BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1
Komunikasi
2.1.1 Pengertian Komunikasi Komunikasi merupakan kebutuhan manusia yang sangat vital. Manusia diciptakan Tuhan sebagai makhluk sosial. Dimana seseorang tidak dapat hidup dengan bergantung pada dirinya sendiri melainkan harus hidup saling melengkapi antara satu dengan yang lain. Sebagai manusia kita perlu berkomunikasi untuk membina hubungan antar sesama manusia. Banyak pakar menilai bahwa komunikasi adalah suatu kebutuhan yang sangat fundamental bagi seseorang dalam hidup bermasyarakat. Komunikasi mengandung makna bersama-sama (common). Istilah komunikasi atau communication berasal dari bahasa Latin yaitu communicatio yang berarti pemberitahuan atau pertukaran. Kata sifatnya communis, yang bermakna umum atau bersama-sama. Sehingga dapat disimpulkan bahwa komunikasi adalah suatu usaha pemberitahuan atau pertukaran informasi yang memiliki tujuan untuk kebersamaan atau kesamaan makna. Menurut Agus M. Hardjana dalam buku Komunikasi Interpersonal dan Intrapersonal mengatakan bahwa: “Komunikasi dapat dirumuskan sebagai kegiatan dimana seseorang menyampaikan pesan dari media tertentu kepada orang lain dan sesudah menerima pesan serta memahami sejauh kemampuan, penerima pesan
11
12
menyampaikan tanggapan melalui media tertentu pula kepada orang yang menyampaikan pesan itu kepadanya”. Dalam hal ini komunikasi yang dilakukan manusia melalui proses yang melibatkan individu ke dalam suatu hubungan antar organisasi dan masyarakat yang mampu menciptakan dan merespon pesan untuk beradaptasi dengan lingkungan sekitar. Menurut Harold D. Lasswell, cara yang baik untuk menggambarkan komunikasi adalah dengan menjawab pertanyaan berikut: a. Who (Siapa?) b. Say What (Mengatakan Apa?) c. In Which Channel (Dengan Saluran Apa?) d. To Whom (Kepada Siapa?) e. With What Effect? (Dengan Efek Bagaimana?) Unsur sumber (who) mengundang pertanyaan mengenai pengendalian pesan. Unsur pesan (say what) merupakan bahan untuk analisis isi. Saluran komunikasi (in which channel) menarik untuk mengkaji mengenai analisis media. Unsur penerima (to whom) banyak digunakan untuk studi analisis khalayak. Unsur pengaruh (with what effect) berhubungan erat dengan kajian mengenai efek pesan kepada khalayak.
13
Who
Says What
In Which Channel
To Whom
With What Effect?
Gambar 2.1 Model Lasswell Berdasarkan model komunikasi Lasswell tersebut disimpulkan bahwa dalam hal ini pihak komunikator menyampaikan pesan kepada komunikan melalui saluran tertentu yang akan menimbulkan sebuah efek (feedback). (Wiryanto, 2008: 17) 2.1.2 Komunikasi Massa 2.1.2.1 Definisi Komunikasi Massa Pada dasarnya komunikasi massa adalah komunikasi melalui media massa (media cetak dan elektronik). Media massa atau media saluran dihasilkan oleh teknologi modern. Massa dalam arti komunikasi massa lebih menunjuk pada penerima pesan yang berkaitan dengan media massa. Dengan kata lain, massa yang dalam sikap dan perilakunya berkaitan dengan peran media massa. Oleh karena itu ‘massa’ disini menunjuk kepada khalayak, audience, penonton, pemirsa, atau pembaca. Dan yang menjadi media antara lain: televisi, radio, internet, majalah, koran, tabloid, buku, dan film. Ada satu definisi komunikasi massa yang dikemukakan Michael W. Gamble dan Teri Kwal Gamble (1986) mencakup hal-hal sebagai berikut: 1. Komunikator dalam komunikasi massa mengandalkan peralatan modern untuk menyebarkan atau memancarkan pesan secara cepat kepada khalayak yang luas
14
dan tersebar. Pesan itu disebarkan melalui media modern pula antara lain surat kabar, majalah, televisi, film, atau gabungan di antara media tersebut. 2. Komunikator dalam komunikasi massa dalam menyebarkan pesan-pesannya bermaksud mencoba berbagi pengertian dengan jutaan orang yang tidak saling kenal atau mengetahui satu sama lain. Anonimitas audience dalam komunikasi massa inilah yang membedakan pula dengan jenis komunikasi yang lain. Bahkan pengirim dan penerima pesan tidak saling mengenal satu sama lain. 3. Pesan adalah milik publik. Artinya bahwa pesan ini bisa didapatkan dan diterima oleh banyak orang. Karena itu, diartikan milik publik. 4. Sebagai sumber, komunikator massa biasanya organisasi formal seperti jaringan, ikatan, atau perkumpulan. Dengan kata lain, komunikatornya tidak berasal dari seseorang, tetapi lembaga. Lembaga ini pun biasanya berorientasi pada keuntungan, bukan organisasi suka rela atau nirlaba. 5. Komunikasi massa dikontrol oleh gatekeeper (penapis informasi). Artinya, pesanpesan yang disebarkan atau dipancarkan dikontrol oleh sejumlah individu dalam lembaga tersebut sebelum disiarkan lewat media massa. 6. Umpan balik dalam komunikasi massa sifatnya tertunda. Kalau dalam jenis komunikasi lain, umpan balik bisa bersifat langsung. Misalnya, dalam komunikasi antar pesona. Dalam komunikasi ini umpan balik langsung dilakukan, tetapi komunikasi yang dilakukan lewat surat kabar tidak bisa langsung dilakukan alias tertunda (delayed).
