BAB 4 IMPLEMENTASI SISTEM
4.1 Spesifikasi Sistem Dibawah ini adalah spesifikasi perangkat lunak yang dibutuhkan untuk mendukung proses implementasi, antara lain: •
Windows Server 2008 Operating System yang digunakan pada komputer Server.
•
Windows 7 Operating System yang digunakan pada komputer Client.
•
Command Prompt Perangkat lunak dari Microsoft Windows yang digunakan untuk fungsional tes berupa ping dan traceroute.
•
Jperf Perangkat lunak yang digunakan untuk memperkirakan throughput dari suatu jaringan dengan menggunakan model client dan server. Parameter lain yang juga dapat dilihat dengan Jperf antara lain jitter dan packet loss.
•
Putty Perangkat lunak yang digunakan untuk melakukan kofigurasi perangkatperangkat jaringan, seperti router, switch, atau multi-layer switch. Proses konfigurasi dapat dilakukan dengan menggunakan telnet, SSH, maupun line console.
83
84
•
Wireshark Perangkat lunak yang digunakan untuk melakukan traffic capture, yaitu menangkap paket-paket yang mengaliri jaringan. Dibawah ini adalah spesifikasi perangkat keras yang dibutuhkan dalam proses
implementasi: • Laptop Laptop digunakan untuk melakukan proses konfigurasi perangkatperangkat jaringan dan digunakan sebagai client. • Komputer PC Komputer PC digunakan sebagai server. • Kabel console Kabel console digunakan untuk melakukan konfigurasi suatu perangkat jaringan melalui laptop atau komputer. • Kabel UTP Kabel UTP digunakan untuk menghubungkan antar perangkat yang ada didalam jaringan. Kabel UTP yang digunakan adalah: -
Straight UTP
-
Crossover UTP
• Router Router digunakan untuk membangun jaringan MPLS. • Switch Switch digunakan untuk menjalankan inter VLAN yang ada didalam jaringan serta untuk monitoring paket.
85
4.2 Kebutuhan Sistem Dibawah ini adalah kebutuhan perangkat keras yang digunakan untuk mendukung proses implementasi, antara lain: Tabel 4.1 – Tabel Kebutuhan Sistem No 1
Perangkat Router Cisco 7206
Jumlah 1
Spesifikasi Unit 3 interface Gigabit Ethernet dan 1 interface Fast Ethernet
2
Router Cisco 3845
1
2 interface Gigabit Ethernet, 2 interface Serial, dan 2 interface Fast Ethernet
3
Router Cisco 2811
2
Masing-masing unit memiliki spesifikasi; 2 interface Fast Ethernet dan 2 interface Serial
4
Router Juniper J6350
1
4 interface Gigabit Ethernet dan 2 interface Serial
5
Multi-layer switch
1
Cisco 3560 6
Multi-layer switch
interface Gigabit Ethernet 1
Juniper EX3200 7
Switch 2600
Unit ini memiliki spesifikasi; 24
Unit ini memiliki spesifikasi; 24 interface Gigabit Ethernet
2
Unit ini memiliki 24 interface Fast Ethernet, 2 interface Gigabit Ethernet
8
Kabel UTP
1
Straight UTP dan Cross-Over UTP
86
4.3 Implementasi Implementasi dilakukan dengan menerapkan metode Per-Packet Load Balancing terhadap sistem yang sedang berjalan guna menyelesaikan permasalahan yang sedang dihadapi agar sesuai dengan yang diharapkan. Implementasi dilakukan pada skala lab testbed PTIK di BPPT Serpong Tangerang. Perangkat jaringan yang digunakan berupa router Cisco untuk jaringan didalam MPLS, router Juniper dan multilayer switch Juniper untuk client, multilayer switch Cisco untuk server, dan switch. Perangkat yang digunakan telah mendukung jaringan MPLS VPN Traffic Engineering dan Quality of Service (QoS).
