9
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Konsep dan Definsi Pendapatan regional adalah tingkat (besarnya) pendapatan masyarakat pada wilayah analisis. Tingkat pendapatan dapat diukur dari total pendapatan wilayah maupun pendapatan rata-rata masyarakat pada wilayah tersebut. Dalam menghitung pendapatan regional hanya dipakai konsep Domestik, yang berarti seluruh nilai tambah yang ditimbulkan oleh berbagai sektor/lapangan usaha yang melakukan kegiatan usahanya disuatu wilayah (baik kabupaten maupun provinsi) dihitung dan dimasukkan ke produk wilayah tersebut tanpa memperhatikan kepemilikkan
faktor-faktor
produksi tersebut, dengan kata lain
PDRB
menunjukkkan gambaran “Product Originated”.
2.1.1 Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) atas Dasar Harga Pasar Produk domestik regional bruto atas dasar harga pasar adalah jumlah nilai tambah bruto (gross value added) yang timbul dari seluruh sektor perekonomian di wilayah itu. Yang dimaksud dengan nilai tambah bruto adalah nilai produksi (output) dikurangi dengan biaya antara (intermediate cost). Nilai tambah bruto mencakup komponen-komponen faktor pendapatan (upah dan gaji, bunga, sewa tanah dan keuntungan), penyusutan dan pajak tidak langsung neto.
Universitas Sumatera Utara
10
2.1.2 Produk Domestik Regional Neto (PDRN) atas Dasar Harga Pasar Produk domestik regional neto atas dasar harga pasar adalah produk domestik regional bruto atas dasar harga pasar dikurangi penyusutan. Penyusutan yang dimaksud adalah nilai susut (aus) atau pengurangan nilai barang-barang modal (mesin, peralatan, kendaraan dan lainnya) karena barang modal tersebut terpakai dalam proses produksi atau faktor waktu.
2.1.3 Produk Domestik Regional Neto (PDRN) atas Dasar Biaya Faktor PDRN atas dasar biaya faktor adalah PDRN atas dasar harga pasar dikurangi pajak tak langsung neto. Pajak tidak langsung meliputi pajak penjualan, biaya ekspor, bea cukai, dan pajak lain-lain, kecuali pajak pendapatan dan pajak perseroan. Pajak tidak langsung dari unit-unit produksi dibebankan pada pembeli hingga langsung berakibat menaikkan harga barang di pasar. Besarnya pajak tidak langsung dikurangi subsidi dalam perhitungan pendapatan regional disebut pajak tidak langsung neto. Kalau PDRN atas dasar harga pasar dikurangi pajak tidak langsung neto, hasilnya adalah produk domestik regional neto atas dasar biaya faktor.
2.1.4 Pendapatan Regional Pendapatan regional neto adalah produk regional neto atas dasar harga pasar biaya faktor dikurangi aliran dana yang mengalir keluar ditambah alian dana yang mengalir masuk. Produk regional neto atas dasar harga pasar biaya faktor, merupakan jumlah dari pendapatan berupa upah dan gaji, bunga, sewa tanah dan
Universitas Sumatera Utara
11
keuntungan yang timbul, atau merupakan pendapatan yang berasal dari kegiatan di wilayah tersebut. Akan tetapi, pendapatan yang dihasilkan tersebut tidak seluruhnya menjadi pendapatan penduduk daerah setempat. Hal itu disebabkan ada sebagian pendapatan yang diterima penduduk daerah lain, misalnya suatu perusahaan yang modalnya dimiliki orang luar yang mempunyai modal. Sebaliknya, kalu ada penduduk daerah menanamkan modal diluar daerah maka sebagian keuntungan perusahaan akan mengalir ke daerah tersebut, dan menjadi pendapatan dari pemililk modal.
Untuk mendapatkan angka-angka tentang pendapatan yang mengalir keluar/masuk suatu daerah (yang secara nasional dapat diperoleh dari neraca pembayaran luar negeri) masih sangat sukar diperoleh saat ini. Produk regional neto atas dasar biaya faktor dianggap sama dengan pendapatan regional (tanpa kata neto). Pendapatan regional dibagi jumlah penduduk yang tinggal di daerah itu, hasilnya adalah pendapatan per kapita.