15
Definisi lain pernah dikemukakan oleh Joseph A. Devito yakni, “First, mass communication is communication addressed to masses, to an extremely large science. This does not mean that the audience includes all people or everyone who reads or everyone who watches television; rather it means an audience that is large and generally rather poorly defined. Second, mass communication is communication mediated by audio and/or visual transmitter. Mass communication is perhaps most easily and most logically defined by its forms: television, radio, newspaper, magazines, films, books, and tapes”. Yang mana mempunyai arti, “Pertama, komunikasi massa adalah komunikasi yang ditujukan kepada massa, kepada khalayak yang luar biasa banyaknya. Ini tidak berarti bahwa khalayak meliputi seluruh penduduk atau semua orang yang membaca atau semua orang yang menonton televisi, agaknya ini tidak berarti pula bahwa khalayak itu besar dan pada umumnya agak sukar untuk didefinisikan. Kedua, komunikasi massa adalah komunikasi yang disalurkan oleh pemancar-pemancar yang audio dan atau visual. Komunikasi massa barangkali akan lebih mudah dan lebih logis bila didefinisikan menurut bentuknya (televisi, radio, surat kabar, majalah, film, buku, dan pita). Dengan demikian, media massa adalah alat-alat dalam komunikasi yang bisa menyebarkan oesan secara serempak, cepat kepada audience yang luas dan heterogen. Kelebihan media massa dibanding dengan jenis komunikasi lain adalah ia bisa mengatasi hambatan ruang dan waktu. Bahkan media massa mampu menyebarkan pesan hampir seketika pada waktu yang tak terbatas. (Nurudin, 2007: 9)
16
2.1.2.2
Fungsi Komunikasi Massa
Sama seperti definisi komunikasi massa, fungsi dari komunikasi massa juga mempunyai tujuan dan latar belakang yang berbeda-beda antara satu dan yang lainnya. Menurut Jay Black dan Frederick C. Whitney (1988) antara lain: (1) to inform (menginformasikan), (2) to entertain (member hiburan), (3) to persuade (membujuk), dan (4) transmission of the culture (transmisi budaya). (Nurudin, 2007: 64) Sedangkan menurut Alexis S. Tan fungsi komunikasi bisa beroperasi dalam empat hal. Meskipun ia tidak menyebutkan secara pasti, tetapi jika ketika ia menyebut bahwa penerima pesan dalam komunikasi bisa kumpulan orang (a group of persons) atau ia menyebutnya mass audience, sedangkan pengirim pesan (komunikator) termasuk kelompok orang atau media massa, itu sudah dapat dijadikan bukti bahwa fungsi yang dimaksud adalah fungsi komunikasi massa. Paling tidak, itu bisa dilihat dari ciri komunikator dan audience-nya. Untuk memperjelas fungsi-fungsi yang disodorkannya, Alexis S. Tan menyederhanakan dalam tabel sebagai berikut:
17
Tabel 2.1 Fungsi Komunikasi Massa Alexis S. Tan NO.
Tujuan Komunikator (Penjaga Sistem)
Tujuan Komunikan (Menyesuaikan diri pada system: pemuasan kebutuhan)
1.
Memberi Informasi
Mempelajari ancaman dan peluang, memahami lingkungan, menguji kenyataan, meraih keputusan.
2.
Mendidik
Memperoleh pengetahuan dan keterampilan yang berguna memfungsikan dirinya secara efektif dalam masyarakatnya, mempelajari nilai, tingkah laku yang cocok agar diterima dalam masyarakatnya.
3.
Mempersuasi
Memberi keputusan, mengadopsi nilai, tingkah laku, dan aturan yang cocok agar diterima dalam masyarakatnya.
4.
Menyenangkan, Menggembirakan, mengendorkan urat syaraf, memuaskan kebutuhan menghibur, dan mengalihkan perhatian dari masalah komunikan yang dihadapi.
