BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA Pada bab tinjauan kepustakaan ini, beberapa aspek yang relevan untuk penelitian akan disajikan. Variabelakan diuraikan sebagai berikut: 2.1. Instruktur Klinik 2.1.1. Definisi instruktur klinik 2.1.2. Kinerja instruktur klinik 2.1.3. Karakteristik instruktur klinik 2.2. Caring 2.3.Kompetensi Mahasiswa Keperawatan 2.3.1. Kompetensi 2.3.2. Kompetensi klinik 2.3.3. Standar Kompetensi Perawat Indonesia 2.3.4. Karakteristik kompetensi klinik mahasiswa keperawatan 2.4. Hubungan Kinerja Instruktur Klinik Dengan Kompetensi Klinik Mahasiswa Keperawatan 2.5. Kerangka Konsep
2.1. Instruktur Klinik 2.1.1. Definisi instruktur klinik Instruktur klinik adalah seseorang yang diangkat dan diberikan tugas oleh institusi pelayanan/pendidikan kesehatan untuk memberikan bimbingan kepada mahasiswa yang sedang mengikuti kegiatan pembelajaran praktek klinik di rumah
Universitas Sumatera Utara
sakit (Pusdiknakes, 2004). Menurut Baillie (1994), instruktur klinik adalah pembimbing perawat atau guru perawat. Sedangkan menurut Baltimore (2004), instruktur klinik merupakan contoh peran bagi mahasiswa agar dapat bekerja menjadi yang terbaik dan instruktur juga bertanggung jawab terhadap evaluasi kompetensi
mahasiswanya
dalam
melaksanakan
praktek
klinik.Kegiatan
pembelajaran klinik merupakan suatu bentuk kegiatan belajar mengajar dalam konteks pelayanan nyata. Selama proses pembelajaran klinik terjadi proses interaksi antara instruktur klinik dengan mahasiswa keperawatan. Menurut Tang et al. (2005), instruktur klinik merupakan orang yang bertanggung jawab untuk memastikan mahasiswa mempelajari dan menerapkan teori,
mendapatkan
pengalaman,
mempraktekkan
tehnik-tehnik
danjuga
mengembangkan diri menjadi perawat yang terampil.Instruktur klinik juga mengembangkan gaya mengajar berdasarkan kebijaksanaan praktek, pengalaman, tingkat kenyamanan dan pelatihan-pelatihan yang mereka dapat. 2.1.2.Kinerja instruktur klinik Kinerja adalah gambaran mengenai tingkat pencapaian pelaksanaan suatu kegiatan dalam melanjutkan visi, misi, tujuan dan sasaran (Kristiyanti, 2012). Menurut Bacal (2001), kinerja berarti pemantauan organisasi terhadap penetapan pencapaian tujuan dan pelaksanaan rencana, sedangkan menurut Rivai (2005), kinerja adalah hasil atau tingkat keberhasilan seseorang secara keseluruhan selama periode tertentu di dalam melaksanakan tugas dibandingkan dengan berbagai kemungkinan seperti standar hasil kerja target atau sasaran atau kriteria yang baik yang telah ditentukan terlebih dahulu setelah disepakati bersama, dengan
Universitas Sumatera Utara
demikian kinerja dapat diartikan sebagai kemampuan kerja, kemampuan individu dalam melaksanakan rencana menurut standar tertentu untuk mencapai tujuan. Adapun kinerja instruktur klinik merupakan suatu perbuatan atau tindakan yang dilakukan pembimbing praktek klinik dalam rangka pembelajaran klinik untuk menjalankan perannya, yaitu bertanggung jawab memastikan bahwa mahasiswa mempelajari bagaimana menerapkan teori, mendapatkan pengalaman serta mempraktekkan tehnik dalam pembelajaran klinik (Clayton, 2000 dalam Tang, 2005 p. 187). Instruktur klinik memiliki peran penting dalam pendidikan dan pengembangan mahasiswa keperawatan. Instruktur klinikdalam menjalankan tugasnyamempunyai peran antara lain berkomunikasi secara baik dengan mahasiswa, memberikan mahasiswa informasi tentang praktek keperawatan, sebagai model peran dan mengevaluasi kinerja mahasiswa keperawatan(Elcigil & Sari, 2008). Instruktur klinik juga mengembangkan gaya mengajar berdasarkan kebijaksanaan praktek, pengalaman, tingkat kenyamanan dan pelatihan-pelatihan yang mereka dapat.Adapun instruktur klinik dalam pembelajaran klinik memberikan
mahasiswa
instruksi,
panduan,
mengadakan
supervisi.Peran
instruktur klinik adalah memandu mahasiswa keperawatan untuk menerapkan teori ke dalam praktek, menjadi role model, mengajarkan keahlian klinik dan menjadi contoh untuk berpikir kritis.Instruktur klinik juga memberikan makna efektif untuk menjembatani antara teori dan praktek, pada waktu yang terbatas serta hubungan antara instruktur klinik dengan mahasiswa keperawatan dalam pendidikan keperawatan (McClure & Black, 2013).
