BAB 4 METODE PENELITIAN
4.1. Rancangan Penelitian Untuk mengetahui terhadap kepemimpinan perempuan dalam berokrasi pemerintahan, maka terlebih dahulu akan dijelaskan tentang berbagai hal yang berkaitan dengan latar belakang dipergunakannya metode kuantitatif dalam penelitian. Dalam metode kuantitatif, penelitian ini mengunakan penelitian observasional dengan pendekatan survai. 4.2. Metode Kuantitatif 4.2.1. Populasi dan Sampel Sugiyono (2001) mengartikan populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas objek atau subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang
ditetapkan
oleh
peneliti
untuk
dipelajari
dan
kemudian
ditarik
kesimpulannya. Populasi dalam penelitian ini adalah para pegawai eslon dua dan tiga pada kabupaten Tuban Jawa Timur yang berjumlah 7 Dinas Sedangkan pengertian sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut. Penelitian sampel sebagai prosedur untuk menentukan sebagian dari populasi, diambil dan dipergunakan untuk menentukan ciri dan sifat yang dikehendaki dari populasi.
56
4.2.2. Metode Pengambilan Sampel Agar sampel ini benar-benar representatif, maka dalam penelitian ini metode pengambilan sampel menggunakan metode total sampling yaitu pengambilan sampel dari eselon dua dan tiga, yaitu 7 Dinas dari 12 Dinas sebagai sampel penelitian. Berdasarkan data yang ada, populasi dalam penelitian ini adalah para pegawai eselon dua dan tiga pada 7 Dinas. Dengan demikian jumlah sampel yang diambil adalah 86 orang.
4.2.3. Lokasi dan Waktu Penelitian Adapun lokasi penelitian berada di kabupaten Tuban Jawa Timur. Dalam hal ini dikarenakan ibu Haeny Relawati Rini Widyastuti sebagai salah satu pemimpin (Bupati) perempuan di wilayah kabupaten Tuban Jawa Timur. Sedangkan waktu penelitian dimulai dari bulan Juni sampai bulan Agustus.
4.2.4. Variabel Penelitian A. Klasifikasi Variabel Dalam penelitian ini variabel yang digunakan diklasifikasi atas variabel Dependen dan Independen 1. Variabel Dependen atau variabel tergantung, yaitu prestasi kerja Bupati. 2. Variabel Independen atau variabel bebas, yaitu gaya kepemimpinan (X1), faktor sosial politik (X2), budaya (X3) dan agama (X4).
57
B. Definisi Oprasional 1. Kepemimpinan adalah suatu upaya dalam mempengaruhi perilaku orang lain baik itu individu atau kelompok untuk melakukan apa yang diinginkan malalui cara-cara yang terencana untuk mencapai tujuan bersama baik individu, kelompok maupun organisasi (Yukl, 1998). Kepemimpinan pada penelitian ditekankan pada persepsi, nilai, sikap, dan perilaku, dalam hal: a. Pandangan terhadap sumber daya dan dana yang tersedia bagi organisasi, hanya dapat digunakan oleh manusia dalam organisasi untuk mencapai tujuan dan sasarannya. b. Cara pendelegasian wewenang yang praktis dan realistis. c. Pelibatan bawahan dalam proses pengambilan keputusan. d. Cara memperlakukan bawahannya sebagai makhluk sosial, politik, ekonomi dan individu dengan karakteristik dan jati diri yang khas. e. Pengakuan bawahan atas kepemimpinannya didasarkan pada pembuktian kemempuan memimipin oraganisasi dengan efektif. 2. Prestasi Kerja adalah hasil karya yang timbul dari suatu kombinasi usaha, kemampuan dan pengalaman seseorang untuk mencapai tujuan organisasi. Dalam prestasi kerja dapat diukur berdasarkan; kualitas kerja, kuantitas kerja,ketepatan waktu, kerja sama, dan efektifitas kerja.
