BAB 3 TINGKAT RESIKO KEBAKARAN DI KAWASAN PERMUKIMAN PADAT KECAMATAN BOJONGLOA KALER
3.1
Gambaran Umum Kecamatan Bojongloa Kaler Kota Bandung merupakan salah satu kawasan perkotaan yang memiliki
kepadatan penduduk yang tinggi yaitu sebesar 13.729 jiwa per km2 dengan luas kawasan 167,29 km2 (BPS Kota Bandung Tahun 2006). Dengan luas wilayah dan kepadatan penduduk tersebut, Kota Bandung terbagi dala0m 26 kecamatan yang masing-masing luas area, jumlah penduduk, dan kepadatan penduduknya dapat dilihat pada tabel III.1.
TABEL III.1 KEPADATAN PENDUDUK KOTA BANDUNG No. 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20
Kecamatan Bandung Kulon Babakan Ciparay Bojongloa Kaler Bojongloa Kidul Astanaanyar Regol Lengkong Bandung Kidul Margacinta Rancasari Cibiru Ujungberung Arcamanik Cicadas Kiaracondong Batununggal Sumur Bandung Andir Cicendo Bandung Wetan
Luas Area (Km2)
Jumlah Penduduk (Jiwa)
Kepadatan Penduduk (jiwa/km2)
6,46 7,45 3,03 6,26 2,89 4,30 5,90 6,06 10,87 13,17 10,81 10,34 8,80 8,66 6,12 5,03 3,40 3,71 6,86 3,39
125.369 137.392 118.898 79.478 70.648 83.712 72.059 50.109 112.325 72.309 89.201 84.931 68.860 108.245 128.121 122.345 39.383 103.975 99.452 31.714
19.406,97 18.441,88 39.240,26 12.696,17 24.445,67 19.467,91 12.213,39 8.268,812 10.333,49 5.490,433 8.251,711 8.213,83 7.825 12.499,42 20.934,8 24.323,06 11.583,24 28.025,61 14.497,38 9.355,162
No.
Kecamatan
21 22 23 24 25 26
Cibeunying Kidul Cibeunying Kaler Coblong Sukajadi Sukasari Cidadap
Luas Area (Km2)
Jumlah Penduduk (Jiwa)
Kepadatan Penduduk (jiwa/km2)
5,25 4,50 7,35 4,30 6,27 6,11
110.012 68.145 124.121 100.244 76.671 52.209
20.954,67 15.143,33 16.887,21 23.312,56 12.228,23 8.544,845
Sumber : BPS Kota Bandung, 2007
Diantara 26 kecamatan yang tertulis pada Tabel III.1, Kecamatan Bojongloa Kaler merupakan kecamatan yang memiliki kepadatan penduduk tertinggi yaitu sebesar 39.240,26 jiwa per km2. Dengan luas wilayah 3,03 km2 (BPS Kota Bandung Tahun 2006), wilayah Kecamatan Bojongloa Kaler (Gambar 3.1) terbagi dalam lima kelurahan yaitu Kelurahan Jamika, Kelurahan Babakan Tarogong, Kecamatan Babakan Asih, Kecamatan Kopo, dan Kecamatan Suka Asih. Batas wilayah Kecamatan Bojongloa Kaler secara administratif adalah sebai berikut : Sebelah Utara
: Kecamatan Andir
Sebelah Selatan
: Kecamatan Bojongloa Kidul
Sebelah Barat
: Kecamatan Babakan Ciparay
Sebelah Timur
:Kecamatan Astana Anyar dan Kecamatan Bojongloa Kidul
Coburn (1994:38) mengatakan satu konsentrasi orang yang semakin padat akan selalu mempunyai potensi yang lebih besar terkena bencana dibandingkan apabila penduduk itu semakin tersebar. Sebagai kecamatan yang memiliki kepadatan penduduk tertinggi di Kota Bandung, maka Kecamatan Bojongloa Kaler dapat dikatakan memiliki potensi yang besar terkena bencana kebakaran. Besarnya potensi bencana kebakaran di Kecamatan Bojongloa Kaler didukung pula dengan data Podes Kota Bandung 2003 yang menyebutkan luas wilayah terbangun di Kecamatan Bojongloa Kaler mencapai 95,65 % luas wilayah total. Dengan luas wilayah terbangun yang besar maka sulutan api yang muncul akan lebih mudah menjalar, dan potensi bencana kebakaran akan semakin besar.
Tabel III.2 Menunjukkan luas, jumlah penduduk, dan kepadatan penduduk per kelurahan di Kecamatan Bojongloa Kaler tahun 2007 TABEL III.2 LUAS, JUMLAH PENDUDUK,DAN KEPADATAN PENDUDUK KECAMATAN BOJONGLOA KALER TAHUN 2007 No.
Kelurahan / Desa
Luas (Km2)
1 2 3 4 5
Jamika Babakan Tarogong Babakan Asih Kopo Suka Asih
0,54 0,542 0,241 0,82 0,92
RW 11 7 7 12 10
Jumlah Penduduk (jiwa) RT L P 105 12.696 12.439 70 11.354 10.004 59 7.007 6.717 85 8.696 8.505 73 6.818 6.849
Jumlah 25.135 21.358 13.724 17.201 13.667
Kepadatan Penduduk (jiwa/km2) 46.546,30 39.405,90 56.946,06 20.976,82 14.855,43
Sumber : Kecamatan Bojongloa Kaler,2007
Berdasarkan data Kecamatan Bojongloa Kaler tahun 2007, dua kelurahan yang memiliki kepadatan penduduk tertinggi di Kecamatan Bojongloa Kaler adalah Kelurahan Babakan Asih dan Kelurahan Jamika yaitu sebesar 56.946,06 jiwa/km2 dan 46.546,30 jiwa/km2. Dengan jumlah kepadatan penduduk lebih dari 400.000 jiwa/km2, maka Keluarah Babakan Asih dan Jamika termasuk dalam klasifikasi kawasan sangat padat (SNI 03-1733-2004, Tata Cara Perencanaan Lingkungan Perumahan di Perkotaan). Dengan memiliki kedapatan penduduk tertinggi, maka di antara kelurahan-kelurahan yang ada di Kecamatan Bojongloa Kaler, Kelurahan Babakan Asih dan Kelurahan Jamika memiliki potensi terjadinya bencana kebakaran yang paling tinggi pula.
GAMBAR 3.1
Isola
Ledeng
Jl. Jend. Sudirman
KEC. SUKAJADI
KEC. CIBEUNYING KALER
KEC. COBLONG
KEC. CICENDO
Kelurahan Jamika
Ciumbuleuit
KEC. CIDADAP
KEC. SUKASARI
KEC. BANDUNG WETAN KEC. ANDIR
Jl. Cibadak
KEC. SUMUR BANDUNG
KEC. CIBEUNYING KIDUL KEC. UJUNG BERUNG
KEC. BATUNUNGGAL KEC. CICADAS
Jamika
Asih Sukaasih
KEC. BANDUNG KULON
Jl. Pagarsih
KEC. BABAKAN CIPARAI
KEC. ARCMANIK KEC. CIBIRU
KEC. ASTANA ANYAR Babakan
Babakan Tarogong
KEC. LENGKONG
KEC. REGOL
KEC. KIARA CONDONG
PETA BATAS WILAYAH
Kopo
KEC. BOJONGLOA KIDUL
KEC. MARGACINTA
KEC. RANCASARI
KEC. BANDUNG KIDUL
Kecamatan Astana Anyar Kecamatan Babakan Ciparay
Kelurahan BabakanTarogong
LEGENDA : Batas Kecamatan Batas Kelurahan
Kelurahan Babakan Asih
Kelurahan Suka Asih Jl. Lingkar Selatan
Sumber : Kecamatan Bojongloa Kaler Kelurahan Kopo Jl. Kopo
U
Kecamatan Bojongloa Kidul Jl. Sukarno Hatta
Tanpa Skala
KECAMATAN BOJONGLOA KALER
Program Studi Perencanaan Wilayah dan Kota Sekolah Arsitektur Perencanaan dan Pengembangan Kebijakan Institut Teknologi Bandung 2008
3.1.1
Gambaran Wilayah Kelurahan Babakan Asih Kelurahan Babakan Asih memiliki luas wilayah 24,1 Ha yang terdiri dari 7
RW dan 59 RT. Berdasarkan administratif, batas wilayah kelurahan ini adalah sebagai beriku : Sebelah Utara
: Kelurahan Panjunan
Sebelah Selatan
: Kelurahan Suka Asih
Sebelah Barat
: Kelurahan Babakan Tarogong
Sebelah Timur
: Kelurahan Situsaeur
Untuk lebih jelasnya, wilayah Kelurahan Babakan Asih dapat dilihat pada Gambar 3.2.
GAMBAR 3.2 Kelurahan Panjunan
PETA BATAS WILAYAH 01
LEGENDA :
Kelurahan Babakan Tarogong
08
07
Batas Kelurahan Batas RW
Gg. Sukaleu eur
02 Jl. Kop o
05
03
Jl. Bbk Ta
rogong
Kelurahan Situsaeur
Kelurahan Suka Asih
Gg. Suka
rma
01
Sumber : Kelurahan Babakan Asih
U
Jl. Peta
Tanpa Skala
KELURAHAN BABAKAN ASIH
Program Studi Perencanaan Wilayah dan Kota Sekolah Arsitektur Perencanaan dan Pengembangan Kebijakan Institut Teknologi Bandung 2008
3.1.2
Gambaran Wilayah Kelurahan Jamika Kelurahan ini memiliki luas wilayah 54 Ha dengan 11 RW dan 105 RT.
Secara administratif, batas wilayah kelurahan ini adalah : Sebelah Utara
: Kelurahan Ciroyom
Sebelah Selatan
: Kelurahan Babakan Tarogong
Sebelah Barat
: Kelurahan Suka Haji
Sebelah Timur
: Kelurahan Cibadak di sebelah timur.
Peta batas wilayah Kelurahan Babakan Asih dapat dilihat pada Gambar 3.3.
GAMBAR 3.3
PETA BATAS WILAYAH
Kelurahan Ciroyom Jl. Jend. Sudirman
07
Jl. Jamika
Kelurahan Sukahaji
04
02
Jl. Cibadak
03
Kelurahan Cibadak
01
LEGENDA : Batas Kelurahan Batas RW
Jl. Pagarsih
06
09
11 08 05
Kelurahan Babakan Tarogong
Kelurahan Babakan Tarogong
Sumber : Kelurahan Jamika Koja Jl. Terusan Pasir
10
U
Kelurahan Babakan Tarogong
Tanpa Skala
KELURAHAN JAMIKA
Program Studi Perencanaan Wilayah dan Kota Sekolah Arsitektur Perencanaan dan Pengembangan Kebijakan Institut Teknologi Bandung 2008
3.2
Gambaran Kejadian Kebakaran Di Kelurahan Babakan Asih dan Kelurahan Jamika Oleh karena data laporan kejadian kebakaran berdasarkan waktu,
penyebab, dan lokasi kejadian yang dimiliki oleh dinas Pencegahan dan Penanggulangan Kebakaran Kota Bandung tidak lengkap, maka gambaran kejadian kebakaran yang pernah terjadi di Kelurahan Babakan Asih dan Jamika selama tujuh tahun terakhir diperoleh dari wawancara dengan para ketua RT di seluruh Kelurahan Babakan Asih dan Jamika. Gambaran kejadian kebakaran berdasarkan waktu, penyebab, dan lokasi kejadian yang pernah terjadi di Kelurahan Babakan Asih selama 7 tahun dapat dilihat pada tabel III.3.
TABEL III.3 KEJADIAN KEBAKARAN YANG PERNAH TERJADI DI KELURAHAN BABAKAN ASIH No. 1 2 3 4 5 6 7
RW 01
RT 06
03 06 07
07 01 04 06 08
Tahun 2004 2006 2002 2000 2007 2007 2000
Penyebab kompor minyak listrik lilin kompor minyak lilin listrik listrik
Lokasi Kejadian rumah rumah konveksi rumah toko rumah perusahaan karpet
Sumber : Wawancara, 2008
Pada tabel III.3 dapat diketahui bahwa berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan kepada 59 ketua RT yang ada di Kelurahan Babakan Asih, kejadian kebakaran yang pernah terjadi sejak tahun 2000 hingga sekarang adalah sebanyak 7 kali kejadian kebakaran. Diantara 7 kejadian kebakaran tersebut, empat diantaranya terjadi di rumah warga, sedangkan sisanya terjadi di tempat industri dan toko. Untuk melihat persentase banyaknya kejadian kebakaran di Kelurahan Babakan Asih berdasarkan penyebabnya, maka berdasarkan tabel III.3 dibuatlah pie chart gambar 3.4.
GAMBAR 3. 4 PIE CHART JUMLAH KEBAKARAN DI KELURAHAN BABAKAN ASIH BERDASARKAN PENYEBABNYA
Sumber : Hasil Pengolahan Data Tabel III.3,2008
Gambar 3.4 menunjukkan bahwa sebagian besar kejadian kebakaran disebabkan oleh hubungan arus pendek listrik yaitu sebesar 43 %, sedangkan kejadian kebakaran lainnya yaitu sebesar 28 % disebabkan oleh ledakan kompor minyak, dan 29 % dikarenakan lilin. Gambaran kejadian kebakaran berdasarkan waktu, penyebab, dan lokasi kejadian yang pernah terjadi di Kelurahan Jamika selama 7 tahun dapat dilihat pada tabel III.4. TABEL III.4 KEJADIAN KEBAKARAN YANG PERNAH TERJADI DI KELURAHAN JAMIKA No. 1 2 3 4 5 6 7 8
RW 03 04 05 06 08 10
RT 10 05 03 06 01 11 05 02
Sumber : Wawancara, 2008
Tahun 2000 2006 2007 2003 2004 2006 2000 2004
Penyebab listrik kompor minyak listrik listrik korek api kompor minyak kompor minyak listrik
Lokasi Kejadian rumah industri rumah tangga rumah rumah toko rumah rumah rumah
Berbeda dengan jumlah kejadian kebakaran di Kelurahan Babakan Asih, dalam rentang waktu yang sama yaitu dari tahun 2000 hingga tahun 2007, di Kelurahan Jamika telah terjadi 8 kali kejadian kebakaran. Untuk mengetahui lebih jelas mengenai persentase kejadian kebakaran yang pernah terjadi di Kelurahan Jamika berdasarkan penyebabnya, dapat dilihat pada Gambar 3.5
GAMBAR 3.5 PIE CHART JUMLAH KEBAKARAN DI KELURAHAN JAMIKA BERDASARKAN PENYEBABNYA
Sumber : Hasil Pengolahan Data Tabel III.4,2008
Pada Gambar 3.5 terlihat bahwa jumlah kejadian kebakaran yang pernah terjadi di Kelurahan Jamika sejak tahun 2000 hingga 2007 sebesar 50 % disebabkan oleh listrik, 37 % disebabkan oleh ledakan kompor minyak, dan 13 % disebabkan oleh korek api. Selain berdasarkan penyebabnya, kejadian kebakaran di Kelurahan Babakan Asih dan Jamika dapat pula dilihat berdasarkan tahun kejadian, yang dapat dilihat pada Tabel III.5.
TABEL III.5 JUMLAH KEJADIAN KEBAKARAN DI KELURAHAN BABAKAN ASIH DAN JAMIKA BERDASARKAN TAHUN KEJADIAN Tahun 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 Jumlah
Jumlah Kejadian Babakan Asih Jamika 2 2 0 0 1 0 0 1 1 2 0 0 1 2 2 1 7 8
Sumber : Wawancara, 2008
Berdasarkan tahun terjadinya kebakaran, di Kelurahan Babakan Asih kebakaran paling sering terjadi pada tahun 2000 dan 2007 yaitu sebanyak 2 kali, sedangkan di Kelurahan Jamika pada tahun 2000, 2004, 2006 yaitu sebanyak 2 kali. Jika dilakukan perbandingan antara Kelurahan Babakan Asih dan Kelurahan Jamika, jumlah kejadian kebakaran terbanyak terjadi di Kelurahan Jamika, tetapi jika perbandingan dilakukan antara jumlah kebakaran di kedua kelurahan dengan jumlah kebakaran yang pernah terjadi di Kota Bandung dari tahun 2000 hingga tahun 2007 (lihat Bab 1, Tabel 1.1), maka jumlah kejadian kebakaran baik di Kelurahan Babakan Asih maupun di Kelurahan Jamika dapat dikatakan kecil. Kejadian kebakaran di Kelurahan Babakan Asih merupakan 0,5 % dari kejadian kebakaran yang pernah ada di Kota Bandung, sedangkan kejadian kebakaran di Kelurahan Jamika merupakan 0,57 % dari seluruh kejadian kebakaran yang pernah terjadi di Kota Bandung. Melalui pemaparan mengenai gambaran kejadian kebakaran yang pernah terjadi di Kelurahan Babakan Asih dan Jamika, maka dapat diketahui bahwa Kelurahan Babakan Asih memiliki potensi terjadi kebakaran yang diakibatkan oleh konsleting listrik, ledakan kompor minyak, dan lilin. Sedangkan Kelurahan
Jamika memiliki potensi terjadi kebakaran akibat konsleting listrik, ledakan kompor minyak, dan penyalaan korek api. Meskipun telah diketahui jenis-jenis bahaya kebakaran yang pernah terjadi di kedua kelurahan, namun untuk lebih mengetahui seberapa besar resiko bencana kebakaran, jenis potensi sumber bahaya kebakaran, serta kerentanan dan ketahanan yang dimiliki kedua kelurahan dalam menghadapi bahaya kebakaran maka dilakukan pengidentifikasian dan penilaian pada tiap-tiap variabel.
