14
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Nyeri Punggung Bawah Nyeri punggung bawah adalah nyeri yang dirasakan daerah punggung bawah, dapat merupakan nyeri lokal maupun nyeri radikular atau keduanya. Nyeri punggung bawah (NPB) sering juga disebut, nyeri pinggang, boyok, merupakan keluhan yang sering dijumpai (Mahadewa dan Maliawan, 2009). Nyeri punggung bawah terasa diantara sudut iga terbawah dan lipatan bokong bawah yaitu di daerah lumbal atau lumbo-sakral dan sering disertai dengan penjalaran nyeri kearah tungkai dan kaki. Nyeri yang berasal dari punggung bawah dapat dirujuk ke daerah lain atau sebaliknya nyeri yang berasal dari daerah lain dirasakan di daerah punggung bawah. Sebagian besar orang adakalanya menderita nyeri punggung bawah meski tidak parah, biasanya ada rasa tidak enak dan kaku disebabkan oleh tekanan mekanis atau kerusakan dipunggung. Sikap tubuh yang buruk, cara mengangkat yang tidak benar, otot perut (abdomen) yang tidak berkembang, kegemukan (obesitas) dan tekanan yang berlebihan atau cedera bisa menjadi sebagian penyebab nyeri punggung bawah. Nyeri punggung bawah bisa terjadi pada setiap orang, perlu untuk diketahui bahwa tulang belakang terbentuk dari banyak struktur berbeda, termasuk tulang, cakram sendi, persendian, urat otot, saraf, pembuluh darah, dan jaringan lain. Semua
14
15
bagian tulang belakang tersebut dapat terpengaruh oleh kerusakan mekanis yang menyebabkan nyeri punggung bawah. Nyeri punggung bawah dapat bersifat menahun (kronis), mendadak (akut), mendadak berulang, atau kombinasi ketiganya. Sebagian besar nyeri punggung bawah dapat hilang sendiri dan akan sembuh dalam enam minggu dengan tirah baring, pengurangan stres dan relaksasi. Nyeri lebih sering muncul perlahan tanpa ada riwayat terjadi cedera. Nyeri punggung secara khas muncul saat seseorang duduk atau berdiri selama beberapa waktu, saat mengangkat atau menarik, atau saat mengambil posisi tertentu yang tidak lazim pada saat bekerja, misalnya membungkukkan badan dan berjongkok saat mengelas. 2.1.1. Kolumna Vertebralis Punggung atau tulang belakang dikenal secara medis sebagai kolumna vertebralis. Tugasnya adalah menyangga seluruh tubuh, mampu menekuk dan memutar ke semua arah, dan juga melindungi saraf yang melintasinya (Jayson, 2003). Punggung manusia terdiri atas rangkaian tulang yang dikenal sebagai ruas tulang belakang, yang membentuk susunan tulang belakang. Ada 7 ruas tulang leher membentuk daerah tangkuk, 12 ruas tulang punggung pada bagian atas dan tengah punggung, dan 5 ruas tulang pinggang pada bagian punggung paling bawah. Ruas yang
ke-5
dikenal
sebagai
L5
membentuk
sendi
dengan
sakrum
yang
menghubungkan atau tulang ekor. Sakrum terdiri dari beberapa ruas tulang belakang yang saling berhubungan. Sakrum menyatu pada bagian tepi panggul, yakni lingkaran tulang yang menyangga tubuh dan sebaliknya disangga oleh pinggul.
16
Gambar 2.1 Kolumna Vertebralis Tulang belakang terbentuk oleh unit-unit fungsional antara lain: 1. Segmen Anterior Bagian ini terutama berfungsi sebagai penyangga beban, dibentuk oleh korpus vertebra yang dihubungkan satu dengan lainnya oleh diskus intervertebra. Struktur ini masih diperkuat oleh ligamen longitudinal posterior dibagian belakang dan ligamen longitudinal anterior dibagian depan. Ligamen longitudinal posterior mempunyai arti penting dalam patofisiologi penyakit. Sejak dari oksiput ligamen ini menutup seluruh permukaan belakang diskus. Mulai L1 ligamen ini menyempit, hingga pada daerah L5-S1. Dengan demikian pada daerah ini terdapat daerah lemah,
17
yakni bagian postero lateral kanan dan kiri diskus, daerah tak terlindungi oleh ligamen longitudinal posterior. 2. Segmen Posterior Bagian ini dibentuk oleh arkus, prosesus transversus dan prosesus spinosus. Bagian yang satu dengan lainnya dihubungkan oleh sepasang artikulasi dan diperkuat oleh ligamen serta otot. Ditinjau dari sudut kinetika tubuh (diluar kepala dan leher) maka akan tampak bahwa gerakan yang paling banyak dilakukan oleh tubuh ialah fleksi, kemudian disusul oleh ekstensi. Dalam kenyataannya gerakan fleksi-ekstensi merupakan tugas persendian daerah lumbal dengan pusat sendi L5-S1. Hal ini dimungkinkan oleh bentuk dan letak bidang sendi yang sagital. Lain halnya dengan bidang sendi daerah torakal yang terletak frontal; bidang sendi ini hanya memungkinkan gerakan rotasi dan sedikit latero fleksi. Diperkirakan hampir 75% aktifitas fleksi-ekstensi tubuh ditampung oleh sendi L5-S1. Disamping itu adanya lordosis lumbal mengakibatkan kedudukan L5 terhadap S1 tidak seperti sebuah benda terletak diatas bidang horisontal, melainkan diatas bidang miring yang membentuk sudut tertentu dengan bidang horisontal. Sudut ini yang besarnya kurang lebih 300 dalam klinik dikenal sebagai sudut lumbosakral ferguson. Kenyataan ini membawa konsekuensi bahwa disamping menopang berat badan, sendi L5-S1 senantiasa dibebani oleh gaya luncur kearah depan. Makin besar sudut ferguson, makin besar gaya luncur, makin besar pula tekanan yang diderita oleh sendi lumbosakral.
18
Walaupun demikian, tidak berarti sendi lumbosakral identik dengan Titik Berat Badan (TBB). Titik berat badan hakekatnya adalah titik semu dimana seluruh berat badan terkumpul dan merupakan pusat grapitasi. TBB terletak pada bidang sagital, kira-kira 2,5 cm di depan S2. Titik ini dalam statika dan kinetika tubuh mempunyai arti penting, karena setiap perpindahan titik akan memaksa tubuh melakukan kompensasi agar kembali ke tempat semula. 2.1.2. Diskus Intervertebra Struktur lain yang tak kalah penting peranannya dalam persoalan nyeri punggung bawah adalah diskus intervertebra. Disamping berfungsi sebagai penyangga beban, diskus berfungsi pula sebagai peredam kejut. Diskus dibentuk oleh anulus fibrosus yang merupakan anyaman serat-serat fibroelastik hingga membentuk struktur mirip gentong. Tepi atas dan bawa gentong melekat pada ‘‘end plate’’ vertebra, sedemikian rupa hingga terbentuk rongga antar vertebra. Rongga ini berisi nukleus pulposus suatu bahan mukopolisakarida kental yang banyak mengandung air. Menjelang usia dekade kedua mulailah terjadi perubahan-perubahan baik menyangkut nukleus pulposus maupun anulus fibrosus. Pada beberapa tempat seratserat fibroelastik terputus, sebagian rusak, sebagian diganti jaringan ikat. Proses ini akan berlangsung secara kontinu hingga dalam anulus terbentuk rongga-rongga. Kedalam rongga-rongga ini materi nukleus akan melakukan infiltrasi. Sementara itu nukleus pulposus juga mengalami perubahan-perubahan berupa penyusutan kadar air. Jadi terciptalah suatu keadaan dimana satu pihak volum materi
19
nukleus berkurang, di pihak lain volum rongga antar vertebra bertambah. Hasilnya ialah penurunan tekanan intra diskus. 2.1.3. Cakram Antar Ruas Punggung dapat membungkuk atau memutar sebab ada bantalan atau cakram yang fleksibel di antara ruas. Setiap cakram bentuknya datar dengan inti menyerupai agar-agar dan kulit luar kuat disebut anulus. 2.1.4. Lekukan Tulang Sendi Ruas tulang belakang satu dengan lainnya dihubungkan pula oleh pasangan tulang-tulang sendi kecil yang terletaak di belakang tulang belakang, satu di setiap sisinya. Tulang ini rapuh dan mungkin membengkak, menyebabkan tekanan pada saraf. 2.1.5. Jaringan Saraf Sistem saraf mirip sebuah jaringan telepon yang membawa pesan dari otak ke berbagai bagian tubuh dan kembali lagi ke otak. Pesan-pesan turun melalui saraf membuat kontraksi otot dan mengontrol gerakan seperti berjalan. Rangsangan saraf tepi mencapai otak, sehingga akan merasakan sentuhan dan rasa sakit.
