BAB 3 PRAKTEK MEMBUAT PETA MANUAL
Pembuatan Peta Manual Berdasarkan Data Primer dan Data Sekunder
37
3.1. PENDAHULUAN Prakter Membuat Peta Manual merupakan materi yang menjabarkan mengenai prosedur atau langkah-langkah dalam membuat peta manual. Pembahasan materi di modul pertama (Pengantar Kartografi) telah dipaparkan mengenai contoh-contoh peta tematik dan proses pembuatannya secara garis besar. Pada pembahasan kali ini, mahasiswa akan dilatih untuk membuat sebuah peta tematik secara manual mulai dari proses awal hingga akhir. Proses tersebut mulai dari pengumpulan data baik secara sekunder maupun primer hingga proses menggambar peta. Dasar dari materi ini adalah materi Pengantar Kartografi di modul pertama dan materi pemetaan yang diperoleh mahasiswa dari mata kuliah Studio Pemetaan pada semester pertama
Kompetensi Materi Kompetensi yang hendak dicapai setelah mempelajari Materi Praktek Membuat Peta Manual didasari oleh kompetensi Prodi Pengembangan Wilayah dan Kota, serta kompetensi mata kuliah. Kompetensi Prodi PWK antara lain: 1. Menjunjung tinggi norma, tata nilai, moral, agama dan etika tanggung jawab professional (KU1); 2. Berprofesi di bidang perencanaan wilayah dan kota dalam konteks lokal dan global pada kehidupan sosial, ekonomi dan budaya masyarakat (KU4); 3. Menerapkan metode dan teknologi baru untuk membangun data base, menganalisis, merumuskan konsep/model perencanaan/strategi kebijakan (KU5); 4. Menguasai metode dan manajemen perencanaan (KU6) 5. Mahir dalam mengaplikasikan teknilogi untuk inventarisasi data base yang akurat, intepretasi dan penyusunan konsep perencanaan spasial dan aspasial (KP3); 6. Menerapkan norma, standar, pedoman dan manual/kriteria perencanaan dan perancangan wilayah dan kota (KP4); 7. Mampu bekerja secara mandiri dan kelompok dengan koordinasi ke berbagai multidisiplin (KL1); 8. Mampu
berkomunikasi
dan
bersikap
asporatif
dan
responsif
terhadap
perkembangan IPTEKS (KL3).
38
Selanjutnya, kompetensi mata kuliah yang menjadi landasan dalam materi ini dibagi menjadi tiga kelompok, yaitu kognitif, afektif dan motorik.
1. Kognitif
: mahasiswa mampu menggambar sesuai dengan standar yang telah diberikan; mahasiswa memahami dan memiliki kelengkapan arsip berupa data-data sekunder dan primer (survei lapangan).
2. Afektif
: mahasiswa bertanggung jawab mengumpulkan tugas tepat pada waktunya; mahasiswa bersikap sopan selama proses pembelajaran.
3. Psikomotorik
: Mahasiswa menggambar peta dengan layout rapi dan bersih; teknik pewarnaan yang menarik; teknik menggaris sesuai ketentuan tebal dan tipis; terampil menggunakan alat gambar.
Sasaran Pembelajaran Sasaran pembelajaran dari materi Praktek Membuat Peta Manual dibagi menjadi dua yang akan dicapai dalam tiga pertemuan. Sasran tersebut antara lain: 1. Mahasiswa memahami dan mampu mengumpulkan data sekunder serta menggambar peta manual berdasarkan data tersebut; 2. Mahasiswa memahami dan mampu mengumpulkan data primer serta menggambar peta manual berdasarkan data tersebut.
Strategi/Metode Pembelajaran Terdapat empat strategi pembelajaran untuk mencapai sasaran dalam materi di modul ini, yaitu, ceramah interaktif, diskusi, belajar terstruktur dan praktek lapang. Oleh karena itu, penguasaan materi di modul kedua ini tidak hanya dicapai melalui pertemuan di kelas saja, tetapi juga melalui pengalaman melakukan survei di lapangan.
Indikator Penilaian Materi Menggambar merupakan tugas menggambar peta secara manual berdasarkan data sekunder dan primer. Data sekunder diperoleh dari instansi terkait dan data primer diperoleh dari survei lapangan. Sifat tugas ini adalah belajar terstruktur, yaitu tugas yang dikerjakan secara individu untuk peta dari data sekunder dan berkelompok untuk peta dari 39
data primer. Tugas ini menjadi lanjutan dari tugas survei lapangan. Data yang diperoleh menjadi arsip yang kemudian digunakan sebagai pedoman untuk menggambar. Data yang akan dipindahkan tersebut adalah: fungsi bangunan, ketinggian bangunan (jumlah lantai), lebar jalur kendaraan, lebar jalur pedestrian, lebar depan kapling, elemen pendukung (vegetasi, saluran drainase, parkir dan lain-lain), serta dokumentasi suasana.Penilaian materi ini berpedoman kepada tiga kemampuan/kompetensi yang ingin dicapai oleh materi ini. Lembar penilaian (rubrik) dapat dilihat di dalam tabel 2.1. Kompetensi Kognitif
Afektif
Psikomotorik
Tabel 2.1. Rubrik Tugas Menggambar Peta Tujuan Rubrik Gambar sesuai dengan standar Judul Arah mata angin Skala Legenda Insert Garis astronomi Teknik penulisan Kelengkapan dan kualitas Fungsi bangunan arsip/data Ketinggian bangunan Lebar kapling Lebar jalur kendaraan Lebar jalur pedestrian Elemen pendukung Dokumentasi Tugas dikumpulkan tepat waktu Sesuai dengan kesepakatan Sopan selama proses Berpakaian yang sopan dan rapi pembelajaran Bertutur kata yang baik Bersikap terhadap dosen dan teman Lay out tugas rapi dan bersih Rapi dan bersih Kualitas kertas bagus Teknik pewarnaan yang menarik Kombinasi warna seimbang Arah arsir warna konsisten Teknik menggaris sesuai dengan Garis astronomi dan grid tipis ketentuan tebal dan tipis (seusai Membedakan garis berdasarkan dengan fungsi) batas wilayah Outline tebal Terampil menggunakan alat Pemilihan jenis pinsil sesuai gambar tebal tipis garis TOTAL
Bobot 4 4 4 4 4 3 3 3 2 2 2 2 2 2 15 5 5
25
40
15
15 15
30
5 5 3 5 3 2 2
8 8 30 6
2 8
8
100
100
100
40
3.2.
