BAB I BUSINESS ENVIRONMENT ANALYSIS
1.1
Latar Belakang
Di era modern sekarang ini, berbelanja barang-barang fashion untuk menunjang penampilan menjadi kebutuhan rutin setiap orang baik pria maupun wanita. Tetapi tidak bisa dipungkiri bahwa wanita lah yang menjadikan fashion sebagai kebutuhan utama, hal ini disebabkan karena salah satu sifat konsumtif yang dimiliki oleh para wanita. Pernyataan ini didukung dengan adanya survei yang dilakukan oleh Femina di tahun 2015 terhadap 100 responden berusia 25-35 tahun tentang belanja online, hasil dari survei ini memaparkan bahwa mayoritas pembeli online, sebanyak 54%, adalah wanita bekerja yang menikah dan memiliki anak. Selain itu data penjualan 5,3 juta barang di salah satu website belanja online, Tokopedia.com pada kuartal pertama 2014 menunjukkan bahwa wanita yang paling banyak melakukan pembelian online dengan persentase sebesar 66,3%. (Fausto, 2015) Fashion adalah istilah umum yang digunakan untuk gaya atau mode. Fashion dan wanita merupakan dua hal yang sangat berkaitan, karena wanita ingin tampil gaya dan menarik. Sebagai efek dari gaya hidup atau lifestyle,
1
2
persaingan tidak lepas dari industri fashion dewasa ini. Dunia fashion secara tidak langsung mendorong para wanita untuk tampil lebih cantik dan anggun, serta sebagai wadah untuk memperlihatkan selera para wanita. Fashion juga menjadi penunjang karir dalam pekerjaan khususnya bagi para wanita karir. Selain untuk konsumennya, industri fashion memiliki kontribusi terhadap pemerintah. Dikutip dari beritasatu.com, menurut Maria Elka Pangestu selaku Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, selama tahun 2013, industri fashion menyumbang sebesar Rp 181 triliun dari total 15 sektor ekonomi kreatif sebesar Rp 642 triliun. Ekonomi kreatif memberi sumbangan 7% kepada PDB, kontribusi industri fashion itu 2%. Jadi, memang luar biasa pentingnya sektor fashion ini karena pertumbuhannya di tahun lalu itu 6,4% atau lebih tinggi dari pertumbuhan nasional sebesar 5,7%. (Herman, 2014) Pertumbuhan sektor fashion ini dapat juga dilihat pada hasil analisa yang dilakukan McKinsey mengenai consumer spending di Indonesia dibawah ini:
3
Gambar 1.1 Consumer Spending, McKinsey Global Institute Analysis Sumber: www.McKinsey.com
Berdasarkan McKinsey Global Institute Analysis, industri fashion (apparel) mengalami tingkat pertumbuhan di tahun 2010 sebesar 5% dan diproyeksikan di tahun 2030 akan mengalami peningkatan dengan total Rp 57 Miliar. (Budiman, Chhor & Razdan, 2013). Hal ini menunjukkan bahwa industri fashion di Indonesia mempunyai masa depan yang menjanjikan.
4
Salah satu fashion yang menjadi pilihan para wanita adalah sepatu. Bagi wanita, sepatu memiliki peran yang penting untuk melengkapi penampilan mereka. Hal ini ditunjukan dengan hasil survei yang kami lakukan terhadap para wanita.
