BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kematangan Karir Kemampuan seseorang dalam menentukan sendiri pekerjaan yang sesuai dengan minat dan kemampuan, pilihan yang realistik dan konsisten disebut kematangan karir (Super, 1951, dalam Sharf, 2006). Menurut Crites (dalam Brown, 2002) kematangan karir adalah tingkat dimana individu sudah menguasai perkembangan karirnya dengan baik, meliputi komponen, pengetahuan, maupun sikap yang sesuai dengan tahap perkembangan karir. Sedangkan Gonzales (2008) mengatakan kematangan karir adalah proses kematangan seseorang berhubungan dengan tahapan perkembangan, dibandingkan dengan tahapan kematangan orang lain yang seumuran. Schmitt-Rodermund dan Sillbereisen (1998) juga menambahkan bahwa kematangan karir adalah suatu kondisi siap atau tidak seseorang sudah memiliki ide tentang pekerjaan di masa depan. Super ( dalam Sharf, 2006) mendeskripsikan terdapat 4 komponen utama berkenaan dengan kematangan karir, yaitu : -
Orientasi untuk pemilihan vokasional, yang berhubungan dengan pemusatan pada pilihan karir dan penggunaan informasi mengenai pekerjaan.
-
Konsistensi terhadap pilihan, tidak hanya konsisten terhadap pilihan pekerjaan tetapi juga konsisten terhadap bidang yang diminati dan jabatan pekerjaan.
-
Perwujudan dari perilaku
-
Kebijakan atas pilihan utama, yang merujuk pada hubungan antara pilihan dan kemampuan, aktivitas dan minat.
8
9
2.1.1 Tahapan Perkembangan Karir Super (dalam Brown, 2002) membuat tahapan perkembangan karir sesuai dengan tugas – tugas yang spesifik yang ada dalam masing – masing tahapan perkembangan karir tersebut, yaitu: a) Perkembangan (4 – 13 tahun) Tahap ini ditandai dengan perkembangan kapasitas, sikap, minat, dan kebutuhan yang terkait dengan konsep diri. Anak – anak mengamati lingkungan
untuk
mendapat
informasi
mengenai
dunia
kerja
dan
menggunakan perasaan untuk mengetahui minat mereka. Pada tahap ini terdapat tia sub tahap, antara lain: 1) Sub tahap fantasi (4 – 10 tahun) minat pada anak ditandai dengan berfantasi menjadi individu yang diinginkan, kebutuhan dan menjalani peran merupakan suatu hal yang penting. 2) Sub tahap minat (11 – 12 tahun) Tahap ini ditandai dengan tingkah laku yang berhubungan dengan karir mulai dipengaruhi oleh kesukaan anak menjadi penentu utama aspirasi dan aktifitas. 3) Sub tahap kapasitas Pada tahap ini individu mulai mempertimbangkan kemampuan dan persyaratan dari pekerjaan yang diinginkan. b) Eksplorasi (14 – 24 tahun) Super (dalam Hami, Hinduan, dan Sulastiana, 2007) menjelaskan bahwa tahapan perkembangan karir pada masa ini memasuki tahap eksplorasi. Pada tahap ini keputusan – keputusan pendidikan yang penting tujuan – tujuan karir pertama
10 kali diuji secara serius (Super, dalam Zulkaida, Kurniati, Retnaningsih, Muluk, dan Firameutia, 2007). Tahun – tahun sekolah lanjutan dan perguruan tinggi ini sendiri merupakan suatu masa dimana para siswa/mahasiswa mengumpulkan informasi mengenai kekurangan dan kelebihan diri mereka, dan juga informasi dunia kerja yang mereka pilih. Tahap eksplorasi ini dibagi menjadi 3 sub tahap, yaitu: 1) Tentative ( 15 – 17 tahun), pada tahap ini individu berupaya mencari kejelasan tentang apa yang ingin dikerjakan. Mereka mulai merealisasikan kemampuannya, minat – minat, dan nilai yang dimiliki. 2) Transition (18 – 21/22 tahun), pada tahap ini individu harus lebih spesifik dalam memilih pekerjaan. 3) Trial – little Commitment (22 – 24/25tahun), pada tahap ini individu membuat perencanaan lebih matang untuk mencapai karirnya. Mereka mulai menghubungi dan mencari informasi kepada orang – orang yang bisa menolongnya mendapatkan pekerjaan yang diminati. c) Pembentukan ( 25 – 44 tahun) Pada tahap ini individu mulai memasuki dunia kerja yang sesuai dengan dirinya dan bekerja keras untuk mempertahankan karir atau pekerjaannya. Terdapat dua sub tahap pada tahap ini, antara lain: 1) Sub tahap percobaan dengan komitmen ( 25 – 30 tahun) Tugas pada tahap ini adalah menstabilkan pilihan pekerjaan. Individu merasa nyaman dengan pekerjaannya sehingga bekerja keras untuk mempertahankan pekerjaan yang dimiliki. 2) Sub tahap stabilisasi ( 31 – 44 tahun)
