BAB 3 METODE PENELITIAN
3.1 Jenis Penelitian Rancangan penelitian ini adalah penelitian analitik observasional dengan metode cross sectional. 3.2Tempat dan Waktu Penelitian 3.2.1Tempat Penelitian Penelitian dilakukan di Klinik Ortodonti Rumah Sakit Gigi dan Mulut PendidikanFKG USU. 3.2.2 Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan pada bulan Februari sampai Mei 2016 . 3.3Populasi dan Sampel Penelitian 3.3.1 Populasi Penelitian Populasi diambil dari pasien di klinik RSGMP FKG USU dan praktek pribadi dokter gigi serta mahasiswa/i FKG USU. Rentang usia sampel 17-35 tahun, mengingat tahap tumbuh kembang telah selesai dan rentang usia dewasa muda. 3.3.2 Sampel Penelitian Sampel pada penelitian ini adalah pasien klinik RSGMP FKG USU,mahasiswa/iFKG USUdan pasoen dari praktek pribadi dengan crossbite posterior unilateral. 3.3.3 Kriteria Sampel Sampel yang dipilih pada penelitian ini ditentukan oleh kriteria sebagai berikut :
Kriteria Inklusi:
Universitas Sumatera Utara
-
Crossbite posterior unilateralminimal 2 gigi (kaninus, premolar dan molar) pada 1 sisi rahang dan minimal crossbite 1 tonjol.
-
Cetakan model studi dan foto panoramik dalam keadaan baik.
-
Morfologi gigi dalam keadaan baik (tonjol tidak atrisi dan tidak terlibat karies)
-
Tidak pernah dilakukan perawatan ortodonti dan tidak memakai protesa (jacket crown)
-
Semua gigi permanen lengkap tanpa memperhitungkan ada tidaknya molar ketiga
-
Tidak ada riwayat trauma rongga mulut
-
Tidak ada kelainan patologis
Kriteria Eksklusi: -
Crossbite posterior unilateral 1 gigi dan tonjol lawan tonjol
3.3.4 Besar Sampel Perkiraan besar sampel pada penelitian ini dilakukan dengan rumus:
Zα + Zβ
Keterangan :
2
𝑛𝑛 = � 1+r � + 3 0,5 ln [ ] 1−r
Keterangan : n
: Jumlah sampel yang akan diperiksa
α
: Kesalahan tipe I (0,05)
Z α: 1,96 β
: Kesalahan tipe II (0,1)
Z β: 1,282 r
: Perkiraan koefisien korelasisudut gonial kanan 0,88 dan kiri 0.90.4
jadi, n : 9. Digenapkan menjadi 10 Berdasarkan perhitungan rumus besar sampel, maka sampel yang diperlukan sebanyak minimal 40 sampel.
Universitas Sumatera Utara
3.4 Variabel Penelitian 3.4.1Variabelbebas Variabel bebas pada penelitian ini adalah tipe lengkung transversal maksila pada pasien crossbite posterior unilateral 3.4.2 Variabel tergantung Variabel tergantung pada penelitian ini adalah derajat keparahan asimetri sudut gonial mandibula 3.4.3 Variabelterkendali Variabel terkendali pada penelitian ini adalah usia, model studi, dan foto panoramik dari alat radiografi yang sama (Asahi Roentgen, Auto Zero, Jepang). 3.4.4 Variabel tidak terkendali Variabel tidak terkendali pada penelitian ini adalah jenis kelamin, ras, relasi molar, penyebab awalcrossbite posterior, berat ringannya crossbite. 3.5 Definisi Operasional Definisi operasional, cara dan alat ukur, kategori, dan skala ukur dari variabel bebas dan tergantung dari penelitian dijelaskan pada Tabel 3.1
Tabel 3.1 Definisi Operasional, Cara dan Alat Ukur, Kategori, serta Skala Ukur dari Variabel Bebas danTergantung
Variabel Crossbite posterior unilateral
Definisi
Cara dan alat ukur Dua atau lebih Pemeriksaan gigi posterior klinis dan maksila atau model studi mandibula, termasuk kaninus dengan posisi lebih ke bukal atau lingual.5
Kategori
Skala ukur Ordinal
Universitas Sumatera Utara
Lengkung tranversal maksila