PEMBAHASAN MATERI
3.2.1. PENGETAHUAN TENTANG DATA 1. Pengertian Data Salah satu komponen penting dalam kartografi yakni ketersediaan data. Data ini penting untuk memberikan gambaran tentang wilayah yang sedang diteliti sehingga mampu diambil sebuah tindakan berdasarkan data tersebut. Data berasal dari kata jamak datum. Dalam bahasa Inggris data berarti sesuatu yang dianggap atau diketahui dan bersifat fakta.
Data dapat didefenisikan sebagai deskripsi
dari suatu dan kejadian yang kita hadapi (Al Bahra Bin Ladjamudin, 2005, Hal:8). Data dapat berupa catatan-catatan dalam kertas, buku, atau tersimpan sebagai file dalam database. Data akan menjadi bahan dalam suatu proses pengolahan data. Sebuah data belum dapat memberikan informasi secara menyeluruh sebelum diolah lebih lanjut. Oleh karena itu, data dikatan baik dan berguna jika memenuhi persyaratan sebagai berikut: a. Data harus objektif, menggambarkan apa adanya, b. Harus mewakili memiliki kasalahan baku (standar error) yang kecil apabila data merupakan suatu perkiraan. Kesalahan baku merupakan simpangan baku suatu perkiraan dan digunakan untuk mengukur tingkat ketelitian. Makin kecil kesalahan baku suatu perkiraan, makin telitilah perkiraan tersebut. c. Data harus tepat waktu d. Data harus mempunyai hubungan dengan persoalan yang harus dipecahkan Selanjutnya, dalam lingkup perencanaan wilayah dan kota, data memiliki beberapa manfaat seperti sebagai alat untuk memahami masalah, menjelaskan masalah, menyusun alternatif penyelesaian masalah yang layak, dan menyusun solusi. a. Pemahaman Masalah Data dapat digunakan sebagai sarana pendukung untuk memahami masalah yang akan diteliti. Sebagai contoh apabila perencana atau peneliti akan melakukan penelitian dalam suatu wilayah atau kota, instansi di wilayah tersebut telah menyediakan data statistika atau data administratif lainnya yang dapat digunakan sebagai pemicu untuk memahami persoalan yang muncul. b. Penjelasan Masalah Data juga bermanfaat untuk memperjelas masalah dan menjadi lebih operasional dalam penelitian karena didasarkan pada kondisi di lapangan beserta komponen41
komponen situasi lingkungan yang mengelilinginya. Hal ini akan menjadi lebih mudah bagi perencana atau peneliti untuk memahami persoalan yang akan diteliti, khususnya mendapatkan pengertian yang lebih baik mengenai pengalamanpengalaman yang mirip dengan persoalan yang akan diteliti. c. Penyusunan Alternati Penyelesaian Masalah yang Layak Sebelum mengambil suatu keputusan, perencana atau peneliti memerlukan beberapa alternatif perencanaan. Data akan bermanfaat dalam memunculkan beberapa alternatif lain yang mendukung dalam penyelesaian masalah yang akan diteliti. Semakin banyak informasi yang didapat, maka peneyelesaian masalah akan menjadi jauh lebih mudah. d. Solusi Masalah Data juga bermanfaat untuk memunculkan solusi permasalahan yang ada.
2. Jenis-jenis Data Dalam proses pembuatan peta manual kali ini, jenis data yang digunakan dibagi berdasarkan beberapa kelompok. Penjelasan mengenai perbedaan jenis-jenis kelompok data tersebut adalah sebagai berikut: a. Data berdasarkan sumber 1) Data primer merupakan data yang secara langsung diambil dari objek peneliti/ organisasi. Contoh dari data primer adalah ukuran bangunan, pendapat langsung/ penilaian pengunjung terhadap fasilitas ruang terbuka umum. 2) Data sekunder merupakan data yang diperoleh secara tidak langsung dari objek penelitian. Peneliti mendapatkan data yang sudah jadi yang dikumpulkan oleh pihak lain dengan berbagai cara atau metode baik secara komersial maupun non komersial. Contohnya adalah data statistik jumlah penduduk di suatu daerah. Data ini dapat diperoleh di Badan Pusat Statistik. b. Data berdasarkan cara memperoleh 1) Data internal merupakan data yang berasal dari dalam batasan lokasi penelitian. Contohnya: seorang peneiti yang mengadakan penelitian di Anjungan Pantai Losari, Makassar, mengambil data berupa jumlah pengunjung dan jenis aktivitas di dalam anjungan tersebut.
42
2) Data eksternal merupakan data yang berasal dari luar batasan lokasi penelitian. Conohnya: data penelitian yang berlokasi di Anjungan Pantai Losari berupa fungsi bangunan di sekitar anjungan tersebut. c. Data berdasarkan waktu pengumpulan 1) Cross section data merupakan data yang menunjukkan titik waktu tertentu. Contohnya: jumlah pengunjung di Anjungan Pantai Losari pada Bulan Agustus 2014. 2) Time series data merupakan informasi/ data dalam kurun waktu tertentu. Contohnya: jumlah pengunjung Anjungan Pantai Losari dari Bulan Januari hingga Bulan Desember 2014. Berdasarkan pemaparan mengenai jenis-jenis data di atas, diketahui bahwa data yang diugunakan dalam proses pembuatan peta di metode pembelajaran materi ini adalah data primer dan data sekunder. Selain itu, jenis data sifatnya internal, atau berada di dalam sebuah kawasan yang telah ditentukan. Data yang diperlukan juga emrupakan cross section data karena hanya menunjukkan titik waktu tertentu.