2.1.5 Pendapatan Perorangan (Personal Income) dan Pendapatan Siap Dibelanjakan (Disposable Income) Pendapatan perorangan merupakan pendapatan yang diterima oleh rumah tangga. Apabila pendapatan perorangan dikurangi pajak pendapatan perorangan, pajak rumah tangga/PBB, dan transfer yang dibayarkan oleh rumah tangga akan sama dengan pendapatan yang siap dibelanjakan (disposable income).
Universitas Sumatera Utara
12
2.1.6 Pendapatan Perkapita Pendapatan perkapita merupakan gambaran rata-rata pendapatan yang diterima oleh setiap penduduk sebagai hasil proses produksi yang terjadi di suatu daerah. Semakin banyak kegiatan ekonomi di suatu daerah akan menimbulkan peningkatan proses produksi yang pada gilirannya akan menghasilkan pendapatan.
PDRB perkapita diperoleh dengan cara membagi total nilai PDRB dengan jumlah penduduk pertahun. Oleh sebab itu besar kecilnya PDRB perkapita belum mencerminkan kemakmuran masyarakat keseluruhan, karena pendapatan yang terjadi tersebut belum pasti dinikmati oleh penduduk daerah yang bersangkutan.
2.2 Metode Perhitungan Metode perhitungan pendapatan regional pada tahap pertama dapat dibagi dalam dua metode, yaitu: 1. Metode langsung 2. Metode tidak langsung/alokasi
2.2.1 Metode langsung Perhitungan didasarkan sepenuhnya pada data daerah. Hasil perhitungannya mencakup seluruh prodik barang dan jasa akhir yang dihasilkan daerah tersebut. Pemakaian metode ini dapat dilakukan melalui tiga pendekatan: 1. Pendekatan produksi PDRB merupakan jumlah Nilai Tambah Bruto (NTB) atau nilai barang dan jasa akhir yang dihasilkan oleh unit-unit produksi di dalam suatu
Universitas Sumatera Utara
13
wilayah/region dalam suatu periode tertentu, biasanya satu tahun. Sedangkan NTB diperoleh dari Nilai Produksi Bruto (NPB/Output) dikurangi seluruh biaya antara (biaya yang benar-benar habis dipakai dalam proses produksi yang dikelurkan untuk meningkatkan output tersebut).
2. Pendekatan pendapatan PDRB adalah jumlah seluruh balas jasa yang diterima oleh faktor-faktor produksi yang ikut serta dalam proses produksi di suatu wilayah/region dalam jangka waktu tertentu, biasanya satu tahun. Berdasarkan pengertian tersebut, maka NTB adalah jumlah dari upah dan gaji, sewa tanah, bunga modal, dan keuntungan, semuanya sebelum dipotong pajak penghasilan dan pajak langsung lainnya.
3. Pendekatan pengeluaran PDRB adalah jumlah seluruh pengeluaran yang dilakukan untuk konsumsi rumahtangga dan lembaga swasta nirlaba, konsumsi pemerintah, pembentukan modal tetap domestik bruto, perubahan stok dan ekspor neto, didalam suatu wilayah/region dalam periode tertentu, biasanya satu tahun. Dengan metode ini, perhitungan NTB bertitik tolak pada penggunaan akhir dari barang dan jasa yang diproduksi.
2.2.2 Metode tidak langsung/alokasi Menghitung nilai tambah suatu kelompok ekonomi dengan mengalokasikan nilai tambah provinsi ke dalam masing-masing kelompok kegiatan ekonomi pada
Universitas Sumatera Utara
14
tingkat kabupaten/kota. Sebagai alokator digunakan indikator yang paling besar pengaruhnya atau erat kaitannya dengan produktivitas kegiatan ekonomi tersebut.
