BAB 3 Analisis Routing Protokol BGP & OSPF
3.1 Existing Network PT. Orion Cyber Internet memiliki dua network besar, yaitu network Core dan network
POP. Network core
meliputi network
inti yang akan
menghubungkan client-client ke Internet sedangkan network POP meliputi network BTS yang dimiliki oleh Orion. Masing-masing client akan terhubung ke network POP, dari masing-masing POP akan menuju ke network Core. Dari network Core akan diteruskan ke cloud luar agar bias terkoneksi dengan Internet. Berikut diagram dari network PT. Orion Cyber Internet.
Gambar 3.1 Network Core Orion
26
27
Venus Rajawali
Tambun
Horison
Wesling
Cyber
Mabes
Civitas
Depok Tangerang
1919
Gambar 3.2 Network POP Orion Protokol routing yang digunakan oleh PT. Orion Cyber Internet adalah BGP (Border Gateway Protocol). BGP terdiri dari dua jenis, iBGP (Internal BGP) dan eBGP (External BGP). Kedua protokol routing ini digunakan di dalam network Orion. Dengan menggunakan BGP dapat menetukan best path untuk jalur yang akan dilalui. Hal tersebut menjadi salah satu keunggulan dari BGP. Akan tetapi BGP juga memiliki kelemahan berupa hold time (waktu jeda). Jika suatu link down maka sebelum link tersebut pindah ke link backup, link tersebut akan putus sebentar dan baru pindah ke link backup. Hal tersebut yang dinamakan dengan hold time. Lama hold time bisa ditentukan. Hal ini terkadang membuat client merasa terganggu, sebab semua client menginginkan koneksi yang stabil tanpa adanya downtime walaupun hanya beberapa detik.
3.2 Permasalahan Permasalahan yang dihadapi adalah routing protokol BGP memiliki kelemahan berupa hold time (waktu jeda) yang mengakibatkan terganggunya koneksi client pada saat terjadi link down , maka solusi yang akan digunakan adalah dengan membandingan protokol routing yang digunakan di network PT. Orion Cyber Internet dengan protokol routing lainnya. Protokol routing yang dapat digunakan sebagai pembanding BGP adalah protokol routing OSPF (Open Shortest Path First). RIP tidak dapat digunakan karena konvergen network lebih
28
lambat dari OSPF serta RIP menggunakan hop count yang mempunyai batas hanya 15 hop count sehingga tidak mendukung di network yang besar. IS-IS dan OSPF hampir tidak memiliki perbedaan karena keduanya sama-sama menggunakan link state routing protocol serta keduanya bekerja secara area dan hirearki. Di setiap routing protokol memiliki Nilai Administrative Distance (AD) yang merupakan nilai kepercayaan dari sebuah entry route. Semakin kecil nilai AD maka semakin tinggi nilai kepercayaan terhadap entry tersebut, default nilai AD OSPF adalah 110, IS-IS 115, sedangkan RIP 120. Karena OSPF memiliki nilai Administrative Distance terendah maka OSPF diambil sebagai pembanding routing protokol yang sedang berjalan di PT.Orion Cyber Internet ini yaitu BGP (cnap.binus.ac.id). Dikarenakan tidak memungkinkannya mencoba langsung OSPF pada network Orion mengingat network tersebut sangat besar dan jika terjadi kegagalan dalam proses perpindahan routing, akan berdampak langsung pada client yang ada. Oleh karena itu dibuatlah pengetesan yang topologinya sama dengan topologi network yang existing, hanya saja yang dijadikan lingkup pengetesan adalah hanya sebagian kecil dari network yang existing.
