BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Perilaku Perilaku manusia merupakan hasil dari pada segala macam pengalaman serta interaksi manusia dengan lingkungannya yang terwujud dalam bentuk pengetahuan, sikap dan tindakan. Perilaku merupakan respons/reaksi seorang individu terhadap stimulus yang berasal dari luar maupun dari dalam dirinya, (Sarwono, 2007. Perilaku adalah suatu reaksi psikis seseorang terhadap lingkungannya. Dari batasan ini dapat diuraikan lagi bahwa reaksi manusia dapat berbentuk macammacam yang pada hakekatnya digolongkan menjadi dua yakni dalam bentuk pasif (tanpa tindakan nyata atau abstrak) dan dalam bentuk aktif (dengan tindakan konkrit). Pada dasarnya perilaku dapat diamati melalui sikap dan tindakan juga dalam sikap potensial yakni dalam bentuk pengetahuan, motivasi dan persepsi (Notoatmodjo, 2003). Perilaku manusia merupakan hasil daripada segala macam pengalaman serta interaksi manusia dengan lingkungannya yang terwujud dalam bentuk pengetahuan, sikap dan tindakan (Sarwono, 2004). Umumnya perilaku dapat diramalkan jika kita tahu bagaimana orang menangkap (mempersiapkan) situasi dan apa yang penting baginya. Sementara perilaku mungkin tidak tampak rasional bagi orang luar, ada alasan untuk menyakini bahwa biasanya perilaku tersebut dimaksudkan agar rasional dan dianggap rasional
Universitas Sumatera Utara
oleh mereka. Sering seorang pengamat melihat perilaku sebagai tak rasional karena pengamat itu tidak mempunyai akses ke informasi yang sama atau tidak mempersepsikan lingkungannya dengan cara yang sama (Robbins, 2001). Skiner dalam Notoatmodjo (2003) seorang ahli psikologi, merumuskan bahwa perilaku merupakan respon atau reaksi seseorang terhadap stimulus (rangsangan dari luar). Oleh karena itu perilaku ini terjadi melalui proses adanya stimulus terhadap organisme, dan kemudian organisme tersebut merespon. Dilihat dari bentuk respons terhadap stimulus ini, maka perilaku dapat dibedakan menjadi dua : 1. Perilaku tertutup (covert behavior) Respons seorang terhadap stimulus dalam bentuk terselubung atau tertutup (covert). Respons atau reaksi terhadap stimulus ini masih terbatas pada perhatian, persepsi, pengetahuan atau kesadaran dan sikap yang terjadi pada orang yang menerima stimulus tersebut, dan belum dapat diamati secara jelas oleh orang lain. Oleh sebab itu disebut covert behavior atau unobservable behavior. 2. Perilaku terbuka (overt behavior) Respons seorang terhadap stimulus dalam bentuk tindakan nyata atau terbuka. Respons terhadap stimulus tersebut jelas dalam bentuk tindakan atau praktek (practice) yang dengan mudah dapat diamati atau dilihat oleh orang lain. Oleh sebab itu disebut overt behavior, tindakan nyata atau praktek (practice).