Pemakaian masing-masing metode pendekatan sangat tergantung pada ketersediaan data. Pemakaian kedua metode akan saling menunjang satu sama lain, karaena metode langsung cenderung akan mendorong peningkatan kualitas data daerah, sedang metode tidak langsung merupakan koreksi dalam perbandingan bagi data daerah. Untuk sektor ekonomi yang mempunyai manajemen terpusat seperti listrik, telkom, bank dan PJKA terpaksa menggunakan metode alokasi.
2.3 Penghitungan Atas Dasar Harga Berlaku dan Harga Konstan Hasil penghitungan PDRB disajikan atas dasar harga berlaku dan harga konstan.
2.3.1 Penghitungan Atas Dasar Harga Berlaku PDRB atas dasar harga berlaku merupakan jumlah seluruh Nilai Tambah Bruto (NTB) atau nilai barang dan jasa akhir yang dihasilkan oleh unit-unit produksi di dalam periode tertentu, biasanya satu tahun yang dinilai dengan harga tahun yang bersangkutan.
NTB
atas
dasar
harga
berlaku
menggambarkan
perubahan
volume/kuantum produksi yang dihasilkan dari tingkat perubahan harga dari masing-masing kegiatan, subsektor, dan sektor.
Universitas Sumatera Utara
15
2.3.2 Penghitungan Atas Dasar Harga Konstan Penghitungan atas dasar harga konstan, pengertiannya sama dengan atas dasar harga berlaku, tetapi nilainya dilakukan dengan harga suatu tahun dasar tertentu. NTB atas dasar harga konstan ini, hanya menggambarkan perubahan volume/kuantum produksi saja. Pengaruh perubahan harga telah dihilangkan dengan cara menilai dengan harga suatu tahun dasar tertentu. Penghitungan atas dasar harga konstan berguna untuk melihat pertumbuhan ekonomi secara keseluruhan dan sektoral. Juga untuk melihat perubahan struktur perekonomian suatu kabupaten dan kota di provinsi/daerah dari tahun ketahun tanpa dipengaruhi oleh perubahan harga.
2.4 Pemilihan Tahun Dasar Penghitungan PDRB Dalam penghitungan PDRB diperlukan adanya tahun dasar sebagai acuan dalam menghitung perkembangan dan pertumbuhan beberapa data egregat seperti nilai nominal, perubahan struktur ekonomi, Indeks Perkembangan dan harga (indeks implisit). Tahun dasar akan menjadi tahun konstan (tetap) dalam pengukuran PDRB terutama jka berkaitan dengan kondisi ekonomi tahun tersebut.
Tahun dasar yang digunakan adalah tahun 2000, sesuai dengan rekomendasi Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) sebagaimana tertuang dalam buku panduan ”Sistem Neraca Nasional” dinyatakan bahwa estimasi PDRB atas dasar
harga
konstan
sebaiknya
dimutakhirkan
secara
periodik
dengan
menggunakan tahun referensi yang berakhiran 0 dan 5. Hal itu dimaksudkan agar
Universitas Sumatera Utara
16
besaran angka-angka PDRB dapat saling diperbandingkan antar negara dan antar waktu untuk keperluan analisis perekonomian dunia.
2.5 Klasifikasi Lapangan Usaha Seperti yang diketahui angka nominal PDRB adalah penjumlahan/agregasi dari seluruh kegiatan/lapangan usaha. Dalam penghitungan PDRB, seluruh lapangan usaha dibagi menjadi sembilan sektor, ini sesuai dengan pembagian yang digunakan dalam penghitungan PDRB ditingkat nasional yang sesuai dengan System of National Accounts (SNA).
