BAB 8 CONTOH UJI MUATAN KAYU YANG DIKERINGKAN
8.1. Fungsi Contoh Uji Bagan suhu dan kelembapan udara yang diterapkan di dalam tanur pengering berpengaruh terhadap tegangan pengeringan yang dialami oleh kayu yang sedang dikeringkan. Pola tegangan pengeringan terkait erat dengan perubahan kadar air di dalam kayu. Oleh karena itu, kadar air merupakan landasan yang baik bagi penentuan bagan suhu dan kelembaban. Mengingat penentuan kadar air pada setiap sortimen kayu yang sedang dikeringkan merupakan prosedur yang tidak praktis dan efisien, maka dibuatlah beberapa contoh uji muatan. Contoh uji ini dibuat dengan cara memotong pada bagian dalam dari papan- papan kayu yang sedang dikeringkan. Pemilihan terhadap papan dilakukan sebelum papan-papan itu dipotong menjadi contoh uji, sehingga contoh uji itu mewakili kayu yang sedang dikeringkan. Contoh uji ini biasa disebut sebagai contoh uji muatan atau contoh uji pengeringan.
8.2. Penempatan Contoh Uji Contoh uji tersebut ditempatkan pada muatan, tepatnya di dalam kantong-kantong muatan, sehingga contoh uji-contoh uji tersebut mudah untuk diambil dari muatan dan ditimbang. Penimbangan dilakukan untuk mengukur kadar airnya sebagai perkiraan terhadap kadar air dalam muatan pengeringan itu. Dengan mengetahui kadar air contoh uji, maka kadar air muatan dapat diperkirakan dan perkembangan perubahan kadar air muatan selama proses pengeringan dapat ditampilkan dan digambarkan dalam bentuk grafik. Untuk memperjelas pemahaman terhadap kantong muatan maka disajikan gambar berikut:
Universitas Gadjah Mada
1
Gambar 15. Penempatan contoh uji pada kantong muatan. Sumber Rasmussen (1961).
Penanganan terhadap contoh uji muatan memerlukan banyak waktu dan energi. Penanganan ini meliputi pemilihan papan atau sortimen yang akan menjadi sumber contoh uji, pemotongan contoh uji dari sortimen papan terpilih, penempatan contoh uji dalam kantongkantong muatan dan penimbangan contoh uji untuk memperkirakan kadar air m uatan. Bila penanganan contoh uji dilakukan secara tepat, maka informasi tentang kadar air tersebut dapat diketahui secara akurat. Akurasi atau ketepatan ini akan membantu operator tanur untuk: 1. Mengurangi jumlah kayu yang mengalami kemunduran kualitas kayu sebagai akibat dari proses pengeringan, 2. Dapat mengendalikan secara lebih balk terhadap proses pengeringan sehingga kayu yang dikeringkan dapat mencapai kadar air akhir sebagaimana kadar air akhir yang direncanakan atau dikehendaki, 3. Dapat mengurangi jangka waktu pengeringan dan meningkatkan kualitas kayu yang dikeringkan, 4. Dapat mengembangkan Skedul suhu dan kelembapan yang berdasarkan pada waktu, 5. Dapat mengalokasikan sumber-sumber masalah yang mempengaruhi kinerja tanur Universitas Gadjah Mada
2
8.3. Pertimbangan dalam Pembuatan Contoh Uji Karakter dan jumlah contoh uji muatan ditentukan dengan mempertimbangkan beberapa hal salah satunya yaitu keragaman muatan. Keragaman ini dapat dipilah dalam hal jenis kayu, ketebalan sortimen, kadar air muatan, komposisi kayuteras (heartwood) dan kayugubal (sapwood) yang menyusun sortimen, jenis sortimen menurut pola penggergajian khuluk kayu, kadar air akhir yang akan dicapai. Karakter contoh uji perlu mendekati dan mewakili karakter dari kayu yang dikeringkan. Jenis kayu menjadi sumber keragaman sifat-sifat dasar kayu, baik sifat anatomi kayu, sifat fisika kayu, sifat mekanika kayu, maupun sifat kimia kayunya. Keragaman sifat dasar ini berpengaruh terhadap karakter pengeringan yaitu meliputi tingakat kemudahan atau kesulitan dan tingkat cepat lambatnya kayu tersebut mengering tanpa mengalami kerusakan yang berarti. Ketebalan kayu menentukan jarak antara bagian tengah kayu dan permukaan kayu. Semakin tebal kayu semakin panjang jarak yang dimaksud. Mengingat bahwa kayu mengering diawali dari bagian permukaan sortimen kayu dan diikuti oleh bagian yang lebih dalam dan terakhir oleh pusat sortimen kayu, maka semakin tebal sortimen kayu akan memerlukan jangka waktu pengeringan yang lebih panjang. Di samping itu, kayu yang semakin jauh jaraknya antara permukaan dan bagian pusat sortimen kayu, akan mengakibatkan semakin panjangnya perjalanan air dari pusat kayu menuju ke permukaan kayu. Hal ini akan berpotensi pada air untuk semakin sulit mengalami perpindahan dari pusat sortimen kayu menuju ke permukaan kayu. Dengan demikian proses mengeringnya kayu akan lebih sulit. Atas dasar perbedaan itulah maka diambil suatu kebijakan bahwa sebaiknya sortimen itu ditumpuk dalam banyak unit tumpukan dan setiap unit tumpukan tersusun atas sortimen yang seragam ketebalan