11 Pada tahap ini pekerjaan individu sudah stabil. Tugas perkembangan pada tahap ini adalah menetapkan pekerjaan agar memperoleh keamanan dan kenyamanan sehingga dapat meningkatkan kinerja dan menunjukkan perilaku yang positif serta produktif pada rekan kerja. d) Pemeliharaan ( 45 – 64 tahun) Pada tahap ini individu telah menetapkan pilihan pada satu bidang, fokus mempertahankan posisi dengan menambah wawasan agar tidak tersaingi oleh rekan yang lebih muda. Tugas perkembangan yang harus dipenuhi, yaitu holding, updating, dan innovating. e) Penolakan ( lebih dari 65 tahun Pada tahap ini individu mulai mempertimbangkan tahap pra – pensiun, hasil kerja, dan akhirnya pensiun. Terdapat dua sub tahap, yaitu: 1) Sub tahap decelaration ( 65 – 70 tahun) Tugas perkembangan pada sub tahap ini adalah mengurangi tingkat pekerjaan dan mulai merencanakan pensiun. 2) Sub tahap retirement ( lebih dari 71 tahun) Pada tahap ini individu pada akhirnya mulai menarik diri dari lingkungan kerja
12
2.1.2 Dimensi Kematangan Karir Menurut Career Development Inventory yang dikembangkan oleh Super (dalam Hami, Hinduan, dan Sulastiana, 2007) terdapat empat dimensi yang mengukur kematangan karir, yaitu: -
Career Planning Skala ini mengukur seberapa banyak pemikiran individu yang diberikan dalam mencari informasi dan seberapa banyak mereka merasa mengetahui tentang berbagai aspek kerja. Seperti mencari informasi karir, berbicara dengan orang dewasa mengenai rencana – rencana, mengambil kursus – kursus, ikut ekstrakulikuler dan memperoleh pendidikan atau pelatihan untuk suatu pekerjaan. Selain itu, konsep ini berhubungan dengan kondisi pekerjaan, syarat pendidikan, pandangan pekerjaan, pendekatan – pendekatan lain untuuk masuk ke dalam pekerjaan dan kesempatan-kesempatan untuk maju. Perencaan karir menunjukan pada seberapa besar seorang siswa merasakan bahwa dia mengetahui tentang aktivitas-aktivitas ini (termasuk tentang apa yang dipikirkan oleh siswa tersebut), bukan seberapa besar yang benar-benar dia ketahui.
-
Career Exploration Merupakan suatu keinginan untuk mencari informasi karir dengan menggunakan sumber daya atau media yang ada seperti orang tua, guru, orang dewasa yang memiliki karir seperti yang diinginkan, buku, artikel, dan film. Eksplorasi karir menggambarkan penggunaan sumber daya untuk mencari tahu informasi karir.
13
-
Decision Making Kemampuan siswa menggunakan pengetahuan dan pemikirannya untuk membuat rencana karir. Konsep ini didasari pada tuntutan siswa untuk membuat keputusan karir.
-
World of Work Information Dimensi ini terdiri atas dua komponen, pertama terkait dengan tugas perkembangan, seperti kapan seseorang harus mencari tahu tentang minat dan kemampuannya, bagaimana cara orang lain melakukan pekerjaannya, dan kenapa seseorang berganti pekerjaan. Kedua mengetahui tugas – tugas dalam suatu jabatan dan perilaku – perilaku dalam bekerja.
2.1.3 Faktor – faktor yang Mempengaruhi Perkembangan Karir Remaja Menurut Piaget (dalam Sharf, 2006) secara perlahan proses perkembangan kemampuan dalam memecahkan masalah dan merencanakan dimulai saat remaja. Sejak awal memasuki SMP, remaja butuh untuk memilih apa yang mereka mau “vocational track” atau “college track”. Kemampuan untuk menentukan pilihan seperti itu seringkali berubah – ubah pada saat remaja. Teori – teori karir telah mempelajari aspek – aspek dari perkembangan remaja yang berkaitan dengan proses pemilihan karir, seperti minat, kapasitas, dan nilai – nilai.
