BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Karakteristik 2.1.1. Remaja Dilihat dari Usia Remaja adalah merupakan masa peralihan seorang anak terlihat adanya perubahan-perubahan pada bentuk tubuh yang disertai dengan perubahan struktur dan fungsi fisiologis. Secara anatomis berarti alat-alat kelamin khususnya dan keadaan tubuh pada umumnya memperoleh bentuknya yang sempurna. Secara faali, alat-alat kelamin tersebut sudah berfungsi secara sempurna pula yang ditandai dengan haid pada wanita dan mimpi basah pada laki-laki (Sarwono, 2006). Menurut WHO dalam Poltekkes Depkes Jakarta I (2010), yang dikatakan usia remaja adalah antara 10-19 tahun. Tetapi berdasarkan penggolongan umur, masa remaja terbagi atas: 1) Masa remaja awal (10-13 tahun) Pada tahapan ini, remaja mulai fokus pada pengambilan keputusan, baik di dalam rumah ataupun di sekolah. Remaja mulai menunjukkan cara berpikir logis, sehingga sering menanyakan kewenangan dan standar di masyarakat maupun di sekolah. Remaja juga mulai menggunakan istilah-istilah sendiri dan mempunyai pandangan, seperti: olahraga yang lebih baik untuk bermain, memilih kelompok bergaul, pribadi seperti apa yang diinginkan, dan mengenal cara untuk berpenampilan menarik.
Universitas Sumatera Utara
2) Masa remaja tengah (14-16 tahun) Pada tahapan ini terjadi peningkatan interaksi dengan kelompok, sehingga tidak selalu bergantung pada keluarga dan terjadi eksplorasi seksual. Dengan menggunakan pengalaman dan pemikiran yang lebih kompleks, pada tahap ini remaja sering mengajukan pertanyaan, menganalisis secara lebih menyeluruh, dan berpikir tentang bagaimana cara mengembangkan identitas “Siapa saya?” Pada masa ini remaja juga mulai mempertimbangkan kemungkinan masa depan, tujuan, dan membuat rencana sendiri. 3) Masa remaja akhir (17-19 tahun) Pada tahap ini remaja lebih berkonsentrasi pada rencana yang akan datang dan meningkatkan pergaulan. Selama masa remaja akhir, proses berpikir secara kompleks digunakan untuk memfokuskan diri masalah-masalah idealisme, toleransi, keputusan untuk karier dan pekerjaan, serta peran orang dewasa dalam masyarakat. Masa remaja merupakan masa peralihan dari masa anak-anak ke masa dewasa. Masa ini sering disebut dengan masa pubertas. Masa pubertas atau disebut juga masa puber berawal dari haid atau mimpi basah yang pertama. Akan tetapi pada usia berapa tepatnya masa puber ini dimulai, sulit ditetapkan. Hal ini karena cepat lambatnya haid atau mimpi basah sangat tergantung pada kondisi tubuh masingmasing individu. Seiring dengan membaiknya gizi sejak masa kanak-kanak dan dengan meningkatnya informasi melalui media massa menyebabkan menurunnya usia kematangan seksual. Sehingga usia rata-rata haid pertama mengalami penurunan.
Universitas Sumatera Utara
Di Inggris, usia haid pertama menurun dari rata-rata empat belas tahun menjadi dua belas tahun sembilan bulan (Sarwono, 2006). Usia kematangan seksual diikuti dengan meningkatnya aktivitas seksual pada usia dini. Berdasarkan hasil laporan dari Fury (1980) (dalam Sarwono, 2006), tercatat 33% anak perempuan dan 50% anak laki-laki di bawah usia enam belas tahun telah melakukan hubungan seks. Di Indonesia beberapa hasil penelitian juga menunjukkan adanya penurunan batas usia hubungan seks pertama kali. Hasil dari penelitian yang dilakukan oleh Iskandar et al. (1998) (dalam Sarwono, 2006), sebanyak 18% responden di Jakarta berhubungan seks 10 pertama di bawah usia delapan belas tahun dan usia termuda tiga belas tahun. 2.1.2. Karakteristik Perkembangan pada Masa Remaja Hurlock (1994) mengemukakan berbagai ciri dari remaja sebagai berikut: a.
Masa remaja adalah masa peralihan. Yaitu peralihan dari satu tahap perkembangan ke perkembangan berikutnya secara berkesinambungan. Pada masa ini remaja bukan lagi seorang anak dan juga bukari seorang dewasa. Masa ini merupakan masa yang sangat strategis, karena memberi waktu kepada remaja untuk membentuk gaya hidup dan menentukan pola perilaku, nilai-nilai, dan sifat-sifat yang sesuai dengan yang diinginkannya.
b. Masa remaja adalah masa terjadi perubahan. Sejak awal remaja, perubahan fisik terjadi dengan pesat; perubahan perilaku dan sikap juga berkembang. Ada empat perubahan besar yang terjadi pada remaja,
Universitas Sumatera Utara
yaitu perubahan emosi, peran, minat, pola perilaku (perubahan sikap menjadi ambivalen). c. Masa remaja adalah masa yang penuh masalah. Masalah remaja sering menjadi masalah yang sulit untuk diatasi. Hal ini terjadi karena remaja belum terbiasa menyelesaikan masalahnya sendiri tanpa meminta batuan orang lain. Akibatnya, terkadang terjadi penyelesaian yang tidak sesuai dengan yang diharapkan. d. Masa remaja adalah masa mencari identitas. Identitas diri yang dicari remaja adalah berupa kejelasan siapa dirinya dan apa peran dirinya di masyarakat. Remaja tidak puas dirinya sama dengan kebanyakan orang, ia ingin memperlihatkan dirinya sebagai individu, sementara pada saat yang sama ia ingin mempertahankan dirinya terhadap kelompok sebaya. e. Masa remaja sebagai masa yang menimbulkan kekuatan. Ada stigma dari masyarakat bahwa remaja adalah anak yang tidak rapi, tidak dapat dipercaya, cenderung berperilaku merusak, sehingga menyebabkan orang dewasa harus membimbing dan mengawasi kehidupan remaja. Stigma ini akan membuat masa peralihan remaja ke dewasa menjadi sulit, karena orang tua yang memiliki pandangan seperti ini akan selalui mencurigai remaja, sehingga menimbulkan pertentangan dan membuat jarak antara orang tua dengan remaja.
Universitas Sumatera Utara
f.
Masa remaja sebagai masa yang tidak realistis. Remaja cenderung memandang keliidupan melalui kaca matanya sendiri, baik dalam melihat dirinya maupun melihat orang lain, mereka belum melihat apa adanya, tetapi menginginkan sebagaimana yang ia harapkan.
g. Masa remaja adalah ambang masa dewasa. Dengan berlalunya usia belasan, remaja yang semakin matang berkembang dan berusaha memberi kesan sebagai seseorang yang hampir dewasa. Ia akan memusatkan dirinya pada perilaku yang dihubungkan dengan status orang dewasa, misalnya dalam berpakaian dan bertindak. 2.1.3. Jenis Kelamin Jenis kelamin diartikan sebagai jenis seks yaitu laki-laki atau perempuan. Remaja perlu untuk memahami anatomi alat reproduksi dan fungsinya. Berikut ini akan diuraikan beberapa fungsi fisiologis dari masing-masing alat reproduksi laki-laki dan perempuan (Poltekkes Depkes Jakarta I, 2010). 1. Alat reproduksi pria a) Testis Pria memiliki dua buah testis untuk memproduksi sperma yang dibungkus oleh lipatan kulit berbentuk kantung yang disebut skrotum. Dimulai sejak masa puber, sepanjang masa hidupnya pria akan memproduksi sperma. Selain itu, testis juga menghasilkan hormon testosteron. Di sisi belakang masingmasing testis terdapat epididimis, yaitu tempat sperma mengalami
Universitas Sumatera Utara
pematangan. Saluran selanjutnya adalah vas deferens, saluran ini masuk ke vesika seminalis sebagai tempat penampungan sperma. b) Penis Penis adalah alat reproduksi yang membawa cairan mani ke dalam vagina. Di dalam penis ada saluran uretra. Jika ada rangsangan seksual, maka darah di dalam penis akan terpompa. Akibatnya, penis menjadi tegang dan mengeras, lalu cairan semen yang mengandung sperma keluar dari vesika seminalis dan melalui uretra terpancar keluar. Proses tersebut dikenal sebagai ejakulasi. 2. Alat reproduksi wanita 1. Ovarium Setiap wanita memiliki sepasang ovarium, yang setiap bulan secara bergantian mengeluarkan satu sel telur (ovum) yang matang. Ovarium juga menghasilkan hormone estrogen dan progesteron. 2. Tuba falopii Sepasang tuba falopi menghubungkan ovarium dengan rahim pada sisi kiri dan kanan. 3. Uterus Uterus (rahim) adalah tempat tertanamnya ovum yang telah dibuahi, yang selanjutnya akan tumbuh dan berkembang menjadi janin. Bila tidak terjadi pembuahan, maka ada lapisan uterus yang terkelupas dan terjadi perdarahan yang disebut menstruasi. Bagian akhir dari uterus yang berhubungan dengan vagina disebut serviks.