3.3
Identifikasi serta Penilaian Tolok Ukur dan Variabel Potensi Sumber Bahaya Kebakaran Akibat Kelalaian Manusia di Kelurahan Babakan Asih dan Kelurahan Jamika Pada sub bab ini akan dilakukan pengidentifikasian serta penilaian variabel
dan tolok ukur yang mempengaruhi munculnya api akibat kelalaian manusia di kawasan permukiman padat Kelurahan Babakan Asih dan Jamika.
3.3.1
Identifikasi Tolok Ukur dan Variabel Potensi Sumber Bahaya Kebakaran Akibat Kelalaian Manusia di Kelurahan Babakan Asih dan Jamika Identifikasi munculnya bahaya kebakaran dapat dapat dilihat berdasarkan
sistem pemasangan kawat sambungan listrik, keberadaan bahan bakar minyak dan LPG, keberadaan SPBU/pedagang bensin eceran, keberadaan cairan kimia yang mudah terbakar, keberadaan industri rumah tangga yang menggunakan bahan mudah terbakar, keberadaan generator listrik, pemanas air, keberadaan penerangan non-listrik, kebiasaan merokok, serta penyalaan api secara langsung.
3.3.1.1 Sistem Pemasangan Kawat Sambungan Listrik yang Buruk dan Tidak Sesuai SPLN Untuk mengukur kondisi sistem pemasangan kawat sambungan listrik terdapat tiga tolok ukur yang perlu diperhatikan yaitu kondisi instalasi listrik yang buruk, banyaknya sambungan listrik dalam satu tiang yang lebih dari tujuh, dan kondisi kabel listrik yang terbuka. Informasi untuk melakukan penilaian diperoleh
dari wawancara dengan ketua RT serta dari hasil observasi penulis. Oleh karena informasi diperoleh melalui wawancara dan observasi lingkungan luar rumah penduduk, maka kondisi sambungan listrik yang terlihat terbatas pada sambungan listrik yang berada di luar rumah penduduk. Sistem pemasangan kawat sambungan listrik di Kelurahan Babakan Asih dan Kelurahan Jamika telah dilakukan oleh pihak yang berwenang yaitu Perusahaan Listrik Negara dan tidak ada pemasangan secara ilegal. Tidak adanya pemasangan secara ilegal di kedua kelurahan, dikarenakan pihak PLN sering melakukan operasi terhadap masyarakat yang menggunakan listrik secara ilegal, pengecekan kondisi kabel sambungan listrik, serta pengecekan meteran. Berdasarkan hasil wawancara, seluruh narasumber di Kelurahan Babakan Asih dan Jamika mengatakan bahwa kondisi sambungan listrik telah baik. Meskipun terdapat beberapa rumah yang belum memiliki meteran sendiri atau masih ”menyantol”, namun hal tersebut tidak membahayakan dan sepengetahuan pihak PLN. Berbeda dengan kabel sambungan listrik yang ada di Kelurahan Babakan Asih yang seluruhnya telah menggunakan kawat tertutup dan telah sesuai standar PLN, kabel sambungan listrik di beberapa wilayah di Kelurahan Jamika seperti RW 02 dan RW 06 masih dalam kondisi terbuka sehingga lebih mudah mengalami gangguan seperti hubungan arus pendek listrik atau terbakar. Gambar 3.6 akan menunjukkan kondisi kabel listrik di Kelurahan Babakan Asih dan Jamika.
GAMBAR 3.6 KONDISI KABEL LISTRIK YANG TIDAK SESUAI DENGAN STANDAR PLN DI KELURAHAN BABAKAN ASIH DAN JAMIKA
Kabel listrik yang menggantung dengan ketinggian hanya 4 meter dari tanah di Kelurahan Jamika
Sambungan listrik yang lebih dari 7sambungan di Kelurahan Babakan Asih
Sumber : Obervasi, Agustus 2008
Melalui Gambar 3.6 dapat diketahui bahwa selain permasalahan kabel listrik yang masih terbuka, jalur sambungan kabel listrik yang ada di kedua kelurahan tidak teratur dan banyak kabel yang menggantung dengan ketinggian hanya 4 meter dari permukaan tanah. Kabel yang menggantung dengan ketinggian 4 meter dari tanah jika dalam kondisi tidak berisolasi dapat membahayakan karena akan mudah terbakar. Dengan melihat tolok ukur yang ada, maka Kelurahan Jamika memiliki potensi sumber api yang lebih besar dari pada Kelurahan Babakan Asih. Di Kelurahan Babakan Asih bahaya kebakaran muncul akibat adanya tiang listrik yang memiliki sambungan yang lebih dari tujuh, sedangkan di Kelurahan Jamika selain permasalahan tiang listrik yang memiliki sambungan lebih dari tujuh, terdapat pula kabel listrik yang masih terbuka. Dengan demikian, maka Kelurahan Babakan Asih memperoleh nilai potensi sumber bahaya 1, sedangkan Kelurahan Jamika memperoleh nilai 2.
3.3.1.2 Keberadaan Kompor/Tabung Minyak Tanah dan LPG yang Rusak dan Disimpan Di Tempat yang Tidak Benar Keberadaan pedagang maupun pemakai minyak tanah dan LPG sebagai bahan bakar memasak menjadi salah satu potensi sumber api. Untuk mengukur seberapa besar potensi sumber api yang berasal dari keberadaan minyak tanah dan LPG, maka digunakan empat buah tolok ukur yaitu keberadaan pedagang minyak tanah dan LPG, keberadaan pengguna minyak tanah dan LPG, kondisi kompor minyak tanah dan LPG yang rusak/buruk, serta cara penyimpanan minyak tanah dan LPG yang tidak sesuai standar. Berdasarkan hasil wawancara, didapatkan informasi bahwa seluruh RT yang ada di kelurahan Babakan Asih telah mendapatkan bantuan pemerintah berupa kompor dan tabung LPG. Dalam rangka menindaklanjuti program bantuan tersebut, pihak kelurahan telah memberikan pengarahan kepada masyarakat mengenai pemakaian kompor dan tabung LPG. Tetapi, walaupun telah diberi pengarahan mengenai pemakaian kompor LPG oleh pihak kelurahan namun masih banyak warga yang takut untuk menggunakan kompor LPG dan lebih memilih menggunakan minyak tanah sebagai bahan bakar memasak. Kondisi kompor gas yang dimiliki warga sebagian besar dalam kondisi baik, tetapi beberapa ketua RT di Kelurahan Babakan Asih menyatakan bahwa terdapat kompor LPG yang kondisinya sudah rusak. Di Kelurahan Jamika sebagian besar warganya juga masih menggunakan minyak tanah sebagai bahan bakar memasak, namun perbedaanya di Kelurahan Jamika sebagian besar warganya belum mendapat bantuan kompor LPG dari pemerintah, hanya warga RW 06 yang telah diberikan bantuan. Di kelurahan ini, masyarakat yang menggunakan LPG sebagian besar berada di RW 06 dan 04, kompor LPG yang digunakan adalah kompor dengan tabung bervolume 12 kg dengan kondisi yang baik. Di Kelurahan Babakan Asih terdapat tiga agen penjual minyak tanah yang berlokasi di RT 10 RW 01, RT 01 RW 04, dan RT 04 RW 05, 96 warung penjual minyak tanah eceran, serta empat puluh warung penjual LPG berat 3 kg. Sedangkan di Kelurahan Jamika terdapat 166 warung penjual minyak tanah
eceran, tujuh belas warung penjual LPG berat 3 kg, dan tiga agen menjual minyak tanah dan LPG. Para agen dan pedagang eceran menyimpan minyak tanah tersebut didalam drum, sedangkan tabung LPG diletakkan begitu saja di depan toko. Kedua bahan bakar tersebut disimpan di ruang terbuka tanpa perlindungan apapun. Dari penjelasan kondisi keberadaan minyak tanah dan LPG di kedua kelurahan, maka potensi munculnya api di Kelurahan Babakan Asih berasal dari minyak tanah dan LPG, kondisi kompor gas yang tidak baik, serta penyimpanan minyak tanah dan LPG yang tidak sesuai standar. Bahaya kebakaran di Kelurahan Jamika berasal dari keberadaan minyak tanah dan LPG serta penyimpanan minyak tanah dan LPG yang tidak sesuai standar. Dengan demikian, maka nilai bahaya kebakaran akibat keberadaan minyak tanah dan LPG di Kelurahan Babakan Asih adalah 4, sedangkan di Kelurahan Jamika adalah 3. Gambar 3.7 memperlihatkan cara penyimpanan tabung LPG yang tidak sesuai dengan standar yang ada.
GAMBAR 3.7 TABUNG LPG YANG DISIMPAN DI PINGGIR JALAN KELURAHAN JAMIKA
Sumber : Observasi, Agustus 2008
3.3.1.3 Ledakkan SPBU atau Pedagang Bensin Eceran Penilaian terhadap potensi munculnya api dapat diukur melalui keberadaan SPBU/penjual bensin eceran di dalam lingkungan studi dan jarak SPBU terdekat dengan lingkungan yang langsung menempel dengan permukiman. Di Kecamatan Bojongloa Kaler terdapat empat buah SPBU yaitu yang terletak di Jl. Kopo 288 Kelurahan Kopo, Jl. Peta 144 Kelurahan Suka Asih, Jl. Terusan Pasir Koja Kelurahan Babakan Tarogong, dan Jl. Peta Kelurahan Suka Asih. Keempat SPBU tersebut tidak ada yang berlokasi di dalam lingkungan Kelurahan Babakan Asih maupun di Kelurahan Jamika. Meskipun tidak terdapat SPBU di dalam lingkungan Kelurahan Babakan Asih dan Jamika, namun di kedua kelurahan terdapat penjual bensin eceran yaitu di RW 04 Kelurahan Babakan Asih dan RW 07 Kelurahan Jamika masing-masing satu pedagang. Selain SPBU yang berada di Kecamatan Bojongloa Kaler, terdapat pula satu buah SPBU terdekat dengan Kelurahan Jamika yang berlokasi di Jl. Jenderal Sudirman Kelurahan Babakan Ciparay. SPBU tersebut berjarak kurang lebih 200 meter dari bangunan terluar Kelurahan Jamika. Seluruh SPBU yang ada bersebelahan langsung dengan permukiman penduduk dan tidak memiliki zona aman. Dengan tidak adanya zona aman, maka ketika terjadi ledakkan pada SPBU, permukiman penduduk akan terkena rambatan api. Tabel III.6 akan menunjukkan lokasi SPBU yang ada di kedua kelurahan dan kapasitas tangki yang dimiliki masing-masing SPBU TABEL III.6 JARAK SPBU DI KECAMATAN BOJONGLOA KALER TERHADAP KELURAHAN BABAKAN ASIH DAN JAMIKA
No.
SPBU
Jarak Dengan (meter) Kelurahan Kelurahan Jamika Babakan Asih
1
Jl. Kopo no. 288 Kelurahan Kopo
500
>1500
2
Jl. Peta Kelurahan Suka Asih
250
>1500
100
>1500
3
Jl. Terusan Pasir Koja Kelurahan Babakan Tarogong
No. 4
5
SPBU Jl. Peta no. 144 Kelurahan Suka Asih Jl. Jenderal Sudirman Kelurahan Babakan Ciparay
Jarak Dengan (meter) Kelurahan Kelurahan Jamika Babakan Asih 200
>1500
>1500
200
Sumber : Wawancara SPBU, 2008
Berdasarkan Tabel III.6, jika terjadi ledakan di salah satu SPBU yang ada di Kecamatan Bojongloa Kaler, maka Kelurahan Babakan Asih merupakan wilayah yang paling berpotensi terkena ledakan. Hal ini dikarenakan sebagian besar SPBU yang ada di sekitar Kecamatan Bojongloa Kaler lokasinya berdekatan dengan Kelurahan Babakan Asih, bahkan SPBU Jl. Terusan Pasir Koja berjarak hanya 100 meter dari bangunan terluar RW 10 dan RW 08 Kelurahan Babakan Asih. Oleh karena di dalam Kelurahan Babakan Asih dan Jamika tidak terdapat SPBU namun terdapat penjual bensin eceran, namun karena keberadaan SPBU yang tidak terdapat zona aman di dekat lingkungan kedua kelurahan, maka nilai potensi sumber api di Kelurahan Babakan Asih dan di Kelurahan Jamika adalah 1. Untuk lebih memperjelas lokasi persebaran SPBU terdekat dari Kelurahan Babakan Asih dan Jamika, Kecamatan Bojongloa Kaler dapat dilihat dari Gambar 3.8.
Jl. Je nd.
Sudir
Kelurahan Jamika SPBU Jl. Jend. Sudirman Kelurahan Babakan Ciparay
GAMBAR 3.9
man
Jl. Cib ad
ak
Jl. Pagar sih
SPBU Jl. Terusan Pasir Koja Kelurahan Babakan Tarogong
PETA LOKASI SPBU
Kecamatan Astanaanyar
Kecamatan Babakan Ciparay
LEGENDA : Batas Kecamatan
l.
J
Kelurahan Babakan Tarogong
Batas Kelurahan
a
k
g
in
L
Kelurahan Babakan Asih r
SPBU n
ta
la
e
S
Kelurahan Babakan Asih
SPBU Jl. Peta 144 Kelurahan Suka Asih
Sumber : Kecamatan Bojongloa Kaler Jl
.
K
o
p
o
Kelurahan Kopo
U SPBU Jl. Peta Kelurahan Suka Asih
Jl
. S u
ka
rn
o
H
at
ta
SPBU Jl. Kopo 288 Kelurahan Kopo
Tanpa Skala
KECAMATAN BOJONGLOA KALER
Program Studi Perencanaan Wilayah dan Kota Sekolah Arsitektur Perencanaan dan Pengembangan Kebijakan Institut Teknologi Bandung 2008
3.3.1.4 Bahan Kimia Mudah Terbakar Keberadaan pedagang dan pemakai bahan kimia mudah terbakar menjadi tolok ukur untuk menilai besar kecilnya potensi munculnya bahaya kebakaran. Di Kelurahan Babakan Asih terdapat dua toko yang menjual bahan-bahan kimia mudah terbakar dan dua buah industri rumah tangga pengguna bahan kimia mudah terbakar. Bahan kimia yang dijual dan digunakan merupakan bahan untuk jasa penyablonan seperti tinner yang jika terkena sulutan api atau bercampur dengan senyawa kimia lainnya akan mudah terbakar. Berbeda dengan Kelurahan Babakan Asih, di Kelurahan Jamika jumlah pedagang bahan-kimia mudah terbakar lebih banyak, yaitu lima toko yang menjual bahan kimia mudah terbakar dan empat industri rumah tangga pemakai bahan-bahan kimia mudah terbakar. Tabel III.7 menunjukkan jumlah dan lokasi keberadaan pedagang dan pengguna bahan-bahan kimia yang mudah terbakar di kedua kelurahan. TABEL III.7 JUMLAH DAN LOKASI PEDAGANG DAN PENGGUNA BAHAN KIMIA MUDAH TERBAKAR DI KELURAHAN BABAKAN ASIH DAN JAMIKA Kelurahan Babakan Asih Jumlah Jamika
Jumlah
Lokasi Pedagang RT 01 RW 07 RT 02 RW 02 2 RT 07 RW 01 RT 02 RW 03 RT 07 RW 04 RT 06 RW 05 RT 03 RW 06 5
Pemakai RT 04 RW 03 RT 07 RW 03 2 RT 07 RW 04 RT 07 RW 04 RT 16 RW 04 RT 04 RW 11 4
Sumber : Wawancara, 2008
Berdasarkan Tabel III.7 jumlah pedagang dan pengguna bahan-bahan kimia yang mudah terbakar lebih banyak berlokasi di Kelurahan Jamika terutama di RW 04. Dengan demikian potensi terjadinya kebakaran akibat percikan api ke
bahan-bahan kimia mudah terbakar di Kelurahan Jamika lebih besar dari pada di Kelurahan Babakan Asih. Berdasarkan penjelasan tersebut, diketahui bahwa di Kelurahan Babakan Asih dan Jamika terdapat pedagang dan pengguna bahan kimia mudah terbakar, maka dari itu Kelurahan Babakan Asih dan Kelurahan Jamika memperoleh nilai potensi sumber api 1. Melalui Gambar 3.9 dan 3.10, dapat dilihat lokasi persebaran pedagang dan pengguna bahan kimia mudah terbakar di Kelurahan Babakan Asih dan Jamika dengan lebih jelas.
