ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
12
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Landasan Teori Penelitian ini menggunakan teori-teori yang berhubungan dengan manajemen laba, pengungkapan corporate social responsibility, dan kinerja keuangan perusahaan. Dimulai dari keterkaitan manajemen laba, kinerja keuangan perusahaan dan pengungkapan CSR yang dijelaskan melalui teori keagenan, teori sinyal, teori legitimasi dan teori stakeholder. Teori manajemen laba dijelaskan secara khusus yang dimulai dari pengertian manajemen laba baik secara akrual dan melalui aktivitas riil, serta indikator-indikatornya, pengertian corporate social responsibility, alasan dan manfaat pengungkapan corporate social responsibility, serta teori terkait kinerja keuangan perusahaan. 2.1.1 Teori Keagenan Teori agensi menggambarkan perusahaan sebagai suatu titik temu antara pemilik perusahaan (principal) dengan manajemen (agent). Hubungan keagenan merupakan sebuah kontrak atau kesepakatan yang terjadi antara manajer dengan pemilik perusahaan (Jensen dan Meckling, 1976). Kesepakatan tersebut diharapkan dapat memaksimumkan utilitas pemilik dan dapat memuaskan serta menjamin manajemen untuk menerima reward. Manfaat yang diterima oleh kedua belah pihak didasarkan pada kinerja perusahaan. Pada umumnya, kinerja perusahaan diukur dari profitabilitas. Besarnya profitabilitas, selanjutnya diinformasikan oleh manajemen kepada pihak pemilik melalui penyajian laporan keuangan (Sunarto, 2009). Akan tetapi, ketika pemilik tidak dapat memonitor 12 SKRIPSI
PENGARUH MANAJEMEN ...
VITARANI HAPSARI RUSETYA
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
13
secara sempurna aktivitas manajemen, maka secara potensial manajemen dapat menentukan kebijakan yang mengarah pada peningkatan level kompensasinya. Besarnya kompensasi yang diterima oleh pihak manajemen tergantung pada besarnya laba yang dihasilkan sesuai dengan kontrak yang telah disepakati dengan pihak pemilik. Besarnya laba yang diinformasikan melalui laporan keuangan, tidak terlepas dari kebijakan akuntansi yang dibuat oleh manajemen. Pada teori agensi juga dijelaskan mengenai masalah asimetri informasi. Asimetri informasi dapat terjadi ketika manajer memiliki informasi yang lebih banyak dibandingkan dengan pemegang saham. Dengan demikian, kecenderungan manajer untuk berbuat curang dengan praktik manajemen laba akan semakin tinggi. Ketika manajemen laba secara substansial terdeteksi maka pihak eksternal akan melakukan tindakan disipliner terhadap manajer. Kemudian sebagai wujud pertanggungjawaban, manajer akan berusaha memenuhi seluruh keinginan pihak prinsipal dengan melakukan corporate social responsibility (CSR). Sun et al. (2010) menyatakan bahwa corporate environmental disclosure, sebagai salah satu tindakan corporate social responsibility (CSR), merupakan sinyal yang dapat mengalihkan perhatian stakeholder dari pen gawasan manajemen laba atau isu-isu lainnya dan sebagai hasilnya kepercayaan pemegang saham terhadap transparansi informasi yang diungkapkan oleh perusahaan meningkat. Perolehan laba yang semakin besar akan membuat perusahaan mengungkapkan informasi sosial yang lebih luas. Dengan kata lain, terdapat hubungan positif antara kinerja ekonomi suatu perusahaan dengan pengungkapan corporate social responsibility (Kokubu et al., 2001).
SKRIPSI
PENGARUH MANAJEMEN ...
VITARANI HAPSARI RUSETYA
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
14
2.1.2 Teori Sinyal Teori ini menjelaskan bahwa laporan keuangan yang baik merupakan sinyal atau tanda bahwa perusahaan juga telah beroperasi dengan baik. Teori sinyal dapat menjelaskan hubungan antara manajemen laba dengan pengungkapan corporate social responsibility (CSR) dan kinerja keuangan perusahaan. Sun et al. (2010) menyatakan bahwa manajer memiliki insentif yang besar untuk secara sukarela mengungkapkan informasi akuntansi tambahan misalnya corporate social responsibility (CSR). Corporate social responsibility (CSR) digunakan sebagai sinyal untuk menarik investor yang sudah ada dan/atau investor potensial untuk dapat meningkatkan reputasi positif dan nilai perusahaan, terutama ketika mereka terlibat dalam manajemen laba. Kegiatan seperti corporate social responsibility (CSR) atau tanggung jawab sosial merupakan sinyal yang terkait dengan kualitas manajemen. Perusahaan yang memiliki kualitas yang tinggi cenderung menggunakan akuntansi sosial dan lingkungan perusahaan sebagai pengalihan dari pelaporan keuangan tradisional. Sebaliknya, perusahaan dengan kualitas rendah memilih konsisten dengan membatasi pengungkapan informasi akuntansi kepada pihak eksternal. Selain itu, pengungkapan corporate social responsibility (CSR) juga merupakan sinyal kepada investor dan stakeholder lainnya di mana perusahaan secara aktif ikut serta dalam praktik-praktik corporate social responsibility (CSR) dan menunjukkan bahwa kinerja perusahaan dalam posisi yang baik. Kinerja perusahaan yang baik membantu perusahaan untuk mendapatkan keandalan reputasi dari pasar modal dan utang. Dengan demikian, kinerja merupakan hal
SKRIPSI
PENGARUH MANAJEMEN ...
VITARANI HAPSARI RUSETYA
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
15
yang krusial dalam hubungan antara perusahaan dengan stakeholder karena dapat menjadi sinyal bagi para investor untuk membuat keputusan investasi pada perusahaan yang memiliki kinerja baik (Sunardi, 2010). 2.1.3 Teori Stakeholder Teori stakeholder menyatakan bahwa perusahaan bukanlah entitas yang hanya beroperasi untuk kepentingannya sendiri namun harus memberikan manfaat bagi
stakeholdernya.
Stakeholder
adalah
kelompok-kelompok
yang
mempengaruhi dan atau dipengaruhi oleh organisasi tersebut sebagai dampak dari aktivitas-aktivitasnya (Laksmono dan Sunardi, 2011:11). Dengan demikian, keberadaan suatu perusahaan sangat dipengaruhi oleh dukungan yang diberikan oleh stakeholder kepada perusahaan tersebut. Manajemen laba yang dilakukan oleh manajemen tentunya tidak hanya berdampak pada pemilik saja (shareholder) tetapi juga pada seluruh pemangku kepentingan (stakeholder). Pengungkapan sosial juga dianggap sebagai bagian dari dialog antara perusahaan dengan stakeholdernya. Menurut Bustanul dkk. (2012) ada beberapa alasan
yang
mendorong
perusahaan
perlu
memperhatikan
kepentingan
stakeholder, yaitu : 1. Isu lingkungan melibatkan kepentingan berbagai kelompok dalam masyarakat yang dapat mengganggu kualitas hidup mereka, 2. Era globalisasi telah mendorong produk-produk yang diperdagangkan harus bersahabat dengan lingkungan, 3. Para investor dalam menanamkan modalnya cenderung untuk memilih perusahaan yang memiliki dan mengembangkan kebijakan dan program lingkungan.
SKRIPSI
PENGARUH MANAJEMEN ...