Universitas Sumatera Utara
4. Vagina Vagina adalah saluran yang menghubungkan uterus dengan alat reproduksi bagian luar. Vagina merupakan tempat masuknya penis saat melakukan hubungan seksual. Sehubungan dengan perbedaan antara laki-laki dan perempuan berdasarkan alat reproduksi di atas, hormon merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi seksual. Dari website informasi kesehatan reproduksi Indonesia (2008), diungkapkan bahwa hormon adalah zat kimia yang diproduksi oleh kelenjar endokrin yang mempunyai efek tertentu pada aktifitas organ-organ lain dalam tubuh. Hormon seks merupakan zat yang dikeluarkan oleh kelenjar seks dan kelenjar adrenalin langsung ke dalam aliran darah. Mereka secara sebagian bertanggungjawab dalam menentukan jenis kelamin janin dan bagi perkembangan organ seks yang normal. Mereka juga memulai pubertas dan kemudian memainkan peran dalam pengaturan perilaku seksual. Berdasarkan penelitian BPS (2004), diketahui bahwa wanita yang menyetujui hubungan seks pranikah lebih sedikit dibandingkan dengan pria. Dalam penelitian Damayanti menyebutkan perilaku laki-laki dan perempuan hingga berciuman bibir masih sama, akan tetapi perilaku laki-laki lebih agresif dibandingkan remaja perempuan (Heru, 2007). Penelitian Triratnawati (1999), menunjukkan bahwa remaja laki-laki memang cenderung mempunyai seks yang agresif, terbuka, gigih, terangterangan serta lebih sulit menahan diri dibandingkan remaja perempuan.
Universitas Sumatera Utara
2.1.4. Remaja Ditinjau dari Pengaruh Lingkungan Perkembangan remaja tidak hanya dipengaruhi oleh satu faktor, tetapi banyak faktor di dalam kehidupan remaja. Dalam pertumbuhan dan perkembangan juga dipengaruhi oleh keluarga, teman sebaya, teman sekolah, lingkungan agama, dan masyarakat di lingkungan tempat tinggal mereka.
Gambar 2.1 Bronfenbrenner’s Ecological System (Paquette & Ryan, 2001) Teori ini memandang perkembangan remaja di dalam konteks sistem hubungan yang membentuk lingkungan remaja. Menurut teori Ecological System yang dikembangkan oleh Bronfenbrenner’s menyatakan bahwa anak remaja tidak tumbuh dalam suatu isolasi, remaja berkembang dengan lingkungan yang luas. Pada lapisan yang paling dalam adalah remaja yang memiliki temperamen, kesehatan fisik, ilmu dan kemampuannya masing-masing. Lapisan selanjutnya adalah merupakan lingkungan mikrosistem. Struktur pada mikrosistem meliputi keluarga, sekolah, teman
Universitas Sumatera Utara
sebaya, lingkungan agama. Pada tingkat ini, hubungan yang ada memiliki akibat dalam dua arah baik dari remaja maupun ke remaja (Paquette & Ryan, 2001). Lingkungan mesosistem merupakan lapisan kedua yang menyediakan hubungan antar struktur mikrosistem remaja. Sebagai contoh hubungan antara guru remaja dengan orangtuanya, antara tempat ibadah dengan remaja dengan lingkungan di sekitarnya. Lapisan selanjutnya merupakan lingkungan makrosistem, lapisan ini dianggap sebagai lapisan paling luar pada lingkungan anak. Lapisan ini terdiri dari nilai budaya, adat, hukum, mass media, ekonomi. Faktor-faktor ini mempengaruhi perkembangan dan dampak secara tidak langsung terhadap kehidupan remaja. Semua lapisan mempunyai pengaruh di dalam pertumbuhan dan perkembangan remaja (Paquette & Ryan, 2001). Secara umum dapat dikatakan bahwa perkembangan yang sehat adalah bilamana anak tumbuh menjadi seorang remaja yang sehat fisik maupun psikologis serta terhindar dari cacat sosial seperti kecanduan narkoba, tindakan kriminal dan lain-lainnya. Secara seksual perkembangan yang dianggap berhasil meliputi membangun hubungan antar remaja yang akrab dan kasih tanpa sampai terjadi kehamilan yang tidak dikehendaki atau terjangkit penyakit menular seksual (Duarsa, 2007). Perkembangan moral dan religi merupakan bagian yang cukup penting dalam jiwa remaja. Sebagian orang berpendapat bahwa moral dan religi bisa mengendalikan tingkah laku anak yang beranjak dewasa. Dengan demikian remaja tidak melakukan hal-hal yang merugikan atau bertentangan dengan kehendak atau pandangan
Universitas Sumatera Utara
masyarakat. Di sisi lain, tiada moral dan religi ini seringkali dituding sebagai faktor penyebab meningkatnya kenakalan remaja (Sarwono, 2006). Dari semua faktor-faktor yang mempengaruhi kehidupan remaja dapat disimpulkan bahwa, faktor orang tua dan teman sebaya merupakan salah satu faktor yang terdekat dengan kehidupan remaja. Untuk lebih jelasnya diungkapkan sebagai berikut : a). Orang tua Keluarga merupakan lingkungan pertama dan utama bagi perkembangan anak. Usia 4-5 tahun dianggap sebagai titik awal proses identifikasi diri menurut jenis kelamin, sehingga peran ibu dan ayah atau orang tua pengganti (nenek, kakek, dan orang dewasa lainnya) sangat besar. Apabila proses identifikasi ini tidak berjalan dengan lancer, maka dapat timbul proses identifikasi yang salah. Lingkungan keluarga yang dapat berpengaruh terhadap perkembangan jiwa remaja adalah sebagai berikut (Poltekkes Depkes Jakarta I, 2010). 1) Pola asuh keluarga Proses sosialisasi sangat dipengaruhi oleh pola asuh keluarga, diantaranya sebagai berikut : 1. Sikap orang tua yang otoriter (mau menang sendiri, selalu mengatur, semua perintah harus diikuti tanpa memperhatikan pendapat dan kemauan anak) akan sangat berpengaruh terhadap perkembangan kepribadian remaja. 2. Sikap orang tua yang permisif (serba boleh, tidak pernah melarang, selalu memberi kehendak anak, selalu memanjakan) akan menumbuhkan sikap
Universitas Sumatera Utara
ketergantungan dan sulit menyesuaikan diri dengan lingkungan sosial di luar keluarga. 3. Sikap orang tua yang selalu membandingkan anak-anaknya, akan menumbuhkan persaingan tidak sehat dan saling curiga antara saudara. 4. Sikap orang tua yang berambisi dan terlalu menuntut anak-anaknya akan mengakibatkan anak cenderung mengalami frustasi, takut gagal, dan merasa tidak berharga. 5. Orang tua yang demokratis, akan mengikuti keberadaan anak sebagai individu dan makhluk sosial, serta mau mendengarkan dan menghargai pendapat anak. 2) Kondisi Keluarga Hubungan orang tua yang harmonis akan menumbuhkan kehidupan emosional yang optimal terhadap perkembangan kepribadian anak. Pendidikan moral dalam keluarga adalah upaya menanamkan nilai-nilai akhlak atau budi pekerti kepada anak di rumah. Pengertian budi pekerti mengandung nilai-nilai berikut ini : 1. Keagamaan Pendidikan agama diharapkan dapat menumbuhkan sikap anak yang mampu menjauhi hal-hal yang dilarang dan melaksanakan perintah yang dianjurkan.
Universitas Sumatera Utara
2. Kesusilaan Meliputi nilai-nilai yang berkaitan dengan orang lain, misalnya sopan santun, kerja sama, tenggang rasa, saling menghayati, saling menghormati, menghargai orang lain, dan sebagainya. 3. Kepribadian Memiliki nilai dalam kaitan pengembangan diri, misalnya keberanian, rasa malas, kejujuran, kemandirian, dan sebagainya. Agar tercipta lingkungan yang kondusif bagi remaja sehingga tidak melakukan perbuatan yang membahayakan kesehatan, termasuk hubungan seksual pranikah, perlu upaya dari orang tua antara lain (Poltekkes Depkes Jakarta I, 2010). 1.
Orang tua memberikan perhatian pada remaja dalam arti tidak mengekang remaja, namun memberikan kebebasan yang terkendali. Misalnya, bila remaja mengadakan pesta, maka orang tua turut menghadiri pesta tersebut, pesta tidak dilakukan sampai larut malam, dan tidak menggunakan cahaya yang remangremang.
2.
Orang tua tidak memberikan fasilitas (termasuk uang saku) yang berlebihan. Penggunaan uang harus termonitor oleh orang tua. Orang tua mengarahkan dan memfasilitasi kegiatan yang positif melalui kelompok sebaya. Menurut Madani (2003), faktor lingkungan termasuk salah satunya faktor
orang tua dapat mempengaruhi perilaku seks menyimpang pada remaja. Hal tersebut dijelaskan sebagai berikut :
Universitas Sumatera Utara
1. Ketidaktahuan orang tua akan pendidikan seks. Banyak orang tua yang tidak mengerti
konsep
pendidikan
seks,
sehingga
mereka
cenderung
menyembunyikan masalah seks dari anak-anak, dan membiarkan mereka mencari informasi di luar rumah yang justru sering mengarahkan mereka pada solusi yang menjerumuskan. Para seksolog Barat menganjurkan agar anak dikenalkan dengan pendidikan seks sejak dini. 2.
Rangsangan seksual dalam keluarga. Kebanyakan para orang tua kurang mampu menjaga perilaku seksualnya dihadapan anak, misalnya: Bermesraan di depan anak, berciuman di depan anak atau perilaku-perilaku kecil lainnya yang dapat menimbulkan rasa penasaran dan rangsangan seks pada anak.
