSIH
Rp243,29miliar
58 Bank Mega Syariah 2016 : Basic Indikator
Bank Mega Syariah telah berhasil menjalankan rencana bisnisnya di tahun 2016, bahwa Bank akan fokus pada pembiayaan Joint Financing (JF) dan commercial. Pembiayaan Joint Financing (JF) yang dijalankan Bank, khususnya dalam pembiayaan pemilikan kendaraan bermotor, bekerja sama dengan beberapa perusahaan multifinance. Realisasi rencana bisnis di tahun 2016 terlihat dari penurunan volume pembiayaan mikro, gadai, Pembiayaan Dana Talangan Haji (PDTH) dan pensiun yang sudah dihentikan penyalurannya sehingga akan dengan sendirinya menurun seiring dengan pembayaran/pelunasan yang dilakukan nasabah. Di sisi lain terlihat pula terjadinya peningkatan volume pembiayaan JF dan pembiayaan commercial. Volume JF tumbuh sebesar Rp 1,1 triliun atau 44,1% dan commercial tumbuh sebesar Rp 48,3 miliar atau 13,7%..
JF ( Join Financing)
Sumber: Annual Report Bank Mega Syariah 2016
59 Bank Panin – Dubai Syariah 2016 : Basic Indikator ato or
Extraordinary Effort
:
A fergie-time come back to keep partner's trust
Game Changer
:
Listed & get world clas strategic partner
Kinerja Keuangan
:
PII UTANG MURABAHAH P
37,78% (Rp1,02 triliun)
98,27% (Rp598,02 triliun)
Rp1,21 triliun PIUTANG QARDH
-65,03% (Rp-677 juta).
Rp364 juta PEMBIAYAAN BAGI HASIL
20,31% (Rp426,59 miliar)
Rp2,53 triliun
TOTAL PEMBIAYAAN
Rp3,73 triliun
GIRO WADIAH
82,26% (Rp209,02 miliar).
Rp463,11 miliar TABUNGAN WADIAH
41,41% (Rp1,58 triliun)
--5,74% (Rp38 juta).
Rp506,01 miliar TABUNGAN MUDHARABAH H
82,89% (Rp42,06 miliar)
Rp92,80 miliar
TOTAL DPK
DEPOSITO MUDHARABAH
Rp5,84 triliun
14,75% (Rp750,43).
-63,53% (Rp34,04miliar) ROA 0,37% R
ROE 1,76% R
Sumber: Laporan Keuangan Triwulan Panin Dubai Syariah per Desember 2016
Rp5,39 triliun
TOTAL LABA BERSIH
Rp19,54 miliar
60 Bank Panin – Dubai Syariah 2016 : Basic Indikator ato or
Di tengah perlambatan pertumbuhan ekonomi global, Panin Dubai Syariah Bank masih konsisten melakukan ekspansi pembiayaan pada berbagai segmen dan sektor usaha nasabah. Per 31 Desember 2016, Panin Dubai Syariah Bank mencatat pertumbuhan pembiayaan sebesar 10,94% dibandingkan posisi 31 Desember 2015. Pertumbuhan pembiayaan sepanjang tahun 2016 ini diselaraskan dengan arah pertumbuhan yang berkualitas. hal ini tercermin dari rendahnya rasio Non Performing Financing (nPF) per 31 Desember 2016 sebesar 2,26% (gross), yang berarti di bawah rata-rata nPF industri perbankan Syariah maupun industri perbankan pada umumnya. Selama 2 (dua) tahun terakhir rata-rata pertumbuhan Pembiayaan Komersil sebesar kurang lebih 16%, dimana pencapaian di tahun 2016 menyumbangkan kontribusi sebesar 65% dari total pembiayaan di Panin Dubai Syariah Bank. Sektor ekonomi terbesar dalam penyaluran pembiayaan komersil adalah sektor industri pengolahan 33,96%, Perdagangan besar dan eceran 13,83% kemudian disusul dengan konstruksi 10,94% dan transportasi, , pergudangan dan komunikasi 8,99%. Sedangkan untuk penyaluran korporasi industri pengolahan 44,37%, disusul dengan konstruksi, real estate, usaha persewaan dan jasa perusahaan 14% sedangkan transportasi pergudangan dan komunikasi 10,98%. Pada akhir tahun 2016, total Pembiayaan Konsumer mencapai rp170 miliar, meningkat dari rp108 miliar di akhir tahun 2015. Di tahun 2016 realisasi pembiayaan Multi Finance adalah sebesar rp963 miliar. realisasi tersebut meningkatkan Number of Account (noa) sebanyak 92.284 noa. Pertumbuhan outstanding adalah sebesar rp171 miliar, dari posisi 31 Desember 2015 sebesar rp755 miliar menjadi rp926 miliar per posisi 31 Desember 2016.
Pembiayaan bi IInvestasii (PI) P PaSS iB Pembiayaan Modal Kerja (PMK) PaS iB Sumber: Annual Report Panin Dubai Syariah 2016 & Analisa KCI
Bab IV. The Best Islamic Bank KARIM AWARD 2017
Metode Penilaian The Best Islamic Bank Yes (Laporan Keuangan Audited)
No (EE and GC)
Penilaian the Best Islamic Bank sebagaimana tahun-tahun sebelumnya mengacu pada laporan keuangan audited. Yang membedakan penilaian the Best Islamic Bank dengan Best of the Best The Magnificent Seven adalah, the Best Islamic Bank mengacu pada: 1. Laporan keuangan audited, tanpa menggunakan analisa Sankey. 2. Tidak memperhitungkan aspek extraordinary effort (EE) 3. Tidak memperhitungkan aspek game changer (GC) Meskipun memiliki beberapa kekurangan dibandingkan dengan metode penilaian Best of the Best The Magnificent Seven, metode penilaian ini tetap objektif dan mechanically right. Metode ini paling lazim digunakan untuk membandingkan kinerja bank. Sedangkan penggunaan analisa Sankey lazim digunakan untuk Due Dilligence sebagai alat bantu melakukan valuasi secara lebih tepat. Objektifitas metode ini terlihat pada penggunaan analisa komparasi vertikal suatu bank dari periode ke periode, dan komparasi horizontal suatu bank dengan industri dalam kategori yang sama dari periode ke periode. Suatu bank dengan aset kecil dapat saja mempunyai tingat pertumbuhan yang tinggi, tapi pada saat yang sama kontribusinya kecil terhadap pertumbuhan industri dalam kategori bank yang sama. Suatu bank dapat saja memiliki ROA yang tinggi, tapi pada saat yang sama industri memiliki rata-rata ROA yang lebih tinggi. Dua bank dapat saja memiiki NPF yang sama. Namun bank pertama, NPF tahun ini merupakan pemburukan NPF tahun lalu, sedangkan bank kedua NPF tahun ini merupakan perbaikan dari NPF tahun lalu. Hal-hal semacam ini dapat ditangani dengan objektif dalam metode penilaian the Best Islamic Bank sebagaimana akan dijelaskan lebih lanjut secara lebih rinci.
61
Formulasi Penilaian Pembiayaan/Pendanaan KARIM AWARD 2017. Total Financing % growth 2016 2015 55.388.246 50.893.511 8,83% 40.050.430 41.734.945 -4,04% 18.034.924 16.660.266 8,25% 30.244.043 26.053.213 16,09% 2,62% 12.206.001 11.893.858 3.734.101 2.710.173 37,78% 4.996.812 3.678.127 35,85% 14,85% 4.995.607 4.349.580 4.714.811 4.211.474 11,95% Total Funding % growth 2016 2015 69.949.859 62.112.879 12,62% 41.919.918 44.998.623 -6,84% 22.019.067 20.123.588 9,42% 24.233.009 19.322.756 25,41% 14.429.247 14.151.718 1,96% 6.899.007 5.928.326 16,37% 5.387.564 3.809.967 41,41% 3.842.272 3.255.154 18,04% 4.920.733 4.268.834 15,27%
ȴŶŽŵŝŶĂů 4.494.735 (1.684.515) 1.374.658 4.190.830 312.143 1.023.928 1.318.685 646.027 503.337 ȴŶŽŵŝŶĂů 7.836.980 (3.078.705) 1.895.479 4.910.253 277.529 970.681 1.577.597 587.118 651.899
Share to % to Market % to Market ȴDĂƌŬĞƚ Share new market 2016 2015 12,84% 22,33% 23,89% -1,56% -4,81% 16,15% 19,59% -3,45% 3,93% 7,27% 7,82% -0,55% 11,97% 12,19% 12,23% -0,04% 0,89% 4,92% 5,58% -0,66% 2,92% 1,51% 1,27% 0,23% 3,77% 2,01% 1,73% 0,29% 1,85% 2,01% 2,04% -0,03% 1,44% 1,90% 1,98% -0,08% Share to new % to Market % to Market ȴDĂƌŬĞƚ market (%) 2016 2015 Share 16,27% 25,04% 26,87% -1,83% -6,39% 15,01% 19,47% -4,46% 3,94% 7,88% 8,70% -0,82% 10,20% 8,68% 8,36% 0,32% 0,58% 5,17% 6,12% -0,96% 2,02% 2,47% 2,56% -0,09% 3,28% 1,93% 1,65% 0,28% 1,22% 1,38% 1,41% -0,03% 1,35% 1,76% 1,85% -0,08%
Formulasi Pembiayaan maupun pembiayaan tidak memiliki perbedaan, penilaian KARIM AWARD 2017 dihitung berdasarkan beberapa aspek untuk mendukung dua kriteria yang akan menjadi indicator utama. beberapa aspek tersebut adalah: - Delta Nominal (ȟ nominal) atau New Market Share, pada aspek ini kami menghitung berdasarkan selisih pembiayaan/pendanaan masing-masing bank pada tahun 2015 dan 2016. contoh: Pembiayaan Bank X tahun 2015 Rp50,89 T dan tahun 2016 Rp55,39 T. Delta nominal pada Bank X adalah Rp50,89 T - Rp55,39 T = Rp4,49 T. - Share to New Market, pada aspek ini kami menghitung berdasarkan perbandingan antar New Market Share pembiayaan/pendanaan bank terhadap New Market pembiayaan/pendanaan pada tahun 2016 terhadap New Market pembiayaan/pendanaan Industri Perbankan Syariah tahun 2016, contoh: New Market Share pembiayaan Bank X Rp4,49 T sedangkan New Market Share pembiayaan perbankan syariah 2016 Rp35,01 T , maka Share to New Market bank X adalah Rp4,49 T / Rp35,01 T = 12,84% - % to Market, pada aspek ini kami menghitung berdasarkan perbandingan setiap tahun antara Jumlah Total pembiayaan/pendanaan Bank pada tahun tertentu terhadap Junlah Total pembiayaan/pendanaan Perbankan Syariah pada tahun tertentu. Contoh: Jumlah Total pembiayaan Bank X tahun 2015 adalah Rp50,89 T dan Jumlah Total Pembiayaan Bank X tahun 2016 Rp55,39 T, sedangkan Jumlah Total Pembiayaan Perbankan Syariah tahun 2015 Rp213,00 T dan Jumlah Total Pembiayaan Perbankan Syariah tahun 2016 Rp248,01 T. Maka % to Market pada tahun 2015 : Rp50,89 T / Rp213,00 T = 26,87% sedangkan % to Market pada tahun 2016 : Rp55,39 T / Rp213,00 T = 25,04% - Delta Market Share (ȟ Market Share), pada aspek ini kami menghitung berdasarkan selisih antara % to Market pembiayaan/pendanaan pada tahun 2015 dengan % to Market pembiayaan/pendanaan 2016. contoh: % to Market pembiayaan tahun 2015 2 6,87% dan % to Market pembiayaan tahun 2016 2 5,04%, maka Delta Market Share Bank X : 25,04% - 26,87% = -1,56% Kriteria penilaian KARIM AWARD 2017 terdapat 2 macam, yaitu T he Most Growing New Market Share dan Top New Market Gainer.