Nilai perbedaan lengkung transversal maksila antara sisicrossbitediban dingkan dengan sisinoncrossbite.9
1. Simetri adalah nilai Ordinal Mengukur jarak masing perbedaan gigi variabel dental transversal netral, jika jarak terhadap antara sisi crossbite Midplatal raphe (midline dan noncrossbite ke maksila) pada midlinesama (-2 < 0 < 2) minimal softcopy pada 2 gigi yang oklusogram terlibat crossbite. maksila 2. Ekspansiadalah nilai menggunakan perbedaantransvers software Autocad 2007, algigi positif, jika setelah itu jarak sisicrossbitekemidlin kategorikan kedalam tipe e≥ 2 mm lebih besardibandingkan lengkung dengan sisi transversal maksila noncrossbite minimal pada 2
Asimetri Keadaan bila sudut gonial sudut gonial mandibula mandibula sisi crossbite dan noncrossbite berbeda
Mengukur sudut gonial mandibula sisi crossbite dan noncrossbite pada softcopytracin g panoramik menggunakan software Autocad 2007, setelah itu kategorikan ke dalam
gigi yang terlibat crossbite. 3. Kontraksi adalah nilai perbedaantransvers algigi negatif,jika jarak sisicrossbiteke midline ≥2 mm lebih kecildibandingkan dengan sisi noncrossbite minimal pada 2 gigi yang terlibat crossbite. Tingkat keparahan Ordinal asimetri ditentukan sebagai berikut: 1. Non Significant ketika perbedaan antara kanan dan kiri sudut adalah antara 0 dan 2,99 derajat; 2. Low (L), ketika perbedaan antara kedua belah pihak
Universitas Sumatera Utara
adalah antara 3 dan tingkat keparahan 5 derajat; asimetri sudut 3. Moderate (M), gonial. ketika perbedaan itu lebih dari 5 derajat tetapi kurang dari atau sama dengan 10 derajat; dan 4. Severe (S), ketika perbedaan itu lebih dari 10 derajat.
3.6 Alat dan Bahan Penelitian
3.6.1 Alat Alat yang digunakan dalam penelitian ini sebagai berikut (Gambar 3.1): 1. Kamera Canon D60 buatan Jepang dengan lensa fixed 50 mm 2. Tripod Sx Cell 3. Glass plate hitam, rata, 10 x 10 mm dengan stick 1 x 1 mm ditempel pada glass plate 4. Software Autocad 2007 yang digunakan untuk mengukur jarak masing-masing variabel dental terhadap midline pada oklusogram maksila, menentukan tangen ramus dan tangen corpus, pada softcopytracing panoramik. Sebelumnya software Autocad 2007 telah dilakukan uji pendahuluan dalam mengukur jarak transversal variabel dental terhadap midline pada oklusogram maksila serta tinggi ramus pada softcopytracing panoramik. Uji pendahuluan ini dilakukan tehadap 20% total sampel dan diperoleh nilai korelasi > 0,75, yang artinya Autocad 2007 dapat digunakan untuk mengukur jarak masing-masing variabel dental terhadap midline pada oklusogram maksila, menentukan titik Y dan Z serta mengukur tinggi ramus (jarak Z – Y) pada softcopytracing panoramik. 5. Scanner (Canon MP 280) dengan magnifikasi 100% 6. Tracing box 7. Pensil 4H, pensil warna merah, penggaris, dan penghapus
Universitas Sumatera Utara
Gambar 3.1. Alat penelitian:A.Kamera Canon D60 dan lensa fixed 50 mm dan lensa; B. Tripod; C. Glass plate; D. Scanner; E. Tracing box, F.Pensil 4H, pensil warna merah, penggaris danpenghapus. 3.6.2 Bahan Bahan yang digunakan dalam penelitian ini sebagai berikut (Gambar 3.2): 1. Model studi 2. Oklusogram maksila yang peroleh dari scanning model studi maksila 3. Foto panoramik 4. Kertas tracing (tebal0,003 inci, 8x10 inci) merkOrtho Organizer
Universitas Sumatera Utara
Gambar
3.2.Bahan penelitian:A.Model B.Oklusogram maksila; C. panoramik; D. Kertas tracing.