Universitas Sumatera Utara
Pusdiknakes (2004), menetapkan tugas yang dapat dikerjakan instruktur klinik dalam rangka kegiatan pembelajaran praktek klinik yaitu: 1) merumuskan tujuan pembelajaran praktek klinik, 2) menentukan indikator pencapaian target kompetensi
praktek,
3)
mengidentifikasi
tempat
praktek
klinik,
4)
mengidentifikasi dan menentukan peralatan/sumber yang diperlukan selama pembelajaran praktek klinik, 5) memfasilitasi mahasiswa memperoleh target kompetensi dan alat alat yang digunakan, 6) memecahkan masalah belajar praktek, 7) membangkitkan dan mendorong semangat mahasiswa selama mengikuti pembelajaran praktek klinik dan menghargai kerja mahasiswa, 8) memberikan contoh pelayanan keperawatan pasien secara nyata kepada mahasiswa, 9) melakukan penilaian kepada mahasiswa yang mengikuti pembelajaran praktek klinik, dan 10) membuat laporan pembelajaran praktek klinik. Tugas instruktur klinik menurut Baltimore (2004),adalahsebagai model peran dan mentor, instruktur klinik juga secara aktif mengintegrasi mahasiswa ke dalam budaya unit dan fasilitas sosial, sebagai pengajar, maksudnya instruktur klinik memiliki hasrat mengajar dan berbagi keahlian dengan mahasiswanya, dan sumber daya perseorangan yang mampu berkomunikasi secara jelas mengenai alasan dibalik pengambilan keputusan/tindakan, dan membantu untuk belajar berfikir serta unjuk kerja sebagai seseorang yang profesional. Sedangkan menurut Haitana dan Bland (2001), instruktur klinik menilai koreksi yang mereka terima dengan tujuan dapat meningkatkan kemampuan mahasiswa dari hasil koreksi tersebut.
Universitas Sumatera Utara
2.1.3. Karakteristik instruktur klinik Komponen klinik pendidikan keperawatan merupakan bagian yang penting pada pengembangan perawat yang kompeten.Instruktur perawat memainkan peran penting dalam pengembangan profesional mahasiswa perawat.Identifikasi karakteristik efektif instruktur klinik memberikan informasi yang berguna untuk instruksi mahasiswa dalam pelaksaaan klinik dan merupakan hal yang krusial untuk mengembangkan mutu pendidikan klinik (Gignac-Caille & Oermann, 2001).Eksplorasi karakteristik efektif instruktur klinik memberikan tolak ukur dan wawasan ke dalam pengembangan program-program untuk pengembangan perawat. Benor dan Leviyof (1997), menyebutkan karakteristik efektif instruktur klinik dalam modifikasi Nursing Clinical Teacher Effectiveness Inventory (NCTEI) adalah keahlian instruksional, kompetensi keperawatan, karakteristik personaliti, evaluasi mahasiswa, dan hubungan interpersonal. Hampir sama seperti Benor dan Leviyof,menurut Gignac-Caille dan Oermann (2000), instruktur klinik mempunyai lima karakteristik yaitu: 1) kompetensi klinik dan pengetahuan, 2) hubungan interpersonal, 3) kemampuan mengajar, 4) strategi evaluasi, dan 5) karakteristik personal. Sementara itu Elcigil dan Sari (2008), membagi lagi ke lima karakteristik diatas yaitu: 1) kompetensi klinik meliputi: role model bagi mahasiswa, berpengalaman dan berkompeten, berpengetahuan, 2) hubungan interpersonal meliputi kemampuan komunikasi, memiliki rasa khawatir, memiliki bahasa tubuh, empati, motivasi, ketersediaan dan pemahaman atau saling pengertian, 3) kemampuan mengajar meliputi: berperan sebagai penasehat dan
Universitas Sumatera Utara
pemandu,
menerangkan
praktek-praktek
klinik,
menjawab
pertanyaan,
mendemonstrasikan keahlian, dan 4) strategi evaluasi meliputi: berperan sebagai evaluator, membantu mahasiswa untuk lebih banyak belajar dan memberikan feedback positif. Menurut Mogan dan Knox (1987), evaluasi merupakan jenis dan sejumlah feedback mahasiswa yang diterima dari instruktur klinik melalui kinerja klinik dan tes tertulis,karakteristik personal meliputi berkomunikasi dengan baik, tersenyum dan sabar. Menurut Tang (2005), bahwa instruktur klinik yang efektif memiliki empat karakteristik yaitu:1) kompetensi profesional, 2) hubungan interpersonal, 3) karakteristik personal, dan 4) kemampuan mengajar. Untuk lebih jelasnya karakteristik efektif instruktur klinik dapat diuraikan sebagai berikut: 1) Kompetensi profesionalmeliputi: a).Minat pada asuhan pasien. b). Menerapkan teori dalam praktek klinik. c). Model peran bagi para mahasiswa. d). Keahlian pada tehnik keperawatan. e). Memiliki pengetahuan profesional yang memadai. f). Menerangkan dan menunjukkan tehnik-tehnik yang baru. Keperawatan merupakan praktek berdasarkan disiplin ilmu dan diukur dalam
istilah-istilah
kompetensi
klinik
(Lee,
Cholowski,
&
Williams,
2002).Kompetensi keperawatan adalah teoritis instruktur klinik dan pengetahuan klinik yang digunakan selama praktek keperawatan termasuk perilaku instruktur klinik terhadap profesinya (Mogan & Knox, 1987).