GAMBAR 3.10 Kelurahan Panjunan
PETA LOKASI PERSEBARAN PEDAGANG DAN PENGGUNA BAHAN KIMIA MUDAH TERBAKAR 01
LEGENDA :
Kelurahan Babakan Tarogong
08
Batas Kelurahan
07
Batas RW
Gg. Sukaleu eur
Jl. Kop o
05
rogong Jl. Bbk Ta
03
Kelurahan Suka Asih
Pedagang bahan kimia mudah terbakar
02
Kelurahan Situsaeur
Gg. Sukarm
a
04
Pengguna bahan kimia mudah terbakar Sumber : Kelurahan Babakan Asih
U
Jl. Peta
Tanpa Skala
KELURAHAN BABAKAN ASIH
Program Studi Perencanaan Wilayah dan Kota Sekolah Arsitektur Perencanaan dan Pengembangan Kebijakan Institut Teknologi Bandung 2008
3.3.1.5 Industri Rumah Tangga Dengan Peralatan Produksi Mudah Terbakar Keberadaan industri rumah tangga yang menggunakan peralatan produksi mudah terbakar sebagai bahan utama produksi di kawasan permukiman padat merupakan salah satu sumber potensi munculnya api. Sulutan api dapat terjadi akibat kerusakkan mesin produksi atau ledakan salah satu alat-alat proses produksi misalnya kompor. Pada pembahasan ini, untuk menilai tinggi rendahnya potensi munculnya api tolok ukur yang digunakan adalah keberadaan industri rumah tangga dengan peralatan produksi mudah terbakar. Berdasarkan hasil wawancara dengan ketua RT di Kelurahan Babakan Asih, di Kelurahan Babakan Asih terdapat 3 buah pabrik pakaian berskala besar serta 30 industri rumah tangga yang sebagian besar adalah industri pembuatan kue kering dan industri pembuatan kerupuk. Keberadaan industri rumah tangga tersebut tersebar di seluruh Kelurahan Babakan Asih. Sementara itu berdasarkan data UKM Kelurahan Jamika Tahun 2006, di Kelurahan Jamika terdapat 14 industri rumah tangga yang dalam proses produksinya menggunakan bahan mudah terbakar. Industri tersebut berupa industri pembuatan kue kering, industri kerupuk, dan industri pembuatan mie. Dalam proses produksinya, industri-industri tersebut menggunakan bantuan kompor minyak tanah dan kompor gas serta beberapa mesin produksi yang dapat menyebabkan kebakaran jika terjadi kerusakkan atau kelalaian manusia. Berdasarkan pemaparan mengenai kondisi industri rumah tangga yang menggunakan bahan produksi mudah terbakar di Kelurahan Babakan Asih dan Jamika, maka kedua kelurahan sama-sama memperoleh nilai 1. Gambar 3.11 merupakan salah satu contoh industri rumah tangga yang menggunakan peralatan produksi mudah terbakar di Kelurahan Babakan Asih dan Jamika.
GAMBAR 3.11 INDUSTRI RUMAH TANGGA BERBAHAN PRODUKSI MUDAH TERBAKAR
Industri Tempe di Kelurahan Jamika
Industri Kerupuk di Kelurahan Babakan Asih
Sumber : Observasi, Agustus 2008
3.3.1.6 Peralatan Listrik yang Rusak Pengguaan peralatan listrik dapat menjadi salah satu potensi munculnya api. Peralatan listrik seperti generator listrik, pemanas air, dan lain sebagainya yang berada dalam kondisi tidak layak pakai atau diletakkan di tempat yang memudahkan terjadi hubungan pendek arus listrik dapat menjadi penyebab kebakaran. Semakin banyak pemakai dan sering intensitas pemakaian peralatan listrik rumah tangga, maka potensi munculnya api akan semakin besar pula. Tolok ukur yang digunakan dalam menilai potensi sumber datanganya api pada variabel ini adalah keberadaan peralatan listrik rumah tangga, kondisi peralatan listrik rumah tangga, dan intensitas penggunaan peralatan listrik rumah tangga. Seluruh warga di kedua kelurahan menggunakan peralatan listrik rumah tangga dalam kegiatan sehari-hari. Penggunaan tersebut dengan intensitas yang cukup tinggi. Sebagai contoh peralatan rumah tangga yang dapat memicu munculnya api adalah generator listrik digunakan oleh beberapa orang untuk membantu pada saat terjadi pemadaman arus listrik dan pemanas air. Dari seluruh rumah yang ada di Kelurahan Babakan Asih dan Jamika, tidak ada rumah yang menggunakan generator listrik. Namun demikian, di Kelurahan Babakan Asih terdapat lima toko yang menggunakan generator listrik dengan kondisi yang baik.
Sedangkan di Kelurahan Jamika terdapat sembilan toko, dua bank, serta satu sekolah yang menggunakan generator listrik. Di Kelurahan Babakan Asih jumlah rumah tangga yang menggunakan pemanas air kurang lebih berjumlah tiga belas rumah atau sekitar 0,6 % rumah yang ada, dengan kondisi pemanas air yang digunakan dalam keadaan masih berfungsi dengan baik. Di Kelurahan Jamika pengguna pemanas air berjumlah tiga puluh delapan rumah atau sekitar 0,8 % rumah yang ada. Diantara tiga puluh delapan rumah pemakai pemanas air terdapat satu rumah tangga yang kondisi pemanas airnya sudah tidak aktif lagi atau rusak. Dalam melakukan pengukuran besar kecilnya potensi bahaya kebakaran akibat peralatan listrik, maka digunakan tiga tolok ukur yaitu keberadaan peralatan listrik, kondisi peralatan listrik, dan intensitas penggunaan peralatan listrik. Karena di Kelurahan Babakan Asih dan Kelurahan Jamika seluruh warganya menggunakan peralatan listrik rumah tangga dengan intensitas pemakaian yang cukup tinggi, serta terdapat kondisi ada yang rusak, maka Kelurahan Babakan Asih dan Jamika memperoleh nilai 3. GAMBAR 3.12 PEMANAS AIR DI KELURAHAN BABAKAN ASIH
Sollar Water Heater Sumber : Observasi, Agustus 2008
3.3.1.7 Penerangan Non-Listrik Penggunaan penerangan non-listrik dapat menimbulkan bahya kebakaran. Bahaya kebakaran akibat penerangan non-listrik ini biasanya disebabkan oleh kelalaian manusia. Untuk menilai seberapa besar potensi bahaya kebakaran yang ada di suatu lingkungan maka tolok ukur yang digunakan adalah keberadaan pengguna dan intensitas penggunaan peralatan penerangan non-listrik. Seluruh
masyarakat
Kelurahan
Babakan
Asih
tidak
ada
yang
menggunakan alat penerangan non-listrik sebagai alat penerangan utama. Alat penerangan non-listrik seperti lilin atau lampu tempel hanya digunakan jika terjadi pemadaman arus listrik sementara (jarang terjadi di kelurahan ini). Berbeda dengan Kelurahan Babakan Asih, di Kelurahan Jamika selain pada saat terjadi pemadaman arus listrik sementara, terdapat dua puluh pedagang di RT 01 RW 05 yang dalam kesehariannya menggunakan alat penerangan non-listrik berupa lampu tempel. Dengan demikian maka Kelurahan Jamika memiliki potensi sumber api yang lebih besar dari pada Kelurahan Babakan Asih, karena dengan semakin banyaknya penggunaan alat penerangan non-listrik seperti lilin atau lampu tempel maka potensi terjadinya kebakaran semakin tinggi. Kelurahan Babakan Asih memperoleh nilai 1, sedangkan Kelurahan Jamika memperoleh nilai 2. Hal ini dikarenakan meskipun masyarakat di kedua kelurahan masih suka menggunakan penerangan non listrik, tetapi di Kelurahan Jamika intensitas penggunaannya lebih tinggi.
3.3.1.8 Puntung Rokok yang Dibuang Sembarangan Dalam Keadaan Masih Menyala Salah satu sumber api adalah puntung rokok. Untuk menilai seberapa besar potensi yang dimiliki Kelurahan Babakan Asih dan Jamika terhadap bahaya kebakaran yang berasal dari puntung rokok dapat dilihat berdasarkan kebiasaan masyarakat merokok. Berdasarkan wawancara yang dilakukan didapatkan informasi bahwa, lebih dari setengah masyarakat Kelurahan Babakan Asih dan Kelurahan Jamika merupakan perokok aktif. Dengan jumlah perokok yang tinggi, maka potensi munculnya bahaya kebakaran akibat kelalaian masyarakat yaitu
dengan membuang puntung rokok secara sembarangan di kedua kelurahan ini menjadi tinggi. Berdasarkan hal tersebut maka baik Kelurahan Babakan Asih maupun Kelurahan Jamika memperoleh nilai 1.
3.3.1.9 Penyalaan Api Secara Langsung Penyalaan api secara langsung dapat terjadi dari pembakaran sampah, pembuatan api unggun, atau penyalaan kembang api yang dilakukan masyarakat. Untuk mengukur potensi sumber api akibat penyalaan api secara langsung, maka dilakukan pengukuran berdasarkan dua tolok ukur yaitu ada atau tidaknya masyarakat yang suka membakar sampah/menyalakan api unggun/kembang api dan seberapa besar intensitas penyalaanya. Meskipun bukan merupakan kebiasaan masyarakat, namun terkadang masyarakat Kelurahan Babakan Asih dan Jamika melakukan pembakaran sampah, menyalakan api unggun, ataupun menyalakan kembang api. Intensitas penyalaan api unggun/pembakaran sampah/penyalaan kembang api oleh masyarakat sangat kecil. Pembakaran sampah dilakukan jika petugas pengangkut sampah tidak mengambil sampah dalam beberapa hari sehingga sampah di lingkungan masyarakat menumpuk, sedangkan penyalaan api unggun dan kembang api dilakukan oleh masyarakat pada saat ada kegiatan kebersamaan seperti perayaan hari kemerdekaan atau kegiatan kesiswaan yang dilakukan di beberapa sekolah yang ada di lingkungan Kelurahan Babakan Asih dan Jamika. Oleh karena terdapat masyarakat yang suka melakukan pembakaran sampah/ menyalakan api unggun/menyalakan kembang api dengan intensitas penyalaan api yang kecil, maka masing-masing kelurahan memperoleh nilai 1.
3.3.2 Penilaian Tolok Ukur dan Variabel Potensi Sumber Bahaya Kebakaran Akibat Kelalaian Manusia di Kelurahan Babakan Asih dan Jamika Berdasarkan penjelasan berupa pengidentifikasian tolok ukur dan variabel penentu sumber datangnya api di Kelurahan Babakan Asih dan Jamika, maka
dapat dibuat suatu tabel hasil penilaian sumber datangnya api di kawasan permukiman padat Kelurahan Babakan Asih dan Jamika.
TABEL III.8 PENILAIAN TERHADAP VARIABEL SUMBER BAHAYA KEBAKARAN AKIBAT KELALAIAN MANUSIA DI KELURAHAN BABAKAN ASIH DAN JAMIKA Variabel
Tolok Ukur
Sistem Pemasangan Kawat Sambungan Listrik yang Buruk dan Tidak Sesuai SPLN Keberadaan Kompor/Tabung Minyak Tanah dan LPG yang Rusak dan Disimpan Pada Tempat yang Tidak Benar
Kondisi instalasi listrik yang buruk Banyaknya sambungan listrik dalam satu tiang Kondisi kabel listrik yang terbuka
Ledakkan SPBU/pedagang bensin eceran
Bahan kimia mudah terbakar Industri rumah tangga dengan peralatan produksi mudah terbakar Peralatan Listrik yang Rusak
Penerangan nonlistrik
Puntung Rokok
Keberadaan pedagang minyak tanah dan LPG Keberadaan pengguna minyak tanah dan LPG kondisi kompor minyak tanah dan LPG yang rusak Cara penyimpanan minyak tanah dan LPG yang tidak baik Keberadaan SPBU/pedagang bensin eceran di dalam lingkungan Jarak SPBU terdekat dengan lingkungan Keberadaan pedagang dan pengguna bahan kimia mudah terbakar Keberadaan industri rumah tangga dengan bahan mudah terbakar Keberadaan peralatan listrik rumah tangga Kondisi peralatan listrik rumah tangga Intensitas penggunaan peralatan listrik rumah tangga Keberadaan pengguna penerangan non-listrik Intensitas penggunaan penerangan non-listrik Keberadaan perokok
Penilaian Babakan Asih Jamika 1
1
1
1
0
1
1
1
1
1
1
0
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
0
1
1
1
Variabel yang Dibuang Sembarangan dalam Kondisi Masih Menyala Penyalaan api secara langsung
Tolok Ukur
Penilaian Babakan Asih Jamika
Keberadaan masyarakat yang suka membakar sampah/menyalakan api unggun/menyalakan kembang api
1
1
Intensitas penyalaan api secara langsung
0
0
Jumlah nilai variabel sumber bahaya kebakaran (H)
16
17
Sumber : Hasil analisis, 2008
Pada Tabel III.8 diketahui bahwa jumlah nilai variabel sumber bahaya kebakaran di Kelurahan Babakan Asih dan Kelurahan Jamika adalah sebesar 12. Jumlah nilai sumber bahaya kebakaran maksimal akan terjadi jika seluruh tolok ukur variabel sumber bahaya kebakaran yang ada tidak sesuai dengan standar. Sebaliknya nilai sumber bahaya minimal terjadi jika seluruh tolok ukur telah sesuai standar. Karena pada variabel sumber bahaya kebakaran terdapat 19 tolok ukur maka dengan nilai sumber bahaya kebakaran maksimal adalah sebesar 19, dan nilai sumber bahaya kebakaran minimum adalah sebesar 0.
3.4
Identifikasi serta Penilaian Tolok Ukur dan Variabel Kerentanan Terhadap Bahaya Kebakaran di Kelurahan Babakan Asih dan Kelurahan Jamika Pada sub bab ini akan dilakukan pengidentifikasian serta penilaian variabel
dan tolok ukur kerentanan Kelurahan Babakan Asih dan Jamika dalam menghadapi bahaya kebakaran.
3.4.1 Identifikasi Tolok Ukur dan Variabel Kerentaan Terhadap Bahaya Kebakaran di Kelurahan Babakan Asih dan Jamika Kerentanan Kelurahan Babakan Asih dan Kelurahan Jamika terhadap bahaya
kebakaran
dapat
dilihat
berdasarkan
kondisi
ekonomi,
sosial
kependudukan, budaya masyarakat lokal, dan kondisi fisik bangunan dan lingkungan. Kondisi-kondisi tersebut dijelaskan dalam beberapa variabel yang telah ditentukan masuk dalam kategori kerentanan.
3.4.1.1 Kondisi/Tingkat Ekonomi Masyarakat yang Rendah Kerentanan suatu kawasan terhadap bahaya kebakaran dapat dilihat dari kondisi perekonomian masyarakat di dalamnya. Kerentanan ekonomi dapat menggambarkan besar kerugian yang akan dialami masyarakat. Dalam mengukur kerentanan ekonomi di kedua kelurahan maka tolok ukur yang digunakan adalah mata pencaharian penduduk dan keberadaan rumah tangga miskin. Keberadaan penduduk yang bekerja di lokasi yang berdekatan dengan kawasan permukiman padat atau bahkan didalam lingkungan permukiman padat menjadi suatu kerentanan tersendiri dalam menghadapi bahaya kebakaran. Hal ini dikarenakan jika terjadi kebakaran di salah satu rumah di kawasan perukiman padat tersebut, maka tempat kerja yang berlokasi di kawasan permukiman tersebut juga akan terancam terkena rambatan api. Berdasarkan data monografi Kelurahan Babakan Asih dan Jamika tahun 2007, jumlah penduduk Kelurahan Babakan Asih yang bekerja sebanyak 5.447 jiwa yaitu kurang lebih 39,69 % dari jumlah total penduduk Kelurahan Babakan Asih, sedangkan kelurahan Jamika sebesar 34,13 % dari total penduduk Kelurahan Jamika. Pada Tabel III.9 akan terlihat jumlah penduduk Kelurahan Babakan Asih dan Jamika yang memiliki pekerjaan.