3. Teknik Pengumpulan Data Salah satu penentu akurat atau tidaknya sebuah data adalah teknik pengumpulan data. Proses pengumpulan sebuah data haruslah sistematis agar data dapat diperoleh secara menyeluruh. Metode yang digunakan untuk mendapatkan data antara lain: (1) metode observasi; (2) metode pengukuran; (3) metode wawancara; dan (3) metode kuisioner. Penjelasan mengenai masing-masing metode adalah sebagai berikut: a. Metode observasi Metode observasi adalah peroses pencatatan pola perilaku subyek (orang), objek (benda) atau kejadian yang sistematik tanpa adanya pertanyaan atau komunikasi dengan individu-individu yang diteliti. Kelebihan metode ini adalah data yang dikumpulkan umumnya tidak terdistorsi, lebih akurat dan bebas dari respons bias. Metode ini menghasilkan data yang lebih rinci mengenai perilaku (subjek), benda atau kejadian (objek). Ada beberapa jenis subyek, obyek dan kejadian yang dapat diobservasi oleh peneliti, antara lain: perilaku fisik, perilaku verbal, perilaku ekspresif, benda fisik atau kejadian-kejadian yang rutin dan temporal.
43
Metode observasi ini dibedakan menjadi beberapa tipe. Pertama, tipe observasi yang dilakukan langsung oleh peneliti dinamakan observasi langsung (direct observation). Tipe ini terutama untuk subyek atau obyek penelitian yang sulit diprediksi. Penggunaan teknik observasi langsung memungkinkan peneliti untuk mengumpulkan data mengenai perilaku dan kejadian secara detail. Peneliti dalam observasi langsung tidak berusaha untuk memanipulasi kejadian yang diamati. Pengamat hanya mencatat apa yang terjadi sehingga mempunyai peran yang pasif. Banyak tipe data yang dikumpulkan melalui teknik observasi langsung ini hasilnya lebih akurat dan memerlukan biaya yang relatif lebih ekonomis dibandingkan dengan teknik wawancara atau pertanyaan yang digunakan dalam metode survei. Data yang diperoleh melalui observasi langsung kadang digunakan untuk melengkapi data yang diperoleh melalui wawancara atau kuesioner. Teknik observasi langsung, meskipun tidak memerlukan komunikasi dengan responden, tidak berarti bebeas dari kemungkinan kesalahan. Data yang dikumpulkan melalui teknik ini kadang dipengaruhi oleh subyektivitas pengamat dalam menginterpretasikan perilaku atau kejadian selama proses observasi. Metode observasi pada penelitian terhadap perilaku lebih menekankan pada respon subyek secara nonverbal dibandingkan dengan metode survei yang lebih menekankan pada respon subyek secara verbal. Respon nonverbal atau perilaku ekspresi yang umumnya dilakukan dalam komunikasi, antara lain: mengangguk, tersenyum, mengernyitkan alis mats, dan ekspresi wajah yang lain atau bahasa tubuh (isyarat). Observasi terhadap perilaku ekspresi atau komunikasi nonverbal yang lain Bering menghasilkan
interpretasi
yang
keliru.
Misal,
pengamat
kemungkinan
menginterpretasikan bahwa tersenyum atau tertawa merupakan ekspresi dari kegembiraan seseorang. Kedua, teknik observasi yang dilakukan dengan bantuan peralatan mekanik, antara lain: kamera foto,video, mesin penghitung disebut observasi mekanik (mechanical observation). Observasi mekanik umumnya diterapkan pada penelitian terhadap perilaku atau kejadian yang bersifat rutin, berulang-ulang dan telah terprogram sebelumnya. Contoh dari observasi mekanik adalah pengambilan data yang dilakukan secara online mengikuti kaidah dan aturan sesuai dengan penelitian secara 44
tradisional. Perbedaan pokok ialah sarana dan cara penyampaian kepada responden serta cara mendapatkan responden. Sarana pengambilan data dilakukan dengan menggunakan komputer yang tersambung dengan Internet atau disebut Computer Assisted Data Collection (CADAC), cara pengambilan data dengan menggunakan email dan / atau web site dan cara mendapatkan responden didasarkan pada alamat email pengguna Internet. Data primer mempunyai pengertian bahwa data atau informasi tersebut diperoleh dari sumber pertama, yang secara teknis dalam penelitian disebut responden. Data primer dapat berupa data-data yang bersifat kuantitatif maupun kualitatif. Perbedaan utama dalam pencarian data primer yang diambil secara online ialah data primer di Internet tidak terbatas oleh faktor-faktor geografis sebagaimana data primer yang diambil secara langsung dalam penelitian lapangan. Karena sifat Internet yang mengglobal, maka peneliti akan mendapatkan dua hal yang bertolak belakang secara sekaligus, yaitu keuntungan dan kelemahan sifat tersebut berkaitan dengan cara mengambil data di Internet. Keuntungannya ialah peneliti akan dapat melakukan pengumpulan data secara cepat, murah dan mendapatkan banyak pilihan calon responden; sedang kelemahannya ialah jika tidak menggunakan teknik sampling yang benar, maka responden yang diperoleh tidak akan sesuai dengan apa yang diinginkan atau tidak sesuai dengan masalah yang sedang dikaji. Persoalan kedua menyangkut pengguna email di Internet pada umumnya tidak memberikan data pribadinya sesuai dengan kondisi sebenarnya. Teknik observasi langsung dan observasi mekanik dapat dilakukan tanpa sepengetahuan
subyek
yang
diteliti
(hidden
observation)
atau
dengan
sepengetahuan responden (visible observation). Observasi yang dilakukan tanpa sepengetahuan responden dimaksudkan agar perilaku atau kejadian yang diamati dapat berlangsung wajar atau alami dan untuk menghindari kemungkinan perilaku reaktif dari subyek yang diteliti. Penggunaan teknik hidden observation (disebut juga unobstrusive observation) diharapkan dapat meminimalkan kemungkinan terjadinya respondent error. Meskipun sebagian besar teknik observasi diterapkan pada setting lingkungan yang dialami, peneliti dapat juga melakukan observasi pada setting artifisial (contrived observation). Observasi pada setting lingkungan buatan umumnya diterapkan pada penelitian yang bertujuan menguji hipotesis.
