Teknika Kapal Penangkap Ikan
BAB 2 MENERAPKAN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA DI ATAS KAPAL
Kemajuan teknologi telah membawa dampak positif dalam pengembangan pendidikan, tata hubungan sosial serta pengetahuan masyarakat, yang pada akhirnya berpengaruh terhadap pola hidup serta tingkah laku manusia di dalam memenuhi kebutuhan serta tugas dan tanggungjawabnya. Kemajuan teknologi juga telah merubah sifat dan bentuk pekerjaan. Banyak mesinmesin, bahan maupun proses baru yang kita temui sebagai hasil kemajuan teknologi. Akan tetapi kemajuan teknologi juga membawa akibat sampingan yang merugikan bila tidak ditangani dengan baik, yaitu dalam bentuk bahaya-bahaya baru yang muncul seperti kecelakaan kerja, penyakit akibat kerja, pencemaran lingkungan dan sebagainya. Tidak jarang suatu industri di kapal, karena kurang teliti dalam perencanaan, kurang perawatan mesin atau alat kerja yang digunakan rusak , patah, pecah atau meledak, dapat menimbulkan berbagai jenis kecelakaan dan mengakibatkan korban jiwa. Akhirnya kemajuan yang telah dicapai oleh suatu industri akan menjadi kurang berarti dan bermanfaat serta bahkan dapat membahayakan bagi kehidupan pekerjanya, apabila tidak direncanakan dan ditangani secara teliti. Keselamatan dan kesehatan kerja adalah suatu kegiatan untuk menciptakan lingkungan kerja yang aman, nyaman dan cara peningkatan serta pemeliharaan kesehatan tenaga kerja baik jasmani, rohani dan sosial. Keselamatan dan kesehatan kerja secara khusus bertujuan untuk mencegah atau mengurangi kecelakaan dan akibatnya, dan untuk mengamankan kapal, peralatan kerja, dan produk hasil tangkapan. Secara umum harus diketahui sebab-sebab dan pencegahan terhadap kecelakaan, peralatan, serta prosedur kerjanya di atas kapal. Secara khusus prosedur dan peringatan bahaya pada area tahapan kegiatan operasi penangkapan perlu dipahami dengan benar oleh seluruh awak kapal didalam menjalankan tugasnya. Komponen terpenting dalam menjaga keselamatan jiwa dan keselamatan peralatan kerja adalah pengetahuan tentang penggunaan perlengkapan keselamatan kerja bagi awak kapal, utamanya adalah awak kapal bagian mesin. Penggunaan alat perlengkapan keselamatan kerja ini telah di standarisasi baik secara nasional maupun internasional, sehingga wajb digunakan ketika akan melaksanakan kegiatan kerja utamanya adalah kegiatan kerja di ruang mesin. Terdapat beberapa macam perlengkapan keselamatan kerja, mulai dari pelindung kepala, badan hingga kaki telah disiapkan. Dengan demikian kenyamanan kerja pada lingkungan kerja dapat tercipta, dan kecelakaan yang diakibatkan karena faktor kelalaian manusia maupun faktor karena kelelahan bahan resiko yang ditimbulkannya dapat diperkecil atau dihindari.
18
Teknika Kapal Penangkap Ikan
2.1. PERATURAN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA Peraturan-peraturan yang berkaitan dengan keselamatan dan kesehatan kerja di kapal antara lain sebagai berikut ini : 1. UU No. 1 Th. 1970 mengenai keselamatan kerja. 2. Peraturan Menteri No. 4 Tahun 1980 mengenai syarat-syarat pemasangan dan
pemeliharaan alat pemadam api ringan. 3. SOLAS 1974 beserta amandemen -amandemennya mengenai persyaratan
keselamatan kapal. 4. STCW 1978 Amandemen 1995 mengenai standar pelatihan bagi para pelaut. 5. ISM Code mengenai code manajemen internasional untuk keselamatan
pengoperasian kapal dan pencegahan pencemaran. 6. Occupational Health Th. 1950 mengenai usaha kesehatan kerja. 7. International Code of Practice mengenai petunjuk - petunjuk tentang prosedur /
keselamatan kerja pada suatu peralatan, pengoperasian kapal dan terminal. 2.1.1. Menurut Undang-Undang No.1 Th. 1970 Kecelakaan diartikan suatu kejadian yang tidak diinginkan yang mengakibatkan cedera terhadap manusia atau kerusakan terhadap harta benda serta lingkungan kerja, yang meliputi : 1. Kecelakaan kerja 2. Kebakaran 3. Peledakan 4. Penyakit akibat kerja 5. Pencemaran lingkungan kerja
2.1.1.1.