58
3. Faktor sosial politik, adalah pandangan atau stereotype negatif masyarakat, lembaga eksekutif atau pemerintahan akan kepemimpinan perempuan yang sudah mengakar dan terpatri. 4. Faktor Budaya, adalah adanya sifat anti pada kaum perempuan (misoginis), dan adanya (subordinat) yakni pandangan bahwa kaum perempuan merupakan kaum nomor dua setelah laki-laki. 5. Faktor Agama, adalah adanya legitimasi agama yang dihasilkan dari sebagian interpretasi yang melarang tampilnya kaum perempuan menjadi pemimpin, sekalipun Allah memposisikan manusia sebagai pemimpin, tanpa memandang jenis kelaminnya. Perempuan dan laki-laki mempunyai hak yang ama dalam setiap kehidupan.
4.2.5. Metode Pengumpulan Data Dalam penelitian ini, jenis data yang dikumpulkan adalah data primer dan data sekunder. Data primer adalah data yang diperoleh langsung para bawahan Bupati yaitu eselon dua dan tiga sesuai dengan item pertanyaan dalam kuesioner. Data sekunder adalah data yang diperoleh dari pemerintah kabupaten Tuban atau melalui data yang telah diteliti dan dikumpulkan oleh pihak lain yang berkaitan dengan permasalahan penelitian ini. Pengumpulan data dilakukan dengan metode: 1. Observasi, yaitu metode pengumpulan data dengan mengadakan pengamatan langsung terhadap objek yang diteliti. 2. Kuesioner, yaitu metode pengumpulan data dengan mengajukan pertanyaan tertulis yang telah disusun secara sistematis kepada responden.
59
3. Wawancara, yaitu metode pengumpulan data dengan tanya jawab kepada responden sesuai dengan acuan yang ada dalam kuesioner.
4.2.6. Pengolahan Skor Pengukuran sekor terhadap varibel-variabel dalam penelitian ini dijabarkan dalam item-item pernyataan yang merujuk pada skala, dengan kisaran skor antara 1 sampai 4 dengan asumsi, bahwa skor ini bersifat rasional. Skor 4 tertinggi untuk jawaban sangat setuju, sedangkan skor 1 terendah diberikan untuk jawaban tidak setuju.
4.2.7. Validitas dan Reliabilitas Instrumen Validitas dan reliabilitas suatu alat ukur merupakan hal yang sangat penting dalam suatu penelitian ilmiah, sehingga sebelum alat ukur (kuesioner) dipergunakan untuk mendapatkan data perlu diuji terlebih dahulu validitas dan reliabilitasnya (Azwar, 2000). Hal ini dilakukan dengan maksud bahwa suatu alat ukur yang valid dan reliabel akan menghasilkan informasi yang akurat dan dapat dipertanggungjawabkan.
4.2.7.1. Uji Validitas Validitas berkaitan dengan kemampuan alat ukur untuk mengukur secara tepat apa yang harus diukur (Nurgiyantoro dkk, 2000). Validitas dalam penelitian kuantitatif ditunjukkan oleh koefisien validitas. Semakin tinggi koefisien validitas maka semakin baik instrumen tersebut. Azwar (2000) menjelaskan bahwa alat
60
ukur dinyatakan valid apabila alat tersebut mampu memberikan data atau hasil ukur dengan tepat serta gambaran yang cermat sesuai dengan maksud dilakukan pengukuran. Pengujian alat ukur pelayanan secara empirik dimaksudkan untuk mengetahui konsistensi internal dengan cara mengkorelasikan tiap skor butir dengan skor total. Hal ini dilakukan berdasarkan asumsi bahwa skor butir merupakan jabaran atau bagian dari faktor. Proses uji korelasi ini dilakukan dengan menggunakan korelasi product moment dari Pearson, perhitungan dilakukan dengan menggunakan rumus sebagai berikut (Azwar, 2000).