3.3 Perancangan Arsitektur Network PT. Orion Cyber Internet memiliki network yang besar karena meliputi wilayah Jakarta, Depok, Tangerang, dan Bekasi. Dari semua network yang ada semua menuju di titik yang sama yaitu ke titik Cyber. Dari Cyber diteruskan ke network Core yang nantinya terhubung hingga ke Internet. Node Cyber di network POP sama dengan node Distribusi 1 di network Core. Hampir semua routing yang ada memiliki backup. Link backup tersebut bisa berupa di node yang sama akan tetapi menggunakan jenis media trasmisi yang berbeda atau bisa juga menggunakan jenis media transmisi yang sama tetapi di node yang berbeda. Akan tetapi menggunakan cara apapun tetap berfungsi sama yaitu mencari link backup untuk link primary agar meminimalisir downtime. Link backup sangat diperlukan dalam suatu network terutama network yang cukup besar seperti network Orion Cyber Internet. Hal ini dikarenakan adanya kemungkinan link tersebut down. Jika tidak disiapkan link backup, pada saat down network tersebut tidak akan bisa digunakan dalam waktu yang tidak bias diprediksikan tergantung dari lamanya penanganan yang harus dilakukan
29
untuk memperbaiki link yang down menjadi up kembali. Proses perpindahan dari link primary ke link backup biasa disebut dengan istilah failover. Dalam failover protocol routing yang akan digunakan bias disesuaikan dengan kondisi network. Masing-masing protokol routing memiliki cara yang berbeda saat melakukan failover. BGP memiliki hold time sehingga pada saat melakukan failover terjadi downtime walaupun hanya sesaat. Hold time digunakan untuk memastikan bahwa link tersebut memang benar-benar down. Akan tetapi hal ini membuat network lebih stabil, karena link hanya akan berpindah ke backup jika kondisi link primary benar-benar down. Berbeda dengan OSPF yang tidak memiliki hold time. Link primary akan langsung berpindah ke link backup jika mendeteksi adanya down. Sedangkan down yang terjadi belum pasti down total tapi bisa juga disebabkan oleh adanya interferensi yang terjadi pada perangkat wireless. Pada saat link kembali normal, dari link backup pun akan kembali pada link primary. Sedangkan jika terjadi interferensi proses downnya hanya sebentar tetapi berkali-kali. Hal ini akan membuat link berpindah-pindah sehingga jika diterapkan pada network yang besar ditakutkan dapat terjadi looping pada routing. Hampir semua node di network Orion memiliki link backup dengan topologi yang sama. Topologi yang sama disini memiliki arti terdapat sebuah node yang menjadi source, ada juga yang menjadi link primary, link backup, dan destination. Dari hal-hal tersebut maka dapat dibuat rancangan pengetesan network seperti di bawah ini: Cyber Destination
Link Primary
Gambar 3.3 Network Pengetesan
30
3.4 Kebutuhan Perangkat Keras dan Perangkat Lunak Untuk melakukan pengetesan network yang akan dilakukan, diperlukan beberapa perangkat keras dan perangkat lunak sebagai berikut: a.
Perangkat Keras Nama 3
buah
Spesifikasi router •
Mikrotik RB450G •
Notebook
CPU : AR7161 680MHz RAM : 256MB
•
LAN Ports : 5, Gigabit
•
Main Storage/NAND : 512MB
•
RAM : 1GB
•
Mempunyai port Ethernet
Untuk router yang dibutuhkan pada masing-masing node berbeda sesuai dengan kebutuhan. Biasanya yang harus diperhatikan adalah seberapa besar trafik yang akan berjalan di node tersebut. Setelah mengetahui seberapa besar trafiknya, pilihlah router dengan processor dan memory yang cukup untuk menampung trafik tersebut. Pada pengetesan yang akan dilakukan, trafik yang lewat tidak cukup besar. Hanya sekitar kurang lebih 1MB sehingga menggunakan router RB450G sudah cukup. Pengetesan ini menggunakan protokol routing BGP dan OSPF, dalam hal ini router RB450G sudah mensupport protokol routing tersebut. Notebook hanya digunakan untuk proses konfigurasi mesin dan testing sebagai client pada network pengetesan sehingga spesifikasi yang dibutuhkan cukup simple.
b.