62 Formulasi Penilaian : Most Growing Financing/Funding Market Share New MS Fin Des 2016
X - Xrata
12,84% -4,81% 3,93% 11,97% 0,89% 2,92% 3,77% 1,85% 1,44%
8,97% -8,68% 0,06% 8,10% -2,97% -0,94% -0,10% -2,02% -2,43%
New MS DPK Des 2016
X - Xrata
16,27% -6,39% 3,94% 10,20% 0,58% 2,02% 3,28% 1,22% 1,35%
-
-
0,12667 0,09998 0,00330 0,06590 0,03030 0,01590 0,00330 0,02387 0,02252
(X-Xrata)^2 0,01 0,01 0,00 0,01 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00
Zvalue Zvalue (X-Xrata)/SD modified 1,63 1,58 0,01 1,48 0,54 0,17 0,02 0,37 0,44
-
-
(X-Xrata)^2 0,01605 0,01000 0,00001 0,00434 0,00092 0,00025 0,00001 0,00057 0,00051
3,2143 1,5913 3,0562 1,0386 1,4089 1,5622 1,2123 1,1381
Zvalue Zvalue (X-Xrata)/SD modified -
-
1,98267 1,56497 0,05166 1,03147 0,47418 0,24891 0,05166 0,37357 0,35251
3,5476 1,6166 2,5964 1,0908 1,3161 1,5133 1,1914 1,2125
Zvalue converted 100,00 0,00 49,51 95,08 32,31 43,83 48,60 37,72 35,41 Zvalue converted 100,00 0,00 45,57 73,19 30,75 37,10 42,66 33,58 34,18
Terdapat beberapa aspek penilaian pada kriteria Most Growing Financing/Funding Market Share, diantaranya adalah: - Pertama menghitung X-Xrata, pada aspek ini kami menghitung berdasarkan selisih antara New Market Share pembiayaan/pendanaan dengan Rata-Rata New Market Share pembiayaan/pendanaan Bank Syariah pada masing-masing nominasi pada tahun 2016. contoh: New Market Share pembiayaan Bank X pada tahun 2016 12,84% sedangkan RataRata New Market Share Financing Bank Syariah pada BUS BUKU 2&3 (Bank X masuk ke dalam BUS BUKU 2) pada tahun 2016 adalah 3,87%. Maka X-Xrata Bank X 12,84%3,87% = 8,97%. - Kedua, menghitung Zvalue namun sebelumnya kami menghitung terlebih dahulu Standar Deviasi (SD) atau sebaran angka dalam New Market Share pembiayaan/pendanaan Bank Syariah pada masing-masing Nominasi. Setelah itu, membandingkan antara X-Xrata masing-masing bank syariah terhadap Standar Deviasi, contoh: X-Xrata Bank X adalah 8,97% dan Standar Deviasi BUS BUKU 2&3 adalah 0,05, maka Zvalue Bank X : 8,97% / 0,05 = 1,63 - Ketiga, menghitung Zvalue modified namun sebelumnya kami harus mencari angka terkecil dan terbesar (min/max value) dari Zvalue pada tiap nominasi. Sehingga formulasi untuk mendapatkan Zvalue modified adalah Z value+[-1 x angka terkecil (min value)] contoh: angka terkecil pembiayaan BUS BUKU 2&3 adalah -1,58 maka Zvalue modified Bank X adalah 1,63 + [-1 x -1,58] = 3,2143 - Keempat, menghitung Zvalue converted namun sebelumnya kami harus mencari range atau rentang angka antara angka terkecil dan terbesar (min/max value) dari Zvalue pada tiap nominasi dengan formulasi : min value – max value. Lalu kami juga harus menghitung skala skor konversi dari range yang telah didapat terhadap nilai yang terbesar sesuai dengan perhitungan kami yaitu 100 dengan formulasi 1 00 / range. - Terakhir kami menghitung Zvalue converted dengan formulasi : Zvalue modified x (100/range). Contoh: Zvalue modified Bank X adalah 3,2143 dan range BUS BUKU 2&3 adalah 3,21. maka Zvalue Converted Bank X : 3,2143 x 3,21 = 100,00
63 Formulasi Penilaian : Top New Financing/Funding Market Gainer Delta MS Fin Des 2016 -1,56% -3,45% -0,55% -0,04% -0,66% 0,23% 0,29% -0,03% -0,08%
Delta New MS DPK Des 2016 -1,83% -4,46% -0,82% 0,32% -0,96% -0,09% 0,28% -0,03% -0,08%
X - Xrata 0,00974 0,03605 0,00031 0,01170 0,00103 0,00758 0,01134 0,00821 0,00768
X - Xrata
(X-Xrata)^2
0,00912 0,02797 0,00099 0,00612 0,00014 0,00882 0,00937 0,00621 0,00573
(X-Xrata)^2
Zvalue Zvalue (X-Xrata)/SD modified
0,00008 0,00078 0,00000 0,00004 0,00000 0,00008 0,00009 0,00004 0,00003
0,76 2,34 0,08 0,51 0,01 0,74 0,78 0,52 0,48
Zvalue Zvalue (X-Xrata)/SD modified
0,00009 0,00130 0,00000 0,00014 0,00000 0,00006 0,00013 0,00007 0,00006
0,64117 2,37397 0,02033 0,77038 0,06780 0,49947 0,74659 0,54034 0,50582
1,7328 2,3943 3,1443 2,3062 2,8734 3,1206 2,9143 2,8798
1,5783 2,4249 2,8545 2,3307 3,0808 3,1266 2,8622 2,8217
Zvalue converted 50,48 0,00 77,56 91,30 74,54 98,53 100,00 91,54 90,25
Zvalue converted 55,11 0,00 76,15 100,00 73,34 91,38 99,24 92,68 91,59
Terdapat beberapa aspek penilaian pada kriteria Top New Financing/Funding Market Gainer, diantaranya adalah: - Pertama menghitung X-Xrata, pada aspek ini kami menghitung berdasarkan selisih antara Delta Market Share pembiayaan/pendanaan (Delta MS Fin/DPK) dengan Rata-Rata Delta Market Share pembiayaan/pendanaan Bank Syariah pada masing-masing nominasi pada tahun 2016. contoh: Delta Market Share pembiayaan Bank X pada tahun 2016 -1,56% sedangkan Rata-Rata Delta Market Share pembiayaan Bank Syariah pada BUS BUKU 2&3 pada tahun 2016 adalah -0,85%. Maka X-Xrata Bank X -1,56% - -0,85% = -0,00912. - Kedua, menghitung Zvalue namun sebelumnya kami menghitung terlebih dahulu Standar Deviasi (SD) atau sebaran angka dalam Delta Market Share pembiayaan/pendanaan Bank Syariah pada masing-masing Nominasi. Setelah itu, membandingkan antara X-Xrata masing-masing bank syariah terhadap Standar Deviasi, contoh: X-Xrata Bank X adalah -0,00912 dan Standar Deviasi BUS BUKU 2&3 adalah 1,19. Maka Zvalue Bank X : 0,0912 / 1,19 = -0,76 - Ketiga, menghitung Zvalue modified namun sebelumnya kami harus mencari angka terkecil dan terbesar (min/max value) dari Zvalue pada tiap nominasi. Sehingga formlasi untuk mendapatkan Zvalue modified adalah Zvalue+[-1 x angka terkecil (min value)] contoh: angka terkecil BUS BUKU 2&3 adalah -2,34 maka Zvalue modified Bank X adalah –0,76 + [-1 x -2,34] = 1,5783 - Keempat, menghitung Zvalue converted namun sebelumnya kami harus mencari range atau rentang angka antara angka terkecil dan terbesar (min/max value) dari Zvalue pada tiap nominasi dengan formulasi : min value – max value. Lalu kami juga harus menghitung skala skor konversi dari range yang telah didapat terhadap nilai yang terbesar sesuai dengan perhitungan kami yaitu 100 dengan formulasi 100 / range. - Terakhir kami menghitung Zvalue converted dengan formulasi : Zvalue modified x (100/range). Contoh: Zvalue modified Bank X adalah 1,5783 dan range BUS BUKU 2&3 adalah 3,13. maka Zvalue Converted Bank X : 1,5783 x 3,13 = 50,48
64 Formulasi Penilaian : Most Efficient Islamic Bank BOPO Desember 2016 94,12% 97,76% 91,33% 87,67% 94,43% 96,17% 75,14% 92,18% 88,16%
X - Xrata -
0,03347 0,06987 0,00557 0,03103 0,03657 0,05397 0,15633 0,01407 0,02613
BOPO BOPO Desember Desember 2016 2015 94,12% 94,78% 97,76% 97,36% 91,33% 93,79% 87,67% 89,63% 94,43% 76,07% 96,17% 89,33% 75,14% 85,32% 92,18% 92,48% 88,16% 99,51%
(X-Xrata)^2 0,00112 0,00488 0,00003 0,00096 0,00134 0,00291 0,02444 0,00020 0,00068
Zvalue (X-Xrata)/SD -
ȴKWK -0,66% 0,40% -2,46% -1,96% 18,36% 6,84% -10,18% -0,30% -11,35%
0,49502 1,03342 0,08234 0,45902 0,54087 0,79824 2,31238 0,20806 0,38655 X - Xrata 0,00514 0,00546 0,02314 0,01814 0,18506 0,06986 0,10034 0,00154 0,11204
Zvalue modified 0,5384 0,9511 1,4924 0,4926 0,2352 3,3458 0,8254 1,4200 (X-Xrata)^2 0,00003 0,00003 0,00054 0,00033 0,03425 0,00488 0,01007 0,00000 0,01255
Zvalue Zvalue Total converted converte Zvalue (1) d (2) converted 16,09 0,00 28,43 44,61 14,72 7,03 100,00 24,67 42,44
64,02 60,45 70,08 68,39 0,00 38,77 96,06 62,81 100,00
40,06 30,23 49,25 56,50 7,36 22,90 98,03 43,74 71,22
Zvalue Zvalue Zvalue converted (X-Xrata)/SD modified (2) 0,05812 2,1489 64,02 - 0,06164 2,0292 60,45 0,26149 2,3523 70,08 0,20500 2,2958 68,39 - 2,09079 0,00 - 0,78924 1,3016 38,77 1,13371 3,2245 96,06 0,01745 2,1082 62,81 1,26590 3,3567 100,00
Pada dasarnya tidak ada perbedaan formulasi Most Efficient dengan formulasi sebelumnya namun kami membandingkan antara Zvalue Converted Delta BOPO dengan BOPO tahun 2016. aspek penilaian pada kriteria ini, diantaranya adalah: - Pertama menghitung X-Xrata, pada aspek ini kami menghitung berdasarkan selisih antara Delta BOPO dengan Rata-Rata BOPO Bank Syariah pada masing-masing nominasi pada tahun 2016. contoh: Delta BOPO Bank X pada tahun 2016 -0,66% sedangkan Rata-Rata Delta BOPO Bank Syariah pada BUS BUKU 2&3 adalah -0,15%. M aka X-Xrata Bank X (-0,66%) - (-0,15%) = -0,00514. - Kedua, menghitung Zvalue namun sebelumnya kami menghitung terlebih dahulu Standar Deviasi (SD) atau sebaran angka dalam Delta BOPO Bank Syariah pada masing-masing Nominasi. Setelah itu, membandingkan antara X-Xrata masing-masing bank syariah terhadap Standar Deviasi, contoh: X-Xrata Bank X adalah –0,00514 dan Standar Deviasi BUS BUKU 2&3 adalah 0,09, m aka Zvalue Bank X : 0,00514 / 0,09 = 0,05812 - Ketiga, menghitung Zvalue modified namun sebelumnya kami harus mencari angka terkecil dan terbesar (min/max value) dari Zvalue pada tiap nominasi. Sehingga formulasi untuk mendapatkan Zvalue modified adalah Zvalue+[-1 x angka terkecil (min value)] contoh: angka terkecil BUS BUKU 2&3 adalah –2,09079 maka Zvalue modified Bank X adalah 0,05812 + [-1 x -2,090729] = 2,1489 - Keempat, menghitung Zvalue converted namun sebelumnya kami harus mencari range atau rentang angka antara angka terkecil dan terbesar (min/max value) dari Zvalue pada tiap nominasi dengan formulasi : min value – max value. Lalu kami juga harus menghitung skala skor konversi dari range yang telah didapat terhadap nilai yang terbesar sesuai dengan perhitungan kami yaitu 100 dengan formulasi 100 / range. - Kelima, kami menghitung masing-masing Zvalue converted 2 dengan formulasi : Z value modified x (100/range). Contoh: Zvalue modified Bank X adalah 2,1489 dan range BUS BUKU 2&3 adalah 3,35669. maka Zvalue converted 2 Bank X : 2,1489 x 3,35669 = 64,02 - Terakhir kami menghitung Zvalue converted 1 (Zvalue modified BOPO 2016) dan converted 2 (Zvalue modified BOPO 2015 & 2016) dengan formulasi : (Zvalue converted 1+Zvalue converted 2)/2 dengan contoh : Zvalue converted 1 Bank X adalah 16,09 sedangkan Zvale converted 2 Bank X adalah 64,02. Maka Total Zvalue converted Bank X adalah (16,09 + 64,02) / 2 = 40,06