45
Selanjutnya, metode observasi dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu observasi partisipasi dan non-partisipan. Observasi partisipasi dilakukan apabila peneliti ikut terlibat secara langsung dan menjadi bagian dari kelompok yang diteliti. Sementara itu, observasi non-partisipan adalah observasi yang tidak melibatkan peneliti secara langsung dengan yang diteliti, peneliti hanya sekedar sebagai pengamat. Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam melakukan observasi, antara lain: 1) Mengetahui lokasi dan waktu pelaksanaan observasi. 2) Mengetahui anggota atau individu yang terlibat pada saat observasi. 3) Mengetahui data yang dibutuhkan dan relevan dengan tujuan penelitian. 4) Memahami cara mengumpulkan data, terutama jika berkaitan dengan perizinan. 5) Mengetahui tata cara mencatat hasil observasi.
b. Metode pengukuran Metode pengukuran hampir mirip dengan metode observasi langsung. Perencana/ peneliti langsung mendatangi lokasi studi. Hanya saja, dalam metode pengukuran perencana/peneliti harus menggunakan alat bantu/ alat ukur untuk mendapatkan data. Contoh data yang diperoleh dengan metode pengukuran adalah mengukur lebar bangunan, mengukur lebar jalanan atau mengukur ketinggian bangunan. Alat-alat yang diperlukan dalam metode pengukuran atara lain buku catatan, meteran dan lain-lain.
c. Metode wawancara Wawancara merupakan teknik pengumpulan data yang menggunakan pertanyaan secara lisan kepada responden atau subjek penelitian. Teknik wawancara dilakukan jika peneliti memerlukan komunikasi atau hubungan dengan responden. Data yang dikumpulkan umumnya berupa masalah tertentu yang bersifat kompleks, sensitif atau kontroversial, sehingga kemungkinan jika dilakukan dengan kuesioner akan kurang memperoleh tanggapan responden. Teknik ini terutama untuk responden yang tidak dapat membaca-menulis atau sejenis pertanyaan yang memerlukan penjelasan dari pewawancara atau memerlukan penerjemahan. Teknik wawancara dapat dilakukan dengan tatap muka atau melalui telepon. 46
Kelebihan teknik wawancara melalui tatap muka daripada melalui telepon atau pun kuesioner : 1) Memungkinkan untuk mengajukan banyak pertanyaan yang memerlukan waktu yang panjang. 2) Memungkinkan bagi pewawancara untuk memahami kompleksitas masalah dan menjelaskan maksud penelitian kepada responden. 3) Partisipasi responden lebih tinggi dibandingkan teknik kuesioner. Selain itu, teknik ini juga memiliki kelemahan, antara lain: 1) Kemungkinan jawaban responden bias karena terpengaruh pewawancara. 2) Memerlukan banyak biaya dan tenaga jika jumlah responden relatif banyak dan lokasi wawancara secara geografis terpencar. Di sisi lain, metode wawancara melalui telepon juga memiliki kelebihan dan kekurangan dibandingkan tatap muka. Kelebihan teknik wawancara melalui telepon, antara lain : 1) Dapat menjangkau responden yang letak geografisnya terpencar. 2) Biaya lebih murah dan tenaga yang diperlukan relatif sedikit serta waktu yang diperlukan lebih cepat. Kelemahan teknik wawancara melalui telepon antara lain: 1) Pewancara tidak dapat mengamati ekspresi responden yang pada kondisi tertentu diperlukan untuk menyakinkan apakah responden menjawab sesuai dengan fakta. 2) Ada kemungkinan diputuskan sewaktu-waktu jika responden keberatan untuk menjawab pertanyaan. 3) Tidak semua responden mempunyai telepon. 4) Terbatasnya jumlah dan waktu untuk pertanyaan. 5) Teknik ini dapat dibantu dengan komputer untuk mencatat jawaban responden dan secara otomatis jawaban responden akan disimpan dalam memori komputer. Computer-Asisted Telephone Interviewing umumnya memerlukan jawaban responden yang terstruktur berdasarkan program tertentu.
d. Metode kuisioner Teknik ini memberikan tanggungjawab kepada responden untuk membaca dan menjawab pertanyaan. Kuesioner dapat didistribusikan dengan berbagai cara, 47
antara lain : secara langsung disampaikan oleh peneliti, dikirim bersama paket atau majalah, diletakkan di tempat-tempat ramai, melalui pos faksimile atau komputer. Jika lokasi antar responden relatif berdekatan seperti dalam satu perusahaan, maka teknik merupakan cara yang sesuai. Teknik ini seperti halnya wawancara tatap muka, biayanya relatif mahal jika jumlah responden relatif banyak dan letak geografisnya terpencar. Selanjutnya, kusioner juga dapat diajukan kepada responden dan jawabannya dikirim lewat pos. Teknik ini memungkinkan peneliti memperoleh jawaban dari responden yang terpencar letak geografisnya. Selain itu, jumlah pertanyaan yang diajukan relatif banyak yang tidak efisien jika diajukan melalu telepon. Kelemahan utama teknik ini adalah responden tidak mengembalikan kembali kuesioner. Teknik ini memiliki tingkat tanggapan (respon rate) yang paling rendah dibandingkan teknik pengumpulan data primer lainnya. Terdapat kemungkinan jawaban responden tidak sesuai dengan konteks pertanyaan.