PerangkatLunak Nama
Spesifikasi
RouterOSMikrotik
Versi 5.6
MikrotikWinBox Loader
Versi 2.2.18
Mikrotik selalu meluncurkan OS dalam jeda waktu yang singkat. Saat ini versi terakhir dari Mikrotik adalah versi 5.21. Karena router yang
31
kita gunakan adalah RB450G maka OS yang kita butuhkan adalah dengan tipe mipsbe. WinBox sangat diperlukan pada saat mengkonfigurasi router. Dengan WinBox proses konfigurasi lebih mudah karena sudah tersedia menu-menu untuk konfigurasi. Pilih menu sesuai dengan apa yang akan dikonfigurasikan.
3.5 Perancangan Sistem Pengetesan Tujuan dari perancangan pengujian ini adalah menganalisis kelebihan dan kekurangan dari routing protokol BGP dan OSPF sebagai salah satu solusi untuk problem yang ada di network PT. Orion Cyber Internet. Berikut dibawah ini adalah gambaran arsitektur network yang akan digunakan dalam pengujian.
Gambar 3.4 Skenario Network
Keterangan Gambar: Node 1 adalah tempat menguji jalannya routing yang dikonfigurasi. Node 1 ini akan menuju ke node 4 melalui node 2 dan menggunakan jalur node 5. Node 5 adalah link primary untuk menuju node 4. Akan tetapi jika node 5 down, maka node 1 menuju ke node 5 akan tetap menggunakan node 2 sedangkan jalur yang digunakan menjadi node 6 dan 7 yang juga akan melewati node 3. Node 1 adalah notebook yang dianggap sebagai client sedangkan node 2, 3, dan 4 adalah router RB450G. Kabel yang digunakan node 5, 6, dan 7 adalah UTP jenis cross sedangkan dari node 1 ke node 2 menggunakan kabel UTP jenis straight.
32
Sebelum melakukan konfigurasi, dibuatlah tahapan-tahapan dalam perancangan dan pengujian protokol routing BGP dan OSPF sebagai berikut.
Gambar 3.5 Tahapan Perancangan dan Pengujian Protokol Routing Adapun tahapan-tahapan konfigurasi adalah sebagai berikut: Tahapan 1 : Pra-Konfigurasi Pada tahapan ini dilakukan persiapan untuk melakukan perancangan network seperti persiapan kabel UTP, Router RB450G, RouterOS, WinBox Loader, dan notebook. Selain itu pada tahapan ini juga dilakukan instalasi OS pada router dan instalasi WinBox loader pada notebook. Untuk OS menggunakan versi 5.6 sedangkan WinBox menggunakan versi terbaru yaitu versi 2.2.18. Setelah persiapkan IP dengan subnet / 30 sebanyak 4 blok yang digunakan untuk Notebook, Router Mabes, Router Rajawali, dan Router Cyber.
Tahapan 2 : Integrasi Sistem Setelah tahapan pertama sudah selesai dan berstatus standby atau siap digunakan maka pada tahapan kedua ini dihubungkan semua komponen yang ada
dalam
pengujian diantaranya
dengan dihubungkan
semua router
menggunakan kabel UTP begitu juga dengan notebook yang harus dihubungkan ke router menggunakan kabel UTP pula.
Tahapan 3 : Konfigurasi Router Pada tahapan ini dilakukan konfigurasi pada router.Pertamapemberian identify (nama) router untuk memudahkan dalam membedakan router. Setelah itu setting IP address pada router dengan cara menghubungkan router dengan notebook yang sudah diinstall WinBox. WinBox digunakan untuk memudahkan
33
dalam konfigurasi router. Pada saat membuka router, harus memasukkan username dan password. Karena router tersebut belum dikonfigurasi, maka gunakan username admin dan password (kosong). Setelah berhasil memasuki router, buat akses user siapa saja yang boleh mengakses router tersebut. Jika akses user sudah dibuat, lakukan setting IP address. Ketika semua sudah selesai barulah bisa mengkonfigurasi routing pada router tersebut.
Tahapan 4 : Pengujian Pada tahapan ini dilakukan pengujian menggunakan protokol routing BGP dan OSPF. Sebelum melakukan pengujian pastikan bahwa protokol routing sudah established. Pengujian dapat dilakukan pada notebook yang dianggap sebagai client. Di notebook tersebut buka command prompt dan lakukan tes ping ke IP destination, yaitu IP di sisi Cyber.