4.3.1 Implementasi Per-Packet Load Balancing Paket yang keluar dari client ataupun server akan ditandai dengan nilai DSCP yang dilakukan oleh router CE. Penandaan paket ini berlangsung ketika paket masih berada di luar cloud MPLS. Nilai DSCP diberikan dengan cara melihat nomor port yang terdapat pada header paket tersebut. Port 1234 kelas VIDEO ditandai dengan cs 5, port 21 kelas DATA ditandai dengan cs 3, dan port selain port 1234 dan port 21 sebagai kelas default ditandai dengan cs 0. Ketika paket yang telah diberi nilai DSCP memasuki cloud MPLS, paket akan diberikan nilai Exp bit yang dilakukan oleh router PE. Nilai EXP bit diberikan sesuai dengan nilai DSCP yang terdapat pada header paket tersebut. DSCP cs 5 diberikan nilai EXP 5, DSCP cs 3 diberikan nilai EXP 3, dan DSCP cs 0 diberikan nilai EXP 0. Ketika paket telah diberikan nilai Exp bit, maka paket akan di-load balancing dengan metode Per-Packet Load Balancing yang dilakukan oleh router PE. Per-Packet Load Balancing membagi paket dengan tujuan yang sama secara
87
berurutan sesuai dengan tersedianya jalur pengiriman data. Sehingga ketika paket pertama yang datang akan dialirkan ke tunnel 1, maka paket kedua yang datang akan dialirkan ke tunnel 2, paket ketiga yang datang akan dialirkan ke tunnel 1 kembali, begitu seterusnya secara bergantian dan berurutan sehingga jalur pengiriman data memiliki kepadatan yang seimbang.
Gambar 4.1 – Topologi Sistem Yang Sedang Berjalan
4.4 Evaluasi Evaluasi dilakukan untuk mengetahui perubahan yang terjadi setelah melakukan implementasi metode Per-Packet Load Balancing pada sistem yang sedang berjalan. Dari hasil evaluasi ini akan diketahui apakah implementasi sistem yang baru telah menyelesaikan masalah yang sedang dihadapi atau tidak. Pada
88
tahap evaluasi ini akan dilakukan beberapa pengujian. Pengujian yang dilakukan antara lain dengan tes ping, traceroute, wireshark, dan jperf. 4.4.1 Pengujian Dengan Menggunakan Ping Pengujian dengan menggunakan ping dilakukan untuk mengetahui apakah client dan server saling terhubung atau tidak. Pada pengujian ini akan dilakukan ping dari client CE_A ke server CE_B dan sebaliknya, tes ping client CE_C ke server CE_B dan sebaliknya. Gambar berikut adalah hasil ping dari client CE_A ke server CE_B:
Gambar 4.2 – Ping dari client CE_A ke server CE_B Dari Gambar 4.2 diperoleh Packets: Sent = 4, Received = 4, Lost = 0 (0% loss). Hal ini menandakan bahwa client CE_A terhubung dengan server CE_B. Gambar berikut adalah hasil ping dari client CE_A ke client CE_C:
Gambar 4.3 – Ping dari client CE_A ke client CE_C Dari Gambar 4.3 diperoleh Packets: Sent = 4, Received = 4, Lost = 0 (0% loss). Hal ini menandakan bahwa client CE_A terhubung dengan client CE_C.
89
Gambar berikut adalah hasil ping dari server CE_B ke client CE_A:
Gambar 4.4 – Ping dari server CE_B ke client CE_A Dari Gambar 4.4 diperoleh Packets: Sent = 4, Received = 4, Lost = 0 (0% loss). Hal ini menandakan bahwa server CE_B terhubung dengan client CE_A. Gambar berikut adalah hasil ping dari client CE_C ke client CE_A:
Gambar 4.5 – Ping dari client CE_C ke client CE_A Dari Gambar 4.5 diperoleh Packets: Sent = 4, Received = 4, Lost = 0 (0% loss). Hal ini menandakan bahwa client CE_C terhubung dengan client CE_A. Gambar berikut adalah hasil ping dari client CE_C ke server CE_B:
Gambar 4.6 – Ping dari client CE_C ke server CE_B
90
Dari Gambar 4.6 diperoleh Packets: Sent = 4, Received = 4, Lost = 0 (0% loss). Hal ini menandakan bahwa client CE_C terhubung dengan server CE_B. Gambar berikut adalah hasil ping dari server CE_B ke client CE_C:
Gambar 4.7 – Ping dari server CE_B ke client CE_C Dari Gambar 4.7 diperoleh Packets: Sent = 4, Received = 4, Lost = 0 (0% loss). Hal ini menandakan bahwa server CE_B terhubung dengan client CE_C. 4.4.2 Pengujian Dengan Menggunakan Traceroute Pengujian dengan menggunakan traceroute dilakukan untuk mengetahui load balancing pada jaringan tersebut telah berfungsi sesuai dengan yang diharapkan atau tidak. Pada pengujian ini akan dilampirkan hasil traceroute sebelum melakukan load balancing dan sesudah load balancing.