Universitas Sumatera Utara
2.2. Penanganan Gangguan Jiwa Masalah gangguan jiwa merupakan perubahan pada fungsi jiwa yang menyebabkan adanya gangguan pada fungsi jiwa, yang menimbulkan penderitan pada individu dan atau hambatan dalam melaksanakan peran sosial (Depkes, 2003). Istilahistilah perilaku abnormal, perilaku maladaptive, gangguan mental, psikopatologi, gangguan emosional, gangguan kejiwaan, gangguan perilaku. Gangguan mental dan ketidakwarasan sering dipakai bergantian dan secara umum menunjuk pada gejala yang sama. Gangguan mental menunjuk pada semua bentuk perilaku abnormal mulai dari yang ringan sampai dengan yang melumpuhkan (Badran, 2005). Gangguan jiwa adalah suatu kondisi kesehatan yang ditandai dengan adanya perubahan dalam berfikir, suasana hati, atau perilaku (atau gabungan darinya) yang berkaitan dengan distress dan/atau kerusakan fungsi. Sedangkan kesakitan jiwa merupakan suatu istilah yang secara umum mengacu pada setiap gangguan jiwa yang terdiagnosis. Penderita kesakitan jiwa mengalami gangguan organik atau metabolik (biokimia) yang menghambat mereka untuk berfungsi secara efektif dan bahagia di dalam masyarakat (McKenzie dkk,2007). Menurut Maramis (2007), gangguan mental, disebut juga gangguan mental, atau gangguan jiwa, adalah gangguan yang mengenai satu atau lebih fungsi mental. Gangguan mental adalah gangguan otak yang ditandai oleh terganggunya emosi, proses berpikir, perilaku dan persepsi (penangkapan panca indera). Penyakit mental ini menimbulkan sress dan penderitaan bagi penderita (dan keluarganya). Gangguan
Universitas Sumatera Utara
mental pada mengenai setiap orang, tanpa mengenai umur, ras, agama, maupun staus sosiap-ekonomi. Penyakit mental bukan disebabkan oleh kelemahan pribadi. Untuk dapat memahamki lebih baik terhadap bagaimana dikatakan gangguan jiwa, maka ada baiknya untuk memahami bagaimana sebenarnya dikatakan seseorang yang sehat jiwa. Kesehatan Jiwa adalah suatu kondisi yang memungkinkan perkembangan fisik, intelektual dan emosional yang optimal dari seseorang dan perkembangan itu berjalan selaras dengan keadaan orang lain. Makna kesehatan jiwa mempunyai sifat-sifat yang harmonis (serasi) dan memperahtinkan semua segi-segi dalam kehidupan manusia dan dalam hubungannya dengan manusia lain. Jadi dapat disimpulkan bahwa keshatan jiwa adalah bagian integral dari kesehatan dan merupakan kondisi yang memungkinkan perkembangan fisik, mental dan sosial individu secara optimal dan yang selaras dengan perkembangan orang lain.
2.3. Penggolongan Penggolongan gangguan jiwa, berdasarkan International Classification of Diseases (IcD-X0 antara lain : 1. Gangguna mental organik 2. gangguan mental dan perilaku akibat gangguan mental simptomatik 3. Skizofrenia 4. Gangguan suasana perasaan seperti depresi, mania. 5. Ansietas (kecemasan) 6. Gangguan makan, gangguan tidur, disfungsi seksual
Universitas Sumatera Utara
7. Gangguan keperibadian dan perilaku masa dewasa 8. Retardasi mental 9. Gangguan brevaza, gangguan membaca, gangguan berhitung, autisme masa kayak 10. Gangguan hiperkinetik, gangguan tingkah laku (Depkes, 2003) Pedoman diagnostic dari PPDGJ-III disusun berdasarkan atas jumlah dan keseimbangan gejala-gejala yang biasnya ditemtukan pada kebanyakann kasus untuk dapat menegakkan statu diagnosis pasti. Gangguan mental organik adalah gangguan mental yang berkaitan dengan penyakit / ganguan sistematik atau otak yang dapat didagnostik sendiri. Gambaran utama gangguan mental organik adalah : 1. Gangguan fungsi kognitif, misalnya memori, daya piker, daya relajar. 2. Gangguan sensorium, misalnya gangguan kesadaran dan perhatian. 3. Sindrom dengan manifestasi yang menonjol dalam bidang persepsi, isi pikiran dan Susana perasaan dan emosi (Maslim, 2003) Gangguan mental dan perilaku akibat penggunaan zat merupakan gangguan yang bervariasi luas dan berbeda keparahannya (dari intoksisasi tanpa komplikasi dan penggunaan yang merugikan sampai ganguan psikotik yang jelas dan demensi, tetapi semua itu diakibatkan olah karena penggunan satu atau lebih zat psikoaktif. Skizofrenia adalah sekelompok gangguan psikotik dengan gangguan ndasar pada kepribadian, distorsi khas proses pikir, Madang-kadnag mempunyai perasaan bahwa dirinya sedang dikendalikan oleh kekuatan dari luar dirinya, ganguan persepsi,