3. Anak tidak terlatih untuk meminta izin. Masih banyak orang tua yang tidak membiasakan anak untuk meminta ijin ketika masuk kamar orang tua, sehingga terkadang anak dapat melihat aktivitas seksual orang tua. 4. Tempat tidur yang berdekatan. Kebanyakan orang tua belum mengerti, bahwa membiarkan anak tidur dalam satu selimut dengan saudaranya, atau membiarkan anak laki-lakinya yang sudah remaja tidur dengan anak perempuannya dapat menyebabkan munculnya perilaku seks menyimpang. 5. Orang tua memandang remeh ciuman anak laki-laki dan perempuan pada periode terakhir masa kanak-kanak, padahal hal ini juga dapat memicu munculnya perilaku seks penyimpang.
Universitas Sumatera Utara
6. Keluarga mengabaikan pengawasan terhadap media informasi, sehingga anak mudah meniru perilaku-perilaku berciuman bermesraan dan lain sebagainya yang tidak jarang diperagakan oleh artis-artis di TV. Bila setiap orang tua dan keluarga memberikan perhatian yang cukup pada remaja dan turut serta mendukung terpeliharanya nilai-nilai moral dan etika, maka akan tercipta suasana sehat bagi kehidupan remaja. Penanaman nilai-nilai budi pekerti dalam keluarga dapat dilakukan melalui keteladanan orang tua atau orang dewasa lainnya, bacaan yang sehat, pemberian tugas, dan komunikasi efektif antar anggota keluarga. Sebaliknya, apabila keluarga tidak peduli terhadap hal ini, misalnya membiarkan anak tanpa komunikasi dan memperoleh nilai di luar moral dan sosial, membaca buku dan menonton VCD porno, bergaul bebas, minuman keras dan merokok, maka akan berakibat buruk terhadap perkembangan jiwa remaja (Poltekkes Depkes Jakarta I, 2010). b). Teman Sebaya Dalam perbincangan sehari-hari pun, topik seksualitas bukanlah topik yang umum dibicarakan, tidak terkecuali dalam perbincangan antara orang tua dan anak. Padahal menurut Sarwono (2006), komunikasi orang tua dan anak dapat menentukan seberapa besar kemungkinan anak tersebut melakukan tindakan seksual, semakin rendah komunikasi tersebut, maka akan semakin besar anak tersebut melakukan tindakan seksual. Rice (1999), menjelaskan bahwa pada usia remaja, kebutuhan emosional individu beralih dari orang tua kepada teman sebaya. Pada masa ini, teman sebaya juga merupakan sumber informasi. Tidak terkecuali dalam perilaku seksual,
Universitas Sumatera Utara
sayangnya informasi yang diberikan oleh teman sebaya cenderung salah (Sarwono, 2006). Teman sebaya memainkan peran yang signifikan dalam kehidupan remaja, tidak terkecuali dalam hal seksualitas. Newcomb, Huba, and Hubler (1986), mengatakan bahwa perilaku seksual juga dipengaruhi secara positif orang teman sebaya yang juga aktif secara seksual. Jika seorang remaja memiliki teman yang aktif secara seksual maka akan semakin besar pula kemungkinan remaja tersebut untuk juga aktif secara seksual mengingat bahwa pada usia tersebut remaja ingin diterima oleh lingkungannya. Teman sebaya mendukung sebagai agen sosialisasi melalui reinforcement (penguatan), modelling, tekanan langsung terhadap perilaku sosial anak untuk memenuhi tuntutan konformitas. Konformitas teman sebaya lebih erat pada awal masa remaja. Tapi bagaimanapun juga, teman sebaya jarang menuntut konformitas total, dan tekanan teman sebaya kebanyakan terfokus pada waktu yang singkat dan masalah harian seperti pakaian serta selera musik. Mereka tidak memiliki konflik yang menggunakan nilai orang dewasa. Dibandingkan teman sebaya, orangtua memiliki pengaruh yang lebih pada hal-hal yang mendasar seperti penanaman nilai dan rencana pendidikan Remaja berusaha menemukan konsep dirinya didalam kelompok sebaya. Disini ia dinilai oleh teman sebayanya tanpa memperdulikan sanksi-sanksi dunia dewasa. Kelompok sebaya memberikan lingkungan, yaitu dunia tempat remaja dapat melakukan sosialisasi di mana nilai yang berlaku bukanlah nilai yang ditetapkan oleh
Universitas Sumatera Utara
orang dewasa, melainkan oleh teman seusianya. Inilah letak berbahayanya bagi perkembangan jiwa remaja, apabila nilai yang dikembangkan dalam kelompok sebaya ini cenderung tertutup, di mana setiap anggota tidak dapat terlepas dari kelompoknya dan harus mengikuti nilai yang dikembangkan oleh pimpinan kelompok. Sikap, pikiran, perilaku, dan gaya hidupnya merupakan perilaku dan gaya hidup kelompoknya. 2.2. Perilaku 2.2.1. Konsep Perilaku Menurut Skiner dalam Notoatmodjo (2007), perilaku merupakan respon atau reaksi seseorang terhadap stimulus (rangsangan dari luar). Perilaku merupakan tindakan atau perbuatan yang dapat diamati dan dapat dipelajari. Sarwono (2004) berpendapat, perilaku manusia merupakan hasil dari berbagai macam pengalaman serta interaksi manusia dengan lingkungannya yang terwujud dalam bentuk pengetahuan, sikap dan tindakan. Dengan kata lain perilaku merupakan respon/reaksi seseorang individu terhadap stimulus yang berasal dari luar maupun dari dalam dirinya. Respon ini dapat bersifat pasif (tanpa tindakan, berpikir, berpendapat, bersikap) maupun aktif (melakukan tindakan). Faktor yang menentukan atau membentuk perilaku ini disebut determinan. Dalam bidang perilaku kesehatan, ada 3 teori yang sering menjadi acuan dalam penelitian-penelitian
kesehatan
masyarakat.
Ketiga
teori
tersebut
adalah
(Notoatmodjo, 2005).
Universitas Sumatera Utara
a. Teori Lawrence Green Green menganalisis, bahwa faktor perilaku ditentukan oleh 3 faktor utama, yaitu : 1. Faktor-faktor predisposisi (disposing factors), yaitu faktor-faktor yang mempermudah atau mempredisposisi terjadinya perilaku seseorang, antara lain pengetahuan, sikap, kepercayaan, keyakinan, nilai-nilai, tradisi dan sebagainya. 2. Faktor-faktor pemungkin (enabling factors), adalah faktor-faktor yang memungkinkan atau yang memfasilitasi perilaku atau tindakan. Yang dimaksud dengan faktor pemungkin adalah sarana dan prasarana atau fasilitas untuk terjadinya perilaku kesehatan. 3. Faktor-faktor penguat (reinforcing factors), adalah faktor-faktor yang mendorong atau memperkuat terjadinya perilaku. b. Teori Snehandu B. Kar Kar mencoba menganalisis perilaku kesehatan dengan bertitik-tolak bahwa perilaku itu merupakan fungsi dari : 1.
Niat seseorang untuk bertindak sehubungan dengan kesehatan atau perawatan kesehatannya (behavior intention).
2.
Dukungan social dari masyarakat sekitarnya (social-support).
3.
Ada atau tidak adanya informasi tentang kesehatan atau fasilitas kesehatan (accessibility of information).
Universitas Sumatera Utara
4.
Otonomi pribadi yang bersangkutan dalam hal ini mengambil tindakan atau keputusan (personal autonomy)
5.
Situasi yang memungkinkan untuk bertindak atau tidak bertindak (action situation).
c. Teori WHO Tim kerja dari WHO menganalisis bahwa yang menyebabkan seseorang itu berperilaku tertentu adalah karena adanya 4 alasan pokok, yaitu : 1.
Pemikiran dan perasaan (thoughts and feeling). Hasil pemikiran-pemikiran dan perasaan-perasaan seseorang, atau lebih tepat diartikan pertombangan-pertimbangan pribadi terhadap objek atau stimulus, merupakan modal awal untuk bertindak atau berperilaku.
2.
Adanya acuan atau referensi dari seseorang atau pribadi yang dipercayai (personnal references).
3.
Sumber daya (resources) yang tersedia merupakan pendukung untuk terjadinya perilaku seseorang atau masyarakat.
4.
Sosio budaya (culture) setempat biasanya sangat berpengaruh terhadap terbentuknya perilaku seseorang.
2.2.2. Perubahan Perilaku Hal yang penting dalam perilaku kesehatan adalah masalah pembentukan dan perubahan perilaku. Karena perubahan perilaku merupakan tujuan dari pendidikan atau penyuluhan kesehatan sebagai penunjang program-program kesehatan lainnya. Banyak teori tentang perubahan perilaku ini, antara lain :
Universitas Sumatera Utara
1. Teori S-O-R: a. Perubahan perilaku didasari oleh: Respons–Organisme-Stimulus. b. Perubahan perilaku terjadi dgn cara meningkatkan atau memperbanyak rangsangan (stimulus). c. Oleh sebab itu perubahan perilaku terjadi melalui proses pembelajaran (learning process). d. Materi pembelajaran adalah stimulus. Proses perubahan perilaku menurut teori S-O-R.: 1) Adanya stimulus (rangsangan): Diterima atau ditolak
mengerti
(memahami) stimulus. 2) Apabila diterima (adanya perhatian) 3) Subyek (organisme) mengolah stimulus, dan hasilnya:
Kesediaan untuk bertindak terhadap stimulus (attitude)
Bertindak (berperilaku) apabila ada dukungan fasilitas (practice)
2. Teori “Dissonance” : Festinger 1) Perilaku seseorang pada saat tertentu karena adanya keseimbangan antara sebab atau alasan dan akibat atau keputusan yang diambil (conssonance). 2) Apabila terjadi stimulus dari luar yang lebih kuat, maka dalam diri orang tersebut akan terjadi ketidak seimbangan (dissonance).