studi; Foto
3.7 Prosedur Penelitian Prosedur penelitian adalah sebagai berikut: 1. Identifikasijumlahgigiyang terlibat dalamcrossbiteposterior unilateral yaitucrossbiteminimal harus2 gigipada sisi yang sama. Gigi tonjol lawantonjol tidakdilibatkan. 2. Menentukan midpalatal raphe(midline maksila) pada model studi yang dilakukan menurut metode Ferro dkk, yaitu menghubungkan dua titik referensi anatomi pada raphe palatina menggunakan pensil berwarna merah. Titik referensi anterior dibuat pada titik tengah rugae palatinal kedua pada raphe palatina, sedangkan titik referensi posterior dibuat pada perbatasan antara palatum keras dan lunak yaitu titik tengah antara foveola pada raphe palatina.44 3. Identifikasi titik-titik variabel dental padamodel studi yang dilakukan menurut metode Ferro dkk.Titik-titik variabel dental yang digunakanadalah ujung tonjol kaninus, tonjol bukal premolar pertama dan kedua, serta tonjol mesiobukal, mesiolingual dan distobukal molar pertama dan kedua pada sisi crossbite (XBS) dan sisi noncrossbite (NXBS) menggunakan pensil berwarna merah (Gambar 3.3).
Universitas Sumatera Utara
4. Model studi maksila difoto dengan kamera Canon D60 dengan menggunakan lensa fixed 50 mmuntuk memperoleh oklusogramlengkung maksila. Sebelumnya model studi diletakkan di atas glass plate hitam yang rata berukuran 10 x 10 mm dengan stick 1 x 1 mm yang ditempel pada glass plate tersebut sebagai referensi saat pencetakan foto. Model studi difoto tegak lurus dari atas menggunakan tripod.
Gambar 3.3. Identifikasi titik-titik variabel dental pada model studi maksilamenurut teknik Ferro dkk, dengan titik referensi raphe palatina.2 5. Pengukuran nilai perbedaan transversal dental pada oklusogramyaitu jarak antara masingmasing variabel dental terhadap midline palatal dibandingkan antara sisi crossbitedan noncrossbite dengan menggunakan sofware Autocad 2007 kemudian dicetak dengan perbandingan 1 : 1 (Gambar 3.4).
Universitas Sumatera Utara
Gambar 3.4. Pengukuran nilai perbedaan transversal dental pada oklusogramberdasarkan teknik Ferro dkk yaitu jarak antara masing-masing variabel dental terhadap midline palatal dibandingkan antara sisi crossbite(warna merah) dan noncrossbite(warna biru)menggunakan sofware Autocad 2007. 6. Identifikasi lengkung transversal maksila dengan menggunakan acuan sisi crossbite yang dilakukan menurut metode Ferro dkk. Nilai ini netral, jika jarakantara sisi crossbite< 2 dibandingkan dengan sisi noncrossbiteke midline pada gigi yang terlibat crossbite, selanjutnya disebut sebagai lengkung transversal simetri.Nilai ini positif, jika jaraktransversalgigiantara sisicrossbite ≥ 2 mm lebih besardibandingkandengan sisinoncrossbitekemidlinepada gigi yang terlibat crossbite,selanjutnya disebut sebagai lengkung transversal ekspansi. Nilai ini negatif, jika jaraktransversalgigiantara sisicrossbite ≥ 2 mm lebih kecildibandingkandengan sisinoncrossbitekemidline pada gigi yang terlibat crossbite, selanjutnya disebut sebagai lengkung transversal kontraksi (Gambar 2.4). 7. Radiografi diambil dengan menggunakan alat radiografi yang sama (Asahi Roentgen, Auto Zero, Jepang) untuk semua sampel dalam keadaan standar. Untuk memastikan keakuratan dan kesalahan posisi kepala, posisi kepala pasien harus tepat di tengah head holder dengan sinar X-Ray sejajar hidung dan dataran horizontal Frankfrut sejajar lantai serta dahi menyentuh cephalostat selama paparan. Selain itu sampel juga mengigit bite block system di antara gigi insisivus untuk memperoleh posisi istirahat dan mengurangi distorsi vertikal (Gambar 3.5).