Universitas Sumatera Utara
2). Hubungan interpersonalmeliputi: a).Mencegah pengawasan yang berlebihan. b).Mengadakan koreksi untuk perkembangan mahasiswa. c).Memecahkan masalah dengan mahasiswa. d).Memperlakukan mahasiswa sebagai orang yang berfikir dan bijaksana. e).Tidak mencela salah satu mahasiswa di depan mahasiswa yang lain memberikan mahasiswa sebuah kesempatan untuk menerangkan. f).Mempunyai hubungan yang baik dengan anggota tim kesehatan lainnya. 3).Karakteristik personalmeliputi: a). Membangun watak yang sabar dan tingkah laku yang kooperatif. b). Memperlakukan mahasiswa dengan jujur dan setulus hati. c). Mempunyai sikap antusias pada aturan klinik. d). Mengatur indikasi yang dibuat oleh mahasiswa dengan layak. e). Memikul kesalahan mahasiswa. f). Empati terhadap mahasiswa. g). Menerima opini dan metode yang dapat dipertanggung jawabkan. h). Menghormati privasi mahasiswa. i). Menerima perbedaan individu. j). Mencegah penghakiman subjektif mahasiswa. Menurut Mogan dan Knox (1987), hubungan interpersonal merupakan bagian dari timbal balik dari keinginan dan komunikasi antara dua orang atau lebih.
Universitas Sumatera Utara
4. Kemampuan mengajarmeliputi: a). Menginformasikan secara jelas kepada mahasiswa tentang tanggung jawab mereka. b).Memberikan mahasiswa pengetahuan yang relevan. c). Tidak mengganggu proses ketika mahasiswa sedang mencoba tehnik baru. d). Mempunyai ekspektasi yang realistis. e). Memotivasi mahasiswa untuk belajar secara mandiri. f). Mengizinkan mahasiswa berdiskusi secara bebas dan mengekspresikan perasaan mereka. g). Menggunakan sumber daya rumah sakit untuk mendapatkan pengalaman yang lebih. h). Menghasilkan pertanyaan dan menstimulasi mahasiswa untuk berfikir dan belajar secara mandiri. i).Mencoba untuk memahami adanya celah-celah pengalaman pembelajaran mahasiswa. j). Menggunakan waktu secara bijak, teratur serta efektif. k). Menggunakan aktivitas belajar yang cocok dengan tujuan pembelajaran. l). Menyiapkan materi pembelajaran dan aktivitas yang berkembang. j). Membuat praktek yang secara objektif dan adil mengevaluasi mahasiswa. Menurut Elcigil dan Sari (2008), mahasiswa mengharapkan instruktur klinik itu bisa menjadi penasehat, pemandu, memberikan informasi dan keterangan tentang situasi klinik.
Universitas Sumatera Utara
Sementara itu menurut Gicnac-Caille dan Oermann (2001), instruktur klinik mempunyai limakarakteristik yaitu: 1) kompetensi klinik dan pengetahuan, 2) hubungan interpersonal, 3) kemampuan mengajar, 4) strategi evaluasi, dan 5) karakteristik personal. Menurut Ali (2012),karakteristik instruktur klinik yang efektif dalam hubungannya dengan mahasiswa didefinisikan sebagai sebuah sikap yang ditunjukkan oleh instruktur klinik dan dirasakan oleh mahasiswanya sebagai kontribusi pengalaman pembelajaran positif dalam aturan klinik. Instruktur klinik yang ideal merupakan seseorang yang ideal dan dinamis yang menstimulasi minat mahasiswanya dan membantu kemampuan mahasiswa dalam berhubungan dengan pasien. Martono (2009) menyebutkan bahwa ada beberapa karakteristik instruktur klinik yaitu: 1) pengetahuan tentang tugas yang dilakukan dan bagaimana mengerjakannya, 2) keterampilan yang diperlukan untuk melaksanakan tugas, 3) sikap kerja yang baik dan benar, dan 4) kekuatan fisik yang cukup. Menurut Benor dan Leviyof (1997), karakteristik yang sangat penting yang harus terdapat pada instruktur klinik adalah kompetensi keperawatan.Ketika instruktur klinik mengevaluasi kurikulum, rating dari kompetensi klinik mahasiswa itu merupakan bagian yang penting dalam pencapaian kompetensi selama pembelajaran klinik.Anggota fakultas mengobservasi praktek mahasiswa dan mengusahakan untuk mengevaluasi mereka secara akurat. Menurut Brasler (1993), untuk mengevaluasi pengajaran keperawatan dan hubungan interpersonal (IPRskill) menggunakan alat evaluasi karakteristik instruktur klinik (The Preceptor CharacteristicEvaluasi Tool). Berkaitan dengan kompetensi yang harus dimiliki instruktur klinik Pusdiknakes RI (2004), menetapkan persyaratan menjadi
Universitas Sumatera Utara
instruktur klinik yaitu:1) memiliki latar belakang profesional yang sesuai, 2) memiliki pengalaman bekerja memberikan pelayanan keperawatan di klinik selama tiga tahun, 3) memiliki izin praktek yang diterbitkan oleh organisasi profesi, 4) memiliki latar belakang pendidikan atau keguruan, dan 5) memiliki pengalaman mengikuti pelatihan instruktur klinik.