Σxy
Σ (x)Σ Σ (y) n
rxy = Σ x2 -
√
Σ (x)2 n
Σ y2 -
Σ (y)2 n
dengan, rxy = korelasi skor item dengan skor total x
= skor item
y
= skor total
n = jumlah sampel Pengujian sekor ini dilakukan sebelum penelitian pada sample yang sebenarnya, yaitu pada 30 orang responden staf pemerintah kabupaten Tuban.
61
4.2.7.2. Uji Reliabilitas Azwar (2000) menyatakan bahwa reliabilitas menunjukkan sejauh mana pengukuran tetap memberikan hasil yang relatif tidak berbeda bila dilakukan terhadap kelompok subyek yang sama. Tinggi rendahnya reliabilitas alat ukur ini ditunjukkan oleh koefisien reliabilitas. Semakin tinggi koefisien reliabilitas maka semakin baik alat ukur tersebut. Reabilitas adalah indeks yang menunjukkan sejauhmana suatu alat ukur dapat dipercaya atau diandalkan. Pengujian reabilitas intrumen dilakukan dengan menggunakan uji alpha cronbach, dengan 5 %. Rtt = M ( 1 – Vx ) M-1
Vt
Keterangan : Vx
= Variasi butir
Vt
= Variasi total
M
= Jumlah butir
Rtt
= Nilai korelasi alpha
4.2.8. Teknik Analisa Data Teknik analisa data kuantitatif yang diperoleh dari hasil wawancara kuesioner dengan menggunakan 1. Analisis Regresi Linier Berganda Analisis linier berganda dilakukan untuk melihat pengaruh variabel independen (X) yang ditunjukkan oleh gaya kepemimpinan demokratik
62
dan pengaruh sosial politik, budaya dan agama terhadap variabel dependen (Y) yang ditunjukkan oleh prestasi kerja pemerintahan. Sebelum melakukan pengujian regresi linier berganda syarat uji regresi yang harus dipenuhi adalah: Bentuk umum dari model yang akan digunakan adalah: Y = B0 + B1X1 + B2X2 + B3X 3 +B4X 4 + e dimana: Y = Prestasi Kerja B0 = Nilai Konstanta X1 = Gaya Kepemimpinan X2 = Faktor Sosial Politik X3 = Faktor Budaya X4 = Faktor Agama B1, B2, B3, B4 = slope; e = Kesalahan Prediksi Dalam model regresi linier berganda terdapat 3 persyaratan yang harus dipenuhi yaitu : 1. Tidak ada multikolinearitas antar variabel bebas. 2. Varians dari semua kesalahan pengganggu adalah sama (homokedastis). 3. Tidak terjadi otokorelasi antar kesalahan-kesalahan pengganggu (hanya digunakan untuk data yang bersifat time series). Uji gejala multikolinearitas digunakan untuk mengetahui ada tidaknya hubungan yang signifikan antar masing-masing variabel bebas yang diteliti. Untuk mengetahui ada tidaknya gejala ini digunakan indikasi nilai VIF.
63
Uji gejala multikolinearitas dimaksudkan untuk lebih mengetahui adanya hubungan yang sempurna antar variabel dalam model regresi. Hakim (2001 : 301) menyebutkan angka VIF toleransi untuk terhidar dari gejala multikolinearitas ini antara 1 – 5. Pengujian gejala heterokedastisitas dilakukan untuk mengetahui ada tidaknya hubungan antara variabel pengganggu dengan variabel bebasnya. Jika terjadi gejala homokedastisitas pada model yang digunakan, berarti tidak terjadi hubungan antara variabel pengganggu dengan variabel bebas, sehingga variabel tergantung benar-benar hanya dijelaskan oleh variabel bebasnya. Gejala heterokedastisitas ini diketahui dengan menggunakan analisis metode korelasi Rank Spearman. Jika nilai signifikansi pada hasil korelasi lebih besar dari 0.05 ( p > 0.05) maka dapat dikatakan item bebas dari gejala heterokedastisitas atau terjadi homokedastis. Oleh karena data yang digunakan adalah data cross sectional dan bukan time series maka pengujian autokorelasi tidak dilakukan.
64