91
Traceroute Sebelum Load balancing Gambar di bawah ini adalah hasil traceroute sebelum melakukan load balancing. Hasil tersebut didapat dari pengujian oleh peneliti sebelumnya. Pengujian ini dilakukan untuk membuktikan bahwa sistem yang sedang berjalan tidak terjadi load balancing pada cloud MPLS. Gambar berikut adalah hasil traceroute dari CE_A ke CE_B:
Gambar 4.8 - Traceroute dari CE_A ke CE_B Sebelum Load Balancing (sumber: S. H. Novaldy; W. Yuda; K. Raga, 2011, Bina Nusantara University) Dari Gambar 4.8 diperoleh pada hop kedua paket dari router CE_A masuk melalui PE1 (192.168.1.1), pada hop ketiga paket hanya masuk melewati P2 (172.16.1.10). Hal ini membuktikan bahwa tidak terjadi load balancing dalam cloud MPLS dan paket hanya melewati tunnel bawah.
92
Gambar berikut adalah hasil traceroute dari CE_B ke CE_A:
Gambar 4.9 – Traceroute dari CE_B ke CE_A Sebelum Load Balancing (sumber: S. H. Novaldy; W. Yuda; K. Raga, 2011, Bina Nusantara University) Dari Gambar 4.9 diperoleh pada hop kedua paket dari router CE_B masuk melalui PE2 (192.168.1.9), pada hop ketiga paket RTO (Request Time Out) dan pada hop keempat paket tiba di PE1 (192.168.1.1) . Hal ini membuktikan bahwa tidak terjadi load balancing dalam cloud MPLS.
93
Gambar berikut adalah hasil traceroute dari CE_C ke CE_B:
Gambar 4.10 – Traceroute dari CE_C ke CE_B Sebelum Load Balancing (sumber: S. H. Novaldy; W. Yuda; K. Raga, 2011, Bina Nusantara University) Dari Gambar 4.10 diperoleh pada hop kedua paket dari router CE_C masuk melalui PE1 (192.168.1.5), pada hop ketiga paket hanya masuk melewati P2 (172.16.1.10). Hal ini membuktikan bahwa tidak terjadi load balancing dalam cloud MPLS dan paket hanya melewati tunnel bawah.
94
Gambar berikut adalah hasil traceroute dari CE_B ke CE_C (loopback):
Gambar 4.11 – Traceroute dari CE_B ke CE_C Sebelum Load Balancing (sumber: S. H. Novaldy; W. Yuda; K. Raga, 2011, Bina Nusantara University) Dari Gambar 4.11 diperoleh pada hop kedua paket dari router CE_B masuk melalui PE2 (192.168.1.9), pada hop ketiga paket hanya masuk melewati P2 (172.16.1.13). Hal ini membuktikan bahwa tidak terjadi load balancing dalam cloud MPLS dan paket hanya melewati tunnel bawah. Traceroute Setelah Load balancing Gambar di bawah ini adalah hasil traceroute setelah melakukan load balancing. Hasil tersebut didapat dari penambahan metode Per-Packet Load Balancing pada sistem yang sedang berjalan. Pengujian ini dilakukan untuk membuktikan bahwa telah terjadi load balancing pada cloud MPLS.
95
Gambar berikut adalah hasil traceroute dari CE_A ke CE_B (loopback):
Gambar 4.12 – Traceroute dari CE_A ke CE_B (loopback) Dari Gambar 4.12 diperoleh pada hop pertama paket dari client CE_A masuk melalui PE1 (192.168.1.1), pada hop kedua paket masuk melewati P1 (172.16.1.10) dan P2 (172.16.1.2). Hal ini membuktikan bahwa load balancing telah berfungsi dengan baik, dimana paket yang dialirkan melewati tunnel atas dan tunnel bawah. Gambar berikut adalah hasil traceroute dari CE_B ke CE_A (loopback):
Gambar 4.13 – Traceroute dari CE_B ke CE_A (loopback) Dari Gambar 4.13 diperoleh pada hop pertama paket dari server CE_B masuk melalui PE2 (192.168.1.9), pada hop kedua paket masuk melewati P1 (172.16.1.5) dan P2 (172.16.1.13). Hal ini membuktikan bahwa load balancing telah berfungsi dengan baik, dimana paket yang dialirkan melewati tunnel atas dan tunnel bawah.