VITARANI HAPSARI RUSETYA
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
16
4. LSM dan pencinta lingkungan makin mengkritik perusahaan-perusahaan yang kurang peduli terhadap lingkungan. 2.1.4 Teori Legitimasi Teori
legitimasi
mengandung
arti
bahwa
perusahaan
secara
berkesinambungan harus memastikan apakah mereka telah beroperasi di dalam norma-norma yang dijunjung masyarakat dan memastikan bahwa aktivitas mereka bisa diterima pihak luar (dilegitimasi). Jadi, pada dasarnya setiap perusahaan memiliki kontrak implisit dengan masyarakat untuk melakukan kegiatannya berdasarkan nilai-nilai yang dijunjung di dalam masyarakat. Jika suatu perusahaan memenuhi kontrak implisit dengan stakeholder, stakeholder akan bertindak sebagaimana yang diinginkan perusahaan. Sebaliknya, ketika kontrak implisit dengan stakeholder tidak dipenuhi, maka terjadi kemungkinan kontrak yang implisit tersebut tentu saja akan berubah menjadi suatu hal yang eksplisit dan akan menimbulkan biaya yang lebih tinggi (Bustanul dkk., 2012). Biaya yang tinggi tersebut disebabkan oleh masyarakat menolak melegitimasi keberadaan perusahaan di tengah-tengah mereka. Oleh karena itu, perusahaan berusaha mendapatkan legitimasi dari masyarakat dengan cara melaksanakan program-program yang sesuai dengan harapan masyarakat. Implementasi riilnya adalah melalui pelaksanaan program corporate sosial responsibility (CSR) dan mengungkapkannya baik di dalam annual report maupun sustainability report sebagai suatu bentuk informasi yang dibutuhkan investor untuk mengambil keputusan terkait kinerja perusahaan yang sesuai dengan nilai-nilai di dalam masyarakat.
SKRIPSI
PENGARUH MANAJEMEN ...
VITARANI HAPSARI RUSETYA
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
17
2.1.5
Laba
2.1.5.1 Pengertian Laba Pengertian laba yang dianut oleh struktur akuntansi sekarang ini adalah laba akuntansi yang merupakan selisih pengukuran pendapatan dan biaya. Laba akuntansi secara operasional didefinisikan sebagai perbedaan antara pendapatan yang direalisasi dari transaksi yang terjadi selama satu periode dengan biaya yang berkaitan dengan pendapatan tersebut (Ghozali, 2007). Pengertian laba bersih hampir sama dengan laba komprehensif. Menurut PSAK 1 paragraf 07 laba komprehensif adalah total perubahan ekuitas perusahaan selama satu periode, yang dihasilkan dari transaksi dan peristiwa lainnya, selain perubahan yang dihasilkan dari transaksi dengan pemilik dalam kapasitasnya sebagai pemilik. 2.1.5.2 Tujuan Pelaporan Laba Tujuan pelaporan laba adalah untuk menyediakan informasi yang bermanfaat bagi pihak yang berkepentingan. Informasi tentang laba perusahaan dapat digunakan untuk, antara lain sebagai berikut: a. Sebagai indikator efesiensi penggunaan dana yang tertanam dalam perusahaan yang diwujudkan dalam tingkat kembalian ( rate of return on invested capital). b. Sebagai pengukur prestasi manajemen. c. Sebagai dasar penentuan besarnya pajak. e. Sebagai dasar kompensasi dan pembagian bonus. f. Sebagai dasar pembagian deviden.
SKRIPSI
PENGARUH MANAJEMEN ...
VITARANI HAPSARI RUSETYA
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
18
2.1.6
Manajemen Laba
2.1.6.1 Pengertian Manajemen Laba Manajemen laba adalah tindakan yang diambil oleh manajer baik melalui pilihan kebijakan akuntansi atau aktivitas riil untuk mempengaruhi laba dalam rangka mencapai tujuan tertentu (Scott, 2012:423). “Earning management is the choice by manager of accounting policies, or real actions, affecting earnings so as to achieve some specific objective” Terdapat dua cara pandang dalam memahami manajemen laba yang dilakukan manajer perusahaan: pertama, bertujuan untuk memberikan keuntungan bagi pihak manajemen (opportunistic behavior). Kedua, bertujuan untuk memberikan keuntungan kepada semua pihak yang terkait dalam kontrak (efficient contracting). Sedang menurut Healy dan Wahlen (1999) manajemen laba terjadi ketika manajer menggunakan pertimbangan dalam pelaporan keuangan dan penyusunan transaksi untuk merubah laporan keuangan, dengan tujuan untuk mengatur besaran laba kepada stakeholder tentang kinerja ekonomi perusahaan atau untuk mempengaruhi hasil perjanjian (kontrak) yang bergantung pada angka-angka akuntansi yang dilaporkan. 2.1.6.2 Motivasi dalam Manajemen Laba Motivasi yang mendorong manajer untuk melakukan manajemen laba adalah sebagai berikut (Scott, 2012: 426). 1. Tujuan Bonus
SKRIPSI
PENGARUH MANAJEMEN ...
VITARANI HAPSARI RUSETYA
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
19
Manajer yang memiliki informasi atas laba bersih perusahaan akan bertindak secara oportunistik untuk melakukan manajemen laba dengan memaksimalkan laba saat ini. 2. Perjanjian Hutang Beberapa perjanjian hutang memilik syarat-syarat tertentu dimana peminjam harus memenuhinya. Sehingga manajer cenderung akan memilih metode akuntansi yang dapat memindahkan laba periode mendatang ke periode berjalan sehingga dapat mengurangi kemungkinan perusahaan mengalami pelanggaran kontrak. 3. IPO (Initial Public Offering) Perusahaan yang akan go public belum memiliki nilai pasar saat perusahaan melakukan penawaran perdana (IPO). Hal ini akan menyebabkan manajer perusahaan yang akan go public melakukan manajemen laba dalam prospektus mereka dengan tujuan untuk menaikan harga saham. Informasi yang tertuang dalam prospektus pada saat perusahaan melakukan IPO akan dijadikan sumber informasi yang penting oleh investor untuk menilai perusahaan. Hal ini merupakan
alasan
yang kuat
untuk
menggunakan
berbagai
strategi
pemaksimalan laba dalam beberapa periode akuntansi menjelang IPO agar nilai perusahaan saat IPO menjadi tinggi. 4. Memenuhi Harapan Investor Informasi mengenai kinerja perusahaan harus disampaikan kepada investor. Pelaporan laba perlu disajikan agar investor tetap menilai bahwa perusahaan tersebut dalam kinerja yang baik. Jika perusahaan melaporkan laba yang
SKRIPSI
PENGARUH MANAJEMEN ...
VITARANI HAPSARI RUSETYA
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
20
melebihi harapan, investor akan menilai bahwa perusahaan tersebut akan mempunyai masa depan yang bagus yang terceminkan dalam harga saham. Sebaliknya jika perusahaan gagal memenuhi harapan investor, maka nilai saham akan turun. Akibatnya manajer mempunyai insentif yang kuat untuk mamastikan bahwa laba yang diharapkan memenuhi harapan investor, salah satunya adalah melakukan manajemen laba. 5. Motivasi Politik Pada saat periode kemakmuran tinggi, perusahaan-perusahaan besar dan strategis cenderung menurunkan laba untuk mengurangi visibilitasnya. Tindakan ini dilakukan untuk memperoleh kemudahaan dan fasilitas dari pemerintah misalnya subsidi. 6. Motivasi Pajak Perusahaan cenderung menurunkan labanya, untuk menghindari pengenaan pajak yang tinggi. 2.1.6.3 Pola Manajemen Laba Pola manajemen laba dapat dilakukan dengan cara antara lain sebagai berikut (Scott, 2012: 425): 1. Taking a Bath Pola ini terjadi selama periode-periode sulit perusahaan maupun ketika terjadi reorganisasi. Hal ini dilakukan dengan cara mengakui biaya-biaya periode di masa datang dan melaporkan kerugian yang besar di periode berjalan. Dengan demikian, laba masa mendatang diharapkan akan meningkat.