Gambar 2.2 Jaringan Saraf Yang Terjepit
20
2.1.6. Urat Saraf Tulang Belakang Urat saraf tulang belakang seperti kabel jaringan saraf yang memanjang dari otak turun ke tulang belakang di dalam saluran yang terbentuk dari ruas-ruas tulang belakang. Akar saraf menyebar dari urat saraf tulang belakang, menyusur jarak pendek dalam saluran itu sendiri dan kemudian muncul berpasangan, satu pada setiap sisi ruas tulang belakang untuk sampai ke setiap bagian tubuh. Cedera pada saraf tulang belakang memutuskan hubungan ke bagian tubuh lain. Rangsangan dapat berubah, bahkan hilang atau muncul rasa sakit dan tak dapat bergerak. Pada sebagian besar masalah punggung yang rusak adalah bagian sarafsarafnya, dan bukan urat saraf tulang belakang. Rasa sakit dapat berkembang pada punggung sebagai akibat dari cedera langsung pada persendian, urat otot, tulang sendi, dan struktur lain di dalam dan di sekitar tulang punggung. Karena saraf jaringan tulang belakang sama dengan yang terhubung dengan kaki maka rasa sakit yang dirasakan seakan-akan berasal dari kaki. 2.1.7. Etiologi Nyeri punggung bawah merupakan hal yang umum terjadi, dan penyebab yang spesifik sering tidak dapat diidentifikasi. Menurut Murtagh (2002) nyeri punggung bawah timbul akibat adanya peregangan atau laserasi pada ligamen (strain) atau peregangan yang berlebihan dari otot atau sendi (strain) atau postur yang tidak tepat. Sedangkan menurut Nasution (2005) yang mengutip pendapat Soemarmo M, menyatakan etiologi dari nyeri punggung bawah adalah:
21
1.
Kelainan bawaan: sakralisasi, lumbalisasi.
2.
Gangguan mekanis: gerakan, tarikan atau posisi yang salah baik akut maupun kronis pada otot dan ligamen.
3.
Trauma tulang punggung: fraktur kompresi, sublaksasio sendi.
4.
Radang/ inflamasi: tuberkulosa, stafilococcus, salmonella, jamur.
5.
Tumor jinak dan ganas.
6.
Gangguan metabolik seperti osteoporesis.
7.
Degenerasi: hernia nucleus pulposus (HNP), osteoartritis.
8.
Kelainan alat-alat dalam dan retroperitoneal.
9.
Kelainan psikogen.
10. Akibat kelainan sikap (postur) tubuh. 2.1.8. Pembagian Nyeri Punggung Bawah Nyeri punggung bawah terdiri atas 4 kelompok; nyeri punggung mekanik, nyeri punggung organik, nyeri punggung rujukan (referred pain) dan nyeri psikogenik. 1. Nyeri Punggung Mekanik Nyeri punggung mekanik terdiri atas: a. Nyeri Punggung Mekanik Akut Biasanya timbul bila tubuh melakukan gerakan secara mendadak, melakukan gerakan melampaui batas kemampuan sendi dan otot (range of motion) atau melakukan sesuatu untuk jangka waktu terlampau lama. Contohnya seseorang yang mendadak bergerak untuk menangkap benda yang sedang jatuh, memaksa diri
22
mendorong mobil mogok, atau berdiri dalam bus antar kota yang kebetulan penuh sesak. Pada contoh pertama dan kedua nyeri timbul akibat terjadinya regangan serabut-serabut otot dan jaringan miofasial. Mungkin desertai robekan dan perdarahan ringan. Contoh ketiga nyeri timbul akibat iskemi otot oleh penumpukan sisa-sisa metabolisme. b. Nyeri Punggung Mekanik Kronik (Menahun) Paling sering disebabkan oleh sikap tubuh yang jelek dimana seseorang berdiri dengan sikap agak membongkok ke depan, kepala menunduk, perut membuncit, dan dada kempes mendatar. Sikap tubuh yang demikian tentunya akan mendorong titik berat badan ke depan. Sebagai kompensasi agar keseimbangan tubuh tetap terjaga, punggung dan bahu harus ditarik ke arah belakang, sehingga timbul hiperlordosis lumbal. Hal ini tentunya dimungkinkan bila otot-otot paravertebra melakukan kontraksi terus menerus. Disamping itu hiperlordosis mengakibatkan pendekatan selaput sendi artikulasio posterior hingga timbul iritasi dan inflamasi, baik kontraksi otot terus-menerus maupun iritasi selaput sendi artikulasio posterior, keduanya secara potensial merupakan sumber nyeri Disamping akibat sikap tubuh yang jelek, penggeseran titik berat badan ke arah depan terlihat juga pada wanita-wanita yang gemar memakai sepatu dengan tumit tinggi. Wanita-wanita ini tidak jarang menjadi penderita nyeri punggung bawah menahun. Mekanisme yang sama mendasari timbulnya keluhan nyeri punggung bawah pada wanita hamil trimester kedua dan ketiga.
23
2. Nyeri Punggung Organik Proses patologik primer berada di tulang vertebra, diskus invertebra atau dalam kanalis spinal. Oleh karenanya nyeri punggung bawah organik dalam prakteknya dibagi atas; nyeri punggung osteogenik, nyeri punggung diskogenik. 3. Nyeri Rujukan (Referred Pain) Kelainan yang terdapat dalam rongga panggul perut dan retroperintoneal dapat memberikan rujukan nyeri ke daerah lumbosakral dan sakroiliaka, misalnya batu ginjal prostatitis, salpingitis dll. Berbagai keterangan dikemukakan mengenai mekanisme timbulnya nyeri rujukan. Salah satu teori mengatkan tentang adanya pool yang sama antara antara neuron viseral dan somatik. 4. Nyeri Psikogenik Dalam kelompok nyeri punggung psikogenik dimasukkan jenis-jenis nyeri pnggung bawah tidak jarang diciptakan untuk tujuan memperoleh keuntungan sekunder, miisalnya kompensasi cuti sakit, pindah jabatan dll.
2.2. Faktor Risiko Nyeri Punggung Bawah 2.2.1. Faktor Individu 1. Usia Terdapat kenaikan angka kejadian dan prefalensi nyeri punggung dengan bertambahnya usia yang tidak dipengaruhi kondisi kerja. Namun masalah punggung mungkin secara tidak langsung berhubungan dengan proses menua vertebra lumbal.