2.2. Caring Menurut Ali (2012),jika instruktur klinik ingin melengkapi ilmu mahasiswa dan pembelajaran klinik maka mereka harus memiliki karakteristik efektif instruktur klinik dan sikap caring.Menurut Tomey dan Alligood (2006) caring adalah sebagai cara memelihara untuk berhubungan dengan orang lain terhadap tanggung jawab pada suatu pekerjaan yang akan dinilai oleh orang lain. Dalam teorinya Watson (1988, dalam Toelke 2012), juga menjelaskan bahwa caring merupakan link yang baik bagi instruktur klinik dalam proses pembelajaran klinik.TeoriWatson (1994)tentang transpersonal caring berfungsi sebagaipanduan untuk disiplin ilmu dan pengembangan profesionalperawat. Teori ini didasarkan pada nilai-nilai yang nonpaternalisticyaitusaling menghormati satu sama lain, otonomi individu dan kebebasan memilih.Human caring bersifat relasional, saling berhubungan, transpersonal,dan intersubjektifyang merupakan dasar bagi hubungan terapeutikantara manusia. Transpersonal caring diwujudkan melalui 10 faktor karatif yang menjadi ciri caringantara manusia ke manusia lainnya.Ada sepuluhfaktor karatif dalam teori Watson yaitu:
Universitas Sumatera Utara
1).Nilai-nilai kemanusiaan dan altruistic. 2).Keyakinan dan harapan. 3).Peka terhadap diri sendiri dan orang lain. 4).Membantu untuk menumbuhkan kepercayaan dan membuat hubungan keperawatan secara manusiawi. 5).Pengekspresian perasaan positif dan negatif. 6).Proses pemecahan masalah perawatan secara kreatif. 7).Pembelajaran secara transpersonal. 8). Dukungan, perlindungan, perbaikan fisik, mental, sosial, dan spiritual.9).Bantuan kepada kebutuhan manusia. 10).Eksistensi fenomena kekuatan spiritual. Dari kesepuluh faktor karatif tersebut, caring dalam keperawatan menyangkut upaya memperlakukan klien secara manusiawi dan utuh sebagai manusia yang berbeda dari manusia lainnya (Watson, 1985 dalam Tomey & Alligood 2006). Hal ini berkenaan dengan upaya pemenuhannya melalui berbagai bentuk intervensi yang bukan hanya berupa kemampuan teknis sebagai perawat terhadap pasien namun instruktur klinik sebagai pembimbing terhadap mahasiswa keperawatan yang sedang menjalani proses bimbingan klinik di rumah sakit. Adapun modelcaring sepuluh faktor karatif Watson adalah:
Universitas Sumatera Utara
Gambar 2.1.Model Caring Sepuluh Faktor Karatif Sumber: Felcoy. Wordpress.com
2.3. Kompetensi Mahasiswa Keperawatan 2.3.1. Kompetensi Kompetensi merupakan sebuah pola pengetahuan, kemampuan, keahlian, tingkah laku yang dapat diukur dan diamati.Kompetensi adalah kemampuan atau kecakapan (Muhibin Syah, 2004).Lebih lanjut beliau menjelaskan kompetensi itu adalah keadaan berwenang atau memenuhi syarat menurut ketentuan hukum. Sedangkan
Klemp
(1980),
mendefinisikan
kompetensi
sebagai
sebuah
karakteristik dari orang-orang efektif dan berkinerja sangat baik pada pekerjaannya. Parry (1996) mengatakan bahwa sebuah kelompok atau yang berhubungan dengan pengetahuan dan sikap yang diterapkan kedalam pekerjaan (peran/tanggung jawab) dan dihubungkan dengan kinerja dalam pekerjaan yang dapat diukur dengan sebuah standar yang baik serta dapat dikembangkan melalui
Universitas Sumatera Utara