(Sumber: Alexis S. Tan 1981)
Jadi, pada dasarnya fungsi utama komunikasi massa adalah memberi informasi yang dibutuhkan oleh penontonnya, mendidik dengan memberikan pengetahuan dan keterampilan yang beguna memfungsikan dirinya secara efektif dalam masyarakat, mempersuasi dengan mampu memberikan keputusan, menyenangkan dan memuaskan kebutuhan dengan mengalihkan penontonnya dari masalah yang dihadapi. 2.2 Televisi Televisi merupakan perkembangan medium berikutnya setelah radio yang memiliki karakter secara spesifik yaitu audio visual. Dan sekarang ini keberadaan televisi sangat diperhitungkan dan tidak dapat dipisahkan dari aktivitas manusia. Media televisi sendiri merupakan gabungan dari segi verbal, visual, teknologikal, dan
18
dimensi dramatikal. Verbal, berhubungan dengan kata-kata yang disusun secara singkat, padat, dan efektif. Visual, lebih banyak menekankan pada bahasa gambar yang tajam, jelas, hidup, memikat. Teknologikal, berkaitan dengan daya jangkau siaran, kualitas siaran dan gambar yang dihasilkan serta diterima melalui pesawat televisi penerima di rumah-rumah (Haris Sumadiria, 2005: 4). Dengan demikian televisi diartikan sebagai televisi siaran yang merupakan hasil perpaduan tiga komponen yang tidak dapat saling dipisahkan yaitu, studio televisi, pemancar (transmission) dan pesawat penerima (receiver) atau pesawat televisi. Perpaduan tiga komponen tersebut disebut trilogi televisi. Trilogi televisi ini berfungsi untuk menghasilkan siaran televisi. Siaran televisi sesuai dengan sifatnya yang dapat dilihat secara audio visual (suara dan gambar) secara bersamaan oleh semua lapisan masyarakat, baik kaya ataupun miskin, tua ataupun muda, mahasiswa sampai dengan anak-anak. Kelebihan televisi yaitu mampu menyajikan berbagai kebutuhan manusia.mulai dari hiburan, informasi dan pendidikan. Stasiun televisi merupakan lembaga penyiaran atau tempat bekerja yang melibatkan banyak orang, dan yang mempunyai kemampuan atau keahlian dalam bidang penyiaran yang berupaya menghasilkan siaran atau karya yang baik. Stasiun televisi adalah tempat kerja yang paling kompleks yang melibatkan banyak orang dalam berbagai jenis keahlian seperti, juru kamera, editor gambar, reporter, ahli grafis,
19
scriptwriter, dan staf operasional lainnya yang selalu berupaya untuk menyajikan gambar / visual sebaik mungkin. Pada umumnya siaran bertujuan untuk memberi informasi yang dapat dinikmati dan dapat diterima di kalangan masyarakat, menurut Morrisan (2004) bahwa: “Siaran televisi merupakan pemancaran sinyal listrik yang membawa muatan gambar proyeksi yang terbentuk melalui pendekatan sistem lensa dan suara”. 2.2.1 Fungsi Televisi Fungsi Televisi adalah memberikan informasi, menghibur, mendidik dan mengajak. Akan tetapi fungsi utamanya tetap menghibur meskipun dalam program – program yang disajikan mengandung segi informasi dan pendidikan, hanya sebagai pelengkap saja dalam rangka memenuhi kebutuhan alamiah manusia. Tiga fungsi pokok televisi, yaitu: 1.
Fungsi penerangan (The Information Function) Televisi merupakan media yang mampu menyiarkan informasi yang amat memuaskan. Hal ini disebabkan dua faktor yang terdapat di dalamnya yaitu: immediacy dan realism. Immediacy mencakup pengertian langsung dan dekat. Peristiwa yang disiarkan langsung stasiun televisi dapat dilihat dan didengar oleh pemirsa pada saat peristiwa itu berlangsung, seolah – olah mereka berada di tempat kejadian tersebut. Sedangkan realism mengandung makna kenyataan, dimana televisi menyiarkan secara audio visual sesuai dengan fakta.
20
2.
Fungsi pendidikan (The Educational Function) Sebagai media massa, televisi merupakan sarana yang ampuh untuk menyiarkan acara pendidikan kepada masyarakat yang jumlahnya sangat banyak. Sesuai dengan makna pendidikan, yaitu pengetahuan dan penalaran masyarakat, televisi menyiarkan acara – acara tertentu secara implisit mengandung pendidikan seperti kuis, film, dan sebagainya yang disebut Educational Television (ETV) yaitu, dengan cara menyisipkan ke dalam siaran yang bersifat umum. Karena keampuhannya itulah, maka fungsi pendidikan yang dikandung televisi ditingkatkan lagi, sehingga dinamakan sarana pendidikan jarak jauh yang disebut Instruction Television.
3.