Kecelakaan Kerja
Kecelakaan kerja adalah suatu kecelakaan yang terjadi pada seorang karena hubungan kerja dan kemungkinan besar disebabkan karena adanya kaitan bahaya dengan pekerja dan dalam jam kerja 2.1.1.2.
Keselamatan Kerja
Keselamatan kerja adalah suatu usaha atau kegiatan untuk menciptakan lingkungan kerja yang aman dan mencegah semua bentuk kecelakaan. 2.1.1.3.
Kesehatan Kerja
Kesehatan kerja adalah suatu usaha tentang cara-cara peningkatan dan pemeliharaan kesehatan tenaga kerja pada tahap yang setinggi-tingginya baik jasmani, rohani maupun sosial. Kecelakaan dengan segala bentuk dan akibatnya dapat merugikan pengusaha dan mayarakat, karena kecelakaan kerja akan menimbulkan penderitaan lahir batin dan
19
Teknika Kapal Penangkap Ikan
kerugian yang bersifat ekonomis. Jadi K3 adalah masalah bersama dari semua pihak yang terlibat dalam proses produksi barang dan jasa, yaitu pemerintah, pengusaha/pengurus tenaga kerja dan masyarakat. Adapun sasaran dan tujuan yang akan dicapai dari adanya Undang-undang N0.1. Tahun 1970 secara umum adalah : 1. Memberikan perlindungan terhadap tenaga kerja agar selalu dalam keadaan
selamat dan sehat dalam melaksanakan pekerjaan untuk meningkatkan kesejahteraan, produksi dan produktivitas. 2. Memberikan perlindungan terhadap orang lain yang berada di tempat kerja agar
selalu selamat dan sehat. 3. Memberikan perlindungan terhadap setiap sumber produksi agar selalu dapat
dipakai dan digunakan secara aman dan efisien. 2.1.2. Menurut ILO & WHO Menurut ILO & WHO Join Commitee on Occupational health 1950 bahwa usaha kesehatan kerja haruslah ditujukan untuk : 1. Meningkatkan dan memelihara kesehatan karyawan di laut pada kondisi yang
sebaik-baiknya. 2. Menghindarkan para karyawan dari gangguan kesehatan yang mungkin timbul
akibat kerja. 3. Melindungi pelaut dari pekerjaan-pekerjaan yang mungkin dapat mempengaruhi
kesehatannya serta dapat menimbulkan kecelakaan. 4. Menempatkan pelaut pada tempat yang sesuai dengan kondisi sosiologis masing-
masing. Peraturan IMO mengenai pencegahan kecelakaan dan kesehatan kerja bagi pelaut, untuk itu IMO membuat petunjuk pencegahan kelelahan untuk melaksanakan tugas (Fitness duty) antara lain : 1. Maksimum jam kerja pelaut rata-rata tidak lebih dari 12 jam perhari, setiap
perwira dan rating yang akan diberi tugas jaga harus minimal 10 jam istirahat dalam periode 24 jam. 2. Jumlah jam istirahat boleh dibagi tidak lebih dari 2 periode yang salah satu
periodenya paling sedikikt 6 jam lamanya. 3. Pengecualian dari kondisi butir 1 dan 2 di atas, sepuluh jam minimal istirahat
boleh dikurangi akan tetapi tidak boleh kurang dari 6 jam secara terus menerus dan pengurangan tersebut tidak melebihi dari 2 hari dan tidak kurang dari 70 jam istirahat untuk periode 7 hari. Dengan terciptanya keselamatan dan kesehatan kerja dengan baik dan tepat akan memberikan ketenangan dan kegairahan kerja yang dapat menunjang terjadinya pertumbuhan dan perkembangan produksi dan produktivitas kerja bagi anak buah kapal, serta dapat memberikan iklim yang baik dalam menimbulkan stabilitas sosial dilingkungan masyarakat ketenagakerjaan. Secara langsung terjadinya kecelakaan
20
Teknika Kapal Penangkap Ikan
ditempat kerja dapat dikelompokkan secara garis besar menjadi 2 (dua) penyebab yaitu : 2.1.2.1. Tindakan Tidak Aman Dari Manusia (Unsafe Acts) 1. Bekerja tanpa wewenang 2. Gagal untuk memberi peringatan 3. Bekerja dengan kecepatan salah 4. Menyebabkan alat pelindung tidak berfungsi 5. Menggunakan alat yang rusak 6. Bekerja tanpa alat keselamatan kerja 7. Menggunakan alat secara salah 8. Melanggar peraturan keselamatan kerja 9. Bergurau di tempat kerja 10. Mabuk, 11. Mengantuk
Seseorang yang melakukan tindakan tidak aman atau kesalahan yang mengakibatkan kecelakaan disebabkan karena : 1. Tidak tahu Yang bersangkutan tidak mengetahui bagaimana melakukan pekerjaan dengan aman dan tidak tahu bahaya-bahayanya sehingga terjadi kecelakaan 2. Tidak mau Walaupun telah mengetahui dengan jelas cara kerja/peraturan dan bahaya-bahaya yang ada serta yang bersangkutan mampu/bisa melakukannya, tetapi karena kemauan tidak ada, akhirnya melakukan kesalahan atau mengakibatkan kecelakaan 3. Tidak mampu Yang bersangkutan telah mengetahui cara yang aman, bahaya-bahayanya, tetapi belum mampu atau kurang terampil, akhirnya melakukan kesalahan dan gagal. 2.1.2.2.