latihan dan pengembangan.Menurut Uzer (2004), kompetensi adalah merupakan perilaku yang rasional untuk mencapai tujuan yang dipersyaratkan sesuai dengan kondisi yang diharapkan. 2.3.2. Kompetensi klinik Menurut Scheetz (1989), kompetensi klinik adalah kemampuan untuk dilibatkan dalam pemecahan masalah, menerapkan teori untuk praktek dan menunjukkan kemampuan psikomotorik. Marsburn et al. (2009)mengemukakan bahwa kompetensi klinik: 1) pengalaman yang mempunyai efek positif pada persiapan perawat yang baru dalam praktek klinik, 2) sebagai perawat yang baru, agar kiranya mereka dengan keahliannya bisa lebih sukses dalam pencapaiannya, dan 3) pendidik dan pemimpinnya harus memiliki pemahaman hubungan antara kinerja berdasarkan kompetensi klinik. Sedangkan Wilson (2012),berpendapat bahwa mahasiswa harus mempunyai hubungan yang erat dengan para instruktur klinik dalam memecahkan masalah pencapaian kompetensi, karena itu merupakan hal yang penting untuk memastikan apakah mereka siap dan dapat terjun langsung dalam praktek untuk menemani para perawat profesional. 2.3.3.Standar Kompetensi Perawat Indonesia Menurut PPNI (2013)Standar diartikan sebagai ukuran atau patokan yang disepakati, sedangkan kompetensi dapat diartikan sebagai kemampuan seseorang yang dapat terobservasi mencakup pengetahuan, ketrampilan dan sikap dalam menyelesaikan suatu pekerjaan atau tugas yang ditetapkan. Standar kompetensi perawat merefleksikan kompetensi yang harus dimiliki oleh perawat untuk memberikan asuhan keperawatan profesional.Indonesia setara
Universitas Sumatera Utara
dengan standar internasional, dengan demikian perawat Indonesia mendapatkan pengakuan yang sama dengan perawat dari negara lain. A. Area Kompetensi Perawat Indonesia Area kompetensi perawat dikelompokkan dalam tiga 3 area kompetensi sebagai berikut: 1). Praktek profesional, etis, legal, dan peka budaya. 2). Pemberian asuhan dan manajemen asuhan keperawatan. 3).Pengembangan kualitas personal dan profesional. B. Penjabaran area kompetensi, kompetensi inti dan kompetensi Setiap area kompetensi dijabarkan menjadi kompetensi inti, sebagai berikut: 1. Area praktik profesional, etis, legal, dan peka budaya Kompetensi inti: 1.1. Bertanggung gugat terhadap praktik profesional. 1.2. Melaksanakan praktik keperawatan dengan prinsip etis dan peka budaya. 1.3. Melaksanakan praktik secara legal. 2. Area pemberian asuhan dan manajemen asuhan keperawatan. Kompetensi inti: 2.1. Menerapkan prinsip dasar dalam pemberian asuhan keperawatan dan pengelolaannya. 2.1.1. Melaksanakan upaya promosi kesehatan dalam pelayanan maupun asuhan keperawatan. 2.1.2. Melakukan pengkajian keperawatan.
Universitas Sumatera Utara
2.1.3. Menyusun rencana keperawatan. 2.1.4. Melaksanakan tindakan keperawatan sesuai dengan rencana. 2.1.5. Mengevaluasi asuhan tindakan keperawatan. 2.1.6. Menggunakan interpersonal
komunikasi dalam
terapeutik
pemberian
dan
pelayanan
hubungan dan
asuhan
keperawatan. 2.2. Menerapkan kepemimpinan dan manajemen dalam pengelolaan pelayanan keperawatan. 2.2.1. Menciptakan dan mempertahankan lingkungan yang aman. 2.2.2. Membina hubungan interprofesional dalam pelayanan maupun asuhan keperawatan. 2.2.3. Menjalankan fungsi delegasi dan supervisi baik dalam pelayanan maupun asuhan keperawatan. 3. Area pengembangan kualitas personal dan profesional Kompetensi inti: 3.1. Melaksanakan peningkatan profesional dalam praktek keperawatan. 3.2. Melaksanakan
peningkatan
mutu
pelayanan
maupun
asuhan
keperawatan. 3.3. Mengikuti pendidikan berkelanjutan sebagai wujud tanggung jawab profesi. Uraian area kompetensi secara sistematis digambarkan dalam kerangka kerja kompetensi perawat Indonesia (daftar terlampir).
