54
BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Metode penelitian Penelitian kualitatif adalah prosedur penelitian yang menghasilkan data deskripstif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang diamati. (Moleong, 2005: 3). Penulis menggunakan metode kualitatif dalam melakukan penelitian ini, dimana metode ini bertujuan untuk menjelaskan fenomena dengan sedalamdalamnya melalui pengumpulan data sedalam-dalamnya. Dalam penelitian ini yang lebih ditekankan adalah persoalan kedalaman (kualitas) data, bukan banyaknya (kuantitas) data. (Kriyantono, 2006:56-57) Demi
melakukan kegiatan penelitian yang bersifat sistematis dan dapat
dipertanggung jawabkan dalam “Analisis Strategi Program Dokumenter Swara Liyan di TVRI”, maka pendekatan yang penulis gunakan adalah pendekatan kualitatif. Pendekatan kualitatif disini diharapkan mampu menghasilkan suatu uraian mendalam tentang ucapan, tingkah laku, dan tulisan yang dapat diamati dari suatu individu, kelompok, organisasi atau masyarakat dalam suatu konteks setting tertentu yang dikaji dari sudut pandang yang utuh, komprehensif dan holistic. Pendekatan kualitatif bertujuan untuk mendapat pemahaman yang sifatnya umum terhadap kenyataan sosial dari perspektif partisipan. Pemahaman tersebut tidak ditentukan terlebih dahulu, tetapi diperoleh setelah melakukan analisis terhadap kenyataan sosial
55
yang menjadi fokus penelitian, dan kemudian ditarik suatu kesimpulan berupa pemahaman umum tentang kenyataan-kenyataan tersebut. (Ruslan, 2003:215)
3.2 Jenis penelitian Jenis atau tipe penelitian yang digunakan dalam penelitian adalah Deskriptif. Adapun tujuan dari jenis riset ini yaitu membuat deskripsi secara faktual, akurat dan sistematis tentang fakta-fakta dan sifat-sifat populasi atau objek tertentu. Penelitian ini menggambarkan realitas yang sedang terjadi tanpa menjelaskan hubungan antar variabel. (Rachmat Kriyantono, 2006) Penelitian deskriptif merupakan penelitian yang terbatas pada usaha mengungkapkan satu masalah atau keadaaan atau peristiwa sebagaimana adanya (Nawawi,
1996:
2).
Penelitian
deskriptif
merupakan
penelitian
hanyalah
memaparkan situasi atau peristiwa. Penelitian ini tidak mencari atau menjelaskan hubungan, tidak menguji hipotesis atau membuat prediksi. Ciri lain penelitian deskriptif ialah bertitik berat pada observasi dan suasana ilmiah (naturalis setting) peneliti bertindak sebagai pengamat (Issac & Michael 1981: 46).
Data yang dikumpulkan dalam penelitian deskriptif adalah bukan berupa angka-angka, melainkan berupa kata-kata dan gambar. Hal ini disebabkan adanya pendekatan metode kualitatif. Selain itu, semua yang telah dikumpulkan berkemungkinan menjadi kunci terhadap apa yang sudah diteliti. Pada penulisan laporan demikian, penulis dalam menganalisa data yang sangat kaya tersebut dan sejauh mungkin dalam bentuk aslinya. (Moleong, 2004:11)
56
Peneliti menggunakan metode wawancara mendalam, observasi mendalam, dokumentasi-dokumentasi, rekaman bukti-bukti fisik lainnya (Kriyantono 2006 :66) dengan melakukan wawancara mendalam (indepth interview) kepada para narasumber (Informan) yang dalam penelitian ini adalah
produser, editor,
cameraman dari program Swara Liyan di TVRI yang akan diwawancarai berdasarkan pertanyan-pertanyaan yang dibuat oleh peneliti dengan topic penelitian. Metode wawancara mendalam adalah metode riset di mana periset melakukan kegiatan wawancara tatap muka secara mendalam dan terus-menerus (lebih dari satu kali)
untuk
menggali
informasi
dari
responden
(informan).
Metode
ini
memungkinkan peneliti untuk mendapatkan alasan detail dari jawaban responden yang antara lain mencakup opininya, motivasinya, nilai-nilai ataupun pengalamanpengalamannya (Kriyantono 2006 :65).