Hal ini juga memudahkan para analisis untuk membandingkan PDRB antar kabupaten dan kota dengan PDRB provinsi. Dengan demikian, kegiatan ekonomi/lapangan usaha dirinci menjadi : 1. Pertanian 2. Industri Pengolahan 3. Pertambangan dan Penggalian 4. Listrik, Gas dan Air Minum 5. Bangunan 6. Perdagangan, Hotel dan Restoran 7. Pengangkutan dan Komunikasi 8. Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya 9. Jasa-Jasa
Universitas Sumatera Utara
17
2.5.1 Pertambangan serta Penggalian Komoditi yang dicakup disini adalah minyak mentah, gas bumi, konsentrat tembaga serat segala jenis hasil penggalian.Sektor ini mencakup sub sektor minyak dan gas bumi, pertambangan tanpa migas serta yang terakhir sub sektor penggalian. 1. Sub Sektor Pertambangan Migas Pertambangan Migas meliputi kegiatan pencarian kandungan minyak dan gas bumi, penyiapan, pengeboran, penambangan, penguapan, pemisahan serta penampungan untuk dijual dan dipasarkan. 2. Sub Sektor Pertambangan Non Migas Pertambangan Non Migas meliputi pengambilan, pengolahan lanjutan benda padat, baik dibawah maupun diatas permukaan bumi serta seluruh kegiatan lainnya yang bertujuan untuk memanfaatkan biji logam dan hasil tambang lainnya. 3. Sub Sektor Penggalian Komoditi yang tercakup dalam sub sektor penggalian terdiri atas garam kasar dan penggalian lainnya seperti karang, pasir, tanah uruk, tanah liat dan jenis penggalian lainnya
2.5.2 Industri Pengolahan Sektor ini mencakup kegiatan untuk mengubah atau mengolah suatu barang organik dan anorganik menjadi barang baru yang mempunyai nilai lebih tinggi, sedangkan pengolahannya dapat dilakukan dengan tangan atau mesin.
Universitas Sumatera Utara
18
Kegiatan sektor industri amat beragam dilihat dari komoditi yang dihasilkan dengan cara pengolahannya, sehingga pengelompokkan kegiatan industri antar provinsi yang telah dilakukan oleh BPS didasarkan pada proses pembuatan dan banyaknya tenaga kerja yang terlibat. Disini dibedakan empat kelompok industri yang meliputi industri besar (lebih dari atau sama dengan 100 orang), sedang (20 sampai 99 orang), kecil (5 sampai 19 orang) dan industri rumah tangga (lebih kecil atau sama dengan 4 orang).
Berdasarkan jenis komoditi utama yang dihasilkan oleh masing-masing perusahaan, industri dikelompokkan menjadi : 1. Industri makanan, minuman dan tembakau 2. Industri tekstil, barang dari kulit dan alas kaki 3. Industri barang dari kayu termasuk alat-alat rumah tangga 4. Industri kertas dan barang cetakan 5. Industri pupuk, kimia dan barang dari karet 6. Industri semen, kimia barang galian bukan logam 7. Industri logam dasar besi dan baja 8. Industri alat angkutan, mesin dan peralatannya 9. Industri pengolahan lainnya
Penulis hanya menguraikan dua jenis lapangan usaha karena dua sektor ini yang menjadi variabel dalam penelitian.
Universitas Sumatera Utara
19
2.6 Hipotesis Penelitian Berdasarkan perumusan masalah dan uraian tersebut di atas, maka hipotesis penelitian ini adalah :
1. Sektor Pertambangan serta Penggalian berpengaruh positif terhadap Indeks Perkembangan PDRB Kota Medan. 2. Sektor Industri Pengolahan
berpengaruh positif terhadap Indeks
Perkembangan PDRB Kota Medan. 3. Sektor
Pertambangan
berpengaruh
secara
serta
Penggalian
simultan
dan
dan
Industri
signifikan
Pengolahan
terhadap
Indeks
Perkembangan PDRB Kota Medan.
2.7 Kerangka Pemikiran Sektor Pertambangan serta Penggalian Regresi dan Korelasi
Indeks Perkembangan PDRB Kota MEDAN
Sektor Industri Pengolahan
Gambar 2.1 Kerangka pemikiran pengaruh sektor Pertambangan serta Penggalian dan sektor industri Pengolahan terhadap Indeks Perkembangan Kota Medan.
Universitas Sumatera Utara