Universitas Sumatera Utara
2.3.4.Karakteristik kompetensi klinik mahasiswa keperawatan Menurut Lewallen dan DeBrew (2012), karakteristik kompetensi klinik mahasiswa keperawatan terdiri dari: 1). Kesiapan praktek klinik meliputi: a) persiapan termasuk membawa panduan yang dibutuhkan, b) profesional dalam berpakaian dan bertata cara, c) mempelajari patofisiologi dan gangguan kebutuhan pasien, d) disiplin kehadiran dan tugas.dan e) terorganisir/teratur. 2). Dapat berfikir kritis meliputi: a) dasar pengetahuan yang kuat yang diterapkan pada praktek klinik, b) melaksanakan praktek yang aman, c) mampu menggunakan proses keperawatan, d) perhatian dengan sesuatu dan berminat menghubungkannya,e) mampu memecahkan masalah, f) menemukan sesuatu secara objektif, dan g) memprioritaskan masalah. 3). Membangun hubungan dan komunikasi meliputi: a) komunikasi yang efektif, b) menunjukkan rasa hormat terhadap siapapun, dan c) bertanya hal yang perlu/sesuai. 4). Mempunyai tingkah laku yang positif dan keinginan untuk belajar meliputi: a) mencari kesempatan untuk belajar, b) berperilaku positif, c) motivasi diri, d) terus terang, e) peduli, f) terbuka, g) menjalin hubungan baik, dan e) kejujuran. 5). Menunjukkan kemajuan, menerima koreksi, mudah beradaptasi pada praktek klinikmeliputi: a) menggunakan kritik/evaluasi untuk kemajuan, dan b) fleksibel pada aturan klinik.
Universitas Sumatera Utara
2.4. Hubungan Kinerja Instruktur Klinik Dengan Pencapaian Kompetensi Klinik Mahasiswa Keperawatan. Berdasarkan hasil penelusuran peneliti,maka penelitian yang relevan tentang instruktur klinik ini antara lain dilakukan oleh: Benor dan Leviyof (1997), judul penelitian “The Development of Student’s Perception of Effective Teaching: The ideal, Best and the Poorest Clinical Teacher in Nursing”. Tempat penelitian di Israel dan yang menjadi populasi penelitian adalah mahasiswa tiga sekolah keperawatan di Israel yang berpartisipasi dalam studi ini, menunjukkan bahwa karakteristik “kompetensi keperawatan” merupakan karakteristik yang paling penting, diikuti evaluasi mahasiswa, kemudian “kemampuan instruksional”, karakteristik interpersonal, serta ciri personaliti adalah urutan terakhir. Smedley (2008), judul penelitian “Becoming and Being a Preceptor: A Phenomenological Study”. Tempat penelitian adalah Australia dan yang menjadi populasi penelitian adalah perawat terdaftar diambil dari Sponsored Preceptor melalui Avondale College dan bekerja di tempat yang terpilih.Hasil menunjukkan bahwa partisipan mendapat pengetahuan, keahlian, percaya diri dan perilaku positif dalam kepreseptoran adalah melalui pemberdayaan pembelajaran dalam peran dan peningkatan pengajaran serta kemampuan pengajaran.Perilaku mahasiswa dapat mempengaruhi mekanisme pengajaran dan pembelajaran, serta mempengaruhi kepegawaian mereka. Penelitian yang dilakukan Gignac-Caille dan Oermann (2001), dengan judul penelitian “Student and Faculty Perception of EffectiveClinical Instructor in ADN
Universitas Sumatera Utara
Program” tempat penelitian di Michigan, jumlah responden 292 mahasiswa dalam berbagai jenjang program ADN, dan hasilnya menunjukkan karakteristik efektif instruktur klinik itu meliputi: kemampuan mengajar, hubungan interpersonal, ciri personaliti, kompetensi mahasiswa, dan evaluasi. 88% (258 mahasiswa) berpendapat bahwa karakteristik “menunjukkan keahlian klinik dan membuat keputusan”
sebagai
karakteristik
yang
paling
penting.Karakteristik
ini
diidentifikasi sebagai hal yang paling penting yang harus dimiliki oleh instruktur klinik.Dilanjutkan 89% (259 mahasiswa) mengatakan karakteristik menerangkan secara jelas menjadi hal kedua yang penting dalam karakteristik keefektifan instruktur klinik. Hanson dan Stenvig (2008),judul penelitian “The Good Clinical Nursing Educator and the Baccalaurate Nursing Clinical Experience: Attributes and Praxis” dengan populasi penelitian 6 partisipan yang diinterview menggunakan grounded teori pada program BSN di Universitas Negeri Dakota Selatan. Penelitian ini menyimpulkan bahwa kategori atribut instruktur klinik yang positif meliputi presentasi interpersonal, pengetahuan instruktur klinik serta strategi pengajaran, dan kategori atribut diatas dapat membantu perawat pemula untuk menjadi
perawat
yangberpengalaman
dalam
pengembangan
kemampuan
pengajaran.Karena pembelajaran bagi mahasiswa dapat berpengaruh positif terhadap pengalaman klinik, maka pengajar harus mencari metode pengajaran yang terbaik dalam proses pembelajaran. Wiseman (2013), dengan judul penelitian “The Survey of Advance Practice Student Clinical Preceptor”, populasi atau responden adalah instruktur klinik di
Universitas Sumatera Utara