Penelitian ini akan memberikan gambaran deskriptif mengenai berbagai realitas yang ada pada proses produksi program “Swara Liyan” di TVRI yang bertujuan untuk meningkatkan kualitas program tersebut berdasarkan pola kerja yang dilakukan oleh tim produksi. Dalam penelitian ini, peneliti berperan sebagai sarana penggalian interpretasi data yang disajikan dalam bentuk deskripsi detail, kutipankutipan atau komentar yang berasal dari wawancara mendalam dan catatan lapangan selama peneliti melakukan observasi.
57
3.3 Metode Pengumpulan Data Menurut Meleong metode penelitian sebagai salah satu bagian penelitian merupakan salah satu unsur yang sangat terpenting. Sedangkan menurut Lofland sumber data utama dalam penelitian kualitatif ialah kata-kata, dan tindakan, selebihnya adalah data tambahan, seperti dokumen dan lain-lain (Meleong, 2005: 157) Peneliti mengutip Rosady Ruslan Dalam bukunya Metode Penelitian
Public
Relation dan Komunikasi, Peneliti mengutip Rosady Ruslan, bahwa metode pengumpulan data diperoleh melalui dua cara, yaitu: (Ruslan, 2003:29-30)
3.3.1 Data Primer (primary data) Adalah data yang diperoleh secara langsung dari objek penelitian perorangan, kelompok, dan organisasi secara langsung. Terdapat dua metode yang dapat digunakan untuk mengumpulkan data primer, yaitu: A. Metode Survei Metode
survei
adalah
metode
pengumpulan
data
primer
yang
menggunakan pertanyaan lisan dan tertulis. Diperlukan adanya kontak atau hubungan antara peneliti dan dengan subyek (responden) penelitian untuk memperoleh data yang diperlukan. Data penelitian berupa data subyek yang menyatakan opini, sikap, pengalaman, atau karakteristik subyek penelitian secara individual atau secara kelompok. Data yang diperoleh sebagian besar merupakan data deskriptif, meskipun demikian, pengumpulan data dengan metode survei dapat dirancang untuk menjelaskan sebab-akibat atau mengungkapkan
ide-ide
(Indrianto
&
Supomo,
2002:152).
Peneliti
menggunakan teknik wawancara mendalam (in-depth interview) untuk
58
memperoleh pengumpulan data. Menurut Rachmat Kriyantoro Dalam bukunya Riset Komunikasi, Menurut Rachmat Kriyantoro metode wawancara mendalam adalah metode penelitian dimana peneliti melakukan kegiatan wawancara tatap muka secara mendalam dan terus menerus (lebih dari satu kali) untuk menggali informasi dari responden. Karena itu, responden disebut juga informan. Karena wawancara dilakukan lebih dari sekali, maka disebut juga “intensive-interview”. Metode ini memungkinkan peneliti untuk mendapatkan alasan detail dari jawaban responden yang antara lain mencakup opininya,
motivasinya,
nilai-nilai
ataupun
pengalaman-pengalamannya
(Kriyantono, 2006:100). Peneliti mendapatkan data secara langsung dari Produser, Kreatif, dan Editor secara langsung dari Tim Produksi “Suara Liyan” TVRI dengan melakukan wawancara secara mendalam (in-depth interview). Hasil wawancara tersebut selanjutnya dicatat oleh peneliti sebagai data penelitian. B. Metode Observasi Metode observasi adalah proses pencatatan pola perilaku subyek (orang), obyek (benda), atau kejadian sistematik tanpa adanya pertanyaan atau komunikasi dengan individu-individu yang diteliti. Kelebihan metode observasi dibandingkan dengan metode survei bahwa data yang dikumpulkan umumnya tidak terdistorsi, lebih akurat dan bebas dari response bias. Untuk mendapatkan data yang akurat, peneliti melakukan observasi langsung (direct observation) dengan menjadi participant observation, yaitu observasi dengan cara melibatkan diri atau menjadi bagian dari lingkungan sosial atau organisasi yang diamati. (Indrianto & Supomo, 2002:157-159) Peneliti mengobservasi dengan terjun langsung sebagai Tim Produksi untuk melakukan tahapan
59
produksi Suara Liyan” TVRI dari mulai pra produksi, produksi, sampai pasca produksi. Melalui metode ini, peneliti dapat memperoleh data yang relatif lebih banyak dan akurat, karena peneliti dapat secara langsung mengamati perilaku dan kejadian-kejadian dalam lingkungan sosial yang diteliti.
