BAB 3 METODE PENELITIAN
3.1 Metode Ilmiah 3.1.1 Pengertian Metode Ilmiah Penelitian merupakan salah satu langkah yang umumnya dilakukan untuk membuktikan suatu teori ataupun untuk melahirkan sebuah teori yang baru. Menurut Tuckman (Tuckman, 1978 dalam Sarwono, 2006:15), penelitian adalah sebuah cara “Research is a systematic attempt to provide answers to questions. Such answer may be abstract and general as is often the case in basic research or they may be highly concrete and specific as is often the case in applied research”. Berdasarkan definisi ini, secara sederhana dapat dikatakan bahwa penelitian merupakan cara-cara yang sistematis untuk menjawab masalah yang sedang diteliti. Kata sistematis dalam definisi ini berfungsi sebagai kata kunci yang berkaitan dengan metode ilmiah, yang berarti adanya prosedur yang ditandai dengan keteraturan dan ketuntasan. Jika berbicara mengenai penelitian, rasanya tidak lengkap jika tidak membahas tentang metode ilmiah, karena penelitian dengan metode ilmiah merupakan dua hal yang tidak dapat terpisahkan. Penelitian selalu berkaitan dengan metode, karena melalui metode lah suatu penelitian dapat dilakukan dan menemukan jawaban, sementara suatu metode tidak akan berfungsi jika tidak dilakukan penelitian, karena tanpa penelitian, tidak akan ada masalah yang dapat diangkat dan diteliti. Menurut Suriasumantri (2001:119 dalam Kriyantono, 2012:49) metode ilmiah merupakan suatu prosedur atau cara mengetahui sesuatu, yang mempunyai langkah89
90 langkah yang sistematik. Berdasarkan definisi ini, dapat disimpulkan jika penelitian merupakan suatu kegiatan ataupun cara yang dilakukan untuk mengetahui sesuatu, sementara metode ilmiah merupakan alternatif cara yang dipilih untuk melaksanakan penelitian, dengan prosedur ataupun langkah-langkah yang berbeda, antara satu metode dengan metode yang lainnya. 3.1.2 Jenis – Jenis Metode Ilmiah Dilihat dari pendekatannya, terdapat dua jenis metode ilmiah yang umumnya digunakan untuk melakukan penelitian, yang terdiri dari metode penelitian kualitatif dan juga kuantitatif. Metode penelitian kualitatif merupakan proses yang mencoba untuk mendapatkan pemahaman yang lebih baik mengenai kompleksitas yang ada dalam interaksi manusia (Catherine Marshal, 1995 dalam Sarwono, 2006:193). Dari definisi tersebut, dapat dilihat jika metode kualitatif menekankan pada proses dalam melakukan penelitian, sehingga dalam pelaksanaannya, peneliti lebih berfokus pada proses daripada hasil akhir. Berbeda dengan metode kualitatif, metode penelitian kuantitatif merupakan metode yang menggambarkan atau menjelaskan suatu masalah yang hasilnya dapat digeneralisasikan (Kriyantono, 2012:55). Peneliti tidak terlalu mementingkan kedalaman data atau analisis, karena aspek keluasan data lebih dipentingkan, sehingga data atau hasil riset dianggap merupakan representasi dari seluruh populasi.
3.2 Pendekatan Penelitian Dari kedua jenis metode yang dijabarkan di atas, metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian kualitatif. Alasan mengapa peneliti memilih metode ini adalah karena peneliti ingin melakukan penelitian secara
91 mendalam terhadap masalah atau topik yang diteliti, sehingga peneliti dapat menjabarkan hasil penelitian secara mendalam pula. 3.2.1 Ciri-Ciri Metode Kualitatif Menurut Kriyantono dalam bukunya Teknik Praktis Riset Komunikasi, secara umum, metode kualitatif memiliki ciri-ciri yang membedakannya dengan metode penelitian yang lainnya, yaitu: a. Intensif Yang dimaksud dengan intensif adalah partisipasi peneliti dalam penelitian yang dijalani dilakukan pada setting lapangan dan dalam waktu yang lama, karena dalam melakukan penelitian, peneliti merupakan instrument pokok penelitian. b. Proses perekaman yang hati-hati Yang artinya, proses perekaman yang sangat hati-hati terhadap apa yang terjadi dengan catatan di lapangan dan tipe lain dari bukti-bukti dokumenter. c. Analisis data lapangan Tidak seperti penelitian kuantitatif yang menganalisis data dengan menggunakan uji statistik, dalam penelitian kualitatif, data yang diperoleh dianalisis secara mendalam dengan mengikutsertakan analisis dan interpretasi peneliti yang bersifat subjektif. d. Melaporkan hasil termasuk deskripsi detail, quotes (kutipan-kutipan) dan komentar-komentar. Dalam penelitian kualitatif, semua data yang diperoleh di lapangan harus dilaporkan dan dideskripsikan dalam hasil penelitian, termasuk juga diantaranya deskripsi detail mengenai masalah yang diteliti, quotes atau