rumah sakit, hasil penelitian menunjukkan bahwa sekitar 49% instruktur klinik berpengalaman lebih dari 11 tahun, hal ini mengindikasikan bahwa Instruktur klinik yang benar-benar berpengalaman itu masih belum maksimal sehingga hal ini dapat mempengaruhi kompetensi mahasiswa keperawatan. Elcigil dan Sari (2008), dengan judul penelitian “Student’s Opinions about and Expectations of Effective Nursing Clinical Mentors”, tempat penelitian Turkey Nursing School dan yang menjadi responden adalah 24 mahasiswa sekolah keperawatan, disimpulkan bahwa kemampuan komunikasi dan evaluasi merupakan ciri penting dari instruktur klinik keperawatan, dia juga menyarankan bahwa instruktur klinik menerangkan secara jelas pada saat mengawali praktek tentang apa yang mereka harapkan dari mahasiwa dan kriteria apa yang akan digunakan untuk evaluasi, memberikan feedback positif, mengarahkan mahasiswa dalam bahasa yang relevan agar kiranya mereka dapat mempelajari perkembangan terbaru keperawatan serta instruktur klinik dapat membagi pengetahuan tentang situasi dimana mahasiswa tidak pernah menghadapinya. Hallin dan Danielson (2008), judul penelitian “Being a Personal preceptor for nursing students: Registered Nurses’ experiences before and after introduction of a preceptor model”, populasi penelitian adalah 113 instruktur klinik di salah satu rumah sakit di Swedia yang dikumpulkan pada tahun 2000 dan 2006. Hasil penelitian mengindikasikan secara statistik pengembangan signifikan pada tahun 2006, bahwa partisipan merasakan persiapan peran mereka sebagai instruktur klinik, dukungan dari pengajar dan teman, perawat ahli, dan perawat lainnya.Perkembangan terakhir dilihat dalam hubungan antara item kuesioner
Universitas Sumatera Utara
seperti beban kerja, feedback yang konstruktif dan dukungan hasil-hasil penelitian yang relevan dalam praktek.Terdapat hubungan yang positif yang kuat antara pengalaman instruktur klinik dan tingkat minat dalam membimbing mahasiswa. Usher, Nolan, Reser, Owens, dan Tollefson (1999), judul penelitian “An Exploration of The Preceptor Role: Preceptors’ Perceptions of Benefits, Rewards, Supports and Commitment to The Preceptor Role”, populasi penelitian 134 instruktur klinik di Australia. Hasil penelitian mengindikasi bahwa sebuah komitmen yang jelas untuk peran instruktur klinik dan sebuah persepsi bahwa keuntungan antara material dan non material berasal dari perilaku instruktur klinik dalam menjalankan perannya.Dukungan dari institusi maupun teman kerja dianggap penting dalam menjalankan peran sebagai instruktur klinik.Hal ini bukan hanya memiliki fungsi dalam implikasi pendidik perawat, administrator, serta instruktur klinik yang potensial, tetapi juga berguna bagi orang dipreseptori atau dididik oleh instruktur klinik tersebut. Tang dan Chiang (2005), judul penelitian “Students’ Perceptions of Effective and Ineffective Clinical Instructors”, dengan responden 214 mahasiswa dari dua sekolah keperawatan di Taiwan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada 4 kategori instruktur klinik yang efektif yaitu: 1) kompetensi profesional, 2)hubungan interpersonal, 3) karakteristik personal, dan 4) kemampuan mengajar. Kategori keefektifan instruktur klinik tersebut secara signifikan memiliki skor tinggi >4 dalam semua kategorinya.Sedangkan instruktur klinik yang tidak efektif memiliki skor lebih rendah < 3 dalam semua kategori kecuali kategori kompetensi profesional.Perbedaan yang lebih besar pada skor antara instruktur klinik yang
Universitas Sumatera Utara
efektif dan tidak efektif ditemukan dalam kategori hubungan interpersonal, kemudian diikuti dengan karakteristik personaliti.Perbedaan yang lebih kecil antara ke duanya ditemukan dalam kategori kompetensi profesional kemudian diikuti kategori kemampuan mengajar.Penelitian ini juga mengindikasikan bahwa mahasiswa dari sekolah keperawatan yang berbeda memiliki opini yang sama mengenai keefektifan instruktur klinik. Berdasarkan uraian tersebut instruktur klinik yang efektif itu mempunyai karakteristik sebagai seorang yang bertanggung jawab untuk menjadikan mahasiswa dapat mengaplikasikan teori, mendapatkan pengalaman dan dapat menjadikan mahasiswa terampil dan kompeten. 2.5.Kerangka Konsep Hubungan kinerja instruktur klinik dengan pencapaian kompetensi klinik mahasiswa keperawatan pada penelitian ini berdasarkan dari tinjauan pustaka tentang: 1) kinerja instruktur klinik, 2) kompetensi klinik mahasiswa keperawatan,3) standar kompetensi perawat Indonesia, dan 4) caring. Selanjutnya kerangka konsep dapat dijelaskan sebagai berikut: 2.5.1. Kinerja instruktur klinik Dalam penelitian ini peneliti menggunakan konsep Tang karena konsep Tang menguraikan karakteristik efektif instruktur klinik yang sangat relevan dengan penelitian ini. Menurut Tang (2005) instruktur klinik yang efektif memiliki empat karakteristik efektif instruktur klinik yaitu: 1) kompetensi profesional, 2) hubungan interpersonal, 3) karakteristik personal, dan 4) kemampuan mengajar.