Universitas Sumatera Utara
afek abnormal yang terpadu dengan situasi nyata atau sebenarnya dan autismo (Mansjoer, 2001). Belait (2006) mengemukakan skizofrenia adalah suatu gangguan jira berat yang ditandai dengan penurunan atau ketidakmampuan berkomunikasi, gangguan realitas (halusinasi atau waham), afek yang tidak wajar atau tumpul, gangguan kognitif (tidak mampu berpikir abstrae) serta mengalami kesukaran melakukan aktivitas sehari-hari. Gangguan suasana perasaan merupakan kelainan fundamental dari kelompok gangguan yang dialami diantaranya perubahan suasana perasaan (mood) atau afek, biasanya kearah depresi (dengan atau tanpa adanya anxietas yang menyertainya) atau kearah elasi (suasana perasaan yang meningkat) Gangguan neurotic, gangguan somatofrom dan gangguan terkait stress, dikelompokkan menjadi satu dengan alasan bahwa dalam sejarahnya ada hubungan dengan perkembangan konsep neurorsis dan berbagai kemungkinan penyebab psikologis. Ganggguan ansietas lainnya adalah sebagai berikut : 1. Manifestasi ansietas merupakan gejala utama dan tidak terbatas pada situasi lingkungan tetentu saja. 2. Dapat disertai gejala-gejala depresi dan obsesif, bahkan juga beberapa unsur dari ansietes fobia, asal saja jela bersifat sekunder atau ringan (Maslim, 2003) Gangguan disosiasit fdengan gejala utama adanya kehilangan (sebagian atau seluruh) dari integrasi normal (dibawah kendali kesadaran) antara lain :
Universitas Sumatera Utara
a. Ingatan masa lalu b. Kesadaran identitias dan pengindraan segera c. Kontrol terhadap gerakan tubuh Gangguan somatoform memiliki ciri utama yakni adanya keluhan gejala fisik yagn berulang-ulang disertai dengan permintaan pemeriksaan medik. Menurut Suliswati (2005), gangguan jiwa dapat disebabkan oleh berbagai faktor sebagai berikut: 1. Suasana rumah, (antara lain sering bertengkar, salah pengertian di antara anggota keluarga, kurang kebahagiaan dan kepercayaan di antara anggota keluarga). Sehingga dapat menimbulkan efek yang tidak diinginkan pada pada seorang individu. 2. Pengalaman masa kanak-kanak. Kasih sayang yang cukup, bimbingan yang sesuai, memberikan semangat dan disiplin merupakan hal yang penting untuk pertumbuhan yang sehat dari seseorang. Bila tidak memadai dan terdapat pengalaman yang tidak menyenangkan secara berulang pada masa kanak, dapat menyebabkan gangguan jiwa pada kehidupan dewasa. 3. Faktor
keturunan.
Pada
beberapa
kasus
gangguan
jiwa,
kemungkinan
didapatkannya anggota keluarga yang menderita penyakit yang sama. Pada kasus gangguan jiwa yang lain, tidak ditemukan seorang pun dalam keluarganya dengan gangguan yang serupa. Kecenderungan untuk berkembangnya suatu gangguan jiwa dapat diturunkan pada seorang individu, tetapi apakah orang tersebut akan sakit bergantung pada faktor lain yang mempengaruhinya.
Universitas Sumatera Utara
4. Perubahan dalam otak. Setiap
perubahan dalam struktur/fungsi otak
dapat
menyebabkan gangguan jiwa. Perubahan biokimiawi pada sel-sel adalah penyebab yang umum pada gangguan psikotik. 5. Faktor lain. Bila seorang individu tidak mendapat kesempatan yang cukup untuk hidup sebagai anggota masyarakat yang diterima, dihargai, kemiskinan, pengganguran, ketidakadilan, ketidakamanan, persaingan yang berat, diskriminasi sosial dapat menimbulkan gangguan jiwa. Adapun ciri-ciri gangguan jiwa (Suliswati dkk, 2005), meliputi: 1. Perubahan yang berulang dalam pikiran, daya ingat, persepsi yang bermanifestasi sebagai kelainan bicara dan perilaku. 2. Perubahan ini menyebabkan tekanan batin dan penderitaan pada individu dan orang lain dilingkungannya. 3. Perubahan perilaku, akibat dari penderitaan ini menyebabkan gangguan dalam kegiatan sehari-hari, efisiensi kerja dan hubungan dengan orang lain. Dalam pemberian pelayanan terhadap pasien gangguan jiwa, tujuan pengobatan gangguan jiwa adalah (1) mengurangi gejala, (2) memperbaiki fungsi sosial dan personal, (3) mengembangkan dan menguatkan dan memperkuat ketrampilan penyesuaian diri, (4) meningkatkan perilaku yang membuat hidup seseorang lebih baik (McKenzie,dkk,2007). Menurut Hawari (2001) untuk pengobatan penderita gangguan jiwa telah dikembangkan terapi yang komprehensif dan holistik, yang meliputi terapi dengan obat-obatan (psikofarmaka), psikoterapi, terapi sosial dan terapi psikoreligius.