TABEL III.9 JUMLAH PENDUDUK BERDASARKAN MATA PENCAHARIAN DI KELURAHAN BABAKAN ASIH DAN JAMIKA Jenis Pekerjaan Pegawai Negeri Sipil TNI / POLRI Karyawan Swasta Wiraswasta / Pedagang Tani Pertukangan Buruh Tani Pensiunan Nelayan Pemulung Jasa Jumlah
Jumlah Babakan Asih 1719 38 2171 1386 0 0 0 133 0 0 0 5447
Jamika 705 53 1729 4078 0 158 0 1856 0 0 0 8579
Sumber : Data Monografi Kelurahan Babakan Asih dan Jamika, 2007
Berdasarkan data pada Tabel III.9, persentase jumlah penduduk bermatapencaharian kemudian digambarkan pada Gambar 3.13. GAMBAR 3.13 PIE CHART JUMLAH PENDUDUK BERDASARKAN MATA PENCAHARIAN DI KELURAHAN BABAKAN ASIH DAN JAMIKA
Sumber : Hasil Pengolahan Tabel III.9, 2007
Dapat dilihat pada Gambar 3.13, sebesar 40 % penduduk Kelurahan Babakan Asih yang memiliki pekerjaan, bekerja sebagai karyawan swasta yaitu
sebagai pegawai pabrik. Berbeda dengan Kelurahan Babakan Asih, pada Kelurahan Jamika sebesar 47 % dari total penduduk yang bermatapencaharian, bekerja sebagai pedagang. Berdasarkan wawancara yang telah dilakukan kepada beberapa narasumber, masyarakat yang bekerja sebagai pedagang merupakan pedagang kecil yang lokasi kerjanya masih berada di dekat kawasan permukiman Kelurahan Jamika. Jika terjadi kebakaran di kawasan permukiman tersebut maka mata pencaharian masyarakat yang lokasinya berdekatan dengan kawasan permukiman akan terancam. Selain mata pencaharian penduduk, keberadaan rumah tangga miskin juga menjadi tolok ukur penentu kerentanan suatu lingkungan terhadap bahaya kebakaran. Lingkungan yang memiliki jumlah rumah tangga miskin akan lebih rentan terhadap bahaya kebakaran, karena jika terjadi kebakaran dan menghabisi seluruh harta yang ada di rumah penduduk maka rumah tangga miskin cenderung tidak memiliki apapun lagi. Jumlah rumah tangga miskin yang ada di Kelurahan Babakan Asih dan Jamika berdasarkan data kelurahan akan ditunjukkan pada Tabel III.10.
TABEL III.10 JUMLAH RUMAH TANGGA MISKIN DI KELURAHAN BABAKAN ASIH DAN JAMIKA Kelurahan Babakan Asih
RW 01 02 03 04 05 06 07
Jumlah Jamika
01 02 03 04 05 06 07
Jumlah KK 390 330 350 368 282 407 351 2.487 520 519 929 590 598 686 144
Jumlah 193 117 89 109 142 148 96 894 79 93 229 154 245 123 17
Persentase (%) 49,5 35,4 25,4 29,6 50,3 36,4 27,3 35,9 15,2 17,9 24,7 26,1 41 17,9 11,8
Kelurahan
RW 08 09 10 11
Jumlah
Jumlah KK 562 603 399 372 5922
Jumlah 252 121 161 140 1614
Persentase (%) 44,8 20,1 40,4 37,6 27,3
Sumber : Data Kelurahan , 2008
Melalui Tabel III.10 dapat diketahui bahwa meskipun jumlah rumah tangga miskin di Kelurahan Jamika lebih besar daripada di Kelurahan Babakan Asih, namun jika jumlah rumah tangga miskin tersebut dibandingkan dengan jumlah rumah tangga yang ada di masing-masing kelurahan maka Kelurahan Babakan Asih memiliki persentase jumlah penduduk miskin lebih besar dari pada Kelurahan Jamika. Sebesar 35,9 % warga di Kelurahan Babakan Asih merupakan keluarga miskin, sedangkan di Kelurahan Jamika sebesar 27,3%. Pada Kelurahan Babakan Asih, RW yang memiliki persentase rumah tangga miskin terbesar adalah RW 05 yaitu sebesar 50,3 %, sedangkan pada Kelurahan Jamika persentase jumlah penduduk miskin tertinggi berada pada RW 08 yaitu sebanyak 44,8 %. Jumlah rumah tangga yang tergolong miskin menurut data Kelurahan Babakan Asih dan Jamika tahun 2008 berbeda dengan data jumlah rumah tangga miskin berdasarkan hasil wawancara dengan ketua RT yang ada. Jumlah rumah tangga miskin menurut seluruh ketua RT yang ada di Kelurahan Babakan Asih dan Jamika dapat dilihat pada Tabel III.11.
TABEL III.11 JUMLAH RUMAH TANGGA MISKIN DI KELURAHAN BABAKAN ASIH DAN JAMIKA
Sumber : Wawancara, 2008
Berdasarkan Tabel III.11 jumlah rumah tangga miskin di Kelurahan Babakan Asih berjumlah 1.325 kepala keluarga. Jumlah tersebut merupakan 53,47 % dari jumlah total kepala keluarga yang ada. Persentase banyaknya penduduk miskin paling besar berada di RW 04 yaitu sebanyak 76,59 % jumlah penduduk RW 04. Di Kelurahan Jamika, jumlah total keluarga prasejahtera yang ada berjumlah 1.762 kepala keluarga atau kurang lebih 28,45 % dari total kepala keluarga yang ada. RW yang memiliki persentase jumlah masyarakat prasejahtera terbesar adalah RW 05 yaitu sebesar 46,47 %. Meskipun terdapat dua buah sumber data jumlah rumah tangga miskin yang berbeda, namun jika dilakukan perbandingan antara Kelurahan Babakan Asih dan Jamika, maka Kelurahan Babakan Asih lebih memiliki kerentanan ekonomi yang lebih tinggi terhadap bahaya kebakaran. Hal ini dikarenakan jumlah masyarakat yang tergolong keluarga prasejahtera di Kelurahan Babakan Asih lebih banyak dari pada di Kelurahan Jamika.
Walaupun berdasarkan perbandingan langsung antara kedua kelurahan Kelurahan Babakan Asih lebih rentan dari segi ekonomi, tetapi karena di Kelurahan Babakan Asih dan Jamika sama-sama terdapat rumah tangga miskin dan terdapat penduduk yang bekerja di tempat yang berlokasi di dekat kawasan permukiman padat, maka kedua kelurahan memperoleh nilai kerentanan 2.
3.4.1.2 Kepadatan Penduduk yang Dapat Memperbanyak Jumlah Korban Pada Saat Terjadi Kebakaran Salah satu tolok ukur kerentanan ekonomi suatu kawasan permukiman terhadap bahaya kebakaran adalah kepadatan penduduk. Tingginya kepadatan penduduk di suatu lingkungan mengindikasikan tingginya aktivitas di dalamnya, dengan tingginya aktivitas penduduk maka potensi munculnya api akan semakin tinggi pula. Kepadatan penduduk di Kelurahan Babakan Asih adalah sebesar 56.946,06 jiwa/km2, sedangkan di Kelurahan Jamika adalah sebesar 46.546,03 jiwa/km2. Kedua kelurahan tersebut merupakan kelurahan yang memiliki kepadatan penduduk paling tinggi di Kecamatan Bojongloa Kaler. Jumlah kepadatan penduduk diatas 40.000 jiwa/km2 termasuk kedalam kategori kepadatan sangat tinggi, dengan demikian maka kedua kelurahan termasuk dalam kategori kepadatan sangat tinggi. Dengan tingginya kepadatan penduduk di kedua kelurahan maka aktivitas di dalamnya pasti juga sangat tinggi, sehingga potensi munculnya kebakaran akibat kelalaian manusia pun menjadi tinggi. Nilai kerentanan yang diperoleh Kelurahan Babakan Asih dan Jamika adalah 1.
3.4.1.3 Penduduk Usia Balita dan Lansia yang Mempersulit Proses Evakuasi/Pelarian Penduduk lansia dan penduduk usia balita merupakan kelompok penduduk yang paling rentan terhadap bahaya. Semakin besar jumlah penduduk usia balita dan lansia maka tingkat kerentanan yang dimiliki suatu wilayah akan semakin besar. Hal ini dapat dijadikan tolok ukur untuk menilai tingkat kerentanan wilayah
terhadap bahaya kebakaran. Untuk mengetahui jumlah penduduk berdasarkan usia di Kelurahan Babakan Asih dan Jamika dapat dilihat melalui Tabel III.12. TABEL III.12 JUMLAH PENDUDUK KELURAHAN BABAKAN ASIH DAN JAMIKA BERDASARKAN STRUKTUR USIA No. 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14
Usia 0-4 5-9 10-14 15-19 20-24 25-29 30-34 35-39 40-44 45-49 50-54 55-59 60-64 65 + Jumlah
Babakan Asih 1.514 1.494 1.434 1.421 1.066 1.091 1.156 883 909 733 611 510 518 384 13.724
Jamika 2.328 2.351 2.146 2.402 2.418 1.849 1.807 1.761 1.572 1.665 1.283 1.435 987 1131 25.135
Sumber : Data Kelurahan Babakan Asih, 2007
Pada Tabel III.12 dapat terlihat bahwa jumlah penduduk usia balita di Kelurahan Babakan Asih adalah sebanyak 1.514 jiwa, sedangkan jumlah penduduk usia lansia adalah sebanyak 384 jiwa. Pada kelurahan ini jumlah penduduk usia rentan yaitu usia balita ditambah usia lansia adalah sebanyak 13,82 % dari jumlah penduduk Kelurahan Babakan Asih secara keseluruhan. Di Kelurahan Jamika, jumlah penduduk usia rentan terhadap bahaya adalah 3.459 jiwa atau 13,76 % dari penduduk total Kelurahan Jamika, yang terdiri dari 2.328 jiwa penduduk usia balita dan 1.131 jiwa jumlah usia lanjut. Jika dilihat berdasarkan banyaknya jumlah penduduk usia rentan yaitu usia balita dan usia lanjut, Kelurahan Babakan Asih memiki kerentanan yang lebih besar karena jumlah persentase penduduk usia rentan lebih besar dari pada
Kelurahan Jamika yaitu 13,82 %. Nilai kerentanan yang akan diberikan untuk kedua kelurahan adalah 1, karena adanya penduduk balita dan lansia.
3.4.1.4 Penduduk Berpenyakit Permanen dan Cacat yang Mempersulit Proses Evakuasi/Pelarian Keberadaan penduduk yang memiliki keterbatasan fisik atau berpenyakit permanen menjadi suatu tolok ukur kerentanan yang dimiliki suatu kawasan dalam menghadapi bahaya kebakaran. Tabel III.13 akan menunjukkan data jumlah penduduk di Kelurahan Babakan Asih dan Jamika yang memiliki kekurangan fisik dan penduduk yang memiliki penyekit permanen sehingga sulit melakukan evakuasi jika terjadi kebakaran. TABEL III.13 JUMLAH PENDUDUK CACAT DAN BERPENYAKIT PERMANEN DI KELURAHAN BABAKAN ASIH DAN JAMIKA
Sumber : Wawancara, 2008
Pada Tabel III.13 terlihat bahwa di kelurahan Babakan Asih terdapat enam puluh enam jiwa atau 0,48 % dari penduduk total yang memiliki kekurangan fisik
atau cacat dan berpenyakit menetap. Jumlah terbanyak berada di RW 07 khususnya RT 02, 03, dan 05 yang masing-masing memiliki lima orang berkondisi cacat tubuh. Berbeda dengan di Kelurahan Babakan Asih, 0,53 % penduduk Kelurahan Jamika merupakan penduduk yang memiliki keterbatasan fisik atau berpenyakit permanen. Dari 11 RW yang ada, jumlah penduduk cacat atau berpenyakit permanen terbanyak berada di RW 05, namun RT yang memiliki jumlah penduduk cacat terbanyak berada di RT 05 RW 08 yaitu sebanyak delapan orang. Jadi, RT 05 RW 08 merupakan RT yang paling rentan terhadap bahaya kebakaran. Jika dilakukan perbandingan antara Kelurahan Babakan Asih dengan Kelurahan Jamika, maka kelurahan yang memiliki tingkat kerentanan menurut jumlah penduduk cacat dan berpenyakit menetap paling tinggi adalah Kelurahan Jamika, khususnya RT 05 RW 08. Karena di kedua kelurahan terdapat penduduk yang berpenyakit menetap atau cacat fisik, maka baik Kelurahan Babakan Asih maupun Kelurahan Jamika memperoleh nilai kerentanan 1.
3.4.1.5 Bahan Bangunan Tidak Tahan Api Keberadaan bangunan hunian tunggal dengan jenis non-permanen dan semi permanen menjadi suatu tolok ukur kerentanan suatu wilayah terhadap bahaya kebakaran. Bahan bangunan yang tidak tahan api akan mempercepat perambatan api ke bangunan lain yang bersebelahan dengan bangunan yang terbakar. Berikut merupakan tabel jumlah rumah yang ada di Kelurahan Babakan Asih dan Jamika berdasarkan bahan bangunannya. TABEL III.14 JUMLAH RUMAH BERDASARKAN BAHAN BANGUNANNYA DI KELURAHAN BABAKAN ASIH DAN JAMIKA Jenis Rumah Permanen (menggunakan bahan bangunan tahan api seperti batu bata atau batako)
Jumlah Rumah Babakan Asih Jamika 738
2.626
Jenis Rumah Semi Permanen (menggunakan bahan bangunan sebagian batu bata atau batako sebagian triplek/kayu/bilik) Non Permanen (menggunakan bahan bangunan mudah terbakar seperti bilik/triplrk/kayu) Total
Jumlah Rumah Babakan Asih Jamika 950
1.100
422
505
2.110
4.231
Sumber : Data Monografi Kelurahan Babakan Asih dan Jamika, 2007
Berdasarkan Tabel III.14 dapat diketahui bahwa bangunan rumah yang ada di Kelurahan Babakan Asih dan Jamika terbagi kedalam tiga kelompok rumah berdasarkan bahan bangunannya, yaitu permanen (terbuat dari batu bata atau batako), semi permanen (sebagian batu bata atau batako, sebagian triplek, kayu, atau bilik), dan non-permnanen (seluruh bangunan terbuat dari kayu, triplek, atau bilik). Untuk memperjelas persentase jumlah bangunan per jenis rumah yang ada, maka berdasarkan Tabel III.14 dibuatlah pie chart pada Gambar 3.14. GAMBAR 3.14 PIE CHART JUMLAH RUMAH BERDASARKAN JENISNYA DI KELURAHAN BABAKAN ASIH DAN JAMIKA
Sumber : Hasil pengololahan Tabel III.14,2008
Pada Gambar 3.14 terlihat bahwa di Kelurahan Babakan Asih jumlah rumah dengan jenis semi permanen mendominasi bangunan rumah yang ada yaitu
sebesar 45 %. Jumlah bangunan yang masih non-permanen dan semi permanen lebih banyak dari pada jumlah rumah permanen. Berbeda dengan kondisi di Kelurahan Babakan Asih, di Kelurahan Jamika sebesar 62 % rumah yang ada sudah permanen, jumlah non-permanen dan semi permanen masing-masing berjumlah berjumlah 12 % dan 26%. Dengan jumlah rumah non-permanen dan semi permanen yang lebih banyak dari pada Kelurahan Jamika, maka Kelurahan Babakan Asih memiliki kerentanan yang lebih tinggi. Meskipun jumlah rumah non-permanen dan semi permanen di Kelurahan Babakan Asih lebih banyak dari pada Kelurahan Jamika, namun dalam penilaian kedua kelurahan memperoleh nilai 1 karena keberadaan rumah non-permanen dan semi permanen tersebut. Gambar 3.15 memperlihatkan bangunan non permanen dan semi permanen yang mudah terbakar di Kelurahan Babakan Asih dan Jamika yang masih menggunakan bahan triplek atau bilik. GAMBAR 3.15 RUMAH DENGAN BAHAN BANGUNAN YANG MUDAH TERBAKAR DI KELURAHAN BABAKAN ASIH DAN JAMIKA
Rumah Berbahan Bangunan Kayu yang Mudah Terbakar di Kelurahan Babakan Asih
Rumah Berbahan Bangunan Setengah Triplek Setengan Batu Bata yang Mudah Terbakar di Kelurahan Jamika
Sumber : Observasi, Agustus 2008
3.4.1.6 Konstruksi Bangunan yang Tidak Tahan Api Keberadaan bangunan dengan konstruksi yang tidak tahan api dapat mempercepat runtuhnya bangunan yang terbakar. Hal tersebut pula yang akan menjadi tolok ukur penilaian besar kecilnya kerentanan suatu wilayah terhadap
bahaya kebakaran. Sebagian besar jenis konstruksi yang digunakan di kedua kelurahan adalah konstruksi biasa. Dinding rumah terbuat dari batu bata atau batako, bagian lain bangunan seperti tiang penyangga rumah, langit-langit, atap, dan tangga terbuat dari kayu, sedangkan lantai telah menggunakan keramik. Untuk penutup atap bangunan sebagian besar telah menggunakan genteng tanah. Hampir setiap bangunan rumah yang ada telah memiliki dinding sendiri yang menempel dengan dinding tetangga. Jenis konstruksi ini termasuk tidak tahan api meskipun masih lebih kuat dari pada konstrusi kayu. Dengan struktur bangunan yang demikian, maka kedua kelurahan ini memiliki kerentanan yang tinggi terhadap bahaya kebakaran, karena api akan mudah menjalar dengan cepat meskipun tidak secepat jika bangunan menggunakan struktur konstruksi kayu. Berdasarkan hal tersebut, maka Kelurahan Babakan Asih dan Kelurahan Jamika sama-sama memperoleh nilai 1.