Universitas Sumatera Utara
2.5.2. Kompetensi klinik mahasiswa keperawatan Peneliti memilih konsep karakteristik kompetensi klinik mahasiswa sukses yang dikemukakan Lewalen dan DeBrew (2012) karena banyak peneliti mendukung karakteristik kompetensi klinik ini menjadi indikator keberhasilan mahasiswa, dalam konsep juga terdapat contoh perilaku mahasiswa yang berhasil. Menurut Lewalen dan DeBrew (2012), kompetensi klinik mahasiswa terdiri dari: 1) kesiapan, 2) berfikirkritis, 3) komunikasi yang baik, 4) perilaku positif, dan 5) menunjukkan kemajuan. 2.5.3. Standard Kompetensi Perawat Indonesia Peneliti memilih Standard Kompetensi Perawat Indonesia khusus kompetensi perawat ahli madya (PPNI,2013) untuk mendukung karakteristik kompetensi klinik mahasiswa di rumah sakit agar kompetensi ini sesuai dengan kondisi rumah sakit di Medan yang di tetapkan sebagai tempat penelitian. Standar kompetensi perawat ini terdiri dari: 1) kompetensi inti pemberian asuhan, 2) kompetensi kepemimpinan dan manajemen pengelolaan pelayanan keperawatan, 3) kompetensi pengembangan kualitas personal dan profesional. 2.5.4. Konsep caring Watson merupakan penggagas teori caring yang banyak mempengaruhi pendekatan keperawatan dan meletakkan dasar humanistik ke seluruh aspek kajian keperawatan. Watson juga menekankan dalam sikap caring ini harus tercermin sepuluh faktor karatif yang berasal dari perpaduan nilai-nilai humanistik dengan ilmu pengetahuan dasar namun dari sepuluh faktor karatif, hanya enam faktor yang akan digunakan untuk mengukur kinerja instruktur klinik sebagai
Universitas Sumatera Utara
pembimbing mahasiswa di lapangan yaitu: 1) nilai-nilai kemanusiaan dan altruistik, 2) peka terhadap diri sendiri dan orang lain, 3) Membantu menumbuhkan kepercayaan, membuat hubungan dalam keperawatan secara manusiawi, 4) pengekspresian perasaan positif dan negatif, 5) proses pemecahan masalah secara kreatif, 6) pembelajaran secara transpersonal (Watson, 1979 dalam Tomey & Alligood, 2002). Dapat disimpulkan, peneliti akan menggunakan keempat konsep tersebut sebagai kerangka konsep untuk melihat hubungan kinerja instruktur dengan pencapaian kompetensi klinik mahasiswa keperawatan rumah sakit di Medan. Kerangka konsep dalam penelitian ini tergambar pada gambar2.2.
Universitas Sumatera Utara
31
Kerangka Konsep
KinerjaInstrukturKlinik 1. Kompetensiprofesional: - Berminatpadaasuhankeperawatandanmenerapkan sesuaiteori, memilikipengetahuanprofesional yang memadai, pemecahanmasalahkeperawatansecarakreatif 2. Hubungan interpersonal : - Melakukanpengawasandankoreksiuntukkemajuan mahasiswa, memperlakukanmahasiswasecara bijaksanadanmenjalinhubunganbaikdengantim kesehatan, memilikinilaikemanusiaandanaltruistik,membantu menumbuhkankepercayaan, ekspresiperasaanpositifdan negative. 3. Karakteristik personal:- Pekapadadirisendiridan orang lain,membangun watak yang sabar, kooperatif, jujurdantulus. 4. Kemampuanmengajar: - Menginformasikantanggungjawabdanmelaksanakan prosespembelajaransecaratranspersonal dengan pengetahuan yang relevan.
KompetensiKlinik Mahasiswa Keperawatan − − − − −
Kesiapan praktek klinik Berfikir kritis Komunikasi yang baik Perilaku positif dan ingin belajar Menunjukkan kemajuan, menerima koreksi
Gambar 2.2 Kerangka Konsep Penelitian
Universitas Sumatera Utara