Gambar 1.2 Survei: Seberapa penting sepatu bagi wanita Sumber: Tim Bisnis Model “Sapato”
Sepatu itu sendiri memiliki banyak jenis, tetapi terdapat 4 jenis sepatu yang paling banyak dipilih oleh para wanita yaitu flat shoes, sneakers, high heels, dan wedges. Sepatu saat ini menjadi kebutuhan pokok yang berubah menjadi gaya hidup masyarakat, mengenakan pakaian yang bagus tak lengkap jika tidak dipadukan dengan sepatu yang bagus. Sepatu-sepatu ini dipilih karena memberi kesan keindahan bagi para wanita dalam berpakaian baik dari sisi model, maupun warna. Karena begitu banyaknya permintaan sepatu di Indonesia, maka banyak produsen sepatu baik lokal maupun internasional yang menawarkan
5
berbagai jenis model sepatu dengan harga yang murah (puluhan ribu rupiah) hingga harga yang mahal (puluhan juta rupiah). Berdasarkan data Kementerian Perindustrian (Kemenperin), perkembangan impor sepatu internasional ke Indonesia memiliki peran yang cukup diperhitungkan, hal ini ditandai dengan kontribusi sepatu kulit ataupun bahan lainnya yang menyumbang 0.13% dari total impor hasil industri selama tahun 2014. (Kemenperin, 2014) Disamping itu, dikutip dari tribunnews.com, ekspor sepatu di Indonesia juga mampu memberikan kontribusi yang baik bagi perkembangan tren sepatu di Indonesia, dibuktikan dengan kemampuan ekspor sepatu yang mampu memenuhi sekitar 3% kebutuhan pasar dunia. Berdasarkan data dari Kementrian Perindustrian nilai ekspor di tahun 2013 adalah sebesar US$ 3.86 miliar, catatan ini bertumbuh 7.22% dari tahun 2012. (Kurniawan, 2014) Bagi kebanyakan produsen sepatu internasional, mereka biasanya memproduksi sepatu dengan desain yang mereka buat sendiri. Tetapi terkadang mereka juga bekerja sama dengan para desainer kelas dunia untuk ikut dalam membuat desain sepatu dengan edisi khusus sehingga harga sepatu tersebut dapat mencapai puluhan juta rupiah. Melihat pangsa pasar terhadap fashion terutama di bidang sepatu, maka kami berniat untuk membuat model bisnis Sapato. Sapato merupakan bahasa Portugis yang berarti sepatu.
6
Bisnis yang ditawarkan dari Sapato ini terdiri dari: 1. Jasa recolor sepatu, yaitu pembaharuan warna sepatu yang memiliki warna yang sudah pudar atau ingin mengganti warna dengan warna lain. Dengan menggunakan cat khusus sepatu yang berkualitas tinggi. 2. Jasa touch up sepatu, yaitu pembaharuan warna sepatu di titik-titik tertentu. 3. Jasa pencucian sepatu. Bisnis pencucian sepatu ini cukup menjanjikan karena di era serba cepat akan kebutuhan manusia dan juga tingkat mobilitas yang tinggi dari masyarakat Jakarta. Tabel 1.1 Jumlah Penduduk Menurut Kelompok Jenis Kelamin Tahun 2010 Jenis Kelamin Pria Wanita Total DKI Jakarta 4,870,938 4,736,849 9,607,787 Indonesia 119,630,913 118,010,413 237,641,326 Sumber: www.bps.go.id
Tabel 1.2 Jumlah Penduduk dan Rasio Jenis Kelamin Tahun 2015 Jumlah Penduduk Rasio Jenis Kelamin DKI Jakarta 10,075,300 101.3 Indonesia 252,164,800 101.0 Sumber: www.bps.go.id
7
Sapato akan fokus terhadap konsumen wanita dimana dapat dilihat di Tabel 1.1 dari jumlah wanita khususnya di Jakarta yang cukup banyak sebesar 4,736,849 orang. Dari Tabel 1.2, juga dapat dilihat proyeksi jumlah penduduk yang dilakukan oleh Badan Pusat Statistik bahwa di tahun 2015 terjadi kenaikan jumlah penduduk dengan rasio jenis kelamin sebesar 101.3 di Jakarta yang berarti setiap 100 penduduk wanita terdapat 101.3 penduduk pria. Banyaknya jumlah penduduk wanita ini dapat menjadi peluang usaha yang menjanjikan bagi Sapato. Banyaknya para wanita yang memiliki sepatu dengan merek tertentu tetapi tidak memiliki pengetahuan tentang cara merawat dan membersihkan sepatu mereka merupakan peluang usaha yang menjadi landasan didirikan Sapato. Selain itu, sepatu-sepatu yang sering dipakai membuat warna menjadi pudar sehingga para wanita terpaksa harus membeli sepatu baru dengan model yang lain, untuk mempertahankan model yang disukai tetapi warnanya telah pudar atau ingin diubah warnanya dengan cara recoloring.