Universitas Sumatera Utara
A
B
Gambar 3.5. (A) Alat ronsen panoramik merk Asahi Roentgen, Auto Zero, Jepang. (B) Pasien mengigit bite block systemdi antara gigi insisivus dengan posisi kepala pasien tepat di tengah head holder dengan sinar X-Ray sejajar hidung dan dataran horizontal Frankfrut sejajar lantai serta dahi menyentuh cephalostat selama paparan. 8. Tracing kedua sisi kondilus dan ramus dari radiograf panoramik pada kertas asetat dengan pensil 0,5 mm oleh satu operatorterhadap lima sampel perharinya.Tracing foto panoramik kemudian di-scan dengan scanner Canon MP 280 magnifikasi 100%. Softcopytracing dimasukkanke program Autocad 2007. 9. Untuk mengidentifikasi sudut gonial mandibula, gambarkan garis singgung terluar tangen ramus dan kondilus dengan tangen korpus Gambar 3.6. sudut antara kedua garis tersebut adalah sudut gonial.
Universitas Sumatera Utara
Gambar 3.6. Pengukuran sudut gonial mandibulaberdasarkan modifikasi metode Ramirez - Yanez dkk, menggunakan software Autocad 2007. 10. Pengukuran sudut gonial mandibula pada setiap sampel yaitu sudut yang dibentuk oleh garis singgung ramus dan korpus pada sisi kanan dan kiri berdasarkan metode Ramirez-Yanez dkk dengan menggunakan program Autocad 2007 (Gambar 3.6). Kemudian nilai perbedaan sudut gonial mandibula dihitung dengan rumus berikut:
Selisih sudut gonial = (sudut gonial mandibula kiri – kanan) 11. Tingkat keparahan asimetri ditentukan sebagai berikut: Non Significant, ketika perbedaan antara kanan dan kiri sudut adalah antara 0 dan 2,99 derajat; LowSignificant, ketika perbedaan antara kedua belah pihak adalah antara 3 dan 5 derajat; ModerateSignificant, ketika perbedaan itu lebih dari 5 derajat tetapi kurang dari atau sama dengan 10 derajat; dan SevereSignificant, ketika perbedaan itu lebih dari 10 derajat4. 12. Selanjutnya penilaian hubungan lengkung transversal maksila dengan asimetri sudut gonial mandibula.
3.8 Metode Analisa Data Seluruh data dianalisa dengan menggunakan program SPSS. Data dianalisa secara deskriptifuntuk melihat karakteristik sampel penelitian. Data numerik disajikan dalam bentuk
Universitas Sumatera Utara
rata-rata±simpangan baku. Kemudian dilanjutkan dengan analisa secara analitik dimana diawali dengan uji normalitas dan homogenitas menggunakan Saphiro-Wilk test. Untuk melihat adanya perbedaan antara ketiga tipe lengkung transversal maksila dengan sudut gonial mandibula yang simetri dan asimetri pada crossbite posterior unilateral dilakukan uji Kruskal Wallis. 3.9 Diagram Alur Penelitian Crossbite Posterior Unilateral
Identifikasi jumlah gigi yang terlibat crossbite minimal 2 gigi
Model studi
Radiografi panoramik
Menentukan midline maksila
Tracing kedua sudut gonial mandibula
Identifikasi variabel dental
Scan tracing panoramik