SKRIPSI
PENGARUH MANAJEMEN ...
VITARANI HAPSARI RUSETYA
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
21
2. Income minimization Dilakukan pada saat perusahaan mengalami profitabilitas yang tinggi, sehingga terhindar dari pandangan politik. Beberapa hal yang dapat dilakukan oleh mempercepat write off capital asset dan intangibel asset, membebankan R&D dan biaya iklan. 3. Income maximazation Manajer mungkin melakukan pola maksimalisasi laba dari laba bersih yang dilaporkan untuk tujuan bonus maupun untuk memenuhi perjanjian hutang. 4. Income Smoothing Normalisasi laba yang dilaksanakan secara sengaja untuk mencapai trend atau level laba tertentu. 2.1.6.4 Manajemen Laba Akrual Roychowdhury (2006), menyatakan bahwa manajemen laba akrual adalah tindakan yang diambil melalui pilihan kebijakan akuntansi yang tidak memiliki pengaruh terhadap aliran kas secara langsung dengan tujuan untuk mencapai atau mengatur target laba tertentu. Salah satu katagori manajemen laba adalah akrual diskresioner (Ratih dkk., 2011). Akrual diskresioner adalah akrual yang digunakan untuk mengurangi atau memperbesar laba yang dilaporkan dengan cara memilih kebijakan yang bersifat subjektif sehingga target laba terpenuhi (Scott, 2012). Akrual diskresioner merupakan akrual yang tidak berasal dari fenomena ekonomik perusahaan atau kegiatan normal perusahaan.
SKRIPSI
PENGARUH MANAJEMEN ...
VITARANI HAPSARI RUSETYA
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
22
Menurut Chih et al. (2008) manajemen laba akrual juga dapat dilakukan dengan agresivitas laba. Agresivitas laba didefinisikan sebagai tindakan manajemen yang mengarah pada kecenderungan menunda pengakuan rugi dan mempercepat pangakuan laba. Agresivitas laba diukur dari level akrual (Bhattacharya et al., 2003). Secara khusus, Bhattacharya menentukan agresivitas laba diukur berdasarkan akrual yang diperoleh dari perubahan total aset lancar dikurangi perubahan total liabilitas lancar, perubahan kas, depresiasi/ amortisasi, ditambah perubahan hutang jangka panjang jatuh tempo saat ini dan perubahan hutang pajak. Semua komponen akrual dibagi total asset tahun sebelumnya. 2.1.6.5 Manajemen Laba Aktivitas Riil Manajemen
laba
melalui
aktivitas
riil
didefinisikan
sebagai
penyimpangan dari aktivitas operasi normal perusahaan yang dimotivasi oleh keinginan manajemen untuk mencapai tujuan pelaporan keuangan tertentu melalui aktivitas operasi perusahaan (Roychowdhury, 2006). Manajemen laba melalui aktivitas riil berbeda dari manajemen laba akrual karena berdampak langsung pada arus kas. Manajemen aktivitas riil merupakan manajemen laba yang dilakukan melalui aktivitas perusahaan sehari-hari selama periode akuntansi berjalan dengan tujuan tertentu yaitu memenuhi target laba tertentu. Manajemen ini diukur dengan adanya satu penyimpangan dari praktik operasional perusahaan yang normal. Metode manajemen yang digunakan dalam rangka memperoleh aktivitas operasional yang tidak normal dapat dilakukan melalui :
SKRIPSI
PENGARUH MANAJEMEN ...
VITARANI HAPSARI RUSETYA
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
23
1. Abnormal Arus Kas Operasi Salah satu bentuk manajemen laba aktivitas riil adalah melalui abnormal arus kas dari aktivitas operasi. Arus kas dari aktivitas operasi yang merupakan arus kas dari transaksi yang mempengaruhi laba bersih. Arus kas dari aktivitas operasi merupakan indikator yang menentukan apakah operasi perusahaan dapat menghasilkan arus kas yang cukup untuk melunasi pinjaman, memelihara kemampuan operasi perusahaan, membayar deviden, dan melakukan investasi baru tanpa mengandalkan sumber pendanaan dari luar. Manajemen laba melalui arus kas operasi dapat dilakukan dengan mencoba menaikkan (menurunkan) penjualan selama periode akuntansi dengan tujuan meningkatkan (menurunkan) laba untuk memenuhi target laba yang diharapkan. Contohnya manajer melakukan tambahan penjualan dari periode mendatang keperiode sekarang dengan cara menawarkan potongan harga yang terbatas. Volume penjualan yang meningkat menyebabkan laba tahun berjalan tinggi namun arus kas menurun karena arus kas masuk kecil akibat penjualan kredit dan potongan harga. Oleh karena itu aktivitas manipulasi penjualan menyebabkan arus kas kegiatan operasi periode sekarang menurun dibandingkan level penjualan normal dan pertumbuhan abnormal dari piutang. Hal ini menyebabkan arus kas bersih dari aktivitas operasi lebih rendah dari level normalnya dan timbul arus kas operasi abnormal yang negatif. 2. Abnormal Biaya Produksi Komponen manajemen laba aktivitas riil juga berasal dari abnormal biaya produksi. Secara umum, dapat dikatakan cost yang telah dikorbankan dalam
SKRIPSI
PENGARUH MANAJEMEN ...
VITARANI HAPSARI RUSETYA
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
24
rangka menciptakan pendapatan disebut biaya. Menurut Atkinson et al. (2009: 33) definisi umum dari biaya adalah nilai moneter barang dan jasa yang dikeluarkan untuk mendapatkan manfaat sekarang dan masa depan. Biaya merefleksikan arus keluar seperti kas untuk membayar di masa depan, seperti hutang dagang sehingga arus keluar tersebut mendatangkan manfaat seperti bahan baku atau mesin yang dapat digunakan untuk membuat produk untuk menghasilkan suatu manfaat kas. Biaya yang dimaksud dalam PABU memiliki pengertian yang lebih spesifik yaitu estimasi sumber daya yang harus dikorbankan oleh organisasi untuk mendapatkan aset yang akan dilaporkan dalam neraca. Manajer dapat melakukan produksi melebihi pemenuhan kebutuhan permintaan konsumen. Produksi dalam skala besar menyebabkan biaya overhead tetap dibagi dengan jumlah unit barang yang besar sehingga rata-rata biaya per unit dan harga penjualan menurun. Penurunan harga penjualan ini akan berdampak
pada
peningkatan
margin
operasi.
Perusahaan
melakukan
overproduksi sehingga timbul biaya produksi abnormal yang positif. Semakin tinggi nilai biaya produksi abnormal maka laba yang dilaporkan akan semakin tinggi. 3. Abnormal Biaya Diskresioner Selain dari abnormal arus kas operasi dan abnormal biaya produksi, manajemen laba juga diindikasikan dengan adanya abnormal biaya deskresioner. Biaya deskresioner merupakan biaya yang tidak mempunyai hubungan yang akrual dengan output yang berkaitan dengan keputusan pihak manajemen tentang kebijakan-kebijakan tertentu. Biaya diskresioner yang dapat dikurangi meliputi
SKRIPSI
PENGARUH MANAJEMEN ...