65 Formulasi Penilaian : Most Effective Financing NPF net Desember 2016 3,13% 1,40% 3,19% 1,64% 0,07% 1,86% 0,20% 0,21% 2,81% -
X - Xrata 0,01248 0,00482 0,01308 0,00242 0,01812 0,00022 0,01682 0,01672 0,00928
NPF net NPF net Desember Desember 2016 2015 3,13% 4,05% 1,40% 4,20% 3,19% 3,89% 1,64% 1,46% 0,07% 2,30% 1,86% 1,94% 0,20% 0,17% 0,21% 0,52% 2,81% 3,16%
(X-Xrata)^2
Zvalue (X-Xrata)/SD
0,00016 0,00002 0,00017 0,00001 0,00033 0,00000 0,00028 0,00028 0,00009 -
ȴEW& -0,92% -2,80% -0,70% 0,18% -2,23% -0,08% 0,03% -0,31% -0,35%
1,06706 0,41172 1,11835 0,20657 1,54859 0,01852 1,43747 1,42892 0,79353
X - Xrata 1,72% 3,60% 1,50% 0,62% 3,03% 0,88% 0,77% 1,11% 1,15%
Zvalue Zvalue Zvalue Total Zvalue modified converted (1) converted (2) converted 0,0513 1,5301 1,3249 2,6669 1,1369 2,5558 2,5473 0,3248
1,92 57,37 0,00 49,68 100,00 42,63 95,83 95,51 12,18
(X-Xrata)^2
Zvalue (X-Xrata)/SD
0,0295% 0,1294% 0,0224% 0,0038% 0,0917% 0,0077% 0,0059% 0,0123% 0,0132%
1,65 3,45 1,44 0,59 2,91 0,84 0,74 1,06 1,10
36,91 100,00 29,53 0,00 80,87 8,72 5,03 16,44 17,79 Zvalue modified 1,0561 2,8610 0,8448 2,3137 0,2496 0,1440 0,4704 0,5088
19,42 78,69 14,77 24,84 90,44 25,68 50,43 55,98 14,98 Zvalue converted (2) 36,91 100,00 29,53 0,00 80,87 8,72 5,03 16,44 17,79
Pada perhitungan Most Effective Financing kami membandingkan antara Zvalue Converted Delta NPF dengan NPF tahun 2016. aspek penilaian pada kriteria ini, diantaranya adalah: - Pertama menghitung X-Xrata, pada aspek ini kami menghitung berdasarkan selisih antara Delta NPF dengan Rata-Rata NPF Bank Syariah pada masing-masing nominasi pada tahun 2016. contoh: Delta NPF Bank X pada tahun 2016 -0,92% sedangkan Rata-Rata Delta NPF Bank Syariah pada BUS BUKU 2&3 pada tahun 2016 adalah -0,80%. M aka X-Xrata Bank X (-0,92%) – (-0,80%) = 1,72. - Kedua, menghitung Zvalue namun sebelumnya kami menghitung terlebih dahulu Standar Deviasi (SD) atau sebaran angka dalam Delta NPF Bank Syariah pada masing-masing Nominasi. Setelah itu, membandingkan antara X-Xrata masing-masing bank syariah terhadap Standar Deviasi, contoh: X-Xrata Bank X adalah 1,72 dan Standar Deviasi BUS BUKU 2&3 adala 0,0104, maka Zvalue Bank X : -0,14 / 0,04 = 1,65 - Ketiga, menghitung Zvalue modified namun sebelumnya kami harus mencari angka terkecil dan terbesar (min/max value) dari Zvalue pada tiap nominasi. Sehingga formulasi untuk mendapatkan Zvalue modified adalah Zvalue+[-1 x angka terkecil (min value)] contoh: angka terkecil BUS BUKU 2&3 adalah –0,59 maka Zvalue modified Bank X adalah 1,65 + [-1 x 0,59] = 1,0561 - Keempat, menghitung Zvalue converted namun sebelumnya kami harus mencari range atau rentang angka antara angka terkecil dan terbesar (min/max value) dari Zvalue pada tiap nominasi dengan formulasi : min value – max value. Lalu kami juga harus menghitung skala skor konversi dari range yang telah didapat terhadap nilai yang terbesar sesuai dengan perhitungan kami yaitu 100 dengan formulasi 100 / range. - Kelima, kami menghitung masing-masing Zvalue converted dengan formulasi : Z value modified x (100/range). Contoh: Zvalue modified Bank X adalah 1,0561 dan range BUS BUKU 2&3 adalah 2,86. maka Zvalue Converted Bank X : 1,0561 x 2,86 = 3,91 - Terakhir kami menghitung Zvalue converted 1 (Zvalue modified NPF 2016) dan converted 2 (Zvalue modified NPF 2015 & 2016) dengan formulasi : (Zvalue converted 1+Zvalue converted 2)/2 dengan contoh : Zvalue converted 1 Bank X adalah 1,92 sedangkan Zvalue converted 2 Bank X adalah 36,91. Maka Total Zvalue converted Bank X adalah (1,92 + 36,91) / 2 = 19,42.
66 Formulasi Penilaian : Most Profitable Islamic Bank ROA Desember 2016
0,59% 0,22% 0,95% 1,44% 0,52% 0,37% 8,93% 1,13% 2,63%
ROA Desember 2015
0,56% 0,77% 1,43% 1,12% 5,24% 5,24% 0,96% 0,30% 0,00%
ǻ ROA
0,03% -0,55% -0,48% 0,32% -4,72% -4,87% 7,97% 0,83% 2,63%
X - Xrata
-1,27% -1,64% -0,91% -0,42% -1,34% -1,49% 7,07% -0,73% 0,77%
(X-Xrata)^2
0,0001624 0,0002704 0,0000836 0,0000180 0,0001808 0,0002233 0,0049922 0,0000539 0,0000586
X - Xrata (X-Xrata)^2
-0,10% -0,68% -0,61% 0,19% -4,85% -5,00% 7,84% 0,70% 2,50%
0,0000010 0,0000461 0,0000371 0,0000037 0,0023512 0,0024989 0,0061483 0,0000492 0,0006256
-
Zvalue
Zvalue
(X-Xrata)/SD
modified
0,4636903 0,5983101 0,3327089 0,1544287 0,4891589 0,5437345 2,5707121 0,2672182 0,2785376
Zvalue
0,13 0,00 0,27 0,44 0,11 0,05 3,17 0,33 0,88
Zvalue
(X-Xrata)/SD modified
- 0,0257913 - 0,1770614 - 0,1588047 0,0498438 - 1,2646418 - 1,3037634 2,0450451 0,1828572 0,6523164
1,28 1,13 1,14 1,35 0,04 3,35 1,49 1,96
Zvalue converted (1)
4,25 0,00 8,38 14,01 3,44 1,72 100,00 10,45 27,67
Zvalue Total Zvalue converted converted (2)
38,16 33,64 34,19 40,42 1,17 0,00 100,00 44,39 58,41
21,20 16,82 21,29 27,21 2,31 0,86 100,00 27,42 43,04
Pada perhitungan Most Profitable kami menghitung ROA dan ROE masing-masing BUS (untuk UUS hanya ROA saja). Pada ROA, kami membandingkan antara Zvalue Converted Delta ROA dengan ROA pada tahun 2016. aspek penilaian pada kriteria ini, diantaranya adalah: - Pertama menghitung X-Xrata, pada aspek ini kami menghitung berdasarkan selisih antara Delta ROA dengan Rata-Rata ROA Bank Syariah pada masing-masing nominasi pada tahun 2016. contoh: Delta ROA Bank X pada tahun 2016 0,03% sedangkan Rata-Rata Delta ROA Bank Syariah pada BUS BUKU 2&3 pada tahun 2016 adalah 0,13%. M aka X-Xrata Bank X 0,03 – 0,13 = -0,10. - Kedua, menghitung Zvalue namun sebelumnya kami menghitung terlebih dahulu Standar Deviasi (SD) atau sebaran angka dalam Delta ROA Bank Syariah pada masing-masing Nominasi. Setelah itu, membandingkan antara X-Xrata masing-masing bank syariah terhadap Standar Deviasi, contoh: X-Xrata Bank X adalah -0,10 dan Standar Deviasi BUS BUKU 2&3 adalah 0,04, maka Zvalue Bank X : -0,10 / 0,04 =-0,0257913 - Ketiga, menghitung Zvalue modified namun sebelumnya kami harus mencari angka terkecil dan terbesar (min/max value) dari Zvalue pada tiap nominasi. Sehingga formulasi untuk mendapatkan Zvalue modified adalah Zvalue+[-1 x angka terkecil (min value)] contoh: angka terkecil BUS BUKU 2&3 adalah 1,30 m aka Zvalue modified Bank X adalah 0,0257913 + [-1 x 1,30] = 1,28. - Keempat, menghitung Zvalue converted namun sebelumnya kami harus mencari range atau rentang angka antara angka terkecil dan terbesar (min/max value) dari Zvalue pada tiap nominasi dengan formulasi : min value – max value. Lalu kami juga harus menghitung skala skor konversi dari range yang telah didapat terhadap nilai yang terbesar sesuai dengan perhitungan kami yaitu 100 dengan formulasi 100 / range. - Kelima, kami menghitung masing-masing Zvalue converted 2 dengan formulasi : Z value modified x (100/range). Contoh: Zvalue modified Bank X adalah 1,28 dan range BUS BUKU 2&3 adalah 3,35. maka Zvalue Converted Bank X : 1,28 x 3,35 = 38,16 - Terakhir kami menghitung Zvalue converted 1 (Zvalue modified ROA 2016) dan converted 2 (Zvalue modified ROA 2015 & 2016) dengan formulasi : (Zvalue converted 1+Zvalue converted 2)/2 dengan contoh : Zvalue converted 1 Bank X adalah 4,25 sedangkan Zvalue converted 2 Bank X adalah 38,16. Maka Total Zvalue converted Bank X adalah (4,25 + 38,16) / 2 = 21,20
67 Formulasi Penilaian : Most Profitable Islamic Bank ROE Desember 2016
5,81% 3,00% 7,40% 11,94% 5,59% 1,76% 31,71% 3,45% 11,97% ROE Desember 2015
5,92% 2,78% 6,33% 11,39% 24,24% 4,94% 17,89% 3,20% 1,61%
ǻ ROE
-0,11% 0,22% 1,07% 0,55% -18,65% -3,18% 13,82% 0,25% 10,36%
X - Xrata
-0,11% -2,92% 1,48% 6,02% -0,33% -4,16% 25,79% -2,47% 6,05%
(X-Xrata)^2
0,0000011 0,0008507 0,0002200 0,0036281 0,0000107 0,0017278 0,0665296 0,0006084 0,0036643
X - Xrata (X-Xrata)^2
3,24% 3,57% 4,42% 3,90% -15,30% 0,17% 17,17% 3,60% 13,71%
-
-
Zvalue
Zvalue
(X-Xrata)/SD
modified
0,0297253 0,8128001 0,4133669 1,6785482 0,0910336 1,1583562 7,1879392 0,6873966 1,6869084 Zvalue
1,13 0,35 1,57 2,84 1,07 0,00 8,35 0,47 2,85 Zvalue
(X-Xrata)/SD modified
0,0010498 0,4238951 0,0012745 0,4670696 0,0019536 0,5782767 0,0015210 0,5102441 0,0234090 - 2,0017270 0,0000029 0,0222414 0,0294809 2,2463826 0,0012960 0,4709946 0,0187964 1,7937044