Universitas Sumatera Utara
3)
Kalau akhirnya stilmulus tersebut direspons positif (menerimanya dan melakukannya) maka berarti terjadi perilaku baru (hasil perubahan), dan akhirnya kembali terjadi keseimbangan lagi (conssonance).
3. Teori fungsi: Katz 1) Perubahan perilaku terjadi karena adanya kebutuhan. Oleh sebab itu stimulus atau obyek perilaku harus sesuai dengan kebutuhan orang (subyek). 2) Prinsip teori fungsi: a.
Perilaku merupakan fungsi instrumental (memenuhi kebutuhan subyek)
b.
Perilaku merupakan pertahanan diri dalam mengahadapi lingkungan (bila hujan, panas)
c.
Perilaku sebagai penerima obyek dan pemberi arti obyek (respons terhadap gejala sosial)
d.
Perilaku berfungsi sebagai nilai ekspresif dalam menjawab situasi.(marah, senang)
4. Teori “Driving forces”: Kurt Lewin a) Perilaku adalah merupakan keseimbangan antara kekuatan pendorong (driving forces) dan kekuatan penahan (restraining forces). b) Perubahan perilaku terjadi apabila ada ketidak seimbangan antara kedua kekuatan tersebut. c) Kemungkinan terjadinya perubahan-perubahan perilaku: a. Kekuatan pendorong meningkat, kekuatanpenahan tetap. b. Kekuatan pendorong tetap, kekuatan penahan menurun.
Universitas Sumatera Utara
c. Kekuatan pendorong meningkat, kekuatan penahan menurun. 2.2.3. Perilaku Seksual Remaja Menurut Sarwono (2006), perilaku seksual adalah segala tingkah laku yang didorong oleh hasrat seksual, baik dengan lawan jenisnya maupun dengan sesama jenis. Bentuk-bentuk tingkah laku ini bisa bermacam-macam, mulai dari perasaan tertarik sampai tingkah laku berkencan, bercumbu, dan bersenggama. Objek seksualnya dapat berupa orang lain, orang dalam khayalan atau diri sendiri. Perilaku seks yang muncul tanpa melibatkan pasangan adalah masturbasi. Menurut L’Engle, et al. (2006), perilaku seksual terbagi atas dua aktivitas yaitu aktivitas seksual ringan dan berat yang dimulai dari menaksir seseorang, sesekali pergi berkencan, pergi ketempat yang bersifat pribadi, berciuman ringan, french kiss, sampai melakukan aktivitas seksual berat seperti, meraba payudara, meraba vagina atau penis, oral seks, dan melakukan hubungan seksual. Cara-cara yang biasa dilakukan dalam mengatasi dorongan seksual: bergaul dengan lawan jenis, berdandan untuk menarik perhatian (terutama lawan jenis), menyalurkannya melalui mimpi basah, menahan diri dengan berbagai cara, menyibukkan diri dengan berbagai aktivitas, menghabiskan tenaga dengan berolahraga, memperbanyak ibadah dan mendekatkan diri pada Tuhan, berkhayal atau berfantasi tentang seksual, mengobrol tentang seks, menonton film pornografi, masturbasi dan onani, melakukan hubungan seksual non penetrasi (berpegangan tangan, berpelukan, cium pipi, cium bibir, cumbuan berat, petting), melakukan aktivitas penetrasi (intercourse). Cara-cara ini ada yang sehat, ada juga yang dapat
Universitas Sumatera Utara
menimbulkan berbagai risiko secara fisik, psikologis, dan sosial. Makin ke bawah risikonya makin besar (PKBI, 1999). Menurut Koentjoro (2007), beberapa faktor penyebab perilaku seksual remaja yaitu faktor internal, eksternal dan campuran keduanya. Faktor internal atau yang berasal dari dalam individu, adalah faktor asupan gizi yang makin membaik. Gizi yang semakin baik mempengaruhi tingkat pertumbuhan dan memacu percepatan kemasakan hormon. Faktor eksternal yang diduga mempengaruhi perilaku seksual adalah dampak globalisasi dan budaya materialisme. Kemajuan telekomunikasi (dalam hal ini media) akan berpengaruh pada pola hidup materialisme. Berdasarkan uraian diatas maka dapat disimpulkan bahwa perilaku seksual adalah segala tingkah laku yang didorong oleh hasrat seksual baik dengan lawan jenis maupun sesama jenisnya dan aktivitas seksual yang dilakukan dapat terbagi dua yaitu aktivitas seksual ringan dan berat. Aktivitas seksual ringan dimulai dari menaksir seseorang, sesekali pergi berkencan, pergi ketempat yang bersifat pribadi, berciuman ringan, french kiss, dan aktivitas seksual berat seperti, meraba payudara, meraba vagina atau penis, oral seks, dan melakukan hubungan seksual. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Fakultas Psikologi UI tahun 1987 pada siswa-siswi kelas II SLTA di Jakarta dan Banjarmasin terungkap bahwa diantara remaja yang sudah berpacaran hampir semua di atas 93% pernah berpegangan tangan dengan pacarnya. Melakukan ciuman 61% untuk pria, 39,4% untuk wanita, yang meraba payudara 2,32% untuk pria dan 6,7% untuk wanita. Sementara itu yang memegang alat kelamin 7,1% untuk pria, 1,0% untuk wanita dan
Universitas Sumatera Utara
yang pernah berhubungan kelamin dengan pacarnya 2,0% semuanya pria (Sarwono, 2006). Menurut Hanifah (2001), bedasarkan dari beberapa laporan penelitian menunjukkan bahwa remaja laki-laki cenderung mempunyai perilaku seks yang agresif, terbuka, gigih, terang-terangan, serta lebih sulit menahan diri dibandingkan remaja perempuan. Menurut Saifuddin & Hidayana (1999) (dalam Hanifah, 2001), perilaku laki-laki tersebut mungkin sebagai perwujudan nilai jender yang dipercayainya sebagai lebih dominan, yaitu laki-laki harus aktif, berinisiatif, berani, sedangkan perempuan harus pasif, penunggu, dan pemalu. Jika perempuan tidak menyesuaikan diri dengan nilai itu maka ia akan dianggap murahan. Begitu juga sebaliknya, apabila laki-laki tidak menyesuaikan dengan nilai tersebut, maka ia akan di cap kurang jantan. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Goldman & Goldman (1982) (dalam Sarwono, 2006), bahwa perbedaan jenis kelamin berpengaruh pada perilaku seksual remaja, dimana wanita-wanita di Inggris lebih berpengalaman dalam perilaku seks tertentu daripada rekanrekan prianya yang sebaya. Hal ini karena memang sesuai dengan ketentuan peran mereka, wanita dianggap sudah lebih dewasa dalam usia daripada prianya. Akan tetapi, remaja prianya justru lebih banyak pengalaman dalam hal berganti-ganti pasangan. Karena besar hal ini ada kaitannya dengan tersedianya sarana pelacuran. Banyak remaja perempuan yang mendapatkan pengalaman pertama hubungan seksual pra nikah dari pacarnya. Alasan yang dikemukakan dalam berhubungan
Universitas Sumatera Utara
seksual sebagai bukti cinta, sayang, pengikat hubungan, serta berencana untuk menikah dalam waktu dekat, namun sering terjadi hubungan seksual pertama tidak diawali dengan permintaan lisan tetapi dengan stimulasi atau rangsangan langsung terhadap pasangannya, sehingga informan perempuan yang awalnya menolak, pada saat itu sudah terangsang sehingga tidak mampu menolak, dengan itu alasan menuruti keinginan pacar untuk berhubungan seksual cukup banyak. Perilaku seksual yang sehat bertanggung jawab adalah menunjukkan adanya pengharagaan baik pada diri sendiri maupun orang lain, mampu mengindahkan diri dan mengontrol diri, mempertahankan diri dari teman sebaya, pacar dan dari hal-hal negatif, memahami konsekuensi tingkah laku dan sikap menerima risiko tingkah lakunya, bentuk perilaku seksual yang sehat dan bertanggungjawab akan berbeda untuk masing-masing individu tergantung pada pengalaman, kebudayaan, nilai-nilai dan keyakinan yang dianut oleh masing-masing. Namun demikian idealnya perilaku seksual yang sehat dan bertanggungjawab hendaknya didasarkan pada pertimbangan terhadap segala risiko yang mungkin dihadapi dan kesiapan berbagai risiko (Imran, 1999). Seks yang sehat secara fisik artinya tidak tertular penyakit, tidak menyebabkan kehamilan sebelum menikah, tidak menyakiti dan merusak kesehatan orang lain. Sehat secara psikologis artinya mempunyai integritas yang kuat (kesesuaian antara nilai, sikap, dan perilaku), mampu mengambil keputusan dan mempertimbangkan segala risiko yang akan dihadapi dan siap atas segala risiko dari keputusan (PKBI, 1999).