kayunya. Dengan demikian akan terdapat tumpukan yang berbeda karena ketebalan kayu penyusunnya juga berbeda. Tumpukantumpukan kayu yang seragam ketebalan sortimenya dikeringkan secara bersama-sama dalam satu proses pengeringan, sedangkan tumpukan-tumpukan yang berbeda ketebalan kayu penyusunya tidak dikeringkan secara bersama-sama dalam suatu proses pengeringan. Bila sortimen kayu yang berbeda-beda ketebalannya tampaknya hams dikeringkan secara bersama-sama dalam suatu tanur pengering untuk mengalami proses pengeringan secara serentak, maka proses pengeringan akan membutuhkan jangka waktu yang lebih panjang untuk menghindari kerusakan sortimen kayu yang lebih tebal. Hal ini disebabkan oleh pemaksaan sortimen kayu yang lebih tipis untuk dikeringkan dengan mengikuti pola pengeringan yang ditujukan bagi sortimen kayu yang lebih tebal. Kandungan air dalam sortimen kayu pada awal proses pengeringan perlu diperhatikan, karena kadar air mempengaruhi kondisi pengeringan yang akan diterapkan selama proses Universitas Gadjah Mada
3
pengeringan. Dalam hal ini, perhatian perlu diarahkan kepada tingkat kadar air (tinggirendahnya) di dalam sortimen kayu dan keragaman kadar air diantara sortimen kayu pada muatan yang akan dikeringkan. Sortimen kayu dengan kadar air awal yang tinggi perlu dikeringkan dengan kondisi pengeringan yang berawal dengan suhu yang relatif rendah. Sebaliknya, kadar air yang lebih rendah pada diri sortimen kayu yang berasal dari jenis yang sama, dapat dikeringkan dengan kondisi pengeringan yang lebih keras yaitu dengan suhu awal yang lebih tinggi. Dalam hal keragaman kadar air pada awal proses pengeringan, maka apabila sortimensortimen kayu semakin beragam kandungan air pada awal proses pengeringannya, maka akan diperlukan jangka waktu yang lebih panjang pada tahap penyeragaman kadar air sebagai salah satu perlakuan pada tahap akhir proses pengeringan. Komposisi kayu teras (heartwood) dan kayu gubal (sapwood) dalam sortimen kayu berpengaruh
terhadap
kecepatan
pengeringan.
Kayu
teras
lebih
lambat
mengering
dibandingkan kayu gubal Hal itu disebabkan oleh dua hal, yaitu: 1. Kayu teras banyak mengandung ekstraktif, baik berupa resin, tanin dan minyak, yang bersifat menghambat pergerakan kelembaban (uap air), 2. Kayu teras lebih banyak mengandung tilosis yang menghalangi pergerakan uap air dalam pembuluh. Pola penggergajian juga mempengaruhi kecepatan pengeringan. Papan radial (quartersawn) yang dihasilkan oleh penggergajian berpola radial akan mengering lebih cepat dibandingkan papan tangensial(flatsawn iplainsawn) yang dihasilkan oleh penggergajian berpola tangensial. Oleh karena itu, pengeringan lebih keras dapat diterapkan terhadap sortimen kayu berpola radial sedangkan sortimen kayu berpola tangensial perlu dikeringkan dengan kondisi suhu yang relatif rendah, yaitu pengeringan yang lunak atau lambat. Kadar air akhir yang akan dicapai oleh sortimen kayu setelah dikeringkan dalam tanur sebaiknya seragam pada seluruh anggota muatan. Oleh karena itu apabila kadar air akhir yang dicapai berbeda di antara sortimen kayu yang satu terhadap kelompok sortimen kayu yang lain, maka muatan itu harus dipilah dan dikelompokkan berdasarkan kadar air akhir yang akan dicapai. Pertimbangan akan adanya berbagai faktor yang berpengaruh terhadap kecepatan pengeringan dan kualitas pengeringan sebagaimana disebut di atas, maka dalam pemilihan contoh uji muatannya hams memperhatikan faktor-faktor tersebut secara proporsional. Di samping itu, contoh uji muatan jugs lebih berorientasi pada sortimen kayu yang paling rentan terhadap cacat pengeringan dan yang paling lambat mengering. Sudah tentu, beberapa contoh uji yang diambil dari sortimen kayu yang cepat mengering dan tidak mudah mengalami cacat pengeringan jugs diperlukan.
Universitas Gadjah Mada
4
Jumlah contoh uji muatan yang diperlukan oleh sebuah pengeringan kayu dalam tanur pengeringan ditentukan oleh sifat dasar kayu yang dikeringkan dan karakter pengeringan kayu yang dimaksud, kineija tanur pengering dan kegunaan akhir atas kayu tersebut setelah dikeringkan. Menurut Rasmussen (1961), pengeringan terhadap muatan yang bervolume maksimum 20,000 BF (Board Feet) perlu disediakan 4 buah contoh uji, sedangkan muatan yang bervolume lebih dari 100,000 BF perlu disediakan 10-12 buah contoh uji. Daftar Pertanyaan 1. Sebutkan berbagai fungsi contoh uji dalam pengeringan kayu di dalam tanur 2. Uraikan tats cara penempatan contoh uji dalam pengeringan kayu di dalam tanur 3. Sebutkan berbagai pertimbangan dalam pembuatan contoh uji
Universitas Gadjah Mada
5