3.4.1.7 Kepadatan Bangunan yang Mempermudah Perambatan Api Tingginya kepadatan bangunan dapat menjadi tolok ukur kerentanan suatu lingkungan terhadap bahaya kebakaran. Dengan kepadatan bangunan yang tinggi, maka rambatan api akan semakin cepat sehingga jumlah kerugian atau rumah yang terbakar semakin banyak pula. Tabel III.15 berikut menunjukkan data kepadatan penduduk per kelurahan yang ada di Kecamatan Bojongloa Kaler.
TABEL III.15 KEPADATAN BANGUNAN DI KECAMATAN BOJONGLOA KALER No.
Kelurahan
Kepadatan Bangunan (unit/Ha)
1
Jamika
78,37
2
Babakan Tarogong
39,59
3
Babakan Asih
87,55
4
Kopo
30,76
5
Suka Asih
42,77
Sumber : Data Kecamatan Bojongloa Kaler, 2007
Pada Tabel III.15 terlihat bahwa Kelurahan Babakan Asih dan Jamika merupakan dua kelurahan dengan kepadatan bangunan tertinggi. Setiap satu hektar wilayah Kelurahan Babakan Asih terdapat 87 bangunan, sedangkan setiap satu hektar wilayah Kelurahan Jamika terdapat 78 bangunan. Kepadatan bangunan di Kelurahan Babakan Asih lebih tinggi dari pada Kelurahan Jamika, namun karena jumlah kepadatan bangunan diatas 40 unit per hektar, maka kelurahan Babakan Asih dan Jamika dapat dikategorikan dalam wilayah dengan kepadatan bangunan yang tinggi. Oleh karena itu, nilai kerentanan Kelurahan Babakan Asih dan Jamika adalah 1. Untuk memperjelas visualisasi mengenai kepadatan bangunan di Kelurahan Babakan Asih dan Jamika, dapat dilihat pada Gambar 3.16. GAMBAR 3.16 FOTO UDARA BANGUNAN DI KELURAHAN BABAKAN ASIH DAN JAMIKA
Kelurahan Babakan Asih
Kelurahan Jamika
Sumber : Google Earth, 3 Agustus 2008
3.4.1.8 Akses Jalan yang Mempersulit Proses Evakuasi dan Masuknya Kendaraan Pemadam Kebakaran Keberadaan akses jalan, lebar jalan, jarak antar jalan dan kondisi jalan menjadi tolok ukur yang digunakan dalam menilai kerentanan terhadap bahaya kebakaran dilihat dari ketersediaan akses jalan, baik untuk keluar masuk kendaraan pemadam kebakaran maupun jalur pelarian/evakuasi masyarakat. Untuk melakukan proteksi terhadap meluasnya kebakaran dan mempermudah
proses pemadaman, maka di dalam lingkungan bangunan harus tersedia jalan lingkungan dengan perkerasan agar dapat dilalui oleh kendaraan pemadam kebakaran. Kawasan permukiman di Kelurahan Babakan Asih sebagian besar memiliki jalur lalu lintas berupa gang dengan lebar kurang lebih 1,2 meter dengan perkerasan berupa semen tanpa adanya trotoar ataupun selokan di kedua sisinya. Jalan utama untuk menuju kawasan Kelurahan Babakan Asih adalah melalui Jalan Kopo yang memiliki lebar jalan kurang lebih 8 meter dengan perkerasan aspal. Khusus untuk beberapa rumah yang berlokasi di sepanjang Jalan Kopo yang memiliki lebar kurang lebih 8 meter dan beberapa rumah di sepanjang Jalan Babakan Tarogong yang memiliki lebar jalan kurang lebih 6 meter, akan lebih mudah terjangkau mobil pemadam kebakaran. Selain gang dengan lebar 1,2 meter dan jalan utama dengan lebar 6 dan 8 meter, di wilayah Kelurahan Babakan Asih terdapat pula jalan kecil penghubung antara jalan utama dengan gang lingkungan, yaitu Gang Sukaleueur
yang memiliki lebar kurang lebih 2,5 meter dengan
perkerasan paving block dan Gang Sukarma yang memiliki lebar kurang lebih 2,5 meter dengan perkerasan aspal tanpa adanya trotoar atau selokan di sisi jalannya. Jarak antar gang dengan lebar 2,5 meter di Kelurahan Babakan Asih adalah sekitar 100 meter, sedangkan jarak rumah terjauh wilayah Kelurahan Babakan Asih dengan jalan kecil atau jalan utama adalah sekitar 300 meter. Dengan panjang selang pemadam kebakaran kurang lebih 30 meter, maka tidak akan dapat menjangkau wilayah terjauh Kelurahan Babakan Asih. Di Kawasan permukiman Kelurahan Jamika, sebagian besar lebar gang lingkungan yang ada adalah 1,2 meter hingga meter dengan perkerasan semen dan selokan di tiap sisi jalan. Wilayah Kelurahan Jamika dilalui Jalan Jenderal Sudirman, Jalan Jamika, Jalan Terusan Pasir Koja yang masing-masing memiliki lebar jalan 12 meter dengan perkerasan aspal dan trotoar di setiap sisinya, serta Jalan Pagarsih dengan lebar jalan kurang lebih 8 meter. Sebagian besar RT yang ada di Kelurahan Jamika sulit dicapai dengan menggunakan mobil, namun khusus di RW 04 akses jalan menuju wilayah tersebut lebih mudah, karena selain sebagian besar jalannya memiliki lebar kurang lebih 2 meter, wilayah ini dilalui
Jalan Luna yang lebarnya kurang lebih 3 meter dengan perkerasan aspal dan selokan disetiap sisinya. Jalan ini menghubungkan antara Jalan Jenderal Sudirman dengan Jalan Pagarsih. Jika dilakukan perbandingan antara kelurahan Babakan Asih dengan Kelurahan Jamika, maka tingkat kerentanan Kelurahan Jamika terhadap bahaya kebakaran lebih besar karena jumlah wilayah yang tidak terjangkau oleh mobil pemadam kebakaran lebih banyak dari pada Kelurahan Babakan Asih. Meskipun demikian, nilai kerentanan yang diperoleh kedua kelurahan adalah 2. Hal ini dikarenakan meskipun di kedua kelurahan terdapat banyak akses jalan dengan kondisi yang baik, namun lebar jalan, dan jarak antar jalan tidak sesuai standar yang ada. Untuk mempermudah visualisasi akses jalan yang ada di Kelurahan Babakan Asih dan Jamika dapat dilihat melalui Gambar 3.17 dan 3.18.
3.4.1.9 Ketiadaan
Jarak
Antar
Bangunan
Sehingga
Mempercepat
Perambatan Api Jarak antar bangunan dan keberadaan dinding pembatas tiap rumah menjadi tolok ukur penilaian kerentanan yang dimiliki suatu wilayah terhadap bahaya kebakaran. Semakin tidak terdapat jarak dan dinding pembatas maka nilai yang diberikan adalah 2, sebaliknya jika sudah terdapat jarak dan dinding pembatas maka nilai yang diberikan adalah 0. Berdasarkan Keputusan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 10/KPTS/2000 tentang Ketentuan Teknis Pengamanan Terhadap Bahaya Kebakaran pada Bangunan Gedung dan Lingkungan, jarak antar bangunan yang memiliki ketinggian maksimum 8 meter harus mempunyai jarak minimum 3 meter, namun pada kenyataannya jarak bangunan yang ada di Kelurahan babakan Asih dan Jamika dapat dikatakan rapat. Jarak yang ada hanyalah gang selebar kurang lebih 1,2 meter, namun atap antar rumah yang dibatasi gang tersebut tetap saja menempel. Selain itu, pembatas antara satu rumah dengan rumah lainnya yang tidak dibatasi gang hanyalah dinding bangunan rumah yang dimiliki tiap-tiap rumah. Bahan dinding bangunan sekaligus dinding pembatas yang dimiliki sebagian besar penduduk adalah batu bata atau batako. Meskipun sebagian besar telah memiliki dinding pembatas, namun di kedua kelurahan masih ditemui rumah yang tidak memiliki dinding bangunan dan menempel dengan dinding tetangga. Dengan jarak bangunan yang rapat dan adanya beberapa rumah yang tidak memiliki dinding pembatas dengan bangunan lain, maka Kelurahan Babakan Asih dan Jamika menjadi rentan terhadap bahaya kebakaran. Pada saat terjadi kebakaran di satu bangunan, api akan mudah menjalar ke bangunan lainnya dan akan menyebabkan kerugian yang lebih besar. Kelurahan Babakan Asih dan Jamika memperoleh nilai kerentanan 2. Gambar 3.19 memperlihatkan contoh kondisi lingkungan yang tidak memiliki jarak antar bangunan.
GAMBAR 3.19 LINGKUNGAN YANG TIDAK MEMILIKI JARAK ANTAR BANGUNAN
Bangunan yang Langsung Menempel dengan Bangunan Lain di Sebelahnya di Kelurahan Jamika Sumber : Observasi, Agustus 2008
3.4.2 Penilaian Tolok Ukur dan Variabel Kerentanan Terhadap Bahaya Kebakaran di Kelurahan Babakan Asih dan Jamika Berdasarkan pemaparan mengenai pengidentifikasaian variabel dan tolok ukur penentu kerentanan terhadap bahaya kebakaran di kawasan permukiman padat Kelurahan Babakan Asih dan Jamika, maka dapat dibuat suatu tabel hasil penilaian terhadap variabel kerentanan terhadap bahaya kebakaran.
TABEL III.16 PENILAIAN VARIABEL KERENTANAN TERHADAP BAHAYA KEBAKARAN DI KELURAHAN BABAKAN ASIH DAN JAMIKA
Variabel
Tolok Ukur
Kondisi/Tingkat Ekonomi masyarakat yang Rendah
Keberadaan penduduk bekerja di lokasi yang berdekatan dengan permukiman padat Keberadaan rumah tangga miskin Kepadatan penduduk
Kepadatan Penduduk yang Memperbanyak Korban Pada Saat Terjadi Kebakaran Penduduk Usia Balita dan Lansia yang Mempersulit Proses Evakuasi
Keberadaan penduduk usia balita dan lansia
Penilaian Babakan Asih Jamika 1
1
1
1
1
1
1
1
Variabel
Tolok Ukur
Penduduk yang Memiliki Penyakit Permanen Atau Cacat yang Mempersulit Proses Evakuasi Bahan Bangunan yang Tidak Tahan Api
Keberadaan penduduk berpenyakit permanen atau cacat
Keberadaan bangunan dengan jenis bahan bangunan tidak tahan api
Konstruksi Bangunan Keberadaan bangunan dengan yang Tidak Tahan konstruksi tidak tahan api Api Kepadatan Bangunan Kepadatan bangunan yang Mempercepar Perambatan Api Tidak ada/kurangnya akses jalan Akses Jalan yang Menyulitkan Lebar jalan yang sempit Evakuasi dan Masuknya Kendaraan Kondisi jalan yang buruk Pemadam Kebakaran Jarak antar jalan yang besar Ketiadaan Jarak Tidak ada jarak antar bangunan Antar Bangunan yang Tidak ada dinding pemisah tiap Mempercepat rumah Perambatan Api Jumlah nilai kerentanan terhadap kebakaran (V)
Penilaian Babakan Asih Jamika
1
1
1
1
1
1
1
1
0
0
1 0 1 1
1 0 1 1
1
1
12
12
Sumber : Hasil analisis, 2008
Pada Tabel III.16 diketahui bahwa Kelurahan Babakan Asih dan Jamika memiliki jumlah nilai variabel kerentanan terhadap bahaya kebakaran yang sama yaitu sebesar 12. Pada variabel kerentanan terhadap bahaya kebakaran, jumlah nilai kerentanan tertinggi akan diperoleh jika seluruh tolok ukur yang ada tidak sesuai dengan standar. Sebaliknya, nilai kerentanan terendah akan diperoleh jika seluruh tolok ukur yang ada sesuai dengan standar. Karena pada variabel kerentanan terhadap bahaya kebakaran terdapat 14 tolok ukur,maka nilai tertinggi yang akan dihasilkan adalah 14, sedangkan nilai terendahnya adalah 0.
3.5
Identifikasi serta Penilaian Tolok Ukur dan Variabel Ketahanan Terhadap Bahaya Kebakaran di Kelurahan Babakan Asih dan Kelurahan Jamika Pada sub bab ini akan dilakukan pengidentifikasian serta penilaian
variabel dan tolok ukur ketahanan Kelurahan Babakan Asih dan Jamika dalam menghadapi bahaya kebakaran.
3.5.1 Identifikasi Tolok Ukur dan Variabel Ketahanan Terhadap Bahaya Kebakaran di Kelurahan Babakan Asih dan Jamika Ketahanan Kelurahan Babakan Asih dan Kelurahan Jamika terhadap bahaya kebakaran dapat dilihat berdasarkan kelengkapan prasarana seperti ruang terbuka, kelengkapan sarana dan utilitas, ketersediaan sumber daya manusia terlatih, kelembagaan, serta budaya masyarakat yang ada di masing-masing kelurahan.