Keadaan Tidak Aman (Unsafe Condition)
1. Peralatan pengaman yang tidak memenuhi syarat 2. Bahan/peralatan yang rusak atau tidak dapat dipakai 3. Ventilasi dan penerangan kurang 4. Lingkungan yang sesak, lembab dan bising 5. Bahaya ledakan/terbakar 6. Kurang sarana pemberi tanda peringatan 7. Keadaan udara beracun adanya gas, debu dan uap
21
Teknika Kapal Penangkap Ikan
Keadaan tidak aman inilah yang selanjutnya akan menimbulkan kecelakaan dalam bentuk seperti : 1. Terjatuh 2. Terbakar/terkena ledakan 3. Tertimpa benda jatuh 4. Terkena arus listrik 5. Kontak dengan benda berbahaya atau radiasi 6. Terjepit benda
2.2. Peralatan Keselamatan Kerja Berdasarkan Undang - undang Keselamatan Kerja N0.1. Tahun 1970, pasal 12b dan pasal 12c, bahwa tenaga kerja diwajibkan : 1. Memahami alat-alat perlindungan diri. 2. Memenuhi atau mentaati semua syarat-syarat keselamatan kerja. Dalam pasal 13 disebutkan juga bahwa barang siapa yang akan memasuki tempat kerja, diwajibkan untuk mentaati semua petunjuk keselamatan dan kesehatan kerja dan wajib menggunakan alat-alat perlindungan diri yang diwajibkan. Dalam pasal 14 disebutkan bahwa perusahaan diwajibkan secara cuma-cuma menyediakan semua alat perlindungan diri yang diwajibkan pada tenaga kerja yang berada dibawah dan bagi setiap orang yang memasuki tempat kerja tersebut. Ada 2 macam alat-alat pelindung keselamatan yaitu terdiri dari : 2.2.1. Alat Pelindung Untuk Mesin-Mesin dan Alat-Alat Tenaga Alat pelindung ini disediakan oleh pabrik pembuat mesin dan alat tenaga misalnya kap-kap pelindung dari motor listrik, katup-katup pengaman dari ketel uap, pompapompa dan sebagainya. 2.2.2. Alat Pelindung Untuk Para Pekerja (Personal Safety Equipment) Alat pelindung untuk para pekerja adalah gunanya untuk melindungi pekerja dari bahaya-bahaya yang mungkin menimpanya sewaktu-waktu dalam menjalankan tugasnya seperti : 1. Helm pelindung batok kepala 2. Alat pelindung muka dan mata 3. Alat pelindung badan 4. Alat pelindung anggota badan (lengan dan kaki) 5. Alat pelindung pernafasan 6. Alat pelindung pendengaran
22
Teknika Kapal Penangkap Ikan
Adapun jenis-jenis perlengkapan kerja, seperti yang dimaksud pada pasal 13 dan pasal 14 Undang-undang Keselamatan Kerja N0.1 Tahun 1970 adalah : 1. Alat-alat pelindung batok kepala. 2. Alat-alat pelindung muka dan mata. 3. Alat-alat pelindung badan. 4. Alat-alat pelindung anggota badan seperti lengan dan kaki. 5. Alat-alat pelindung pernafasan. 6. Alat-alat Pencegah jantung. 7. Alat-alat pelindung pendengaran. 8. Alat-alat pencegah tenggelam. 2.2.3. Kegunaan Alat Keselamatan Kerja Adapun jenis peralatan keselamatan kerja beserta kegunaannya dapat dilihat pada tabel dibawah ini : Tabel. 2. Alat Keselamatan Kerja Dan Kegunaannya Alat-Alat Keselamatan
Kegunaan Bagi Pemakai
Topi keselamatan
Pelindung kepala dari benturan dan terkena benda yang jatuh.