24
2. Jenis Kelamin Masalah punggung dilaporkan mengenai baik pria maupun wanita dalam perbandingan yang sama banyak (Nachemson, 1976; Anderson, 1979 yang dikutip oleh Jayaratnam, J. Dan Koh, 2010). Berdasarkan data kompensasi pekerja, pria dilaporkan melakukan 76% dan 80% semua klaim kompensasi punggung (Snook, 1978; Klein dkk, 1984). Secara keseluruhan, wanita lebih sedikit mengalami cidera dibandingkan pria tapi wanita cendrung mempunyai peluang yang bertambah untuk mengajukan klaim dan menjadi penagih kompensasi cidera yang mahal (Bigos, 1986b). 3. Kebugaran Jasmani Pekerja dengan kebugaran jasmani yang lemah mungkin berisiko mengalami cedera punggung. Cady dkk (1979) dalam Jayaratnam, J. Dan Koh (2010) dalam sebuah penelitian prospektif terhadap 1,652 pemadam kebakaran melaporkan frekuensi cidera yang dialami kelompok pekerja yang kurang bugar sebanyak sepuluh kali lipat lebih tinggi dibandingkan kelompok pekerja yang sebagian paling bugar. Mereka mengambil kesimpulan bahwa kebugaran jasmani dan penyesuaian berperan dalam mencegah terjadinya cidera punggung. 4. Faktor Psikososial Berbagai penelitian menunjukkan pentingnya tingkat pendidikan sebagai faktor prognostik nyeri punggung dan penyakit muskuloskeletal (Vallfors, 1985 dan Deyo, 1987 dalam Jayaratnam, J. Dan Koh, 2010). Korelasi ini kuat hanya untuk kaum pria (Deyo, 1987). Penjelasan yang diberikan mengenai hal ini adalah pria yang
25
memiliki tingkat pendidikan yang terbatas dan pekerjaan dengan bayaran yang rendah lebih mungkin melakukan pekerjaan berat atau pekerjaan yang melibatkan getaran atau beban lain terhadap tulang belakang. Dalam suatu penelitian yang dilakukan oleh Bergenudd dan Nilson (1988) dalam Jayaratnam, J. Dan Koh (2010) mengenai prevalensi nyeri punggung terhadap 575 sampel penduduk di Malmo berusia paruh baya, individu dengan nyeri punggung kurang berhasil saat melakukan tes intelegensia pada masa kanak-kanak, memiliki janga waktu pendidikan lebih pendek, dan mengerjakan pekerjaan fisik berat. Faktor psikososial lain yang ditemukan pada seseorang dengan nyeri punggung meliputi depresi, kecanduan alkohol, perceraian, ketidakpuasan melakukan pekerjaan, ketidakmampuan membangun kontak emosi, masalah keluarga, riwayat operasi punggung, dan angka Minnesota Multiphasic Personality Inventory (MMPI) tidak normal. 5. Perubahan Radiografis Tonjolan tulang traksi atau penyempitan jarak antardiskus atau keduanya antara vertebra lumbal 4 dan 5 berhubungan dengan bertambahnya angka kejadian nyeri punggung bagian bawah dan tungkai yang berat, sedangkan vertebra transisional, nodus Schmorl, dan tanda vakum diskus tidak berhubungan (Frymoyer, 1984 dalam Jayaratnam, J. Dan Koh 2010). Rowe melaporkan bahwa perubahan degeneratif diskus ditemukan pada 80% pasien yang telah kehilangan waktu kerja karena nyeri punggung dan hanya 20% kelompok kontrol yang ditemukan perubahan degeneratif pada diskus tanpa mengalami masalah punggung.
26
2.2.2. Faktor Tempat Kerja 1. Jenis Pekerjaan Bertambahnya jumlah absen karena nyeri akibat gejala punggung bagian bawah ditemukan pada pekerja dengan tuntutan fisik tinggi, pekerjaan dengan sikap badan statis dalam waktu lama, pekerjaan yang terutama membutuhkan posisi sikap badan bungkuk, dan pekerjaan mendadak tak terduga menerima beban kerja fisisk berat (Andersson, 1979 dalam Jayaratnam, J dan Koh, 2010). Pekerjaan tertentu terutama sopir truk, perawat, dan pekerjaan yang menangani material menunjukkan adanya ketidakmampuan yang tinggi. Pekerja yang bekerja pada pemerintah dan bagian finansial memiliki kemungkinan terkecil untuk terpengaruh. Ketegangan fisik yang lebih ringan tapi membosankan dan repetitif dan pekerjaan yang melibatkan getaran (mengendarai kendaran dan mengoperasikan alat bertenaga) dapat dikaitkan dengan meningkatnya pelaporan nyeri punggung. Pengangkatan berulang-ulang, pemakaian alat pelubang beton, gergaji rantai, atau mesin pengolah tanah berputar juga dilaporkan berhubungan dengan angka kejadian nyeri punggung bawah yang lebih tinggi (Frymoyer, 1987 dalam Jayaratnam, J. Dan Koh, 2010). 2. Kepuasan Kerja Pekerja yang tidak puas dengan pekerjaan sekarang, tempat bekerja, atau situasi sosial mempunyai angka kejadian nyeri punggung bawah yang tidak lebih tinggi (Magora, 1973; Bergenudd dan Nilsson, 1988). Pekerja yang menyatakan bahwa mereka nyaris tidak pernah menikmati tugas pekerjaan mereka 2,5 kali lebih
27
mungkin melaporkan cedera punggung daripada pekerja yang hampir selalu menikmati tugas pekerjaannya. Bigos, dkk (1986) dalam Jayaratnam, J. Dan Koh (2010) melaporkan satu korelasi yang menarik antara cedera punggung dan pemberian nilai pengkajian pegawai setiap enam bulan sekali. Pegawai atau pekerja dengan hasil evaluasi buruk dari atasan langsung tampak mempunyai risiko lebih besar terhadap cedera punggung dengan biaya tinggi.
2.3. Gambaran Klinis Timbulnya nyeri punggung bawah dapat terjadi mendadak atau perlahanperlahan. Rasa nyeri mendadak dapat muncul setelah mengangkat atau menarik dan sering bertambah berat rasa nyeri tersebut setelah beberapa jam.Nyeri lebih sering muncul perlahan tanpa ada riwayat terjadi cedera. Nyeri punggung secara khas muncul saat seseorang duduk atau berdiri selama beberapa waktu, saat seseorang mengangkat atau menarik, atau saat mengambil posisi tertentu yang tidak lazim pada pekerjaannya, misalnya membungkukkan badan dan berjongkok saat bekerja. Gejala berkurang atau hilang dengan istirahat. Sering ada riwayat masalah punggung bagian bawah yang hilang tumbul (Jayaratnam, J dan Koh, 2010). Nyeri punggung dapat berkaitan dengan penjalaran ke bawah pada satu atau dua tungkai. Nyeri tersebut merupakan alih yang berasal dari diskus intervetebralis atau daerah datar sendi tulang belakang atau radikular, akibat terkenanya akar saraf tulang belakang oleh diskus intervetebralis yang mengalami prolaps. Nyeri alih secara khas menjalar dari bagian belakang paha ke bagian belakang lutut sedangkan
28
gejala radikular terasa pada daerah dermatom akar saraf yang terkena, menjalar melampaui lutut ke kaki dan dapat terjadi bersamaan dengan prestesia pada daerah dermatom akar saraf yang terkena.