e. Metode Penelusuran Dokumentasi Pada umumnya, data yang dibutuhkan dalam penelitian kualitatif bersumber dari manusia. Selain itu, terdapat juga sumber dari bukan-manusia, misalnya dokumen, foto dan bahan statistik. Dokumen ini dapat berupa buku harian, notolan rapat, laporan berkala, jadwal kegiatan, peraturan pemerintah dan lain sebagainya. Selain bentuk dokumen tersebut di atas, bentuk lainnya adalah foto dan data statistik. Foto digunakan untuk menggambarkan sebuah situasi pada masa tertentu sehingga dapat memberikan informasi deskriptif. Dalam perencanaan wilayah dan kota, foto dibuat dengan maksud tertentu, misalnya menggambarkan kondisi lingkungan, kondisi
fasilitas umum, perkiraan skala suatu lokasi. Foto juga
menggambarkan situasi sosial seperti kemiskinan di daerah kumuh, aktivitas masayarakat, adat istiadat dan berbagai fenomena di masyarakat lainnya. Selanjutnya, data statistik juga dapat dimanfaatkan sebagai dokumen yang memberikan informasi secara kuantitatif. Contoh data tersebut antara lain jumlah penduduk berdasarkan jenis kelamin, jumlah penduduk berdasarkan usia, jumlah hasil bumi unggulan di setiap kecamatan dalam satu kabupaten dan sebagainya. Data statistik sangat membantu bagi perencana untuk menganalisa data karena dengan data kuantitatif, analisa akan lebih mendalam dan terukur. 48
Berdasarkan tujuan materi, yaitu mempelajari pembuatan peta berdasarkan data sekunder dan primer, pembahasan dalam materi ini dikhususkan kepada kedua jenis data tersebut. Metode yang digunakan dalam pembelajaran ini adalah metode penelusuran data untuk mendapatkan data sekunder serta metode observasi dan pengukuran untuk mendapatkan data primer.
4. Teknik Penyajian Data Kegiatan pengumulan data di lapangan menghasilkan data berupa angka-angka yang disebut sebagai ‘data kasar’ (raw data) yang bentuknya masih tidak beraturan. Dalam sebuah perencanaan wilayah dan kota, data merupakan komponen awal yang dipersiapkan.Agar dapat memberikan gambaran yang bermakna, diperlukan sebuah penyajian dalam bentuk tampilan yang sistematis. Teknik penyajian data merupakan sebuah cara untuk mempresentasikan data-data yang telah diperoleh. Tujuan penyajian data adalah para pengguna mudah dalam membaca, memahami dan menganalisis data tersebut. Secara garis besar, teknik penyajian data dapat dibedakan menjadi tiga kelompok, yaitu: (1) tabel; (2) diagram; dan (3) deskripsi. Penjelasan mengani masing-masing teknik penyajian data adalah sebagai berikut: a. Tabel 1) Tabel baris kolom Tabel baris kolom merupakan tabel yang terdiri dari satu baris dan satu kolom. Tabel baris kolom ini dapat digolongkan ke dalam tabel satu arah.
Gambar 2.1. Gambar format tabel baris kolom
49
Tabel 2.2. Jumlah Penduduk Dirinci Menurut Kecamatan di Kota Makassar Kecamatan Jumlah penduduk Mariso 56524 Mamajang 59170 Tamalate 176947 Rappocini 154184 Makassar 82027 Ujung Pandang 27201 Wajo 29630 Bontoala 54515 Ujung Tanah 47129 Tallo 134783 Panakkukang 142308 Manggala 122838 Biringkanaya 177116 Tamalanrea 105234 Jumlah 1369606 Sumber: Makassar dalam Angka 2013
2) Tabel kontingensi Tabel kontingensi merupakan bagian dari tabel baris kolom. Perbedaan tabel kontingensi dengan tabel baris kolom adalah terdiri atas dua faktor atau dua variabel.
Gambar 2.2. Gambar format tabel kontingensi
Tabel 2.3. Jumlah Penduduk Kecamatan Mariso, Makassar, berdasarkan Kelompok Umur dan Jenis Kelamin
Kelompok Umur (tahun)
0-4 5-9 10-14 15-19 20-24 Jumlah
Jenis Kelamin Laki-Laki Perempuan 3.101 2.860 2.913 2.512 2.534 2.439 2.848 2.767 3.337 3.442 14.733 14.023
S u Smber: Mariso dalam Angka, Badan Pusat Statistik, 2013
Jumlah 5.961 5.425 4.973 5.615 6.779 28.753
50
3) Tabel distribusi frekuensi Tabel distribusi frekuensi merupakan salah satu bentuk penyajian data. Tabel tersebut dibuat dengan tujuan data yang telah dikumpulkan dalam jumlah yang sangat banyak dapat disajikan dalam bentuk yang lebih sistematis dan berkelompok. Tabel 2.3. Jumlah Penduduk Kecamatan Mariso, Makassar, berdasarkan Kelompok Umur dan Jenis Kelamin Kelompok Umur 0-4 5-9 10-14 15-19 20-24
Titik Tengah Frekuensi 2 5.961 7 5.425 12 4.973 17 5.615 22 6.779 Jumlah 28.753 Sumber: Mariso dalam Angka, Badan Pusat Statistik, 2013
b. Diagram 1) Diagram batang (bar chart) Diagram batang dimanfaatkan untuk menggambarkan perkembangan nilai dari sebuah objek penelitian dalam kurun waktu tertentu. Nilai-nilai tersebut ditampilkan dalam batang-batang tegak mendatar dan sama lebar.