92 kutipan-kutipan, serta komentar-komentar dari para ahli maupun informan yang diwawancarai. e. Tidak ada realitas yang tunggal Dikatakan tidak ada realitas yang tunggal karena realitas dipandang sebagai sesuatu yang dinamis dan merupakan produk dari konstruksi sosial, dimana setiap peneliti mengkreasi realitas sebagai bagian dari proses penelitiannya. f. Subjektif dan berada hanya dalam referensi peneliti Dalam penelitian kualitatif, peneliti bertindak sebagai sarana penggalian interpretasi data, sehingga data-data yang diperoleh bersifat subjektif, karena melihat dari sudut pandang peneliti. g. Realitas bersifat holistik Dalam penelitian kualitatif, realitas merupakan sesuatu yang bersifat holistik atau menyeluruh, karena realitas merupakan sesuatu yang tidak dapat dipilahpilah. h. Peneliti memproduksi penjelasan unik tentang situasi yang terjadi dan individu-individunya Dalam penelitian kualitatif, semua data yang diperoleh di lapangan akan dijabarkan secara menyeluruh, sehingga berbagai informasi terkait situasi yang terjadi dan individu yang diteliti akan dijabarkan dalam hasil penelitian. Dikatakan penjelasan unik, karena peneliti memiliki persepsi tersendiri yang unik dan berbeda dengan persepsi pembaca maupun sesama peneliti lainnya. i. Lebih pada kedalaman (depth) daripada keluasan (breadth) Penelitian kualitatif merupakan metode penelitian yang membahas suatu masalah secara mendalam, dimana untuk menggali kedalaman data, maka
93 tidak jarang dilakukan yang namanya wawancara, focus group discussion, maupun observasi secara langsung. j. Prosedur penelitian bersifat empiris – rasional dan tidak berstruktur Disebut empiris – rasional karena penelitian yang dilakukan tidak berangkat dari konsep-konsep atau teori-teori yang melandasinya. Dalam artian, dalam melaksanakan penelitian, digunakan konsep atau teori sebagai landasan, namun konsep atau teori ini tidak berfungsi sebagai data yang harus dibuktikan, sehingga ketika peneliti menemukan hasil penelitian yang tidak sesuai dengan teori ataupun konsep yang ada, peneliti dapat membuat suatu konsep atau teori baru yang berbeda dengan konsep ataupun teori yang telah ada sebelumnya. Hasil penelitian yang berbeda dengan teori ataupun konsep yang digunakan tidak menandakan jika hasil penelitian tidak valid, karena situasi yang terjadi di lapangan antara penelitian yang satu pasti berbeda dengan penelitian yang lainnya, sehingga meskipun hasil yang diperoleh tidak sama dengan konsep ataupun teori yang digunakan, hasil penelitian secara kualitatif tersebut masih dikategorikan sebagai hasil penelitian yang valid. Selain itu, prosedur penelitian dikatakan tidak berstruktur karena tidak ada desain penelitian ataupun konsep awal yang dibuat terkait apa yang diteliti, sehingga peneliti melakukan penelitian dalam setting yang alamiah dan membiarkan peristiwa yang diteliti mengalir secara normal tanpa mengontrol variabel yang diteliti. k. Terdapat hubungan antara teori, konsep, dan data Hubungan antara teori, konsep, dan data yang dimaksudkan di sini adalah, melalui data yang diperoleh dari hasil penelitian, dapat dibentuk suatu teori ataupun konsep yang baru, yang berbeda dan belum pernah ada sebelumnya.
94 3.2.2 Desain Metode Kualitatif Desain penelitian merupakan langkah-langkah yang dapat dilakukan untuk melaksanakan suatu penelitian. Dalam pelaksanaannya, desain penelitian kualitatif bersifat fleksibel dan berubah-ubah sesuai dengan kondisi lapangan, tidak seperti desain penelitian kuantitatif yang bersifat tetap, baku dan tidak berubah-ubah. Dalam pelaksanaan penelitian kualitatif, desain penelitian hanya berperan untuk membantu peneliti mengarahkan jalannya proses penelitian, agar sesuai dengan masalah yang diteliti dan penelitian dapat berjalan dengan sistematis. Desain penelitian kualitatif sendiri terbagi menjadi enam langkah, seperti yang dijabarkan oleh Sarwono sebagai berikut: Menentukan Masalah
Teknik Sampling
Menentukan Jenis Data
Menentukan Instrumen Pengambilan Data
Menentukan Metode Pengambilan Data
Menentukan Teknik Analisis
Gambar 3.1 Model Desain Riset Kualitatif Sumber : Jonathan Sarwono dalam Metode Penelitian Kuantitatif & Kualitatif (2006 : 200). Sebelum melakukan suatu penelitian, peneliti harus merumuskan masalah yang akan diteliti terlebih dahulu. Masalah yang akan diteliti dirumuskan sesuai dengan ketentuan sebelum melakukan tahapan lain, karena tahapan berikutnya