Universitas Sumatera Utara
Keluarga adalah merupakan kelompok primer yang paling penting dalam masyarakat. Keluarga merupakan sebuah group yang terbentuk dari penghubungan laki-laki dan perempuan. Penghubungan tersebut sedikit banyak berlangsung lama untuk menciptakan dan membesarkan anak-anak. Jadi keluarga dalam bentuk yang murni merupakan satu kesatuan sosial yang terdiri dari suami, istri dan anak-anak yang belum dewasa. Satuan ini mempunyai sifat-sifat tertentu yang sama dimana saja dalam satuan masyarakat manusia (Ahmadi, 1999). Keluarga memiliki peranan yang sangat penting dalam upaya mengembangkan kesehatan mental anak. Perawatan orang tua yang penuh kasih sayang dan pendidikan tentang nilai-nilai kehidupan, baik agama maupun sosial budaya, yang diberikannya merupakan faktor yang kondusif untuk mempersiapkan anak menjadi pribadi dan anggota masyarakat yang sehat. Agama memberikan petunjuk tentang tugas dan fungsi orang tua dalam merawat dan mendidik anak, agar dalam hidupnya berada dalam jalan yang benar, sehingga terhindar dari malapetaka kehidupan, baik di dunia ini maupun di akhirat kelak (kandungan Alquran, Surat Attahrim:6). Rasulullah saw. dalam salah satu hadisnya bersabda, "Setiap anak dilahirkan dalam keadaan fitrah (tauhiidulllah), karena orang tuanyalah anak itu menjadi Yahudi, Nasrani, atau Majusi" (H.R. Bukhari & Muslim, dalam Panitia Mudzakarah Ulama, 1988) (Yusuf, 2005). Tingkat ekonomi yang baik memungkinkan anggota keluarga untuk memperoleh kebutuhan yang lebih misalnya di bidang pendidikan, kesehatan, pengembangan karir dan sebagainya. Demikian juga sebaliknya jika ekonomi lemah
Universitas Sumatera Utara
maka menjadi hambatan dalam pemenuhan kebutuhan-kebutuhan tersebut. Keadaan sosial ekonomi (kemiskinan, orang tua yang bekerja atau penghasilan rendah) yang memegang peranan penting dalam meningkatkan status kesehatan keluarga. Jenis pekerjaan orang tua erat kaitannya dengan tingkat penghasilan dan lingkungan kerja, dimana bila penghasilan tinggi maka pemanfaatan pelayanan kesehatan dan pencegahan penyakit juga meningkat, dibandingkan dengan penghasilan rendah akan berdampak
pada
kurangnya
pemanfaatan
pelayanan
kesehatan
dalam
hal
pemeliharaan kesehatan karena daya beli obat maupun biaya transportasi dalam mengunjungi pusat pelayanan kesehatan.(Zacler, dalam Notoatmodjo, 1997). Pendapatan merupakan ukuran yang sering digunakan untuk melihat kondisi status sosial ekonomi pada suatu kelompok masyarakat. Semakin baik kondisi ekonomi masyarakat semakin tinggi persentase yang menggunakan jasa kesehatan. Data Survey Kesehatan Nasional tahun (1992), memperlihatkan rata-rata penggunaan pelayanan kesehatan berhubungan dengan meningkatnya pendapatan, baik pada pria maupun wanita, oleh karena itu status sosial ekonomi berhubungan dengan kondisi seseorang, keluarga dan masyarakat (Depkes RI, 2000).
Universitas Sumatera Utara