2,43 2,47 2,58 2,51 2,02 4,25 2,47 3,80
Zvalue converted (1)
39,78 12,18 55,40 100,00 37,62 0,00 294,20 16,60 100,29
Zvalue Total Zvalue converted converted (2)
94,02 95,69 100,00 97,36 0,00 78,45 164,66 95,84 147,11
66,90 53,94 77,70 98,68 18,81 39,22 229,43 56,22 123,70
Pada ROE, kami membandingkan antara Zvalue Converted Delta ROE dengan ROE pada tahun 2016. aspek penilaian pada kriteria ini, diantaranya adalah: - Pertama menghitung X-Xrata, pada aspek ini kami menghitung berdasarkan selisih antara Delta ROE dengan Rata-Rata ROE Bank Syariah pada masing-masing nominasi pada tahun 2016. contoh: Delta BOPO Bank X pada tahun 2016 -0,11% sedangkan Rata-Rata Delta ROE Bank Syariah pada BUS BUKU 2&3 pada tahun 2016 adalah -3,35%. M aka X-Xrata Bank X (-0,11%) – (-3,35%) = 3,24%. - Kedua, menghitung Zvalue namun sebelumnya kami menghitung terlebih dahulu Standar Deviasi (SD) atau sebaran angka dalam Delta ROE Bank Syariah pada masing-masing Nominasi. Setelah itu, membandingkan antara X-Xrata masing-masing bank syariah terhadap Standar Deviasi, contoh: X-Xrata Bank X adalah 3,24 dan Standar Deviasi BUS BUKU 2&3 adalah 0,08, m aka Zvalue Bank X : 3,24 / 0,08 = 0,4238951 - Ketiga, menghitung Zvalue modified namun sebelumnya kami harus mencari angka terkecil dan terbesar (min/max value) dari Zvalue pada tiap nominasi. Sehingga formulasi untuk mendapatkan Zvalue modified adalah Zvalue + [-1 x angka terkecil (min value)] contoh: angka terkecil BUS BUKU 2&3 adalah –2,00 maka Zvalue modified Bank X adalah 3,24 + [-1 x -2,00] = 2,43. - Keempat, menghitung Zvalue converted namun sebelumnya kami harus mencari range atau rentang angka antara angka terkecil dan terbesar (min/max value) dari Zvalue pada tiap nominasi dengan formulasi : min value – max value. Lalu kami juga harus menghitung skala skor konversi dari range yang telah didapat terhadap nilai yang terbesar sesuai dengan perhitungan kami yaitu 100 dengan formulasi 100 / range. - Kelima, kami menghitung masing-masing Zvalue converted 2 dengan formulasi : Z value modified x (100/range). Contoh: Zvalue modified Bank X adalah 2,43 dan skala skor konversi BUS BUKU 2&3 adalah 38,76. maka Zvalue Converted Bank X : 2,43 x 38,76 = 94,02. - Terakhir kami menghitung Zvalue converted 1 (Zvalue modified ROE 2016) dan converted 2 (Zvalue modified ROE 2015 & 2016) dengan formulasi : (Zvalue converted 1+Zvalue converted 2)/2 dengan contoh : Zvalue converted 1 Bank X adalah 39,78 sedangkan Zvalue converted 2 Bank X adalah 94,02. Maka Total Zvalue converted Bank X adalah (8,89 + -0,0854) / 2
68 Formulasi Penilaian : The Best Islamic Bank nk k
The Most The Most The Most The Most The Most Expanding Expanding Effective Efficient Profitable Financing Funding Financing 53 100 59 21 20 23 17 14 18 18 22 22 5
100 34 22 14 7 5 7 4 3 9 5 5 5
68 75 73 71 78 65 81 64 78 63 53 50 0
62 60 75 72 79 57 71 83 60 55 52 43 0
58 59 61 85 57 91 54 57 57 55 36 44 40
Setelah seluruh indikator penilaian dikumpulkan diantaranya adalah: 1. The Most Expansive Financing 2. The Most Expansive Funding 3. Financing Effectivity 4. Profitability
The Best Islamic Bank (Summary 1:2:3:4:5)
5. Efficiency
dan dihitung jumlah keseluruhannya. Sehingga hasil tersebut akan di simpulkan/summarize menjadi nilai sebagai dasar KARIM AWARD 2017 memberikan penghargaan kepada bank syariah yang dinilai mampu menghasilkan performa yang baik dan berdampak positif bagi perkembangan perbankan syariah selama 2015-2016.
69 BUKU II & III
BUKU II
CAP. IDR 1–5T
BUKU III
CAP. IDR 5 – 30 T
Perbankan syariah berkembang semakin pesat, hal ini dibuktikan pada tahun 2017 Bank Syariah Mandiri membukukan modal inti Rp6,11 triliun sehingga di nobatkan sebagai BUS pertama dan satu-satunya bank syariah yang masuk dalam BUKU III. Sehingga terdapat perubahan pada nominasi KARIM AWARD 2017, dimana penilaian award BUKU III akan digabung dengan BUKU II, sehingga Bank Syariah Mandiri harus bersaing dengan 7 BUS pada BUKU II untuk dapat menjadi yang terbaik.
70 BUKU II & III : The Best Islamic Bank BUKU 2&3 Most Expanding Funding Bank Funding 2016 2015 Syariah Mandiri 69.949.859 62.112.879 Bank Muamalat I 41.919.918 44.998.623 BRI Syariah 22.019.067 20.123.588 BNI Syariah 24.233.009 19.322.756 Bank Aceh Syaria 14.429.247 14.151.718 Panin Dubai Syar 6.899.007 5.928.326 BTPN Syariah 5.387.564 3.809.967 BCA Syariah 3.842.272 3.255.154 MegaSyariah 4.920.733 4.268.834
Most Expanding Financing Financing 2016 2015 55.388.246 50.893.511 40.050.430 41.734.945 18.034.924 16.660.266 30.244.043 26.053.213 12.206.001 11.893.858 3.734.101 2.710.173 4.996.812 3.678.127 3.462.826 2.975.474 4.714.811 4.211.474
Most Efficient BOPO 2016 2015 94,12% 94,78% 97,76% 97,36% 91,33% 93,79% 87,67% 89,63% 94,43% 76,07% 96,17% 89,33% 75,14% 85,32% 92,18% 92,48% 88,16% 99,51%
Most Profitable ROA 2016 2015 0,59% 0,56% 0,22% 0,20% 0,95% 0,77% 1,44% 1,43% 0,52% 2,83% 0,37% 1,12% 8,93% 5,24% 1,13% 0,96% 2,63% 0,30%
ROE 2016 2015 5,81% 5,92% 3,00% 2,78% 7,40% 6,33% 11,94% 11,39% 5,59% 24,24% 1,76% 4,94% 31,71% 17,89% 3,45% 3,20% 11,97% 1,61%
Most Effective Total Score Financing 2016 2015 3,13% 4,05% 256,32 1,40% 4,20% 144,29 3,19% 3,89% 237,90 1,64% 1,46% 324,07 0,07% 2,30% 213,83 1,86% 1,94% 204,04 0,20% 0,17% 458,43 0,21% 0,52% 269,30 2,81% 3,16% 295,28
Bank BTPN Syariah pada periode 2015-2016 merupakan periode terbaiknya selama berdiri sejak 20 Januari 2015. Sebagai industri baru dimana Bank BTPN Syariah masuk dalam industri perbankan syariah dan menjadi BUS ke-12 mampu menjadi The Best Islamic Bank (BUKU II & III). Bank BTPN Syariah berhasil membukukan pendapatan perusahaan yang fantastis dengan pertumbuhan laba 143,78% atau jumlah laba bersih sebesar Rp412,49 miliar. Selain itu, Bank BPTN Syariah juga berkontribusi sebesar 42,05% dari keseluruhan jumlah total laba BUS. Sehingga Bank BTPN Syariah masuk dalam nominasi The Most Profitable dan The Most Efficient BUS. Atas pencapaian Bank BTPN Syariah, KARIM AWARD 2017 menganugerahkan The Best Islamic Bank (BUKU II & III) sebagai hasil effort Bank BTPN selama periode 2015-2016 dalam mengembangkan industri perbankan syariah di Indonesia. Selain itu, KARIM AWARD juga menganugerahkan BNI Syariah sebagai The Most Expansive Funding dan Financing BUKU II & III dimana BNI Syariah mampu membukukan new share pembiayaan sebesar Rp4,19 triliun dan begitu pula kenaikan perolehan new market share pendanaan Rp4,19 triliun. Terakhir Bank Aceh memperoleh predikat The Most Effective Financing, sebagai bank syariah baru mampu menekan laju NPF hingga 0,07% jauh lebih baik dibanding tahun sebelumnya (Bank Aceh Konvensional) sebesar 2,30%. Sumber: Laporan PublikasiTriwulan IV 2016
71 BUKU II & III : The Most Expanding Financing
Bank Syariah Mandiri Bank Muamalat Indonesia BRI Syariah BNI Syariah Bank Aceh Syariah Panin Dubai Syariah BTPN Syariah BCA Syariah MegaSyariah
Most Growing 100,00 0,00 49,51 95,08 32,31 43,83 48,60 37,72 35,41
Top New Market 50,48 0,00 77,56 91,30 74,54 98,53 100,00 91,54 90,25
Most Expansive 75,24 0,00 63,53 93,19 53,43 71,18 74,30 64,63 62,83
Terdapat tiga bank yang menjadi titik fokus, yakni Bank Syariah Mandiri (BSM), BNI Syariah dan Bank BTPN Syariah. The Most Expanding Financing diperoleh berdasarkan hasil nilai dari jumlah most growing dan top new market. BSM menguasai The Most Growing Financing Market Share dimana kontribusi pembiayaan BSM terhadap jumlah total market share pembiayaan perbankan syariah mencapai 12,84% dengan jumlah new share pembiayaan sebesar Rp4,49 triliun. Namun dalam hal Top New Market Financing Gainer Bank BTPN Syariah menjadi pemenangnya, hal ini disebabkan karena pertumbuhan new share pembiayaan Bank BTPN Syariah mengalami pertumbuhan 0,29% berbeda tipis dengan Bank Panin-Dubai Syariah sebesar 0,23%. Jumlah tersebut merupakan selisih dari jumlah total new share pembiayaan dari tahun 2015 dan 2016. Pekarena sudah di kuasai oleh Bank BTPN Syariah. Overall, KARIM Consulting Indonesia menilai berdasarkan jumlah keseluruhan atas The Most Growing Financing Market Share dan juga Top New Market Financing Gainer, hal ini dinilai karena berdasarkan dua kriteria tersebut, bank mampu meningkatkan laju pertumbuhan pembiayaan dan juga membuka pangsa pasar baru agar dapat terus melakukan ekspansi pembiayaan pada segmen-segmen lainnya. Sehingga berdasarkan penilaian tersebut, KARIM AWARD menilai bahwa Bank BNI Syariah menjadi bank dengan tingkat ekspansi pembiayaan yang lebih tinggi pada kelompok BUS BUKU II&III dengan nilai 93,19. Sumber: Laporan PublikasiTriwulan IV 2016
72 BUKU II & III : The Most Expanding Funding
Bank Syariah Mandiri Bank Muamalat Indonesia BRI Syariah BNI Syariah Bank Aceh Syariah Panin Dubai Syariah BTPN Syariah BCA Syariah MegaSyariah
Most Growing Market Share 100,00 0,00 45,57 73,19 30,75 37,10 42,66 33,58 34,18
Top New Market Gainer 55,11 0,00 76,15 100,00 73,34 91,38 99,24 92,68 91,59