Foto model maksila oklusogram
Softcopy tracingsoftware Autocad 2007
Softcopy oklusogram maksila software Autocad 2007 Identifikasi sudut gonial mandibula Pengukuran perbedaan nilai transversal dental
Pengukuran sudut gonial mandibula kedua sisi
Identifikasi tipe lengkung transversal dengan acuan sisi crossbite
Simetri
Ekspansi
Penilaian Perbedaan sudut gonial mandibula
Kontraksi Non Significant
AsimetriLow, Moderate dan Severe
Hubungan
Universitas Sumatera Utara
BAB 4 HASIL PENELITIAN
Subjek penelitian ini adalah 53 orang dewasa yang memiliki maloklusi crossbite posterior unilateral. Seluruh data dianalisa dengan menggunakan program SPSS. Data numerik disajikan dalam bentuk rata-rata dan simpangan baku. Kemudian dilanjutkan dengan analisa secara analitik dimana akan diawali dengan uji normalitas dan homogenitas menggunakan Saphiro-Wilk test. Tabel 4.1 Uji Normalitas Shapiro-Wilk test Kolomogorov-Smirnov
Shapiro-Wilk
Sudut gonial kanan
Statistik 150
df 28
Sig. .109
Statistik .933
df 28
Sig. .072
Sudut gonial kiri
107
28
.200
.980
28
.845
Indeks Asimetri
232
28
.000
.795
28
.000
Hasil dari uji Shapiro Wilk menunjukkan bahwa data penelitian tidak terdistribusi normal (p<0.05). Nilai rerata dari umur subjek penelitian ini adalah 21,84±4,71 dengan umur minimal 17 tahun dan maksimal 35 tahun. Subjek penelitian terdiri dari 22 laki-laki (41,5%) dan 31 perempuan (58,5%). Dari 16 sampel lengkung transversal simetri, laki-laki 6 orang (37,5%) dan perempuan 10 orang (62,5%); dari 25 sampel lengkung transversal ekspansi, laki-laki 12 orang (48,0%) dan perempuan 13 orang (52,0%); serta dari 12 sampel lengkung transversal kontraksi, laki-laki 4 orang (33,3%) dan perempuan 8 orang (66,7%). Nilai rerata±simpangan baku dari sudut gonial mandibula kanan adalah 122,59o±8,33o dengan median 123o. Sedangkan nilai rerata±simpangan baku dari sudut gonial mandibula kiri adalah 122,58o±8,34o dengan median 122o, seperti yang terlihat pada Tabel 4.2.
Universitas Sumatera Utara
Tabel 4.2 Nilai Rerata, Simpangan Baku dan Median dari Data Numerik Statistik Sudut Gonial Kanan Rerata Median Modus Std. Deviation Minimum Maximum
Ssudut Gonial Kiri
122.5943 123.0000 117.00a 8.33381 103.00 144.00
122.5849 122.0000 130.00 8.34458 100.00 138.00
4.3 Perbedaan sudut gonial crossbite dan non-crossbite menurut uji Spearman Statistik
Sudut gonial
P=0.212
p>0.01 Untuk mengetahui ada atau tidaknya perbedaan antara ketiga tipe lengkung transversal maksila dengan mandibula yang simetri dan asimetri pada crossbite posterior unilateral dilakukan uji bedaKruskal Wallis yang dapat dilihat dari
Tabel 4.4. Hasil
menunjukkan tidak ada hubungan yang signifikan antara sudut gonial mandibula dengan asimetri lengkung transversal maksila pada pasien crossbite posterior unilateral.