96
Gambar berikut adalah hasil traceroute dari CE_C ke CE_B (loopback):
Gambar 4.14 – Traceroute dari CE_C ke CE_B (loopback) Dari Gambar 4.14 diperoleh pada hop pertama paket dari client CE_C masuk melalui PE1 (192.168.1.5), pada hop kedua paket masuk melewati P1 (172.16.1.2) dan P2 (172.16.1.10). Hal ini membuktikan bahwa load balancing telah berfungsi dengan baik, dimana paket yang dialirkan melewati tunnel atas dan tunnel bawah. Gambar berikut adalah hasil traceroute dari CE_B ke CE_C (loopback):
Gambar 4.15 – Traceroute dari CE_B ke CE_C (loopback) Dari Gambar 4.15 diperoleh pada hop pertama paket dari server CE_B masuk melalui PE2 (192.168.1.9), pada hop kedua paket masuk melewati P1 (172.16.1.5) dan P2 (172.16.1.13) dalam waktu bersamaan. Hal ini membuktikan bahwa load balancing telah berfungsi dengan baik, dimana paket yang dialirkan melewati tunnel atas dan tunnel bawah.
97
4.4.3 Pengujian Dengan Menggunakan Wireshark Pengujian menggunakan wireshark dengan mengalirkan paket yang telah ditentukan sebelumnya kedalam jaringan. Paket yang sedang mengalir akan di capture oleh wireshark ketika memasuki cloud MPLS. Pengujian ini bertujuan untuk mengetahui apakah paket melewati kedua tunnel atau tidak dan untuk mengetahui informasi dari paket yang lewat seperti source dan destination paket, label MPLS, jenis paket DSCP dan EXP bit.
98
Sniffing Pada Kelas VIDEO Gambar berikut adalah hasil sniffing kelas VIDEO dengan port 1234 dari CE_A ke CE_B melalui tunnel atas:
Gambar 4.16 – Sniffing Kelas VIDEO dari CE_A ke CE_B Melalui Tunnel Atas Dari Gambar 4.16 diperoleh hasil sniffing untuk kelas VIDEO dengan protokol UDP port 1234. Terlihat bahwa source paket yang berasal dari 192.168.100.10, memiliki tujuan dengan destination paket 192.168.200.10. Nilai bit pada Differentiated Services field adalah DSCP cs 5 dan pada header MPLS memiliki MPLS Experimental Bits 5. Dengan Dst mac-address: 22.22.22.22.22.22 dimana mac-address tersebut milik P1, menandakan bahwa paket melewati tunnel atas.
99
Gambar berikut adalah hasil sniffing kelas VIDEO dari CE_A ke CE_B melalui tunnel bawah:
Gambar 4.17 - Sniffing Kelas VIDEO dari CE_A ke CE_B Melalui Tunnel Bawah Dari Gambar 4.17 diperoleh hasil sniffing untuk kelas VIDEO dengan protokol UDP port 1234. Terlihat bahwa source paket yang berasal dari 192.168.100.10, memiliki tujuan dengan destination paket 192.168.200.10. Nilai bit pada Differentiated Services field adalah DSCP cs 5 dan pada header MPLS memiliki MPLS Experimental Bits 5. Dengan Dst mac-address: 44.44.44.44.44.44 dimana mac-address tersebut milik P2, menandakan bahwa paket melewati tunnel bawah.
100
Sniffing Pada Kelas DATA Gambar berikut adalah hasil sniffing kelas DATA dari CE_A ke CE_B dengan port 21 melewati tunnel atas:
Gambar 4.18 - Sniffing Kelas DATA dari CE_A ke CE_B dengan port 21 Dari Gambar 4.18 diperoleh hasil sniffing untuk kelas DATA dengan protokol FTP port 21. Terlihat bahwa source paket yang berasal dari 192.168.100.10, memiliki tujuan dengan destination paket 192.168.200.10. Nilai bit pada Differentiated Services field adalah DSCP cs 3 dan pada header MPLS memiliki MPLS Experimental Bits 3. Dengan Dst mac-address: 22.22.22.22.22.22 dimana mac-address tersebut milik P1, menandakan bahwa paket melewati tunnel atas.