Fungsi hiburan (The Entertainment Function) Fungsi hiburan sangat lekat dengan televisi. Sebagian besar dari alokasi waktu masa siaran diisi oleh acara – acara hiburan. Hal ini dapat dimengerti karena televisi mampu memberikan gambar hidup serta suara bagaikan kenyataan, dan dapat dinikmati sekalipun khalayak tidak mengerti bahasa asing, bahkan tuna wicara. (Onong, 2002)
21
2.2.2 Keunggulan Televisi Televisi mempunyai keunggulan lebih dibanding media massa lainnya, yaitu: 1.
Audio Visual Televisi memiliki banyak kelebihan salah satunya adalah dapat didengar sekaligus dapat dilihat (audio visual). Jadi, apabila khalayak radio siaran hanya dapat mendengar kata – kata, sound effect, dan musik, maka khalayak televisi mampu melihat gambar yang bergerak. Namun demikian, bukan berarti gambar lebih penting dari kata-kata, keduanya juga harus ada kesesuaian secara harmonis.
2.
Berpikir dalam gambar Pihak yang bertanggung jawab atas kelancaran acara televisi adalah pengarah acara yang harus mampu berpikir dalam gambar (think in picture).
Begitu
pula
bagi
seorang
komunikator
yang
akan
menyampaikan informasi, pendidikan atau persuasi, sebaiknya mampu berpikir dalam gambar. 3.
Pengoperasian lebih kompleks Dibandingkan dengan siaran radio, pengoperasian televisi suara lebih kompleks dan lebih banyak melibatkan orang. Peralatan yang digunakan pun harus lebih rumit dan harus dilakukan orang – orang yang ahli dan terampil.
22
2.2.3 Format Acara Televisi Format Acara Televisi dibagi ke dalam tiga format, yaitu: 1. Drama (Fiksi) -
Others
-
Tragedy
-
Aksi
-
Komedi
-
Cinta
-
Legenda
-
Horror
2. Non-drama (non-fiksi) -
Music
-
Magazine show (Air Magazine)
-
Talk show
-
Variety Show
-
Re-packaging
-
Game Show
23
-
Quiz
3. Berita / News -
Features
-
Sport
-
News
Fiksi (Drama) adalah sebuah format acara televisi yang diproduksi dan diciptakan melalui proses imajinasi kreatif dari kisah-kisah fiksi yang direkayasa dan dikreasi ulang. Format yang digunakan merupakan interpretasi kisah kehidupan yang diwujudkan dalam suatu runtutan cerita dalam sejumlah adegan. Adegan – adegan tersebut akan menggabungkan antara realitas kenyataan hidup dengan imajinasi khayalan para kreatornya. Non-fiksi (Non-drama) adalah sebuah format acara televisi yang diproduksi dan diciptakan melalui proses pengolahan imajinasi kreatif dari realitas kehidupan seharihari tanpa harus menginterpretasikan ulang dan tanpa harus menjadi dunia khayalan. Non-drama bukanlah sebuah runtutan cerita fiksi dari setiap pelakunya. Untuk itu program acara non-drama merupakan sebuah runtutan pertunjukan kreatif yang mengutamakan unsur hiburan yang dipenuhi oleh aksi gaya dan musik. Berita (News) adalah sebuah format acara televisi yang diproduksi berdasarkan informasi dan fakta atau kejadian dan peristiwa sehari-hari. Format ini memerlukan
24
nilai-nilai faktual dan aktual yang disajikan dengan ketepatan dan kecepatan waktu dimana dibutuhkan sifat liputan yang independen. 2.3 Sinetron Sinetron kependekan dari sinema elektronik. Berdasarkan makna dari kata sinema, penggarapannya tidak jauh berbeda dengan penggarapan film layar putih. Naskah sinetron disebut juga skenario, seperti skenario dalam film layar lebar. Pembuatan sinetron menggunakan kamera elektronik dengan video rekorder. Bahannya, pita di dalam kaset. Penyajiannya dipancarkan dari stasiun televisi, dan diterima melalui layar kaca pesawat televisi di rumah-rumah. Ada beberapa pakem yang dapat dikembangkan untuk khazanah lakon di Indonesia, yaitu: 1) pakem legenda, 2) pakem sejarah klasik, 3) pakem penjajahan dan perjuangan, 4) pakem cerita wayang. Namun sampai sekarang pakem-pakem itu belum dikembangkan secara maksimal. Semuanya masih diarahkan ke permasalahan cinta dan permasalahan balas dendam. Program sinetron di dalam televisi memilki berbagai corak, yaitu: a. Sinetron lepas adalah sinetron yang satu kali tayangan selesai. b. Sinetron serial biasanya memiliki benang merah untuk menghubungkan episode yang satu dengan episode yang lain. Benang merah ini dapat menggunakan 3 kemungkinan: 1) tempat kejadian yang menjadi seluruh latar
25