3.3.2 Data Sekunder (secondary data) Memperoleh data dalam bentuk yang sudah jadi (tersedia) melalui publikasi dan informasi yang dikeluarkan di berbagai organisasi atau perusahaan (Ruslan, 2003:30). Data sekunder didapat dengan cara studi kepustakaan (literature) yaitu membaca buku-buku, majalah serta data dan bahan referensi dari berbagai sumber yang berhubungan atau berkaitan dengan permasalah yang diteliti guna melengkapi data-data yang sudah ada. Untuk mencatat percakapan wawancara menggunakan alat Bantu berupa perekam suara (tape recorder). Selain wawancara, penggunaan data sekunder lain juga digunakan seperti : data tertulis di tempat penelitian atau data-data yang didapat dari TVRI tersebut dan melakukan observasi untuk memberikan kemudahan bagi peneliti untuk menyempurnakan sebagai penelitian.
3.4 Obyek Penelitian Objek penelitian adalah sesuatu meliputi ada dan yang mungkin ada. Sesuatu yang ada ialah sesuatu yang dapat disentuh dengan indera, sehingga lebih mudah menunjukan bukti kebenarannya. Sedangkan sesuatu yang mungkin ada adalah sesuatu yang sekarang belum ada, akan tetapi tidak mustahil ada setelah melalui proses pembuktian. (Nawawi, 2005:3)
60
Program “Swara Liyan” di TVRI merupakan objek pada penelitian ini. Peneliti ingin mengetahui bagaimana sebuah tim melakukan strategi proses produksi program seperti apa yang diterapkan pada teori yang sudah di kupas di bab sebelumnya.
3.4.1 Informan Menurut Lexy J. Moleong, informan adalah orang yang dimanfaatkan untuk memberikan informasi tentang situasi dan kondisi latar penelitian. Informan harus memiliki banyak pengalaman tentang latar penelitian. Ia berkewajiban secara sukarela menjadi anggota tim dengan kebaikan dan kesukarelaan tentang nilai-nilai, sikap, bangunan, dan kebudayaan yang menjadi latar penelitian tersebut. (Moleong, 2004:132) Informan yang dipilih dalam penelitian ini merupakan tim produksi dari program “Suara Liyan” TVRI. Dan tentunya mereka mengalami pengalaman mengenai proses produksi program tersebut, yaitu: 1. Produser Produser
merupakan
orang
yang
bertanggung
jawab
memberikan,mengubah ide/gagasan kreatif ke dalam konsep yang matang dan praktis juga dapat dijual. Produser harus memastikan adanya persiapan ke-modal-an atau dukungan keuangan bagi terlaksananya produksi program TV serta mampu mengelola keseluruhan proses produksi dari persiapan hingga pendistribusian termasuk melaksanakan penjadwalan. Produser juga terkadang ikut terlibat secara langsung dalam proses pengambilan keputusan setiap harinya (producer executive). Produser harus mampu menerjemahkan keinginan dan pandangan para pendukung modal
61
(investor), klien, atasan, dan juga audien melalui proses produksinya. (Morissan, 2008 : 213) Produser program “Suara Liyan” TVRI adalah Agus Hariyadi, beliau merupakan orang yang mengkoordinasikan dan mengontrol semua aspek produksi program. Produser pun bertanggung jawab secara general terhadap kualitas suatu acara yang dipimpin. 2. Editor Editor program “Suara Liyan” TVRI adalah, Zulhelmi Tanjung beliau bertugas untuk menyunting gambar dan bertanggung jawab terhadap editing video yang di hasilkan dari proses produksi. 3. Kameramen Kameramen program “Suara Liyan” TVRI adalah Agil Samal, tugasnya adalah mengambil gambar sesuai dengan ide atau pum cerita yang akan di angkat, meskipun formatnya berupa dokumenter namun kameramen juga harus jeli gambar mana yang akan di ambil.