Universitas Sumatera Utara
Sehat secara sosial artinya mampu mempertimbangkan nilai-nilai sosial yang ada disekitarnya dalam menampilkan perilaku tertentu (agama, budaya dan sosial), mampu menyesuaikan diri atau beradaptasi dengan nilai norma yang diyakini. Jadi perilaku seks yang sehat dan bertanggung jawab adalah perilaku yang dipilih berdasarkan pertimbangan secara fisik, sosial, agama serta psikologis yang dilandasi kesiapan untuk meminimalkan risiko perilaku yang diiringi dengan upaya bertanggung jawab terhadap diri, orang lain, keluarga, lingkungan dan Tuhan (PKBI, 1999). Hubungan komunikasi yang baik antara orangtua dan anak remaja akan memiliki kemampuan yang efektif di dalam memecahkan masalah baik dalam keluarga dan perilaku remaja itu sendiri. Perilaku positif orang tua mempunyai hubungan yang bermakna terhadap perilaku positif remaja, dengan kata lain orang tua yang memiliki perilaku yang positif maka anak remaja mereka akan lebih berpeluang berperilaku positif (Lerner, et al., 1998). 2.3. Media Massa 2.3.1. Pengertian Kata media berasal dari bahasa Latin medius yang berarti ’tengah’, perantara atau pengantar atau pengantar pesan dari pengirim kepada penerima pesan. Media menurut Sadiman (2006), segala sesuatu yang dapat digunakan untuk menyalurkan pesan, dari pengirim ke penerima pesan sehingga dapat merangsang pikiran, perasaan, perhatian dan minat beserta perhatian sedemikian rupa sehingga proses
Universitas Sumatera Utara
belajar terjadi. Selain itu, National Education Association memberikan definisi media sebagai bentuk-bentuk komunikasi baik tercetak maupun audio-visual dan peralatannya, dengan demikian, media dapat dimanipulasi, dilihat, didengar, atau dibaca (Arsyad, 2007). Menurut Arsyad (2007), komunikasi adalah proses penyampaian suatu pesan oleh seseorang kepada orang lain untuk memberi tahu atau untuk mengubah sikap, pendapat, atau perilaku, baik langsung secara lisan, maupun tak langsung melalui media. Persyaratan untuk terjadinya komunikasi terdiri dari beberapa komponen yaitu: 1) komunikator, merupakan orang yang menyampaikan pesan, 2) pesan, merupakan pernyataan yang didukung oleh lambang, 3) komunikan, merupakan orang yang menerima pesan, 4) media, merupakan sarana atau saluran yang mendukung pesan, 5) efek, merupakan dampak sebagai pengaruh dari pesan. Teknik berkomunikasi adalah cara atau seni penyampaian pesan yang dilakukan seorang komunikator sedemikian rupa, sehingga menimbulkan dampak tertentu pada komunikan. Dari uraian tentang komuikasi diatas dapat disimpulkan bahwa media merupakan bentuk-bentuk dari komunikasi. Sedangkan komunikasi adalah pesan yang disampaikan kepada komunikan dari komunikator melalui saluransaluran tertentu baik secara langsung atau tidak langsung dengan maksud memberikan dampak atau effect kepada komunikan sesuai dengan yang diinginkan komunikator.
Universitas Sumatera Utara
1.
Bentuk-bentuk media massa Ada beberapa bentuk media massa yaitu: a) surat kabar, b) majalah, c) radio, d) televisi, e) film, f) komputer dan internet. Adapun bentuk media massa yang akan digunakan dalam penelitian ini
terbatas pada bentuk media televisi dan internet. a. Media televisi Televisi merupakan paduan radio (broadcast) dan film (moving picture), suatu program siaran televisi dapat dilihat dan didengar oleh pemirsa, karena dipancarkan oleh pemancar. Hasil yang dipancarkan oleh pemancar televisi, selain suara juga gambar. Televisi terdiri dari istilah “tele” yang berarti jauh dan “visi” (vision) yang berarti penglihatan (Surbakti, 2008). Para pemirsa dapat menikmati siaran televisi, apabila pemancar televisi mamancarkan gambar dan suara melalui pesawat televisi di rumah. Peran televisi sebagai sarana hiburan murah-meriah memang tidak perlu diragukan dan dipertanyakan keandalannya. Secara teknis pesawat televisi mudah sekali dioperasikan sehingga siapapun pasti mampu mengoperasikannya tanpa perlu harus belajar terlebih dahulu. Popularitas media televisi berkembang sedemikian
Universitas Sumatera Utara
pesat. Setiap malam “kotak ajaib” ini muncul pada hampir setiap rumah tangga dan menghimpun para penghuninya untuk duduk bersantai di depannya sambil istirahat. Mengapa televisi begitu diminati orang banyak, menurut Surbakti (2008) beberapa hal yang membuat orang tertarik terhadap televisi, yaitu: 1) Tidak perlu meninggalkan rumah, 2) Praktis, 3) Menonton bersama-sama dengan keluarga, 4) Saluran mudah diganti, 5) Menonton dengan orang yang dikenal, 6) Menyajikan berbagai informasi, 7) Tidak menuntut persyaratan formal, 8) Ruangan yang terang, 9) Tidak memerlukan syarat baca-tulis. Setiap media komunikasi apapun bentuknya pasti memiliki karakter yang membuatnya dikenal dan dicintai masyarakat sehingga bisa terus eksis. Tidak terkecuali media televisi juga memiliki karakter (Surbakti, 2008), yaitu : 1) Sifatnya liniear (satu arah) Karakter media televisi adalah sifatnya yang linear (satu arah) walaupun kadangkadang televisi menyelenggarakan acara interaktif yang melibatkan penonton secara langsung, namun sifatnya hanya untuk keperluan atau tujuan tertentu yang sangat terbatas. Selebihnya penyelenggara siaran televisi menyelenggarakan siarannya tanpa pernah tahu secara persis dampak sebuah tayangan terhadap
Universitas Sumatera Utara
penontonnya. Efek linear menyebabkan seringkali timbul ketegangan antara penyelenggara siaran dengan penonton karena adanya perbedaan tafsir atau kepentingan di balik sebuah tayangan. 2) Seleksi penonton Dalam menyelenggarakan siarannya, media televisi sebenarnya melakukan seleksi terhadap penontonnya. Artinya, setiap stasiun penyelenggara siaran televisi harus memilih masyarakat penontonnya. Hal ini penting dilakukan untuk memudahkan mereka merancang program berdasarkan segmen penonton yang mereka tetapkan. Di lain pihak, masyarakat penonton pun menyeleksi stasiun televisi yang mereka tonton sesuai dengan kriteria yang mereka tetapkan. Saling menyeleksi adalah proses yang wajar untuk sebuah proses komunikasi. 3) Jangkauan Karakter penting lainnya adalah menyangkut daya jangkau siaran. Untuk menyampaikan informasi, dibutuhkan kecepatan dan kemampuan menjangkau wilayah seluas mungkin. Semakin luas cakupan wilayah yang terjangkau, semakin sedikit jumlah penyelenggara siaran yang dibutuhkan. Media televisi mampu mengatasi semua ini karena kemampuannya menjangkau masyarakat secara luas. 4) Segmentasi Untuk mencapai penonton secara efektif, penyelenggara siaran televisi harus menetapkan segmentasi penonton yang menjadi target siarannya. Segmentasi memudahkan penyelenggara siaran, merancang program yang cocok dengan penonton yang mereka pilih.
Universitas Sumatera Utara
5) Peka terhadap lingkungan Televisi sebagai media komunikasi dituntut agar senantiasa peka dengan kondisi lingkungan tempatnya berada agar interaksi yang dibangunnya dengan masyarakat penontonnya bisa berlangsung tanpa mengalami benturan yang berarti. Menurut Surbakti (2008), media televisi sebagai sumber hiburan dan informasi memberi dampak terhadap pembentukan perilaku. Dampak yang ditimbulkan dapat bersifat positif dan negatif. Dampak positif dari media televisi, yaitu: sebagai sumber hiburan, sumber informasi, dapat memperluas wawasan, menambah pengetahuan, hiburan dan pendidikan serta untuk memperkenalkan pengetahuan. Sementara dampak negatif dari media televisi sebagai sumber informasi dan hiburan, yaitu: sensor yang lemah, merupakan alat propaganda politik, netralitasnya meragukan, penekan gagasan tertentu, dominasi siaran komersial dan menawarkan realitas semu. Anneahira (2010), dalam situs online yang disponsori oleh asianbrain mengutarakan lebih rinci dampak positif dan negative televise sebagai berikut : a.
Dampak Positif Televisi 1. Dalam hal penyajian berita, televisi umumnya selalu up to date, mampu menyajikan berita terbaru langsung dari lokasi kejadian. Hal ini tentu akan membuat Anda tidak ketinggalan informasi dan memberikan wawasan yang cukup luas pada Anda secara cepat.
Universitas Sumatera Utara
2. Bila televisi menyajikan acara-acara yang berhubungan dengan pendidikan, hal ini tentu sangat berguna bagi para pelajar. Seorang pelajar bisa mengambil manfaat berupa informasi pendidikan dari acara televisi tersebut. 3. Salah satu pengaruh positif televisi adalah Anda bisa menyegarkan otak dengan menonton beragam tayangan hiburan yang disajikan oleh stasiun televisi. Mulai dari acara kuis, film, sinetron, atau hiburan-hiburan yang lain. 4. Televisi banyak menampilkan tokoh-tokoh yang memiliki pengaruh, baik dalam dunia pendidikan, dunia usaha, hiburan, atau yang lainnya. Figur-figur yang ditampilkan dalam televisi ini bisa memicu Anda untuk mencontoh kesuksesan mereka. b.