95 dalam penelitian akan ditentukan oleh masalah yang sudah dirumuskan. Masalah yang dirumuskan pun harus jelas dan tidak bermakna ganda sehingga tidak menimbulkan berbagai interpretasi. Setelah masalah dirumuskan, maka yang kemudian harus dilakukan adalah menentukan sampel, dimana pada penelitian kualitatif, sampel yang akan digunakan disebut dengan teknik non probabilitas, yaitu teknik mengambil sampel yang tidak didasarkan pada formulasi statistik. Setelah itu, peneliti harus menentukan jenis data yang akan digunakan. Data dalam penelitian kualitatif bersifat deskriptif, yang bisa berupa gejala-gejala, kejadian, ataupun peristiwa yang kemudian dianalisis dalam bentuk kategorikategori. Jenis data sendiri terbagi menjadi dua, yaitu data primer dan data sekunder, dimana data primer merupakan data yang diperoleh langsung dari informan ataupun objek penelitian, yang berupa catatan teks hasil wawancara ataupun rekaman gambar dan suara hasil dokumentasi. Sementara data sekunder merupakan data-data yang sudah tersedia dan dapat diperoleh peneliti dengan cara membaca, melihat, atau mendengarkan. Data ini biasanya berasal dari data primer yang sudah diolah oleh peneliti sebelumnya, termasuk didalamnya data berbentuk teks, gambar, suara, maupun kombinasi antara ketiganya. Setelah menentukan jenis data, maka peneliti harus menentukan instrumen pengambilan data. Instrumen pengambilan data yang paling banyak digunakan dalam penelitian kualitatif adalah wawancara, karena melalui wawancara, data ataupun informasi yang dibutuhkan dapat digali secara mendalam. Langkah selanjutnya adalah peneliti harus menentukan metode pengambilan data. Metode pengambilan data dalam penelitian kualitatif jenisnya beragam, namun, yang paling umum digunakan dalam penelitian kualitatif adalah metode
96 wawancara mendalam, observasi dengan terlibat langsung, serta dokumentasi dalam bentuk teks, gambar, dan suara. Langkah terakhir yang kemudian harus dilakukan adalah menentukan teknik analisis data, dimana data yang diperoleh akan diolah untuk kemudian dijadikan hasil penelitian.
3.3 Jenis Penelitian Jenis penelitian yang dilakukan oleh peneliti adalah penelitian deskriptif, dimana pada penelitian ini, peneliti menggambarkan variabel-variabel yang sedang diteliti. Selain itu, melalui penelitian deskriptif ini, peneliti juga akan mengemukakan konseptualisasi yang lebih jelas dan memiliki definisi konseptual dari gejala yang diriset. Definisi konseptual ini diperoleh setelah peneliti membuat kerangka konsep atau landasan teori, dimana konsep dalam penelitian deskriptif ini bersifat tunggal, karena tidak ada upaya untuk mencari analisis hubungan antar konsep. Dengan kata lain, perumusan masalah pada penelitian ini akan terdiri dari satu konsep, yaitu terkait dengan proses quality control, dimana tugas utama peneliti adalah membuat penjelasan teoritis mengenai proses quality control pada stasiun televisi O Channel.
3.4 Objek Penelitian Objek penelitian merupakan sekelompok populasi yang dijadikan target utama dilakukannya penelitian. Pada penelitian ini, yang menjadi objek penelitian adalah sub divisi quality control yang berada di bawah divisi programming. Adapun alasan mengapa peneliti memilih sub divisi quality control sebagai objek penelitian adalah karena peneliti merasa tertarik untuk melakukan penelitian mengenai proses quality control, sehingga secara otomatis, sub divisi quality control inilah yang menjadi
97 objek utama penelitian.
3.5 Informan Dalam penelitian ini, yang dijadikan informan adalah staff dan head quality control yang bekerja di dalam sub divisi quality control di bawah divisi programming. Informan merupakan subjek yang memahami informasi objek penelitian sebagai pelaku maupun orang lain yang memahami objek penelitian (Bungin, 2007:76). Adapun alasan mengapa peneliti memilih staff dan head quality control sebagai informan adalah karena staff dan head quality control merupakan pihak yang terjun secara langsung pada bagian quality control, sehingga secara otomatis, mereka pasti mengetahui berbagai hal mengenai proses quality control, dan hal itu akan memudahkan peneliti dalam mendeskripsikan tentang proses quality control. Selain staff dan head quality control, subjek lain yang juga dijadikan informan pada penelitian ini adalah Programming Services Department Head yang masih memiliki keterkaitan yang cukup erat dengan sub divisi quality control, karena Programming Services Department Head membawahi head dan juga staff quality control.