Most Expanding Funding 77,55 0,00 60,86 86,59 52,05 64,24 70,95 63,13 62,88
Ekspansi pendanaan yang dilakukan oleh sejumlah bank syariah BUKU II & III kami fokuskan pada dua titik, yakni BSM dan BNI Syariah. The Most Expansive Funding diperoleh berdasarkan hasil nilai dari jumlah most growing funding market share dan top new market gainer. BSM menguasai The Most Growing Financing Market Share dimana kontribusi pendanaan BSM terhadap jumlah total market share pendanaan perbankan syariah mencapai 16,27% dengan jumlah new share pendanaan sebesar Rp7,84 triliun. Namun dalam hal Top New Market Financing Gainer BNI Syariah menjadi pemenangnya, hal ini disebabkan karena pertumbuhan new share pendanaan BNI Syariah mengalami kenaikan 0,32%, dimana tahun 2015 share BNI Syariah 1,65% dan tahun 2016 sebesar 1,93%. Jumlah top new market gainer diperoleh berdasarkan selisih dari jumlah total new share pendanaan dari tahun 2015 dan 2016. KARIM Consulting Indonesia menilai berdasarkan jumlah keseluruhan atas The Most Growing Funding Market Share dan juga Top New Market Funding Gainer, hal ini dinilai karena berdasarkan dua kriteria tersebut, bank mampu meningkatkan laju pertumbuhan pembiayaan dan juga membuka pangsa pasar baru agar dapat terus melakukan ekspansi pembiayaan pada segmen-segmen lainnya. Sehingga berdasarkan penilaian tersebut, KARIM AWARD menilai bahwa Bank BNI Syariah menjadi bank dengan tingkat ekspansi pendanaan yang lebih tinggi pada kelompok BUS BUKU II&III dengan total 86,59. Sumber: Laporan PublikasiTriwulan IV 2016
72 BUKU II & III : Most Efficient Bank
Bank BTPN Syariah MegaSyariah BNI Syariah BRI Syariah BCA Syariah
Score 98,03 71,22 56,50 49,25 43,74
KARIM Consulting Indonesia menilai bahwa Bank BTPN Syariah merupakan bank dengan kinerja paling efisien dibandingkan dengan seluruh bank yang tergolong dalam BUKU II & III. Bank Aceh Syariah, pemain baru dalam industri perbankan syariah mendapat predikat sebagai bank yang mampu menyalurkan dananya dengan efektif. Beberapa penilaian tersebut berdasarkan pada: Most Efficient Bank, indicator utama pada penilaian ini adalah rasio Beban Operasional dan Pendapatan Operasional (BOPO) bank. Kami menilai BOPO bank berdasarkan tahun 2015 dan 2016, bagaimana bank syariah mampu menjaga efisiensi kinerja sehingga beban operasional ridak terlalu tinggi. Bank BTPN Syariah mengalami penurunan BOPO hingga 10,18% dimana tahun 2015 rasio BOPO bank 85,32% sedangkan tahun 2016 menurun hingga 75,14%. Walaupun beban operasional bank mengalami kenaikan, penurunan BOPO Bank BTPN Syariah disebabkan karena bank mampu mencetak laba operasional jauh lebih tinggi dibandingkan dengan biaya operasional. Bank Mega Syariah juga mengalami penurnan BOPO yang cukup signifikan, namun tidak lebih baik daripada Bank BTPN Syariah. Sumber: Laporan PublikasiTriwulan IV 2016
73 BUKU II & III : Most Effective Financing
Bank Bank Aceh Syariah Bank Muamalat Ind BCA Syariah BTPN Syariah Panin Dubai Syaria
Score 90,44 78,69 55,98 50,43 25,68
Bank Aceh Syariah sebagai pemain baru dalam industri perbankan syariah menunjukkan performanya yang cukup memuaskan. Dibuktikan dengan efektifitas penyaluran dana bank yang dinilai efektif dibandingkan dengan bank syariah lain pada BUKU II & III. Penilaian ini dilihat dari rasio Net Performing Financing (NPF) bank yang rendah hingga mencapai 0,02% atau mengalami penurunan 2,23% dari tahun sebelumnya 2,30%. Hal ini dampak dari konversi Bank Aceh Syariah dimana seluruh pembiayaan bermasalah di tanggulangi dengan berbagai macam upaya, diantaranya restrukturisasi, reconditioning pembiayaan, hingga melakukan rate off. Selain Bank Aceh Syariah, Bank Mualamat juga menekan angka NPF sangat signifikan hingga turun 2,80% dengan angka NPF 1,40%. Namun secara keseluruhan, nilai NPF Bank Aceh Syariah lebih baik karena tahun 2015 NPF Bank Aceh Syariah masih berada pada angka 2,30% atau berada dibawah garis normal (2,50%) berbeda dengan Bank Muamalat dimana angka NPF bank mencapai 4,20%. Sumber: Laporan PublikasiTriwulan IV 2016
74 BUKU II & III : Most Profitable Bank
NAMA BANK SYARIAH
BTPN Syariah MegaSyariah BCA Syariah BNI Syariah BRI Syariah
Score
100,00 43,04 27,42 27,21 21,29
Sebagai BUS dengan laba terbesar, maka Most Profitable Bank layak disematkan kepada Bank BPTN Syariah dengan poin tertinggi 164,71. Bank BTPN Syariah mengalami kenaikan ROA yang sangat signifikan selama 1 periode (2015-2016) dengan jumlah kenaikan 7,97% sehingga ROA yang dicapai bank pada tahun 2016 sebesar 8,93%. Angka ini merupakan yang tertinggi dibandingkan dengan seluruh perbankan syariah dengan jumlah rata-rata ROA 2,34%. Kenaikan ROA Bank BTPN Syariah dikarenakan pertumbuhan laba bersih bank jauh lebih signifikan dibandingkan dengan pertumbuhan jumlah total aset bank. Laba bersih Bank BPTN Syariah tumbuh 143,78% sedangkan jumlah total aset tumbuh 40,94%, sehingga jumlah laba terhadap aset naik signifikan. Selain itu, ROE juga menjadi indikator dimana persentase jumlah laba bersih terhadap total ekuitas Bank BTPN Syariah naik signifikan hingga 13,82%. Kenaikan ROE juga di alami oleh Bank Mega Syariah dengan kenaikan sebesar 10,36% tidak lebih baik apabila dibandingkan dengan kenaikan Bank BTPN Syariah. Sehingga Bank BPTN Syariah mendapat predikat sebagai bank tersubur atau Most Profitable Bank pada kelompok BUS BUKU II & III. Sumber: Laporan PublikasiTriwulan IV 2016
75 BUKU I
BUKU I
CAP. IDR <1T BUKU I Perbankan Syariah menyisakan 4 bank, setelah sebelumnya Bank Mega Syariah membukukan modal inti tahun 2016 Rp1,02 triliun sehinggu masuk ke dalam BUS BUKU II. Bank Syariah Bukopin (BSB), Bank Jabar-Banten Syariah (BJBS), Bank Victoria Syariah dan Maybank Syariah Indonesia menjadi competitor yang akan memperebutkan The Best Islamic Bank BUKU I pada perhelatan KARIM AWARD 2017.
76 BUKU I : The Best Islamic Bank Buku I
Bank BJB Syariah Syariah Bukopin Maybank Syariah Victoria Syariah
Most Most Most Most Most Effective Expanding Expanding Profitable Efficient Financing Funding Financing 77,26 100,00 27,37 0,00 3,46 100,00 92,13 71,51 76,56 83,83 0,00 0,00 50,00 50,37 59,88 63,91 34,74 31,63 63,29 65,49
Total Score 208,09 424,03 160,25 259,05
KARIM AWARD 2017 menganugerahkan Bank Syariah Bukopin (BSB) sebagai pemenang dalam nominasi The Best Islamic Bank BUKU I, setelah mengalahkan ketiga kompetitornya dengan poin hamper sempurna. Dari lima kategori, BSB menguasai empat kategori, hanya satu kategori saja yang dilewatkan BSB yakni The Most Expanding Funding yang di ambil oleh BJBS. Sebagaimana terlihat pada tabel, performa BSB cukup baik dibandingkan dengan bank syariah lainnya pada BUKU I. Secara umum, BSB menjadi satu-satunya bank yang meraih profit diantara empat bank syariah yang berada di BUKU I. hal ini terlihat dari angka ROA dan ROE bank dimana BJBS, Victoria Syariah dan Maybank Syariah mengalami deficit hingga akhir Desember 2016. Walaupun performa ROA dan ROE tidk lebih baik dibandingkan tahun sebelumnya, namun BSB mampu tampil berbeda dengan tetap memperoleh laba Rp33 miliar. Hal yang menjadi perhatian penuh juga BOPO dan NPF bank, dimana BSB mampu berada pada angka ideal yakni BOPO berada pada angka 91,76% atau berada dibawah garis ideal (85%-95%) dan NPF sedikit tumbuh diatas garis ideal (1,0% - 2,5%). Berdasarkan perhitungan tersebut, Bank Syariah Bukopin layak memperoleh predikat Bank Syariah Terbaik pada BUS BUKU I. Sumber: Laporan PublikasiTriwulan IV 2016
77 BUKU I : The Most Expanding Financing
Bank BJB Syariah Syariah Bukopin Maybank Syariah Victoria Syariah
Most Growing Market Share 82,43 100,00 0,00 58,41
Top New Market Gainer 72,10 100,00 0,00 69,41
Most Expanding Financing 77,26 100,00 0,00 63,91
Pertumbuhan permbiayaan Bank Syariah Bukopin (BSB) hingga Desember 2016 mencapai 17,33% lebih baik dibandingkan competitor lainnya pada BUS BUKU I. pencapaian tersebut diperoleh setelah BSB mencatat penyaluran dana sebesar Rp4,38 triliun dimana sebelumnya tahun 2015 pembiayaan BSB sebesar Rp3,73 triliun. Dengan performa yang cukup baik dari BSB dalam sisi pembiayaan, BSB memperoleh The Most Expanding Financing dengan nilai sempurna 100,00. Penilaian KARIM AWARD 2017 berdasarkan hasil perhitungan pertumbuhan market share pembiayaan, dimana BSB memperoleh new share pada tahun 2016 sebesar 4,73% terhadap jumlah total new share pembiayaan perbankan syariah atau dengan jumlah nominal Rp646 miliar, berbeda sedikit jauh dengan BJBS yang juga mendapatkan new share sebesar 3,14% dengan jumlah nominal Rp429 miliar dimana jumlah tersebut tidak lebih baik dari pembiayaan BSB. Selain itu, BSB juga mengalami kenaikan delta market share atau selisih dari new market share yang diperoleh BJBS pada tahun 2015 dan 2016. jumlah delta new financing market share BJBS sebesar 0,18% berbeda jauh dengan BSB sebesar 0,04%. Sehingga BSB memperoleh the best new financing market share gainer.