Tabel 4.4 Perbedaan antara lengkung transversal maksila dengan mandibula yang simetri dan asimetri pada crossbite posterior unilateral LENGKUNG TRANSVERSAL MAKSILA SUDUT GONIAL
SIMETRI n
Non Significant LowSignificant ModerateSignificant SevereSignificant
%
EKSPANSI n
%
KONTRAKSI n
TOTAL
%
n
%
4
17,4%
13
56,5%
6
26,1%
23
100,0%
0
,0%
1
100,0%
0
,0%
1
100,0%
1
20,0%
4
80,0%
0
,0%
5
100,0%
11
45,8%
7
29,2%
6
25,0%
24
100,0%
16
30,2%
25
47,2%
12
22,6%
53
100,0%
NILAI p
0.08*
* Hasil uji Kruskal Wallis menunjukkan tidak ada perbedaan (p<0.05)
Universitas Sumatera Utara
BAB 5 PEMBAHASAN
Penelitian mengenai hubungan asimetri lengkung transversal maksila terhadap sudut gonial mandibula pada pasien crossbite posterior unilateral merupakan penelitian observasional dengan metode cross sectional.Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah ada pengaruhasimetri lengkung transversal maksila terhadap sudut gonial mandibula pada pasien crossbite posterior unilateral, karenacrossbite merupakan maloklusi yang sering terjadi dengan kisaran prevalensi antara 8,7-23,3%.9-14 Pada pasien crossbite unilateral, biasanya mandibula shifting ke arahcrossbite ketika gigi beroklusi dari posisi istirahat ke posisi interkuspasi maksimal.9 Penyimpangan yang menetap tersebut bila terjadi dalam waktu yang lama atau pada masa pertumbuhan dapat menyebabkan displacement fungsional mandibula, khususnya pada regio kondilus.12Posisi mandibula yang asimetri pada crossbite unilateral kemungkinan dapat memicu aktifitas otot pengunyahan dan status oklusal gigi yang asimetri, hal ini dapat mempengaruhi sudut gonial mandibula.18,20 Asimetri mandibula tersebut memiliki efek langsung pada estetik wajah dan gangguan fungsi karena merupakan bagian dari sistem stomatognasi.7 Allen menyatakan perempuan dengan crossbite posterior memiliki prevalensi 64,5% dan laki-laki 35,5%,11 hal ini berbeda dengan penemuan Kutin dan Hawes dimana tidak terdapat perbedaan prevalensi antara laki-laki dan perempuan.2 Pada penelitian ini terdapat 22 orang laki-laki (41,5%), 31 orang perempuan (58,5%), hal ini mugkin perempuan lebih banyakmeminta perawatan ortodonti karena berhubungan dengan estetika. Diagnosis dari asimetri mandibula merupakan masalah yang kompleks, penelitian menunjukkan
ada
keterbatasan
radiografi
Anteroposterior
dalam
metodologi
dan
realibitasnya, sementara itu radiografi Submento Vertex (SMV) dianjurkan sebagai alternatif,
Universitas Sumatera Utara
tetapi radiografi ini memiliki distorsi yang signifikan. Saat ini kita ketahui bahwa solusi untuk mendiagnosa masalah skeletal adalah Computed Tomography(CT) danCone Beam Computed Tomography(CBCT), yang dapat digunakan sebagai pilihan untuk penelitian selanjutnya.7,21,43,44Teknologi3Ddapat mencapaiukuran gambar sebenarnya(1:1ukuran) tanpa pembesaran. Namun, CTmemilikikelemahan paparan radiasitinggi danbiaya relatif tinggi, yangmembatasipenggunaannya dalampraktek dokter gigisehari-hari.43 SedangkanCBCTjuga memungkinkanrekonstruksi3Ddaristruktur kraniofasial secara akurat. Dengan penggunaan software, struktur yang diperlukandapat dipisahkan daristruktur yangsekitarnya, sehingga memungkinkankita
untukmemvisualisasikandaerah
lainnyaserta
dapat
yangsuperimposisi
mengevaluasidimensisebenarnya.