3.6 Metode Pengumpulan Data Dalam melaksanakan penelitian, seorang peneliti diharuskan untuk melakukan kegiatan pengumpulan data. Kegiatan pengumpulan data merupakan prosedur yang sangat menentukan baik tidaknya penelitian, karena jika kegiatan pengumpulan data tidak dirancang dengan baik, atau jika peneliti salah dalam mengumpulkan data, maka data yang diperoleh tidak akan sesuai dengan masalah yang sedang diteliti. Menurut Kriyantono (2012:95):
98 “Seorang periset seyogianya memperoleh data yang relevan, artinya data yang ada kaitannya langsung dengan masalah yang sedang diteliti dan mutakhir, artinya data yang diperoleh masih hangat dibicarakan dan diusahakan dari orang pertama”. Dari definisi tersebut, dapat disimpulkan jika peneliti dan penelitian yang dilakukan sangat berkaitan erat dengan kegiatan pengumpulan data, karena kegiatan pengumpulan data berhubungan dengan masalah yang sedang diteliti, dimana pada akhirnya mempengaruhi hasil penelitian yang diperoleh. Metode pengumpulan data sendiri merupakan teknik atau cara-cara yang dapat digunakan peneliti untuk mengumpulkan data. Ada beberapa teknik atau metode pengumpulan data yang biasanya dilakukan oleh peneliti. Menurut Wimmer dan Sendjaya (Wimmer, 2000:110; Sendjaya, 1997:32 dalam Kriyantono, 2012:95) dalam riset kualitatif, dikenal metode pengumpulan data berupa observasi (field observations), focus group discussion, wawancara mendalam (intensive/ depth interview) dan studi kasus. Seperti yang telah dijabarkan di atas, ada banyak cara yang dapat dilakukan peneliti untuk mengumpulkan data dalam penelitian yang dilakukan. Namun dalam penelitian ini, peneliti hanya menggunakan tiga jenis metode pengumpulan data, yaitu dengan wawancara mendalam (depth interview), observasi partisipan, dan studi kepustakaan. 3.6.1 Wawancara Mendalam Wawancara merupakan salah satu metode pengumpulan data yang umumnya dilakukan pada penelitian kualitatif. Wawancara sendiri merupakan metode pengumpulan data yang digunakan untuk memperoleh informasi secara langsung dari sumbernya. Menurut Berger (Berger, 2000:111 dalam Kriyantono, 2012:100) wawancara adalah percakapan antara periset – seseorang yang berharap
99 mendapatkan informasi – dan informan – seseorang yang diasumsikan mempunyai informasi penting tentang suatu objek. Kriyantono (2012:100) dalam bukunya Teknik Praktis Riset Komunikasi membagi wawancara ke dalam dua kelompok, yaitu wawancara dalam penelitian kualitatif dan wawancara dalam penelitian kuantitatif. Wawancara dalam penelitian kualitatif lebih sering dikenal sebagai wawancara mendalam (depth interview) atau wawancara secara intensif (intensive interview), dimana tujuannya adalah untuk mendapatkan data kualitatif yang mendalam. Wawancara mendalam merupakan suatu cara mengumpulkan data atau informasi dengan langsung bertatap muka dengan informan agar mendapatkan data lengkap dan mendalam (Kriyantono, 2012:102). Wawancara ini biasanya dilakukan dengan frekuensi tinggi (berulang-ulang) secara intensif, karena perlakuan terhadap responden dengan informan akan berbeda, dimana responden merupakan orang yang diwawancarai hanya sekali, sementara informan merupakan orang yang ingin peneliti ketahui atau pahami dan yang diwawancarai beberapa kali. Wawancara mendalam ini biasanya menjadi alat utama pada riset kualitatif yang dikombinasikan dengan observasi partisipan. Pada wawancara mendalam ini, pewawancara relatif tidak mempunyai kontrol atas respons informan, dimana informan memiliki kebebasan untuk menyampailkan jawaban. Oleh karena itu, peneliti mempunyai tugas berat agar informan bersedia memberikan jawaban-jawaban yang lengkap, mendalam, dan bila perlu tidak ada yang disembunyikan. Seperti yang dikutip dari buku Teknik Praktis Riset Komunikasi, wawancara mendalam memiliki karakteristik yang unik, yang membedakannya dengan jenis wawancara yang lainnya, yaitu:
100 a. Digunakan untuk subjek yang sedikit atau bahkan satu dua orang saja. Mengenai banyaknya subjek, tidak ada ukuran pasti. Berbeda dengan riset kuantitatif yang mensyaratkan sampel harus dapat mewakili populasi, pada wawancara mendalam, peneliti berhenti mewawancarai hingga peneliti bertindak dan berpikir sebagai anggota-anggota kelompok yang sedang diteliti (Frey, 1992:288 dalam Kriyantono, 2012:103). Jika peneliti merasa data yang terkumpul sudah jenuh (tidak ada sesuatu yang baru), maka ia bisa mengakhiri wawancara. b. Menyediakan latar belakang secara detail (detailled background) mengenai alasan informan memberikan jawaban tertentu. Dari wawancara ini terelaborasi beberapa elemen dalam jawaban, yaitu opini, nilai-nilai (values), motivasi, pengalaman-pengalaman, maupun perasaan informan. c. Wawancara mendalam memerhatikan bukan hanya jawaban verbal informan, tapi juga observasi yang panjang mengenai respon-respon nonverbal informan. d. Wawancara mendalam biasanya dilakukan dalam waktu yang lama dan berkali-kali. Tidak seperti wawancara yang biasa digunakan dalam survei yang mungkin beberapa menit, sebuah wawancara mendalam bisa menghabiskan waktu berjam-jam. Bahkan bila perlu pewawancara sampai harus melibatkan diri secara dekat dengan hidup bersama informan guna mengetahui pola keseharian informan. e. Memungkinkan memberikan pertanyaan yang berbeda atas informan yang satu dengan yang lain. Susunan kata dan urutannya disesuaikan dengan ciriciri setiap informan (Denzin, 1989:105 dalam Kriyantono, 2012:103). Jadi, pertanyaannya tergantung pada informasi apa yang ingin diperoleh dan berdasarkan jawaban informan yang dikembangkan oleh peneliti.