Sumber: Laporan PublikasiTriwulan IV 2016
78 BUKU I : The Most Expanding Funding
Bank BJB Syariah Syariah Bukopin Maybank Syariah Victoria Syariah
Most Growing Market Share 100,00 93,37 0,00 30,77
Top New Market Gainer 100,00 90,89 0,00 38,71
Most Expanding Funding 100,00 92,13 0,00 34,74
BJBS merupakan bank syariah dengan pertumbuhan ekspansi pendanaan terbaik pada BUKU I dengan pertumbuhan DPK sebesar 15,97% lebih baik dibandingkan tahun sebelumnya, dimana pada tahun 2016 BJBS mencatat jumlah total DPK Rp5,45 triliun sedangkan tahun 2015 sebesar Rp4,70 triliun. Penilaian KARIM AWARD 2017 berdasarkan hasil perhitungan pertumbuhan market share DPK, dimana BJBS memperoleh new share pada tahun 2016 sebesar 5,64% terhadap jumlah total new share DPK perbankan syariah atau dengan jumlah nominal Rp750 miliar, berbeda tipis dengan BSB yang juga mendapatkan new share sebesar 5,15% dengan jumlah nominal Rp686 miliar. Selain itu, BJBS juga mengalami kenaikan delta market share atau selisih dari new market share yang diperoleh BJBS pada tahun 2015 dan 2016. jumlah delta new market share BJBS sebesar 0,20% berbeda tipis dengan BSB sebesar 0,17%. Maka BJBS memperoleh the best new funding market share gainer.
Sumber: Laporan PublikasiTriwulan IV 2016
79 BUKU I : Most Efficient Bank
Bank Syariah Bukopin Maybank Syariah Victoria Syariah BJB Syariah
Score 71,51 50,00 31,63 27,37
KARIM Consulting Indonesia menilai bahwa Bank Syariah Bukopin (BSB) merupakan bank dengan kinerja paling efisien dibandingkan dengan seluruh bank syariah yang tergolong dalam BUKU I. tercatat angka BOPO BSB 91,76% atau berada di bawah garis maksimum batas BOPO (85% 95%). Secara keseluruhan, BSB hanya satu-satunya bank syariah di BUKU I yang memiliki kinerja BOPO yang baik, tiga bank syariah lainnya berada diatas angka BOPO ideal. Apabila dibandingkan efisiensi kinerja bank tahun 2015 dan 2016 maka hasilnya tetap sama bahwa BSB tidak terkalahkan. Sehingga BSB dinobatkan sebagai The Most Efficient Bank.
Sumber: Laporan PublikasiTriwulan IV 2016
80 BUKU I : Most Effective Financing
Bank Syariah Bukopin Victoria Syariah Maybank Syariah BJB Syariah
Score 76,56 63,29 50,37 0,00
KARIM Consulting Indonesia menilai bahwa Bank Syariah Bukopin (BSB) merupakan bank dengan penyaluran dana yang paling efektif dibandingkan dengan seluruh bank syariah yang tergolong dalam BUKU I. tercatat angka NPF Net BSB 2,72% atau berada tipis diatas garis maksimum batas NPF Net(1,5% - 2,5%). Secara keseluruhan, BSB hanya satu-satunya bank syariah di BUKU I yang memiliki penyaluran dana yang paling efektif, tiga bank syariah lainnya berada diatas angka NPF Net ideal. Apabila dibandingkan penyaluran dana yang paling efektif bank tahun 2015 dan 2016 maka hasilnya tetap sama bahwa BSB tidak terkalahkan. Sehingga BSB dinobatkan sebagai The Most Effective Financing Bank.
Sumber: Laporan PublikasiTriwulan IV 2016
82 BUKU I : Most Profitable Bank
NAMA BANK SYARIAH
Syariah Bukopin BCA Syariah Victoria Syariah BJB Syariah
Score
71,91 58,08 50,00 6,91
Bukopin Syariah sebagai BUS satu-satunya pada kategori BUS BUKU I yang mengalami surplus, dimana tiga bank lainnya mengalami hal yang sebaliknya. Sehingga Most Profitable Bank BUS BUKU I layak disematkan kepada Bank Syariah Bukopin dengan poin tertinggi 95,75. Namun, ROA BSB tidak lebih baik dibandingkan tahun sebelumnya tahun 2015 0,79% sehingga mengalami penurunan delta ROA selama 1 periode (2015-2016) dengan jumlah penurunan -0,04%. Tetapi hal ini tidak berpengaruh terhadap ROA BSB tahun 2016 karena tetap berada di angka 0,76%. Angka ini merupakan yang tertinggi dibandingkan dengan ROA bank syariah BUKU I dimana mayoritas bank mengalami defisit. Kenaikan ROA BSB di dorong oleh pertumbuhan laba bersih bank yang tumbuh 17,76% dengan jumlahg total new share laba Rp4 miliar. Selain itu, ROE juga menjadi indikator dimana persentase jumlah laba bersih terhadap total ekuitas. Seiring dengan pertumbuhan laba, Bank Syariah Bukopin juga mengalami kenaikan ROE hingga 5,15%. Sehingga secara keseluruhan, Bank Bukopin Syariah mendapat predikat sebagai bank tersubur atau Most Profitable Bank pada kelompok BUS BUKU I. Sumber: Laporan PublikasiTriwulan IV 2016
82 UUS Assets > IDR 1,5 T
UUS
ASSETS > IDR 1,5 T UUS dengan jumlah total aset kurang dari Rp 1,5 T terdapat 13 industri yang masuk nominasi ini yang akan memperebutkan The Best UUS Assets > Rp1,5 T KARIM AWARD 2017. Diantaranya adalah UUS Maybank Indonesia, UUS CIMB Niaga, UUS Bank BTN, UUS BPD Bank DKI, UUS BPD Bank Jatim, UUS BPD Bank Sumsel-Babel, UUS Bank Danamon, UUS Bank Sinarmas, UUS BPD Bank Kaltim, UUS BPD Bank Jateng, UUS OCBC NISP, UUS BPD Bank Sumut , UUS Bank Permata.
83 UUS Assets > IDR 1,5 T : The Best UUS
Bank UUS Maybank Indonesia UUS Bank BTN UUS Bank Permata UUS CIMB Niaga UUS BPD Bank DKI UUS Bank Danamon UUS Bank Jateng UUS Bank Sinarmas UUS OCBC NISP UUS Bank Sumut UUS Bank Jatim UUS Bank Sumsel-Babel UUS Bank Kaltim
Most Growing Funding Most Growing Financing Most Effecient Most Profitable Most Prudent Funding Financing BOPO ROA NPF Total Score 2016 2015 2016 2015 2016 2015 2016 2015 2016 2015 25.030.249 11.104.536 10.057.165 7.470.352 78,33% 87,13% 2,54% 2,14% 0,66% 0,44% 348,15 10.628.776 7.584.618 10.205.773 7.284.415 72,52% 84,04% 2,98% 1,30% 0,50% 0,44% 310,18 12.904.947 11.652.669 10.804.838 10.440.851 127,47% 84,69% -2,17% 1,18% 2,04% 1,13% 282,94 10.915.052 6.387.410 13.980.610 8.672.388 58,90% 59,90% 2,86% 2,91% 2,85% 3,88% 261,57 3.518.315 2.145.592 3.820.823 3.423.603 80,57% 96,10% 2,36% 0,51% 0,86% 2,82% 261,21 2.988.925 2.465.240 3.318.983 3.191.167 62,82% 76,27% 3,44% 2,56% 0,93% 0,55% 250,53 2.538.115 1.787.938 1.614.289 1.636.520 80,18% 84,07% 1,70% 1,48% 1,55% 1,55% 241,11 2.389.727 2.287.451 2.080.360 2.259.189 86,47% 97,58% 2,81% 0,05% 0,75% 0,50% 236,78 1.799.030 1.620.823 1.958.020 1.754.543 98,66% 105,43% 0,24% -0,79% 8,07% 9,95% 219,60 1.494.032 1.339.030 828.912 719.906 98,57% 101,18% 0,11% 0,01% 1,44% 0,58% 187,52 935.561 612.320 1.292.130 1.232.864 50,57% 48,35% 5,44% 5,22% 1,45% 1,57% 185,37 1.077.973 921.499 723.961 614.596 82,66% 91,98% 1,52% 0,86% 1,89% 4,86% 69,66 20,00 853.209 973.117 791.878 882.288 84,50% 113,72% 1,72% 0,89% 2,61% 3,36%
KARIM AWARD 2017 menganugerahkan UUS Maybank Indonesia sebagai pemenang dalam nominasi The Best UUS Assets > Rp1,5 T melalui kompetisi yang cukup ketat khususnya antara UUS Maybank Indonesia dan UUS Bank BTN dengan hanya terpaut 37,97 poin. Namun performa keuangan UUS Bank Maybank sedikit lebih baik dibandingkan dengan UUS Bank BTN. Secara umum, keseluruhan kategori memiliki pemenang yang beragam hal ini menunjukkan bahwa setiap industri memiliki keunggulan masing-masing.UUS CIMB Niaga memperoleh predikat sebagai The Most Expanding Financing dengan poin sempurna 100. UUS Maybank Indonesia juga mendapatkan posisi puncak pada kategori lainnya yaitu The Most Expansive Funding dengan poin sempurna 100. UUS Bank Danamon juga mendapatkan penghargaan sebagai The Most Efficient Bank dengan poin 81. UUS Bank Sinarmas menunjukkan kebolehannya sebagai The Most Profitable dengan poin 83. dan terakhir adalah UUS BPD Bank Sumsel Babel mendapatkan penghargaan sebagai The Most Effective Financing dengan jumlah poin 91. Sumber: Laporan PublikasiTriwulan IV 2016
84 UUS Assets > IDR 1,5 T: The Most Expanding ng g Financing
Bank
UUS Maybank Indonesia UUS Bank BTN UUS Bank Permata UUS CIMB Niaga UUS Bank DKI UUS Bank Danamon UUS Bank Jateng UUS Bank Sinarmas UUS Bank OCBC NISP UUS Bank Sumut UUS Bank Jatim UUS Bank Sumsel-Babel UUS Bank Kaltim
New MS Fin Des 2016
50,40 56,50 9,89 100,00 10,50 5,59 2,85 0,00 6,97 5,25 4,34 5,25 1,61
Delta MS Fin Des 2016
54,84 61,91 0,00 100,00 32,49 28,54 32,81 27,07 36,47 39,41 36,16 39,90 34,97
The Most Expanding Financing
52,62 59,20 4,95 100,00 21,50 17,06 17,83 13,53 21,72 22,33 20,25 22,58 18,29
Pertumbuhan pembiayaan UUS Bank CIMB Niaga hingga Desember 2016 mencapai 61,2% lebih baik dibandingkan kompetitor lainnya pada UUS Assets > 1,5 T. Pencapaian tersebut diperoleh setelah UUS Bank CIMB Niaga mengalahkan competitor terdekatnya UUS Bank BTN dan UUS Maybank Indonesia yang masing-masing memiliki pertumbuhan pembiayaan 40,1% dan 34,6% dengan jumlah pembiayaan diatas Rp10 triliun. UUS Bank CIMB Niaga mencatat tambahan pembiayaan sebesar Rp5,31 triliun dengan jumlah total Rp13,98 triliun dimana sebelumnya tahun 2015 pembiayaan UUS Bank CIMB Niaga sebesar Rp8,67 triliun. Hal ini lebih baik dibandingkan dengan UUS Bank BTN dan UUS Maybank Indonesia dimana masing-masing memperoleh tambahan pembiayaan Rp2,92 triliun dari total pembiayaan Rp10,21 triliun dan Rp2,59 triliun dari total pembiayaan Rp10,01 triliun. Penilaian KARIM AWARD 2017 tidak hanya berdasarkan jumlah pembiayaan ataupun pertumbuhan, namun juga berdasarkan hasil perhitungan kenaikan delta new market share atau selisih dari new market share yang diperoleh UUS Bank CIMB Niaga pada tahun 2015 dan 2016. jumlah delta new financing market share sebesar 1,29% berbeda dengan kompetitor terdekatnya yakni UUS Bank BTN dengan delta new market share 0,46% dan delta new market share UUS Maybank Indonesia 0,31%. Selain itu, kontribusi pembiayaan UUS CIMB Niaga terhadap new market share perbankan syariah juga lebih baik dengan menyumbang 10,90% dibandingkan dengan UUS Bank BTN yang berkontribusi 6,00% dan UUS Maybank Indonesia yang berkontribusi 5,31%. Dengan performa tersebut, UUS Bank CIMB Niaga memperoleh The Most Expanding Financing dengan nilai sempurna 100,00.