Selain
denganstruktur itu
pada
CBCTdosisradiasidanbiaya relatif lebih rendah dibandingkan dengan CT.44 Selain radiografi yang rutin dalam pemeriksaan ortodonti (radiogrsfi panoramik dental dan sefalogram lateral), disarankan melakukan pemeriksaan tambahan berupa sefalogram anteroposterior atau radiografi aksial secara 3-dimensi. Namun, pemeriksaan radiografi ini tidak selalu dapat dikerjakan dengan mudah karena alasan etik dan ketahanan pasien terhadap penggunaan sinar X-Ray.7 Penelitian ini menggunakan radiografi panoramik, sehingga penggunaan film radiografi tidak dapat dihindarkan. Radiografi panoramik merupakan salah satu cara diagnosa yang sering digunakan untuk menggambarkan gigi dan bagian rahang lainnya.6,19Radiografi panoramik mudah didapat dan memberikan pandangan bilateral terhadap mandibula, juga dapat dilakukan pengukuran vertikal dan angular. Beberapa penelitian menyatakan bahwa radiografi panoramik dapat memberikan hasil yang dapat diterima, non-invasif, memberikan cost benefit yang menguntungkan dan radiasi yang rendah. Hal lain yang perlu diperhatikan adalah hasil pengukuran dipengaruhi oleh posisi kepala pasien, faktor pertimbangan lain
Universitas Sumatera Utara
adalah perlu perbandingan tampilan dimensi mesiodistal molar pertama mandibula kiri dan kanan untuk evaluasi distorsi. Radiografi panoramik berguna untuk penelitian komparatif asimetri dengan hasil yang dapat diterima, Selain itu bersifat non-invasif, menguntungkan dari segi biaya, dan paparan radiasi terhadap subyek yang relatif rendah. 15,31,34 Pengukuran asimetri mandibula dapat dilakukan secara linear yaitu dari perbedaan tinggi vertikal kondilus dan ramus kanan dan kiri, secara horizontal yaitu panjang korpus mandibula, secara angular yaitu pengukuran sudutgonial, sudut pogonion dan sudut kondilus.37,38 Larheim dan Svanaes melakukan penelitian terhadap 31 pasien dengan radiografi panoramik mengatakan bahwa pengukuran vertikal dan angular dapat dihitung. Penelitian tambahan terhadap 5 skeletal kepala menunjukkan faktor pembesaran pada pengukuran vertikal adalah 18% -21%, sedangkan pada pengukuran sudut gonial pada tengkorak identik dengan pengukuran sudut pada radiografi panoramik.24 Simetri padakraniofasial yang kompleks adalah bagian dari equilibrium.Studi ini mengevaluasi prevalensi asimetri angular, dimana beberapa penelitian sebelumnya menemukan adanya asimetri pada pasien muda, dan diasosiasikan dengan periode pertumbuhan.Beberapa penelitian didapati hasil yang kontradiksi, dimana terdapat persentase yang tinggi pada populasi, terdapat asimetri yang signifikan pada ramus dan korpus, dimana berhubungan dengan asimetri angular.Hanya beberapa penelitian yang menginvestigasi asimetri angular pada kompleks kraniofasial. Beberapa melaporkan tidak ada perbedaan signifikan pada sudut gonial antara sisi kiri dan kanan.4 Penelitian terbaru melaporkan hal sebaliknya, dimana ditemukan 25% populasi terdapat asimetri yang moderate dan severe bila dibandingkan sisi kiri dan kanan.Pertumbuhan tulang pada mandibula
bukan hanya
dipengaruhi oleh faktor genetik, tetapi juga dipengaruhi oleh faktor lingkungan seperti
Universitas Sumatera Utara
nutrisi, fungsi mastikasi, penyakit lokal ataupun sistemik. Pasien dengan crossbite menunjukkan gangguan postur dan fungsional, seperti penurunan kekuatan gigitan, asimetri aktifitas otot, masalah artikulasi, dan deviasi mandibula pada sisi crossbite pada saat penutupan.17 Ada beberapa literatur terhadap derajat asimetri dan perubahan skeletal
pada sudut