3.5.1.1 Kelembagaan yang Kuat dan Lengkap Dalam Masyarakat Keberadaan
lembaga
masyarakat
berupa
satwankar,
komando
penanggulangan bencana, dan perlindungan masyarakat dalam suatu lingkungan, serta kualitas masing-masing anggotanya dapat dijadikan suatu tolok ukur ketahanan suatu wilayah terhadap bahaya kebakaran. Adanya kelembagaan yang baik akan membantu suatu kawasan lebih tangguh menghadapi bahaya, misalnya apabila terjadi kebakaran maka lembaga-lembaga yang ada akan secara langsung membantu baik pada saat terjadi kebakaran maupun memberikan bantuan pada korban kebakaran. Saat ini di Kota Bandung terdapat 1.215 sukarelawan kebakaran (Satwankar) yang berasal dari berbagai kelurahan yang ada di Kota Bandung. Satwankar merupakan gabungan masyarakat yang bersifat sukarela, yang diberi pelatihan mengenai tindakan-tindakan pencegahan dan penanganan jika terjadi kebakaran oleh Dinas Pencegahan dan Penanggulangan Kebakaran. Satwankar mempunyai tugas membantu masyarakat dalam upaya menjaga bangunan, penghuni, harta, dan lingkungannya serta memberikan informasi kejadian
kebakaran kepada Instansi Pemadam Kebakaran. Fungsi Satwankar melakukan pemadaman dini sebelum Instansi Pemadam Kebakaran datang ke tempat terjadinya kebakaran. 1.215 anggota satwankar ini telah diberikan pelatihan pada bulan Maret 2008 bertepatan dengan hari jadi Dinas Pencegahan dan Penanggulangan Kebakaran. Satwankar yang ada di Kecamatan Bojongloa Kaler berjumlah 50 orang sukarelawan, yang mana masing-masing kelurahan terdiri dari 10 orang sukarelawan. Pelatihan 50 orang satwankar ini dilakukan dalam skala kecamatan. Untuk Kelurahan Babakan Asih belum pernah dilakukan pelatihan mengenai kegiatan pencegahan dan penanggulangan kebakaran oleh Dinas Pencegahan dan Penanggulangan Kebakaran dengan skala kelurahan, 10 orang sukarelawan yang berasal dari Kelurahan Babakan Asih dipilih dari anggota Perlindungan Masyarakat (Linmas). Dengan jumlah satwankar yang ada di Kelurahan babakan Asih dan Jamika yaitu sebanyak 10 orang, padahal standar yang ada adalah setiap RW harus disediakan 4 sampai dengan 6 regu satlakar yang tiap regunya minimal 5 orang, maka jumlah tersebut masih dirasa kurang untuk dapat melayani tiap kelurahan. Jumlah anggota Linmas yang ada di Kelurahan Babakan Asih dan Jamika dapat dilihat pada Tabel III.17 TABEL III.17 JUMLAH ANGGOTA PERLINDUNGAN MASYARAKAT KELURAHAN BABAKAN ASIH DAN JAMIKA Kelurahan Babakan Asih
Jamika
RW
Jumlah Penduduk
Jumlah Limas
01 02 03 04 05 06 07 Jumlah 01 02 03 04
2.484 1.767 7.821 1.974 7498 2.262 1.918 13.724 2.171 2.213 3.412 2.160
13 20 6 8 7 6 4 59 6 11 10 12
Kelurahan
RW
Jumlah Penduduk
Jumlah Limas
05 06 07 08 09 10 11 Jumlah
2.669 2.857 1.175 3.101 2.308 1.849 1.220 25.135
7 12 6 12 12 10 8 106
Sumber : Wawancara, 2008
Jumlah anggota perlindungan masyarakat (linmas) di Kelurahan Babakan Asih adalah lima puluh sembilan orang. Di setiap RW jumlah anggota linmas bermacam-macam. Pada wilayah RW 01, 02, dan 05, setiap RT yang ada memiliki paling sedikit satu orang linmas untuk menjaga keamanan dan ketertiban lingkungan RT. Sebaliknya, pada RW 03, 04, 06, dan 07 jumlah anggota linmas yang bertugas dapat dikatakan sedikit, karena tidak setiap RT yang ada memiliki angota linmas. Kelurahan Jamika memiliki 106 anggota linmas yang tersebar hampir di setiap RT yang ada, namun demikian pada RW 01, 03, dan 04 jumlah anggota linmas yang bertugas berjumlah lebih sedikit dari jumlah RT yang ada. Meskipun dalam satu RT tidak selalu terdapat satu orang linmas, tetapi jumlah linmas yang ada di kedua kelurahan telah memenuhi standar, dimana satu orang linmas harus dapat melayani 10.000 jiwa penduduk. Linmas yang ada di kedua kelurahan telah diberi pelatihan oleh pihak kepolisian setempat. Selain linmas dan satwankar di Kota Bandung juga terdapat Komando penanggulangan bencana yaitu Tagana. Tagana adalah Taruna Siaga Bencana, yang beranggotakan kelompok taruna di seluruh Kota Bandung. Pada tahun 2007 telah dilakukan pelatihan dan pelantikan anggota karang taruna gabungan seluruh Kota Bandung untuk menjadi Taruna Siaga Bencana (Tagana) Kota Bandung. Tagana bertugas membantu pihak-pihak berwajib seperti Dinas Pencegahan dan Penanggulangan Kebakaran, kepolisian, dan militer, dalam menangani kejadian bencana
sewaktu-waktu
secara
sukarela.
Tagana
merupakan
kelompok
sukarelawan yang berada di bawah naungan Dinas Sosial, anggota Tagana akan selalu siaga dalam mengahadapi bencana yang terjadi dimanapun di Kota Bandung dan siap membantu pihak berwajib. Hingga saat ini (tahun 2008) anggota Tagana berjumlah 43 orang. Dengan jumlah penduduk Kota Bandung sebanyak 2.296.848 (BPS Kota Bandung, 2006) berarti bila terjadi kebakaran di seluruh Kota Bandung maka setiap satu orang tagana harus dapat melayani 53.415 jiwa penduduk. Jumlah linmas dan kualitas linmas, satwankar, dan tagana yang ada telah sesuai standar, namun karena jumlah satwankar dan tagana yang tidak sesuai dengan standar yang ada, maka kedua kelurahan memperoleh nilai ketahanan 2.
3.5.1.2 Nilai Budaya Masyarakat yang Tinggi Penilaian terhadap kerentanan wilayah terhadap bahaya kebakaran dapat dilihat melalui budaya masyarakat. Budaya masyarakat yang baik dapat menjadi suatu ketahanan terhadap bahaya kebakaran. Tolok ukur yang digunakan dalam menilai ketahanan kawasan permukiman padat terhadap bahaya kebakaran adalah kepedulian antar penduduk, keberadaan kegiatan kebersamaan, dan kondisi gotong royong. Budaya gotong royong di sebagian besar lingkungan di Kelurahan Babakan Asih dan Jamika dapat dikatakan baik. Masyarakat masih sering melakukan kegiatan kebersamaan seperti pengajian, kegiatan jumat atau minggu bersih, senam bersama, dan lain-lain. Selain budaya gotong royong yang masih tinggi, tingkat kepedulian antar penduduk juga masih tinggi, jika salah seorang warga mengalami musibah, masyarakat secara langsung memberikan bantuan. Dengan tingginya tingkat kepedulian dan rasa gotong royong masyarakat, maka pada saat terjadi bencana masyarakat dapat dipastikan akan saling membantu. Hal inilah yang menjadi salah satu nilai ketahanan yang dimiliki masyarakat kedua kelurahan ini. Dengan demikian, maka baik Kelurahan Babakan Asih maupun Kelurahan Jamika memperoleh nilai 3. Hal ini dikarenakan semua tolak ukur yang ada telah sesuai standar, kondisi sosial budaya di kedua kelurahan tersebut dapat dikatakan baik.
3.5.1.3 Sumber Air Bukan Hydrant yang Dapat Digunakan Sebagai Bahan Pemadam Kebakaran Selain hydrant, pasokan air untuk keperluan pemadam kebakaran diperoleh dari sumber alam seperti kolam air, danau, sungai, jeram, sumur dalam dan saluran irigasi, maupun buatan seperti tangki air, tangki gravitasi, kolam renang, air mancur, reservoir, dan mobil tangki air (Keputusan Menteri Pekerjaan Umum
No.
11
Tahun
2000
tentang
Ketentuan
Teknis
Manajemen
Penanggulangan Kebakaran di Perkotaan). Sumber air bersih yang ada di Kelurahan Babakan Asih dan Jamika sulit diperoleh. Meskipun telah terakses air PDAM namun hingga saat ini (tahun 2008) berdasarkan hasil wawancara dengan dengan ketua RT di masing-masing kelurahan, jumlah debit air yang diterima hanya sedikit dan aliran airnya sering tidak ada. Hanya terdapat beberapa rumah tangga yang masih terakses PDAM dengan baik, sedangkan sebagian besar tidak memperoleh aliran air PDAM atau teraliri PDAM hanya setiap 2 hari sekali. Dengan debit PDAM yang tidak besar dan waktu pengaliran air yang tidak setiap hari, maka air PDAM tidak dapat diandalkan untuk menjadi sumber bahan pemadam jika terjadi kebakaran. Sumber air bersih selain PDAM yang dapat diperoleh warga Kelurahan Babakan Asih dan Jamika adalah dengan membeli air sumur artesis (air tanah yang berada sangat jauh di dalam tanah serta berada diantara dua lapisan kedap air), yang merupakan pemberian pemerintah yang berlokasi di beberapa RT atau melalui sumur gali yang dimiliki beberapa rumah, namun volume airnya menurun di musim kemarau. Beberapa warga biasanya menampung air bersih yang mereka dapatkan pada tangki air dengan volume kurang lebih 1000 liter. Sumber air dari sumur artesis dan air yang ditampung pada tangki air terdekat yang dimiliki beberapa rumah dapat dimanfaatkan masyarakat jika terjadi kebakaran di lingkungan Kelurahan Jamika dan Babakan Asih. Di Kelurahan Babakan Asih terdapat 5 RT yang areanya dilewati Anak Sungai Citepus, sedangkan di Kelurahan Jamika terdapat 1 RT yang dilewati Anak Sungai Citepus. Namun demikian, sumber air anak sungai yang melewati
Kelurahan Jamika dan Babakan Asih tidak dapat digunakan untuk memadamkan api jika terjadi kebakaran karena debit airnya yang kecil. Gambaran sumber air yang dapat dimanfaatkan untuk sumber air pemadam kebakaran selain hydrant dapat dilihat pada Gambar 3.20. GAMBAR 3.20 SUMBER AIR BUKAN HYDRANT DI KELURAHAN BABAKAN ASIH DAN JAMIKA
Sumur Arthesis
Tangki Air
Sumber : Observasi, Agustus 2008
Berdasarkan sumber air yang tersedia di masing-masing Kelurahan, maka Kelurahan Kelurahan Babakan Asih memiliki tingkat ketahanan yang lebih tinggi dari pada Kelurahan Jamika. Hal tersebut dikarenakan meskipun kedua kelurahan sama-sama tidak mendapatkan pasokan air PDAM dengan lancar dan harus membeli untuk memperoleh air bersih, tetapi wilayah Kelurahan Babakan Asih lebih banyak yang terlewati anak Sungai Citepus sehingga jika terjadi kebakaran sumber air dapat diperoleh dari anak sungai tersebut. Meskipun terdapat beberapa sumber air non hydrant namun sumber air yang ada tersebut tidak dapat dimanfaatkan oleh dinas pemadam kebakaran karena tidak menyediakan air dengan kapasitas 15.000 liter setiap saat. Dengan demikian, maka nilai ketahanan yang diperoleh Kelurahan Babakan Asih dan Kelurahan Jamika adalah 0.
3.5.1.4 Keberadaan Hydrant Dengan Kapasitas yang Memadai Hydrant merupakan salah satu peralatan pemadam kebakaran yang sangat penting keberadaannya. Untuk menilai tinggi rendahnya ketahanan
terhadap
kebakaran berdasarkan ketersediaan hydrant, maka digunakan dua buah tolok ukur yaitu keberadaan hydrant dan kondisi hydrant di dalam wilayah studi. Hydrant yang ada di Kota Bandung tidak semuanya memiliki kondisi yang baik atau bisa dimanfaatkan, rincian jumlah dan tekanan air yang ada di setiap wilayah pengembangan di Kota Bandung dapat dilihat pada Tabel III.18. TABEL III.18 LOKASI PERSEBARAN HYDRANT DAN DEBIT AIR HYDRANT DI KOTA BANDUNG No. 1 2 3 4 5 6
Wilayah Bojonegara Cibeunying Karees Tegallega Ujung Berung Gede Bage Jumlah
Jumlah Hydrant Terdata 43 59 35 45 31 48 261
Tekanan Air Besar 0 1 7 0 1 3 12
Sedang 12 17 5 1 2 0 37
Kecil 31 41 23 44 28 45 212
Sumber : Dinas Pencegahan dan Penanggulangan Kebakaran Kota Bandung,2008
Saat ini di Kota Bandung terdapat 261 buah hydrant yang tersebar pada enam wilayah pengembangan Kota Bandung. Untuk memadamkan api dengan baik dibutuhkan air bertekanan besar dan debit yang besar, namun pada kenyataanya (dapat dilihat pada TABEL III.18), di Kota Bandung hanya terdapat 12 buah hydrant dalam kondisi bertekanan besar. Berdasarkan wawancara yang dilakukan dengan Dinas Pencegahan dan Penanggulangan Kebakaran Kota Bandung, petugas pemadam kebakaran jarang menggunakan hydrant karena debit air dan tekananya yang kecil. Sumber air yang sering dipakai untuk mengisi tangki air adalah hydrant yang berlokasi di Jl. Supratman. Dari 261 hydrant yang ada di Kota Bandung, tidak ada hydrant yang berkondisi baik yang berlokasi di Kecamatan Bojongloa Kaler khususnya di
Kelurahan Babakan Asih dan Kelurahan Jamika. Hingga tahun 2008 berdasarkan data PDAM Kota Bandung di antara Kelurahan Babakan Asih dan Kelurahan Jamika, kelurahan yang memiliki hydrant hanyalah Kelurahan Jamika yaitu sebanyak 6 buah, tetapi hydrant tersebut tidak berfungsi karena tekanan dan debitnya kecil. Dengan demikian maka Kelurahan Babakan Asih memperoleh nilai -2 dan Kelurahan Jamika memperoleh nilai 0. Untuk lebih jelas, persebaran hydrant di Kecamatan Bojongloa Kaler dapat dilihat pada Gambar 3.21.
GAMBAR 3.23
Jl. Jend. Sudirman
Kelurahan Jamika
Jl. Cibadak
PETA LOKASI HYDRANT
Jl. Pagarsih
LEGENDA : Kecamatan Astana Anyar
Kecamatan Babakan Ciparay
Kelurahan Babakan Tarogong Kelurahan Babakan Kelurahan Suka Asih
Batas Kecamatan Batas Kelurahan Hydrant
Jl. Lingkar Selatan
Sumber : PDAM Kota Bandung Kelurahan Kopo Jl. Kopo
Kecamatan
U
Jl. Sukarno Hatta
Tanpa Skala
KECAMATAN BOJONGLOA KALER
Program Studi Perencanaan Wilayah dan Kota Sekolah Arsitektur Perencanaan dan Pengembangan Kebijakan Institut Teknologi Bandung 2008
3.5.1.5 Keberadaan Sarana Komunikasi yang Baik Salah satu tolok ukur yang digunakan untuk menilai ketahanan wilayah terhadap kebakaran adalah keberadaan sarana komunikasi yang baik. Di Kelurahan Babakan Asih terdapat 17 telepon umum (Data Monografi Kelurahan Babakan Asih 2007) dalam kondisi baik yang dapat digunakan sebagai alat komunikasi. Selain itu sebanyak 800 rumah tangga yang ada telah menggunakan pesawat telepon rumah dan sebagian besar warga telah memiliki telepon genggam. Alat komunikasi massal yang dapat digunakan warga Kelurahan Babakan Asih untuk memberi kabar jika terjadi sesuatu seperti kebakaran, pencurian, kematian, dan lainnya adalah dengan menggunakan speaker masjid terdekat. Tidak jauh berbeda dengan Kelurahan Babakan Asih, di Kelurahan Jamika juga terdapat 17 telepon umum (Data Monografi Kelurahan Jamika 2007) dengan kondisi baik. Masyarakat Kelurahan babakan Asih telah terakses telepon rumah dan sebagian besar memiliki telepon genggam. Selain itu sama dengan Kelurahan Babakan Asih,
Kelurahan
Jamika
juga
menggunakan
speaker
masjid
untuk
menginformasikan suatu kejadian. Gambar 3.22 merupakan gambar salah satu sarana komunikasi yang tersedia dan dapat digunakan sebagai alat komunikasi massal.
GAMBAR 3.22 SARANA KOMUNIKASI DI KELURAHAN JAMIKA
Telepon Umum Sumber : Observasi, Agustus 2008
Pada kedua kelurahan tidak terdapat alat komunikasi massal khusus untuk penanganan bencana khususnya kebakaran. Meskipun demikian masyarakat telah memiliki alat komunikasi pribadi dan alat komunikasi masal berupa telepon untuk menghubungi pihak berwajib atau Dinas Pemadam Kebakaran untuk meminta bantuan, serta kentongan dan speaker masjid sebagai alat informasi kejadian kebakaran keseluruh warga untuk turut membantu dan waspada. Dengan demikian ketahanan Kelurahan Babakan Asih dan Jamika jika dilihat dari faktor komunikasi dapat dikatakan tinggi. Nilai ketahanan yang diperoleh Kelurahan Babakan Asih dan Jamika adalah 1. Hal ini dikarenakan di kedua kelurahan telah terdapat alat komunikasi yang memiliki kondisi yang baik.
