16
BAB 4. METODE PENELITIAN 4.1 Jenis Penelitian Selaras dengan latar belakang dan tujuan yang ingin dicapai, fokus penelitian ini bertumpu pada upaya rekonstruksi (penyusunan kembali) model pengembangan STA di Jawa Tengah berbasis SCP. penelitian ini termasuk penelitian deskriptif eksploratif yang mencoba mendapat gambaran, mekanisme dan informasi mengenai wq
pemanfaatan dan pengelolaan STA oleh petani sayuran dan stakeholder.
Penelitian eksploratif dilakukan dengan maksud untuk lebih mendalami pemanfaatan dan kinerja STA sehingga dapat diperoleh input untuk menyusun model perbaikan terhadap kinerja STA. Subyek penelitian adalah pelaku usaha (petani, pedagang) pemanfaat STA. Untuk melengkapi informasi mengenai kinerja STA, akan dilakukan pengecekan silang (cross check) kepada pengelola STA dan pemerintah kabupaten selaku pembuat kebijakan. 4.2 Lokasi Penelitian Penelitian dilaksanakan di tiga STA aktif di Jawa Tengah. Berdasarkan data terakhir, sampai dengan tahun 2012, ada 7 (tujuh) STA di Jawa Tengah yang tersebar di lima kabupaten, seperti disajikan pada tabel 2. Tabel 2. Sebaran STA per kabupaten di Jawa Tengah Kabupaten Magelang
Brebes Semarang Purworejo Karang Anyar Temanggung
1. 2. 3. 4. 5. 6. 7.
STA Sewukan di Dusun Suko, Desa Sewukan, Kecamatan Dukun Ngablak, Jl.Magelang Kopeng Km 25, Derpowangsan, Ds. Tejosari, Dusun Ngablak, Kec. Ngablak Jalabritangkas di Desa Larangan, Kecamatan Larangan Jetis, Ds. Jetis, Kec. Bandungan Krendetan, Kec Bagelen Karangpandan Soropadan
17
Pemilihan STA dilakukan secara sengaja (purposive) di 3 STA teraktif dalam pemasaran sayuran di Jawa Tengah, yaitu STA Jetis Kabupaten Semarang, STA Sewukan dan STA Ngablak Kabupaten Semarang. 4.3 Penentuan Sampel Penentuan sampel dilakukan secara purposive dengan memilahkan petani sayuran yang memanfaatkan dan tidak memanfaatkan STA, dengan acuan jarak domisili petani ke STA. Untuk STA Sewukan ditetapkan petani yang berdomisili di desa Sewukan, untuk STA Ngablak ditetapkan petani yang berdomisili di desa Tejosari dan petani di desa Jetis untuk STA Jetis. Sebaran sampel petani di tiga desa dan STA ditampilkan pada tabel berikut: Tabel 3. Distribusi Sampel Petani Berdasarkan Pemanfaatan STA Petani yang memanfaatkan STA (orang) Sewukan Ngablak Jetis Jumlah 23 0 11 34
Petani yang tidak memanfaatkan STA Total (orang) (orang) Sewukan Ngablak Jetis Jumlah 4 18 14 36 70
Penentuan sampel pedagang secara convenience sampling, ditetapkan empat pedagang di masing-masing STA, sehingga terdapat 12 sampel pedagang. 4.4 Tahap dan Waktu Penelitian Penelitian ini direncanakan untuk dilaksanakan dalam dua tahap dengan waktu penyelesaian dua tahun dengan rincian sebagai berikut: Tahun I akan dilakukan kajian (research) untuk mengumpulan data sekunder dan data primer, melalui tahapan: a.
Mengumpulkan data sekunder melalui studi pustaka dan hasil penelitian yang telah dilakukan terhadap model kelembagaan STA yang diterapkan di berbagai lokasi, laporan penyelenggaraan STA di lokasi penelitian
b.
Penyusunan kuesioner dan survey pendahuluan ke STA terpilih
c.
Pengumpulan data primer melalui survey
18
d.