VITARANI HAPSARI RUSETYA
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
25
biaya iklan, biaya penelitian dan pengembangan, biaya penjualan, umum dan administrasi seperti biaya perbaikan dan penjualan. Roychowdurry et al. (2006) menyebutkan bahwa biaya diskresioner merupakan penjumlahan dari biaya iklan, biaya pengembangan dan penelitian, serta biaya penjualan, administrasi dan umum. Mengurangi (meningkatkan) biayabiaya ini akan meningkatkan (menurunkan) laba periode berjalan dan dapat juga meningkatkan (menurunkan) arus kas periode sekarang jika perusahaan secara umum membayar biaya seperti itu secara tunai (Fitriyani dkk., 2012). Penurunan pengeluaran diskresioner dapat mengurangi beban yang dilaporkan sehingga meningkatkan laba dan membuat arus kas pada periode berjalan lebih besar. Biaya deskresioner pada umumnya dibebankan pada periode yang sama dengan terjadinya, sehingga perusahaan bisa mengurangi beban yang dilaporkan dan meningkatkan laba dengan mengurangi pengeluaran deskresioner. Jika pembiayaan pengeluaran deskresioner menggunakan kas, pengurangan pada pengeluaran deskresioner dapat memperkecil arus kas keluar dan berdampak positif pada arus kas operasi abnormal periode berjalan. Namun hal tersebut akan menyebabkan rendahnya arus kas di masa yang akan datang. Semakin rendah biaya diskresioner abnormal maka laba yang dilaporkan semakin tinggi. 2.1.7 Corporate Social Responsibility 2.1.7.1 Pengertian Corporate Social Responsibility The World Business Council for Sustainable Development mendefiniskan corporate social responsibility sebagai komitmen dunia usaha untuk terus menerus bertindak secara etis, beroperasi secera legal, dan berkontribusi untuk peningkatan
SKRIPSI
PENGARUH MANAJEMEN ...
VITARANI HAPSARI RUSETYA
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
26
ekonomi, bersamaan dengan peningkatan kualitas hidup dari karyawan dan keluarganya sekaligus juga peningkatan kualitas komunitas lokal dan masyarakat secara luas. “Corporate Social Responsibility is the continuing commitment by business to contribute to economic development while improving the quality of life of the workforce and their families as well as of the community and society at large." Menurut Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang perseroan, Corporate Social Responsibility adalah komitmen perseroan untuk berperan serta dalam pembangunan ekonomi berkelanjutan guna meningkatkan kualitas kehidupan dan lingkungan yang bermanfaat, baik bagi perseroan sendiri, komunitas setempat, maupun masyarakat pada umumnya. 2.1.7.2 Pengungkapan Corporate Social Responsibility Pengungkapan mengandung arti bahwa laporan keuangan harus memberikan informasi dan penjelasan yang cukup mengenai hasil aktivitas suatu unit usaha. Pengungkapan yang tepat mengenai informasi penting bagi investor dan pihak lainnya, sehingga hendaknya bersifat cukup, wajar, dan lengkap. Cukup mencakup pengungkapan minimal yang harus dilakukan agara laporan keuangan tidak menyesatkan. Wajar menunjukan tujuan etis agar dapat memberikan perlakuan yang sama dan bersifat umum bagi semua pemakai laporan keuangan. Lengkap berarti penyajian informasi harus relevan. Pengungkapan corporate social responsibility merupakan proses yang digunakan oleh perusahaan untuk mengungkapkan
informasi
berkaitan
dengan
kegiatan
perusahaan
dan
pengaruhnya terhadap kondisi sosial masyarakat dan lingkungan.
SKRIPSI
PENGARUH MANAJEMEN ...
VITARANI HAPSARI RUSETYA
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
27
Dunia usaha tidak lagi hanya memperhatikan keuangan perusahaan semata (single bottom line), melainkan sudah meliputi aspek keuangan, aspek sosial, dam aspek lingkungan atau yang biasa disebut tripel bottom line, yaitu profit, people, dan planet (Widjaja dan Pratama, 2008:43). Dapat diartikan bahwa tujuan corporate social responsibility harus mampu meningkatkan laba perusahaan, menyejahterakan karyawan dan masyarakat, sekaligus meningkatkan kualitas lingkungan. Keuntungan ekonomis tidak pernah dapat dipisahkan dalam kerangka pelaksanaan CSR, oleh karena tujuan dari pelaksanaan CSR itu sendiri adalah sustainability bagi perusahaan. Sustainability ekonomi adalah dasar bagi perusahaan dalam menjaga sustainability sosial dan lingkungan. Melaksanaakan CSR bukan berarti mengurangi kesejahteraan seluruh stakeholder, oleh karena itu aspek ekonomis juga harus menjadi pertimbangan bagi perusahaan yang melaksanakan CSR. Sementara sustainability sosial terkait dengan upaya perusahaan dalam mengutamakan nilai-nilai yang tumbuh dalam masyarakat seperti kesehatan. Sedangkan sustainability lingkungan merupakan upaya perusahaan dalam menjaga lingkungan dengan cara menggunakan teknologi ramah lingkungan dan manajemen resiko lingkungan yang efektif. Perkembangan CSR di Indonesia dapat dilihat dari dua perpektif yang berbeda. Pertama, pelaksanaan CSR merupakan praktek bisnis yang sukarela (voluntary), artinya pelaksaan CSR lebih banyak berasal dari inisiatif perusahaan dan bukan merupakan aktivitas yang dituntut untuk dilakukan oleh peraturan perundang-undangan yang berlaku. Kedua, pelaksaan CSR bukan lagi sukarela, melainkan sudah diatur oleh undang-undang (mandatory). Seperti perusahaan
SKRIPSI
PENGARUH MANAJEMEN ...
VITARANI HAPSARI RUSETYA
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
28
yang menjalankan kegiatan di bidang sumber daya alam atau berkaitan dengan sumber daya alam, diwajibkan melaksanakan CSR sebagaimana diatur dalam Undang-Undang Negara Republik Indonesia Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas pasal 74 ayat satu. Dalam undang-undang tersebut, yang dimaksud “perseoran yang bidang usahanya di bidang sumber daya alam” adalah yang kegiatan usahanya mengelola dan memanfaatkan sumber daya alam. Sedangkan yang dimaksud dengan “perseoran yang menjalankan kegiatan usahanya yang berkaitan dengan sumber daya alam” adalah perseoran yang tidak mengelola dan memanfaatkan sumber daya alam, tetapi kegiatan usahanya berdampak pada fungsi kemampuan sumber daya alam. Penelitian
ini
mengidentifikasi
hal-hal
yang
berkaitan
dengan
pengungkapan CSR berdasarkan penelitian sembiring (2005) yang diadopsi dari penelitian Hackston dan Milne (1996).
Item-item pengungkapan CSR dapat
dilihat pada lampiran 21. Indikator pengungkapan yang terdapat dalam Sembiring (2005) adalah sebagai berikut. a. Indikator Lingkungan b. Indikator Energi c. Indikator Kesehatan dan Keselamatan Kerja d. Indikator Lain-lain tentang Tenaga Kerja e. Indikator Produk f. Indikator Umum
SKRIPSI
PENGARUH MANAJEMEN ...