2.4. Pencegahan Nyeri Punggung Bawah Sangat ideal bila faktor resiko digunakan untuk mengidentifikasi individu yang berisiko terhadap nyeri punggung bawah. Menurut Jayaratnam J. dan Koh (2010) yang mengutip pendapat Snook (1978) strategi pencegahan yang umumnya digunakan dalam kelainan punggung akibat kerja meliputi seleksi pegawai baru yang tepat, pelatihan teknik penanganan secara manual, dan modifikasi ergonomi pada tempat kerja dan melakukan tugas. Pendidikan dan latihan mengenai metode pengangkatan telah dipakai untuk mengurangi kejadian nyeri punggung dan cidera. Pengetahuan ergonomi penting untuk mengurangi kadar ketegangan tulang belakang sehingga suatu pekerjaan dapat dilakukan dengan aman tanpa memicu atau menyebabkan gejala pada punggung. Kewaspadaan terus-menerus untuk menggunakan teknik yang aman dalam menangani bahan sangatlah penting. Petunjuk dapat diberikan kepada pekerja dalam bentuk instruksi kelompok kerja sebagai bagian dari pembahasan kesehatan yang teratur. Bila mungkin tempat kerja harus dirubah untuk menyesuaikan kemampuan para pekerja. Merubah tinggi bangku kerja, mengurangi berat dan ukuran benda, serta merubah posisi dan mekanisme mesin atau alat adalah beberapa tindakan untuk
29
menghasilkan tempat kerja yang lebih ramah punggung. Pendekatan lain yang mungkin dilakukan meliputi eliminasi tugas penanganan secara manual, pemakaian alat bantu mekanis, dan mengatur ulang jadwal kerja untuk menjamin pembagian kegiatan berbahaya yang lebih merata diantara pada pekerja (Smedley dan Cogon, 1994 dalam Jayaratnam, J. Dan Koh, 2010). Teknik terbaik dalam mengangkat adalah pengangkatan secara diagonal. Kaki memisah (terbuka), dengan satu kaki yang dominan sedikit ke depan dari kaki yang lain. Ini memberikan basis penyangga yang lebar, lebih stabil, lebih bertenaga, dan lebih kuat. Tekuk lutut dan berjongkok; jaga punggung tetap lurus dan kepala juga lurus selama mengangkat. Posisi ini memberikan kekuatan yang lebih untuk otot-otot tungkai yang lebih luas dan menjaga keseimbangan punggung. Menurut Lukman dan Ningsih (2009) yang mengutip pendapat Smeltzer, untuk menghindari nyeri punggung bawah, ada beberapa hal yang bisa dilakukan seperti: 1. Berdiri a) Hindari berdiri dan berjalan lama b) Bila harus berdiri lama, istirahatkan salah satu kaki pada pijakan kecil atau kotak untuk mengurangi terjadinya lordosis. c) Hindari posisi kerja membungkuk ke arah depan 2. Duduk a) Stres pada punggung akan lebih besar pada posisi duduk dari pada posisi berdiri. b) Hindari duduk dalam waktu yang lama.
30
c) Duduk pada kursi dengan posisi punggung tegak dengan dukungan punggung yang memadai. d) Pergunakan pijakan kaki untuk memposisikan lutut lebih tinggi dari pinggul bila perlu. e) Pertahankan penyangga punggung. 3. Berbaring a) Istirahat tubuh pada waktu-waktu tertentu, karena kelelahan dapat menyebabkan spasme otot punggung. b) Letakkan papan yang keras dibawah kasur agar dapat mempertahankan kesejajaran tubuh. c) Hindari tidur tengkurap. d) Ketika berbaring pada salah satu sisi, letakkan sebuah bantal di bawah kepala dan sebuah lagi diantara kedua tungkai, yang harus diflekksikan pada pinggul dan lutut. e) Ketika terlentang, gunakan sebuah bantal di bawah lutut untuk mengurangi lordosis. 4. Mengangkat a) Saat mengangkat barang, jaga agar punggung tetap lurus dan angkat beban sedekat mungkin dengan tubuh. Angkat dengan otot tungkai besar, bukan dengan otot punggung. b) Lindungi punggung dengan korset penyangga punggung ketika mengangkat barang.
31
c) Jongkok dan pertahankan punggung tetap lurus bila akan mengambil sesuatu di lantai. d) Hindari memuntir batang tubuh, mengangkat di atas pinggang dan menjangkau sesuatu untuk waktu yang lama. 5. Latihan a) Latihan harian sangat penting dalam pencegahan masalah punggung. b) Berjalan-jalan diluar rumah dan secara bertahap meningkatkan jarak dan kecepatan berjalan sangat dianjurkan. c) Lakukan latihan punggung yang dianjurkan dua kali sehari, tingkatkan latihan secara bertahap. d) Hindari gerakan melompat.
2.5. Ergonomi Ditinjau dari asal katanya, ergonomi berarti bidang studi yang memplajari tentang hukum-hukum pekerjaan (dalam bahasa Yunani, ergos = pekerjaan, nomos = hukum). Bila didefenisikan secara bebas, ergonomi adalah bidang studi multidisiplin yang mempelajari prinsip-prinsip dalam mendesain peralatan, mesin, proses, dan tempat kerja yang sesuaidengan kemampuan dan keterbatasan manusia yang menggunakannya (Harrianto, 2010). Ergonomi dilaksanakan dengan tujuan untuk meningkatkan efektifitas dan efesiensi pekerjaan, baik dalam hal mempernyaman penggunaan, mengurangi kesalahan, dan meningkatkan produktifitas. Ergonomi adalah istilah yang biasa
32
digunakan di Indonesia dan di kebanyakan negara-negara Eropa. Istilah ergonomi menitikberatkan pada bagaimana kondisi kerja mempengaruhi pekerja. Pekerja akan mengalami perubahan fisiologis terhadap faktor-faktor fisik di tempat kerja, seperti panas, pencahayaan, bising, pekerjaan yang melibatkan psikomotor kompleks, dan lain-lain. Ergonomi juga disebut sebagai human factor engineering yang lebih berorientasi pada ilmu pengetahuan teknik dan psikologi. Ergonomi bertujuan untuk mengurangi kelelahan atau ketidaknyamanan dengan cara mendesai tugas atau alat bantu kerja sesuai dengan kapasitas kerja individu pekerja. Sebaliknya, istilah human factor lebih menitikberatkan pada konteks hubungan manusia dengan mesin atau peralatannya, yang berarti bagaimana prilaku pekerja dalam interaksinya dengan peralatan, tempat kerja, dan lingkungan kerjanya. Human faktor bertujuan untuk mengurangi kesalahan yang dilakukan individu pekerja (human error) dengan memperhatikan ukuran pekerja dan kemampuan relatif fisiknya (keterbatasanketerbatasannya) terhadap desain tempat kerja dan peralatannya. Sebagai bidang studi multidisiplin, ergonomi mencakup berbagai aspek ilmu yang sangat luas (Harrianto, 2010). Pada dasarnya, ergonomi dapat dibagi menjadi 3 kelompok spesialisasi ilmu, yaitu: 1. Ergonomi fisik, yang meliputi sikap kerja, aktifitas mengangkat beban, gerakan repetitif, penyakit musculoskeletal akibat kerja, tata letak tempat kerja, keselamatan dan kesehatan kerja.