mandibula dari radiografi panoramik. Kebanyakan kasus menganalisa sampel pada populasi dewasatidak selalu muncul pada crossbite unilateral.Penelitian menginvestigasi pengukuran yang berhubungan dengan dimensi linear dan sudut mandibula dari 60 tengkorak orang dewasa menerima kedua pengukuran tersebut.Penelitian Raminez Yanez dimana terdapat 171 subjek pada pasien growing dengan sudut gonial yang asimetri non signifikan, 73 pasien low signifikan, 80 moderate signifikan, dan 4 orang severe signifikan.17 Pada tahun 1987, Habets dkk menggunakan model pada tengkorak mandibula orang dewasa, dilakukan pengukuran radiografi panoramik dengan sembilan posisi yang berbeda pada model, menyatakan bahwa ramus dan kondilus mandibula dengan metode Habet, dapat digunakan untuk diagnosis dari asimetri kondilus.17 Tsai pada tahun 2002mempelajari kontur mandibula, kondilus, processus koroniod dan korpus mandibula pada radiografi panoramik terhadap anak-anak tanpa kondisi patologis pada masa gigi desidui, masa gigi bercampur, dan gigi permanen. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pengukuran angular menurun pada usia 20 tahun. 17 Pada tahun 2005 Liukkonen dkk, mengevaluasi asimetri mandibula dengan radiografi panoramik pada 182 pasien sehat antara 7-16 tahun. Pada studi tersebut menunjukkan perbedaan yang signifikan antara sisi kanan dan kiri pada usia 7 tahun. Pasien muda yang sehat umumnya memiliki asimetri mandibula yang secara klinis tidak signifikan.Penelitian lain mempublikasikan analisis penelitian pada pasien muda dengan tipe crossbite dan
Universitas Sumatera Utara
maloklusi yang berbeda dengan memperhitungkan kondilus dan bagiannya, dengan diagnosis asimetri mandibula pada usia muda kontroversial dengan hasil penelitian 17 Nilai rerata±simpangan baku dari sudut gonial mandibula kanan adalah 122,59o±8,33o dengan median 123o. Sedangkan nilai rerata±simpangan baku dari sudut gonial mandibula kiri adalah 122,58o±8,34o dengan median 122o. Dari hasil penelitian mendapatkan hasil sudut gonial yang tidak berbeda secara signifikan antara sisi kiri dan kanan pada pasien crossbite posterior unilateral, dimana hal ini menunjukkan bahwa pada pasien crossbite telah terjadi penyesuaian terhadap angulasi mandibula. Konstraksi maksila umumnya diakui sebagai faktor etiologi pada crossbiteposterior unilateral, maka Ferro dkk dalam penelitiannya mengukur dan mengelompokkan lengkung transversal pada sisi crossbite. Dalam penelitiannya Ferro dkk membagilengkungtransversal maksila pada crossbite posteriorunilateral menjadisimetri,ekspansi dan kontraksi dengan acuan sisi crossbite.7 Oleh karena itu, penelitian ini menekankan pada morfologi lengkung maksila 53 pasien dengan maloklusi crossbite posterior unilateral. Untuk itu, dilakukan pengukuran perbedaan transversal dental pada sisi crossbite dan non-crossbite dari oklusogram maksila. Dari perbandingan variabel dental pada kedua sisi oklusogram, ditemukan lengkung transversal maksila simetris (n = 16), ekspansi(n = 25) dankontraksi (n= 12) pada sisi crossbite.Berbeda dengan penelitian Ferro dimana lebih banyak pasien dengan lengkung maksila kontraksi dan simetri pada crossbite posterior unilateral, hasil penelitian membuktikan bahwa tidak ada korelasi antara sudut gonial dengan asimetri lengkung transversal maksila pada pasien crossbite posterior unilateral.
Universitas Sumatera Utara
BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN
6.1 Kesimpulan Kesimpulan yang diperoleh dari penelitian ini berupa: 1. Dari 53 sampel terdapat 23 orang dengan sudut gonial simetri, 23 orang asimetri low, 6 orang asimetri moderate, dan hanya 1 orang asimetri severe. 2. Lengkung transversal maksila ekspansidominan dijumpai pada crossbite posterior unilateral sebesar 53,6%. 3. Tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara ketiga tipe lengkung transversal maksila dengan sudut gonial mandibula yang simetri dan asimetri pada crossbite posterior unilateral. 4.
Sudut gonial pada pasien crossbite posterior unilateral relatif simetris anatara sisi crossbite
dan sisi non crossbite.
6.2 Saran Memerlukan penelitian lebih lanjut menggunakan CBCT diperlukankarena CBCT dapat merekonstruksisecara
3Dstruktur
kraniofasial
dengan
akurat.
Selain
itu
juga
diperlukanmetode pelelitian lain untuk hubungan asimetri lain pada pasien crossbite posterior unilateral.
Universitas Sumatera Utara