Bab 5 Ringkasan Manusia merupakan makhluk sosial yang selalu akan berinteraksi dengan sesamanya. Dalam berinteraksi dengan sesama, manusia akan melakukan komunikasi, karena komunikasi merupakan proses sosial yang paling mendasar dan vital dalam hidup manusia. Dalam berkomunikasi suatu masyarakat menggunakan bahasa yang telah disepakati bersama agar dapat dimengerti dan diwariskan secara turun - menurun. Bahasa tulisan merupakan salah satu aspek dalam menyampaikan ide dan pesan. Awalnya masyarakat primitif berkomunikasi secara tulisan dengan menggunakan simbol, dan gambar yang diukir di sebuah batu atau dinding goa. Di Jepang dikenal 4 aksara, yaitu romaji, katakana, hiragana dan kanji. Kanji yang kita gunakan saat ini tidak begitu saja terbentuk, tetapi melalui proses yang panjang dan berbagai penyesuaian. Di kanji terdapat beberapa kanji yang berunsur tera「寺」. Agar dapat mudah memahami kanji - kanji tersebut, sebaiknya terlebih dahulu memahami filosofi yang membentuk setiap kanji tersebut. Hal tersebut menjadi sangat menarik untuk diteliti lebih dalam lagi berdasarkan filosofi pembentukan kanji yang ada. Analisis yang dilakukan oleh penulis hanya mencakup kanji - kanji berunsur tera「寺」, berdasarkan teori pembentukan kanji (rikusho). Kanji merupakan aksara yang di dalamnya memiliki makna, sehingga penulis mengacu pada teori semantik, teori semiotik dan juga teori medan makna. Untuk menganalisis kanji - kanji berunsur tera「寺」, penulis juga menggunakan teori pembentukan kanji (rikusho), bushu kanji, dan teori pembentukan kanji tera「寺」.
132
Kanji tera 「 寺 」 memiliki makna denotatif kuil dan makna konotatif kantor pemerintahan. Makna sebagai kantor pemerintahan merupakan makna awal, akan tetapi saat ini makna tersebut tidak dipakai lagi dan menjadi makna perluasan. Berdasarkan teori pembentukan kanji (rikusho), pembentukannya kanji tera 「 寺 」 secara keiseimoji, yaitu perpaduan antara elemen semantik dan elemen fonetik. Kanji sun「寸」yang sama dengan kanji te「手」sebagai elemen semantik, bermakna tangan dan kanji tsuchi「土」sebagai elemen fonetik, yang dideskripsikan sebagai sesuatu yang dibangun diatas tanah, yaitu sebuah bangunan. Setelah membentuk kanji tera「寺」, akan memberikan pelafalan secara on yomi, yaitu shi 「シ」atau ji「ジ」yang mana akan sama pelafalannya secara on yomi dengan kanji berunsur tera「寺」, yang pembentukannya secara keiseimoji. Sehingga kanji tera 「 寺 」 diasosiasikan sebagai sebuah bangunan yang di dalamnya terdapat aktifitas tangan, hal ini sesuai dengan makna dari kanji tera 「寺」sebagai kuil dan juga kantor pemerintahan. Berdasarkan pembentukan kanji (rikusho), kanji berunsur tera 「 寺 」 pembentukannya melalui dua cara, yaitu secara keiseimoji dan secara kai’imoji. Hanya ada 1 kanji yang pembentukannya secara kai’imoji, yaitu kanji hitoshi「等」. Terbentuk dari 3 kanji dasar, yaitu kanji take「竹」, kanji tsuchi「土」, dan kanji te 「手」. Menekankan pada makna menyamakan beberapa batang bambu sebagai media untuk menulis dalam kantor pemerintahan. Sehingga dari filosofi penggabungan beberapa batang bambu menjadi satu, berdasarkan prinsip sama rata, membentuk arti dari kanji kanji hitoshi 「 等 」 yang memiliki pengertian sama, serupa dan mirip. 133
Terdapat 6 kanji yang pembentukannya secara keiseimoji, penjelasannya sebagai berikut : 1.
Kanji samurai「侍」, terbentuk dari elemen semantik kanji hito「人」 sebagai makna orang (pesuruh) dan elemen fonetik kanji tera「寺」 sebagai makna melakukan pekerjaan, untuk menekankan makna orang (pesuruh)
yang
melakukan
pekerjaan
(melayani)
dalam
kantor
pemerintahan. Sehingga dari aktifitas yang dilakukan orang (pesuruh) tersebut, berdasarkan prinsip melayani, membentuk arti dari kanji samurai「侍」yaitu melayani dan samurai atau pendekar. Kanji samurai 「侍」juga memiliki cara baca on yomi, yaitu shi「シ」atau ji「ジ」, yang diturunkan dari cara baca on yomi kanji tera「寺」.