33
2. Ergonomi kognitif, yang meliputi beban mental akibat kerja, pengambilan keputusan, penampilan keterampilan kerja, interaksi manusia mesin, pelatihan yang berhubungan dengan sistem perencanaan pekerja. 3. Ergonomi organisasi, meliputi komunikasi, manajemen sumber daya pekerja, perencanaan tugas, perencanaan waktu kerja, kerja sama tim kerja, perencanaan partisipasi kerja, ergonomi komunitas, paradigma kerja yang baru, pola kerja jarak jauh dan manajemen kualitas kerja. Ergonomi terdiri dari ilmu yang mempelajari bagian tubuh manusia dan interaksinya dalam berbagai sikap tubuh (anatomi) serta tentang ukuran-ukuran tinggi, jangkauan, dan dimensi tubuh dalam berbagai sikap tubuh. Ergonomi juga berhubungan dengan ilmu tentang ukuran-ukuran sikap tubuh pada saat bekerja untuk menelaah gaya-gaya pengungkit maupun arah gaya dan beban dari suatu gerakan. Pada dasarnya cara-cara yang ergonomik harus dapat menghindari kemungkinan-kemungkinan yang tidak diinginkan. Hal ini dapat dicapai dengan menghindari: a) kelelahan. b) ketidakefesienan, dengan menghindari kontraksi otot statis, peregangan tangan yang terus-menerus, dan sikap yang terpaksa dalam mengerjakan sesuatu seperti membungkuk. Suhu dan penerangan yang cukup dapat membantu mengurangi kelelahan (Silalahi dan Rumondang, 1985). Ergonomi dapat mengurangi beban kerja. Dengan evaluasi fisiologis, psikologis atau cara-cara tak langsung, beban kerja dapat diukur dan dianjurkan modefikasi yang sesuai diantara kapasitas kerja dengan beban kerja dan beban tambahan. Tujuan utamanya adalah untuk menjamin kesehatan pekerja, tetapi dengan
34
itu produktifitas juga ditingkatkan. Dalam evaluasi kapasitas dan isi kerja, perhatian terutama perlu diberikan kepada kegitan fisik, yaitu intensitas, tempo, jam kerja dan waktu istirahat, pengaruh keadaan lingkungan (kelembapan, suhu, gerakan, udara, kebisingan, penerangan, warna, debu dan lain-lain), data biologis (modifikasi makan dan minum, pemulihan sesudah tidur dan istirahat, perubahan kapasitas kerja oleh karena usia) dan kekhususan-kekhususan pekerjaan (misal getaran mekanis, kerja malam, kerja bergilir). Perlu diperhatikan juga keadaan setempat seperti iklim dan keadaan gizi, di daerah panas atau pegunungan, di laut, pada ketinggian tinggi atau di bawah tanah. 2.5.1. Postur Kerja Postur tubuh adalah posisi relatif dari bagian tubuh tertentu. Menurut Nurhikmah (2011) yang mengutip pendapat Bridger, menyatakan bahwa postur didefinisikan sebagai orientasi rata-rata bagian tubuh dengan memperhatikan satu sama lain antara bagian tubuh yang lain. Postur kerja merupakan pengaturan sikap tubuh saat bekerja. Sikap kerja yang berbeda akan menghasilkan kekuatan yang berbeda pula. Pada saat bekerja sebaiknya postur dilakukan secara alamiah sehingga dapat menimalisasi timbulnya cidera. Kenyamanan akan tercipta bila pekerja telah melakukan postur kerja yang baik dan aman (Asmara, 2008). Postur kerja yang baik sangat ditentukan oleh pergerakan tubuh saat bekerja. Pertimbangan-pertimbangan ergonomi yang berkaitan dengan postur kerja dapat membantu mendapatkan postur kerja yang nyaman bagi pekerja, baik itu postur kerja berdiri, duduk, angkat maupun angkut. Beberapa jenis pekerjaan akan memerlukan
35
postur kerja tertentu yang terkadang tidak menyenangkan. Kondisi kerja seperti ini memaksa pekerja selalu berada pada postur kerja yang tidak alami dan berlangsung dalam jangka waktu yang lama. Hal ini akan mengakibatkan pekerja cepat lelah, adanya keluhan sakit pada bagian tubuh, cacat produk bahkan cacat tubuh (Pangaribuan, 2009). Posisi tubuh yang menyimpang secara signifikan terhadap posisi normal saat melakukan pekerjaan dapat menyebabkan stress mekanik lokal pada otot, ligamen, danpersendian. Hal ini mengakibatkan cedera pada leher, tulang belakang, bahu, pergelangan tangan, dan lain-lain. Namun di lain hal, meskipun postur terlihat nyamandalam bekerja, dapat berisiko juga jika para pekerja bekerja dalam jangka waktu yang lama. Pekerjaan yang dikerjakan dengan duduk dan berdiri, seperti pada pekerja kantoran dapat mengakibatkan masalah pada punggung, leher dan bahu serta terjadi penumpukandarah di kaki jika kehilangan kontrol yang tepat (Nurhikmah, 2011). Menurut Nurhikmah (2011) yang mengutip dari Aryanto postur tubuh secara alamiah dapat dibagi menjadi: 1. Statis Pada postur statis persendian tidak bergerak, dan beban yang ada adalah beban statis. Dengan keadaan statis suplai nutrisi kebagian tubuh akan terganggu begitu pula dengan suplai oksigen dan metabolisme pembuangan tubuh. Sebagai contoh pekerjaan statis berupa duduk terus menerus, akan menyebabkan gangguan pada tulang belakang manusia. Posisi tubuh yang senantiasa berada pada posisi yang
36
sama dari waktu kewaktu secara alamiah akan membuat bagian tubuh tersebut stress. 2. Dinamis Posisi yang paling nyaman bagi tubuh adalah posisi netral. Pekerjaan yang dilakukan secara dinamis menjadi berbahaya ketika tubuh melakukan pergerakan yang terlalu ekstrim sehingga energi yang dikeluarkan oleh otot menjadi sangat besar atau tubuh menahan beban yang cukup besar sehingga timbul hentakan tenaga yang tiba-tiba dan hal tersebut dapat menumbulkan cedera. Postur tubuh yang diam dalam waktu yang lama adalah salah satu penyebab utama timbulnya sakit dan kekakuan pada tulang punggung, hal ini sering dialami oleh pekerja operator yang bekerja dalam posisi duduk. Seorang operator yang bekerja dalam postur duduk memerlukan sedikit istirahat dan secara potensial lebih produktif. Sedangkan postur berdiri merupakan sikap siaga baik fisik maupun mental, sehingga aktifitas kerja yang dilakukan lebih cepat, kuat dan teliti. Berdiri lebih melelahkan daripada duduk dan energi yang dikeluarkan lebih banyak 10-15% dibandingkan duduk. Beberapa masalah berkenaan dengan postur kerja yang sering terjadi sebagai berikut: 1. Hindari kepala dan leher yang mendongak 2. Hindari tungkai yang menaik 3. Hindari tungkai kaki pada posisi terangkat 4. Hindari postur memutar atau asimetris
37
5. Sediakan sandaran bangku yang cukup disetiap bangku 2.5.2. Penilaian Postur Kerja Metode OWAS Metode OWAS adalah suatu metode yang digunakan untuk menilai postur tubuh pada saat bekerja (Tarwaka, 2010). Metode OWAS didasarkan pada sebuah klasifikasi yang sederhana dan sistematis dari postur kerja yang dikombinasikan dengan pengamatan dari tugas selama bekerja. Metode ini telah digunakan dalam penelitian dan pembangunan di Finlandia, Swedia, Jerman, Belanda, India dan Australia (Pangaribuan, 2009). Prosedur OWAS dilakukan dengan melakukan observasi untuk mengambil data postur, beban/tenaga, dan fase kerja untuk kemudian dibuat kode berdasarkan data tersebut. Setelah dilakukan observasi dengan pemberian kode posisi dan hasilnya dicatat dalam lembar kerja, berikut merupakan tabel OWAS yang digunakan sebagai acuan untuk memberikan kode pada tiap-tiap posisi.