101
Gambar berikut adalah hasil sniffing kelas DATA dari CE_A ke CE_B dengan port 21 melewati tunnel bawah:
Gambar 4.19 - Sniffing Kelas DATA dari CE_A ke CE_B dengan port 21 Dari Gambar 4.19 diperoleh hasil sniffing untuk kelas DATA dengan protokol FTP port 21. Terlihat bahwa source paket yang berasal dari 192.168.100.10, memiliki tujuan dengan destination paket 192.168.200.10. Nilai bit pada Differentiated Services field adalah DSCP cs 3 dan pada header MPLS memiliki MPLS Experimental Bits 3. Dengan Dst mac-address: 44.44.44.44.44.44 dimana mac-address tersebut milik P2, menandakan bahwa paket melewati tunnel bawah.
102
Gambar berikut adalah hasil sniffing kelas default dari CE_A ke CE_B dengan port 5001 melewati tunnel atas:
Gambar 4.20 - Sniffing Kelas default dari CE_A ke CE_B dengan port 5001 Dari Gambar 4.20 diperoleh hasil sniffing untuk kelas default dengan protokol TCP port 5001. Terlihat bahwa source paket yang berasal dari 192.168.100.10, memiliki tujuan dengan destination paket 192.168.200.10. Pada header MPLS memiliki MPLS Experimental Bits 0. Dengan Dst mac-address: 22.22.22.22.22.22 dimana mac-address tersebut milik P1, menandakan bahwa paket melewati tunnel atas.
103
Gambar berikut adalah hasil sniffing kelas default dari CE_A ke CE_B dengan port 5001 melewati tunnel bawah:
Gambar 4.21 - Sniffing Kelas default dari CE_A ke CE_B dengan port 5001 Dari Gambar 4.21 diperoleh hasil sniffing untuk kelas default dengan protokol TCP port 5001. Terlihat bahwa source paket yang berasal dari 192.168.100.10, memiliki tujuan dengan destination paket 192.168.200.10. Pada header MPLS memiliki MPLS Experimental Bits 0. Dengan Dst mac-address: 44.44.44.44.44.44 dimana mac-address tersebut milik P2, menandakan bahwa paket melewati tunnel bawah.
104
4.4.4 Pengujian Kinerja Jaringan Dengan Perangkat Lunak VLC Pengujian ini dilakukan untuk mengetahui beban trafik yang ditangani oleh kedua router yaitu P1 dan P2 sebelum load balancing dan sesudah load balancing, digunakan perangkat lunak VLC yang dimaksud untuk melakukan pengujian terhadap performa jaringan apakah sudah sesuai dengan yang diharapkan. Berikut adalah tampilan beban trafik yang ditangani oleh kedua router setelah dialiri paket VIDEO melalui protokol UDP dengan port 1234 dan tampilan dari gambar hasil streaming pada sisi client dan server.
Pengujian Beban Trafik Sebelum Load Balancing Pada pengujian ini akan dilakukan skenario trafik dengan dialirkan data VIDEO berstandar HD berformat 720p dengan metode streaming menggunakan perangkat lunak VLC. standar HD dipilih karena akan menghasilkan gambar yang berkualitas. Besar paket VIDEO yang dialirkan yaitu 1 GigaByte. Berikut ini adalah gambar hasil pengujian menggunakan wireshark sebelum load balancing:
105
Gambar 4.22 - Sniffing Beban Trafik Yang Ditangani P2 Sebelum Load Balancing Pada gambar 4.22 diperoleh hasil sniffing paket pada kelas VIDEO yang dialirkan menggunakan perangkat VLC dengan destination 224.1.1.1 . Beban trafik yang ditangani oleh router P2 sebelum load balancing adalah 10744544908 Bytes atau sekitar 1 GigaByte, dengan jumlah paket yang di capture sebanyak 801.175 paket. Dengan waktu 1 jam 24 menit 6 detik.
106
Pengujian Beban Trafik Setelah Load Balancing Berikut ini adalah gambar hasil pengujian menggunakan wireshark setelah load balancing:
Gambar 4.23 - Sniffing Beban Trafik P1 Setelah Load Balancing
107
Gambar 4.23 diperoleh hasil sniffing paket pada kelas VIDEO yang dialirkan menggunakan perangkat VLC dengan destination 224.1.1.1. Beban trafik yang ditangani oleh router P1 setelah load balancing adalah 528433508 Bytes atau sekitar 512 MegaByte, dengan jumlah paket yang di capture sebanyak 389.835 paket. Dengan source mac-address 22:22:22:22:22:22 menandakan bahwa paket melewati tunnel ATAS.