Sumber: Laporan PublikasiTriwulan IV 2016
86 UUS Assets > IDR 1,5 T: The Most Expanding ng g Funding
Bank
UUS Maybank Indonesia UUS Bank BTN UUS Bank Permata UUS CIMB Niaga UUS Bank DKI UUS Bank Danamon UUS Bank Jateng UUS Bank Sinarmas UUS Bank OCBC NISP UUS Bank Sumut UUS Bank Jatim UUS Bank Sumsel-Babel UUS Bank Kaltim
New MS DPK Des 2016
Delta Market Share DPK Des 2016
100,00 22,53 9,77 33,09 10,63 4,58 6,19 1,58 2,12 1,96 3,16 1,97 0,00
100,00 20,64 0,00 34,19 16,43 9,27 12,14 6,26 7,94 8,22 10,72 8,91 6,67
The Most Expanding Funding
100,00 21,58 4,88 33,64 13,53 6,93 9,17 3,92 5,03 5,09 6,94 5,44 3,33
Pertumbuhan DPK UUS Bank Maybank Indonesia hingga Desember 2016 mencapai 125,41% jauh lebih baik dibandingkan kompetitor lainnya pada UUS Assets > 1,5 T. Pencapaian tersebut diperoleh setelah UUS Maybank Indonesia mengalahkan kompetitor terdekatnya UUS Bank BTN dan UUS CIMB Niaga yang masing-masing memiliki pertumbuhan DPK 10,75% dan 70,88% dengan jumlah DPK diatas Rp10 triliun. UUS Maybank Indonesia mencatat tambahan DPK sebesar Rp13,93 triliun dengan jumlah total Rp25,03 triliun dimana sebelumnya tahun 2015 pembiayaan UUS Maybank Indonesia sebesar Rp11,10 triliun. Hal ini lebih baik dibandingkan dengan UUS Bank BTN dan UUS CIMB Niaga dimana masing-masing memperoleh tambahan DPK Rp3,04 triliun dari total DPK Rp10,63 triliun dan Rp4,53 triliun dari total DPK Rp10,92 triliun. Penilaian KARIM AWARD 2017 tidak hanya berdasarkan jumlah DPK ataupun pertumbuhan, namun juga berdasarkan hasil perhitungan kenaikan delta new market share DPK atau selisih dari new market share DPK yang diperoleh UUS Maybank Indonesia pada tahun 2015 dan 2016. jumlah delta new market share DPK sebesar 4,16% berbeda dengan kompetitor terdekatnya yakni UUS Bank BTN dengan delta new market share 0,52% dan delta new market share UUS CIMB Niaga 1,14%. Selain itu, kontribusi DPK UUS Maybank Indonesia terhadap new market share perbankan syariah juga lebih baik dengan menyumbang 28,92% dibandingkan dengan UUS Bank BTN yang berkontribusi 6,32% dan UUS CIMB Niaga yang berkontribusi 9,40%. Dengan performa tersebut, UUS Bank CIMB Niaga memperoleh The Most Expanding Financing dengan nilai sempurna 100,00.
Sumber: Laporan PublikasiTriwulan IV 2016
86 UUS Assets > IDR 1,5 T: The Most Efficient
Bank UUS Bank Danamon UUS Bank Jatim UUS Bank Kaltim UUS CIMB Niaga UUS Bank BTN UUS Bank DKI UUS Maybank Indonesia UUS Bank Sumsel-Babel UUS Bank Sinarmas UUS Bank Jateng UUS Bank OCBC NISP UUS Bank Sumut UUS Bank Permata
Score 81,08 78,17 77,93 74,98 73,44 70,99 67,77 77,93 64,08 63,16 53,14 50,31 0,00
KARIM Consulting Indonesia menilai bahwa UUS Bank Danamon merupakan bank dengan kinerja paling efisien dibandingkan dengan seluruh UUS pada nominasi UUS Asstes 20. tercatat angka BOPO BSB 91,76% atau berada di bawah garis maksimum batas BOPO (85% - 95%). Secara keseluruhan, UUS Bank Danamon bersaing dengan UUS Bank Jatim dimana keduanya memiliki rasio BOPO lebih rendah dibanding UUS lainnya. Penilaian kami berdasarkan pada seluruh aspek, tidak hanya rasio yang ada saat ini, namun juga kinerja UUS dari tahun 2015 hingga 2016. BOPO UUS Bank Jatim, apabila dilihat berdasarkan rasio tiap tahunnya dapat dikatakan efisien. Namun, secata kinerja UUS Bank Danamon mampu menekan BOPO hingga 62,82% dimana pada tahun 2015 BOPO UUS Bank Danamon 76,27%. Berbeda dengan UUS Bank Jatim dimana kinerja UUS mengalami kenaikan tipis hingga 50,57% dibandingkan dengan tahun lalu sebesar 48,35%. Atas dasar tersebut, KARIM AWARD 2017 menilai bahwa UUS Bank Danamon adalah UUS dengan kinerja paling efisien pada nominasi ini sebagai The Most Efficient.
Sumber: Laporan PublikasiTriwulan IV 2016
87 UUS Assets > IDR 1,5 T : The Most Profitable
NAMA BANK SYARIAH
UUS Bank Sinarmas UUS Bank Jatim UUS Bank BTN UUS Bank DKI UUS Bank Danamon UUS Maybank Indonesia UUS CIMB Niaga UUS Bank Kaltim UUS Bank Sumsel-Babel UUS Bank Jateng UUS Bank OCBC NISP UUS Bank Sumut UUS Bank Permata
Score
82,72 79,21 75,00 72,32 71,47 61,63 60,05 59,76 57,06 54,64 51,68 43,21 0,00
KARIM Consulting Indonesia menilai bahwa UUS Bank Sinarmas merupakan UUS dengan tingkat profitibilitas yang tinggi dibandingkan dengan seluruh UUS pada nominasi UUS Assets > 1,5 T. Tercatat angka ROA UUS Bank Sinarmas 2,81% hingga Desember 2016. Secara keseluruhan, UUS Bank Sinarmas bersaing dengan mayoritas UUS pada nominasi ini yang juga memiliki tingkat profitibilitas yang baik. Penilaian kami berdasarkan pada seluruh aspek, tidak hanya rasio yang ada saat ini, namun juga kinerja UUS dari tahun 2015 hingga 2016. ROA UUS Bank Jatim tahun 2016 paling tinggi pada jajaran UUS dengan total aset lebih dari Rp1,5 T, selain itu juga ada UUS Bank Danamon, UUS Bank BTN dan UUS Bank CIMB Niaga dimana masing-masing memiliki rasio ROA yang lebih tinggi dibandingkan dengan UUS Bank Sinarmas. Namun, UUS Bank Sinarmas mampu mengalahkan competitor lainnya dengan menunjukkan performa yang lebih baik, hal ini dibuktikan dengan delta ROA UUS Bank Sinarmas tertinggi dibandingkan dengan seluruh UUS yang bahkan dengan UUS yang memiliki ROA lebih besar dibandingkan UUS Bank Sinarmas. Sehingga KARIM AWARD 2017 menilai bahwa UUS Bank Sinarmas adalah UUS dengan kinerja paling efisienPublikasiTriwulan pada nominasi IV ini2016 sebagai The Most Efficient. Sumber: Laporan
88
UUS Assets > IDR 1,5 T : The Most Effective e Financing
Bank UUS Bank Sumsel-Babel UUS Bank DKI UUS Bank BTN UUS CIMB Niaga UUS Maybank Indonesia UUS Bank Kaltim UUS Bank Jatim UUS Bank Sinarmas UUS Bank Jateng UUS Bank Danamon UUS Bank Sumut UUS Bank Permata UUS Bank OCBC NISP
Score 90,82 84,61 60,95 59,48 57,83 57,46 57,00 56,85 54,79 53,99 44,44 39,83 35,95
KARIM Consulting Indonesia menilai bahwa UUS Bank Sumsel-Babel merupakan UUS dengan tingkat efektitiftas yang signifikan dibandingkan dengan seluruh UUS pada nominasi UUS Assets > 1,5 T. Tercatat angka NPF UUS Bank 2,81% hingga Desember 2016. Secara keseluruhan, NPF UUS Bank Sumsel-Babel bersaing dengan mayoritas UUS pada nominasi ini yang juga memiliki tingkat NPF yang baik. Penilaian kami berdasarkan pada seluruh aspek, tidak hanya rasio yang ada saat ini, namun juga kinerja UUS dari tahun 2015 hingga 2016. NPF UUS Bank BTN tahun 2016 paling tinggi pada jajaran UUS dengan total aset lebih dari Rp1,5 T, selain itu juga ada UUS Maybank Indonesia, UUS Bank Sumut, dan UUS Bank Danamon dimana masing-masing memiliki rasio NPF yang lebih rendah dibandingkan dengan UUS Bank SumselBabel. Namun, upaya UUS Bank Sumsel-Babel dalam menekan NPF mampu mengalahkan competitor lainnya, hal ini dibuktikan dengan NPF UUS Bank Sumsel-Babel sejak 2015 turun hingga 2,97% lebih signifikan dibandingkan dengan UUS lainnya pada nominasi ini. Sehingga atas upaya UUS Bank Sumsel-Babel dalam memperbaiki NPF, KARIM AWARD 2017 mengapresiasi upaya tersebut sebagai The Most Effektive Financing. Sumber: Laporan PublikasiTriwulan IV 2016
89 UUS Assets < IDR 1,5 T
UUS
ASSETS < IDR 1,5 T UUS dengan jumlah total aset kurang dari Rp 1,5 T terdapat 8 industri yang masuk nominasi ini yang akan memperebutkan The Best UUS Assets < Rp1,5 T KARIM AWARD 2017. Diantaranya adalah UUS Bank NTB, UUS Bank Nagari, UUS Bank RiauKepri, UUS Bank Sulselbar, UUS Bank Jambi, UUS Bank Kalbar, UUS Bank DIY, dan UUS Bank Kalsel.,
90 UUS Assets < IDR 1,5 T: The Best UUS Most Expanding Funding Bank
Bank BPD Syariah NTB Bank BPD Syariah Riau-Kepri Bank BPD Syariah Nagari Bank BPD Syariah Jambi Bank BPD Syariah Kalbar Bank BPD Syariah Sulselbar Bank BPD Syariah DIY Bank BPD Syariah Kalsel
Funding 2016 2015 413.420 258.301 921.229 696.294 1.010.475 802.309 94.561 86.647 548.206 448.798 479.764 386.059 331.622 295.606 517.224 402.460
Most Expanding Financing Financing 2016 2015 429.738 303.818 614.596 542.967 988.823 950.911 237.591 172.911 750.675 701.073 491.779 484.203 373.859 336.602 509.173 543.203
Most Effecient
Most Profitable
BOPO 2016 2015 63,34% 63,15% 93,24% 91,08% 92,97% 96,40% 43,99% 42,68% 35,90% 27,11% 86,89% 95,64% 60,61% 56,71% 73,72% 72,65%
ROA 2016 3,35% 0,73% 1,10% 5,33% 6,54% 2,02% 4,87% 4,10%
2015 3,97% 1,43% 0,66% 6,19% 7,61% 0,80% 5,27% 4,64%
Most Effective Financing NPF 2016 2015 0,34% 0,48% 2,82% 5,24% 0,45% 1,95% 0,00% 0,00% 0,28% 0,00% 5,43% 7,45% 0,14% 0,05% 0,14% 0,14%
UUS dengan jumlah aset kurang dari Rp1,5 T (UUS Assets < IDR 1,5 T) menutup tahun dengan beragam keunggulan yang dimiliki oleh masing-masing industri. UUS Bank NTB menjadi salah satu UUS Assets < IDR 1,5 T yang menjadi pemenang pada nominasi ini dengan jumlah poin 321,52. Berbeda cukup jauh dengan kompetitor terdekatnya UUS Bank Riau-Kepri. Terdapat 8 industri pada UUS Assets < IDR 1,5 T diantaranya UUS Bank NTB, UUS Bank Riau-Kepri, UUS Bank Nagari, UUS Bank Jambi, UUS Bank Kalbar, UUS Bank Sulselbar, UUS Bank DIY dan UUS Bank Kalsel.pada perhelatan KARIM AWARD 2017.