Dampak Negatif Televisi 1. Pengaruh negatif televisi yang paling utama adalah membuat Anda lupa waktu. Bila sudah menonton televisi, Anda mungkin akan merasa malas untuk melakukan suatu pekerjaan. Bagi pelajar, pengaruh negatif televisi yang satu ini tentu sangat merugikan, karena mereka bisa saja akan lupa untuk belajar. 2. Banyaknya acara-acara yang tidak mendidik di televisi bisa mempengaruhi kejiwaan seorang anak. Film kekerasan atau berita kriminal adalah beberapa acara yang tidak patut ditonton oleh anak kecil maupun remaja. Mereka bisa saja meniru adegan kekerasan atau tindak kriminal yang mereka tonton di televisi.
Universitas Sumatera Utara
3. Televisi mampu meningkatkan daya konsumtif masyarakat. Di televisi, banyak sekali iklan-iklan yang menyajikan berbagai barang. Baik orang dewasa maupun anak kecil, siapapun bisa menjadi korban iklan televisi. 4. Menonton televisi terus-menerus tidak hanya akan melalaikan Anda dari pekerjaan, tapi juga merusak kesehatan. Mata Anda perlu istirahat dan tidak menonton televisi dalam waktu lama Berikut ini terdapat sejumlah daftar acara televisi khusus bagi anak-anak yang dipilah ke dalam 3 kategori: bahaya, hati-hati, dan aman. Tayangan yang termasuk kategori “bahaya” No. 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10 11. 12. 13. 14. 15.
Stasiun RCTI TPI TPI AnTV AnTV AnTV AnTV AnTV Indosiar Indosiar Indosiar Indosiar Trans7 Trans7 GlobalTV
Judul Acara Crayon Sin-Chan Tom & Jerry Ronaldowati Babak 2 Tom & Jerry Kekkaishi Popaye Original All New Popaye Inuyasha Dragon Ball Z Blue Dragon Naruto Shippuden Bleach 2 Tom & Jerry Tales Tom & Jerry Kids Cat Dog
(Sumber :KIDIA, 2011)
Tayangan yang masuk dalam kategori ini adalah tayangan yang mengandung lebih banyak bermuatan negatif, seperti kekerasan, mistis, seks dan bahasa kasar. Kekerasan dan mistis dalam tayangan yang masuk dalam kategori ini dinilai cukup
Universitas Sumatera Utara
intens, sehingga bukan lagi menjadi bentuk pengembangan cerita, namun sudah menjadi inti dari cerita. Bukan hanya itu saja, kekerasan-kekerasan yang dimaksudkan di sini tidak hanya dinilai dari darah dan sadisme, namun juga kemungkinan anak-anak untuk meniru dan mengaplikasikannya dalam kehidupan nyata. Tayangan ini jelas tidak disarankan untuk disaksikan oleh anak. Bila pun anak sudah cukup besar, kami menyarankan pendampingan orangtua dilakukan untuk membentengi anak dari efek negatif yang ditampilkan oleh tayangan tersebut. Tayangan yang termasuk kategori “hati-hati” No. 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10 11. 12. 13. 14. 15. 16. 17.
Stasiun RCTI RCTI Indosiar Indosiar Indosiar Indosiar Indosiar Indosiar Indosiar Indosiar Trans7 Trans7 Trans7 Trans7 GlobalTV GlobalTV GlobalTV
Judul Acara Casper’s Scare School Doraemon Casper Digimon Savers Pokemon 7 Seri AG Bakeg yamon Bakugan Battle Brawlers Power Rangers B-Damon Ben 10 Scooby Doo Scooby Doo Where Are You Legion of Superheros The Batman Spongbob Squarepants Idaten Jump Avatar
(Sumber:KIDIA, 2011)
Tayangan yang masuk dalam kategori ini adalah tayangan anak yang dinilai relatif seimbang antara muatan positif dan negatifnya. Seringkali tayangan yang masuk dalam kategori ini memberikan nilai hiburan serta pendidikan dan nilai-nilai
Universitas Sumatera Utara
positif, namun juga dinilai mengandung muatan negatif, seperti kekerasan, mistis, seks dan bahasa kasar yang tidak terlalu mencolok. Pendampingan sangat diperlukan dalam menyaksikan film dalam kategori ini, karena anak-anak membutuhkan orangtua untuk memberikan pemahaman yang baik mengenai muatan positif dan negatif yang ditampilkan. Orangtua diharapkan dapat membantu anak untuk mencontoh hal-hal yang positif dan menghindari muatan negatif yang ditampilkan dalam kehidupan nyata. Tayangan yang termasuk kategori “aman” No. 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10 11. 12. 13. 14. 15. 16. 17. 18. 19. 20.
Stasiun AnTV AnTV AnTV AnTV Trans7 Trans7 Trans7 Trans7 Trans7 Trans7 Trans7 Trans7 Trans7 GlobalTV GlobalTV GlobalTV GlobalTV GlobalTV GlobalTV GlobalTV
Judul Acara Curious George Land Before Time Simba The King Lion Star Kids Ya Iyaalah Surat Sahabat Bocah Petualang Laptop Si Unyil Jalan Sesama Cita-Citaku Dunia Air Koki Cilik Si Bolang Jalan-Jalan Buku Harian Si Unyil Chalkzone Blues Clues Dora The Explorer Backyardigan’s Wonder Pets Go Diego Go Lunar Jim
(Sumber:KIDIA, 2011)
Tayangan yang bukan hanya menghibur bagi anak, namun juga memberikan manfat lebih, seperti pendidikan, memberikan motivasi, mengembangkan sikap
Universitas Sumatera Utara
percaya diri anak, dan penanaman nilai-nilai positif dalam kehidupan. Nilai-nilai yang sering ditampilkan beberapa di antaranya adalah persahabatan, penghargaan terhadap diri sendiri dan orang lain, kejujuran dan lain-lain. Sekalipun dikatakan “Aman” orang tua dihimbau tetap mendampingi anak-anak menonton TV. Pendampingan tidak hanya membantu anak-anak memahami berbagai hal yang mungkin mereka tidak pahami, tetapi juga meningkatkan kedekatan orangtua dan anak. Media televisi sebagai media audio visual tetap menjadi favorit bagi khalayak dalam penerimaan informasi. Hal ini menunjukkan bahwa perilaku seseorang mudah terbentuk apabila ada model yang dapat ditiru, dan televisi mampu menampilkan berbagai macam bentuk tayangan dengan fasilitas gambar yang menarik dan suara yang jelas, sehingga penonton tertarik dan tergerak untuk mengikuti tayangan yang pernah dilihatnya.Televisi adalah merupakan paduan radio (broadcast) dan film (moving picture), suatu program siaran televisi dapat dilihat dan didengar oleh pemirsa, karena dipancarkan oleh pemancar. Dalam keluarga modern yang para orangtuanya sibuk beraktivitas diluar rumah, televisi berperan sebagai penghibur, pendamping bahkan pengasuh bagi anak-anak. Televisi dijejali dengan hiburan, berita, sinetron, fil dan iklan. Mereka menghabiskan waktu menonton televisi sekitar tujuh jam dalam sehari. Tetapi sayangnya, peran vital televisi sebagai media hiburan keluarga tampaknya belum diimbangi dengan menu tayangan yang bermutu. Hasil penelitian Strasburger dan Donnerstein (1999), menunjukkan remaja akan menghabiskan 15.000 jam dalam hidupnya untuk menonton televisi,
Universitas Sumatera Utara
dibandingkan 12.000 jam waktu yang dihabiskan untuk belajar dalam kelas. Bermacam informasi yang mereka butuhkan dapat diperoleh melalui berbagai jenis media massa, termasuk di antaranya informasi tentang seks dan kesehatan reproduksi. Tayangan-tayangan televisi, film,dan musik, hal-hal mengenai seks menjadi semakin jelas melalui dialog, lirik lagu, dan perilaku. Meski pesan-pesan tersebut berisi informasi yang salah tapi dianggap sebagai suatu fakta oleh remaja (Committee on Public Education American Academy of Pediatrics, 2001). Berdasarkan survei yang dilakukan oleh Common Sense Media, kebanyakan orangtua menyatakan 37% memiliki pengaruh negarif. Hampir separuh dari semua orangtua menyakini bahwa menampilkan kekerasan dan seks di TV berperan banyak dalam membuat anak mengadopsi perilaku tersebut atau menjadi terlibat dalam situasi seksual 48% sebelum mereka secara emosional (Kaiser Family Foundation, 2003). Menurut Kaisar Family Fondation (2003), bahwa lebih dari setengah (56%) dari keseluruhan acara televisi mengandung kontens seksual, hal tersebut menunjukkan rata-rata lebih dari tiga adegan seks dalam satu jamnya. Kemudian 54% dari seluruh acara televisi mengandung pembicaraan mengenai seks, dan 23% dari keseluruhan acara televisi mengandung pencitraan mengenai perilaku sekual. Tujuh persen diantarnya mengandung adegan dimana hubungan badan ditampilkan atau di citrakan secara jelas. Menurut Strasburger dan Donnerstein (1999), menemukan adanya hubungan antara media dengan muatan seksual yang tinggi pada perubahan sikap dan perilaku
Universitas Sumatera Utara
seksual remaja, diantaranya yaitu: penelitian yang dilakukan oleh Brown dan Newcomer (1981), terhadap 391 siswa sekolah menengah pertama di North Carolina, bahwa mereka yang secara aktif menonton lebih banyak kandungan seksual di televisi cenderung untuk mencoba melakukan hubungan seksual. Kemudian data dari National Survey of Children (Strasburger & Donnerstein, 1999), mengungkapkan bahwa para remaja yang menonton televisi terpisah dari keluarganya memiliki jumlah hubungan seksual 3-6 kali lebih tinggi daripada remaja yang menonton bersama-sama dengan keluarga. Remaja yang berasal dari mutu keluarga yang baik, semua tayangan yang dilihat di televisi disaring melalui suasana keluarga yang harmonis, dan orangtuanya dapat menjadi panutan. Komunikasi dan contoh dari orangtua dalam perilaku seharihari membuat benteng yang kokoh dalam membendung semua pengaruh buruk di layar televisi. Sebaliknya remaja yang berasal dari keluarga yang mutu kehidupannya rendah, semua tayangan televisi sulit disaring karena kurangnya komunikasi antara keluarga, tidak harmonis, orangtua jarang di rumah (Widiasih, 2007). b. Media Internet Internet merupakan suatu bentuk hasil dari konvergensi teknologi di bidang informatika yang berawal dari ide untuk mempertahankan kontinuitas jalur teknologi komunikasi informasi secara transparan dalam bentuk jaringan dengan berbagai variasi yang luas antar negara. Internet adalah kumpulan yang luas dari jaringan komputer besar dan kecil yang saling berhubungan menggunakan jaringan (tele) komunikasi yang ada diseluruh dunia (Daryanto, 2007).