108
Gambar 4.24 - Sniffing Beban Trafik P2 Setelah Load Balancing Gambar 4.24 diperoleh hasil sniffing paket pada kelas VIDEO yang dialirkan menggunakan perangkat VLC dengan destination 224.1.1.1 . Beban trafik yang ditangani oleh router P2 setelah load balancing adalah 540986859 Bytes atau sekitar 512 MegaByte, dengan jumlah paket yang di capture 402.563 paket. Dengan
109
source mac-address 44:44:44:44:44:44 menandakan bahwa paket melewati tunnel BAWAH. Pengujian Menggunakan VLC Berikut ini adalah hasil gambar setelah dialirkan paket VIDEO dengan menggunakan perangkat VLC. Gambar dari sisi Server:
Gambar 4.25 – Hasil Gambar Dari Sisi Server
110
Gambar dari sisi Client:
Gambar 4.26 - Hasil Gambar Dari Sisi Client Dari hasil pengujian diatas, terlihat bahwa tampilan untuk video streaming baik dari komputer client CE_A maupun komputer client CE_C diterima dengan baik oleh komputer server CE_B. Hasil Perbandingan Beban Paket Setelah Melakukan Load Balancing Berikut ini adalah tabel perbandingan beban paket yang ditangani oleh router P1 dan router P2 setelah melakukan load balancing:
111
Tabel 4.2 – Tabel Perbandingan Beban Paket Setelah Load Balancing Router/Beban
Jumlah Paket
Persentase
Router P1
389.835
49,2 %
Router P2
402.563
50,8 %
Jumlah
792.398
100 %
Dari tabel diatas, diperoleh hasil bahwa beban paket yang ditangani oleh router P1 adalah 49,2 % dan oleh router P2 adalah 50,8 %. Dengan hasil tersebut diperoleh simpulan bahwa pembagian beban trafik setelah load balancing telah seimbang. 4.4.5 Pengujian Dengan Menggunakan Jperf Pengujian dengan menggunaka jperf dilakukan untuk mengetahui apakah sistem baru yang diterapkan yaitu Per-Packet Load Balancing dapat meningkatkan kinerja jaringan yang sedang berjalan atau tidak. Parameter yang akan diamati adalah bandwidth, jitter, dan lost/total datagrams sebelum paket di-load balancing dan sesudah paket di-load balancing dalam cloud MPLS. Pengujian ini akan dilakukan dengan menjalankan trafik menuju port 1234 (VIDEO streaming), port 21 (FTP), dan port 5001 (class-default) baik sebelum maupun sesudah paket diload balancing. Masing – masing trafik akan dijalankan selama 60 detik.
112
Pengujian Dengan Menggunakan Jperf Pada Kelas VIDEO Sebelum Load Balancing Pada kelas VIDEO policing yang diberikan adalah sebesar 2.048 Kilobits persecond (Kbps), pengiriman dilakukan dengan throughput 10 Mbps dengan menggunakan command “speed 10” pada Cisco IOS. Pengiriman dapat dilihat sebagai berikut :
Gambar 4.27 - Jperf pada sisi server dengan port 1234 Sebelum Paket Load Balancing Pada Gambar 4.27 terlihat percobaan ini menghasilkan throughput sebesar 244 KBytes/sec, jitter sebesar 1,169 ms dan packet loss 0/10204(0%).
113
Pengujian Dengan Menggunakan Jperf Pada Kelas VIDEO Setelah Load Balancing Pada kelas VIDEO policing yang diberikan adalah sebesar 2.048 Kilobits persecond (Kbps), pengiriman dilakukan dengan throughput 10 Mbps dengan menggunakan command “speed 10” pada Cisco IOS. Pengiriman dapat dilihat sebagai berikut :
Gambar 4.28 - Jperf pada sisi server dengan port 1234 Setelah Paket Load Balancing Pada Gambar 4.28 terlihat percobaan ini menghasilkan throughput sebesar 244 KBytes/sec, jitter sebesar 0,009, ms dan packet loss 0/10206(0%).