2.2 Motivasi Belajar Sartain (dalam Ngalim, 2002) mengatakan motivasi adalah suatu pernyataan yang kompleks yang mengarahkan tingkah laku terhadap tujuan atau perangsang. Sedangkan menurut Sardiman (2011) motivasi adalah serangkaian usaha untuk
14 menyediakan kondisi – kondisi tertentu, sehingga seseorang mau dan ingin melakukan sesuatu. Soemanto (dalam Najah, 2007) menjelaskan motivasi adalah faktor psikis yang bersifat non intelektual yang berperan dalam menimbulkan gairah serta semangat belajar.
Dalam kegiatan belajar, motivasi belajar dapat dikatakan sebagai penggerak di dalam diri siswa yang menimbulkan kegiatan belajar, menjamin kelangsungan dari kegiatan belajar, dan memberikan arahan pada kegiatan belajar (Mustaqim, 2008). Menurut Winkel (2007) motivasi belajar adalah keseluruhan daya penggerak psikis yang ada di diri siswa yang menimbulkan kegiatan belajar dan memberikan arah pada kegiatan belajar demi mencapai suatu tujuan. Motivasi belajar menurut Alderfer (dalam Nashar, 2004) adalah kegiatan belajar yang dilakukan oleh siswa untuk mencapai prestasi atau hasil belajar sebaik mungkin. Dengan demikian motivasi dalam proses pembelajaran sangat dibutuhkan untuk terjadinya percepatan dalam mencapai tujuan pendidikan dan pembelajaran secara khusus (Sardiman, 2011). Hudgins (1983) berpendapat bahwa individu yang memiliki motivasi belajar tinggi akan berusaha sekeras mungkin dalam mencapai tujuan, cita – cita, yakin akan berhasil menyelesaikan setiap masalah dalam belajar dan mempunyai respon yang positif untuk mencapai hal yang diinginkan.
2.1.1. Aspek-Aspek Motivasi Belajar Menurut Frandsen (dalam Suryabrata, 2012), ada beberapa aspek memotivasi belajar seseorang, yaitu: -
Adanya sifat ingin tahu dan ingin menyelidiki dunia yang lebih luas.
yang
15 Sifat ingin tahu mendorong seseorang untuk belajar, karena setelah mereka mengetahui segala hal yang sebelumnya tidak diketahui maka akan menimbulkan rasa puas terhadap dirinya sendiri -
Adanya sifat yang kreatif yang ada pada manusia dan keinginan untuk selalu maju. Manusia tidak pernah berhenti menciptakan sesuatu yang baru karena adanya dorongan untuk lebih maju dan menjadi lebih baik dalam hidupnya.
-
Adanya keinginan untuk
mendapatkan simpati dari orang tua, guru dan
teman-teman. Jika seseorang mendapatkan hasil yang baik dalam belajar, maka orang-orang disekitarnya akan memberikan penghargaan berupa pujian, hadiah dan bentuk-bentuk rasa simpati yang lain. -
Adanya keinginan untuk memperbaiki kegagalan yang lalu dengan usaha yang baru baik dengan kooperasi atau kompetisi. Kegagalan dapat menjadikan seseorang merasa kecewa dan depresi atau sebaliknya membuat seseorang memiliki motivasi baru agar berusaha lebih baik lagi.
-
Adanya keinginan untuk mendapatkan rasa aman bila menguasai pelajaran. Apabila seseorang menguasai pelajaran dengan baik, maka orang tersebut tidak merasa khawatir jika mendapat pertanyaan dari guru, menghadapi ujian, dan lain – lain karena yakin dapat menghadapinya dengan baik. Hal inilah yang dapat menimbulkan rasa aman.
-
Adanya pemberian hadiah atau hukuman sebagai akhir dari belajar.
16 Perbuatan yang dilakukan dengan baik akan mendapatkan ganjaran yang baik, dan sebaliknya, bila dilakukan kurang sungguh-sungguh maka hasilnya pun kurang baik mungkin berupa hukuman. 2.1.2 Faktor – faktor yang Mempengaruhi Motivasi Belajar Menurut Reid (2007) idealnya motivasi haruslah intrinsik, yakni pembelajar memiliki
motivasi
diri.