3.5 Teknik Analisis Data Proses analisis data dimulai dengan menelaah seluruh data yang tersedia dari berbagai sumber, yaitu wawancara mendalam, pengamatan yang dituliskan dalam catatan lapangan, dokumen pribadi, dokmen resmi, gambar, foto dan sebagainya. (Moleong, 2004:247) Pada gambar dibawah ini dijelaskan bahwa analisis data kualitatif dimulai dari analisis berbagai data yang berhasil dikumpulkan peneliti di lapangan. Data tersebut terkumpul melalui wawancara mendalam dan observasi langsung. Kemudian data tersebut di klasifikasikan ke dalam kategori-kategori tertentu. Pengklasifikasian atau
62
pengkategorian ini harus mempertimbangka kesahihan (kevalidan), dengan memperhatikan kompetensi subjek penelitian, tingkat autentisitasnya dan melakukan triangulasi berbagai sumber data. (Kriyantono, 2006:194)
Fakta Empiris
Tataran
Konseptual Berbagai Data di Lapangan
Analisis/Klasifikasi Data/Kategorisasi Ciri-ciri umum
Pemanknaan/Interp retasi ciri-ciri umum
Kesahihan Data: -Kompetensi Subjek -Authenticity & Triangulasi -Intersubjecvity Agreement
BERTEORI & KONTEKSTUAL
Gambar 3.5 Proses Analisis Data Kualitatif Dari hasil wawancara mendalam dan observasi, peneliti mengkategorikan dalam kategori analisis: 1. Konsep dan perencanaan program “Suara Liyan” TVRI 2. Analisis SWOT program “Suara Liyan” TVRI 3. Strategi proses produksi program “Suara Liyan” TVRI
3.5.1. Koding Koding dimaksudkan untuk mengorganisasi dan mensistemasi data secara lengkap dan mendetail sehingga data dapat memunculkan gambaran tentang topik yang dipelajari. Langkah awal koding secara praktis dan efektif dapat dilakukan melalui: pertama, peneliti menyusun transkripsi verbatim (kata demi kata) atau catatan lapangannya sedemikian rupa sehingga ada kolom
63
kosong yang cukup besar disebelah kiri dan kanan transkrip. Hal ini akan memudahkannya membutuhkan kode-kode atau catatan tertentu di atas transkrip tersebut. Kedua, peneliti secara urut dan kontinyu melakukan penomoran pada baris-baris transkrip dan atau catatan lapangan. Sebagian peneliti mengusulkan pemberian nomor secara urut dari satu baris kebaris lain, sementara peneliti lain mengusulkan penomoran baru untuk tiap paragraph baru. Ketiga, peneliti memberikan nama masing-masing berkas dengan kode tertentu. Kode yang dipilih haruslah kode yang mudah diingat dan dianggap paling paling tepat mewakili berkas tersebut dan selalu membubuhkan tanggal di tiap berkas. (Poerwandari, 2007:3) Dalam koding ini terbagi menjadi tiga bagian seperti yang diungkapkan Strauss dan Corbin (1990), yaitu koding terbuka (open coding), koding aksial (axial coding), dan koding selektif (selective coding). (Poerwandari, 2007:184)
A. Pengkodean Terbuka (Open Coding) 1. Pelabelan Fenomena Langkah awal dalam analisis adalah pelabelan fenomena. Yang dimaksudkan dengan pelabelan fenomena adalah pemeberian nama terhadap benda, kejadian atau informasi yang diperoleh melalui pengamatan dan atau wawancara. Pada hakikatnya, pelabelan itu merupakan suatu pembuatan nama dari setiap fenomena dengan konsep-konsep tertentu. Jadi pelabelan fenomena itu adalah suatu kegiatan konseptualisasi data.
64
2.
Penemuan dan Penamaan Kategori Setiap fenomena yang sudah diberi label pada hakikatnya adalah unit-unit data yang masih berserakan. Kapasitas intelektual manusia tidak cukup kuat untuk memproses dan menganalisis informasi yang jumlahnya besar secara sekaligus. Perlu dipisahkan kedalam beberapa kelompok untuk menyederhanakan data tersebut. Penyederhanaan data itu pada umumnya dilakukan dengan cara mereduksi data sehingga menjadi lebih ringkas dan padat, kemudian membagi-bagi ke dalam kelompok-kelompok tertentu (kategorisasi) sesuai sifat dan subtansinya. Proses kategorisasi ini pada dasarnya tergantung pada tujuan penelitian yang sudah ditetapkan pada rancangan penelitian. Dalam pemberian nama kategori ini, peneliti membuat sendiri nama yang sesuai dengan kelompok unit data, tetapi adakalanya meminjam istilah yang sudah dibuat oleh peneliti atau ahli lainnya. Namun demikian, cara pemberian nama yang paling dianjurkan, adalah dengan menggunakan istilah yang dipakai oleh subjek yang diteliti, karena cara inilah yang disarankan sesuai dengan pendekatan emic yang menjadi ciri dari setiap penelitian kualitatif.