38
Tabel 2.1 Klasifikasi Kategori Risiko ‘‘Kode Posisi’’ pada Kombinasi Posisi
B A A R C M K
1
2
3
4
5
6
7
1 2 3 1 2 3 1 2 3 1 2 3 1 2 3 1 2 3 1 2
1
1 1 1 1 1 1 2 1 1 1 1 1 3 1 1 1 1 1 2 1 2 2 3 2 2 2 2 2 3 2 2 3 3 3 4 2 2 3 1 1 1 1 1 1 2 2 2 3 1 1 3 2 2 3 1 1 4 1 2 3 3 2 2 2 3 3 4 2 3 3 4 4 4 2 3 Sumber: Tarwaka, 2010
1 1 1 3 3 3 1 1 1 3 4 4
1 1 1 2 2 3 1 1 2 2 3 3
1 1 1 2 3 3 1 1 3 2 3 3
1 1 1 3 3 3 2 2 3 3 4 4
2 2 2 3 3 3 4 4 4 4 4 4
2 2 2 3 4 4 4 4 4 4 4 4
2 2 2 3 4 4 4 4 4 4 4 4
2 2 2 3 3 4 4 4 4 4 4 4
2 2 2 3 4 4 4 4 4 4 4 4
2 2 3 3 4 4 4 4 4 4 4 4
1 1 1 2 3 4 3 3 4 4 4 4
1 1 1 2 3 4 3 3 4 4 4 4
1 1 1 2 4 4 3 3 4 4 4 4
1 1 1 2 2 2 1 1 1 2 2 2
1 1 1 3 3 3 1 1 1 3 3 3
L E G S L O 3 A D 1 1 1 3 4 4 1 1 1 4 4 4
Setiap posisi diberikan sebuah kode identifikasi, seperti memuat hubungan yang jelas antara posisi dan kode istilah, setelah postur kerja di evaluasi dan diberikan penilaian berdasarkan pada skor atau kode posisi dari tingkat bahaya postur kerja yang ada dan selanjutnya dihubungkan dengan kategori tindakan yang harus diambil. Tabel 2.2 Kategori Metode OWAS Kategori 1 2 3 4
Aksi Bisa diterima jika tidak berulang dan periode lama Perlu pemeriksaan lanjutan dan perubahan-perubahan Pemeriksaan dan perubahan perlu dilakukan segera Pemeriksaan dan perubahan perlu dilakukan sangat segera
39
Setiap kategori risiko, pada gilirannya akan menentukan kemungkinan efek pada tubuh pekerja yang melakukan pekerjaan pada setiap posisi dan selanjutnya akan dapat dilakukan tindakan korektif pada setiap posisi kasus yang bersangkutan. Klasifikasi postur kerja dari metode OWAS terdiri dari pergerakan tubuh bagian belakang (punggung), lengan (arms), dan kaki (legs). Setiap postur tersebut terdiri atas 4 postur bagian belakang, 3 postur lengan, dan 7 postur kaki. Berat beban yang dikerjakan juga dilakukan penilaian mengandung 3 skala point. 2.5.3. Sikap Duduk Duduk memerlukan lebih sedikit energi dari pada berdiri, karena hal itu dapat mengurangi banyaknya beban otot statis pada kaki. Namun sikap duduk yang keliru merupakan penyebab adanya masalah-masalah punggung. Tekanan pada bagian tulang belakang akan meningkat pada saat duduk, dibandingkan dengan saat berdiri ataupun berbaring. Jika diasumsikan tekanan tersebut sekitar 100%; maka cara duduk yang tegang atau kaku dapat menyebabkan tekanan tersebut mencapai 140% dan cara duduk yang dilakukan dengan membungkuk kedepan menyebabkan tekanan tersebut sampai 190%. Sikap duduk yang tegang lebih banyak memerlukan aktifitas otot atau urat saraf belakang dari pada sikap duduk yang condong kedepan (Nurmianto, 2008). Kenaikan tekanan tersebut dapat meningkat dari suatu perubahan dalam lekukan tulang belakang yang terjadi pada saat duduk. Tekanan antar ruas tulang belakang akan meningkat pada saat duduk jika dihubungkan oleh rata-rata degenerasi dari bagian-bagian tulang yang saling bertekanan. Seperti cara duduk di kendaraan dimana ada getaran, dan dimana seseorang tidak siap untuk mengubah sikap
40
duduknya. Bangkit dan bergerak-gerak adalah sangat bermanfaat bagi ruas-ruas tulang karena meningkatnya diffusi nutrisi bagi tulang tersebut. Hal ini dapat dicapai dalam situasi kantor jika kursi-kursinya disandari oleh seseorang, dan selanjutnya terjadi perubahan dari kyposis (lekukan ruas tulang belakang kearah belakang). Menurut Nurmianto (2008) yang mengutip pendapat JDG Troup (Applied Ergonomics, 1978, V 9, P.207) nyeri atau sakit punggung dan pencegahannya. Beliau menyelesaikan studi yang menunjukkan bahwa seseorang yang menghabiskan lebih bayak waktunya dalam mengemudi kendaraan adalah tiga kali lebih mudah terjadinya bagian yang bengkok atau turun dari pada yang tidak mengemudi. Duduk di kantor tidak mengandung resiko kesehatan akan tetapi ada sebuah gangguan besar yang menyebabkan terjadinya kelelahan. 2.5.4. Kerja Posisi Berdiri Bekerja dengan posisi berdiri terus menerus sangat mungkin akan terjadi penumpukan darah dan berbagai cairan tubuh pada kaki, hal ini akan bertambah bila berbagai bentuk dan ukuran sepatu yang tidak sesuai. Jika ukuran sepatu yang digunakan lebih longgar dari ukuran telapak kaki, apabila bagian sepatu di kaki terjadi penahanan yang kuat pada tali sendi pergelangan kaki, dan hal ini terjadi pada jangka waktu yang lama, maka otot rangka akan mudah mengalami kelelahan (Santoso, 2004). Beberapa penelitian yang sudah ada telah berusaha untuk mengurangi kelelahan pada tenaga kerja posisi berdiri, seperti Granjean (1988) dikutip Sander et.al. (1993) dalam Santoso (2004) merekomendasikan bahwa untuk jenis pekerjaan
41
teliti letak tinggi meja kerja diatur 10 cm di atas siku, untuk jenis pekerjaan ringan letak tinggi meja diatur sejajar dengan tinggi siku, dan untuk jenis pekerjaan berat letak tinggi meja kerja diatur 10 cm di bawah tinggi siku. Pendapat Suma’mur (1994) dalam Santoso (2004) menyebutkan bahwa ada beberapa hal yang harus diperhatikan untuk mendapatkan posisi berdiri, tinggi kerja sebaiknya 5-10 cm dibawah siku, arah penglihatan 23-37 derajat ke bawah.
Gambar 2.3 Posisi Kerja Berdiri 2.5.5. Kerja Berdiri Setengah Duduk Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Gempur (2003) bahwa tenaga kerja bubut yang telah terbiasa bekerja dengan posisi berdiri tegak (TG) diubah menjadi posisi berdiri setengah duduktanpa sandaran (SDTS) dan setengah duduk pakai sandaran (SDPS) menunjukkan bahwa terdapat perbedaan tingkat kelelahan otot biomekanik (TKOB) antar kelompok. Kerja bubut posisi berdiri tegak lebih
42
melelahkan dibanding setengah duduk tanpa sandaran maupun setengah duduk pakai sandaran. Hasil dari penelitian Gempur (2003) membuktikan bahwa koefisien respons metabolisme energi anaerob pada pekerja bubut posisi berdiri tegak lebih tinggi dibandingkan posisi berdiri setengah duduk tanpa sandaran maupun setengah duduk pake sandaran. Kesimpulan dari hasil penelitian yang dilakukan oleh Gempur (2003) tersebut bahwa posisi kerja berdiri tegak, setengah duduk tanpa sandaran, setengah duduk pake sandaran berpengaruh terhadap perubahan sudut tubuh. Hal ini dapat dijelaskan bahwa, suatu kondisi tempat kerja untuk jenis kerja posisi berdiri diubah maka akan mengakibatkan perubahan pula pada performen tubuh. Oleh karena itu performen posisi berdiri yang berbeda maka berdampak pada besar performen perubahan sudut tubuh. Perubahan performen sudut tubuh berdampak pada tingkat kelelahan otot biomekanik. Hal itu dapat dijelaskan bahwa kerja posisi berdiri pada awal kerja sampai dengan akhir kerja, tubuh semakin condong ke depan, akibatnya perubahan sudut tubuh semakin besar pula. Diperlihatkan pula bahwa terdapat hubungan antara perubahan posisi berdiri, perubahan sudut tubuh, tingkat kelelahan otot biomekanik dan produktivitas kerja. Hasil produktivitas kerja kelompok berdiri tegak jauh dibawa hasil produktifitas kerja kelompok setengah duduk tanpa sandaran maupun setengah duduk pake sandaran. Hal ini sebagai bukti bahwa kerja posisi berdiri tegak mengalami
kelelahan
otot
produktivitas kerja rendah.
biomekanik
lebih
tinggi,
sehingga
mempunyai
43
2.5.6. Aktifitas Otot Otot adalah organ yang terpenting dalam sistem gerak tubuh. Otot dapat bekerja secara statis (postural) dan dinamis (rythmic). Pada kerja otot dinamis, kontraksi dan relaksasi terjadi silih berganti sedangkan pada kerja otot statis otot menetap dan berkontraksi untuk suatu periode tertentu otot hanya mempunyai kemampuan berkontraksi dan relaks (santai) (Pangaribuan, 2009). Pada kerja otot statis, pembuluh darah tertekan oleh pertambahan tekanan dalam otot akibat kontraksi sehingga mengakibatkan peredaran darah dalam otot terganggu. Pengaruh dari berkurangnya aliran darah terhadap otot, dapat mengakibatkan kelelahan pada saat bekerja. Otot yang bekerja statis tidak memperoleh oksigen dan glukosa dari darah dan harus menggunakan cadangan yang ada. Selain itu sisa metabolisme tidak dapat diangkut keluar akibat peredaran darah yang terganggu sehingga sisa metabolisme tersebut menumpuk dan menimbulkan rasa nyeri. Pekerjaan statis menyebabkan kehilangan energi yang tidak perlu. Beban otot statis terjadi ketika otot dalam keadaan tegang (tension) tanpa menghasilkan gerakan tangan atau kaki sekalipun. Pergerakan yang dinamis adalah proses pemompaan aliran darah oleh organ tubuh manusia. Beban otot statis terjadi ketika postur tubuh berada pada kondisi yang tidak natural, peralatan maupun material ditahan pada kondisi yang berlawanan dengan arah gravitasi (Nurmianto, 2008).