belakang cerita, 2) tokoh utama, 3) kejadian khusus yang selalu menjadi permasalahan. c. Telenovela adalah bentuk sinetron yang corak sajiannya sebagaimana novel. Telenovela episode-episodenya bisa berjumlah banyak, tetapi bisa juga berjumlah sedikit atau sering disebut miniseri (episodenya tidak lebih dari enam episode). Kebanyakan penulis skenario di Indonesia kurang begitu suka menjalankan riset yang serius sehingga menemukan aspek yang berbeda dari kejadian yang sama. Berhasilnya sebuah sinetron adalah hasil dari bagaimana pengarang cerita mampu meracik cerita yang bagus. (Fred Wibowo, 2009: 226 – 234) 2.4 Persepsi Persepsi adalah pengalaman tentang objek, peristiwa, atau hubungan-hubungan yang diperoleh dengan menyimpulkan informasi dan menafsirkan pesan. Persepsi ialah memberikan makna pada stimulus inderawi (sensory stimuli). Hubungan persepsi dan sensasi sudah cukup jelas. Sensasi adalah bagian dari persepsi. Walaupun begitu, menafsirkan makna informasi inderawi tidak hanya melibatkan sensasi, tapi juga atensi, ekspektasi, motivasi, dan memori. Persepsi bersifat kompleks. Tidak ada hubungan satu lawan satu antara pesan yang terjadi di “luar sana” – dalam getaran udara dan dalam tanda-tanda hitam diatas sehelai kertas – dengan pesan yang akhirnya memasuki otak. (Devito, 2004: 75)
26
Gambar 2.2 Proses Persepsi
Terjadinya stimulasi alat indera
Stimulasi alat indera diatur
Stimulasi alat indera dievaluasi – ditafsirkan
2.4.1 Macam – Macam Persepsi Persepsi manusia sebenarnya terbagi menjadi dua: persepsi terhadap objek (lingkungan fisik) dan persepsi terhadap manusia. Keduanya mempunyai perbedaan, yaitu: 1. Persepsi Terhadap Objek (Lingkungan Fisik) Persepsi terhadap objek (lingkungan fisik) adalah proses penafsiran terhadap objek-objek yang tidak bernyawa disekitar. Dalam mempersepsikan lingkungan fisik, terkadang indera kita melakukan kekeliruan. Indera kita tidak jarang menipu kita, sehingga kita juga ragu seberapa dekat persepsi kita dengan realitas sebenarnya. Ada beberapa faktor yang mampu mempengaruhi persepsi terhadap objek, yaitu: latar belakang pengalaman, latar belakang budaya, suasana psikologis, pengharapan dan kondisi faktual panca indera. (Mulyana, 2009: 184-190)
27
1. Persepsi terhadap manusia (sosial) Persepsi sosial adalah proses menangkap arti objek-objek sosial dan kejadiankejadian yang kita alami dalam lingkungan sekitar. Setiap manusia memiliki gambaran berbeda mengenai realitas di sekelilingnya. (Mulyana, 2009: 191) 2.4.2 Prinsip – Prinsip Persepsi Menurut Dedy Mulyana (2009: 191-207), terdapat beberapa prinsip penting mengenai persepsi: -
Persepsi berdasarkan pengalaman. Persepsi manusia terhadap seseorang, objek atau kejadian dan reaksi mereka terhadap hal-hal itu berdasarkan pengalaman (dan pembelajaran) masa lalu yang berkaitan dengan orang, objek atau kejadian serupa.
-
Persepsi bersifat selektif. Atensi dipengaruhi oleh faktor-faktor internal: faktor biologis (lapar dan haus), faktor fisiologis (gemuk, kurus, tinggi, pendek, sehat, sakit), faktor-faktor psikologis (kesedihan, kemarahan), dan faktor-faktor sosial budaya (gender, agama, pekerjaan, penghasilan
-
Persepsi bersifat dugaan. Proses persepsi yang bersifat dugaan itu memungkinkan kita menafsirkan suatu objek dengan makna yang lebih lengkap dari suatu sudut pandang mana pun. Dugaan diperlukan untuk membuat kesimpulan berdasarkan informasi yang tidak lengkap lewat pengindreaan itu.
28
-
Persepsi bersifat evaluatif. Persepsi bersifat pribadi dan subjektif. Menggunakan kata-kata Andrea L. Rich, “Persepsi pada dasarnya mewakili keadaan fisik dan psikologis individu alih-aih menunjukkan karakteristik dan kualitas mutlak objek yang dipersepsi.
-
Persepsi bersifat kontekstual. Rangsangan dari luar harus diorganisasikan. Dari semua pengaruh dalam persepsi, konteks merupakan salah satu pengaruh yang paling kuat. Konteks rangsangan sangat memperngaruhi struktur kognitif, pengharapan dan persepsi kita.
2.4.3 Faktor – Faktor Yang Menentukan Persepsi Ada dua faktor yang menentukan persepsi menurut Jalaluddin Rakhmat (2011: 54-60) 1. Faktor fungsional Faktor fungsional berasar dari kebutuhan, pengalaman masa lalu dan hal-hal lain yang termasuk apa yang kita sebut sebagai faktor-faktor personal. Yang menentukan persepsi bukan jenis atau bentuk stimulus, tetapi karakteristik orang yang memberikan respon pada stimulus itu. Faktor-faktor fungsional yang mempengaruhi persepsi lazim disebut sebagai kerangka
rujukan.