Topi penyemprot pasir.
Digunakan pekerja untuk pekerjaan penyemprotan menggunakan pasir di dok kapal atau pekerja yang bekerja membersihkan tanki bahan bakar pada kapal.
Masker las yang dilengkapi dengan tangkai pemegang
Digunakan oleh pekerja yang menggunakan las listrik, fungsinya melindungi muka dan mata dari percikan bunga api listrik.
Masker las yang dilengkapi dengan penutup kepala.
Digunakan oleh pekerja yang menggunakan las listrik, fungsinya melindungi muka, mata dan kepala dari percikan bunga api listrik.
Masker pelindung muka.
Dikenakan oleh pekerja yang berhubungan dengan reaksi kimia.
Pelindung mata.
Digunakan oleh pekerja yang menggunakan las listrik, fungsinya melindungi mata
Kaca mata las acytelin
Digunakan oleh pekerja yang menggunakan las acyteline yang fungsinya melindungi dari percikan
23
pekerjaannya
Teknika Kapal Penangkap Ikan
bunga api. Kaca mata yang terbuat dari karet
Untuk melindungi pekerja berhubungan dengan debu.
yang
pekerjaannya
Peralatan pelindung dada.
Digunakan oleh pekerja yang pekerjaannya mengelas dengan menggunakan las listrik dan las karbit. Fungsinya untuk mencegah anggota badan terutama dada dari percikan bunga api.
Sarung tangan yang terbuat dari kain
Digunakan untuk kerjaan mengecat dan melakukan perawatan dan perbaikan pada motor diesel.
Sarung tangan las
Digunakan oleh pekerja yang pekerjaannya mengelas dengan menggunakan las listrik dan las karbit, fungsinya untuk menghindari tangan dari percikan bunga api.
Sepatu keselamatan (Safety shoes)
Dikenakan oleh pekerja untuk menghindari dari terperosot dan terkena beban berat pada waktu bekerja.
Jaring keselamatan
Digunakan pada pekerja yang melaksanakan pekerjaan diatas mesin yang beroperasi.
Pengeruk
Digunakan untuk menemukan orang yang jatuh terbenam dalam air, atau barang-barang yang terjatuh ke dalam air.
Sumbat telinga (Ear plug)
Digunakan oleh pekerja untuk menghindari diri dari suara bising.
Tutup telinga (Ear muff)
Digunakan oleh pekerja untuk menghindari dari suara bernada tinggi dan keras
2.2.4. Perawatan Perlengkapan Keselamatan Kerja Awak Kapal Perawatan merupakan salah satu kegiatan yang sangat penting dalam upaya memperpanjang usia pakai dari peralatan keselamatan kerja. Adapun jenis perawatan yang dilakukan untuk setiap jenis peralatan keselamatan kerja dapat dilihat pada tabel di bawah ini, sebagai berikut : 1. Topi Keselamatan
Membersihkan topi setelah digunakan.
Meletakkan pada tempatnya setelah topi keselamatan digunakan.
Hindari menempatkan topi keselamatan pada tempat yang berhubungan langsung dengan panas.
24
Teknika Kapal Penangkap Ikan
2. Topi Penyemprot Pasir
Membersihkan topi penyemprot pasir setelah digunakan.
Meletakkan pada tempatnya setelah digunakan.
Menjaga penempatan peralatan tersebut dari tempat yang aman sehingga tidak mudah hilang.
3. .Masker las yang dilengkapi dengan tangkai pemegang
Membersihkan masker las, setelah digunakan.
Meletakkan masker las tersebut pada tempat yang aman.
Menjaga kaca pengaman masker las dari tumbukan benda keras.
Menjaga kebersihan kaca masker las dari terkena kotoran.
4. Masker las yang dilengkapi dengan penutup kepala.
Membersihkan masker las, setelah digunakan.
Meletakkan masker las tersebut pada tempat yang aman.
Menjaga kaca pengaman masker las dari tumbukan benda keras.
Menjaga kebersihan kaca masker las dari menempelnya kotoran.
5. Masker pelindung muka
Membersihkan masker las, setelah digunakan.
Meletakkan masker las tersebut pada tempat yang aman.
Menjaga kaca pengaman masker las dari tumbukan benda keras.