3.
Penyusunan Kategori Dasar untuk penyusunan kategori adalah sifat dan ukurannya. Yang dimaksudkan dengan sifat disini adalah karakteristik atau atribut suatu kategori (yang berfungsi sebagai ranah ukuran, dimensional
65
range), sedangkan ukuran adalah posisi dari sifat dalam suatu kontitium. Setiap kategori data bisa ditempatkan dimana saja di sepanjang kontitium dimensional yang terpisah. Beberapa profil itu dapat dikelompokkan sehingga membentuk suatu pola. Profil dimensional ini menggambarkan sifat khusus dari suatu fenomena dalam kondisi-kondisi ada. (
http://www.infoskripsi.com/Theory/Metode-Penelitian-Kualitatif-
Grounded-Theory-Approach.html ) diakses tanggal 29 Oktober 2012
B. Pengkodean Terporos (Axial Coding) Pengkodean terporos adalah seperangkat prosedur penempatan data kembali dengan cara-cara baru dengan membuat kaitan antarkategori. Pengkodean ini diawali dari penentuan jenis kategori kemudian dilanjutkan dengan penemuan hubungan antar kategori atau antarsubkategori. ( http://www.infoskripsi.com/Theory/Metode-Penelitian-Kualitatif-GroundedTheory-Approach.html ) diakses tanggal 29 Oktober 2012
C. Pengkodean Terpilih (Selective Coding) Mengingat masalah penelitian dalam Grounded Theory masih bersifat umum, mungkin sekali peneliti menemukan sejumlah besar data dengan kategori dan hubungan antarkategori/subkategori yang banyak dan bervariasi. Kenyataan ini tentu dapat membingungkan, karena datanya masih belum terfokus pada titik tertentu. Untuk menyederhanakannya perlu dilakukan proses penggabungan dan atau seleksi secara sistematis.
66
( http://www.infoskripsi.com/Theory/Metode-Penelitian-Kualitatif-GroundedTheory-Approach.html ) diakses tanggal 29 Oktober 2012
3.6.
Keabsahan Penelitian Diperlukan teknik pemeriksaan terhadap data untuk menetapkan data. Alat
penelitian yang diandalkan adalah wawancara dan observasi mengandung banyak kelemahan ketika dilakukan secara terbuka apalagi tanpa kontrol, dan sumber data kualitatif yang kurang credible akan mempengaruhi akurasi dari penelitian. Pelaksanaan teknik pemeriksaan didasarkan atas sejumlah kriteria tertentu. Ada empat kriteria yang digunakan dalam menetapkan penelitian :
3.6.1 Credibility ( Kepercayaan ) Penerapan kriterium derajat kepercayaan (kreadibiltas) pada dasarnya menggantikan konsep validitas internal dari non kualitatif. Kriterium ini berfungsi: Pertama, melaksanakan inkuiri sedemikian rupa sehingga tingkat kepercayaan hasil-hasil penemuan dengan jalan pembuktian oleh peneliti pada kenyataan ganda yang telah diteliti. (Moleong, 2006:324) Melibatkan penetapan bahwa hasil penelitian kualitatif itu kredibel atau dapat dipercaya dari perspektif peserta penelitian. Hal ini karena tujuan dari penelitian kualitatif adalah untuk menggambarkan dan memahami fenomena dari sudut pandang kepentingan peserta penelitian, maka peserta penelitian merupakan satu-satunya pihak yang bisa mensahkan tingkat krediabilitas dari hasil penelitian ini. (Bryman, 2008:377) Dalam penelitian ini, peneliti melampirkan pernyataan bahwa penelitian ini benar-benar dilakukan oleh informan untuk memenuhi standar atau kriteria
67
credibility. Selain itu, agar peneliti bisa menyelami lebih dalam apa yang terjadi sesuai dengan realitas yang ada, dilakukan observasi secara langsung dengan terjun langsung kedalam proses produksi Peneliti juga melakukan transkrip dari wawancara, kemudian coding ke dalam tahapan coding, mulai dari open coding, axial coding, dan selective coding, sehingga bisa dianalisis dengan akurat.