VITARANI HAPSARI RUSETYA
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
29
2.1.7.3 Manfaat Pengungkapan Corporate Social Responsibility Manfaat dari pengungkapan penerapan CSR, antara lain sebagai berikut (Wibisono, 2007:84-87). 1. Mempertahankan dan mendongkrak reputasi dan brand image perusahaan Tindakan destruktif tentunya akan menurunkan reputasi perusahaan. Begitupun sebaliknya, kontribusi positif pasti juga akan mendongkrak reputasi perusahaan dan image perusahaan. Inilah yang menjadi modal non financial utama bagi perusahaan karena menjadi nilai tambah bagi perusahaan untuk hidup secara berkelanjutan. 2. Layak mendapat license to operate Program CSR ini diharapkan dapat menjadi asuransi sosial yang akan menghasilkan harmoni dan presepsi positif dari masyarakat terhadap eksistensi perusahaan. 3. Mereduksi resiko bisnis perusahaan Perusahaan harus menyadari bahwa kegagalan untuk memenuhi ekspektasi stakeholder pasti akan menjadi bom waktu yang dapat memicu resiko yang tidak diharapkan. Karena itu, menempuh langkah antisipatif dan prefeventif melalui penerapan CSR merupakan upaya investasi yang dapat menurunkan resiko bisnis perusahaan. 4. Melebarkan akses sumber daya Track record yang baik dalam pengelolaan CSR merupakan keunggulan bersaing bagi perusahaan yang dapat membantu untuk memuluskan jalan menuju sumber daya yang diperlukan perusahaan
SKRIPSI
PENGARUH MANAJEMEN ...
VITARANI HAPSARI RUSETYA
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
30
5. Membentangkan akses menuju pasar Investasi yang ditanamkan CSR dapat dijadikan tiket bagi perusahaan menuju peluang pasar yang terbuka lebar. Termasuk didalamnya akan memupuk loyalitas konsumen dan menembus pangsa pasar baru. 6. Memperbaiki hubungan dengan stakeholder Implementasi CSR tentunya akan menambah frekuensi komunikasi dengan stakeholder. Dengan demikian akan terciptanya kepercayaan diantara stakeholder dan perusahaan. 7. Memperbaiki hubungan dengan regulator Perusahaan yang menerapkan CSR pada dasarnya merupakan upaya untuk meringankan beban pemerintah sebagai regulator. Sebab pemerintahlah yang menjadi penanggungjawab utama untuk mensejahterakan masyarakat dan melestarikan lingkungan. Tanpa bantuan dari perusahaan, umumnya terlalu berat bagi pemerintah untuk menanggung beban tersebut. 8. Meningkatkan semangat produktivitas karyawan Kesejahteraan yang diberikan dari pelaku CSR umumnya sudah jauh melebihi standar normatif kewajiban yang dibebankan kepada perusahaan. Oleh karena itu, wajar bila karyawan menjadi terpacu untuk meningkatkan kinerjanya. 9. Peluang mendapatkan penghargaan Banyak reward yang diberikan bagi para penggiat CSR. Sehingga kesempatan untuk mendapatkan penghargaan mempunyai peluang yang cukup tinggi.
SKRIPSI
PENGARUH MANAJEMEN ...
VITARANI HAPSARI RUSETYA
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
31
2.1.8 Kinerja Keuangan Perusahaan Pengertian kinerja menurut Tika (2010:121) adalah hasil fungsi pekerjaan atau kegiatan seseorang atau kelompok dalam suatu organisasi yang dipengaruhi oleh berbagai faktor baik intern maupun ekstern untuk mencapai tujuan organisasi dalam periode waktu tertentu. Berdasarkan definisi tersebut unsur-unsur yang terdapat dalam kinerja antara lain terdiri atas : 1. Hasil- hasil fungsi pekerjaan 2. Faktor- faktor yang bepengaruh terhadap prestasi karyawan/ pegawai, 3. Pencapaian tujuan organisasi 4. Periode waktu tertentu Kinerja keuangan perusahaan adalah penentuan ukuran-ukuran tertentu yang menggambarkan keberhasilan perusahaan dalam pencapaian tujuan yang telah dietapkan yang biasanya diukur dengan tingkat laba yang dihasilkan (Sucipto, 2003). Kinerja keuangan perusahaan secara umum dapat dilihat dari dua ukuran, yaitu: 1. Investor return, merupakan pengukuran yang dilihat dari kinerja saham. 2. Accounting return, berfokus pada bagaimana kebijakan manajemen dalam menghasilkan laba. Informasi kinerja keuangan diperlukan untuk menilai perubahan potensial sumberdaya ekonomi, yang mungkin dikendalikan di masa depan dan untuk memprediksi kapasitas produksi dari sumber daya yang ada. Salah satu rasio yang digunakan untuk mengukur kinerja perusahaan dalah rasio
SKRIPSI
PENGARUH MANAJEMEN ...
VITARANI HAPSARI RUSETYA
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
32
profitabilitas. Rasio profitabilitas memberikan gambaran mengenai efektifitas manajemen dan pengelolaan keuangan perusahaan dalam mengasilkan laba. Return on asset adalah salah satu bentuk rasio profitabilitas yang dimaksudkan untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam menghasilkan keuntungan dengan memanfaatkan aktiva yang dimiliknya. Return on asset diukur dengan perbandingan antara laba bersih setelah pajak dengan total aktiva. Semakin tinggi return on assset, maka semakin efektif penggunaan aktiva tersebut. Menurut Prior et al. (2007) pengukuran akuntansi lebih sensitif terhadap manajemen laba yang dilakukan manajer daripada pengukuran dengan nilai pasar. Pengukuran akuntansi lebih fokus pada bagaimana perusahaan menghasilkan laba sebagai akibat dari perbedaan kebijakan manajerial (Ahmed et al., 2012). Orlitzky et al. (2003) menyebutkan bahwa indikator seperti ROA akan merefleksikan kemampuan pembuatan keputusan internal dan kinerja manajerial.
2.2 Penelitian Terdahulu Penelitian empiris tentang hubungan corporate responsibility disclosure dengan manajemen laba belum banyak dilakukan. Beberapa penelitian empiris sebelumnya banyak berfokus pada hubungan corporate social responsibility (CSR) dengan kinerja keuangan perusahaan. Sembiring (2005) melakukan penelitian terkait faktor-faktor yang mempengaruhi pengungkapan corporate social responsibility (CSR) pada perusahaan yang tercatat di Bursa Efek Jakarta. Hasil penelitian menunjukan bahwa, profitabilitas dan leverage berpengaruh positif tidak signifikan terhadap corporate social responsibility (CSR). Hal ini menunjukan bahwa profitabilitas
SKRIPSI
PENGARUH MANAJEMEN ...