Menjaga kebersihan kaca masker las dari menempelnya kotoran.
6. Pelindung mata
Menghindari kaca pelindung mata dari terkena benda keras.
Menyimpan pelindung mata pada tempat yang aman.
Menjaga kebersihan pelindung mata.
7. Kaca mata las acytelin
Membersihkan masker las, setelah digunakan.
Meletakkan masker las tersebut pada tempat yang aman.
Menjaga kaca pengaman masker las dari tumbukan benda keras.
Menjaga kebersihan kaca masker las dari menempelnya kotoran.
8. Kaca mata yang terbuat dari karet
Menghindari kaca mata dari terkena solar.
Menyimpan kaca mata pada tempat yang aman.
Menjaga kaca mata karet dari terkena kotoran langsung.
25
Teknika Kapal Penangkap Ikan
Membersihkan permukaan kaca mata dari kotoran yang menempel.
9. Peralatan pelindung dada
Menjaga kebersihan peralatan pelindung dada.
Menyimpan pada tempat yang aman.
Menghindari alat pelindung dari terkena benda tajam.
10. Sarung tangan yang terbuat dari kain
Menyimpan sarung tangan pada tempat yang aman.
Menghindari sarung tangan dari terkena benda tajam.
11. Sarung tangan las
Menyimpan sarung tangan pada tempat yang aman.
Menghindari sarung tangan dari terkena benda tajam.
12. Sepatu keselamatan
Menyimpan sepatu pada tempat yang aman.
Menjaga kebersihan sepatu pengaman.
Menghindari sepatu pengaman tersentuh panas secara langsung.
13. Jaring keselamatan
Menghindari jaring tersentuh langsung dengan benda tajam
Menghindari jaring tersentuh panas secara langsung.
14. Tutup telinga
Menyimpan pada tempat yang aman.
Mencegah peralatan tutup telinga (Ear muff) bersentuhan benda keras.
Menghindari sumbat telinga bersentuhan panas secara langsung.
2.3. TINDAKAN PENCEGAHAN UNTUK MEMASUKI RUANG TERTUTUP
Pada ruangan-ruangan tertutup seperti palkah, tanki, ruang pompa, koferdam, gudang/store yang tidak berventilasi terdapat kemungkinan timbul gas beracun atau uap beracun atau berkurangnya kandungan oksigen. Apabila terjadi suatu kecelakaan yang mengakibatkan terlukanya personil/ seseorang di dalam sebuah ruangan yang tertutup, langkah pertama yang diambil ialah alarm harus dibunyikan. Walaupun kecepatan / waktu sering merupakan hal yang vital dalam usaha menolong jiwa/nyawa orang, namun pelaksanaan pertolonganpertolongan penyelamatan tidak boleh dicoba sampai bantuan dan peralatanperalatan yang diperlukan telah didapat. Terdapat banyak contoh dimana nyawa orang hilang disebabkan oleh usaha-usaha yang terburu-buru / tergopoh-gopoh dan persiapan-persiapan yang buruk. Bila diadakan pengaturan-pengaturan dan penyusunan - penyusunan sebelumnya, hal ini
26
Teknika Kapal Penangkap Ikan
merupakan suatu hal yang sangat berharga didalam mengadakan suatu reaksi yang cepat dan efektif. Tali-tali penolong, alat-alat bantu pernapasan dan sarana-sarana lain dari peralatan penyelamatan harus dalam keadaan siaga serta siap pakai, demikian pula suatu tim yang terlihat untuk menaggulangi keadaan darurat patut tersedia. Apabila dicurigai bahwa suatu atmosfer yang tercampur/kotor sehingga menjadi tidak aman merupakan salah satu sebab dari kecelakaan itu, maka petugas / orang yang masuk kedalam ruangan itu harus menggunakan alat pelindung pernapasan serta mungkin, tali-tali penolong juga dipakai. Sebelumnya suatu kode dari isyarat-isyarat sudah disetujui bersama. Perwira yang bertugas untuk pelaksanaan pekerjaan penyelamatan tersebut harus tetap berada diluar ruangan, dimana ia dapat mengadakan kontrol yang efektif. 2.3.1
Berkurangnya Kandungan Oksigen