3.5.1.6 Alat Pemadam Portable Pada faktor ketahanan yang dilihat berdasarkan ketersediaan alat pemadam portable, yang digunakan untuk menilai besar kecilnya ketahanan adalah jumlah pemadam kebakaran portabel di dalam lingkungan warga atau di luar lingkungan seperti di pertokoan/perkantoran dan di SPBU. Bahan pemadam portable yang dimiliki Kelurahan Babakan Asih dan Jamika adalah berupa alat pemadam api ringan (APAR) dengan berat 16 kg dan alat pemadam api berat (APAB) dengan berat 100-150 kg. Hampir di setiap pertokoan berskala sedang hingga besar, pabrik, sekolah, dan perkantoran yang ada di Kelurahan Jamika dan Babakan Asih memiliki alat pemadam api ringan. Demikian pula di setiap SPBU yang berlokasi berdekatan dengan Kelurahan BAbakan Asih dan Jamika telah dilengkapi dengan alat pemadam portable. Berbeda dengan alat pemadam api ringan yang dimiliki sebagian besar pertokoan pabrik, sekolah, perkantoran, atau SPBU alat pemadam api berat hanya terdapat di kantor Kelurahan Babakan Asih yaitu sebanyak 1 buah, kantor Kelurahan Jamika yaitu sebanyak 1 buah, dan pos RW 04 Kelurahan Jamika sebanyak 1 buah. Meskipun di kedua kelurahan telah terdapat alat pemadam kebakaran portable, namun jumlah yang ada belum sesuai dengan standar. Oleh karena itu, maka Kelurahan Babakan Asih dan Kelurahan Jamika memperoleh nilai -1.
Gambar 3.23 menunjukkan alat pemadam api berat yang tersedia di Kelurahan Babakan Asih dan Jamika. GAMBAR 3.23 ALAT PEMADAM PORTABLE YANG BERADA DI KELURAHAN BABAKAN ASIH DAN JAMIKA
Alat Pemadam Api Berat Sumber : Observasi, Agustus 2008
3.5.1.7 Sistem Peringatan Dini Pada setiap bangunan yang ada di Kelurahan Babakan Asih dan Jamika tidak disediakan sistem peringatan dini berupa alarm kebakaran, sistem deteksi atau kentongan, demikian pula pada kantor Kecamatan Bojongloa Kaler, kantor Kelurahan Babakan Asih, kantor Kelurahan Jamika, dan bangunan-bangunan tempat ibadah yang ada. Sebagian besar bangunan yang ada di Kelurahan Babakan Asih dan Jamika merupakan bangunan hunian tunggal yang termasuk dalam kelompok fungsi 1a (lihat Bab II). Untuk bangunan hunian tunggal tidak diharuskan memiliki alarm atau sistem deteksi kebakaran tersendiri, namun pada bangunan lain seperti kantor kecamatan, kantor kelurahan, dan tempat ibadah yang merupakan kelompok fungsi 9b, seharusnya disediakan alarm kebakaran yang bersifat manual. Meskipun tidak terdapat alarm kebakaran namun di Kelurahan Babakan Asih dan Jamika terdapat sistem peringatan dini konvensional yaitu dengan menggunakan kentongan. Hampir di setiap pos RW yang ada di
kedua kelurahan, telah disediakan kentongan. Dengan adanya sistem peringatan dini konvensional di Kelurahan Babakan Asih dan Jamika, maka kedua kelurahan sama-sama memperoleh nilai ketahanan 1.
3.5.1.8 Keberadaan Ruang Terbuka yang Terjangkau Kendaraan Pemadam dan Dapat Digunakan Sebagai Tempat Evakuasi Tolok
ukur
ketahanan
terhadap
bahaya
kebakaran
berdasarkan
ketersediaan ruang terbuka adalah luas ruang terbuka dan lokasi ruang terbuka. Ruang terbuka yang ada di lingkungan Kelurahan Babakan Asih dan Jamika adalah tanah kosong dan lapangan. Ruang terbuka tersebut dapat dimanfaatkan untuk lahan parkir atau tempat evakuasi jika terjadi bencana. Sebagian besar lapangan dan tanah kosong yang ada berlokasi di dalam lingkungan, sehingga untuk mencapai ruang terbuka tersebut harus melewati gang-gang sempit dengan perkerasan semen. Di lingkungan Kelurahan Babakan Asih dan Jamika tidak terdapat ruang terbuka hijau (RTH). Luas ruang terbuka yang ada di kedua kelurahan tidak mencapai 30 % luas wilayah yang ada. Persyaratan dan standar fasilitas ruang terbuka hijau (RTH) kawasan siap bangun adalah 15 m2 per jiwa dengan lokasi menyebar. Kelurahan Babakan Asih memiliki enam lapangan dan sembilan belas tanah kosong, sedangkan Kelurahan Jamika memiliki dua puluh tanah kosong. Kecuali tanah kosong yang berlokasi di RT 06 RW 06 Kelurahan Jamika, tanah kosong dan lapangan lainnya yang ada di Kelurahan Babakan Asih dan Jamika tidak ada yang dapat dijadikan tempat parkir kendaraan pemadam kebakaran karena akses menuju lapangan yang sempit dan tidak dapat dilalui mobil. Dengan demikian maka Kelurahan Jamika memperoleh nilai 0 karena meskipun jumlah ruang terbuka yang ada tidak mencapai 30 % luas wilayahnya, namun terdapat satu tanah kosong yang lokasinya terjangkau mobil pemadam kebakaran dan dapat dijadikan tempat parkir. Kelurahan Babakan Asih memperoleh nilai -2 karena lokasi dan luas ruang terbuka yang ada tidak memenuhi standar yang berlaku. Gambar 3.24 berikut memperlihatkan kondisi lapangan dan tanah kosong yang ada di kedua kelurahan.
GAMBAR 3.24 RUANG TERBUKA DI KELURAHAN BABAKAN ASIH DAN JAMIKA
Lapangan RW 03 Kelurahan Babakan Asih
Lapangan RW 10 Kelurahan Jamika
Sumber : Observasi, Agustus 2008
3.5.1.9 Kepolisian Seluruh kelurahan yang ada di Kecamatan Bojongloa Kaler berada dibawah perlindungan Kepolisian Sektor (POLSEK) Bojongloa Kaler. Jika terjadi peristiwa kebakaran di lingkungan kecamatan ini, maka kepolisian inilah yang akan bertugas. Kantor Polisi Sektor Kecamatan Bojongloa Kaler berlokasi di Komplek Perumahan Kopo Kencana yang berjarak kurang lebih 500 meter dari kelurahan Babakan Asih dan berjarak kurang lebih 1 km dari Kelurahan Jamika. Anggota POLSEK Bojongloa Kaler berjumlah 71 orang anggota POLRI dan 1 orang pekerja harian lepas. Setiap hari terdapat 16 orang anggota piket yang bertugas siap siaga dan mengawasi jika terjadi suatu peristiwa seperti kebakaran. Tabel III.19 merupakan penjabaran jumlah anggota Polsek Bojongloa Kaler yang melakukan piket setiap harinya. TABEL III.19 JUMLAH ANGGOTA PIKET KEPOLISIAN SEKTOR BOJONGLOA KALER No. 1 2 3 4 5 6
Bagian Reserse Intelkom Patroli roda 4 Patroli roda 2 Lalu lintas Babinkantibmas
Jumlah 4 1 3 1 1 1
Keterangan
1 mobil 1 motor
No. 7 8
Bagian SPK (Sentra Pelayanan Kepolisian) Perwira / Badan Pengawas Jumlah
Jumlah 4 1 16
Keterangan
Sumber : POLSEK Bojongloa Kaler,2008
Selain anggota yang bertugas piket seperti yang tertulis pada Tabel III.19, di setiap kelurahan di Kecamatan Bojongloa Kaler, khususnya Kelurahan Babakan Asih dan Jamika terdapat 1 (satu) orang anggota kepolisian yang ditempatkan di kantor kelurahan untuk bersiaga yaitu Babinkantibmas (Badan Bintara Keamanan dan Ketertiban Masyarakat). Jika dilakukan perbandingan tingkat ketahanan antara Kelurahan Babakan Asih dan Kelurahan Jamika dilihat dari keberdaan kepolisian, maka Kelurahan Babakan Asih memiliki ketehanan yang lebih besar karena lokasi kantor polisi yang lebih dekat dengan wilayah Kelurahan Babakan Asih yang hanya berjarak kurang lebih 500 meter. Jika terjadi kebakaran di kedua kelurahan, maka pihak kepolisian akan lebih cepat mencapai lokasi kejadian di Kelurahan Babakan Asih. Selain itu alasan lain mengapa tingkat ketahanan Kelurahan Babakan Asih lebih tinggi dibandingkan Kelurahan Jamika jika dilihat dari keberadaan kantor polisi adalah lokasi Kelurahan Babakan Asih yang tepat bersebelahan dengan kantor POLSEK Kecamatan Bojongloa Kidul yaitu 100 meter dari bangunan terluar Kelurahan Babakan Asih. Dengan demikian jika terjadi kebakaran di bagian wilayah Kelurahan Babakan Asih yang bersebelahan dengan POLSEK Kecamatan Bojongloa Kidul, maka pihak POLSEK Kecamatan Bojongloa Kidul dapat memberikan respon bantuan terlebih dahulu sementara menunggu atau menghubungi pihak POLSEK Kecamatan Bojongloa Kaler. Tolok ukur yang digunakan dalam menilai ketahanan wilayah terhadap kebakaran adalah jumlah anggota kepolisian yang ada dan cakupan pelayanan. Karena jumlah anggota kepolisian sektor Bojongloa Kaler sudah cukup dan dapat melayani seluruh wilayah kecamatan tersebut, maka Kelurahan Babakan Asih dan Kelurahan Jamika memperoleh nilai ketahanan 2.
3.5.1.10 Militer Nilai ketahanan terhadap kebakaran yang dilihat berdasarkan keberadaan militer dapat dilihat melalui jumlah anggota militer dan cakupan pelayanannya. Koramil yang berlokasi di Jl. Babakan Tarogong, merupakan pihak militer yang wilayah cakupannya meliputi 2 kecamatan yaitu Kecamatan Bojongloa Kaler dan Kecamatan Astana Anyar. Tugas pokok dari Koramil adalah membantu pihak kepolisian dalam menjaga keamanan lingkungan jika diminta. Anggota militer yang ada saat ini (tahun 2008) berjumlah 17 orang dengan jumlah anggota piket harian 2 orang. Pada setiap kelurahan yang ada di Kecamatan Bojongloa Kaler ditempatkan 1 orang bintara pembina masyarakat (Babinsa) yang merupakan anggota militer, yang bersama-sama dengan Babinkantibmas dari pihak kepolisian bertugas mengawasi keamanan dan ketertiban lingkungan kelurahan. Pihak militer telah melakukan pelatihan kepada 35 orang warga gabungan Kecamatan Bojongloa Kaler dan Kecamatan Astana Anyar, dengan nama Wanra (Perlawanan Rakyat) untuk secara sukarela membantu keamanan lingkungan. Jarak antara Koramil ke Kelurahan Babakan Asih kurang lebih 350 meter sedangkan Jamika adalah sekitar 150 meter. Jumlah dan cakupan pelayanan Koramil dapat dikatakan sudah memenuhi kebutuhan. Berdasarkan pemaparan kondisi di kedua kelurahan, maka kedua kelurahan memperoleh nilai ketahanan 2.
3.5.1.11 Pemadam Kebakaran yang Terampil dan Jumlahnya Memenuhi Standar Ketahanan terhadap bahaya kebakaran dipengaruhi pula oleh keberadaan pemadam kebakaran. Dalam menilai variabel ini, tolok ukur yang digunakan adalah jumlah anggota, kualitas anggota, cakupan pelayanan pemadam kebakaran, jumlah kendaraan, kelengkapan jenis, serta kondisi kendaraan pemadam kebakaran Saat ini hanya terdapat dua buah pos pemadam kebakaran yang melayani kebutuhan Kota Bandung, yaitu satu pos merupakan kantor pusat yang berfungsi pula sebagai pos siap siaga yang berlokasi di Jalan Sukabumi, sedangkan pos
kedua berada di Jalan Arya Graha. Saat ini, dinas tersebut memiliki tanggung jawab untuk melindungi wilayah Bandung seluas 167 kilometer persegi dengan kurang lebih 2 juta penduduk yang tinggal atau bekerja di dalamnya, serta 150 bangunan tinggi. Persebaran lokasi pos pemadam kebakaran dirasakan Dinas Pencegahan dan Penanggulangan Kebakaran Kota Bandung kurang merata sehingga kurang dapat memenuhi kebutuhan Kota Bandung. Meskipun respon dinas pencegahan dan penanggulangan kebakaran seringkali tepat waktu (15 menit), namun terkadang respon petugas melampaui ketentuan karena kondisi lalu lintas yang macet di siang hari dan jarak tempuh ke lokasi kebakaran yang jauh. Jumlah pegawai dinas pemadam kebakaran yang dimiliki Kota Bandung saat ini berjumlah 298 orang (Dinas Pencegahan dan Penanggulangan Kebakaran Kota Bandung, 2008). 120 orang yang terbagi dalam 3 pleton yang masingmasing pleton terdiri dari 40 orang merupakan anggota pelaksana pemadam kebakaran, sedangkan 178 orang merupakan anggota dinas. Dengan jumlah anggota pelaksana sebanyak 120 orang maka 1 orang petugas pemadam kebakaran harus dapat melayani 19.140 orang penduduk Kota Bandung. Setiap anggota pelaksana pemadam kebakaran telah diberi pelatihan sehingga pada saat turun ke lapangan para petugas pelaksana tersebut dapat memadamkan api dengan sesuai respon time. Tabel III.20 menunjukkan jumlah mobil pemadam kebakaran yang dimiki Kota Bandung pada tahun 2008 berdasarkan jenis dan kondisi. TABEL III.20 JUMLAH MOBIL PEMADAM KEBAKARAN KOTA BANDUNG TAHUN 2008 No. 1
Jenis Mobil Mobil Unit Tangga
Jumlah 2
Perlengkapan Tangga 32 meter
2
Mobil Unit Pompa
19
Tangki 4000 liter
3 4 5 6
Kondisi baik 7 mobil unit pompa dalam perbaikan baik baik baik baik
Mobil Unit Tangki 1 Tangki 8000 liter Mobil Snorkle 1 Tangga Mobil Komando 2 Mobil Rescue 1 Unit Rescue Mobil (MUV) 7 1 Unit Blower baik Blower 8 Waterous 2 Pompa Mobile baik Sumber : Dinas Pencegahan dan Penanggulangan Kebakaran Kota Bandung,2008
Melalui Tabel III.20 dapat diketahui bahwa kendaraan operasional Dinas Pencegahan dan Penanggulangan Kebakaran terdiri dari mobil pompa pengangkut air dan foam berikut kelengkapannya, seperti selang, kopling dan nozzle, mobil tangki berikut kelengkapannya, mobil tangga, snorkel, mobil BA, mobil komando, mobil rescue, mobil ambulans, perahu karet, mobil pendobrak (bridge squad), mobil angkut pasukan pemadam kebakaran, dan lain-lain. Saat ini (tahun 2008) jumlah kendaraan yang dimiliki Dinas Pencegahan dan Penanggulangan Kebakaran berjumlah 29 unit mobil, namun dari 29 unit mobil yang ada jumlah mobil yang memiliki kondisi baik dan dapat digunakan adalah sebanyak 22 unit mobil. Jumlah ini masih berada dibawah standar internasional, yang mana idealnya setiap satu mobil melayani 10.000 orang penduduk. Saat ini satu unit mobil harus dapat melayani 78.250 orang penduduk atau tujuh kali lipat dari standar pelayanan yang ada. Selain milik Dinas Pencegahan dan Penanggulangan Kebakaran Kota Bandung, kendaraan pemadam kebakaran berupa mobil pompa bervolume 4000 liter juga dimiliki oleh beberapa instansi non-pemerintahan seperti PT Pindad (Jl. Gatot Subroto), ITB (Jl. Ganesha), dan lainnya, serta instansi pemerintahan yaitu kantor Polwiltabes (Jl. Merdeka) sebanyak 2 unit, kantor Polda jawa Barat (Jl. Soekarno-Hatta) sebanyak 2 unit, dan Gedung Sate sebanyak 1 unit. Lokasi penempatan mobil pemadam kebakaran baik milik Dinas Pencegahan dan Penanggulangan Kebakaran maupun milik instansi lain tidak ada yang berlokasi di Kecamatan Bojongoa Kaler khususnya di Kelurahan Babakan Asih dan Kelurahan Jamika, namun hingga saat ini standar waktu pemadam kebakaran mulai dari persiapan hingga pemadaman yaitu 15 menit masih dirasa cukup. Untuk mengetahui beberapa contoh kendaraan pemadam kebakaran, dapat dilihat pada Gambar 3.25.