VITARANI HAPSARI RUSETYA
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
33
tidak mempengaruhi CSR. Sedangkan size, profil, ukuran dewan komisaris berpengaruh positif terhadap corporate social responsibility (CSR). Tidak berpengaruhnya kinerja keuangan terhadap pengungkapan CSR dikarenakan pengungkapan sosial lebih dipengaruhi visi perusahaan daripada ukuran laba perusahaan (Kokubu et al., 2001). Penelitian yang dilakukan Crisostomo et al. (2011) tentang hubungan corporate social responsibility (CSR), nilai perusahaan, dan kinerja keuangan perusahaan pada 78 perusahaan dari Ibase periode 2001-2006, memperlihatkan hasil yang sama yaitu kinerja keuangan perusahaan tidak mempengaruhi pengungkapan corporate social responsibility (CSR). Menurut Crisostomo, hasil yang tidak signifikan ini mungkin terjadi karena CSR tidak berhubungan dengan profitabilitas pada periode yang sama, tetapi terjadi atau hasil dari profitabilitas periode yang lalu. Ruthinaya (2012) meneliti tentang pengaruh kinerja keuangan perusahaan terhadap luas pengungkapan corporate social responsibility (CSR) pada perusahaan yang terdaftar di indeks LQ45 periode 2007-2011. Hasil penelitian menunjukan
kinerja
keuangan
perusahaan
berpengaruh
terhadap
luas
pengungkapan corporate social responsibility (CSR). Hal ini menunjukan bahwa, perusahaan cenderung memperkecil resiko yang diwujudkan dalam pengungkapan CSR. Penelitian yang dilakukan Chih et al. (2008) bertujuan untuk meneliti hubungan antara corporate social responsibility (CSR) dan manajemen laba ke dalam hubungan yang mungkin terjadi di antara keduanya, yaitu hubungan positif,
SKRIPSI
PENGARUH MANAJEMEN ...
VITARANI HAPSARI RUSETYA
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
34
negatif, dan tidak ada hubungan. Dalam penelitian ini menggunakan sampel perusahaan sebanyak 1.653 di 46 negara yang diklasifikasikan ke dalam dua kelompok. Pertama, kelompok perusahaan corporate social responsibility (CSR) yang masuk ke dalam kelompok ini adalah perusahaan yang terdaftar di FTSE4 Good Global Index. Kedua, kelompok perusahaan non-corporate social responsibility (CSR) yaitu perusahaan yang terdaftar di FTSE All-World Developed Index. Data diambil dari periode Januari 1993 hingga Desember 2002. Chih menggunakan tiga macam manajemen laba, yaitu income smoothing, earning aggresiveness, dan loss avoidance. Hasilnya perusahaan yang melakukan manajemen
laba
dalam
hal
ini
melalui
agresivitas
laba,
mempunyai
kecenderungan untuk mengungkapkan corporate social responsibility tetapi tidak jika melalui income smoothing dan loss avoidance. Prior et al. (2008) meneliti hubungan antara corporate social responsibility (CSR), kinerja keuangan perusahaan dan manajemen laba. Sampel yang digunakan adalah 593 perusahaan dari 26 negara yang diambil dari database Sustainable Investment Research International Company (SIRI) dari tahun 2002 hingga 2004. Dari hasil analisis menunjukkan bahwa perusahaan yang melakukan manajemen laba mempunyai tingkat pengungkapan CSR yang cukup tinggi. Lebih lanjut, hasil analisis menunjukan bahwa hubungan antara kinerja keuangan perusahaan dan CSR diperlemah dengan adanya praktik manajemen laba. Hong dan Andersen, (2011) juga melakukan penelitian terkait manajemen laba dan CSR. Akan tetapi, dalam penelitian ini, manajemen laba yang diujikan tidak hanya berasal dari aktivitas akrual tetapi juga aktivitas riil. Penelitian yang
SKRIPSI
PENGARUH MANAJEMEN ...
VITARANI HAPSARI RUSETYA
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
35
dilakukan terhadap perusahaan non keuangan Amerika periode 1995-2005, menunjukan bahwa perusahaan yang melakukan corporate social responsibility (CSR), cenderung untuk melakukan manajemen laba secara akrual dan lebih sedikit melakukan manajemen laba berdasarkan aktivitas riil. Penelitian serupa juga dilakukan oleh Bustanul dkk. (2012) yang melakukan penelitian terkait dengan pengaruh manajemen laba pada CSR pada perusahaan manufaktur BEI periode 2008-2010. Hasil penelitian menunjukan bahwa manajemen laba akrual mendorong manajemen untuk mengungkapkan corporate social responsibility (CSR), tetapi tidak dengan manajemen laba aktivitas riil. Penelitian yang dilakukan oleh Sun et al. (2010) tentang corporate environmental disclosure, corporate governance, and earning management menunjukan hasil yang berbeda. Penelitian yang dilakukan pada 245 perusahaan non keuangan Inggris periode 2007 menunjukan bahwa earning management tidak berpengaruh signifikan terhadap corporate environmental disclosure. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa manajemen laba yang dilakukan perusahaan hanya digunakan untuk memenuhi tujuan manajemen dan tidak digunakan untuk aktivitas CSR yang dijadikan pre-emptive atas manajemen laba yang dilakukan perusahaan. Penelitian ini juga menunjukan bahwa mekanisme corporate governance (komite audit) memperlemah hubungan antara manajemen laba dan pengungkapan sosial. Firtiyani dkk. (2012) melakukan penelitian tentang pengaruh manajemen laba terhadap kinerja perusahaan dengan kualitas audit sebagai variabel
SKRIPSI
PENGARUH MANAJEMEN ...
VITARANI HAPSARI RUSETYA
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
36
pemoderasi pada perusahaan manufaktur BEI periode 2004-2007. Hasil penelitian menunjukan bahwa aktivitas manajemen laba akrual memiliki pengaruh terhadap kinerja perusahaan, sedangkan manajemen laba aktivitas riil tidak. Artinya perusahaan cenderung melakukan manajemen laba akrual daripada aktivitas riil untuk mencapai target laba tertentu. Penelitian ini juga menyimpulkan bahwa kualitas audit tidak dapat memoderasi pengaruh manajemen laba akrual maupun riil terhadap kinerja perusahaan. Armando dkk. (2012) manajemen laba melalui akrual dan aktivitas riil di sekitar penawaran saham tambahan dan pengaruhnya terhadap kinerja perusahaan pada perusahaan yang terdaftar di bursa efek indonesia tahun 2001- 2007. Dalam penelitian Armando ini, manajemen laba aktivitas riil diukur secara terpisah yaitu dideteksi dari abnormal arus kas operasi, abnormal biaya produksi, abnormal biaya diskresioner. Hasil penelitian menunjukan manajemen laba melalui kebijakan akrual tidak berpengaruh signifikan terhadap kinerja perusahaan. Abnormal biaya produksi berpengaruh positif signifikan terhadap kinerja perusahaan, abnormal biaya diskresioner tidak berpengaruh terhadap kinerja perusahaan, dan abnormal arus kas operasi berpengaruh tidak signifikan terhadap kinerja keuaangan perusahaan.
2.3 Kerangka Konseptual Berdasarkan telaah literatur diatas, maka dalam penelitian ini kerangka konseptual dapat digambarkan dalam bentuk analisis jalur sebagaimana terlihat pada gambar 2.1 sebagai berikut.
SKRIPSI
PENGARUH MANAJEMEN ...
VITARANI HAPSARI RUSETYA
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
37
Gambar 2.1 Model Kerangka Pemikiran Penelitian
Akrual Diskresioner
Agresvitas Laba
Manajemen Laba Akrual
Kinerja Keuangan Perusahaan
Abnormal Arus Kas Operasi
Abnormal Biaya Produksi
Pengungkapan Corporate Social Responsibility
Manajemen Laba Aktivitas Riil
Abnormal Biaya Diskresioner
37
SKRIPSI
PENGARUH MANAJEMEN ...