1. Bila suatu tanki kosong tertutup dan tidak terbuka dalam jangka waktu relatif lama, kandungan oksigen akan berkurang karena digunakan oleh baja dalam proses karat. Oksigen juga dapat berkurang pada ketel yang tidak digunakan yang telah diberi bahan kimia penyerap oksigen sebagai pencegahan karat. Pengurangan oksigen dalam palka juga dapat terjadi bilamana digunakan untuk memuat yang menyerap oksigen seperti : sayur-mayur yang membusuk atau fermentasi, irisan kayu, produk dari baja yang mulai berkarat dan lain-lain. 2. Hidrogen dapat terjadi dalam tangki muatan yang diberi perlindungan latodis. Konsentrasi hidrogen mungkin masih terdapat di bagian atas kompartemen, sehingga mendesak oksigen. 3. Jika CO2, atau uap digunakan untuk memadamkan kebakaran, maka kandungan oksigen akan berkurang dalam ruang tersebut. 4. Penggunaan gas permanen pada ruang muat kapal tanker. 2.3.2
Pengujian Oksigen, Gas dan Uap
Sebelum memasuki ruang di atas perlu dilakukan pengujian/test terlebih dahulu terhadap oksigen, gas dan uap sebelum dinyatakan aman. Pada prinsipnya terdapat tiga tipe peralatan untuk pengujian atmosfer dalam ruang tertutup yaitu : 1. The combusible gas indicator (Explosimeter)
Alat mengukur keberadaan dan kandungan uap hidrokarbon di udara. Explosimeter tidak cocok untuk mendeteksi gas dan uap berkonsentrasi terlalu rendah, tidak mengindikasikan penurunan kandungan oksigen atau presentasi kandungan hidrogen dan juga tidak mengukur kandungan racun dalam atmosfer. 2. Chemical absorbtion detector
Alat mendeteksi keberadaan gas dan uap tertentu pada thereshold limit value levels. Thereshold limit value levels (biasanya menunjukan gas dalam PPM) berkaitan dengan tingkat penunjukan harian untuk delapan jam, rata-rata konsentrasi yang dapat ditoleransi dan merupakan petunjuk yang berguna dalam
27
Teknika Kapal Penangkap Ikan
mengontrol bahaya dalam ruang tertentu. Zat yang dapat ditentukan secara teliti detektor ini adalah berzene dan hydrogen sulphide. 3. Oxygen content meter
Alat untuk mengukur prosentase kandungan oksigen, di dalam ruang yang dicurigai terjadi kekurangan oksigen. Setiap kapal harus memiliki alat tersebut. Dalam hal darurat dimana ruangan yang dimaksud dicurigai tidak aman, gunakanlah alat bantu pernapasan seperti breathing aparatus dari type yang disahkan (approved type), namun sebelum memakai alat tersebut, periksalah dengan disaksikan oleh nahkoda atau perwira yang bertugas. Hal-hal yang diperiksa minimal antara lain : 1. Tekanan sumber udaranya 2. Alarm tekanan rendah pada self contained breathing aparatus 3. Kekedapan masker dan jumlah sumber udaranya. 2.4.
PENCEGAHAN KECELAKAAAN
Untuk dapat mencegah terjadinya kecelakaan, maka kita harus mengetahui penyebab terjadinya kecelakaan tersebut. 2.4.1. Sebab-Sebab Kecelakaan Dari hasil penelitian ternyata 80-85 % kecelakaan disebabkan oleh faktor kesalahan dan kelalaian manusia yang lebih dominan. Kecelakaan umumnya diakibatkan karena berhubungan dengan sumber tenaga misalnya tenaga gerak mesin dan peralatan, kimia, panas, listrik dan lain-lain di atas ambang dari tubuh atau struktur bangunan. Kerugian-kerugian tersebut tidak sedikit menelan biaya dan untuk mengatasi hal tersebut perlu adanya usaha pencegahan melalui usaha keselamatan kerja yang baik. 2.4.2. Penyebab Terjadinya Kecelakaan Adapun penyebab yang dapat menimbulkan terjadinya kecelakaan adalah faktor manusia. Kecelakaan yang disebabkan oleh faktor manusia karena manusianya mempunyai sifat-sifat antara lain : 1. Tidak tahu, dimana yang bersangkutan tidak mengetahui bagaimana melakukan
pekerjaan dengan aman , dan tidak tahu bahaya-bahaya yang ditimbul-kannya sehingga terjadi kecelakaan. 2. Tidak mau yang bersangkutan, walupun telah mengetahui dengan jelas cara kerja
/ peraturan dan bahaya-bahaya yang ditimbulkan-nya serta mampu atau dapat melakukannya, tetapi kemauannya tidak ada yang berakibat terjadinya kesalahan sehingga terjadi kece-lakaan. 3. Tidak mampu / tidak bisa, yang bersangkutan telah mengetahui cara yang aman
dan bahaya -bahaya yang mungkin ditimbul-kannya, namun belum mampu atau kurang terampil sehingga melakukan suatu kesalahan yang fatal.