GAMBAR 3.25 KENDARAAN PEMADAM KEBAKARAN
Mobil (MUV) Blower
Mobil Unit Tangga
Sumber : Observasi, Agustus 2008
Kualitas anggota dan kelengkapan jenis kendaraan pemadam kebakaran yang telah sesuai standar, namun jumlah anggota, cakupan pelayanan pemadam kebakaran, jumlah kendaraan, serta kondisi kendaraan pemadam kebakaran, belum sesuai standar, maka dari itu nilai ketahanan yang diperoleh adalah -2.
3.5.1.12 Tenaga Medis dan Paramedis yang Jumlahnya Memenuhi Standar Keberadaan tenaga medis dan paramedis di Kelurahan Babakan Asih dan Jamika merupakan suatu kapasitas tersendiri yang dimiliki kedua kelurahan tersebut dalam menghadapi bahaya kebakaran. Tolok ukur yang digunakan untuk menilai ketahanan terhadap bahaya kebakaran adalah jumlah tenaga medis dan paramedis
yang
dimiliki
masing-masing
kelurahan.
Tabel
III.21
akan
memperlihatkan jumlah tenaga medis dan paramedis yang dimiliki Kelurahan Babakan Asih dan Jamika. TABEL III.21 JUMLAH TENAGA KESEHATAN DI KECAMATAN BABAKAN ASIH DAN JAMIKA No. 1 2 3
Tenaga Kesehatan Dokter umum Dokter spesialis Dokter gigi
Jumlah Babakan Asih 10 0 0
Jamika 2 0 1
No. 4 5 6 7
Tenaga Kesehatan Dokter gigi spesialis Perawat (medis) Non-medis Dukun bayi Jumlah
Jumlah Babakan Asih 0 0 0 0 10
Jamika 0 9 0 0 12
Sumber :Data Monografi Kelurahan Babakan Asih dan Jamika, 2008
Pada Tabel III.21 dapat dilihat, jumlah tenaga kesehatan yang dimiliki Kelurahan Babakan Asih lebih sedikit dari pada Kelurahan Jamika. Namun demikian jika dilihat berdasarkan jumlah penduduk yang ada di kedua kelurahan, maka Kelurahan Jamika memiliki jumlah perbandingan tenaga medis dan paramedis dengan jumlah penduduk yang lebih rendah, karena satu orang tenaga kesehatan harus melayani 2.094 jiwa penduduk, sedangkan di Kelurahan Babakan Asih satu orang tenaga kesehatan harus melayani 1.372 jiwa penduduk. Kelurahan Babakan Asih dan Kelurahan Jamika memperoleh nilai ketahanan -1. Hal ini dikarenakan perbandingan antara jumlah tenaga medis dan para medis dengan jumlah penduduk yang ada terlalu besar. Perbandingan tersebut tidak sesuai dengan standar yang berlaku.
3.5.2 Penilaian Tolok Ukur dan Variabel Ketahanan Terhadap Bahaya Kebakaran di Kelurahan Babakan Asih dan Jamika Berdasarkan pengidentifikasian serta penilaian variabel dan tolok ukur ketahanan terhadap bahaya kebakaran di kawasan permukiman padat Kelurahan Babakan Asih dan Jamika, maka untuk mempermudah melihat pebilaian yang telah dilakukan dibuat tabel hasil penilaian variabel kerentanan terhadap bahaya kebakaran.
TABEL III.22 PENILAIAN VARIABEL KETAHANAN TERHADAP BAHAYA KEBAKARAN DI KELURAHAN BABAKAN ASIH DAN JAMIKA Variabel Kelembagaan dalam masyarakat yang kuat dan lengkap
Nilai budaya masyarakat yang tinggi
Sumber air bukan hydrant yang dapat digunakan sebagai bahan pemadam kebakaran Hydrant yang berkapasitas memadai Sarana komunikasi
Tolok Ukur Jumlah Satwankar Kualitas satwankar Jumlah komando penanggulangan bencana Kualitas komando penanggulangan bencana Jumlah Linmas Kualitas linmas Kepedulian antar penduduk Kegiatan kebersamaan antar penduduk Gotong royong Keberadaan sumber air kapasitas sumber air
Keberadaan hydrant Kondisi hydrant Keberadaan sarana komunikasi
Penilaian Babakan Asih Jamika -1 -1 1 1 -1
-1
1
1
1 1 1
1 1 1
1
1
1 1
1 1
-1
-1
-1 -1
1 -1
1
1
-1
-1
1
1
Alat pemadam portable
Keberadaan bahan pemadam bukan air
Sistem peringatan dini
Keberadaan sistem peringatan dini
Ruang terbuka
Luas ruang terbuka
-1
-1
Lokasi ruang terbuka Jumlah anggota kepolisian
-1
1
Kepolisian
1
1
Kualitas anggota kepolisian Jumlah anggota militer Kualitas anggota militer Jumlah anggota pemadam kebakaran
1 1 1
1 1 1
-1
-1
Kualitas anggota pemadam kebakaran
1
1
Cakupan pelayanan pemadam kebakaran
-1
-1
Jumlah kendaraan pemadam kebakaran
-1
-1
Kelengkapan jenis kendaraan pemadam kebakaran
1
1
Militer Pemadam kebakaran yang terlatih dan jumlahnya memenuhi standar
Variabel
Tolok Ukur
Penilaian Babakan Asih Jamika
Kondisi kendaraan pemadam kebakaran Tenaga medis dan jumlah tenaga medis dan paramedis yang paramedis jumlahnya memenuhi standar Jumlah nilai ketahanan terhadap bahaya kebakaran (C)
-1
-1
-1
-1
3
7
Sumber : Hasil analisis, 2008
Berdasarkan Tabel III.22 diketahui bahwa tingkat ketahanan terhadap bahaya kebakaran di Kelurahan Jamika lebih tinggi dari pada Kelurahan Babakan Asih. Jumlah nilai ketahanan terhadap bahaya kebakaran di Kelurahan Babakan asih adalah 3, sedangkan di Kelurahan Jamika adalah sebesar 7. Jumlah nilai maksimum ketahanan akan diperoleh jika 29 tolok ukur yang ada sesuai dengan standar, sebaliknya nilai terrendah akan diperoleh jika 29 tolok ukur tersebut tidak sesuai standar. Jumlah nilai ketahanan tertinggi adalah sebesar 29, sedangkan jumlah nilai ketahanan terrendah adalah sebesar -29.
3.6
Tingkat Resiko Bencana Kebakaran di Kawasan Permukiman Padat Kelurahan Babakan Asih dan Jamika Untuk mengetahui besar kecilnya potensi bencana kebakaran di Kelurahan
Babakan Asih dan Jamika, maka berdasarkan pengidentifikasian serta penilaian variabel dan tolok ukur sumber datangnya api, kerentanan dan ketahanan terhadap api di kawasan permukiman padat Kelurahan Babakan Asih dan Jamika dilakukan perhitungan nilai relatif resiko bencana kebakaran (R) dengan menggunakan model Crunch. Pada Model Crunch (R = H + V - C), tingkat resiko bencana suatu kawasan dapat diketahui berdasarkan jumlah nilai potensi sumber bahaya yang ada (H), nilai kerentanan kawasan yang jika bertemu dengan bahaya dapat menimbulkan bencana (V), serta tingkat ketahanan kawasan dalam menghadapi bahaya (C). Berdasarkan pengidentifikasian dan analisis yang telah dilakukan pada sub bab 3.2, 3.3,dan 3.4 maka tingkat resiko terjadinya bencana kebakaran di Kelurahan Babakan Asih dan Jamika adalah sebagai berikut :
TABEL III.23 HASIL PENILAIAN RELATIF FAKTOR-FAKTOR PENENTU TINGKAT RESIKO BENCANA KEBAKARAN DI KELURAHAN BABAKAN ASIH DAN JAMIKA Penilaian Relatif Variabel Sumber api akibat ulah manusia (Bahaya)
Tolok Ukur
Sistem Pemasangan Kawat Sambungan Listrik yang Buruk dan Tidak Sesuai SPLN
Kondisi instalasi listrik yang buruk
Keberadaan Kompor/Tabung Minyak Tanah dan LPG yang Rusak dan Diletakkan Di Tempat yang Tidak Benar
Keberadaan pedagang minyak tanah dan LPG Keberadaan pengguna minyak tanah dan LPG kondisi kompor minyak tanah dan LPG yang rusak Cara penyimpanan minyak tanah dan LPG yang tidak baik Keberadaan SPBU/pedagang bensin eceran di dalam lingkungan Jarak SPBU terdekat dengan lingkungan Keberadaan pedagang dan pengguna bahan kimia mudah terbakar
Ledakkan SPBU/ bensin eceran
Bahan kimia mudah terbakar Industri rumah tangga dengan peralatan produksi mudah terbakar Peralatan Listrik yang Mudah terbakar
Penerangan nonlistrik
Puntung Rokok yang Dibuang Sembarangan Dalam Kondisi MAsih Menyala Penyalaan api secara langsung
Banyaknya sambungan listrik dalam satu tiang Kondisi kabel listrik yang terbuka
Keberadaan industri rumah tangga dengan bahan mudah terbakar
Keberadaan peralatan listrik rumah tangga Kondisi peralatan listrik rumah tangga yang buruk Intensitas penggunaan peralatan listrik rumah tangga Keberadaan pengguna penerangan non-listrik Intensitas penggunaan penerangan non-listrik Keberadaan perokok
Keberadaan masyarakat yang suka membakar sampah/menyalakan api unggun/menyalakan kembang api Intensitas penyalaan api secara
Babakan Asih
Jamika
1
1
1
1
0
1
1
1
1
1
1
0
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
0
1
1
1
1
1
0
0
Penilaian Relatif Variabel
Tolok Ukur
Babakan Asih
Jamika
16
17
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
0
0
1 0
1 0
1
1
1
1
1
1
12
12
-1
-1
1
1
-1
-1
1
1
langsung Kerentanan
Jumlah nilai Bahaya/Potensi Sumber Api (H) Kondisi/Tingkat Keberadaan penduduk bekerja di Ekonomi lokasi yang berdekatan dengan Masyarakat yang permukiman padat Rendah Keberadaan rumah tangga miskin
Kepadatan penduduk Kepadatan Penduduk yang Dapat Memperbanyak Jumlah Korban Pada Saat Terjadi Kebakaran Penduduk Usia Keberadaan penduduk usia balita dan Balita dan Lansia lansia yang Mempersulit Proses Evakuasi Penduduk yang Keberadaan penduduk berpenyakit memiliki penyakit permanen atau cacat permanen atau cacat yang Mempersulit Proses Evakuasi Bahan Bangunan Keberadaan bangunan dengan jenis yang Tidak Tahan bahan bangunan tidak tahan api Api Konstruksi Keberadaan bangunan dengan bangunan yang konstruksi tidak tahan api Tidak Tahan Api Kepadatan Kepadatan bangunan Bangunan yang Mempercepat Perambatan Api Akses jalan yang Tidak ada/kurangnya akses jalan Mempersulit Lebar jalan yang sempit Evakuasi dan Kondisi jalan yang buruk Masuknya Jarak antar jalan yang besar Kendaraan Pamadam Ketiadaan Jarak Tidak ada jarak antar bangunan Antar Bangunan Tidak ada dinding pemisah tiap rumah yang Mempercepat Perambatan APi Jumlah nilai kerentanan terhadap bahaya kebakaran (V) Ketahanan Kelembagaan Jumlah Satwankar Dalam Masyarakat Kualitas satwankar yang Kuat dan Jumlah komando penanggulangan Lengkap bencana Kualitas komando penanggulangan
Penilaian Relatif Variabel
Tolok Ukur
Babakan Asih
Jamika
Jumlah Linmas
1
1
Kualitas linmas
1
1
Kepedulian antar penduduk
1
1
Kegiatan kebersamaan antar penduduk
1
1
Gotong royong
1
1
Keberadaan sumber air
1
1
-1
-1
-1
1
-1
-1
1
1
-1
-1
1
1
Luas ruang terbuka
-1
-1
Lokasi ruang terbuka
-1
1
Jumlah anggota kepolisian
1
1
Kualitas anggota kepolisian
1
1
Jumlah anggota militer
1
1
bencana
Nilai Budaya Masyarakat yang Tinggi Sumber Air Bukan Hydrant yang Dapat Digunakan Sebagai Bahan Pemadam Kebakaran Kebaradaan Hydrant yang Berkapasitas Memadai Sarana Komunikasi yang Baik Alat Pemadam Portable Sistem Peringatan Dini Ruang Terbuka Kepolisian Militer Pemadam Kebakaran yang Terampil dan Jumlahnya Sesuai Standar
kapasitas sumber air
Keberadaan hydrant Kondisi hydrant Keberadaan sarana komunikasi Keberadaan bahan pemadam bukan air Keberadaan sistem peringatan dini
Kualitas anggota militer
1
1
Jumlah anggota pemadam kebakaran
-1
-1
Kualitas anggota pemadam kebakaran
1
1
-1
-1
-1
-1
1
1
-1
-1
-1
-1
3
7
Cakupan pelayanan pemadam kebakaran Jumlah kendaraan pemadam kebakaran Kelengkapan jenis kendaraan pemadam kebakaran Kondisi kendaraan pemadam kebakaran jumlah tenaga medis dan paramedis
Tenaga medis dan paramedic yang Jumlahnya Sesuai Standar Jumlah nilai ketahanan terhadap bahaya kebakaran (C) Sumber : Hasil Analisis, 2008
Tabel III.24 berikut, akan menunjukkan hasil penilaian tingkat resiko bencana kebakaran berdasarkan jumlah nilai sumber datangnya api, kerentanan, dan ketahanan terhadap bahaya kebakaran di Kelurahan Babakan Asih dan Jamika. TABEL III.24 PENILAIAN RELATIF TINGKAT RESIKO BENCANA KEBAKARAN DI KELURAHAN BABAKAN ASIH DAN JAMIKA
Potensi sumber datangnya api (H)
Jumlah Nilai Babakan Asih Jamika 16 17
Kerentanan terhadap bahaya kebakaran (V)
12
12
Ketahanan terhadap bahaya kebakaran (C)
3
7
Tingkat resiko bencana kebakaran (R) = (H) + (V) – (C)
25
22
Sumber : Hasil analisis, 2008
Nilai tingkat resiko bencana kebakaran tertinggi adalah sebesar 62. Nilai tersebut akan diperoleh jika jumlah nilai bahaya kebakaran dan jumlah nilai kerentanan mencapai nilai tertinggi yaitu 19 dan 14, dan jumlah nilai ketahanan mencapai nilai terrendah yaitu -29. Sebaliknya, jika jumlah nilai bahaya kebakaran dan kerentanan mencapai nilai terrendah yaitu 0, sedangkan jumlah nilai ketahanan tertinggi yaitu 29, maka nilai tingkat resiko bencana kebakaran akan minimum. Nilai tingkat resiko bencana kebakaran minimum adalah sebesar -29. Pada Tabel III.24, diketahui bahwa nilai relatif tingkat resiko bencana kebakaran di Kelurahan Babakan Asih adalah sebesar 25, sedangkan Kelurahan Jamika adalah sebesar 22. Untuk mengetahui arti dari nilai tingkat resiko bencana kebakaran di masing-masing kelurahan, maka perlu dilakukan perhitungan jumlah kelas dan interval yang terbentuk. Jumlah kelas yang ada dapat dihitung menggunakan Rumus Sturges yaitu : k = 1 + 3,322 log n Keterangan : k = jumlah tingkat penerimaan n = jumlah tolok ukur
sedangkan interval dapat diketahui melalui pengurangan nilai tertinggi dengan nilai terendah yang diperoleh dibagi jumlah kelas interval. Karena terdapat 62 tolok ukur, dengan nilai tertinggi 62 dan nilai terendah -29, maka berdasarkan Rumus Sturges, pada studi ini terdapat tujuh kelas dengan interval 13. Ketujuh kelas tersebut adalah : -29 s/d -17
= sangat rendah
-16 s/d -4
= rendah
-3 s/d 9
= cukup rendah
10 s/d 22
= sedang
23 s/d 35
= cukup tinggi
36 s/d 48
= tinggi
49 s/d 62
= sangat tinggi
Kelurahan Babakan Asih memperoleh nilai relatif resiko bencana kebakaran 25 sedangkan Kelurahan Jamika memiliki nilai relatif resiko bencana kebakaran sebesar 22. Hal tersebut mengartikan bahwa Kelurahan Babakan Asih memiliki tingkat resiko cukup tinggi, sedangkan Kelurahan Jamika memiliki tingkat resiko bencana kebakaran sedang.