Dalam
kegiatan
komunikasi,
kerangka
rujukan
mempengaruhi bagaimana orang member makna pada pesan yang diterimanya. Menurut McDavid dan Harari, para psikolog menganggap
29
konsep kerngka rujukan ini amat berguna untuk menganalisis interpretasi perceptual dari peristiwa yang dialami. 2. Faktor Struktural Faktor-faktor structural berasal semata-mata dari sifat stimulus fisik dan efek-efek syaraf yang ditimbulkannya pada sistem syaraf individu. Menurut Teori Gesalt, bila kita mempersepsi sesuatu, kita mempersepsinya sebagai suatu keseluruhan. Tidak melihat bagian-bagiannya, lalu menghimpunnya. Menurut Kohler, “jika kita ingin memahami suatu peristiwa, kita tidak dapat meneliti fakta-fakta yang terpisah; kita harus memandangnya dalam hubungan keseluruhan. Untuk memahami seseorang, kita harus melihatnya dalam konteksnya, dalam lingkungannya dan dalam masalah yang dihadapinya”. Dalam penelitian ini peneliti mengangkat persepsi khalayak terhadap sinetron “Yusra dan Yumna” di RCTI. 2.4.4 Efek-efek Persepsi Ada tiga dimensi efek Persepsi, yaitu: kognitif, afektif, dan konatif (behavior). Berikut penjelasannya: 1. Efek Kognitif Efek kognitif adalah akibat yang timbul pada diri komunikan yang sifatnya informatif bagi dirinya. Dalam efek kognitif ini akan dibahas tentang
30
bagaimana media massa dapat membantu khalayak dalam mempelajari informasi yang bermanfaat dan mengembangkan keterampilan kognitif. Melalui media massa, kita memperoleh informasi tentang benda, orang atau tempat yang belum pernah kita kunjungi secara langsung. 2. Efek Afektif Efek ini kadarnya lebih tinggi daripada efek kognitif. Tujuan dari komunikasi massa bukan hanya sekedar memberitahu kepada khalayak agar menjadi tahu tentang sesuatu, tetapi lebih dari itu, setelah mengetahui informasi yang diterimanya, khalayak diharapkan merasakannya. 3. Efek Konatif Efek konatif (behavioral) merupakan akibat yang timbul pada diri khalayak dalam bentuk perilaku, tindakan atau kegiatan. Adegan kekerasan dalam televisi atau film akan menyebabkan orang menjadi beringas. Namun, semua informasi dari berbagai media itu tidak mempunyai efek yang sama. 2.5 Khalayak Khalayak biasa disebut dengan istilah penerima, sasaran, pembaca, pendengar, pemirsa, audience, decoder atau komunikan. Khalayak adalah salah satu actor dari proses komunikasi. Karena itu unsure khalayak tidak boleh diabaikan, sebab berhasil tidaknya suatu proses komunikasi sangat ditentukan oleh khalayak. Suatu kegiatan
31
komunikasi yang diboikot oleh khalayak sudah pasti komunikasi itu akan gagal dalam mencapai tujuannya. (Cangara, 2006: 135) Khalayak dalam studi komunikasi bisa berupa individu, kelompok, dan masyarakat. Ada tiga aspek yang perlu diketahui seorang komunikator menyangkut tentang khalayaknya, yakni aspek sosiodemografik, aspek profil psikologis, dan aspek karakteristik perilaku khalayak. (Cangara, 2006: 135) -
Aspek sosiodemografik: a. Jenis kelamin, apakah khalayak itu mayoritas laki-laki atau wanita. b. Usia, apakah khalayak umumnya anak-anak, remaja atau orang tua. c. Populasi, apakah jumlah khalayak yang ada kurang dari 10 orang atau lebih dari 50 orang. d. Lokasi, apakah khalayak umumnya tinggal di desa atau di kota. e. Tingkat pendidikan, apakah mereka rata-rata sarjana atau hanya tamatan sekolah dasar. f. Bahasa, apakah mereka bisa mengerti bahasa Indonesia atau tidak. g. Agama, apakah semuanya beragama islam atau beragama lain. h. Pekerjaan, apakah mereka umumnya petani, nelayan, guru atau pengusaha.