101 f. Wawancara mendalam sangat dipengaruhi oleh iklim wawancara. Semakin kondusif iklim wawancara (keakraban) antara peneliti (pewawancara) dengan informan, maka wawancara dapat berlangsung terus. Alasan mengapa peneliti memilih wawancara mendalam sebagai salah satu metode pengumpulan data adalah, karena melalui wawancara mendalam, peneliti dapat memperoleh berbagai informasi terkait masalah yang diteliti. Peneliti dapat menggali informasi sebanyak-banyaknya dari berbagai informan yang memang memiliki kedekatan ataupun keterkaitan dengan masalah yang diteliti, sehingga tidak hanya satu sudut pandang yang bisa peneliti peroleh, melainkan beberapa sudut pandang. Adapun untuk informan, peneliti akan mewawancarai tiga orang staff quality control, seorang head quality control dan juga Programming Services Department Head sebagai pihak yang juga memiliki keterkaitan dengan proses quality control. 3.6.2 Observasi Partisipan Observasi merupakan salah satu metode pengumpulan data yang digunakan pada riset kualitatif. Observasi merupakan kegiatan mengamati secara langsung – tanpa mediator – sesuatu objek untuk melihat dengan dekat kegiatan yang dilakukan objek tersebut (Kriyantono, 2012:110). Menurut Nazir (Nazir, 1985:234 dalam Kriyantono, 2012:110), suatu kegiatan observasi baru bisa dimasukkan sebagai kegiatan pengumpulan data penelitian, apabila memenuhi syarat-syarat tertentu, yaitu: a. Observasi digunakan dalam riset dan telah direncanakan secara sistematik. b. Observasi harus berkaitan dengan tujuan riset yang telah ditetapkan.
102 c. Observasi yang dilakukan harus dicatat secara sistematis dan dihubungkan dengan proposisi umum dan bukan dipaparkan sebagai sesuatu yang hanya menarik perhatian. d. Observasi dapat dicek dan dikontrol mengenai validitas dan reliabilitasnya. Observasi partisipan merupakan metode observasi dimana peneliti juga berfungsi sebagai partisipan, ikut serta dalam kegiatan yang dilakukan kelompok yang diteliti, apakah kehadirannya diketahui atau tidak. Metode ini lebih memungkinkan peneliti mengamati kehidupan individu atau kelompok dalam situasi riil, dimana terdapat setting yang riil tanpa dikontrol atau diatur secara sistematis seperti pada penelitian lainnya. Metode ini sendiri memungkinkan peneliti untuk terjun langsung dan menjadi bagian dari yang diteliti, bahkan hidup bersama-sama di tengah individu atau kelompok yang diobservasi. Oleh karena observasi partisipan umumnya dilakukan dalam jangka waktu yang cukup lama, maka peneliti memiliki kesempatan untuk memahami apa yang terjadi, memahami pola-pola dan interaksi yang terjalin antar bagian atau kelompok, serta memahami kekurangan dan kelebihan dari sistem atau masalah yang sedang diteliti. Dalam melaksanakan observasi partisipan ini, peneliti yang merupakan orang luar, memiliki kesempatan untuk bergabung dalam kelompok yang diteliti dan dapat berpartisipasi dalam kegiatan dan pola hidup kelompok, sambil melakukan pengamatan. Adapun dalam pelaksanaannya, peneliti dapat berperan sebagai bagian dari sub divisi quality control dan mengamati kegiatan yang dilakukan oleh staff dan head quality control dalam melaksanakan proses quality control pada programprogram yang akan ditayangkan.