VITARANI HAPSARI RUSETYA
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
38
2.4 Hipotesis Penelitian Salah satu parameter penting dalam laporan keuangan yang digunakan untuk mengukur kinerja manajemen adalah laba. Oleh sebab itu, manajemen perusahaan berusaha agar laporan keuangannya menyajikan kinerja yang baik dengan cara mengelola atau mengatur tingkat laba yang dilaporkan dengan metode atau estimasi-estimasi akuntansi tertentu sehingga didapatkan laba yang diharapkan. Menurut Hastuti dan Soegijapranata (2005), manajemen laba merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi kinerja perusahaan karena adanya pemilihan metode tertentu untuk mendapatkan laba sesuai dengan motivasinya. Kinerja keuangan yang baik akan memberikan benefit bagi perusahaan dan berfungsi sebagai signaling. Hal ini sesuai dengan sudut pandang efficient contracting, bahwa manajemen laba dilakukan untuk memberikan keuntungan kepada semua pihak yang terkait dalam kontrak (Gunny, 2009) Salah satu bentuk dari manajemen laba adalah akrual diskresioner (Ratih dkk., 2011). Lebih lanjut, manajemen laba, dalam hal ini yang bersifat akrual, bisa diukur dengan agresivitas laba (Chih et al., 2008). Menurut Bhattacharya et al. (2003) adalah agresivitas laba, yaitu kecenderungan untuk menunda mengakui kerugian dan mempercepat pengakuan keuntungan. Hal tersebut mengakibatkan laporan laba lebih tinggi daripada laba sesungguhnya (Sunarto, 2009) sehingga terlihat bahwa perusahaan tersebut memiliki kinerja yang baik dalam menghasilkan laba. Penelitian yang dilakukan Fitriyani dkk. (2012) menyebutkan bahwa laba dengan aktivitas akrual lebih berpengaruh positif pada kinerja perusahaan. Akan tetapi, penelitian Armando dkk. (2012) menunjukan hasil
SKRIPSI
PENGARUH MANAJEMEN ...
VITARANI HAPSARI RUSETYA
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
39
berlawanan, manajemen laba akrual tidak berpengaruh terhadap kinerja keuangan perusahaan. Oleh karena itu, penelitian ini bermaksud untuk menguji secara empiris apakah ada pengaruh dari dimensi manajemen laba akrual terhadap kinerja perusahaan. Berdasarkan hasil dari beberapa penelitian diatas maka hipotesis yang dapat diajukan sebagai jawaban sementara terhadap permasalahan penelitian ini adalah sebagai berikut. H1a : Manajemen laba akrual berpengaruh positif terhadap kinerja keuangan perusahaan.
Perkembangan literatur menunjukkan bahwa manajemen laba yang dilakukan oleh para manajer tidak hanya dilakukan dengan menggunakan manajemen laba akrual saja tetapi juga dapat menggunakan manajemen laba melalui aktivitas sehari-hari selama periode akuntansi berjalan, atau yang lebih dikenal dengan manajemen laba aktivitas riil (Bustanul dkk., 2012). Menurut Roychowdhury (2006), manajemen dapat melakukan manajemen laba melalui aktivitas yang sebenarnya menyimpang dari bisnis normal, namun terkesan sesuai operasi normal perusahaan. Manajemen mengelola laba melalui aktivitas riil karena kecil kemungkinan akan menarik auditor, investor dan regulator (badan pemerintah). Penelitian yang dilakukan Armando dkk. (2012) menyatakan bahwa manajemen laba aktivitas riil yang diproksikan oleh biaya produksi abnormal berpengaruh terhadap kinerja keuangan perusahaan. Hasil penelitian Gupta et al. (2010) membuktikan manajemen laba aktivitas riil memiliki hubungan positif dan signfikan dengan kinerja akuntansi saat ini. Ini menunjukan bahwa manajemen
SKRIPSI
PENGARUH MANAJEMEN ...
VITARANI HAPSARI RUSETYA
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
40
laba aktivitas riil dapat mempengaruhi kinerja keuangan perusahaan. Semakin tinggi tingkat manajemen laba, maka kinerja keuangan perusahaan akan semakin baik. Menurut Gunny (2009), manajemen laba dilakukan untuk memberikan benefit bagi perusahaan dan berfungsi sebagai signaling untuk memberikan keuntungan kepada semua pihak yang terkait dalam kontrak sehingga manajemen akan memberikan gambaran kinerja keuangan sebaik mungkin. Akan tetapi, penelitian yang dilakukan Fitriyani dkk. (2012) menunjukan manajemen laba yang dilakukan melalui aktivitas riil, tidak berpengaruh terhadap kinerja keuangan. Berdasarkan pembahasan diatas, penelitian ini juga ingin menguji apakah semakin tinggi tingkat manajemen laba aktivitas riil yang dilakukan perusahaan maka semakin baik kinerja perusahaan. Hipotesis yang diajukan adalah sebagai berikut. H1b : Manajemen laba aktivitas riil berpengaruh positif terhadap kinerja keuangan perusahaan.
Selain pembahasan mengenai manajemen laba, isu yang sedang menjadi perhatian masyarakat saat ini yaitu peran perusahaan terhadap lingkungannya, baik internal maupun eksternal (Barus dan Maksum, 2011). Terutama bagi perusahaan yang bersaing dalam pasar global, harus mempotretkan dirinya sebagai perusahaan yang bertanggung jawab sosial (Ahmed et al., 2012). Di Indonesia sendiri, pentingnya CSR telah membuat pemerintah menetapkan UU Nomor 40 Tahun 2007 (pasal 74), yang mewajibkan perusahaan yang bergerak dalam bidang dan atau terkait dengan sumber daya alam untuk melaksanakan
SKRIPSI
PENGARUH MANAJEMEN ...
VITARANI HAPSARI RUSETYA
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
41
tanggung jawab sosial dan lingkungan. Banyak penelitian yang meneliti hubungan CSR dengan kinerja dan sebaliknya. Tetapi belum ada jawaban pasti mengenai hal tersebut (Crisostomo et al., 2011). Apakah CSR mendorong kinerja keuangan perusahaan, atau CSR sebagai akibat dari kinerja keuangan perusahaan yang baik. Menurut Crisostomo, kinerja keuangan perusahaan cenderung mendorong perusahaan untuk melakukan aktivitas CSR dan pengungkapan CSR. Hal ini sebabkan manajemen akan melakukan aktivitas CSR setelah kewajiban utama kepada stakeholder seperti investor dan kreditor terpenuhi. Penelitan yang dilakukan Crisostomo et al. (2011) dan Sembiring (2005) menyatakan
bahwa
kinerja
keuangan
perusahaan
tidak
mempengaruhi
pengungkapan CSR. Sebaliknya, Ruthinaya (2012) menyatakan bahwa kinerja keuangan perusahaan berpengaruh pada luas pengungkapan CSR. Hal ini dikarenakan,
perusahaan
cenderung
akan
memperkecil
resiko
dengan
mengungkapkan CSR. Salah satunya adalah resiko terdeteksinya manajemen laba yang dilakukan perusahaan. Prior et al. (2007) menyatakan pengungkapan CSR diduga juga bisa diakibatkan adanya motif pre-emptive manajemen untuk memenuhi kepuasan stakeholder. Selain itu, perusahaan yang memperoleh pengembalian investasi yang tinggi, hal ini menunjukan bahwa perusahaan dalam kinerja yang baik, cenderung akan mengungkapkan tanggung jawab sosial yang lebih banyak (Asyikin, 2011). Berdasarkan penjelasan tersebut, penelitian ini menguji kembali pengaruh kinerja keuangan perusahaan terhadap pengungkapan corporate social responsibility. Hipotesis yang diajukan adalah sebagai berikut.