44
Secara garis besar keluhan otot dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu: 1. Keluhan sementara (reversible) Yaitu keluhan otot yang terjadi pada saat otot menerima beban statis, namun demikian keluhan tersebut akan segera hilang apabila pembebanan di hentikan. 2. Keluhan menetap (persistent) Yaitu keluhan otot yang bersifat menetap. Walaupun pembebanan kerja telah dihentikan, namun rasa sakit pada otot masih terus berlanjut. Keluhan otot skeletal pada umumnya terjadi karena kontraksi otot yang berlebihan akibat pemberian beban kerja yang terlalu berat dengan durasi pembebanan yang panjang. Postur kerja yang tidak alami lebih banyak disebabkan oleh adanya ketidaksesuaian antara alat dan stasiun kerja dengan ukuran tubuh pekerja maupun tingkahlaku pekerja itu sendiri (Pangaribuan, 2009). Postur kerja yang tidak alami tersebut juga dapat disebabkan oleh hal-hal berikut. a. Tekanan Terjadinya tekanan langsung pada jaringan otot yang lunak, sebagai contoh pada saat tangan harus memegang alat, maka jaringan otot tangan yang lunak akan menerima tekanan langsung dari pegangan alat, dan apabila hal ini sering terjadi, dapat menyebabkan rasa nyeri otot yang menetap.
45
b. Getaran Getaran dengan frekuensi tinggi akan menyebabkan kontraksi otot bertambah. Kontraksi statis ini menyebabkan peredaran darah tidak lancar, penimbunan asam laktat meningkat dan akhirnya timbul rasa nyeri pada otot. c. Mikrolimat Paparan suhu dingin yang berlebihan dapat menurunkan kelincahan, kepekaan dan kekuatan pekerja sehingga gerakan pekerja menjadi lamban, sulit bergerak yang disertai dengan menurunnya kekuatan otot. Demikian juga dengan paparan udara yang panas. Beda suhu lingkungan dengan suhu tubuh yag terlampau besar menyebabkan sebagian energi yang ada dalam tubuh akan termanfaatkan oleh tubuh untuk beradaptasi dengan lingkungan tersebut. Apabila hal ini tidak diimbangi pasokan energi yang cukup, maka akan terjadi kekurangan suplai energi ke otot. Sebagai akibatnya, peredaran darah kurang lancar, suplai oksigen ke otot menurun, proses metabolisme karbohidrat terhambat dan terjadi penimbunan asam latktat yang dapat menimbulkan rasa nyeri pada otot. 2.5.7. Rasa Nyeri Kerangka Otot yang Disebabkan oleh Pekerjaan Menurut Benezech dan L’Epee (1983) yang dikutip oleh Nurmianto (2008) menyatakan bahwa telah banyak ahli medis meneliti operator pada suatu kondisi kerja tertentu menggambarkan kecendrungan untuk mengalami beberapa keluhan antara lain adalah:
46
- Algias Penyakit pada juru ketik, sekretaris, pekerja yang posturnya membungkuk ke depan, vertebral sydrome pada pembawa barang, pengantar barang dan penerjun payung. - Osteo articular deviations Scoliosis pada pemain violin (violinist) dan operator kerja bangku, bungkuk (kifosis) pada buruh pelabuhan, dan pembawa atau pemikul keranjang, pembuat roti dan pemangkas rambut. - Rasa nyeri pada otot dan tendon Rusaknya tendon achiles bagi para penari, tendon para ekstensor panjang bagi para drummer, tenosynovitis pada pemoles kaca, pemain piano, dan tukang kayu. - Iritasi pada cabang saraf tepi Saraf ulnar bagi para pengemudi kendaraan, tukang kunci, tukang pande besi, reprasiarloji, penjilitan buku, pemotong kaca, dan pengendara speda. Beberapa pekerjaan tersebut diatas sekarang sering dijumpai dan gejalanya tidak menutup kemungkinan untuk kondisi kerja baru yang lain sejalan dengan perubahan teknologi. Kebanyakan kasus yang terjadi adalah pada pergelangan tangan. 2.5.8. Pemindahan Material secara Manual Hampir 25% kecelakaan yang diderita tenaga kerja disebabkan kesalahan dalam penanganan material. Beberapa keluhan seperti hernia, keseleo, ketegangan dan luka-luka disebabkan cara mengangkat dan membawa yang kurang benar.
47
Pemindahan bahan secara manual apabila tidak dilakukan secara ergonomis akan menimbulkan kecelakaan dalam industri. Kecelakaan industri tersebut berupa kerusakan jaringan tubuh yang diakibatkan oleh beban kerja yang berlebih. Kecelakaan di industri diantaranya diakibatkan oleh strain (rasa nyeri yang berlebihan) diantaranya rasa nyeri yang dirasakan berada pada bagian punggung, sedangkan kecelakaan yang lainnya yaitu hernia (Nurmianto, 2008).
(a)
(b)
Gambar 2.4 (a) Cara yang Salah (b) Cara yang Benar Rasa nyeri yang kronis (injury) ini membutuhkan penyembuhan yang cukup lama. Selain itu biaya yang dikeluarkan cukup besar, sehingga dapat mempengaruhi pendapatan pekerja dan kesejahteraan para pekerja. Sementara itu faktor yang berpengaruh terhadap timbulnya nyeri punggung (back injury) adalah arah beban yang akan diangkat dan frekuensi aktifitas pemindahan. Resiko nyeri tersebut dapat dijumpai pada beberapa industri seperti; industri berat, pertambangan, pemindahan material, kontruksi/ bangunan, pertanian, rumah sakit, dll.
48
Nyeri punggung yang diakibatkan dari pengaruh pemindahan beban juga banyak terdapat pada aktifitas rumah tangga dan aktifitas rekreasi atau santai. Usahausaha untuk mengurangi hal tersebut adalah dengan mengadakan pelatihan, pendidikan dan penyuluhan tentang pengaruh negatifnya serta perhatian khusus pada perancangan produk yang nantinya akan dikonsumsi untuk masyarakat. Masyarakat harus sadar bahwa pada usia menengah (yaitu diatas 40 tahun) merupakan usia yang berpeluang besar untuk mendapatkan resiko nyeri punggung. Namun kaum muda diharapkan juga berhati-hati dalam mengangkat beban secara repetitive (berulang). Beberapa faktor yang berpengaruh dalam pemindahan material adalah sebagai berikut: - Berat beban yang harus diangkat dan perbandingannya terhadap berat badan operator. - Jarak horisontal dari beban relatif terhadap operator. - Ukuran beban yang harus diangkat (beban yang ukurannya besar) akan memiliki pusat massa yang letaknya jauh dari badan operator, hal tersebut juga akan menghalangi pandangan operator. - Ketinggian beban yang harus diangkat dan jarak perpindahan beban (mengangkat beban dari permukaan lantai akan relatif lebih sulit dari pada mengangkat beban dari ketinggian pada permukaan pinggang). - Prediksi terhadap berat beban yang akan diangkat. Hal ini adalah untuk mengantisifasi beban yang lebih berat dari yang diperkirakan. - Stabilitas beban yang akan diangkat.