1.2
Identifikasi Masalah
Berdasarkan penjelasan latar belakang di atas, maka ada beberapa masalah yang akan kami bahas dalam thesis ini, yaitu: 1. Bagaimana (feasible)?
model
bisnis
Sapato
dapat
diimplementasikan
8
2. Bagaimana Sapato menjadi pilihan bagi masyarakat Jakarta untuk menggunakan jasa mencuci sepatu, serta menjadi alternatif untuk tidak membeli sepatu baru dan lebih memilih untuk recolor sepatu (desirable)? 3. Bagaimana Sapato dapat menjadi bisnis yang dapat terus bertahan dan berkembang secara finansial, operasional dan pemasaran (viable)?
1.3
Ide Bisnis
Dengan semakin padatnya kegiatan rutinitas dan tingkat mobilitas yang tinggi di kota besar khususnya Jakarta, dan juga meningkatnya tren akan sepatu yang menjadi bagian dari gaya hidup. Berdasarkan hasil survei dalam bentuk kuisioner yang disebarkan secara online, terdapat responden wanita dengan total sebanyak 117 orang. Hasil dari kuisioner menunjukan minat responden terhadap jasa pencucian sepatu adalah sebesar 71%, dengan perincian: 11% mengatakan sangat berminat 30% berminat, dan 30% cukup berminat.
9
Gambar 1.3 Survei: Minat responden tentang jasa mencuci sepatu Sumber: Tim Bisnis Model “Sapato”
Untuk jasa recolor sepatu, hasil dari kuisioner menunjukkan minat para responden adalah sebesar 76% yang terbagi pada 12% sangat berminat, 33% berminat, dan 31% cukup berminat.
Gambar 1.4 Survei: Minat responden tentang jasa recolor sepatu Sumber: Tim Bisnis Model “Sapato”
10
Dengan didukung oleh hasil dari kuisioner yang telah didapat dan melihat perkembangan jaman serta kesibukan masyarakat kota Jakarta maka kami memilih rencana bisnis Sapato yang menyediakan jasa pencucian serta recolor sepatu (pembaharuan dan penggantian warna) khususnya bagi para wanita di Jakarta yang membutuhkan perawatan khusus untuk sepatu mereka. Dalam pelaksanaannya, Sapato menggunakan produk-produk dan alatalat pencucian dengan kualitas terbaik. Produk dan alat pencucian yang digunakan diperoleh dari dalam negeri maupun luar negeri. Dari sisi value added, konsep yang ditawarkan Sapato yaitu berupa jasa recolor sepatu, dimana para konsumen biasanya tidak hanya memiliki sepasang sepatu saja. Semakin banyak sepatu yang dimiliki maka diperlukan juga perawatan khusus, jasa yang kami tawarkan berupa pewarnaan ulang sepatu yang warnanya sudah pudar atau jika konsumen memiliki sepatu lama yang tidak dipakai dan ingin mengubah warnanya, kami memberikan fasilitas pewarnaan ulang yang membuat sepatu menjadi seperti baru kembali. Untuk teknik recolor sepatu, Sapato menggunakan cat sepatu yang juga memiliki kualitas terbaik dan banyak pasaran luar negeri menggunakan cat sepatu ini untuk teknik recolor. Diharapkan Sapato dapat menjadi tempat penyedia jasa perawatan sepatu serta mampu berkembang menjadi yang terbaik di Jakarta.