32
i. Ideologi, apakah mereka umumny anggota partai tertentu atau tidak. j. Pemilikan media, apakah mereka rata-rata memiliki pesawat TV, berlangganan surat kabar atau tidak. -
Aspek Profil Psikologis: a. Emosi,
apakah
mereka
rata-rata
memiliki
temperamen
mudah
tersinggung, sabar atau periang. b. Bagaimana pendapat-pendapat mereka. c. Adakah keinginan mereka yang perlu dipenuhi. d. Adakah selama ini mereka menyimpan rasa kecewa, frustrasi, atau dendam. -
Aspek karakteristik perilaku khalayak: a. Hobi, apakah mereka umumnya suka olahraga, menyanyi atau pelesiran. b. Nilai dan norma, hal-hal apa yang menjadi tabu untuk mereka. c. Mobilitas sosial, apakah mereka umumnya suka bepergian atau tidak. d. Perilaku komunikasi, apakah kebiasaan mereka suka berterus terang atau tidak. Mengenai tujuan yang ingin dicapai harus jelas, sederhana, dapat dispesifikasikan,
realistis dalam arti dapat dilaksanakan, serta terdapat keseimbangan antara biaya,
33
waktu, dan tenaga yang tersedia. Tujuan yang telah ditetapkan menjadi pedoman dalam kegiatan komunikasi yang akan dilakukan. Seorang komunikator perlu memahami bahwa penerima adalah salah satu actor yang sangat menentukan berhasil tidaknya proses komunikasi. Karena itu penerima dalam mendecode atau menyerap pesan harus dilihat sebagai suatu proses kegiatan yang aktif dengan memanfaatkan saluran-saluran organic dan mekanik yang ada. Gambar 2.3
Bagi seseorang penerima informasi, keterampilan komunikasi yang harus dimiliki ialah kemampuan memanfaatkan media komunikasi baik organik maupun mekanis. Kemampuan memanfaatkan media organik terlihat dari aktivitas sehari-hari dimana 45% diantaranya adalah mendengar, 30% berbicara, 16% membaca dan 9% untuk menulis.
34
Rogers membagi pelapisan penerima pesan atas lima tipe, yakni: a. Innovator, mereka yang gandrung pada perubahan dengan berani melakukan uji-coba yang penuh resiko. Golongan ini terbuka pada dunia luar, diterpa oleh media massa, serta memiliki pengetahuan teknis pada bidang-bidang tertentu. Kadang merasa tidak cocok dengan lingkungannya sehingga berusaha untuk mengubahnya. Rata-rata mereka berusia muda. b. Early Adopter, mereka yang pertama kali menerima ide-ide baru dari pembaharu (innovator). Mereka adalah golongan yang berintegrasi dengan sistem sosial yang ada. Biasanya mereka menjadi tempat bertanya dan minta pertimbangan dari orang-orang yang disekitarnya. c. Early Majority, tergolong sebagai penerima pesan-pesan atau ide-ide baru sebelum rata-rata anggota lainnya menerima ide tersebut. Mereka tidak tergolong kelompok pimpinan, tetapi anggota biasa yang dekat dengan jaringan pimpinan yang menerima pembaharuan. d. Late Majority, golongan yang meneriman ide-ide baru setelah rata-rata anggota lainnya menerimanya lebih awal. Mereka menerima setelah melihat ide baru itu membawa keuntungan secara ekonomis, atau setelah ia mendapat tekanan demi keamanan (safety) dirinya. e. Laggard (pengikut), tergolong penerima terakhir dari sistem sosial yang ada. Mereka tidak punya pendapat dan berada di luar jaringan sosial namun masih dekat. Mereka menerima ide-ide baru setelah rata-rata orang
35
di sekelilingnya memanfaatkan hasil ide-ide baru itu. Cenderung konsevatif, lambat dan tradisional. (Cangara, 2006: 142-143) 2.6 Teori S-O-R Teori S-O-R sebagai singkatan dari Stimulus – Organism – Response ini semula berasal dari psikologi. Kalau kemudian menjadi juga teori komunikasi, tidak mengherankan, karena objek material dari psikologi dan ilmu komunikasi adalah sama, yaitu manusia yang jiwanya meliputi komponen – komponen: sikap, opini, perilaku, kognisi, afeksi, dan konasi. (Uchjana, 2007: 254) Menurut stimulus response ini, efek yang ditimbulkan adalah reaksi khusus terhadap
stimulus
khusus,
sehingga
seseorang
dapat
mengharapkan
dan
memperkirakan kesesuaian antara pesan dan reaksi komunikan. Jadi unsur – unsur dalam model ini adalah: a. Pesan (Stimulus, S) b. Komunikan (Organism, O) c. Efek (Response, R) Dalam proses komunikasi berkenaan dengan perubahan sikap adalah aspek “how” bukan “what” dan “why”. Jelasnya how to communicate, dalam hal ini how to change the attitude, bagaimana mengubah sikap komunikan. Dalam proses perubahan sikap tampak bahwa sikap dapat berubah, hanya jika stimulus yang menerpa benar – benar melebihi semula. (Uchjana, 2007: 254)
36
Menurut pendapat Hovland, Janis, dan Kelley yang menyatakan bahwa dalam menelaah sikap yang baru ada tiga variabel penting, yaitu: a. Perhatian b. Pengertian c. Penerimaan