49
- Kemudahan untuk dijangkau oleh pekerja. - Kondisi kerja yang meliputi: pencahayaan, temperatur, kebisingan dan kelicinan lantai. - Frekuensi angkat yaitu banyaknya aktifitas angkat. - Metode angkat yang benar (tidak boleh mengangkat beban secara tiba-tiba). - Diangkatnya suatu beban dalam suatu periode. Hal ini adalah sama dengan membawa beban pada jarak tertentu dan memberi tambahan beban pada vertebral disc (VD) dan interior vertebral disc (ID) pada vertebral column di daerah punggung. 2.5.9. Klasifikasi Berat Beban Menurut Nurhikmah (2011) yang mengutip dari Levy dan Wegman, pekerja yang melakukan aktivitas mengangkat barang yang berat memiliki kesempatan 8 kali lebih besar untuk mengalami low back pain dibandingkan pekerja yang bekerja statis. Penelitian lain membuktikan bahwa hernia diskus lebih sering terjadi pada pekerja yang mengangkat barang berat dengan postur membungkuk dan berputar. Dalam berbagai penelitian dibuktikan cidera berhubungan dengan tekanan pada tulang akibat membawa beban. Semakin berat benda yang dibawa semakin besar tenaga yang menekan otot untuk menstabilkan tulang belakang dan menghasilkan tekanan yang lebih besar pada bagian tulang belakang. Jika tubuh manusia mengangkat suatu beban, seluruh tubuh mengalami semacam ketegangan. Otot-otot tubuh pada dasarnya berfungsi untuk menegakkan tubuh manusia. Jika pada otot ini diberi beban tambahan, maka kelelahan segera dialami.
50
Pada dasarnya, mengangkat dan membawa sesuatu beban bukan kebiasaan manusia. Jika seseorang mengangkat suatu beban, otot-otot tubuhnya akan tegang sehingga pembuluh darahnya akan mengecil. Keadaan ini mengurangi aliran darah yang membawa oksigen dan gula ke seluruh tubuh. Akibatnya orang tersebut akan merasa letih sehingga tulang belakang dan ototnya akan merasa sakit. Sewaktu mengangkat dan membawa beban, bagian tubuh yang paling terpengaruh dan dapat cedera adalah tulang punggung. Ketegangan yang diderita tulang punggung semakin berat jika beban semakin berat. Pembebanan fisik yang dibenarkan adalah pembebanan yang tidak melebihi 30-40% dari kemampuan kerja maksimum tenaga kerja dalam 8 jam sehari dengan memperhatikan peraturan jam kerja yang berlaku. Untuk menciptakan suasana kerja yang aman dan sehat maka perlu adanya suatu batasan angkat untuk operator/ pekerja (Nurmianto, 2008). Adapun batasan yang dipakai sebagai batasan angkat secara internasional adalah sebagai berikut: - Pria dibawah usia 16 th, maksimum angkat adalah 14 kg. - Pria usia diantara 16 th dan 18 th, maksimum angkat 18 kg. - Pria usia lebih dari 18 th, tidak ada batasan angkat. - Wanita usia diantara 16 th dan 18 th, maksimum angkat 11 kg. - Wanita usia lebih 18 th, maksimum angkat adalah 16 kg. Batasan-batasan diatas dapat membantu mengurangi rasa nyeri, ngilu pada tulang belakang bagi para wanita maupun pria. Batasan tersebut akan mengurangi ketidaknyamanan kerja pada tulang belakang, terutama bagi operator untuk pekerjaan
51
berat. Kebanyakan penyekit-penyakit tulang belakang adalah merupakan hernia pada intervertebral yang disebabkan oleh rusaknya lapisan pembungkus intervetebral disk. Penyakit hernia yang terjadi karena rusaknya intervetebral disk bagian belakang adalah menekan pada dan mengiritasi akar syaraf dan menyebabkan rasa sakit yang kronis. Ada beberapa bukti bahwa semakin banyak jumlah material yang diangkat dan dipindahkan dalam sehari oleh seseorang, maka akan lebih cepat mengurangi ketebalan dari invertebral disc atau elemen yang berada diantara segmen tulang belakang.
2.6. Landasan Teori Sebagian besar orang adakalanya menderita nyeri punggung bagian bawah (low back pain), sikap tubuh yang buruk, tekanan yang berlebihan, atau cedera bisa menjadi sebagian penyebab sakit punggung. Nyeri punggung bisa dialami oleh siapa saja dari semua usia, tetapi umumnya pada usia menengah. Nyeri punggung merupakan satu alasan paling umum yang membuat orang tidak dapat bekerja, terutama pada industri berat. Para pekerja pabrik, pekerja bangunan dan perawat juga berisiko menderita sakit punggung, karena mereka sering mengangkat benda-benda berat dengan sikap badan yang kurang tepat (Jayson, 2003). Bertambahnya jumlah absen karena nyeri akibat gejala punggung bagian bawah ditemukan pada pekerjaan dengan tuntutan fisik tinggi, pekerjaan dengan sikap badan statis dalam waktu lama, pekerjaan yang terutama membutuhkan posisi
52
sikap badan bungkuk, dan pekerjaan mendadak tak terduga menerima beban kerja fisik berat (Anderson, 1979 dalam Jayson, 2003). Pekerjaan tertentu, terutama sopir truk, perawat dan pekerjaan yang menangani material menunjukkan adanya tingkat ketidakmampuan yang tinggi. Mengangkat dan memutar adalah gerakan spesifik yang paling berhubungan dengan nyeri punggung bawah. Bigos dkk., menemukan penanganan material dengan cara yang tidak tepat merupakan penyebab cedera tersering perusahaan Boeing (Bigos, 1986a). Sering mengangkat benda dengan berat lebih dari 10 kg, mengarahkan tenaga maksimal secara mendadak dan tidak terduga, mengangkat benda berat jauh di atas badan, dan gagal membengkokkan lutut sewaktu mengangkat benda adalah gerakan spesifik lain yang dihubungkan dengan bertambahnya risiko nyeri punggung bawah (Jayaratnam J. dan Koh, 2010). Ketegangan fisik yang lebih ringan tapi membosankan dan repetitif dan pekerjaan yang melibatkan getaran juga dikaitkan dengan meningkatnya pelaporan nyri punggung. Bertumpuknya pajanan, pengangkatan berulang-ulang, pemakaian alat pelubang beton, gergaji rantai atau mesin pengolah tanah juga dilaporkan berhubungan dengan angka kejadian neyri punggung bawah yang lebih tinggi (Frymoyer, 1987 dalam Jayaratnam, J. dan Koh, 2010). Umumnya nyeri pinggang nonspesifik disebabkan oleh maslah pekerjaan berat yang berhubungan dengan manual material handling, seperti mengangkat, menurunkan, mendorong dan manarik beban yang berat, juga berkaitan dengan sering
53
atau lamanya membengkokkan badan, membungkuk, duduk dan berdiri lama atau batang tubuh lainnya yang janggal (Harrianto, 2010). Pemindahan bahan secara manual apabila tidak dilakukan secara ergonomis akan menimbulkan kecelakaan dalam industri. Kecelakaan di industri tersebut bisa berupa kerusakan jaringan tubuh, strain (rasa nyeri yang berlebihan) dan hernia. Usaha-usaha yang perlu dilakukan untuk mengurangi nyeri punggung bawah adalah dengan cara mengadakan pelatihan, pendidikan, dan penyuluhan tentang pengaruh negatifnya (Nurmianto, 2008).
2.7. Kerangka Konsep Berdasarkan teori-teori yang telah di bahas dalam tinjauan kepustakaan dan landasan teori, maka kerangka konsep yang digunakan dalam penelitian ini digambarkan sebagai berikut: Variabel Independen Postur Kerja
Variabel Dependen Nyeri Punggung Bawah (NPB)
Gambar 2.5 Kerangka Konsep Penelitian Berdasarkan kerangka konsep di atas, maka dapat dijelaskan bahwa kerangka konsep dalam penelitian ini adalah variabel independen (variabel bebas) yaitu postur kerja. Variabel dependen (variabel terikat) yaitu Nyeri Punggung Bawah.