11
1.4
Tujuan & Manfaat
Tujuan dari bisnis model ini adalah untuk menciptakan suatu jasa yang bergerak di bidang pencucian sepatu dan recolor (pembaharuan dan penggantian warna sepatu) bagi para wanita khususnya. Jasa ini menjadi solusi bagi para wanita di Jakarta yang sibuk bekerja yang membutuhkan perawatan khusus bagi sepatu mereka ataupun membutuhkan pembaharuan dan penggantian warna untuk sepatu kesayangan mereka. Selain itu, bagi beberapa pihak terdapat beberapa manfaat yang bisa didapatkan dari bisnis model Sapato ini, pihak tersebut meliputi: 1.
Investor Dengan peluang pasar jasa pencucian dan recolor sepatu yang
berkembang dewasa ini, membuat model bisnis ini menjadi bisnis yang memiliki peluang yang cukup besar dengan melihat Gambar 1.3 dan Gambar 1.4 mengenai minat masyarakat terhadap jasa pencucian dan recolor sepatu. Sepatu memiliki peran yang penting untuk melengkapi penampilan seseorang, maka model bisnis ini dapat menarik investor untuk berinvestasi di Sapato. 2.
Konsumen Sapato dapat menjadi pilihan bagi masyarakat yang membutuhkan jasa
mencuci sepatu, serta menjadi alternatif pilihan untuk tidak membeli sepatu baru dan melakukan recolor sepatu.
12
1.5
Ruang Lingkup Pembahasan
Dalam pembuatan bisnis model Sapato terdapat beberapa batasan dan ruang lingkup antara lain: 1.
Rencana
strategis
untuk
mendirikan,
mempertahankan,
dan
mengembangkan model bisnis Sapato yang merupakan usaha dalam bidang jasa pencucian dan recolor sepatu. 2.
Rencana operasional Sapato sebagai penyedia jasa pencucian dan recolor sepatu yang kedepannya dapat menjadi standar operasional dan dapat memenuhi ekspektasi konsumen.
3.
Rencana pemasaran Sapato sebagai usaha yang bergerak di bidang jasa pencucian sepatu dan jasa recolor sepatu, yang diharapakan dapat memberikan pelayanan terbaik kepada para konsumen.
4.
Rancangan keuangan Sapato yang mencangkup investasi awal, laporan keuangan selama lima tahun dan analisis investasi dan diharapkan dapat menjadi tolak ukur secara financial untuk bertahan dan mengembangakan usaha.
13
1.6
Sistematika Penulisan
Thesis ini akan terdiri dari lima bab, dimana setiap bab akan terdiri dari beberapa sub bab. Kelima bab tersebut terdiri dari:
BAB I – Business Environment Analysis Bab ini terdiri dari latar belakang, identifikasi masalah, tujuan dan manfaat, dan ruang lingkup pembahasan dari thesis ini.
BAB II – Value Proposition Bab ini membahas mengenai teori dan kerangka kerja yang digunakan dalam penulisan thesis ini, seperti analisa SWOT, Nine Building Blocks, Marketing Mix, dan lainnya.
BAB III - Business Model Design Bab ini menguraikan value proposition secara keseluruhan dari model bisnis yang dikembangkan. Bab ini juga menguraikan marketing mix dan analisis STP (Segmenting, Targeting, Positioning) yang selaras dengan value proposition yang model bisnis ini tawarkan.
BAB IV - Business Model Comparison Analysis Bab ini terdiri dari rincian dari business plan yang terdiri dari analisa SWOT, analisa kompetitor, rencana operasional dan rencana marketing. Bab ini juga akan menjabarkan investasi awal bisnis ini dan proyeksi arus kas untuk lima tahun ke depan.
14
BAB V - Feasibility Bab ini merupakan bab terakhir yang akan membahas mengenai kesimpulan dari business plan yang merupakan jawaban dari identifikasi masalah. Selain itu, akan ada saran untuk pengembangan lebih lanjut untuk bisnis ini.