Jumlah Penduduk
Gambar 2.3. Jumlah penduduk Makassar dalam bentuk diagram batang Sumber: Makassar dalam Angka 2013 dengan pengubahan seperlunya)
2) Diagram garis (line chart) Diagram garis pada umumnya digunakan untuk menyajikan data statistic yang diperoleh dari pengamatan dari waktu ke waktu secara berurutan. Sumbu 51
X di diagram merupakan waktu-waktu pengamatan, sedangkan sumbu Y merupakan nilai dari pengamatan tersebut untuk waktu tertentu. Kumpulan waktu dan pengamatan membentuk titik-titik pada bidang XY. Selanjutnya, titik-titik yang berdekatan dihubungkan dengan garis lurus hingga membentuk grafik.
Gambar 2.3. Jumlah penduduk Makassar dalam bentuk diagram garis Sumber: Makassar dalam Angka 2013 dengan pengubahan seperlunya
3) Diagram lingkaran (pie chart) Diagram lingkaran merupakan penyajian data statistic dengan menggunakan gambar yang berbentuk lingkaran atau pie. Bagian-bagian dari dareah lingkaran merupakan persen dari keseluruhan total populasi. Sebelum membuat diagram lingkaran, terlebih dahulu ditentukan besarnya presentase tiap objek terhadap keseluruhan data dan besarnya sudut pusat sektor lingkaran.
Gambar 2.4. Jumlah penduduk Makassar dalam bentuk diagram lingkaran Sumber: Makassar dalam Angka 2013 dengan pengubahan seperlunya
52
4) Diagram gambar (pictogram) Diagram jenis ini berisi lambing atau symbol yang menunjukkan jumlah dari objek atau variabel.
Gambar 2.5. Jumlah siswa dalam bentuk diagram gambar
5) Diagram peta (cartogram) Diagram peta merupakan bentuk penyajian data yang ditampilkan dalam sebuah peta. Peta-peta yang disajikan adalah peta tematik suatu wilayah. Contoh dari diagram peta adalah peta penyebaran penduduk di suatu kabupaten, peta tata guna lahan, peta ketinggian lahan dan lain sebagainya.
Gambar 2.6. Diagram peta yang menunjukkan cadangan gas bumi Indonesia Sumber: http://2.bp.blogspot.com/gnhEXf4CH0Y/TtRzWPpPwpI/AAAAAAAAAQ4/wpGHCnm19rM/s 40/2009-0604_rawan_bencana_kepadatan_penduduk_BNPB-585x413.jpg,
53
Gambar 2.8. Diagram peta yang menunjukkan kapasitas system kesehatan di Jawa Tengah Sumber: http://rovicky.files.wordpress.com/2010/07/3022_0001.jpg, 5/11/204, 0:05 PM
Gambar 2.9. Diagram peta yang menunjukkan jumlah penduduk yang terkena bahaya gunung api, longsor dan gempa di Jawa Tengah Sumber: http://rovicky.files.wordpress.com/2010/07/3022_0001.jpg, 5/11/204, 0:05 PM
54
c. Deskripsi Deskripsi merupakan penyajian data dalam bentuk narasi atau deskriptif. Perencana atau peneliti tidak diperkenankan untuk mendeskripsikan informasi baru selain berasal dari data yang ada. Contoh deskripsi dari data dalam bentuk diagram batang adalah sebagai berikut:
Gambar 2.10. Jumlah pengunjung taman hiburan selama satu tahun dalam diagram garis. Sumber: http://blog.ub.ac.id/aguswahyuprasetyo/files/2012/03/1-300x199.jpg, 5/11/2014, 08:25 PM
Deskripsi diagram: Diagram garis di atas menunjukkan data jumlah pengunjung di taman hiburan sejak bulan Januari hingga bulan Desember. Berdasarkan diagram tersebut diketahui bahwa jumlah pengunjung mengalami fluktuasi sejak awal hingga akhir tahun. Jumlah pengunjung bulan Januari adalah 29.605 orang dan naik menjadi 38.985 pada bulan Februari. Pada bulan Maret jumlah pengunjung menurun hingga 35.768. Peningkatan dan penurunan jumlah pengunjung terus berlangsung bergantian di bulan April dan Mei, yaitu 49.390 pada bulan April dan turun menjadi 41.394 pada bulan Mei. Peningkatan drastis terjadi pada bulan Juni saat jumlah pengunjung mencapai 6.0817. Namun, jumlah pengunjung kembali menurun drastis pada bulan Juli menjadi 17.070. Penurunan angka tersebut berlangsung hingga bulan Agustus saat jumlah pengunjung mencapai titik terendah, yaitu 7.198. Jumlah tersebut tetap sama pada bulan September dan kembali meningkat pada bulan Oktober menjadi 25.918. Peningkatan terjadi hingga bulan November meskipun tidak signifikan,
55
yaitu 28.188. Pada akhir tahun, jumlah pengunjung taman hiburan meningkat tajam hingga titik tertinggi selama satu tahun, yaitu mencapai angka 60.949 orang.
Salah satu tujuan dalam pembahasan materi ini adalah mahasiswa memahami jenisjenis teknik penyajian data. Data sekunder pada umumnya berbentuk diagram batang, diagram lingkaran, diagram garis dan tabel. Selanjutnya, mahasiswa akan dilatih untuk menyajikan data dalam bentuk peta dan deskripsi.