103 Alasan mengapa peneliti memilih observasi partisipan sebagai salah satu metode pengumpulan data adalah karena peneliti dapat terjun secara langsung dalam sistem yang ingin diteliti, peneliti dapat mengamati secara langsung proses dan pola interaksi yang terjadi dalam sistem yang diteliti, serta peneliti dapat menggali informasi secara lebih mendalam dengan berinteraksi secara langsung dengan para informan. 3.6.3 Studi Kepustakaan Sama seperti wawancara mendalam ataupun observasi partisipan, studi kepustakaan juga merupakan salah satu metode yang umumnya digunakan dalam penelitian kualitatif untuk mengumpulkan data atau informasi yang dibutuhkan. Studi kepustakaan merupakan metode pengumpulan data dengan cara mencari, mengumpulkan, dan mempelajari berbagai materi yang berkaitan dengan masalah penelitian. Dalam studi kepustakaan ini, materi yang dapat dipergunakan sebagai data hasil penelitian memiliki bentuk yang beraneka ragam, mulai dari dokumen publik, seperti berita surat kabar ataupun transkrip acara TV, hingga dokumen privat, seperti dokumen perusahaan. Salah satu tujuan dari studi kepustakaan adalah untuk mendapatkan berbagai informasi dan data yang dapat digunakan untuk mendukung analisis dan intepretasi peneliti, entah itu menguatkan ataupun melemahkan analisis dan interpretasi peneliti atas permasalahan dan data hasil penelitian. Dalam pelaksanaannya, peneliti melakukan studi kepustakaan dengan cara mengumpulkan berbagai data dan dokumen yang berkaitan dengan kegiatan quality control, seperti data terkait regulasi penyiaran mengenai apa yang boleh dan apa yang tidak boleh disiarkan. Adapun alasan mengapa peneliti memilih studi kepustakaan sebagai salah satu metode pengumpulan data adalah karena melalui
104 studi kepustakaan, peneliti dapat menemukan data-data yang dapat mendukung hasil penelitian, yang mungkin tidak dapat peneliti peroleh dari wawancara mendalam ataupun observasi partisipan. Selain itu, studi kepustakaan juga merupakan salah satu metode pengumpulan data yang dapat dilakukan oleh peneliti tanpa harus bersinggungan secara langsung dengan objek penelitian. 3.6.4 Langkah-Langkah Pengumpulan Data Sesuai dengan metode pengumpulan data yang digunakan, maka langkahlangkah pengumpulan data yang dilakukan oleh peneliti pun terbagi menjadi tiga, yaitu untuk wawancara mendalam, observasi partisipan, dan studi kepustakaan. 3.6.4.1 Wawancara Mendalam Dalam melakukan wawancara mendalam, langkah-langkah yang dilakukan oleh peneliti untuk mengumpulkan data yaitu: a. Menentukan siapa informan yang akan diwawancara terkait topik penelitian yang diteliti. b. Menghubungi informan untuk membuat janji wawancara. c. Mempersiapkan daftar pertanyaan yang akan ditanyakan ketika wawancara berlangsung. d. Bertemu dengan informan pada waktu dan lokasi yang telah disepakati bersama dan memulai wawancara. e. Melakukan proses perekaman pada wawancara yang dilakukan, dan menanyakan pertanyaan pada daftar yang telah dibuat sebelumnya. f. Menggali informasi secara lebih mendalam dengan cara menanyakan halhal spesifik sebagai respon atas jawaban yang diberikan oleh informan. g. Mencatat informasi-informasi penting yang dapat digunakan sebagai data hasil penelitian.
105 h. Mengakhiri wawancara dan mengucapkan terima kasih kepada informan. 3.6.4.2 Observasi Partisipan Dalam melakukan observasi partisipan, langkah-langkah yang dilakukan oleh peneliti untuk mengumpulkan data yaitu: a. Menentukan siapa objek penelitian yang akan diteliti. Dalam penelitian ini adalah staff dan head quality control pada divisi programming. b. Berperan sebagai bagian dari kelompok dan melakukan pengamatan secara langsung. c. Mempelajari proses dan pola interaksi yang berlangsung di dalam sistem. d. Mengumpulkan informasi-informasi yang dibutuhkan melalui kegiatan observasi yang dilakukan. e. Mempelajari data hasil observasi yang diperoleh, menghubungkan data hasil observasi dengan masalah yang diteliti, dan melakukan analisis data. 3.6.4.3 Studi Kepustakaan Dalam melakukan studi kepustakaan, langkah-langkah yang dilakukan oleh peneliti untuk mengumpulkan data yaitu: a. Mencari data-data yang berhubungan dengan topik penelitian. Dalam hal ini, berbagai data yang berkaitan dengan kegiatan quality control. b. Mengumpulkan data-data yang diperoleh, untuk kemudian dibaca dan dikelompokkan sesuai dengan sub topik dari masalah yang diteliti. c. Melakukan pengelompokkan atas data yang telah diperoleh, dengan melakukan pembagian berdasarkan data-data yang menguatkan dan yang melemahkan hasil penelitian. d. Melakukan analisis secara mendalam terhadap seluruh data yang telah diperoleh.