Namun
penting
pula
ekstrinsik
(penghargaan)
dipertimbangkan dalam merencanakan pembelajaran untuk memotivasi siswa. faktor – faktor yang dapat mempengaruhi belajar siswa diantaranya: 1. Motivasi karena tugas Siswa yang memiliki pengalaman kegagalan berulang kali , akan berkurang motivasinya dan sama sekali tidak ingin belajar materi baru dengan cara apapun. Perhatian yang diberikan ketika menyusun tugas dapat meyakinkan siswa dan hal ini dapat memotivasi siswa dalam mendapat hasil yang baik. 2. Motivasi karena penghargaan Penghargaan biasanya diberikan kepada siswa yang mendapatkan hasil belajar yang baik, namun sebaiknya digunakan dalam jangka pendek saja. 3. Motivasi sosial – pengaruh kelompok teman sebaya Dinamika kelompok bisa menjadi positif atau negatif dan penting untuk meyakinkan bahwa komposisi kelompok menguntungkan bagi semuanya. Kelompok yang termotivasi dapat mengumpulkan sumber daya semua anggota kelompok dan kelompok ini dapat menjadi kekuatan motivasi yang kuat. 4. Motivasi karena umpan balik
17 Dengan memberikan umpan balik (feedback) kepada siswa dapat meyakinkan bahwa mereka berada pada jalan yang tepat. Umpan balik yang diberikan harus positif dan dibingkai dalam cara yg positif. 5. Motivasi karena pencapaian prestasi Pencapaian prestasi tidak selalu berupa pencapaian sasaran yang ditetapkan oleh guru. Namun pencapaian prestasi bergantung pada siswa dan kesiapannya dalam menyelesaikan tugas. 6. Lingkungan yang memotivasi Lingkungan sangat berpotensi memberikan dampak besar pada siswa, namun preferensi terhadap lingkungan sangat individual dan bergantung dari gaya belajar seseorang. Penting bagi siswa untuk menemukan lingkungan belajar terbaiknya. 7. Sekolah yang memberi motivasi Motivasi siswa merupakan tanggung jawab seluruh unsur sekolah dan manajemen sekolah. Penting pula motivasi terlihat dalam semua aspek sekolah dan tidak hanya dalam pencapaian prestasi, seperti ruang kelas yang menyediakan berbagai sarana yang mendukung motivasi anak, dan lainnya Reid (2007) juga mengatakan ada beberapa hal yang bisa dilakukan untuk membangun strategi motivasi belajar, antara lain: -
Memastikan bahwa tugas berkaitan dengan minat dan usia Menggunakan materi yang sesuai dengan usia pembelajaran sangat penting agar dapat mengembangkan motivasi. Selain itu, sekarag ini banyak juga penerbit yang menyediakan materi sesuai dengan minat dan ketertarikan siswa.
18 -
Memfokuskan pada tugas dan kurikulum Tugas dan sasaran kurikulum harus direvisi, hal ini dilakukan untuk mencegah tanggung jawab ada ditangan pembelajar dan konsekuensi yang dapat menekankan kesulitan siswa.
-
Memastikan pelajarannya bermakna Penting untuk mengecek level pemahaman dan pengetahuan konsep kunci pelajaran. Jika level konsep pemahaman sesuai dengan siswa, maka pelajaran akan bermakna.
-
Penilaian diri Siswa harus didorong untuk menilai kemajuan mereka sendiri dalam belajar sehingga dorongan ini bisa menjadi motivator. Penilaian diri ini dapat mendorong pemikiran diri secara mendalam yang kemudian membantu keterampilan berpikir tingkat tinggi.
-
Mendukung pilihan siswa Dengan mendukung pilihan siswa, hal ini dapat membantu siswa memupuk kemandirian dan tanggung jawab.
-
Mendorong evaluasi diri Dengan melakukan evaluasi diri, siswa menjadi tahu sudah sejauh mana target yang mereka capai dan kekurangan apa saja yang harus diperbaiki sehingga memacu siswa untuk menjadi lebih baik lagi dalam hal sikap maupun prestasi.
2.3 Kerangka Berpikir Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) merupakan salah satu lembaga pendidikan yang ada di Indonesia. Lembaga pendidikan ini setara dengan Sekolah
19 Menengah Akhir, namun pada siswa SMK para siswa lebih dipersiapkan untuk memasuki dunia kerja setelah lulus. Para siswa SMK dibekali berbagai macam ilmu dan keterampilan yang dapat membantu mereka di dunia kerja. Tujuan SMK sebagaimana ditegaskan dalam pasal 15 UU SISDIKNAS merupakan pendidikan menengah yang mempersiapkan peserta didik terutama untuk bekerja dalam bidang tertentu. Diharapkan nantinya siswa lulusan SMK dapat bekerja sesuai di bidang yang mereka minati.