3.2.2. PROSES PEMBUATAN PETA MANUAL Pada pembahasan modul satu, telah dipaparkan prosedur membuat peta manual secara garis besar. Prosedur tersebut terdiri dari: (1) menentukan daerah yang akan dipetakan; (2) mencari dan mengklasifikasikan data sesuai dengan kebutuhan dengan melakukan penelusuran dokumen untuk mendapatkan data sekunder serta observasi dan pengukuran untuk mendapatkan data primer; (3) membuat peta dasar yang belum diberi simbol; (4) memasukkan data baru sesuai dengan tema peta. Pada modul ini, proses pembuatan peta manual dijabarkan sebagai berikut: 1. Menentukan daerah yang akan dipetakan Menentukan daerah yang akan dipetakan didasari oleh lokasi kawasan yang akan direncanakan. Penentuan daerah diikuti oleh pemahaman akan batas-batas kawasan tersebut. Pemahaman akan batas kawasan berfungsi mencegah peneliti atau perencana bertindak berlebihan dan tidak sistematis dalam mencari data. Jika kawasan yang akan direncanakan/ diteliti cukup luas, kawasan tersebut sebaiknya dibagi lagi dalam beberapa sub kawasan. Contoh penentuan daerah adalah jika kawasan perencanaan berada di satu segmen jalan yang panjang (Jalan Somba Opu, Makassar), jalan tersebut dibagi menjadi beberapa segmen. Gambar 2.11 merupakan gambar peta citra yang menunjukkan lokasi Jalan Somba Opu di Makassar. Berdasarkan peta tersebut, diketahui bawa Jalan Somba Opu berbatasan dengan Jalan Pattimura dan Jalan Datuk Museng di kedua ujungnya. Selain itu, ruas jalan tersebut dibelah oleh beberapa jalan kecil seperti Jalan Bau Masepe, Jalan Bulogadung, Jalan Ali Malaka dan Jalan Bontomarannu. Jalan-jalan kecil tersebut menjadi pembagi Jalan Somba Opu menjadi lima segmen.
56
Segmen 1
Segmen 2
Segmen 3
Segmen 4
Segmen 5
Keterangan Gambar: Jalan Somba Opu Jalan pembagi
Gambar 2.11. Contoh batas kawasan perencanaan di Jalan Somba Opu, Makassar Sumber: googleearth, 6/11/2014, 07:53 AM
Contoh lainnya adalah jika kawasan perencanaan merupakan sebuah kotamadya sebaiknya kecamatan tersebut dibagi menjadi beberapa kecamatan. Hal tersebut dapat memudahkan perencana mengelompokkan data menjadi susunan yang lebih sistematis. Gambar 2.12 merupakan contoh pemberian batasan terhadap kawasan perencanaan atau penelitian di Kota Makassar yang dibagi menjadi beberapa kecamatan.
Gambar 2.12. Contoh batas kawasan perencanaan di Kotamadya Makassar Sumber: http://syafraufgisqu.files.wordpress.com/2012/10/peta_kota_makassar_qgis.png, 6/11/2014, 09:07 AM
57
2. Mencari dan menglasifikasikan data Setelah menetukan batas-batas wilayah perencanaan atau penelitian, tahap selanjutnya adalah mencari dan mengklasifikasikan data. Teknik yang digunakan untuk mengumpulkan data didasari oleh jenis data yang akan diperoleh. Data sekunder dapat diperoleh dengan melakukan penelusuran dokumentasi ke badan atau instansi terkait. Sementara itu, data primer dapat diperoleh dengan melakukan observasi, pengukuran, wawancara dan menyebarkan kuisioner. Contoh pertama adalah pengumpulan data sekunder. Data yang akan dikumpulkan, misalnya, jumlah penduduk Kota Makassar berdasarkan kecamatan dan jenis kelamin pada tahun 2011 hingga 2013. Perencana atau peneliti dapat langsung mengunjungi Kantor Badan Pusat Statistik di Makassar untuk mendapatkan data ebrupa dokumen hasil sesnsus penduduk. Selain itu, perencana atau peneliti juga dapat mengunjungi situs resmi Badan Pusat Statistik seperti yang dapat dilihat dalam gambar 2.13. Langkah kedua memiliki keuntungan yang lebih banyak daripada langkah yang pertama. Waktu yang digunakan untuk mengakses situs resmi BPS lebih sedikit dan biaya yang dikeluarkan juga lebih murah. Hanya saja, dalam penelusuran dokumen melalui situs harus memperhatikan keaslian dan keabsahan situs tersebut. Situs-situs yang dapat dijadikan referensi hanyalah situs-situs resmi milik pemerintah.
Gambar 2.13. Contoh data sekunder berupa jumlah penduduk berdasarkan kecamatan dan jenis kelamin di Kotamadya Makassar yang berasal dari situs resmi BPS. Sumber: http://makassarkota.bps.go.id/index.php?hal=tabel&id=4, 6/11/2014, 09:47 AM
58
Contoh berikutnya adalah teknik pengumpulan data primer. Data yang akan dikumpulkan adalah fungsi bangunan, ketinggian bangunan (jumlantai), lebar kapling, lebar jalur kendaraan, lebar jalur pedestrian, elemen pendukung dan dokumentasi. Sebaiknya, pengumpulan data dilakukan tidak secara individu tetapi secara berkelompok agar memudahkan dan menghemat waktu. Tiap anggota kelompok dibagi berdasarkan jenis tugas (mencari/mencatat/mengukur kondisi fisik yang diminta) ataupun segmen kawasan.