106 3.6.5 Sumber Data Dalam penelitian ini, digunakan dua jenis data yang dibagi berdasarkan sumbernya, yaitu: 3.6.5.1 Data Primer Data primer merupakan data yang diperoleh dari sumber data pertama atau tangan pertama di lapangan (Kriyantono, 2012:41). Data primer ini termasuk data mentah (row data), yang masih harus diproses lagi oleh peneliti, sehingga dapat menjadi informasi yang bermakna. Dalam penelitian ini, data primer yang digunakan merupakan data hasil wawancara yang diperoleh melalui wawancara mendalam dengan informan. Data ini sendiri berbentuk teks hasil catatan peneliti atas informasi-informasi yang penting ataupun rekaman video hasil wawancara. Selain itu, data hasil observasi peneliti secara langsung juga digunakan sebagai data primer dalam penelitian ini. 3.6.5.2 Data Sekunder Data sekunder merupakan data yang diperoleh dari sumber kedua atau sumber sekunder (Kriyantono, 2012:42). Data ini bisa berupa teks, gambar, suara, ataupun gabungan antara ketiganya, yang sudah tersedia dan dapat diperoleh peneliti dengan cara membaca, melihat, atau mendengarkan. Data ini juga bisa diperoleh dari data primer yang sudah diolah oleh peneliti sebelumnya, sehingga bisa berbentuk tabel, grafik, ataupun diagram. Data sekunder biasanya berperan untuk melengkapi data primer, apabila peneliti merasa kesulitan dalam memperoleh informasi karena data primer yang jumlahnya terbatas. Namun karena sifatnya melengkapi, maka peneliti dituntut untuk berhati-hati dalam menseleksi data, agar data yang digunakan murni merupakan data yang memang dibutuhkan dan berkaitan dengan masalah yang diteliti.
107 Dalam penelitian ini, data sekunder yang digunakan merupakan data yang diperoleh dari perusahaan, yang berupa data seputar kegiatan quality control. Selain itu, peneliti juga menggunakan buku acuan terkait kegiatan quality control dan regulasi penyiaran yang telah peneliti peroleh sebagai data sekunder dalam penelitian ini.
3.7 Metode Analisis Data Metode analisis data merupakan salah satu metode yang pasti dilakukan setelah semua data yang dibutuhkan terkumpul. Pasalnya, hanya dengan melakukan analisis data, maka peneliti dapat memperoleh hasil akhir penelitian, yaitu berupa suatu data akhir, yang kemudian akan diuji validitasnya melalui metode validasi data. Tahap analisis data sendiri memegang peranan penting dalam penelitian kualitatif, karena berperan sebagai faktor utama yang mempengaruhi penilaian terhadap penelitian, apakah berkualitas atau tidak. Kemampuan peneliti dalam memberi makna pada data yang diperoleh merupakan kunci yang menentukan apakah data yang diperoleh memenuhi unsur reliabilitas dan validitas atau tidak. Dalam penelitian ini, metode analisis data yang digunakan oleh peneliti adalah metode analisis deskriptif, dimana peneliti mendeskripsikan data hasil penelitian yang diperoleh dari hasil wawancara mendalam, observasi pertisipan, dan studi kepustakaan secara mendetail. Selain itu, metode analisis data yang juga digunakan oleh peneliti adalah metode coding, dimana peneliti mengkategorikan hasil penelitian yang diperoleh ke dalam tiga jenis coding, yaitu open coding, axial coding, dan selective coding. Open coding (pengodean terbuka) adalah bagian analisis yang berhubungan khususnya dengan penamaan dan pengkategorian fenomena melalui pengujian data secara teliti, dimana data dipecah ke dalam bagian-bagian yang
108 terpisah, diuji secara cermat, dibandingkan untuk persamaan dan perbedaannya, dan pertanyaan-pertanyaan diajukan tentang fenomena sebagaimana tercermin dalam data (Emzir, 2012:139). Open coding merupakan tahap dimana peneliti berupaya untuk menemukan selengkap dan sebanyak mungkin variasi data yang ada, termasuk di dalamnya perilaku subjek penelitian dan situasi sosial lokasi penelitian, baik situasi sosial yang sudah terpola dalam kehidupan sehari-hari maupun yang bersifat insidental (Basrowi & Suwandi, 2008:206-207). Axial coding (pengodean berporos) merupakan tahap dimana analisis hubungan antarkategori dilakukan. Jadi, hasil yang diperoleh dari open coding akan diorganisasi kembali berdasarkan kategori-kategori, untuk kemudian dikembangkan ke arah proposisi-proposisi (Basrowi & Suwandi, 2008:207). Selective coding (pengodean selektif) merupakan tahap dimana peneliti menggolongkan kategori menjadi kriteria inti dan pendukung, serta mengaitkan antara kategori inti dan pendukungnya, dimana kategori ini ditemukan melalui perbandingan hubungan antarkategori dengan menggunakan model paradigma. Setelah itu, peneliti akan memberikan hubungan antarkategori dan akhirnya menghasilkan simpulan yang kemudian diangkat menjadi general design (Basrowi & Suwandi, 2008:208). Dalam penelitian ini, open coding merupakan proses dimana peneliti menjabarkan seluruh jawaban yang diberikan oleh informan. Jadi, semua yang disampaikan oleh informan akan dijabarkan secara keseluruhan oleh peneliti dalam bentuk tulisan dan dilampirkan pada bagian transkrip. Axial coding merupakan proses dimana peneliti melakukan perbandingan pada jawaban-jawaban yang diberikan oleh informan, dimana jawaban-jawaban informan ini dikategorikan dan dipisahkan dalam sebuah tabel perbandingan untuk kemudian dianalisis. Adapun axial coding ini dilakukan dengan tujuan untuk membandingkan apakah terdapat
109 kesesuaian atau tidak antara jawaban informan yang satu dengan informan yang lainnya, dimana jawaban-jawaban ini, baik yang sesuai ataupun tidak, kemudian akan dianalisis oleh peneliti. Selective coding merupakan proses dimana peneliti memisahkan atau meng-highlight apa yang penting dari hasil wawancara untuk kemudian digunakan pada analisis hasil penelitian. Adapun highlight pada selective coding ini dilakukan untuk menjawab rumusan masalah yang ada, serta untuk memperkuat bab empat yang merupakan analisis hasil penelitian, dimana peneliti akan mengutip atau memparafrasekan jawaban-jawaban paling inti yang diberikan oleh informan.