SKRIPSI
PENGARUH MANAJEMEN ...
VITARANI HAPSARI RUSETYA
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
42
H2 : Kinerja keuangan perusahaan berpengaruh positif terhadap pengungkapan corporate social responsibility.
Praktik manajemen laba yang dilakukan manajer akan membawa dampak negatif. Salah satunya adalah kehilangan kepercayaan dan dukungan dari para stakeholder. Stakeholder akan akan memberikan respon negatif seperti tekanan dari investor, sanksi dari regulator, boikot dari para aktivis dan pemberitaan media massa (Prior et al., 2007). Oleh karena itu, manajer menggunakan suatu strategi untuk mengantisipasi adanya respon negatif dari para stakeholdernya atas tindakan manajemen laba yang dilakukan. Salah satunya adalah melalui corporate social responsibilty (CSR). Manajer percaya bahwa dengan memenuhi kepuasan stakeholder dan mewujudkan kesan yang baik terhadap lingkungan dan sosial, maka kecurigaan dan kewaspadaan dari stakeholder dapat dikurangi. Penelitian Prior et al. (2007) dan Chih et al. (2008) menunjukan bahwa tanggung jawab sosial perusahaan dan manajemen laba memiliki hubungan yang positif. Penelitian Hong dan Andersen (2011) menunjukan bahwa, perusahaan yang pengungkapan sosial tinggi mempunyai nilai akrual yang tinggi. Bustanul dkk. (2012) juga menyatakan bahwa manajemen laba akrual mendorong manajemen untuk mengungkapkan aktivitas CSR. Berdasarkan hasil beberapa penelitian tersebut, diduga aktivitas CSR perusahaan digunakan sebagai salah satu cara untuk mengalihkan perhatian para stakeholder dari terdeteksinya manajemen laba akrual yang dilakukan manajer. Akan tetapi, hasil penelitian Sun et al. (2010) menunjukan hasil yang berbeda, manajemen laba tidak berpengaruh terhadap pengungkapan CSR karena manajemen laba yang dilakukan perusahaan hanya
SKRIPSI
PENGARUH MANAJEMEN ...
VITARANI HAPSARI RUSETYA
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
43
digunakan untuk memenuhi tujuan manajemen dan tidak digunakan untuk aktivitas CSR yang dijadikan sebagai pengalihan atas manajemen laba yang dilakukan perusahaan. Salah satu bentuk dari manajemen laba akrual adalah akrual diskresioner (Ratih dkk., 2011). Chih et al. (2008) menyatakan bahwa hubungan antara manajemen laba dan CSR juga tergantung pada jenis manajemen laba, khususnya pada manajemen laba akrual. Perusahaan yang melakukan agresivitas laba umumnya cenderung mempunyai tingkat pengungkapan CSR yang tinggi. Sehingga diduga, agresivitas laba memperkuat kecenderungan manajer untuk melakukan pengungkapan CSR. Penelitian ini bertujuan untuk menguji lebih lanjut tentang pengaruh manajemen laba akrual terhadap pengungkapan CSR dengan beberapa proksi yang berbeda maka hipotesis yang diajukan adalah H3a : Manajemen laba akrual berpengaruh positif terhadap pengungkapan corporate social responsibility.
Seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya, manajemen laba tidak hanya dilakukan secara akrual tetapi juga secara riil. Manajemen mengelola laba melalui aktivitas riil karena kecil kemungkinan akan menarik auditor, investor dan regulator (badan pemerintah). Prior et al. (2007) menyatakan bahwa manajemen yang melakukan manajemen laba, memiliki dorongan dalam melakukan aktivitas CSR untuk mendapatkan dukungan dari para stakeholder. Sehingga CSR diduga dapat menjadi strategi pre-emptive bagi manajemen. Penelitian ini akan menguji tentang pengaruh antara manajemen laba aktivitas riil terhadap pengungkapan
SKRIPSI
PENGARUH MANAJEMEN ...
VITARANI HAPSARI RUSETYA
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
44
corporate social responsibility. Maka hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut. H3b : Manajemen laba aktivitas riil berpengaruh positif terhadap pengungkapan corporate social responsibility.
Manajemen laba seolah-olah telah menjadi kebudayaan dan dipraktikan pada seluruh perusahaan di dunia. Beberapa penelitian terkait pengaruh manajemen laba terhadap kinerja keuangan perusahaan telah dilakukan. Penelitian Hastuti dan Soegijapranata (2005), menyebutkan bahwa manajemen laba merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi kinerja perusahaan. Sedangkan, menurut Boediono (2005), kekuatan responsif laba yang dilaporkan akan dipengaruhi oleh manajemen laba. Dengan demikian, hal tersebut akan mempengaruhi kualitas kinerja yang dilaporkan oleh manajemen. Disisi lain, beberapa penelitian mengemukakan pengaruh kinerja perusahaan terhadap pengungkapan corporate social responsibility. Penelitan yang dilakukan Crisostomo et al. (2011) menyebutkan bahwa kinerja keuangan perusahaan tidak mempengaruhi pengungkapan CSR. Sebaliknya, Ruthinaya (2012) menyatakan bahwa kinerja keuangan perusahaan mempunyai pengaruh pada pengungkapan CSR. Perusahaan cenderung akan memperkecil resiko dengan mengungkapkan CSR. Salah satunya adalah resiko terdeteksinya manajemen laba yang dilakukan perusahaan. Hubungan pengaruh manajemen laba terhadap kinerja keuangan perusahaan, dan pengaruh kinerja keuangan perusahaan terhadap pengungkapan corporate social responsibility, menunjukan adanya pengaruh tidak langsung
SKRIPSI
PENGARUH MANAJEMEN ...
VITARANI HAPSARI RUSETYA
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
45
antara manajemen laba terhadap pengungkapan corporate social responsibility. Tindakan perusahaan dalam melakukan corporate social responsibility digunakan sebagai salah satu cara untuk mengalihkan perhatian para stakeholder dari terdeteksinya manajemen laba yang dilakukan manajer. Manajemen yang melakukan manajemen laba untuk mencapai kinerja keuangan yang baik, memiliki dorongan untuk memperkecil resiko dengan mengungkapkan CSR dalam melakukan aktivitas CSR, untuk mendapatkan dukungan dari para stakeholder. Sehingga CSR diduga dapat menjadi strategi pertahanan diri bagi manajemen. Selain secara akrual, manajemen laba juga dapat dilakukan dengan aktivitas riil. Berdasarkan uraian yang telah dijelaskan di atas mengenai pengaruh antara manajemen laba baik akrual maupun riil terhadap kinerja keuangan perusahaan, serta kinerja keuangan perusahaan terhadap pengungkapan corporate social responsibility maka manajemen laba akrual dan riil secara tidak langsung memiliki pengaruh terhadap pengungkapan corporate social responsibility, dimana kinerja keuangan perusahaan sebagai variabel intervening yang memediasi pengaruh manajemen laba akrual dan riil terhadap pengungkapan corporate social responsibility. Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut. H4a :
Manajemen laba akrual berpengaruh terhadap pengungkapan corporate social responsibility melalui kinerja keuangan perusahaan.
H4b :
Manajemen laba aktivitas riil berpengaruh terhadap pengungkapan corporate social responsibility melalui kinerja keuangan perusahaan.
SKRIPSI
PENGARUH MANAJEMEN ...
VITARANI HAPSARI RUSETYA