3. Membuat peta dasar yang belum diberi simbol Langkah berikut dari prosedur pembuatan peta adalah menggambar peta dasar. Terdapat beberapa teknik yang digunakan dalam menggambar peta, yaitu: menciplak dan membuat grid; Teknik menciplak dan membuat grid digunakan untuk membuat peta yang telah memiliki peta dasar. Jika skala peta baru sama dengan peta lama, teknik yang digunakan adalah teknik menciplak. Namun, jika skala kedua peta tersebut berbeda, teknik yang digunakan adalah teknik grid. Grid-grid dibuat baik di peta lama maupun di peta baru. Selanjutnya, bentuk garis mulai digambar di dalam masing-masing grid. Secara rinci teknik pembuatan peta dengan teknik grid adalah sebagai berikut: a. Siapkan semua peralatan termasuk kertas millimeter blok, yaitu kertas berwarna dasar putih dan memiliki garis-garis horizontal dan vertikal.apabila tidak tersedia kertas millimeter blok, peta dapat digambar dengan menggunakan kertas gambar atau karton manila berwarna putih. b. Rencanakan skala peta yang digambar. Semakin detail peta yang ingin ditunjukkan kepada pembaca, semakin kecil skalanya karena akan membuat gambar semakin besar. Sebaliknya, semakin besar skala, akan membuat gambar semakin kecil. c. Buatlah garis masing-masing dari tepi peta, serta garis yang membagi kertas sehingga terpisah antara ruangan untuk peta dan komponen peta (gambar 2.15). d. Buatlah grid di kertas baru menggunakan pinsil. Misalnya, Skala peta yang akan di buat adalah 1: 500 dan grid yang dibuat adalah 5 cm. Hal tersebut berarti setiap jarak 5 cm (satu grid) di kertas sama dengan 2.500 cm (2,5 km) di lapangan. 1 : 500 1 cm di kertas sama dengan 500 cm di lapangan 5 cm di kertas = (5 x 500) cm = 2.500 cm di lapangan
59
Gambar 2.15. Contoh grid dalam kertas baru Sumber: https://mimpi22.files.wordpress.com/2012/05/panduan_pemetaan_partisipatif.pdf, 7/11/2014, 06:27 AM
e. Tulislah setiap garis grid mulai dari nol pada sudut kiri bawah kertas peta baru dan tambahkan nilai setiap garis grid dengan interval nilai tergantung dengan skala peta. Misalnya: 125 meter untuk skala 1:2.500, 50 meter untuk skala 1:1.000; dan 25 meter untuk skala 1:500.
Gambar 2.16. Contoh interval nilai grid berdasarkan skala peta Sumber: https://mimpi22.files.wordpress.com/2012/05/panduan_pemetaan_partisipatif.pdf, 7/11/2014, 06:27 AM
f. Buatlah grid berdasarkan skala di peta contoh. Pada umumnya, peta contoh memiliki skala yang lebih besar sehingga gambar yang ditampilkan menjadi lebih kecil. Skala peta contoh misalnya 1: 1.000. Untuk menyamakan jarak grid antara peta contoh dengan peta baru, digunakan perhitungan: 1 : 2.500 1 cm di kertas sama dengan 500 cm di lapangan 2.500 cm di lapangan = (2.500 x 1)/ 500 cm = 5 cm di kertas 60
Gambar 2.16. Contoh grid dalam kertas baru Sumber: https://mimpi22.files.wordpress.com/2012/05/panduan_pemetaan_partisipatif.pdf, 7/11/2014, 06:27 AM
g. Setelah kertas peta baru dan peta contoh diberi grid, gambarlah tiap komponen garis dan titik di tiap grid. Peta contoh
Komponen dalam grid
Peta baru Gambar 2.17. Contoh pemindahan komponen grid peta lama dalam kertas baru
4. Memasukkan data baru sesuai dengan tema peta Setelah peta dasar siap, langkah selanjutnya adalah memasukkan data-data yang ada ke dalam bentuk diagram peta. Tahap awal dari proses memasukkan data yaitu menentukan interval data. Misalnya, data sekunder yang diperoleh merupakan data penduduk kabupaten dalam jumlah. Kemudian ditentukan interval berdasarkan jumlah yang. Dalam diagram peta, jumlah penduduk disimbolkan dengan arsir atau warna. Jika 61
data yang diperoleh sifatnya homogen dan kualitatif, tidak perlu diperhitungkan interval datanya. Misalnya, data primer mengenai ketinggian bangunan, lebar satu ruas jalan dan fungsi bangunan. Contoh kasus pembuatan peta dasar dalam modul ini adalah pembuatan peta penyebaran produksi jambu mete di Kabupaten Wajo dan peta Jalan Somba Opu, Makassar dengan teknik menjiplak seperti yang dapat dilihat di gambar 2.18 dan 2.19.
Peta Luas Kecamatan di Kabupaten Wajo 2013
Peta Jumlah Murid SLTP tahun 2013 di Kabupaten Wajo
Peta Luas Wilayah Panen Jagung 2010 di Kabupaten Sidrap Gambar 2.18. Contoh pembuatan peta dasar Sumber: Amieq, Yuniza, Dimas, 2014
62
1.
Perisapan peta dasar/ peta administrasi Kabupaten Wajo. Sudah terlihat jelas pembagian kecamatankecamatan di dalam kabupaten.
2.
Proses menciplak dan mewarnai/ memberi arsir dan simbol pada setiap kecamatan.
3.
Hasil akhir Peta Penyebaran Produksi Jambu Mete di Kabupaten Wajo yang dibuat secara manual-teknik menjiplak
Gambar 2.19. Contoh lain pembuatan peta dasar dengan teknik menciplak. Sumber: Lasmita, 2013
63
Proses pembuatan peta secara manual harus dikerjakan secara sistematis dan teliti. Data-data yang dipersiapkan harus lengkap agar tidak melakukan pendataan ulang yang akan menghabiskan waktu. Kualitas peta manua juga harus diperhatikan. Kualitas tersebut ditentukan oleh tata letak peta dan komponen-komponennya, kualitas garis, kebersihan, kerapihan serta teknik pewarnaan. Di samping itu, kriteria estetika peta juga menjadi penilaian tersendiri. Peta manual dengan kualitas yang baik akan memudahkan pembaca untuk mengintepretasikan data.
3.3.
CONTOH SOAL
Contoh soal dalam materi Pembuatan Praktek Membuat Peta Manual adalah sebagai berikut: 1. Buatlah peta jumlah penduduk di Makassar dengan teknik manual dari data sekunder! 2. Buatlah peta kondisi elemen fisik di Jalan Somba Opu berdasarkan data primer!
3.4.
DAFTAR PUSTAKA
Development Alternatives, Inc. under USAID contract. (2006). Buku Panduan Pemetaan Partisipatif. Jakarta: Environmental Services Program
64