3.8 Metode Validasi Data Metode validasi data merupakan salah satu tahap akhir yang umumnya dilakukan dalam sebuah penelitian. Tahap ini bertujuan untuk menguji kevalidan atau keabsahan data yang diperoleh dari hasil penelitian. Pada penelitian kualitatif, validitasnya terletak pada proses ketika peneliti turun ke lapangan untuk mengumpulkan data, serta ketika proses analisis-interpretasi data dilakukan. Dalam penelitian ini, metode validasi data yang digunakan oleh peneliti adalah metode triangulasi data. Triangulasi data merupakan metode menganalisis jawaban subjek dengan meneliti kebenarannya dengan data empiris (sumber data lainnya) yang tersedia. Jadi, jawaban-jawaban yang diberikan oleh informan akan di crosscheck dengan dokumen yang ada (Kriyantono, 2012:72). Lebih lanjut, teknik triangulasi juga merupakan teknik pengumpulan data hingga mencapai titik jenuh (redundancy of data gathering) yang menggunakan prosedur-prosedur yang beragam untuk mengurangi kemungkinan terjadinya kesalahan interpretasi (Denzin, 1989; Goertz & LeCompte, 1984 dalam Denzin & Lincoln, 2009:307). Teknik ini biasanya
110 merujuk
pada
suatu
proses
pemanfaatan
persepsi
yang
beragam
untuk
mengklarifikasi makna, memverifikasi kemungkinan pengulangan dari suatu observasi ataupun interpretasi, namun harus dengan prinsip bahwa tidak ada observasi atau interpretasi yang 100% dapat diulang. Umumnya, teknik ini juga dapat digunakan untuk mengklarifikasi makna dengan cara mengidentifikasi cara pandang yang berbeda terhadap berbagai fenomena (Flick, 1992 dalam Denzin & Lincoln, 2009:307-308). Adapun dalam penelitian ini, peneliti menggunakan tiga jenis metode triangulasi untuk menganalisis data, yaitu triangulasi sumber, triangulasi waktu, dan triangulasi metode. Triangulasi sumber merupakan proses membandingkan atau mengecek ulang derajat kepercayaan suatu informasi yang diperoleh dari sumber yang berbeda. Jadi, dalam penelitian ini, akan dilakukan proses pengumpulan data pada beberapa orang informan. Triangulasi waktu merupakan proses membandingkan atau mengecek ulang derajat kepercayaan suatu informasi dengan mengadakan observasi lebih dari satu kali. Oleh karena itu, dalam triangulasi waktu ini, peneliti melakukan penelitian berkaitan dengan perubahan suatu proses dan perilaku manusia, dalam hal ini objek penelitian, karena perilaku objek penelitian dapat berubah setiap waktu. Sementara triangulasi metode merupakan proses mengecek keabsahan data atau temuan riset dengan menggunakan lebih dari satu teknik pengumpulan data. Dalam penelitian ini, triangulasi sumber dilakukan dengan melakukan wawancara mendalam pada beberapa orang informan, yang meliputi tiga orang staff quality control, head quality control, beserta dengan Programming Services Department Head selaku pimpinan yang membawahi sub divisi quality control. Triangulasi waktu dilaksanakan dengan melakukan proses observasi lebih dari satu kali dan membandingkan hasil pengamatan yang satu dengan pengamatan yang
111 lainnya. Sementara triangulasi metode dilakukan dengan menggunakan tiga jenis metode pengumpulan data, yaitu dengan wawancara mendalam, observasi partisipan, dan studi kepustakaan.
3.9 Keterbatasan Penelitian Dalam melaksanakan penelitian ini, ada dua kendala yang peneliti hadapi, dimana salah satunya adalah kurang tersedianya materi pendukung dalam bentuk buku ataupun jurnal yang membahas mengenai proses quality control. Oleh karena keterbatasan materi tersebut, maka hanya ada sebagian kecil materi yang berhasil peneliti peroleh dan peneliti angkat sebagai landasan teori. Selain itu, kendala lain yang juga peneliti hadapi adalah tidak bersedianya General Manager di O Channel untuk dijadikan sebagai salah satu informan dan diwawancarai, karena mungkin kesibukan-kesibukan yang dimilikinya. Padahal, General Manager dapat diposisikan sebagai salah satu pihak yang memegang peranan penting dalam pelaksanaan quality control di O Channel, karena General Manager bertindak sebagai salah satu pihak yang memegang kewenangan tertinggi.