Universitas Sumatera Utara
Menurut Ramadhan (2010), dalam karya ilmiahnya tentang pengaruh internet terhadap perkembangan remaja diuraikan bahwa internet ialah jaringan global antar komputer untuk berkomunikasi dari satu lokasi ke lokasi lainnya di belahan dunia (seperti sekolah, universitas, institusi riset, museum, bank, perusahaan bisnis, perorangan, stasiun TV ataupun radio). Internet berfungsi sebagai aspek komunikasi, penyedia informasi, dan fasilitas untuk promosi. Internet dapat menghubungkan kita dengan berbagai pihak di berbagai lokasi di seluruh dunia. Misalnya kita bisa kirim data atau surat dengan berbagai pihak diseluruh dunia dengan menggunakan fasilitas Electronic mail (E-mail). Fasilitas Electronic mail internet juga menyediakan fasilitas untuk ngobrol yang dalam internet disebut chatting. Kemampuan internet lainnya adalah Usenet, yaitu forum yang disediakan bagi pengguna internet untuk berbagi informasi dan pemikiran
mengenai
suatu
negara
melalui
perangkat
elektronik.
Dengan
menggunakan forum ini, pengguna dapat mengirim pesan mengenai64negara bersangkutan dan menerima tanggapan dari pihak lain. Internet terhubung dengan ratusan katalog perpustakaan, sehingga penggunaannya dapat meneliti ribuan data base yang terbuka untuk umum melalui jaringan tersebut yang disediakan oleh perusahaan, pemerintah ataupun niralaba. Pengguna internet dapat mempergunakan informasi ini untuk berbagai keperluan. Beberapa metode atau alat untuk mengakses dan mencari file yang dapat diterapkan melalui internet adalah gopher, archie, dan wide area information servers.
Universitas Sumatera Utara
Bagian terpenting dari internet adalah alamat internet, yang merupakan sarana untuk dapat berlangsungnya interaksi dan komunikasi baik intra manusia (manusia dengan negara) atau antar manusia. Pada hakekatnya daya guna internet bukan terletak pada teknologi jaringan komputernya, melainkan pada sumber informasi yang terletak di dalamnya yang berorientasi kepada manusia. Internet memberikan keleluasaan untuk pemakaian daya informasi yang terus berubah dan bertambah kapan saja yang dimilikinya untuk melakukan interaksi atau komunikasi. Internet merupakan media komunikasi yang memiliki kemampuan sebagai media komunikasi interpersonal yang mampu menghubungkan interaksi antara dua orang atau lebih melalui pesan yang bersifat pribadi atau terbuka. Disamping itu internet juga mampu memposisikan dirinya sebagai media massa, yang mampu diakses secara cepat dan mudah atas informasi-informasi yang ada didalamnya. Internet sebagai media yang mampu membawa pesan-pesan secara interpersonal maupun massa memiliki karakteristik sebagai berikut (Daryanto, 2008). 1) Menggunakan komputer sebagai hardware pokok, beserta sofware pendukung
operasionalisasi
internet
dengan
menggunakan
energi
elektronik. 2) Merupakan jaringan gabungan dari satelit, modem, wireles phone dan sebagainya. 3) Ruang lingkup internet memiliki jangkauan wilayah yang tidak terbatas secara geografis.
Universitas Sumatera Utara
4) Mampu menyampaikan pesan dalam waktu yang relatif lebih cepat baik dalam bentuk teks, grafis, audio ataupun video. 5) Mampu memproses atau memproduksi pesan dalam bentuk teks secara mudah dan murah. 6) Pesan dalam internet berbentuk interaktif (mampu membuat respons langsung bagi penerima pesan), namun terbatas hanya dalam bentuk teks atau audio. 7) Internet memiliki kekayaan dan kelengkapan informasi ataupun pesan dari berbagai kategori kehidupan, yang selalu bertambah dan diperbaharui. Fasilitas internet diperlukan untuk suatu pengetahuan dan keterampilan khusus dalam mengoperasikannya. Tidak seperti penggunaan media massa yang dengan mudah digunakan oleh setiap orang, pada internet hanya orang-orang yang memiliki
pengetahuan
dan
keterampilan
yang
memadai
yang
mampu
menggunakannya. Namun demikian beragamnya kebebasan, kekayaan serta tersedianya informasi dan pesan dari berbagai negara maupun tidak semuanya memiliki kesesuaian dengan kondisi budaya dan nilai-nilai yang dimiliki oleh para penggunaannya. Meskipun demikian kita tidak bisa mengelak bahwa banyak sekali pengetahuan dan wawasan yang bisa kita peroleh dengan memanfaatkan fasilitas internet. Satu hal yang cukup memprihatinkan adalah kemudahan penggunaan untuk menelusuri situs-situs porno yang banyak bertebaran di internet serta bebas sensor. Bahkan jika seseorang memiliki kartu kredit, mereka akan dapat menyaksikan visualisasi tayangan porno dalam internet. Fenomena ini secara psikologis akan
Universitas Sumatera Utara
mengganggu moral dan sikap perilaku dari pengguna internet khususnya remaja, apalagi kini situs-situs versi Indonesia banyak bermunculan. Berdasarkan penelitian terbatas yang dilakukan Jejak Kaki Internet Protection di Jakarta menemukan sekitar 97% anak usia antara 9-14 tahun mengaku sudah pernah mengakses situs porno di internet dan sampai saat ini lebih dari 1100 situs 67egar terlarang ditemukan di dunia maya. Situs terlarang itu sendiri terdiri dari situssitus kalimat-kalimat porno berbahasa Indonesia dan Melayu, 200 situs porno yang menampilkan orang-orang Indonesia, 200 situs katagori nonpornografi yang mengandung kekerasan, judi dan kegiatan lainnya (Kurniawan, 2006). Remaja tertarik terhadap media internet karena adanya kemudahan yang didapatkan, sehingga mereka dengan mudah untuk berinteraksi dengan orang lain, mencari hiburan dan mengumpulkan informasi. Hasil penelitian menemukan bahwa 2 jenis situs yang paling popular diantara remaja adalah situs kasino dan pornografi (Seiter, 2002; Mastronardi, 2003). Efek dari pornografi dapat merusak perkembangan kepribadian yang alami dari remaja. Jika stimulus (pendorong) awal adalah foto-foto porno, remaja akan terkondisikan untuk terangsang dengan foto-foto tersebut. Jika ini terjadi beberapa kali, besar kemungkinan akan menjadi permanen. Akibatnya remaja tersebut tumbuh menjadi orang yang susah membangun hubungan yang normal dengan lawan jenis yang normal, tanpa pengaruh foto-foto porno.