Organisme:
Stimulus
•
Perhatian
•
Pengertian
•
Penerimaan
Response (Perubahan Sikap)
Gambar 2.4
TEORI S – O – R
Gambar diatas menunjukkan bahwa perubahan sikap bergantung pada proses yang terjadi pada individu. Stimulus atau pesan yang disampaikan kepada komunikan mungkin diterima atau mungkin ditolak. Komunikasi akan berlangsung jika ada perhatian dari komunikan. Proses berikutnya komunikan mengerti. Kemampuan komunikan inilah yang
37
melanjutkan proses berikutnya. Setelah komunikan mengolahnya dan menerimanya, maka terjadilah kesediaan untuk mengubah sikap. (Onong, uchjana, 2007, p.255) Senada dengan yang diungkapkan oleh Hovland, Janis dan Kelley diatas yang menyatakan ada tiga variabel penting dalam menelaah sikap yang dirumuskan dalam teori S-O-R, secara interpretative iklan televisi merupakan stimulus yang akan ditangkap oleh organisme khalayak. Komunikasi akan berlangsung apabila ada perhatian langsung dari komunikan. Proses berikutnya komunikan mengerti. Kemampuan komunikan inilah yang melanjutkan proses berikutnya. Setelah komunikan mengelola dan menerimanya, maka terjadilah kesediaan untuk mengubah sikap. Dalam hal ini, perubahan sikap terjadi ketika komunikan memiliki keinginan untuk membeli atau memakai produk iklannya yang ada di televisi. Dalam teori S-O-R, pengaruh eksternal ini yang dapat menjadi stimulus dan memberikan rangsangan sehingga berubahnya sikap dan tingkah laku seseorang. Untuk keberhasilan mengubah sikap maka komunikator perlu memberikan tambahan stimulus (penguatan) agar penerima berita mau mengubah sikap. Hal ini dapat dilakukan dalam berbagai cara seperti dengan pemberian rewards and punishment. Dengan cara demikian ini penerima informasi akan mempersepsikannya sebagai suatu arti yang bermanfaat bagi dirinya dan adanya sanksi jika hak ini dilakukan atau tidak. Dengan sendirinya penguatan ini harus dapat dimengerti, dan diterima sebagai hal yang mempunyai efek langsung terhadap sikap. Untuk tercapainya ini perlu cara penyampaian yang efektif dan efisien.
38
2.7 Teori Uses and Gratifications Teori Uses and Gratifications merupakan pergeseran fokus dari tujuan komunikator ke tujuan komunikan. Model ini menentukan fungsi komunikasi massa dalam melayani khalayak. Katz mengatakan bahwa penelitiannya diarahkan pada jawaban terhadap pernyataan, “Apa yang dilakukan media untuk khalayak (What do the media do to people?)”. Penelitian ini menunjukkan bahwa komunikasi massa berpengaruh kecil terhadap khalayak yang dipersuasi oleh karena itu para peneliti berbelok ke variabel-variabel yang menimbulkan banyak efek, misalnya efek kelompok.(Uchjana Onong, 2003: 289) Model teori ini merupakan kebalikan dari teori peluru. Dimana dalam teori peluru media sangat aktif dan all powerful, sementara audience menjadi pihak yang pasif. Sedangkan dalam teori uses and gratifications ditekankan bahwa audience aktif untuk menentukan media mana yang harus dipilih untuk memuaskan kebutuhannya. Sementara itu, menurut pendapat dari teori ini adalah konsumen media mempunyai kebebasan untuk memutuskan bagaimana (lewat media mana) mereka menggunakan media dan bagaimana media itu akan berdampak pada dirinya. Teori ini juga menyatakan bahwa media dapat mempunyai pengaruh jahat dalam kehidupan. 2.8 Kerangka Berpikir Media merupakan sarana untuk memberikan informasi, pendidikan dan hiburan. Salah satu fungsi media yang sangat menonjol adalah hiburan. Media massa merupakan media yang paling berpengaruh dalam pola kehidupan manusia. Mulai dari
39
membuka mata sampai kembali ke tempat tidur manusia selalu menggunakan media massa. TV merupakan medium yang mampu mempengaruhi pola pikir karena mempunyai kelebihan bukan hanya sekedar audio, tetapi juga secara visual. Sehingga manusia mampu mencerna dengan mudah apa yang ditampilkan di TV. Programprogram yang diberikan televisi sangat bervariasi, tetapi drama merupakan salah satu dari sekian macam program yang diminati. Dalam penelitian ini yang menjadi variable X adalah sinetron Yusra dan Yumna, sedangkan yang menjadi variable Y adalah persepsi khalayak. Akan tetapi pada bab ini peneliti hanya fokus terhadap persepsi khalayak. Sehingga tidak mencaritahu atau menjelaskan hubungan diantara kedua variabelnya. 2.9 Model Analisis Tayangan Sinetron “Yusra dan Yumna”
X
Stimulus
Warga desa rempoa RW 03 yang menonton sinetron “Yusra dan Yumna” Y