28
Teknika Kapal Penangkap Ikan
2.4.3. Akibat Kecelakaan Kerja Adapun akibat yang dapat ditimbulkan dari kecelakaan kerja adalah : 2.4.3.1. Bagi Karyawan 1. Kematian / cacat. 2. Persoalan kejiwaan akibat cacat, kerusakan bentuk tubuh atau kehilangan harta. 3. Kesedihan/penderitaan keluarga akibat kehilangan salah satu anggota keluarga. 4. Beban masa depan.
2.4.3.2. Bagi Perusahaan 1. Biaya pengobatan dan kegiatan pertolongan. 2. Biaya ganti rugi yang harus dibayar. 3. Upah yang dibayar selama korban tidak bekerja. 4. Biaya lembur. 5. Hilangnya kepercayaan masyarakat. 6. Penurunan produktivitas korban setelah bekerja nanti.
2.4.3.3. Bagi Masyarakat 1. Menimbulkan korban jiwa / cacat. 2. Kerusakan lingkungan. 3. Kerusakan harta.
Setelah kita mengetahui sebab dan proses terjadinya kecelakaan, maka kita dapat menentukan cara penanggulangannya, baik untuk meniadakan atau mengurangi akibat kecelakaan itu. Pada masa lalu, usaha keselamatan kerja ditujukan untuk mengatasi “Unsafe Act” dan “Unsafe Condition” yang ternyata hanya merupakan gejala dari adanya ketimpangan pada unsur sistem produksi. Karena perbaikan terhadap Unsafe Act dan Unsafe Condition ini tidak merubah sebab utama kecelakaan (ketimpangan unsur produksi), maka perbaikan ini sangat bersifat tambal sulam dan tidak permanen. Usaha yang bersifat permanen dapat dicapai dengan melakukan pencegahan atau perbaikan terhadap ketimpangan yang ada pada ketiga unsur sistem produksi (manusia, lingkunagn fisik dan manajemen). 2.4.4. Pencegahan Perbaikan pada unsur sistem produksi ini selain dapat mencegah terjadinya kecelakaan/insiden yang merugikan, juga dapat meningkatkan produktifitas perusahaan.
29
Teknika Kapal Penangkap Ikan
2.4.4.1. Pendekatan Sub Sistem Lingkungan fisik. Usaha keselamatan kerja yang diarahkan pada lingkungan fisik ini bertujuan untuk menghilangkan, mengendalikan atau mengurangi akibat dari bahaya-bahaya yang terkandung dalam peralatan, bahan-bahan produksi maupun lingkungan kerja. Menurut ASSE dalam “Thje Dictionary of term used in the safety professional”, bahaya adalah suatu keadaan atau perubahan lingkungan yang mengandung potensi untuk menyebabkan cedera, penyakit, kerusakan harta benda, bahaya ini dapat berbentuk bahaya mekanik, fisik, kimia, dan listrik. Usaha Pencegahan Kecelakaan melalui : 1. Perancangan
mesin keselamatannya.
atau
peralatan
dengan
memperhatikan
segi-segi
2. Perancangan peralatan atau lingkungan kerja yang sesuai dengan batas
kemampuan pekerja, agar tercipta “The Right Design for Human” sehingga dapat dihindari ketegangan jiwa, badan maupun penyakit kerja terhadap manusia. 3. Pembelian yang didasarkan mutu dan syarat keselamatan kerja. 4. Pengelolaan (pengangkutan, penyusunan, penyimpanan) bahan-bahan produksi
dengan memperhitungkan standar keselamatan yang berlaku. 5. Pembuangan
bahan limbah/ ballast/air got dengan memper-hitungkan kemungkinan bahaya-nya, baik terhadap masyarakat maupun lingkungan sekitarnya.