2.
Kanji toki「時」, terbentuk dari elemen semantik kanji hi「日」sebagai makna matahari dan elemen fonetik kanji tera 「 寺 」 sebagai makna pergerakan atau keteraturan, untuk menekankan makna penanda waktu berdasarkan pergerakan matahari yang berasal dari kuil. Sehingga dari lonceng yang dibunyikan para biksu di kuil sebagai penanda waktu, berdasarkan prinsip pergerakan dan keteraturan matahari, membentuk arti dari kanji toki「時」yaitu waktu, jam, dan pukul. Kanji toki「時」 juga memiliki cara baca on yomi, yaitu shi「シ」atau ji「ジ」, yang diturunkan dari cara baca on yomi kanji tera「寺」.
134
3.
Kanji motsu「持」, terbentuk dari elemen semantik kanji te「手 」 sebagai makna tangan dan elemen fonetik kanji tera 「 寺 」 sebagai makna penggunaan atau kegunaan, untuk menekankan makna bentuk tidak bergerak (penggunaan) dari tangan (menggenggam tangan) yang terjadi di dalam kuil. Sehingga dari aktifitas yang dilakukan para biksu tersebut, berdasarkan prinsip bentuk tidak bergerak dari tangan, membentuk arti dari kanji motsu 「 持 」 yang memiliki pengertian memegang dan menggenggam. Cara baca on yomi kanji tera「寺」, shi 「 シ 」 berubah menjadi chi 「 チ 」 , sehingga kanji motsu 「 持 」 memiliki cara baca on yomi, yaitu ji「ジ」dan chi「チ」.
4.
Kanji matsu「待」, terbentuk dari elemen semantik bushu gyouninben 「彳」sebagai makna pergerakan di sepanjang jalan dan elemen fonetik kanji tera 「 寺 」 sebagai makna berhenti dari pergerakan, untuk menekankan makna pergi (pergerakan di jalanan) kemudian tidak bergerak (berhenti), karena bertemu dengan orang dan berbicara secara terbuka yang terjadi di sekitar kuil. Sehingga dari aktifitas tersebut, berdasarkan prinsip pergi dan tidak bergerak, membentuk arti dari kanji matsu「待」yang memiliki pengertian menunggu. Cara baca on yomi kanji tera「寺」, shi「シ」berubah menjadi tai「タイ」, sehingga kanji matsu「待」memiliki cara baca on yomi, yaitu tai「タイ」.
135
5.
Kanji toku「特」, terbentuk dari elemen semantik kanji ushi「牛」 sebagai makna sapi dan elemen fonetik kanji tera「寺」sebagai makna laki - laki atau jantan, untuk menekankan makna seleksi atas sapi jantan yang berbeda di dalam kawanan sapi yang banyak, sebagai hewan yang dikembangbiakkan di dalam lingkungan kuil. Sehingga dari filosofi yang terjadi di dalam kuil tersebut, berdasarkan prinsip memiliki perbedaan (keistimewaan atau ciri khas) di antara yang lainnya, membentuk arti dari kanji toku「特」yang memiliki pengertian khusus atau khas. Cara baca on yomi kanji tera「寺」, shi「シ」berubah menjadi toku「トク」, sehingga kanji toku 「 特 」 memiliki cara baca on yomi, yaitu toku 「トク」.
6.
Kanji uta 「 詩 」 , terbentuk dari elemen semantik kanji gen 「 言 」 sebagai makna kata dan elemen fonetik kanji tera「寺」sebagai makna mengutarakan isi perasaan dalam bentuk tetap atau constant (irama), untuk menekankan makna pengungkapan isi hati yang bergetar karena melihat sesuatu yang indah, yang di ungkapan dalam bentuk kata berirama (puisi) yang berasal dari kuil. Sehingga dari filosofi pergerakan hati melalui kata - kata, berdasarkan prinsip tetap atau konstant (berirama), dalam hal ini adalah puisi, membentuk arti dari kanji uta 「詩」yang memiliki pengertian puisi. Kanji uta「詩」juga memiliki cara baca on yomi, yaitu shi「シ」atau ji「ジ」, yang diturunkan dari cara baca on yomi kanji tera「寺」.
136
Dari hal tersebut penulis menyimpulkan bahwa kanji berunsur tera「寺」, pasti berhubungan dengan makna kanji tera 「 寺 」 , baik yang berhubungan dengan makna kantor pemerintahan ataupun kuil.
137