3.6.2 Transferability ( Keteralihan ) Kriteria keteralihan berbeda dengan validitas eksternal non kualitatif. Konsep validitas tersebut menyatakan bahwa generalisasi suatu penemuan dapat ditetapkan pada semua konteks dalam populasi yang sama atas dasar yang diperoleh pada sampel secara representatif. (Moleong, 2006:324) Transferability juga menjelaskan apakah hasil penelitian ini dapat diterapkan pada situasi yang lain. Konsep validitas menyatakan bahwa generalisasi suatu penemuan dapat berlaku atau diterapkan pada semua konteks dalam populasi yang sama atas dasar penemuan yang diperoleh pada sampel yang secara representative mewakili populasi itu. (Bryman, 2008:377)
3.6.3 Dependability ( Kebergantungan ) Dalam penelitian kualitatif, uji dependability dengan melakukan audit terhadap keseluruhan proses penelitian. Menekankan kebutuhan peneliti untuk memperkirakan penelitiannya untuk konteks-konteks yang selalu berubah selama penelitian ini berlangsung. Penelitian ini bertanggung jawab untuk menggambarkan perubahan-perubahan yang terjadi dalam setting penelitian dan bagaimana perubahan-perubahan ini mempengaruhi cara penelitian ini mendapatkan hasil penelitian. Dependability adalah parallel keandalan. Sebagai
68
parallel keandalan data riset kualitatif, peneliti perlu memastikan bahwa arsiparsip lengkap harus dijaga dari semua tahap yang menyangkut riset itu. Proses perumusan masalah, pemilihan peserta riset, mencatat lingkungan kerja, catatan wawancara, analisis data dan cara lain yang tak kalah diakses. Kemudian peneliti bertindak sebagai auditor, dan pasti pada bagian akhir untuk menetapkan prosedur diberapa banyak dan termasuk yang sudah diikuti. Ini juga meliputi tingkat untuk membuat kesimpulan yang benar. Auditing tidak mempunyai pendekatan popular untuk menambah dependability dari riset kualitatif. Beberapa studi yang menyoroti permasalahan dihubungkan dengan gagasan auditing. Ini sangat menuntut auditor, mengingat riset kualitatif itu menghasilkan frekuensi data yang besar. (Sugiyono, 2007:277)
3.6.4 Confirmability ( Kepastian ) Hampir sama dengan dependability, yaitu menguiji hasil penelitian dikaitkan dengan proses yang dilakukan. Apabila hasil penelitian merupakan fungsi dari proses penelitian maka proses tersebut telah memenuhi standar confirmability. Confirmability mempunyai kaitan dengan objektivitas yang lengkap di dalamnya riset sosial, peneliti harus berbuat secara jujur, dengan kata lain harus nyata dalam melakukan riset. Terdapat beberapa jenis strategi untuk meningkatkan confirmability. Peneliti bisa mendokumentasikan prosedur untuk melakukan cek dan ricek data yang didapat dari penelitian. Penelitian bisa juga aktif mencari dan menggambarkan berbagai kelemahan atau hal-hal kontradiktif yang ada dalam observasi sebelumnya. Setelah peneliti melakukan riset, seseorang bisa bertindak sebagai auditor yang menguji teknik
69
pengumpulan data dan menganalisi prosedur serta melakukan penelitian tentang kemungkinan adanya bias atau distorsi. (Bryman, 2008:379).
3.7
Kelemahan & Keterbatasan Penelitian Setiap penelitian tentunya memiliki kelemahan dan keterbatasan, apa lagi
penelitian pemula seperti penulis saat ini di dalam proses melakukan penelitian. kelemahan dan keterbatasan penelitian yang dimiliki adalah sebagai berikut: 1. Keterbatasan waktu yang dimiliki oleh informan dikarenakan jam kerja yang padat sehingga sulit untuk peneliti mendiskusikan masalah penelitian secara mendalam dengan waktu yang singkat. 2. Penjelasan Informan yang terkadang terlalu bertele-tele dan sangat jauh dari apa yang di tanyakan.