Universitas Sumatera Utara
2.3.2. Pengaruh Paparan Komunikasi di Situs Internet Asupan seks dari media sebagai suatu kondisi dimana remaja mendapatkan sesuatu secara terus menerus berupa sajian seksual baik dalam bentuk tulisan ataupun gambar, akan memberikan suatu tambahan pengetahuan bagi remaja, sehingga remaja akan bertambah wawasannya, dan hal ini kemungkinan akan merubah pola pikir dan sikapnya atas objek seksual yang dilihat, didengar atau dibaca dari media televisi dan internet. Pada awalnya mungkin sajian seksual di media dianggap sebagai sesuatu hal yang tabu, tetapi apabila media yang ada dengan mudah digunakan untuk menikmati sajian seksual tanpa sensor yang tegas, remaja yang melihat, mendengar akan menganggap bahwa objek seksual yang ditampilkan adalah sesuatu hal yang wajar. Menurut Kunkel et al. (1999), bahwa muatan seks adalah semua penggambaran tentang aktivitas seks, perilaku yang mengarah ke seksitas, atau obrolan tentang seksitas maupun aktivitas seks atau suatu dialog, situasi, tingkah laku, yang melibatkan seks, bernada seks, dan aktivitas seks. Paparan berarti jumlah waktu per hari yang diisi oleh berbagai jenis media dan konteks sosial dari penggunaan media. Dialog seks atau apa yang disebut sebagai obrolan tentang seks mencakup berbagai macam percakapan mulai dari diskusi tentang ketertarikan dan topik seks. Perilaku seksual merupakan suatu tindakan yang memperlihatkan rasa kedekatan secara seksual. Sebagai contoh, ciuman sambutan antara dua orang teman atau saudara tidak dikategorikan sebagai tingkah laku seks, sedangkan ciuman penuh gairah antara dua orang dengan ketertarikan romantik dapat dikatagorikan kedalam
Universitas Sumatera Utara
tingkah laku seks (Kunkel et al., 1999). Dialog seks atau yang disebut dengan obrolan seks mencakup berbagai macam percakapan mulai dari diskusi tentang ketertarikan dan topik seks dengan pasangan, serta saling bertukar informasi tentang aktivitas seks seseorang. Dalam penilaian mengenai obrolan tentang seks, topik tentang kesehatan reproduksi (kontrasepsi atau aborsi) serta penyakit menular seksual (termasuk AIDS) juga dimasukkan sebagai topik seks (Kunkel et al., 1999). Hubungan seks secara implisit, apabila ketika suatu tayangan menampilkan satu atau lebih adegan di mana tempat dan waktunya sangat mendekati hubungan seks. Sebagai contoh, ada pasangan yang saling berciuman, meraba-raba dan melepaskan pakaian satu sama lain ketika mereka masuk ke sebuah ruangan dengan adegan berangsur menghilang sebelum hubungan seks benar-benar terjadi, atau pasangan yang tampak bangun tidur dari ranjang sambil berbicara seputar peristiwa seks semalam (Kunkel et al., 1999). Beberapa faktor yang menyebabkan anak-anak mengakses pornografi, baik melalui internet sekolah maupun di rumah sendiri, yaitu (Haryadi, 2008). 1) Kurangnya pengawasan, pendidikan dan pembinaan dari guru/orang tua kepada siswa/anaknya tentang bagaimana penggunaan internet yang sehat, manfaat internet dan dampak negatif serta cara menghindarinya; 2) Sikap ketertutupan dari guru/orang tua kepada siswa/anak-anak tentang sex education, akibatnya rasa penasaran yang begitu besar dicari jawabannya di luar sekolah/rumah, seperti di warnet;
Universitas Sumatera Utara
3) Guru/Orang tua yang gagap teknologi (gaptek), sehingga memenuhi kebutuhan internet disekolah atau untuk anak di rumah/dikamar, tetapi guru/orang tua sendiri tidak menguasainya, bahkan tidak mengetahui dampak negatif internet; 4) Kurangnya upaya proteksi oleh guru/orang tua yang memiliki internet di sekolah/di rumah atau di kamar anak-anak, yaitu tidak melengkapinya dengan software untuk memblokir situs-situs porno; 5) Orientasi keuntungan finansial para pemilik warnet, sehingga siapa pun bisa menyewa internet termasuk anak-anak atau remaja, bahkan pada jam-jam sekolah. Selain itu ruangan tertutup yang tersedia di warnet menjadikan anakanak merasa nyaman dan aman untuk membuka situs-situs porno; 6) Murahnya biaya untuk dapat mengkonsumsi bahkan memiliki foto-foto atau video porno dengan cara mendownloadnya dari sebuah situs porno dan menyimpannya pada disket, CD atau flasdisk; 7) Sikap keterbukaan masyarakat, termasuk orang tua yang sedikit demi sedikit tidak menganggap tabu hal-hal yang bersifat pornografi. Akibatnya kontrol sosial menjadi berkurang terhadap pornografi. Disamping itu, banyaknya jumlah situs porno yang setiap hari bertambah dan adanya situs mesin pencari di internet seperti Google, semakin mempermudah untuk mengakses cyberporn. American Demographics Magazine dalam laporannya menyatakan bahwa jumlah situs pornografi meningkat dari 22.100 pada tahun 1997 menjadi 280.300 pada tahun 2000 atau melonjak 10 kali lebih dalam kurun waktu tiga tahun. Apabila dirata-rata, berarti setiap hari muncul 200-an lebih situs porno baru dan bisa
Universitas Sumatera Utara
dibayangkan berapa jumlahnya saat ini. Sementara Nathan Tabor, dalam artikelnya yang berjudul Adultary is killing the American Family mengatakan bahwa statistik menunjukkan bahwa 25 % dari semua internet, mesin pencarinya minta dihubungkan dengan pornografi. Siswa/anak yang semakin sering mengkonsumsi materi-materi pornografi, tentunya akan berdampak negatif bagi perkembangan mental dan keperibadiannya. Menurut Ike R Sugianto, seorang psikolog, mengatakan bahwa efek psikologis pornografi dari internet bagi anak sangat memicu perkembangan kelainan seksual mereka. Anak yang mengenal pornografi sejak dini akan cenderung menjadi antisosial, tidak setia, melakukan kekerasan dalam rumah tangga, tidak sensitif, memicu kelainan seksual, dan menimbulkan kecanduan mengakses internet terutama pada situs game dan porno. Menurut Strasburger dan Donnerstein (1999), bahwa setiap tahun, remaja menyaksikan sekitar 150.000 tayangan yang mengarah pada, menyindir, dan bercanda yang berbau seksual. Jam tayang yang disebut sebagai waktu keluarga (jam 8-9 malam) ternyata mengandung lebih dari delapan adegan seksual perjam. Hampir sepertiga jam tayangan keluarga mengandung tayangan yang mengarah pada seksualitas, dan tayangan dengan bahasa yang vulgar. Situs porno begitu mengundang para pengguna internet untuk mengaksesnya karena adanya daya tarik seperti: tersedianya privacy, yakni kerahasiaan, keleluasaan pribadi tanpa harus berjalan ke toko buku, bioskop atau tempat peminjaman film; efficiency dikarenakan meterimaterinya dapat diambil dari internet, dicetak atau ditampilkan pada komputer
Universitas Sumatera Utara
pribadi, yang jauh lebih efisien dari pada membeli utuh majalah atau video; serta bersifat harmless yakni kebebasan mengeksplorasi aspek-aspek seksualitas tanpa harus membuka diri dengan adanya kemungkinan tertular penyakit (karena tidak membutuhkan pasangan seks) atau menjadi bahan tertawaan masyarakat umum (Elmer-Dewitt, 1995). Berdasarkan teori pembelajaran sosial Bandura (dalam Strasburger & Donnerstein, 1999) remaja belajar melalui meniru, teori ini menduga bahwa tingkah laku dapat dipelajari dan dipengaruhi oleh konteks sosial. Escobar-Chaves et al. (2005), aktivitas seksual termotivasi tidak lama setelah remaja melihat media. Muatan seksual dalam media juga merupakan suatu motivasi bagi remaja untuk berperilaku seksual. Ketika perilaku itu dirasa sebagai hal yang menarik, biasa dikerjakan tidak bermasalah maka perilaku itu dapat terjadi (Brown et al., 2006). Remaja mulai memahami hal-hal yang lebih menarik tentang seksual, muatan seksual yang ada di media (L'Engle etaal., 2006). Hasil dari penelitian Collin et al. (2003), bahwa remaja yang menonton tayangan TV dengan muatan seks yang tinggi lebih cenderung untuk melakukan hubungan seks dari pada mereka yang menonton TV dengan muatan seks yang rendah dan remaja yang mempunyai pengalaman seks lebih cenderung mencari muatan seks di TV dari pada remaja yang tidak mempunyai pengalaman seks.
Universitas Sumatera Utara
2.4. Landasan Teori Landasan teori dalam penelitian ini mengacu pada Teori Lawrence Green dimana perilaku seksual remaja dapat dipengaruhi oleh faktor predisposing, faktor enabling dan faktor reinforcing. Untuk lebih jelasnya faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku kesehatan dapat dilihat pada gambar berikut ini:
Faktor Predisposing: 1. Pengetahuan 2. Sikap 3. Kepercayaan 4. Tradisi 5. Nilai – nilai 6. Tingkat pendidikan 7. Tingkat sosial ekonomi
Faktor Enabling: 1. Sarana dan prasarana 2. Terjangkaunya fasilitas kesehatan 3. Ketersediaan pelayanan kesehatan
Perilaku Kesehatan
Faktor Penguat: 1. Sikap dan perilaku petugas kesehatan 2. Tokoh agama 3. Tokoh masyarakat 4. Peraturan pemerintah
Gambar 2.2. Teori Lawrence Green Sumber : Green, L dalam Notoatmodjo, S, 2003
Universitas Sumatera Utara
Berdasarkan Teori Green tersebut yang menjadi faktor predisposing dalam penelitian ini antara lain umur, jenis kelamin, pengetahuan, sikap, dan faktor enabling dipengaruhi oleh fasilitas seperti media internet dan televisi, sedangkan untuk faktor reinforcing dipengaruhi oleh orang tua dan teman sebaya. 2.5. Kerangka Konsep Berdasarkan Landasan teori di atas, maka dapat disusun kerangka konsep penelitian seperti berikut: Variabel Bebas/ Independen
Variabel Terikat/ Dependen
FAKTOR PREDISPOSING (Karakteristik Remaja Pengguna Media Internet & Televisi) - Umur - Jenis kelamin - Pengetahuan - Sikap - Tindakan
FAKTOR PEMUNGKIN (ENABLING) (Media) - Penggunaan Media TV dan Internet
PERILAKU SEKSUAL REMAJA
FAKTOR PENDORONG (REINFORCING) - Orang tua - Teman Sebaya - Pendidikan Orang Tua
Gambar 2.3. Kerangka Konsep Penelitian
Universitas Sumatera Utara