Analisis faktor-faktor yang mempengaruhi pemanfaatan STA dengan pendekatan Model Regresi Logistik dan model/pendekatan kelembagaan Structure-Conduct-
Performance (SCP) untuk mengetahui kinerja STA. Pada Tahun II akan disampaikan masukan kebijakan (action) untuk memantapkan hasil kajian yang sudah diperoleh pada Tahun Pertama, kegiatan ini dilakukan melalui tahapan: a. Focus Group Discussion (FGD) dengan seluruh stakeholder kelembagaan petani, lembaga struktural pemerintahan yang menangani STA (Dinas Pertanian, Dinas Pasar dan Kelembagaan Desa) b. Diseminasi melalui pertemuan rutin seluruh STA se Jawa Tengah yang diadakan satu kali setahun di Dinas Pertanian Provinsi Jawa Tengah. c. Studi banding ke STA Manik Mekar Nadi Bali yang berhasil meraih penghargaan sebagai STA terbaik tingkat nasional pada 2012 sebagai tolok ukur (bench mark) d. Menyampaikan masukan kebijakan kepada pengelola STA Tahap I: Identifikasi kinerja kelembagaan STA di Jawa Tengah
Tahap II: Perumusan dan rekonstruksi model kelembagaan STA berbasis SCP
Studi Pustaka, Penyusunan Kuesionar, Pra Survey
Analisis deskriptif dg SCP & regresi logistik
Survey,kumpul data &info FGD
Masalah Penelitian Kinerja STA dalam meningkatkan pendapatan petani belum optimal, bahkan ada yang “mangkrak” STA lebih banyak dinikmati pedagang. Petani masih mengggunakan model pemasaran pola lama
FGD dg stakeholder rumusan Model Awal
Luaran Penelitian Peta Model Kelembagaan STA di Jawa Tengah Model Pengembangan STA berbasis SCP Publikasi artikel di Semnas dan jurnal ilmiah nasional terakreditasi
TAHUN I Gambar 4. Bagan Alir Penelitian
Tahap III: Implementasi rekonstruksi model kelembagaan STA berbasis SCP
Tahap IV: Verifikasi &revisi model kelembagaan STA berbasis SCP
Diseminasi Studi banding (bench mark)
Verifikasi/FGD Penyempurnaan Model
Luaran Penelitian Masukan kebijakan pengembangan STA (aturan main, jejaring informasi harga) Publikasi artikel di Semnas dan jurnal ilmiah internasional
TAHUN II
19
4.5 Metode Analisis Data Data yang diperoleh dalam penelitian ini dianalisis secara deskriptif dan kuantitatif. 4.5.1
Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pemanfaatan STA oleh Petani Alat analisis yang digunakan untuk menganalisis faktor-faktor yang
mempengaruhi pemanfaatan STA oleh petani adalah pendekatan model regresi logistik. Model tersebut dirumuskan sebagai berikut (Pindyck dan Rubinfeld, 1998):
Dimana: Pi = peluang individu dalam mengambil keputusan 0 = intersep 1 = koefisien regresi Xi = variabel bebas Estimasi yang pertama didapat dengan mengalikan kedua sisi persamaan (1) dengan 1 + e - zi untuk mendapatkan (1 + e - zi)Pi = 1..................................................(2) Persamaan (2) dibagi dengan Pi kemudian dikurangi 1 akan menghasilkan persamaan:
20
Persamaan (5) di atas dikenal sebagai model logit atau model regresi logistik. Faktor-faktor yang diduga mempengaruhi pemanfaatan STA oleh petani adalah umur (X1), tingkat pendidikan (X2), volume sayuran yang dihasilkan (X3), jarak tempat tinggal petani dengan STA (X4), tingkat pengetahuan petani tentang STA (D1), ikatan informal petani dengan kelembagaan non STA (D2), keikutsertaan petani dalam kegiatan penyuluhan (D3), sehingga jika dituliskan dalam model logit menjadi: ln
= Zi = Yi =
0
+
1X1
+
2X2
+ 3X3 +
4X4
+
5D1
+
6D2
+
7D3
Dimana: Pi = peluang pemanfaatan STA oleh petani 1-Pi = peluang petani tidak memanfaatkan STA Zi = keputusan petani dalam memanfaatkan STA Yi = pilihan pemanfaatan STA = intersep 0 1- 4 = parameter peubah X 5- 7 = parameter peubah D (dummy) Pengujian Model Regresi Logistik a. Uji Likelihood Ratio Pengujian model logit dapat dilakukan secara keseluruhan atau individual. Uji likelihood ratio adalah uji secara keseluruhan model logit dimana rasio fungsi kemungkinan modelUR (lengkap) terhadap fungsi kemungkinan modelR (H0 benar), dengan hipotesis : H0 : β1 = β2 = ….=βk H1 : minimal ada βj≠0, untuk j=1,2,3,..k Jika menggunakan taraf nyata α, hipotesis H0 ditolak (model signifikan) jika statistik G > χ2α,(k-1) dan jika H0 ditolak maka dapat disimpulkan minimal ada β≠0, dengan pengertian model regresi logistik dapat menjelaskan atau memprediksi pilihan individu pengamatan.
21
b. Odds Ratio Odds berarti risiko atau kemungkinan peluang kejadian sukses terhadap kejadian tidak sukses dari variabel respon. Makin besar nilai Odds maka makin besar peluang seseorang untuk mengambil keputusan, sehingga nilai Odds merupakan suatu indikator kecenderungan seseorang menentukan pilihan yang pertama. Secara matematis dapat dituliskan (Juanda, 2009):
4.5.2. Identifikasi stakeholder yang terlibat dalam pengelolaan dan pemanfaatan STA serta Analisis kinerja STA Untuk mengidentifikasi stakeholder yang terlibat dalam pengelolaan dan pemanfaatan STA serta menganalisis kinerja STA dilakukan secara deskriptif dengan menggunakan kerangka analisis SCP yang dikemukakan Bain (Martin, 1993) a. Struktur pasar merupakan karakteristik organisasional dari pelaku pasar yang menentukan hubungan antara penjual dengan penjual, hubungan antara pembeli dengan pembeli, hubungan antara penjual dan pembeli aktual dan potensial yang secara strategis menentukan terjadinya harga pasar. b. Perilaku Pasar Perilaku pasar dianalisis secara deskriptif, meliputi: 1) praktek penjualan dan pembelian: bagaimana proses penjualan dan pembelian berlangsung; 2) penentuan dan pembentukan harga, pada tingkat lembaga manakah yang lebih dominan dalam penentuan harga; 3) sistem pembayaran: apakah secara tunai atau kredit; 4) kerja sama antara lembaga-lembaga pemasaran: adakah dan bagaimana bentuk kerja sama yang terjalin; 5) praktek fungsi-fungsi pemasaran
22
c. Kinerja Pasar Kinerja pasar menunjukkan tingkat efisiensi sistem pemasaran sayuran di STA. Analisis meliputi: margin pemasaran, bagian harga yang diterima petani (farmers share) dan elastisitas transmisi harga (Et). Jika nilai Et untuk STA lebih tinggi dari non STA, kondisi ini berarti STA lebih efisien karena laju perubahan harga di tingkat pedagang ditransmisikan dengan sempurna ke tingkat produsen.