2.4.4.2. Pendekatan Sub Sistem Manusia. Tinjauan terhadap unsur manusia ini dapat berdiri sendiri, tetapi harus dikaitkan dengan interaksinya bersama unsur lingkungan fisik dan sistem manajemen. Dari sudut manusia secara pribadi, kita harus mengusahakan agar dapat dicapainya penempatan kerja yang benar (the right man in the right job) disertai suasana kerja yang baik. Oleh karena itu usaha pencegahan kecelakaan ditinjau dari sudut unsur manusia meliputi antara lain : 1. Dari Segi Kemampuan Dari segi kemampuan, dapat dilakukan program pemilihan penempatan dan pemindahan pegawai yang baik, selain itu perlu dilaksanakan pendidikan yang terpadu bagi semua karyawan sesuai dengan kebutuhan jabatan yang ada. Karyawan / ABK yang secara fisik mampu melaksanakan pekerjaannya dengan baik, perlu dilakukan : a. Uji kesehatan pra kerja b. Uji kesehatan tahuanan secara berkala c. Penempatan kerja yang baik d. Uji kesehatan untuk pemindahan pegawai pengamatan keterbatasan fisik dari pekerja, dll.
30
Teknika Kapal Penangkap Ikan
Sedangkan untuk memperoleh karyawan/ABK yang tepat dari segi pengetahuannya, keterampilan dan sikap kerja sesuai kompetensi perlu dilakukan pembinaan, baik bagi pekerja/ABK baru, maupun pekerja lainnya. 2. Dari Segi Kemauan Dari segi kemauan, perlu dilakukan program yang mampu / mau, memberikan motivasi pada para pekerja agar bersedia bekerja secara aman. Faktor-faktor yang mempengaruhi kemauan karyawan dalam bidang keselamatan kerja antara lain : a. Contoh yang diberikan oleh pengawas, pimpinan madya maupun pejabat teras perusahaan. b. Komunikasi, dalam bentuk safety contact, safety indoctrination, propaganda & publikasi kesela-matan dan lain-lain. c. Partisipasi karyawan, seperti : safety talks, safety meeting safety observer program dan lain-lain. d. Enforcement, melalui penerapan peraturan keselamatan kerja dan saksi-saksinya. e. Hadiah ( Reward ) dalam bentuk “Safe Behavior Reinforcement “ maupun “Award Program” f. Dari segi keadaan mental, seperti: marah, ketegangan kerja (stress), kelemahan mental, bioritmik, dll. Dapat diatasi melalui perencanaan alat dan kepengawasan yang baik, sehingga tercipta suasana kerja yang aman dan nyaman. 2.4.4.3. Pendekatan Sub Sistem Manajemen. Manajemen merupakan unsur penting dalam usaha penanggulangan kecelakaan, karena manajemenlah yang menentukan pengaturan unsur produksi lainnya. Dalam kaitannya dengan manajemen ini, perlu digaris bawahi bahwa keselamatan kerja yang baik harus terpadu dalam kegiatan perusahaan. Ini dapat terwujud jika keselamatan kerja dipadukan dalam prosedur yang ada dalam perusahaan Selain usaha untuk memadukan keselamatan kerja kedalam sistem prosedur kerja perusahaan, masih diperlukan usaha-usaha lain untuk memadukan keselamatan kerja dalam kegiatan operasi perusahaan. Umumnya usaha-usaha ini dirumuskan dalam suatu program keselamatan kerja yang komponen-komponennya antara lain : 1. Kebijakan keselamatan kerja (Safety Policy) dan partisipasi manajemen
(Manajemen Participation). 2. Pembagian tanggung jawab dan pertanggungjawaban (Accountability) dalam
bidang keselamatan kerja. 3. Panitia keselamatan kerja (Safety Commitee). 4. Peraturan standar dan prosedur keselamatan kerja. 5. Sistem untuk menentukan bahaya, baik yang potensial melalui inspeksi, analisa
kegagalan (Fault Tree Analysis). Analisa keselmatan (Job Safety Observation). Incident Recall Techniques maupun yang telah terjadi melalui penyelidikan kecelakaan (Accident Investigation):
31
Teknika Kapal Penangkap Ikan
1. Pencegahan secara teknik melalui: pengawasan teknik, perlindungan mesin, alat-
alat keselamatan, perlindungan perorangan (Personal Protective Equipment), program medis, pengendalian lingkungan dan tata rumah tangga. 2. Prosedur pemilihan, penempatan dan pemindahan pegawai serta program
pembinaan. 3. Program motivasi yang meliputi : indoktrinasi keselamatan kerja, pertemuan
keselamatan kerja dan lain-lain. 4. Enforcement dan Supervission. 5. Emergency Action Plan (Rencana Tindakan Darurat). 6. Program Pengendalian Kebakaran. 7. Pengendalian Tuntutan dan Biaya Ganti Rugi. 8. Penilaian efektifitas program keselamatan kerja, melalui Catatan dan Analisa
Kecelakaan, Pelaporan Kecelakaan Audit Keselamatan, perhitungan biaya dan operasi produksi.
32