Sumber: Laporan PublikasiTriwulan IV 2016
91
UUS Assets > IDR 1,5 T: The Most Expanding ng g Financing
Bank
Bank BPD Syariah Kalbar Bank BPD Syariah Riau-Kepri Bank BPD Syariah Nagari Bank BPD Syariah Kalsel Bank BPD Syariah Sulselbar Bank BPD Syariah NTB Bank BPD Syariah DIY Bank BPD Syariah Jambi
New Share
52,29 66,06 44,98 0,00 26,01 100,00 44,57 61,71
Delta Share
28,94 53,03 2,47 0,00 25,74 100,00 52,81 80,07
Expanding Financing
40,61 59,55 23,72 0,00 25,88 100,00 48,69 70,89
Pertumbuhan pembiayaan UUS Bank NTB hingga Desember 2016 mencapai 41,4% lebih baik dibandingkan kompetitor terdekatnya UUS Bank Jambi yang tumbuh 37,4%. Pencapaian tersebut diperoleh setelah UUS Bank NTB yang mencatat penyaluran dana sebesar Rp429,74 miliar dimana sebelumnya tahun 2015 pembiayaan UUS Bank NTB sebesar Rp303,82 miliar. Dengan performa yang mengesankan tersebut, UUS Bank NTB memperoleh The Most Expanding Financing dengan nilai sempurna 100,00. Secara keseluruhan, UUS Bank NTB bersaing dengan mayoritas UUS pada nominasi ini yang juga memiliki jumlah pembiayaan yang lebih tinggi. Penilaian kami berdasarkan pada seluruh aspek, tidak hanya rasio yang ada saat ini, namun juga kinerja UUS dari tahun 2015 hingga 2016. Pembiayaan UUS Bank Nagari tahun 2016 paling tinggi pada jajaran UUS dengan total aset lebih dari Rp1,5 T, selain itu juga ada UUS Bank Kalbar, UUS Bank Riau-Kepri, UUS Bank Kalsel dan UUS Bank Sulselbar dimana masing-masing memiliki jumlah pembiayaan yang lebih tinggi dibandingkan dengan UUS Bank NTB. Namun, UUS Bank NTB mampu mengalahkan kompetitor lainnya dengan menunjukkan performa yang lebih baik, hal ini dibuktikan dengan delta pembiayaan UUS Bank NTB tertinggi dibandingkan dengan seluruh UUS yang bahkan dengan UUS yang memiliki pembiayaan lebih besar dibandingkan UUS Bank NTB sebesar 125,920 yang menunjukkan bahwa new market share pembiayaan UUS Bank NTB bertambah lebih signifikan. Sehingga KARIM AWARD 2017 menilai bahwa UUS Bank NTB adalah UUS dengan kinerja paling efisien pada nominasi ini sebagai The Most Efficient.
Sumber: Laporan PublikasiTriwulan IV 2016
92 ng g UUS Assets > IDR 1,5 T: The Most Expanding Funding
Bank
Bank BPD Syariah Kalbar Bank BPD Syariah Riau-Kepri Bank BPD Syariah Nagari Bank BPD Syariah Kalsel Bank BPD Syariah Sulselbar Bank BPD Syariah NTB Bank BPD Syariah DIY Bank BPD Syariah Jambi
New Share
42,16 100,00 92,27 49,23 39,53 67,83 12,95 0,00
Delta Share
24,81 83,11 52,48 44,52 30,62 100,00 0,00 12,16
Expanding Funding
33,48 91,55 72,38 46,88 35,07 83,91 6,47 6,08
Pertumbuhan DPK UUS Riau-Kepri hingga Desember 2016 mencapai 32,30% dimana UUS Bank Riau-Kepri mengalami pertumbuhan DPK yang lebih tinggi 60,05% dibandingkan kompetitor lainnya pada UUS Assets < 1,5 T. UUS Bank Riau-Kepri mencatat DPK sebesar Rp921,23 miliar dimana sebelumnya tahun 2015 DPK UUS Bank Riau-Kepri sebesar Rp696,29 miliar. Dengan performa yang mengesankan tersebut, UUS Bank Riau-Kepri memperoleh The Most Expanding Funding dengan nilai 91,55. Secara keseluruhan, UUS Bank Riau-Kepri bersaing dengan UUS Bank Nagari yang juga memiliki jumlah pembiayaan yang lebih tinggi. Penilaian kami berdasarkan pada seluruh aspek, tidak hanya rasio yang ada saat ini, namun juga kinerja UUS dari tahun 2015 hingga 2016. DPK UUS Bank Nagari tahun 2016 paling tinggi pada jajaran UUS dengan total aset kurang dari Rp1,5 T, dengan jumlah DPK Rp1,01 triliun. Namun, UUS Bank Riau-Kepri mampu mengalahkan kompetitor lainnya dengan menunjukkan performa yang lebih baik, hal ini dibuktikan dengan delta pembiayaan UUS Bank Riau-Kepri sebesar 125,920 berbeda tipis dengan delta share UUS Bank Nagari 208,17. performa UUS Bank Riau-Kepri terhadap ekspansi DPK didukung oleh naiknya new share DPK UUS Bank Riau-Kepri sebesar 0,47% dengan jumlah tambahan DPK Rp224,94 miliar. Sehingga KARIM AWARD 2017 menilai bahwa UUS Bank Riau-Kepri sebagai The Most Efficient.
Sumber: Laporan PublikasiTriwulan IV 2016
93 UUS Assets > IDR 1,5 T: The Most Efficient
Bank Bank BPD Syariah Jambi Bank BPD Syariah Sulselbar Bank BPD Syariah NTB Bank BPD Syariah Kalbar Bank BPD Syariah DIY Bank BPD Syariah Jateng Bank BPD Syariah Nagari Bank BPD Syariah Riau-Kepri
Score 64,28 55,54 50,59 50,00 42,39 39,04 35,07 18,90
KARIM Consulting Indonesia menilai bahwa UUS Bank Jambi merupakan bank dengan kinerja paling efisien dibandingkan dengan seluruh UUS pada nominasi UUS Assets < Rp1,5 T. tercatat angka BOPO UUS Bank Jambi hingga akhir tahun 2016 43,99% Secara keseluruhan, UUS Bank Jambi bersaing dengan UUS Bank Kalbar dimana keduanya memiliki rasio BOPO lebih rendah dibanding UUS lainnya. Penilaian kami berdasarkan pada seluruh aspek, tidak hanya rasio yang ada saat ini, namun juga kinerja UUS dari tahun 2015 hingga 2016. BOPO UUS Bank Kalbar, apabila dilihat berdasarkan rasio tiap tahunnya dapat dikatakan efisien. Namun, secata kinerja UUS Bank Jambi mempertahankan BOPO walaupun mengalami kenaikan hingga 1,31%. Berbeda dengan UUS Bank Kalbar dimana kinerja UUS mengalami kenaikan hingga 8,79% lebih tinggi dibandingkan dengan UUS Bank Jambi. Atas dasar tersebut, KARIM AWARD 2017 menilai bahwa UUS Bank Jambi adalah UUS dengan kinerja paling efisien pada nominasi ini sebagai The Most Efficient.
Sumber: Laporan PublikasiTriwulan IV 2016
94 UUS Assets > IDR 1,5 T : The Most Profitable
NAMA BANK SYARIAH
Bank BPD Syariah Sulselbar Bank BPD Syariah DIY Bank BPD Syariah Kalbar Bank BPD Syariah Jambi Bank BPD Syariah Kalsel Bank BPD Syariah Nagari Bank BPD Syariah NTB Bank BPD Syariah Riau-Kepri
Score
61,10 50,26 50,00 44,17 40,57 36,15 32,37 8,08
KARIM Consulting Indonesia menilai bahwa UUS Bank Sulselbar merupakan UUS dengan tingkat profitibilitas yang tinggi dibandingkan dengan seluruh UUS pada nominasi UUS Assets < 1,5 T. Tercatat angka ROA UUS Bank Sulselbar 2,02% hingga Desember 2016. Secara keseluruhan, UUS Bank Sinarmas bersaing dengan mayoritas UUS pada nominasi ini yang juga memiliki tingkat profitibilitas yang baik. Penilaian kami berdasarkan pada seluruh aspek, tidak hanya rasio yang ada saat ini, namun juga kinerja UUS dari tahun 2015 hingga 2016. ROA UUS Bank Kalbar tahun 2016 paling tinggi pada jajaran UUS dengan total aset kurang dari Rp1,5 T, selain itu juga ada UUS Bank Kalsel, UUS Bank NTB, UUS BankJambi dan UUS Bank DIY dimana masing-masing memiliki rasio ROA yang lebih tinggi dibandingkan dengan UUS Bank Sulselbar. Namun, UUS Bank Sulselbar mampu mengalahkan competitor lainnya dengan menunjukkan performa yang lebih baik, hal ini dibuktikan dengan delta ROA UUS Bank Sulselbar tertinggi sebesar 1,22% dibandingkan dengan seluruh UUS yang bahkan dengan UUS yang memiliki ROA lebih besar dibandingkan UUS Bank Sulselbar . Sehingga KARIM AWARD 2017 menilai bahwa UUS Bank Sinarmas adalah UUS dengan kinerja paling efisien pada nominasi ini sebagai The Most Efficient. Sumber: Laporan PublikasiTriwulan IV 2016
95
UUS Assets > IDR 1,5 T : The Most Effective e Financing
Bank Bank BPD Syariah Nagari Bank BPD Syariah Riau-Kepri Bank BPD Syariah Jambi Bank BPD Syariah NTB Bank BPD Syariah Kalsel Bank BPD Syariah DIY Bank BPD Syariah Kalbar Bank BPD Syariah Sulselbar
Score 78,82 74,03 55,19 54,65 53,90 52,23 47,42 42,59
KARIM Consulting Indonesia menilai bahwa UUS Bank Nagari merupakan UUS dengan tingkat efektitiftas yang signifikan dibandingkan dengan seluruh UUS pada nominasi UUS Assets < 1,5 T. Tercatat angka NPF UUS Bank 0,45% hingga Desember 2016. Secara keseluruhan, NPF UUS Bank Nagari bersaing dengan beberapa UUS pada nominasi ini yang juga memiliki tingkat NPF yang baik. Penilaian kami berdasarkan pada seluruh aspek, tidak hanya rasio yang ada saat ini, namun juga kinerja UUS dari tahun 2015 hingga 2016. NPF UUS Bank Jambi tahun 2016 paling rendah pada jajaran UUS dengan total aset lebih dari Rp1,5 T, selain itu juga ada UUS Bank Kalsel, UUS Bank DIY dan UU Bank NTB dimana masing-masing memiliki rasio NPF yang lebih rendah dibandingkan dengan UUS Bank Nagari. Namun, upaya UUS Bank Nagari dalam menekan NPF mampu mengalahkan kompetitor lainnya, hal ini dibuktikan dengan NPF UUS Bank Nagari sejak 2015 turun hingga 1,50% pada tahun akhir 2016 lebih signifikan dibandingkan dengan UUS Bank Riau-Kepri yang juga menekan laju NPF hingga 2,42%. Namun hal itu belum cukup karena NPF Riau-Kepri masih dinilai tinggi dibandingkan dengan UUS Bank Nagari. Sehingga atas upaya UUS Bank Nagari dalam memperbaiki NPF, KARIM AWARD 2017 mengapresiasi upaya tersebut sebagai The Most Effective Financing.
Sumber: Laporan PublikasiTriwulan IV 2016