114
Pengujian Dengan Menggunakan Jperf Pada Kelas DATA Sebelum Load Balancing Pada kelas DATA policing yang diberikan adalah sebesar 1.024 Kilobits persecond (Kbps), pengiriman dilakukan dengan throughput 10 Mbps dengan menggunakan command “speed 10” pada Cisco IOS. Pengiriman dapat dilihat sebagai berikut :
Gambar 4.29 - Jperf pada sisi server dengan port 21 Sebelum Paket Load Balancing Pada Gambar 4.29 terlihat percobaan ini menghasilkan bandwidth sebesar 120 KBytes/sec.
115
Pengujian Dengan Menggunakan Jperf Pada Kelas DATA Setelah Load Balancing Pada kelas DATA policing yang diberikan adalah sebesar 1.024 Kilobits persecond (Kbps), pengiriman dilakukan dengan throughput 10 Mbps dengan menggunakan command “speed 10” pada Cisco IOS. Pengiriman dapat dilihat sebagai berikut :
Gambar 4.30 - Jperf pada sisi server dengan port 21 Setelah Paket Load Balancing Pada Gambar 4.30 terlihat percobaan ini menghasilkan bandwidth sebesar 119 KBytes/sec.
116
Pengujian Dengan Menggunakan Jperf Pada Kelas default Sebelum Load Balancing Pada kelas default policing yang diberikan adalah sebesar 1.024 Kilobits persecond (Kbps), pengiriman dilakukan dengan throughput 10 Mbps dengan menggunakan command “speed 10” pada Cisco IOS. Pengiriman dapat dilihat sebagai berikut :
Gambar 4.31 - Jperf pada sisi server dengan port 5001 Sebelum Paket Load Balancing
117
Pada Gambar 4.31 terlihat percobaan ini menghasilkan bandwidth sebesar 90 KBytes/sec. Pengujian Dengan Menggunakan Jperf Pada Kelas default Sesudah Load Balancing Pada kelas default policing yang diberikan adalah sebesar 1.024 Kilobits persecond (Kbps), pengiriman dilakukan dengan throughput 10 Mbps dengan menggunakan command “speed 10” pada Cisco IOS. Pengiriman dapat dilihat sebagai berikut :
Gambar 4.32 - Jperf pada sisi server dengan port 5001 Setelah Paket Load Balancing
118
Pada Gambar 4.32 terlihat percobaan ini menghasilkan bandwidth sebesar 89,5 KBytes/sec. Perbandingan Hasil Evaluasi Aliran Paket Sebelum dan Setelah Load Balancing Berikut ini adalah tabel hasil dari pengujian jperf yang telah dilakukan sebelum dan setelah menerapkan metode Per-Packet Load Balancing. Tabel 4.3 – Tabel Perbandingan Sebelum dan Sesudah Load Balancing Sebelum Load Balancing VIDEO
Bandwidth
224 KBytes/sec
Setelah Load Balancing 224 KBytes/sec
Jitter
1,169 ms
0,009 ms
Lost/Total Datagrams
0/10204 (0%)
0/10206 (0%)
DATA
Bandwidth
120 Kbytes/sec
119 Kbytes/sec
default
Bandwidth
90 Kbytes/sec
89,5 KBytes/sec
Dari hasil tabel 4.1 dapat diperoleh informasi untuk kelas VIDEO dengan protokol UDP port 1234 sebelum diterapkan metode Per-Packet Load Balancing menghasilkan jitter 1,169 ms, setelah diterapkan metode Per-Packet Load Balancing jitter yang dihasilkan menurun menjadi 0.009 ms. Untuk kelas VIDEO packet loss dan bandwidth tidak mengalami perubahan. Bandwidth pada kelas DATA dengan protokol FTP port 21 dan kelas default dengan protokol TCP port 5001 sebelum diterapkan metode Per-Packet Load Balancing dan setelah diterapkan metode Per-Packet Load Balancing tidak mengalami perubahan yang signifikan. Pada tabel diatas dapat diperoleh kesimpulan bahwa dengan penambahan metode Per-Packet Load Balancing perubahan yang signifikan hanya
119
terjadi pada penurunan jitter pada kelas VIDEO, sedangkan pada kelas DATA dan default tidak ada perubahan yang signifikan. Dari hasil pengujian traceroute dapat diperoleh kesimpulan bahwa load balancing telah berfungsi dengan baik, dimana paket yang dialirkan melewati tunnel atas dan tunnel bawah.