Salah satu SMK yang berperan serta dalam mendidik dan mempersiapkan peserta didik agar mampu bekerja sesuai bidang yang diminati adalah SMK Ki Hajar Dewantoro di Tangerang. Hampir 80% lulusan dari SMK Ki Hajar Dewantoro langsung bekerja setelah lulus SMK. Hal ini salah satunya didukung oleh kematangan karir siswa SMK tersebut. Kematangan karir menurut Super (dalam Sharf, 2006) adalah kemampuan seseorang dalam menentukan sendiri pekerjaan yang sesuai dengan minat dan kemampuan, pilihan yang realistik dan konsisten. Siswa SMK yang kisaran usianya antara 15 – 18 tahun menurut Super (dalam Sharf, 2006) sedang berada pada tahap explorasi, dimana mereka mulai melakukan pencarian tentang pekerjaan yang sesuai dengan dirinya, tugas apa yang akan mereka hadapi saat bekerja nanti, tanggung jawab seperti apa yang harus mereka lakukan, dan juga keahlian seperti apa yang harus mereka kuasai untuk menunjang performa kerja mereka. Faktor yang mempengaruhi perkembangan karir ini sendiri di antaranya adalah minat, kapasitas, dan nilai – nilai. Selain itu, kematangan karir dapat diukur dengan Career Development Inventory yang dimensinya terdiri dari career planning, career exploration, decision making, dan work of world information.
20 Anak SMK yang pada umumnya memang sudah dipersiapkan agar dapat langsung bekerja setelah lulus nanti, diharapkan sudah mengenali diri mereka, tahu akan minat, kapasitas, dan nilai – nilai diri mereka. Sehingga mereka bisa memastikan sendiri sudahkah mereka mampu untuk menentukan pilihan pekerjaan mereka. Siswa yang sudah memiliki tujuan atau keinginan ingin menjadi apa atau bekerja sebagai apa di masa depannya nanti, secara otomatis mereka akan termotivasi dalam belajar untuk memenuhi standar pekerjaan yang mereka minati dan ingin mereka tekuni setelah lulus. Motivasi belajar menurut Seomanto (dalam Najah, 2007) adalah faktor psikis yang bersifat non intelektual yang berperan dalam menimbulkan gairah serta semangat belajar. Dengan mengetahui keahlian apa saja yang akan menunjang pekerjaan mereka nanti dan tugas seperti apa yang akan mereka tanggung, maka siswa akan belajar dengan giat guna memenuhi syarat – syarat tersebut. Berdasarkan hal ini, peneliti menduga adanya hubungan antara kematangan karir dengan motivasi belajar pada siswa SMK Ki Hajar Dewantoro. Selain itu, faktor - faktor dapat mengukur motivasi belajar adalah adanya sifat ingin tahu dan ingin menyelidiki dunia yang lebih luas, adanya sifat yang kreatif yang ada pada manusia dan keinginan untuk selalu maju, adanya keinginan untuk mendapatkan simpati dari orang tua, guru dan teman-teman, adanya keinginan untuk memperbaiki kegagalan yang lalu dengan usaha yang baru baik dengan kooperasi atau kompetisi, adanya keinginan untuk mendapatkan rasa aman bila menguasai pelajaran, adanya pemberian hadiah atau hukuman sebagai akhir dari belajar.
21
Faktor – faktor pengembangan karir: - Minat - Kapasitas - Nilai - nilai
Faktor – faktor motivasi belajar, adalah motivasi karena tugas, motivasi karena penghargaan, motivasi sosial dan pengaruh teman sebaya, motivasi karena feedback, motivasi karena pencapaian prestasi, lingkungan dan sekilah yang memotivasi
Kematangan karir
Motivasi belajar 1. Career planning 2. Career exploration 3. Decision making 4. World of work information
1. Adanya sifat ingin tahu dan ingin menyelidiki dunia 2. Adanya sifat yang kreatif 3. keinginan untuk mendapatkan simpati dari orang 4. Adanya keinginan untuk memperbaiki kegagalan 5. Adanya keinginan untuk mendapatkan rasa aman bila menguasai pelajaran. 6. Adanya hadiah atau hukuman
Gambar 2.1 Kerangka Berpikir